• Tidak ada hasil yang ditemukan

Historiografi buku teks ANDRE BAGUS IRSHANTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Historiografi buku teks ANDRE BAGUS IRSHANTO"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

NAMA : ANDRE BAGUS IRSHANTO

NIM : 1104592

MATAKULIAH : KAJIAN BUKU TEKS

MENDEKONSTRUKSI HISTORIOGRAFI

BUKU TEKS SMP DAN SMA PADA MASA ORDE BARU

ABSTRAK

Dalam proses penulisan suatu karya sejarah terdapat tahapan metodologi penelitian yang dipergunakan dikalangan sejarawan yaitu “historiografi”. Historiografi adalah tahap terakhir dalam metodologi penelitian sejarah yang harus dilakukan oleh seorang sejarawan untuk menghasilkan sebuah karya yang mendekati kejadian yang sebenarnya,walaupun kadangkala dalam sebuah historiografi terdapat faktor subjektivitas dari sejarawan yang menulisnya.

Menurut sebagian besar sejarawan, historiografi dapat dibagi menjadi tiga yaitu :historiografi tradisional, historiografi kolonial, dan historiografi modern Indonesiasentris, sedangkan dalam gaya penulisan historiografi Indonesiasentris terdapat dua aliran besar yang mempengaruhi gaya penulisan sejarah yaitu Mazhab Bulaksumur dan Mazhab Politik . Kedua mazhab tersebut dikembangkan di dua Universitas tertua di Indonesia yaitu Universitas Gajah Mada( UGM) dan Universitas Indonesia (UI).

(2)

rezim Orde baru ( Orba). Pada rezim Orde baru sangat kental sekali akan kepentingan pemerintah yang tengah berkuasa, yang ingin menonjolkan peranannya dalam sejarah bangsa indonesia, diantaranya dengan cara memasukan matapelajran PSPB (Pelajaran Sejarah Perjuangan Bangsa ) kedalam kurikulum SMP dan SMA.

Kata Kunci : Historiografi, Historiografi Indonesiasentris, Teks Sejarah, Kurikulum Pendidikan Sejarah , Orde baru, PSPB ( Pelajaran Sejarah Perjuangan Bangsa)

PENGANTAR

Sudah empat belas tahun kita meninggalkan Orde baru dan saat ini telah berganti menjadi era Reformasi,tetapi belum tampak perubahan yang signifikan dalam penulisan buku teks, hanya segelintir sejarawan dan penulis buku teks sejarah yang berani melakukan pembaharuan terhadap historiografi pada buku teks sejarah, sedangkan sisanya masih menggunakan data dan fakta sejarah yang pernah dipakai pada rezim Orde baru . Hal ini sangat memprihatinkan , karena guru dan siswa harus mempelajari suatu peristiwa sejarah tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya terjadi, terdapat indikasi penyampaian fakta yang tidak benar dan tidak sesuai dengan fakta yang terjadi demi untuk melanggengkan kekuasaanpada masa rezim Orde Baru

Selain itu pada buku sejarah SMP dan SMA terkesan kering dan seperti tidak berkaitan antara ilmu –ilmu sosial yang lain dan juga tidak memasukan unsur sejarah lokal daerah masing -masing kedalam buku teks Sejarah SMP dan SMA.

A. DEFINISI HISTORIOGRAFI DAN PERKEMBANGAN

HISTORIOGRAFI DI INDONESIA

(3)

tahapan ini tidak dapat dihindari adanya faktor subjektivitas, menurut Dr Sugeng Priyadi M Hum. dalam bukuya yang berjudul Metode Penelitian Pendidikan Sejarah yang dimaksud subjektivitas adalah : “Suatu hal yang selalu ada dalam intrerpretasi ,yang dipengaruhi oleh sikap berat sebelah pribadi,prasangka kelompok, teori-teoriinterpretasi yang bertentangan dan konflik-konflik filsafat.”[ CITATION Pri123 \l 1057 ].

