• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG IMPLEMENT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG IMPLEMENT"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu

syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam ( S.Pd.I) Pada Jurusan Pendidikan Agama Islam

Disusun Oleh :

RUSTAM WOMBOO 10.2.3.007

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

MANADO

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Persepsi Peserta Didik Tentang

Implemenstasi Strategi Ekspositori Pada Mata Pelajaran Pendidikan

Agama Islam Di SMA 4 Negeri Manado” ini adalah benar hasil karya penyusun

sendiri. Jika kemudian hari terbukti bahwa ini merupakan duplikasi, tiruan, plagiasi, atau dibuatkan oleh orang lain, maka skripsi dan gelar yang diperoleh batal demi hukum.

Manado, 14 Agustus 2015 Penyusun

(3)

iii

Negeri Manado”. yang disusun oleh Rustam Womboo, NIM 10 2.3 007, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah & Ilmu Keguruan pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado, telah diuji dan dipertahankan dalam Sidang Munaqasyah yang diselenggarakan pada hari Jum’at tanggal 14 Agustus 2015 M bertepatan dengan 28 Syawal 1436 H, dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I), dengan beberapa perbaikan.

Manado, 14 Agustus 2015 M 29 Syawal 1436 H

DEWAN MUNAQASYAH

Ketua : Dr. Muh. Idris, M.Ag (………..…………)

Sekretaris : Sahari, M.Pd.I (………..…………)

Munaqisy I : Mastang Ambo Baba, M.Ag (………..…………)

Munaqisy II : Mutmainah, M.Pd (………..…………)

Pembimbing I : Dr. Muh. Idris, M.Ag (………..…………)

Pembimbing II : Mustafa, M.Pd.I (………..…………)

Mengetahui

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Manado

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam pada fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan jurusan Pendidikan Agama Islam di Institut Agama Islam Negeri Manado.

Shawalat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad Saw, para keluarganya, kerabatnya, sahabatnya dan insya Allah percikan rahmatNya akan sampai kepada seluruh umat beliau yang senantiasa teguh mengamalkan ajarannya.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih terdapat kekurangannya, namun berkat inayah dari Allah Swt, serta bimbingan dosen-dosen, doa dari kedua orang tua, dan semangat dari teman-teman, alhamdulillah kekurangan dan hambatan-hambatan yang menghampiri dapat dihadapai dan diselesaikan.

Untuk itu, penulis menghaturkan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

(5)

v

Keguruan sekaligus menjadi Pembimbing I Penulis beserta seluruh staf dan karyawan serta Wadek I, II dan III yang telah memberikan pelayanan yang sangat memudahkan mahasiswa sehingga penulis dapat menyelesaikan studi. 3. Ketua jurusan dan sekretaris jurusan Pendidikan agama Islam yang telah

membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan studi.

4. Seluruh dosen jurusan Pendidikan Agama Islam yang sejak penulis menimba ilmu di kampus hijau IAIN Manado tidak henti-hentinya memberikan ilmu kepada penulis hingga mencapai akhir dari tugas perkuliahan.

5. Seluruh pegawai Perpustakaan IAIN Manado yang selalu memberikan pelayanan yang baik keada seluruh mahasiswa terutama kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Mustafa, M.Pdi selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan waktu dan pikiran dalam membantu penulis khususnya pada saat penyusunan skripsi sehingga dapat menyelesaikan skripsi.

(6)

vi

8. Seluruh Guru terutama guru-guru muslim yang berada di SMA Negeri 4 Manado yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk dapat melakukan penelitian di SMA Negeri 4 Manado, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Guru mursyid saya Ust. H. Rizal Kasim, S.Ip,.M.Si yang telah mengarahkan serta memotivasi hidup penulis dalam hal kebaikan dan memberikan ilmu agama serta motivasi dalam penyelesaian skripsi.

10. Kepada saudara-saudari saya Keluarga Besar Majelis Ilmu dan Dzikir Himpunan Remaja Tadzkir Akbar (HARTA) SULUT yang telah memotivasi dan menemani penulis dalam kehidupan sehari-hari, terkhusus Murobbi Ust. Akbar Mamosey yang selalu memberikan nasehat dalam kebaikan.

11. Kepada saudara-saudari Keluarga Besar Mapala BUMI IAIN Manado, saudara Zevichard Bayihi, Muh. Rusli Djuma, Mas Joko, Fuad A.R Yusuf, Mindawati Sambayang, Muh. Luthfi Tongka, Faisal Djafar, Agus Setiono dan saudara-saudari yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membuat hidup penulis makin berwarna.

12. Teman-teman seperjuangan PAI 1 angkatan 2010 yang telah banyak berjasa dalam memberikan motivasi dalam hidup penulis.

13. Teman-teman mahasiswa KKN Posko 11 Suharno Ismail, Taufik, Rahmad Kasim, dan teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan banyak pelajaran hidup pada kehidupan penulis.

(7)

vii Amin....

Manado, 14 Agustus 2015

Penyusun

(8)

viii A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 11

C. Ruang Lingkup Penelitian ... 12

D. Tujuan Penelitian ... 12

D. Konsep Strategi Pembelajaran Ekspositori... 30

E. Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Ekspositori ... 32

F. Konsep Belajar... 37

G. Konsep Pendidikan Agama Islam... 39

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 43

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 45

C. Sumber dan Jenis Data... 46

D. Instrumen Penelitian ... 47

E. Teknik Pengumpulan Data ... 48

F. Analisis Data... 49

(9)

ix

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 76 B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA...

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang unggul dengan berupaya menyempurnakan iman, taqwa, dan akhlak. Manusia yang unggul dapat membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun global. Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah Swt dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial.1

Pendidikan Agama Islam merupakan bidang studi yang dipelajari di sekolah, mulai dari tingkat taman kanak-kanak sampai ke pendidikan tinggi. Hal ini menunjukan betapa pentingnya Pendidikan Agama Islam dalam rangka pembentukan suatu kepribadian yang sesuai dengan tujuan dan tuntunan serta falsafah bangsa dan agama Islam. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya Pendidikan Agama Islamdi sekolah mempunyai dasar-dasar yang cukup kuat.

(11)

pembentukan sikap peserta didik. Penerapan Pendidikan Agama Islam dalam proses pembelajaran akan dapat membentuk kepribadian yang mulia pada peserta didik. Materi Pendidikan Agama Islam sebenarnya bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama, tetapi juga mengarahkan peserta didik agar memiliki kualitas iman, taqwa dan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks ini, Pendidikan Agama Islam ternyata dapat menjadi dasar ataupun acuan untuk mata pelajaran lainnya dan menjadi primadona bagi masyarakat, orang tua, dan peserta didik. Sayangnya, dalam realita yang ada banyak peserta didik yang beranggapan bahwa mata pelajaran agama sebagai pelajaran kelas dua, membosankan dan tidak menarik.

Pengajar dan belajar merupakan dua komponen pokok dalam pembelajaran. Keduanya memiliki tujuan yang hendak dicapai, yaitu sesudah mengikuti proses belajar mengajar, pelajar dapat menguasai sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap tertentu sesuai dengan proses mengajar tersebut.3

Untuk mengetahui lebih jauh tentang implementasi Pendidikan Agama Islam dalam proses pembelajaran maka terdapat dua terminologi yang perlu diperjelas yaitu belajar dan mengajar. Menguasai dan mengembangkan bahan

2www.tatanusa.co.id/tapmpr/93TAPMPR-II.pdf , Diakses pada tanggal 20 September 2014

(12)

3

pengajaran komponen yang terlibat antara lain pelajar, materi yang diajarkan, dan strategi yang digunakan dalam memberikan pelajaran khususnya Pendidikan Agama Islam. Tugas pendidik atau pendidik adalah menciptakan suasana pembelajaran yang dapat membuat peserta didik untuk senantiasa belajar dengan baik dan bersemangat. Suasana pembelajaran yang demikian akan berdampak positif dalam pencapaian prestasi belajar yang optimal. Pendidik sebaiknya memiliki kemampuan dalam memilih metode atau strategi pembelajaran yang tepat. Ketidaktepatan dalam penggunaan metode atau strategi pembelajaran akan menimbulkan kejenuhan bagi peserta didik dalam menerima materi yang disampaikan sehingga materi kurang dapat dipahami yang akan mengakibatkan peserta didik menjadi apatis. Oleh karena itu, pendidik tidak hanya dituntut memiliki pengetahuan dan kemampuan mengajar, tetapi juga mewujudkan kompleksitas peran sesuai dengan tugas dan fungsi yang diembannya secara kreatif.

Pendidikan Agama Islam di sekolah atau di madrasah, dalam pelaksanaannya masih menunjukan berbagai permasalahan yang kurang menyenangkan. Seperti halnya proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di

sekolah saat ini masih sebatas sebagai proses penyampaian “pengetahuan tentang

Agama Islam”. Hanya sedikit yang arahnya pada proses internalisasi nilai-nilai

(13)

diri peserta didik, hal ini disebabkan peserta didik kurang termotivasi untuk mempelajari materi Pendidikan Agama Islam.

Strategi mengajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari pendidik kepada peserta didik namun banyak kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan terutama jika menginginkan hasil belajar lebih baik. Untuk itu seorang pendidik perlu menggunakan metode-metode dalam menyampaikan pelajarannya. Metode pelajaran sangat beraneka ragam dengan mempertimbangkan apakah suatu metode pembelajaran cocok untuk mengajarkan materi pelajaran tertentu, strategi pembelajaran menekankan pada proses belajar peserta didik aktif dalam upaya memperoleh kemampuan hasil belajar dan juga strategi mengajar yang dipilih sepatutnya disesuaikan dengan bentuk belajar atau hasil belajar yang diharapkan diperoleh peserta didik.

(14)

5

menggunakan berbagai metode misalnya metode ceramah sampai kepada hal yang kompleks seperti dengan strategi penemuan.4

Metode ceramah adalah cara penyampaian informasi melalui penuturan secara lisan oleh pendidik. Prinsip dasar metode ini terdapat di dalam al-Quran:

١ ٧

Terjemahnya :

“Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah)

dengan jelas"(QS.Yaasin :17)5

Pembelajaran konsep cenderung dan kebanyakan masih menggunakan metode ceramah yang terkesan membosankan, sehingga konsep-konsep akademik kurang bisa atau sulit dipahami. Sementara itu kebanyakan pendidik dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berfikir peserta didik, atau dengan kata lain belum melakukan yang namanya pengajaran bermakna, hal ini dapat disebabkan oleh banyak hal, salah satunya metode yang digunakan kurang bervariasi dan sebagai akibatnya motivasi belajar peserta didik menjadi sulit ditumbuhkan dan pola belajar cenderung menghafal dan mekanistis.6

Ketidaktertarikan peserta didik dalam mengikuti mata pelajaran Pendidikan Agama Islam terkait dengan model pembelajaran konvensional yang masih diterapkan oleh pendidik, seperti metode ceramah dan tanya jawab. Model pembelajaran konvensional kurang menarik bagi peserta didik dan cenderung

4S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Pembelajaran, (Jakarta: Bina Aksara, 1982), h. 15

5Al-Alim, Al-Quran dan Terjemahannya, Edisi Ilmu Pengetahuan, (Bandung: Al-Mizan Publishing House), h. 442

(15)

berperilaku D4 (datang, duduk, dengar, diam) dan mengerjakan tugas hanya sekedar menjalankan perintah pendidik juga dirasakan peserta didik SMA Negeri 4 Manado. Para peserta didik kurang berminat bertanya apalagi mengemukakan pendapat tentang materi yang diberikan, bahkan ada peserta didik yang tidak serius atau mengantuk. Peserta didik yang mendapatkan nilai kognitifnya bagus belum bisa dikatakan telah berhasil jika nilai sikap dan keterampilannya kurang. Begitu pula sebaliknya, jika sikap dan/atau bagus tetapi kognitifnya kurang, belum bisa dikatakan Pendidikan Agama Islam itu berhasil. Inilah yang belum memenuhi harapan dan keinginan bersama. Contoh lainnya, hampir sebagian orang tua peserta didik SMA Negeri 4 Manado menginginkan peserta didiknya bisa membaca al-Quran, namun bisakah orang tua mengandalkan kepala sekolah agar peserta didiknya bisa membaca al-Quran sedangkan praktek Pendidikan Agama Islam di sekolah, baru mencapai pada bisa atau tidaknya membaca Al-Qur’an, mengerti dan mampu melaksanakan pokok-pokok ajaran agama atau

kewajiban-kewajiban ‘ainiyah seperti syarat dan rukun shalat.

(16)

7

menciptakan berbagai kegiatan ekstra kurikuler yang memungkinkan mereka bisa belajar agama Islam lebih banyak lagi. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 4 Manado yang terbilang cukup minoritas jumlah peserta didik muslim yang hanya 151 orang kemudian peserta didik muslim di sekolah tersebut hanya mengandalkan pendidikan agamanya hanya dari sekolah. Namun bagi peserta didik Madrasah Aliyah Negeri (MAN) yang memperoleh Pendidikan Agama Islam di sekolah tidak terlalu banyak mengahadapi masalah, karena mereka bisa mendapatkan di sekolah dan bisa juga belajar agama Islam secara penuh di lingkungan asrama yang mereka tinggali.

Kondisi semacam inilah yang dihadapi oleh peserta didik yang mempelajari agama Islam. Peserta didik hanya belajar agama Islam dari sisa waktu yang dimiliki oleh orang tuanya yang paham dan mengerti akan agama Islam dan orang tua seperti ini sangatlah sedikit jumlahnya. Peserta didik SMA Negeri 4 Manado belajar agama Islam dengan mengundang ustadz ke rumahnya. Hasil observasi penulis dilapangan melihat banyak peserta didik yang hanya mengandalkan Pendidikan Agama Islam dari sekolahnya tanpa mendapatkan tambahan belajar agama dari tempat lain. Padahal dalam Pendidikan Agama Islam banyak yang mesti dikuasai oleh peserta didik, seperti berkaitan dengan pengetahuan, penanaman akidah, praktek ibadah, pembinaan perilaku atau yang dalam Undang-Undang disebut pembinaan akhlak mulia.

(17)

tantangan ini, maka pendidik yang menjadi ujung tombak pembelajaran di sekolah, perlu merumuskan model pembelajaran sebagai implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), khususnya kurikulum mikro pada kurikulum agama Islam di sekolah. Cara yang bisa ditempuh pendidik dalam menambah pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui pembelajaran ekstra kurikuler dan tidak hanya pembelajaran formal di sekolah. Pembelajaran dilakukan bisa di sekolah, yaitu di kelas atau di mushalah. Bisa pula di rumah atau di tempat yang disetujui, waktu belajarnya tentu diluar jam pelajaran formal. Cara ini memang membutuhkan tambahan fasilitas, waktu, dan tenaga pendidik, tapi itulah tantangan pendidik yang tidak hanya mengajar tetapi memiliki semangat pendidikan untuk menyebarkan ilmu di manapun dan kapanpun. Untuk itu diperlukan koordinasi dan kerja sama antara pendidik dan orang tua. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 4 Manado hanya menjadi pelengkap mata pelajaran umum yang nilainya hanya bisa dilihat pada raport peserta didik ketika selesai ujian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Pengaruh positif Pendidikan Agama Islam bagi peserta didik di sekolah ini sungguh sangat minim. Penanaman nilai-nilai agama Islam baik dari segi sikap dan perilaku sejatinya seorang muslim yang beriman dan bertaqwa belum tercermin kepada peserta didik SMA Negeri 4 Manado.