Subjektivitas menurut saya adalah sebuah pandangan baik dari hasil interpretasi sejarawan itu sendiri maupun karena adanya permintaan dari penguasa yang sedang berkuasa saat itu, biasanya hal tersebut dilakukan untuk melanggengkan kekuasaan dan menyingkirkan orang-orang yang berbeda ideologi dengan penguasa dan tidak setuju akan kebijakan penguasa yang saat itu sangat dekat dengan fihak asing. Idealnya dalam penulisan sejarah haruslah se-objektif mungkin. Menurut Haryono dalam bukunya yang berjudul Mempelajari Sejarah Secara Efektif yang dimaksud dengan objektivitas adalah : “Objektivitas dalam praktek merupakan kemampuan menghadapi pelbagi fakta, terlepas dari apa anda menyukai atau tidak.”[ CITATION Har951 \l 1057 ]

Setelah dipaparkan definisi historiografi secara umum,berikut ini saya paparkan beberapa definisi historiografi dari para sejarawan :

Menurut Prof Dr Ismaun M.Pd: “Historiografi berarti pelukisan sejarah, gambaran sejarah tentang peristiwa yang terjadi pada masalalu yang disebutsejarah”[ CITATION Ism051 \l 1057 ]

Menurut Prof Dr Helius Sjamsudin M.A,“Historiografi adalah: “Suatu Sintesis yang dihasilkan oleh sejarawan dari seluruh hasil penelitiannya atau penemuannya itu dalam suatu penulisan utuh.’’ [ CITATION Sja071 \l 1057 ]

Menurut Drs Sugiyanto, M Hum Historiogarfi adalah“Historiografi merupakan puncak kegiatan penelitian sejarah setelah memilih subjek yang diminati dalam penelitian sejarah, kemudian mencari sumber-sumber dan menafsirkan informasi yang terkandung di dalamnya” [ CITATION Sug091 \l 1057 ]

(4)

Menurut Prof A Daliman, M.Pd Historiogarfi adalah “ Penulisan sejarah ( historiografi)menjadi sarana mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian yang diungkapkan ,diuji ( verifikasi) dan diinterpretasi”[ CITATION Dal12 \l 1057 ]

Menurut Abdurahaman Hamid dan Muhammad Saleh Majid Historiogarafi adalah “ Berbagai peryataan mengenai masa silam yang telah disintesiskan selanjutnya ditulis dalam kisah sejarah”[ CITATION Ham11 \l 1057 ]

Menurut Soedjatmoko et all Historiografi adalah “ Historiografi atau penulisan sejarah dalam ilmu sejarah merupakan titik puncak dari kegiatan penelitian oleh sejarawan. Dalam metodologi sejarah ,historiografi merupakan bagian terakhirnya.Langkah terakhir,tetapi langkah tersebut adalah langkah terberat .’’[ CITATION Poe87 \l 1057 ]

Menurut Susanto Zuhdi Historiografi adalah “Ada dua pengertian mengenai historiografi yaitu pertama langkah terakhir dalam metode sejarah atau penulisan sejarah dan kedua tinjauan atas hasil karya tulis sejarah”[ CITATION Mul092 \l 1057 ]

Dari beberapa definisi yang telah dipaparkan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa historiografi adalah tahapan yang terakhir dan yang paling berat dari sebuah rekonstruksi suatu peristiwa sejarah yang terjadi pada masa lampau yang dilakukan oleh sejarawan setelah terlebih dahulu melakukan tahapan heuristik, kritik,verifikasi dan interpretasi berdasarkan data dan fakta yang ditemukan di lapangan agar menjadi sebuah kisah yang selaras dengan apa yang terjadi sebenarnya pada masa lampau dan harus menghindari subjektivitas.

Dalam historiografi terdapat tiga fungsi utama yaitu fungsi genetis, fungsi didaktis,dan fungsi pragmatis, berikut ini pembahasannya satu persatu:

- Fungsi Genetis

(5)

- Fungsi Didaktis

Fungsi didaktis adalah suatu fungsi dalam historiografi dimana sejarah ditempatkan sebagai cerita pengalaman kolektif dan juga didalamnya memuat banyak pelajaran, hikmah serta suri teladan bagi pembaca pada umumnya dan khususnya bagi generasi berikutnya . Di dalamnya dipandang sebagai wahana untuk melakukan sosialisasi dan enkulturasi karena mengandung tradisi,kebijakandan pengetahuan akan nilai-nilaidari generasike generasi. Contoh dari fungsi didakstis adalah pada bagian permulaan Sejarah Melayu walaupun dicantumkan secara eksplisit.

- Fungsi Pragmatis

Dalam fungsi pragmatis yang sangat ditonjolkan adalah fungsi untuk melegitimasi sesuatu kekuasaan khususnya dan situasi politik pada umumnya walaupun dengan cara yang tidak rasional yaitu dengan mengkait-kaitkan garis keturunan para penguasa dengan para dewa , biasanya fungsi ini lebih banyak terjadi pada historiografi tradisonal. Contoh dari fungsi pragmatis adalah pada Babad Tanah Jawi karena dalam Babad Tanah Jawi ada unsur legtimasi penguasa dari raja-raja kerajaan Mataram dengan mengait-ngaitkan garis keturunan pararaja dengan dewa-dewa.