(18)

9

memberikan pengajaran agama Islam yang lebih menekankan aspek kognitif, mungkin pendidik bisa melakukannya, tetapi kalau memberikan pendidikan yang meliputi tidak hanya kognitif tetapi juga sikap dan keterampilan, pendidik akan mengalami kesulitan. Melihat hal tersebut di atas, perlu adanya perubahan dan pembaharuan, inovasi ataupun gerakan perubahan kearah pencapaian pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran pada khususnya. Pembelajaran hendaknya lebih bervariasi metode, model apapun strateginya guna mengoptimalkan potensi peserta didik. Upaya-upaya pendidik dalam mengatur dan memberdayakan berbagai variabel pembelajaran, merupakan bagian penting dalam keberhasilan peserta didik mencapai tujuan yang direncanakan.

Pendekatan strategi Ekspositori bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh pendidik.7 Hakikat mengajar menurut pandangan ini adalah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Peserta didik dipandang sebagai objek yang menerima apa yang diberikan oleh pendidik. Biasanya pendidik menyampaikan informasi mengenai bahan pengajaran dalam bentuk penjelasan dan penuturan secara lisan yang dikenal dengan istilah metode ceramah. Dalam pendekatan ini peserta didik diharapkan dapat menangkap dan mengingat informasi yang telah diberikan oleh pendidik serta mengungkapkan kembali apa yang telah dimilikinya melalui respon yang diberikannya pada saat pemberian pertanyaan oleh pendidik. Komunikasi yang diberikan oleh pendidik dalam interaksinya dengan peserta didik adalah komunikasi satu arah atau komunikasi sebagai aksi.

(19)

Oleh sebab itu, kegiatan belajar mengajar peserta didik kurang optimal sebab terbatas pada mendengarkan uraian pendidik, mencatat, dan sekali-kali bertanya kepada pendidik. Pendidik yang kreatif biasanya dalam memberikan informasi dan penjelasan kepada peserta didik menggunkan alat bantu seperti gambar, bagan, grafik, dan lain-lain di samping memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan. Strategi Ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada pendidik (teacher centered approach).

Dikatakan demikian sebab pendidik memegang peran sangat dominan. Melalui strategi ini pendidik menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai oleh peserta didik dengan baik.

Implementasi strategi pembelajaran Ekspositori di SMA Negeri 4 Manado sudah menjadi metode pembelajaran sudah sejak lama. Kendala utama metode tersebut belum dijalankan seutuhnya, tergantung pendidik yang memberikan pengajaran. Pada observasi dilokasi penelitian penulis melihat strategi pembelajaran yang banyak dan sering digunakan di antaranya:

1. Dengan strategi pembelajaran ekspositori pendidik bisa mengontrol urutan dan membatasi sejauh mana materi pelajaran yang ingin pendidik sampaikan. 2. Strategi pembelajaran ekspositori dapat membantu pendidik dengan leluasa

(20)

11

3. Melalui strategi pembelajaran ekspositori pendidik dapat mengetahui sejauh mana peserta didik mengetahui dan memahami materi pelajaran yang telah pendidik ajarkan.

4. Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini peserta didik dapat memahami materi pelajaran yang cukup luas secara baik, dengan waktu pembelajaran yang cukup singkat.

5. Peserta didik dapat memberikan keterangan atau berbicara terkait topik materi pelajaran setelah mendengarkan dengan seksama materi pelajaran yang pendidik ajarkan.

6. Penerapan strategi pengajaran tidak terbatas pada jumlah peserta didik yang banyak.8

Fokus utama metode ini adalah kemampuan akademik peserta didik dan pengaruh bagi perilaku peserta didik. Karena itu pemilihan strategi Ekspositori menjadi salah satu pilihan dalam menyampaikan materi guna mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka penulis menarik judul penelitian dengan “Persepsi Peserta Didik Tentang Implemenstasi Strategi Ekspositori Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sma 4 Negeri Manado”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang penulis angkat dalam penelitian ini sebagai berikut:

(21)

1. Bagaimana implementasi strategi Ekspositori pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMA Negeri 4 Manado dapat menumbuhkan minat belajar peserta didik?

2. Bagaimana persepsi peserta didik terhadap implementasi strategi Ekspositori pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMA Negeri 4 Manado?

C. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk mempermudah penulisan skripsi ini dan agar lebih terarah, maka perlu kiranya dibuat suatu batasan masalah. Adapun ruang lingkup yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini ialah:

1. Peneliti hanya membahas tentang persepsi implementasi strategi Ekspositori yang dilaksanakan di SMA Negeri 4 Manado.

2. Peneliti hanya akan membahas apakah implementasi strategi Ekspositori berhasil menumbuhkan minat belajar peserta didik pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 4 Manado.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penullisan skripsi ini ialah:

(22)

13

2. Untuk mengetahui Apakah implementasi strategi Ekspositori pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMA Negeri 4 Manado dapat menumbuhkan minat belajar peserta didik.

E. Kegunaan Penellitian

1. Kegunaan Ilmiah

a) Memberikan solusi alternatif strategi pembelajaran bagi pendidik terhadap keberhasilan peserta didik dalam menerima mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah umum.

b) Mengembangkan potensi diri dalam menulis karya ilmiah, khususnya bagi pribadi penulis maupun kalangan akademisi, dalam memberikan informasi kepada dunia pendidikan akan pentingnya strategi Ekspositori dalam menumbuhkan minat belajar peserta didik terhadap Pendidikan Agama Islam.

2. Kegunaan Praktis

a) Bagi penulis agar dapat menambah pengetahuan dalam dunia pendidikan khususnya proses belajar mengajar dengan strategi Ekspositori sehingga bisa di aplikasikan dalam dunia pendidikan. b) Bagi lembaga pendidikan agar bisa menjadi pertimbangan sehingga

(23)

F. Definisi Operasional

1) Implementasi

Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. Majone mengemukakan implementasi sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky mengemukakan bahwa “implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling

menyesuaikan”. Pengertian implementasi sebagai aktifitas yang saling menyesuaikan juga dikemukakan oleh Mclaughin.9

Pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu, implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh obyek berikutnya. Esensinya implementasi adalah suatu proses, suatu aktivitas yang digunakan untuk mentransfer ide/gagasan, program atau harapan-harapan yang dituangkan dalam bentuk kurikulum desain (tertulis) agar dilaksanakan sesuai dengan desain tersebut.

2) Strategi

Kata Strategi berasal dari bahasa Yunani “strategia” yang diartikan sebagai “the art of the general” atau seni seorang panglima yang biasanya digunakan dalam peperangan. Dalam pengertian umum, strategi adalah cara untuk

(24)

15

mendapatkan kemenangan atau mencapai tujuan. Strategi pada dasarnya merupakan seni dan ilmu menggunakan dan mengembangkan kekuatan.

Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu.

Didalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif. Strategi dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang lingkup yang lebih sempit dan waktu yang lebih singkat, walaupun pada umumnya orang sering kali mencampuradukkan kedua kata tersebut.

3) Ekspositori

Strategi pengajaran ekspositori merupakan strategi pengajaran yang menekankan pada proses penyampaian materi pelajaran melalui media ceramah dengan sedetail-detailnya, agar peserta didik dapat menyerap dan menguasai materi pelajaran yang disampaikan secara maksimal. Strategi pengajaran ekspositori adalah bentuk pendekatan yang berorientasi pada peserta didik. Sebab, strategi ini menuntut peserta didik untuk dapat selalu aktif bertanya, dan bukannya pasif menerima materi pelajaran.10

(25)

4) Pendidikan Agama Islam

Secara etimologis pendidikan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab Tarbiyah dengan kata kerjanya Rabbā yang berarti mengasuh, mendidik,

memelihara. Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang dilakukan secara sistematis dalam membimbing anak yang beragama Islam, sehingga ajaran Islam benar-benar diketahui, dimiliki, dan diamalkan oleh peserta didik baik tercermin dalam sikap, tingkah laku maupun cara berpikirnya.11

(26)

17

BAB II

LANDASAN TEORITIK

A. Tinjauan Pustaka

Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa penelitian-penelitian terdahulu yang dipandang relevan dengan penelitian ini. Adapun karya-karya skripsi tersebut adalah:

1. Penelitian Sri Mujiah, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2012. berjudul Korelasi Implementasi Strategi Pembelajaran Ekspositori Dengan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPA Kelas V MI Sabilul Muttaqin Trimulyo Guntur Demak Tahun Ajaran 2011/2012. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara implementasi strategi pembelajaran ekspositori dengan prestasi belajar mata pelajaran IPA kelas V MI Sabilul Muttaqin Trimulyo Guntur Demak Tahun Ajaran 2011/201.1 Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara implementasi strategi pembelajaran ekspositori dengan prestasi belajar mata pelajaran IPA kelas V MI Sabilul Muttaqin Trimulyo Guntur Demak Tahun Ajaran 2011/2012. Hal ini ditunjukkan dari rt5% (0,367) <rxy (0,897) > rt 1% (0,463), maka data tersebut signifikan. dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara implementasi strategi pembelajaran ekspositori dengan prestasi belajar mata pelajaran IPA kelas V MI Sabilul Muttaqin Trimulyo Guntur Demak Tahun Ajaran 2011/2012.

(27)

2. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Nadziroh (2011) Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2010, berjudul Upaya Peningkatan Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Materi Pokok Peristiwa Fathu Makkah Dengan Menggunakan Strategi Pembelajaran Ekspositori di Kelas V MI Ky Ageng Giri Karang Kumpul Banyumeneng Mranggen Demak Tahun Ajaran 2010/2011. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan hasil belajar mata pelajaran SKI materi pokok peristiwa Fathu Makkah di kelas V MI Ky Ageng Giri Karang Kumpul Banyumeneng Mranggen Demak setelah menggunakan strategi pembelajaran ekspositori hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dengan KKM 60 tiap siklusnya dimana pada pra siklus tingkat ketuntasan 5 peserta didik atau 32% menjadi 12 peserta didik atau 72% pada siklus I meningkat lagi pada siklus III yaitu ada 15 peserta didik atau 94%. Begitu juga tingkat keaktifan peserta didik juga mengalami peningkatan setiap siklus dimana pada siklus I tingkat keaktifan pada kategori aktif sekali dan aktif ada 11 peserta didik atau 68% dan di siklus II sudah mencapai 14 peserta didik atau 88%. Ini menunjukkan hasil belajar sudah melebihi indikator keberhasilan yang diinginkan dan hipotesis tindakan terwujud.2

Dari dua kajian pustaka di atas, perbedaan keduanya terhadap penelitian skripsi ini adalah kedua kajian pustaka di atas menggunakan jenis penelitian Kuantitatif, sedangkan penelitian dalam skripsi ini menggunakan penelitian kualitatif. Kedua kajian pustaka menggunakan satu strategi pembelajaran, yaitu

(28)

19

untuk kajian pustaka yang pertama itu menggunakan strategi Ekspositori, sedangkan kajian pustaka yang kedua menggunakan strategi pembelajaran Ekspositori. Adapun penelitian ini menggunakan strategi pembelajaran yang sama yakni Strategi Ekspositori.

B. Teori Persepsi

Dalam kamus besar psikologi, persepsi diartikan sebagai suatu proses pengamatan seseorang terhadap lingkungan dengan menggunakan indra-indra yang dimiliki sehingga menjadi sadar akan segala sesuatu yang ada dilingkungannya. Persepsi adalah proses individu ketika mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka untuk memberikan arti bagi lingkungannya. Persepsi menurut para ahli adalah :

1. Bimo Walgito menyatakan bahwa persepsi merupakan proses yang terjadi di dalam diri individu yang dimulai dengan diterimanya rangsang, sampai rangsang itu disadari dan dimengerti oleh individu sehingga individu dapat mengenali dirinya sendiri dan keadaan di sekitarnya.

2. Davidoff berpendapat bahwa persepsi merupakan proses pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap stimulus oleh organisme atau individu sehingga didapat sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu.

(29)

4. Menurut Robbins yang mendeskripsikan bahwa persepsi merupakan kesan yang diperoleh oleh individu melalui panca indera kemudian di analisa (diorganisir), diintepretasi dan kemudian dievaluasi, sehingga individu tersebut memperoleh makna.

5. Menurut Purwodarminto, persepsi adalah tanggapan langsung dari suatu serapan atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pengindraan.3

Persepsi mempunyai sifat subjektif, karena bergantung pada kemampuan dan keadaan dari masing-masing individu, sehingga akan ditafsirkan berbeda oleh individu yang satu dengan yang lain. Dengan demikian persepsi merupakan proses perlakuan individu yaitu pemberian tanggapan, arti, gambaran, atau penginterprestasian terhadap apa yang dilihat, didengar, atau dirasakan oleh indranya dalam bentuk sikap, pendapat, dan tingkah laku atau disebut sebagai perilaku individu.

a. Jenis Jenis Persepsi4 1. Persepsi visual

Persepsi visual dari indera penglihatan yaitu mata. Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal berkembang pada bayi dan memengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya. Persepsi visual adalah hasil dari apa yang kita lihat, baik

3http://belajarpsikologi.com/pengertian-persepsi-menurut-ahli, Diambil pada tanggal 25 November 2015, Pada jam 16.00 WITA

(30)

21

sebelum kita melihat atau masih membayangkan serta sesudah melakukan pada objek yang dituju.

2. Persepsi auditori

Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga. 3. Persepsi perabaan

Persepsi pengerabaan didapatkan dari indera perabaan yaitu kulit. 4. Persepsi penciuman

Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu hidung. 5. Persepsi pengecapan

Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah.

b. Proses Presepsi

Persepsi merupakan bagian dari seluruh proses yang menghasilkan tanggapan yang dimana setelah rangsangan diterapkan keapada manusia. Subprosesnya adalah pengenalan, perasaan, dan penalaran. Persepsi dan kognisi diperlukan dalam semua kegiatan psikologis. Rasa dan nalar bukan merupakan bagian yang perlu dari setiap situasi rangsangan-tanggapan, sekalipun kebanyakan tanggapan individu yang sadar dan bebas terhadap satu rangsangan, dianggap dipengaruhi oleh akal atau emosi atau kedua-duanya.

Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponan utama berikut:

1) Seleksi adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

(31)

faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan kecerdasan. Interprestasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkatagorian informasi yang kompleks menjadi sarjana.

3) Interprestasi dan persepsi kemudian ditrjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi. Jadi, proses persepsi adalah melakukan seleksi, interprestasi, dan pembulatan terhadap informasi yang sampai.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Pada dasarnya dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Faktor Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu yang mencakup beberapa hal antara lain :

a) Fisiologis: Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.

b) Perhatian: Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.