Karena pokok peristiwa dan tokoh sejarah yang dapat dikisahkan banyak sekali oleh karena itu muatan yang ada dalam buku teks sejarah harus dibatasi . Batas yang paling praktis adalah minimal batasan yang telah ditentukan oleh kurikulum , boleh saja penulis buku teks sejarah menambahkan sejumlah bahan terbatas dalam buku teks yang ditulisnya.

Djoko Suryo seorang dosen dan Sejarawan asal UGM membagi historiografi menjadi tiga bagian yaitu historiografi tradisional, historiografi kolonial,dan historiografi modern Indonesiasentris. Pembagian tersebut didasarkan pada metode dan isi dari karya historiografi tersebut , berikut saya paparkan satu persatu :

I. Historiografi Tradisional

(6)

tradisi lisan kita dapat melacak kebebenaran sejarahnya walaupun tidak seratus persen tepat karena pada tradisi lisan ini sangat rawan akan subjektivitas.

Di Indonesia kegiatan sejarah lisan sebagai penyediaan sumber baru dimulai oleh Arsip Nasional RI sejak tahun 1973 , penggunaan kegiatan tradisi sejarah lisan di Indonesia sedikit terlambat dengan negara-negara yang lain contohnya Amerika Serikat yang melakukan penelitian sejarah dengan sumber sejarah lisan pada tahun 1948 yang didrikan oleh Allan Nevis di Colombia University New York.

Saya mengutip pendapat Taufik Abdullah mengenai definisi historiografi tradisional dan kedudukannya : “Historiografi tradisional merupakan suatu karya yang tidak dapat dianggap sebagaikarya yang sudah selesai . Jadi, sebagai sumber, historiografi tradisional berkedudukan sebagai sumber sekunder. Karya tersebut berkedudukan sebagai bahan atau sumber primer yang memerlukan penelaahaanyang mendalam dan hati-hati karena historiografi tradisional cenderung mengeburkan dua macam realitas , yaitu :(1)realitas yang objektif( pengalaman yang aktual) ;(2)realitas yang riil dalam diri( penghayatan kultural kolektif).’’[ CITATION Pri122 \l 1057 ]

Bentuk dari historiografi tradisonal adalah berupa hikayat, tambo, babad, kronik dll yang kadang-kadang ceritanya tidak masuki diakal. Menurut Wung Gung Wu, ciri khas yang membedakan historiogarfi tradisional dengan historiogarfi modern adalah “ ( a) Kebanyakan karya-karya tersebut kuat dalam hal geologis tetapi lemah dalam hal kronologis dan detil-detil biografis;(b) Titik tekannya adalah pada gaya bercerita, bahan –bahan anekdot , dan penggunaan sejarah sebagai alat pengajaran agama;(c) Bila karya-karya tersebut lebih bersifat sekuler maka nampak adanya persamaan dalam hal perhatian pada kingship ( konsep mengenai raja) serta tekanan diletakan pada kontinuitas dan loyalitas yang ortodoks;(d) Pertimbangan-pertimbangan kosmologis dan astronomis cenderung untuk menyampingkan keterangan-keterangan mengenai sebab akibat dan ide kemajuan ( progress).’’[ CITATION WuW85 \l 1057 ]

(7)

dinamisme, totemisme kepada ajaran agama yaitu Hindu , Budha dan Islam.Pada proses inilah terjadi sebuah sikretisme ( percampuran dua keyakinan atau lebih ) dengan kepercayaan asli bangsa indonesia yang menyebabkan agama itu mudah diterima oleh masyarakat indonesia.

Selain itu pada historiografi tradisonal pada zaman itu berpusat pada masalah-masalah pemerrintah dari raja-raja yang berkuasa. Penulisannya bersifat istana sentrisyaitu berpusat pada keinginan dan kepentingan raja.

Penulisan historiografi tradisional yang khas pada masa Hindu Budha adalah lebiih banyak dibuat pada batu-batu besar yang lebih dikenal dengan istilah prasasti.Tujuannya adalah agar generasi penerus mengetahui bahwa terjadi suatu peristiwa penting yang terjadi pada suatu kerajaan pada saat seorang raja memerintah.