(32)

23

mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.

d) Kebutuhan yang searah: Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.

e) Pengalaman dan ingatan: Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.

f) Suasana hati: Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.

2. Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari lingkungan dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseorang merasakannya atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah :

(33)

dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.

b) Warna dari obyek-obyek: Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.

c) Keunikan dan kekontrasan stimulus: Stimulus luar yang penampilannya dengan latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian.

d) Intensitas dan kekuatan dari stimulus: Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.

e) Motion atau gerakan: Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam.

d. Peran Panca Indra Dalam Proses Persepsi

(34)

25

C. Konsep Ekspositori

Strategi pengajaran ekspositori merupakan strategi pengajaran yang menekankan pada proses penyampaian materi pelajaran melalui media ceramah dengan sedetail-detailnya, agar peserta didik dapat menyerap dan menguasai materi pelajaran yang disampaikan secara maksimal. Strategi pengajaran ekspositori adalah bentuk pendekatan yang berorientasi pada peserta didik. Sebab, strategi ini menuntut peserta didik untuk dapat selalu aktif bertanya, dan bukannya pasif menerima materi pelajaran.5

Ekspositori juga adalah metode pembelajaran yang digunakan dengan memberikan keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. 6 Peserta didik mengikuti pola yang ditetapkan oleh pendidik secara cermat.Penggunaan metode Ekspositori merupakan metode pembelajaran mengarah kepada tersampaikannya isi pelajaran peserta didik secara langsung.

Penggunaan metode ini peserta didik tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta-fakta, konsep dan prinsip karena telah disajikan secara jelas oleh pendidik. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode ekspositori cenderung berpusat pada pendidik. Pendidik aktif memberikan penjelasan atau informasi pembelajaran secara terperinci tentang materi pembelajaran. Metode ekspositori sering dianalogikan dengan metode ceramah, karena sifatnya sama-sama memberikan informasi.

(35)

Pada umunya pendidik lebih suka menggunakan metode ceramah dikombinasikan dengan metode tanya jawab. Metode ceramah banyak dipilih karena mudah dilaksanakan dengan persiapan yang sederhana, hemat waktu dan tenaga, dengan satu langkah bisa menjangkau semua peserta didik dan dapat dilakukan cukup di dalam kelas. Popham & Baker menjelaskan bahwa setiap penyajian informasi secara lisan dapat disebut ceramah. Penyajian ceramah yang bersifat formal dan biasanya berlangsung selama 45 menit maupun yang informal yang hanya berlangsung selama 5 menit. Ceramah tidak dapat dikatakan baik atau buruk, tetapi penyampaian ceramah harus dinilai menurut tujuan penggunaannya.7 Menurut Hasibuan dan Moedjiono metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan. Metode ceramah lebih efektif dan efisien untuk menyampaikan informasi dan pengertian. Mengemukakan bahwa metode ceramah adalah metode mengajar yang menggunakan penjelasan verbal. Komunikasi bersifat satu arah dan sering dilengkapi dengan alat bantu audio visual, demonstrasi, tanya jawab, diskusi singkat dan sebagainya. Lebih lanjut Hasibuan dan Moedjiono mengemukakan bahwa agar metode ceramah efektif perlu dipersiapkan langkah-langkah sebagai berikut:8

a) Merumuskan tujuan instruksional khusus yang luas.

b) Mengidentifikasi dan memahami karakteristik peserta didik. c) Menyusun bahan ceramah dengan menggunakan bahan pengait.

7Ibid, h. 41

(36)

27

d) Menyampaikan bahan dengan memberi keterangan singkat dengan menggunakan papan tulis, memberikan contoh-contoh yang konkrit dan memberikan umpan balik (feed back), memberikan rangkuman setiap akhir pembahasan materi.

e) Merencanakan evaluasi secara terprogram. Metode retitasi adalah metode pembelajaran yang lebih dikenal dengan istilah pekerjaan rumah, meskipun sebutan ini tidak seluruhnya benar.

Metode tanya jawab digunakan bersama dengan metode ceramah, untuk merangsang kegiatan berfikir peserta didik, dan untuk mengetahui keefektifan pengajarannya, sebagaimana diutarakan Popham & Baker. Penerapan metode tanya jawab pendidik dapat mengatur bagian-bagian penting yang perlu mendapat perhatian khusus.9

Dalam proses pembelajaran dengan metode ceramah harus peka terhadap respon peserta didik. Skiner menjelaskan bahwa deskripsi hubungan antara stimulan dan respon tidaklah sesederhana yang diperkirakan, melainkan stimulan yang diberikan berinteraksi satu dengan lainnya, dan interaksi ini artinya mempengaruhi respon yang diberikan juga menghasilkan berbagai konsekuensi yang akan mempengaruhi tingkah laku peserta didik. Untuk menciptakan terjadinya interaksi, menarik perhatian peserta didik dan melatih keterampilan peserta didik, metode ceramah biasanya dikombinasikan dengan metode tanya jawab dan pemberian tugas.10 Resitasi atau tugas dapat pula dikerjakan di luar rumah ataupun di dalam laboratorium. Pasaribu mengemukakan bahwa metode

9S. Nasution, op., cit. h. 35

(37)

resitasi mempunyai tiga fase, yaitu : a) pendidik memberi tugas, b) peserta didik melaksanakan tugas dan c) peserta didik mempertanggungjawabkan pada pendidik apa yang telah dipelajari.11

Menurut Sujadi penggunaan metode ceramah dan tanya jawab tersebut masih ditambah dengan pemberian contoh-contoh berupa gambar-gambar, model bangunan, dan contoh rumus-rumus beserta penggunaannya. Pendidik menjelaskan materi dengan bantuan gambar atau model, untuk mempermudah penanaman konsep bangun datar dan ruang.12

Percival dan Elington menamakan model konvensionl ini dengan model pembelajaran yang berpusat pada pendidik (The Teacher Centered Opproach). Dalam model pembelajaran yang berpusat pada pendidik hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan penuh oleh pendidik. Seluruh sistem diarahkan kepada rangkaian kejadian yang rapi dalam lembaga pendidikan, tanpa ada usaha untuk mencari dan menerapkan strategi belajar yang berbeda sesuai dengan tema dan kesulitan belajar setiap individu.13

Soemantri membedakan metode Ekspositori dan metode ceramah, dominasi pendidik dalam metode ekspositori banyak dikurangi. Pendidik tidak terus bicara, informasi diberikan pada saat-saat atau bagian-bagian yang diperlukan, seperti di awal pembelajaran, menjelaskan konsep-konsep dan prinsip baru, pada saat memberikan contoh kasus di lapangan dan sebagainya. Metode

11Syaiful Sagala, op., cit. h. 61 12Ibid, h .44

(38)

29

ekspositori adalah suatu cara menyampaikan gagasan atau ide dalam memberikan informasi dengan lisan atau tulisan.14

Menurut Herman Hudoyo metode Ekspositori dapat meliputi gabungan metode ceramah, metode drill, metode tanya jawab, metode penemuan dan metode peragaan. Pentatito Gunawibowo dalam pembelajaran menggunkan metode Ekspositori, pusat kegiatan masih terletak pada pendidik. Dibanding metode ceramah, dalam metode ini dominasi pendidik sudah banyak berkurang. Tetapi jika dibanding dengan metode demonstrasi, metode ini masih nampak lebih banyak.15

Kegiatan pendidik berbicara pada metode Ekspositori hanya dilakukan pada saat-saat tertentu saja, seperti pada awal pembelajaran, menerangkan materi, memberikan contoh soal. Kegiatan peserta didik tidak hanya mendengarkan, membuat catatan, atau memperhatikan saja, tetapi mengerjakan soal-soal latihan, mungkin dalam kegiatan ini peserta didik saling bertanya. Mengerjakan soal latihan bersama dengan temannya, dan seorang peserta didik diminta mengerjakan di papan tulis. Saat kegiatan peserta didik mengerjakan latihan, kegiatan pendidik memeriksa pekerjaan peserta didik secara individual dan menjelaskan kembali secara individual. Apabila dipandang masih banyak pekerjaan peserta didik belum sempurna, kegiatan tersebut diikuti penjelasan secara klasikal.

Pendapat David P. Ausebul menyebutkan bahwa metode Ekspositori merupakan cara mengajar yang paling efektif dan efisien dalam menanamkan belajar bermakna. Selanjutnya Dimyati dan Mudjiono mengatakan metode

14Ibid, h. 43

(39)

Ekspositori adalah memindahkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kepada peserta didik. Peranan pendidik yang penting adalah 1) menyusun program pembelajaran, 2) memberi informasi yang benar, 3) pemberi fasilitas yang baik, 4) pembimbing peserta didik dalam perolehan informasi yang benar dan 5) penilai perolehan informasi. Sedangkan peranan peserta didik adalah 1) pencari informasi yang benar, 2) pemakai media dan sumber yang benar, 3) menyelesaikan tugas dengan penilaian pendidik.16

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka yang dimaksud metode Ekspositori yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengkombinasikan metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Pemberian tugas diberikan pendidik berupa soal-soal (pekerjaan rumah) yang dikerjakan secara individual atau kelompok. Adapun hasil belajar yang dievaluasi adalah luas dan jumlah pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang dikuasai peserta didik. Pada umumnya alat evaluasi hasil belajar yang digunakan adalah tes yang telah dibakukan atau tes buatan pendidik.

D. Konsep Strategi Pembelajaran Ekspositori

Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi pelajaran secara optimal. Strategi ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga dinamakan istilah “calk and talk” Terdapat beberapa karakteristik strategi ekspositori:

(40)

31

a) Strategi ekpositori dilakukan dengan cara menyampaiakan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini, oleh karena itu sering orang mengidentikannya dengan ceramah.

b) Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut peserta didik untuk berpikir ulang.

c) Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya setelah proses pembelajaran berakhir peserta didik diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan.

Strategi pembelajaran ekspositori akan efektif manakala:

a) Pendidik akan menyampaikan bahan-bahan baru serta kaitannya dengan yang akan dan harus dipelajari peserta didik.

b) Apabila pendidik menginginkan agar peserta didik mempunyai gaya model intelektual tertentu, misalnya agar peserta didik bisa mengingat bahan pelajaran, sehingga ia akan dapat mengungangkapkannya kembali manakala diperlukan.

(41)

d) Jika ingin membangkitkan keingintahuan peserta didik tentang topic tertentu.

e) Pendidik menginginkan untuk mendemonstrasikan suatu teknik atau prosedur, biasanya merupakan suatu teknik atau prosedur tertentu untuk kegiatan praktik.

f) Apabila seluruh peserta didik memiliki tingkat kesulitan yang sama sehingga pendidik perlu menjelaskan untuk seluruh peserta didik.

g) Apabila pendidik akan mengajar pada sekelompok peserta didik yang rata-rata memiliki kemampuan rendah.

h) Jika ligkungan tidak mendukung untuk menggunakan strategi yang berpusat pada peserta didik,misalnya tidak adanya sarana dan prasarana yang dibutuhkan.

i) Jika tidak memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada peserta didik.17

E. Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Ekspositori

Tidak ada satu strategi pembelajaran yang dianggap lebih baik dibandingkan dengan strategi pembelajaran yang lain. Baik tidaknya suatu strategi pembelajaran bisa dilihat dari efektif tidaknya strategi tersebut dalam mencapaitujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan demikian, pertimbangan pertama penggunaan strategi pembelajaran adalah tujuan apa yang

(42)

33

harusdicapai.18Dalam penggunaan strategi pembelajaran ekspositori terdapat beberapa prinsip berikut ini, yang harus diperhatikan oleh setiap pendidik. Antara lain :

a) Berorientasi pada Tujuan

Walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama dalam strategi pembelajaran ekspositori melalui metode ceramah, namun tidak berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran. Justru tujuan itulah yang harus menjadi pertimbangan utama dalam penggunaan strategi ini. Karena itu sebelum strategi ini diterapkan terlebih dahulu pendidik harus merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan terukur. Seperti kriteria pada umumnya, tujuan pembelajaran harus dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diukur atau berorientasi pada kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik.19

Hal ini sangat penting untuk dipahami, karena tujuan yang spesifik memungkinkan kita bisa mengontrol efektivitas penggunaan strategi pembelajaran. Memang benar, strategi pembelajaran ekspositori tidak mungkin dapat mengejar tujuan kemampuan berpikir tingkat tinggi, misalnya kemampuan untuk menganalisis, mensintesis sesuatu, atau mungkin mengevaluasi sesuatu, namun tidak berarti tujuan kemampuan berpikir taraf rendah tidak perlu dirumuskan. Justru tujuan itulah yang harus dijadikan ukuran dalam menggunakan strategi ekspositori.

18M. Chalish, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2011), h. 128

(43)

b) Prinsip Komunikasi

Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses komunikasi, yang menunjuk pada proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber pesan) kepada seseorang atau sekelompok orang (penerima pesan). Pesan yang ingin disampaikan dalam hal ini adalah materi pelajaran yang diorganisir dan disusun sesuai dengan tujuan tertentu yaang ingin dicapai. Dalam proses komunikasi pendidik berfungsi sebagai sumber pesan dan peserta didik berfungsi sebagai penerima pesan. Dalam proses komunikasi, bagaimanapun sederhananya, selalu terjadi urutan pemindahan pesan (informasi) dari sumber pesan ke penerima pesan.

(44)

35

c) Prinsip Kesiapan

Peserta didik dapat menerima informasi sebagai stimulus yang kita berikan, terlebih dahulu pendidik harus memosisikan mereka dalam keadaan siap baik secara fisik maupun psikis untuk menerima pelajaran. Jangan mulai kita sajikan mata pelajaran, manakala peserta didik belum siap untuk menerimanya. Dalam teori konektionisme, “kesiapan” merupakan satu hokum belajar. Inti dari hokum ini adalah bahwa setiap individu akan merespons dengan cepat dari setiap stimulus manakala dirinya sudah memiliki kesiapan, sebaliknya tidak mungkin setiap individu akan merespons setiap stimulus yang muncul manakala dia belum ada kesiapan untuk menerimanya.

d) Prinsip Berkelanjutan

Proses pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong peserta didik untuk mau mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya berlangsung pada saat itu, akan tetapi juga untuk waktu selanjutnya. Ekspositori yang berhasil adalah manakala melalui proses penyampaian dapat membawa peserta didik pada situasi ketidakseimbangan (disequilibrium), sehingga mendorong mereka untuk mencari dan menemukan atau menambah wawasan melalui proses belajar mandiri. Keberhasilan penggunaan strategi ekspositori sangat tergantung pada kemampuan pendidik untuk bertutur atau menyampaikan materi pelajaran.20

(45)

Kelebihan dari Strategi Ekspositori ini ialah :

1. Dengan strategi pembelajaran ekspositori pendidik bisa mengontrol urutan dan membatasi sejauh mana materi pelajaran yang ingin pendidik sampaikan. 2. Strategi pembelajaran ekspositori dapat membantu pendidik dengan leluasa

memberikan gambaran materi pelajaran dengan jelas dan detail kepada peserta didik.

3. Melalui strategi pembelajaran ekspositori pendidik dapat mengetahui sejauh mana peserta didik mengetahui dan memahami materi pelajaran yang telah pendidik ajarkan.

4. Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini peserta didik dapat memahami materi pelajaran yang cukup luas secara baik, dengan waktu pembelajaran yang cukup singkat.

5. Peserta didik dapat memberikan keterangan atau berbicara terkait topik materi pelajaran setelah mendengarkan dengan seksama materi pelajaran yang pendidik ajarkan.

6. Penerapan strategi pengajaran tidak terbatas pada jumlah peserta didik yang banyak.21

Kelemahan dari Strategi Ekspositori :

1. Penerapan strategi pengajaran terbatas hanya pada peserta didik yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak dengan baik.

(46)

37

2. Strategi pengajaran tidak efektif diterapkan di dalam kelas yang sebagian besar peserta didiknya memiliki tingkat kecerdasan kurang dari cukup (nilai rata-rata di bawah 6).

3. Strategi pengajaran tidak efektif diterapkan di dalam kelas yang tidak memiliki manajemen kelas yang baik.

4. Strategi pengajaran tidak dapat mengembangkan kemampuan peserta didik dalam bidang sosialisasi (hubungan dan kerja sama yang baik dengan peserta didik lain), pembelajaran mandiri (tanpa adanya guru yang mendampingi), serta pengembangan ide/pemikiran.

5. Keberhasilan penerapan strategi pengajaran bergantung sepenuhnya pada kemampuan guru dalam mengajar, yang meliputi persiapan pengajaran, penyampaian materi pelajaran, rasa percaya diri, semangat mengajar, dan motivasi peserta didik.

6. Strategi pengajaran yang di terapkan oleh guru yang tidak memliki kemampuan yang baik dalam mengajar dapat membuat peserta didik pasif menerima materi pelajaran dan bukan aktif bertanya.22

F. Konsep Belajar

Konsep Belajar Menurut Para Ahli :23

1. Menurut james O. Whittaker, Belajar adalah Proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

22John Afifi, op., cit. h. 139-140

(47)

2. Winkel, belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap.

3. Cronchbach, Belajar adalah suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

4. Howard L. Kingskey Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.

5. Drs. Slameto Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya.

6. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.

7. Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa belajar adalah berusaha mengetahui sesuatu atau berusaha memperoleh ilmu pengetahuan (kepandaian, keterampilan).24

Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.

(48)

39

Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.

Perlu dicatat bahwa dalam pembelajaran (interaksi instruksional antara pendidik dan peserta didik), istilah proses mengajar-belajar (PMB) dipandang lebih tepat daripada proses belajar-mengajar (PBM). Alasannya, dalam proses ini yang hampir selalu lebih dahulu aktif adalah pendidik (mengajar) lalu diikuti oleh aktivitas peserta didik (belajar), bukan sebaliknya. Selain itu, para pakar psikologi pendidikan kelas dunia seperti Barlow (1985) dan Good & Broophy (1990) menyebut hubungan timbal balik antar pendidik-peserta didik itu dengan istilah teaching-learning process bukan learning-teaching process.Istilah ini merupakan ringkasan dari the process of teaching and the process of learning (proses mengajar dan proses belajar). Sehubungan dengan ini, setiap pendidik sangat diharapkan memiliki karakterisitk (ciri khas) kepribadian yang ideal sesuai dengan persyaratan yang bersifat psikologis-pedagogis.25

G. Konsep Pendidikan Agama Islam

Secara etimologis pendidikan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab Tarbiyah dengan kata kerjanya Rabbā yang berarti mengasuh, mendidik,

memelihara. Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang dilakukan secara sistematis dalam membimbing anak yang beragama Islam, sehingga ajaran Islam

(49)

benar-benar diketahui, dimiliki, dan diamalkan oleh peserta didik baik tercermin dalam sikap, tingkah laku maupun cara berpikirnya.26

Pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI) menurut beberapa pakar antara lain:

1. Menurut Hasan Langgulung, Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah pendidikan yang memiliki 4 macam fungsi, antara lain:

a) Menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat pada masa yang akan datang. Peranan ini berkaitan erat dengan kelanjutan hidup masyarakat sendiri.

b) Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan peranan-peranan tersebut dari generasi tua ke generasi muda.

c) Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup suatu masyarakat dan peradaban. Dengan kata lain, tanpa nilai-nilai keutuhan dan kesatuan suatu masyarakat, maka kelanjutan hidup tersebut tidak akan dapat terpelihara dengan baik yang akhirnya akan berkesudahan dengan kehancuran masyarakat itu sendiri.27

2. Menurut Ahmad D. Marimba, Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian yang lain sering kali beliau mengatakan kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat

26Ahmad Tafsir, op., cit. h. 3

(50)

41

berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.28

3. Menurut Dja’far Siddik, Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah suatu disiplin

ilmu pendidikan yang berlandaskan agama Islam, yang teori dan konsep-konsepnya digali dan dikembangkan melalui pemikiran dan penelitian ilmiah berdasarkan tuntunan dan petunjuk Alquran dan Hadis.29

4. Menurut Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah proses penyampaian informasi dalam rangka pembentukan insan yang beriman dan bertaqwa agar manusia menyadari kedudukan, tugas dan fungsinya di dunia ini baik sebagai abdi maupun sebagai khalifah-Nya dengan selalu taqwa dengan makna, memelihara hubungannya dengan Allah, masyarakat dan alam sekitarnya serta bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa.30

5. Menurut Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah pendidikan melalui ajaran-ajaran Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan itu ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejateraan hidup di dunia maupun di akhirat.31

28 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (cet. I, Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 17

29M. Arifin, Ilmu Pendidkan Islam, (cet. V, Jakarta: Bumi aksara, 1996), h. 24 30Muhammad Ali, op., cit. h. 18

(51)

6. Konsep pendidikan Islam sebagaimana yang dikemukakan oleh Zarkowi Soejati tersebut menurut Abdul Malik Fadjar walaupun belum memadai secara falsafi untuk disebut sebagai pendidikan Islam, tetapi dapat dijadikan sebagai pengantar dalam memahami pendidikan Islam secara lebih mendasar. Berdasarkan pengertian ini Abdul Malik Fadjar berpendapat bahwa keberadaan pendidikan Islam tidak sekedar menyangkut persoalan ciri khas, melainkan lebih mendasar lagi yaitu tujuan yang diidamkan dan diyakini sebagai yang paling ideal yaitu insan kamil atau muslim paripurna.32

Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan bimbingan yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada peserta didik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian muslim yang sejati.

Pendidikan agama Islam merupakan bagian terpenting yang berkenaan dengan aspek sikap dan nilai-nilai yang antara lain akhlak. Karena pendidikan agama memberikan motivasi hidup dan kehidupan, dan juga merupakan alat pengembangan dan pengendalian diri. Dengan demikian akan tercipta manusia yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, juga ditentukan oleh kemampuan pendidik karena faktor pendidik sangat menentukan keberhasilan anak dalam pendidikan.

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Dalam skripsi ini peneliti menggunakan metodologi penelitian kualitatif yang penjabarannya sebagai berikut: Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang lebih mengarah kepada kualitas suatu fenomena atau gejala sosial yang kemudian dijadikan suatu pengembangan konsep teori.

Penelitian kualitatif lebih cenderung pada suatu yang bersifat deskriptif seperti pada proses suatu langkah kerja, pengertian tentang suatu konsep yang beragam, karakteristik suatu barang, gambar-gambar, simbol-simbol dan lain sebagainya.

Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi yang bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Dengan demikian arti atau pengertian penelitian kualitatif tersebut adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah di mana peneliti merupakan instrumen kunci.

(53)

data berupa pemaparan mengenai situasi yang diteliti yang disajikan dalam bentuk uraian naratif. Hakikat pemaparan data pada umumnya menjawab pertanyaan-pertanyaan mengapa dan bagaimana suatu fenomena terjadi. Untuk itu peneliti dituntut memahami dan menguasai bidang ilmu yang ditelitinya sehingga dapat memberikan justifikasi mengenai konsep dan makna yang terkandung dalam data.

Bodgan dan Taylor dalam Moleong mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat di amati.1 Karena penelitian ini mementingkan penguraian fenomena yang teramati dalam konteks makna yang melingkupi suatu realitas dan berlangsung alami, di mana peneliti merupakan instrumen utama. Data-data yang mementingkan proses dari pada hasil dan menggunakan analisis data secara induktif.2

Dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif tidak dimulai dari teori yang dipersiapkan sebelumnya, tapi dimulai dari lapangan berdasarkan lingkungan alami. Data dan informasi lapangan ditarik maknanya dan konsepnya, melalui pemaparan deskriptif analitik, tanpa harus menggunakan angka, sebab lebih mengutamakan proses terjadinya suatu peristiwa dalam situasi yang alami. Generalisasi tak perlu dilakukan sebab deskripsi dan interpretasi terjadi dalam konteks dan situasi tertentu. Realitas yang kompleks dan selalu berubah menuntut peneliti cukup lama berada di lapangan.

1Jalaludin Rahmat, metode penelitian Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya Offset, 1998), h.24.

(54)

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi pelaksanaan penelitian berada di SMA Negeri 4 Manado obyek penelitian ini adalah peserta didik.

Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan lebih kurang 3 bulan dimulai dari bulan Agustus sampai bulan Oktober 2014. SMA 4 Negeri Manado dipilih oleh peneliti untuk dijadikan sebagai lokasi penelitian karena di SMA 4 Negeri Manado pernah menjadi lokasi PPL, sejak saat itulah peneliti mengamati gejala-gejala peserta didik pada mata pelajaran agama Islam (PAI) di sekolah tersebut, sehingga memunculkan ide untuk mengangkat masalah yang terjadi di sekolah tersebut, agar dijadikan sebuah judul proposal skripsi sehingga dapat menggali lebih dalam masalah-masalah yang terjadi untuk menemukan solusinya.

Penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransformasikan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial yang diteliti sebeumnya. Sugiyono mengemukakan bahwa sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden melainkan sebagai nara sumber atau partisipan, informan, teman, peserta didik dan pendidik dalam penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif juga bukan merupakan sampel statistik berupa angka-angka, tetapi sebagai sampel teoritis karena penelitian kualitatif bertujuan menghasilkan teori.

(55)

muslim kelas X berjumlah 53 orang, sedangkan kelas XI berjumlah 40 orang peserta didik muslim, kelas XII berjumlah 58 orang peserta didik. Jadi, keseluruhan peserta didik muslim di SMA Negeri 4 Manado berjumlah 151 orang. Pada penelitian ini yang menjadi key informan sebanyak 53 orang peserta didik diambil dari keseluruhan jumlah peserta didik muslim kelas X di SMA Negeri 4 Manado.

C. Sumber Dan Jenis Data

Data yang diperlukan terdiri dari:

1. Data primer diperoleh melalui informan kunci (key informan) dan informan-informan lain yang mengetahui keadaan sebenarnya yang terjadi. Subjek penelitian atau informan dalam penelitian ini adalah peserta didik Muslim kelas X-XII yang berjumlah 151 orang peserta didik tetapi dengan metode purposive sampling maka dengan hanya 15 orang peserta didik peneliti sudah bisa mendapatkan hasil dari data yang dibutuhkan.

(56)

47

2. Data sekunder, data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan-laporan penelitian terdahulu. Data ini merupakan data-dat pendukung dan tambahan atau dokumen-dokumen yang berkaitan erat dengan penelitian.

Salah satu sifat penelitian kualitatif ialah tidak mementingkan jumlah sampel/informan, tetapi yang dipentingkan ialah content, relevansi dan sumber yang benar-benar dapat memberikan informasi, baik mengenai orang, peristiwa atau hal. Menurut Sugiyono sampel informan dalam penelitian kualitatif berkembang terus atau bergulir menggelinding yakni teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar yang bertujuan sampai data yang dikumpulkan dianggap memuaskan. Oleh karena itu penetapan sampel sumberdaya/informan yang digunakan dalam penelitian ini ialah teknik purposive sampling (sampel bertujuan).

D. Instrumen Penelitian

Di dalam penelitian terdapat dua hal yang mempengaruhi kualitas penelitian yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas intrumen penelitian dapat diuji dengan tingkat validitas instrumen.

(57)

bagaimana pemahaman terhadap metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap objek bidang yang diteliti, kesiapan penelitian berupa akademik maupun logistik. Dan yang melakukan validasinya adalah peneliti itu sendiri.

Alasan instrumen penelitian adalah peneliti sendiri, karena menurut Nasution dalam bukunya Sugiyono mengemukakan:

“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain dari pada menjadikan

manusia sebagai instrumen (human instrumen) utama. Alasanannya bahwa segala sesuatu dalam penelitian belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur, bahkan hasil yang diharapkan belum sepenuhnya dapat ditentukan secara pasti. Segala sesuatu akan terus dikembangkan sepanjang penelitian masih berlangsung. Dalam keadaan seperti itu hanya peneliti sendiri sebagai intrumen yang dapat mencapainya”.3

E. Teknik Pengumpulan Data

Telah dikemukakan diatas bahwa pengumpulan data dilakukan dalam latar alamiah (natural setting). Untuk itu teknik pengumpulan data dari sumber data berupa data primer (data yang langsung memberikan data) dan sekunder (data yang tidak langsung memberikan data) dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Observasi

Nasution dalam Sugiyono menyatakan bahwa, observasi merupakan dasar dari ilmu pengetahuan, karena para ilmuwan dan peneliti hanya akan dapat bekerja berdasarkan data yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh

Referensi

Dokumen terkait

Penentuan umur simpan permen hard candy pada kondisi RH 75% dan 3 suhu penyimpanan yang berbeda yaitu 25 o C, 35 o C dan 40 o C selama 14 hari menggunakan metode ASLT

Dari hasil penelitian pemahaman para pengemis perempuan yang berasal dari Kecamatan Tlanakan khususnya dari 3 Desa yaitu Desa Panglegur, Desa Larangan Tokol dan Desa

Bertambahnya kewajiban jangka panjang yaitu hutang PKP-RI karena koperasi melakukan peminjaman kepada PKP-RI sebesar Rp.63.500.000,00, (3) bertambahnya equitas (simpanan

Polimer kondensasi merupakan suatu polimer yang terbentuk dari polimerisasi kondensasi, dimana polimerisasi ini merupakan suatu reaksi pembentukan polimer yang

Sintesis asam etoksi lignosulfonat sebagai surfaktan dari limbah tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dilakukan dengan tujuan mengisolasi lignin dari TKKS, mempelajari etilasi terhadap

The first script has a function to display the login form in the sidebar and the second script has a function to show the eLearning content in another part of webpage. This

Besarnya kontribusi pencairan tunggakan PKB dengan surat peringatan (SP) terhadap penerimaan PKB di Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur UPTD Malang Kota

1. Guru PAI memberikan pelajaran kepada siswa dan sekaligus mempraktekkannya seperti materi sholat, berwhudu dan puasa. Guru PAI menugaskan kepada setiap kelas bergantian