Sebagaimana penulisan pada historiografi pada masa Hindu Budha, pada masa Islam penulisan suatu peristiwa ditulis dalam bentuk kitab-kitabyang berdasarkan petunjuk dari raja . Selain sebagian besar berisi tentang masalah politik, kitab-kitab pada masa kerajaan Islam berisi pula kehidupan kemasyrakatan seperti di bidang keagamaan, sosial,dan ekonomi

Menurut Taufik Abdullah inti dari historiografi tradisional adalah “ Sebuah historiografi yang mencerminkan kenyataan riil yang dihayati dan patokan nilai yang dihayati( diberi makna,ditafsirkan berdasarkan the myth of concern ( mitos yang menguatkan para penguasa, atau orang yang menang dalam sejarah )).”[ CITATION Pri122 \l 1057 ]. Jadi pada historiografi tradisional haruslah dibumbui oleh the myth of concern agar dapat melanggengakan penguasa yang sedang berkuasa saat itu.

(8)

Fungsi dari historiografi tradisional menurut I Gde Widja adalah sebagai “Penempatan penguasa dan tokoh-tokoh tertentu dalam historiografi tradisional yang bersifat sakral sesungguhnya memiliki arti tersendiri bagi masyarakat dimana naskah itu berada, oleh karena itu kedudukan raja-raja biasanya dikaitkan dengan tokoh mitis, dibuat silisilah raja-raja dengan menghubungkan pada tokoh mistis. Penggambaran ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan legitimasi terhadap kedudukan raja”[ CITATION Mul12 \l 1057 ]

Pada abad modern , para sejarawan muda mengadakan sebuah seminar yaitu Seminar Sejarah Lokal yang pertama pada tahun 1982 , seminar ini berbeda dengan seminar sejarah nasional karena pada seminar ini mengusung topik dan isu yang “ Problem Oriented’’. Tekanannya ialah pada sejarah pedesaan dan kota dengan bandingan yang sama. “Perkembangan dan Perubahan’’menjadi isu sentral pada makalah-makalah para sejarawan muda yang menggunakan perspektif sejarah .Dua tahun kemudian tepatnya pada tahun 1984 diselenggarankalah Seminar Sejarah Lokal yang kedua yang dihadiri oleh sekitar 130 sejarawan dan ditambah dengan para ilmuwan sosial yang lainnya, tema yang diangkat pada seminar kali ini adalah keinginan untuk adanya relevansi ke sejarah untuk pembangunan pedesaan dan perkotaan.

II. Historiografi Neerlandosentris ( Kolonial )

MenurutDr Sugeng Priyadi. M.Hum. dalam bukunya yang berjudul Sejarah Lokal, Konsep, Metode,dan Tantangan. Neerlandosentrime. adalah: “ Penafsiran sejarah berdasarkan kacamata Belanda dari atas geladak kapal,yang menjelaskan sejarah orang-orang Belanda di Indonesia’’[ CITATION Pri122 \l 1057 ]

Sedangkan menurut pendapat Djoko Surjodalam Jurnal Sejarah Pemikiran, Rekontruksi , Presepsi Media Komunikasi Masyarakat Sejarawan Indonesia Vol 14 No 1 , 2009 yang berjudul PERIODISASI SEJARAH INDONESIA: DARI SEMENJAK SEMINAR SEJARAH DI YOGYAKARTA 1957 HINGGA MASA KINI

(9)

budaya , yaitu perspektif Eropa-sentrisme dan Neerlandos-sentrisme.’’[ CITATION Sur092 \l 1057 ]

Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat diartikan bahwa Neerlandosentris adalah sebuah gaya penulisan sejarah yang sumber-sumber utamanya berasal dari peninggalan-peninggalan sejarah kolonial seperti surat-surat, arsip-arsip, laporan kepada Pemerintah Kolonial.

Historiografi Modern gaya Neerlandosentris memiliki ciri khas tersendiri yang membedakan dari gaya penulisan sejarah yang lainnya, ciri – ciri khas tersebut yaitu:

1. Pemerintah Kolonial Sebagai Aktor Utama

Maksud dari gaya penulisan dengan menempatkan Pemerintah Kolonial sebagai aktor utama adalah bahwa dalam suatu peristiwa sejarah selalu mengedepankan peran Pemerintah Kolonial terhadap daerah jajahan, segala aspek kehidupan daerah jajahan diatur oleh Pemerintah Kolonial dan Pemerintah Kolonial dianggap memegang peran utama dan penting, sedangkan orang-orang pribumi di nomor duakan dan tidak dianggap memainkan peran dalan suatu peristiwa sejarah .Untuk memperkuat statment diatas saya kutip tulisan Prof Dr Taufik Abdullah dalam Jurnal Historia Jurnal Pendidikan Sejarah, No 9 Vol V ( Juni 2004) yang berjudul Di sekitar Gugatan Terhadap Pelajaran Dan Buku Sejarah

Historiografi kolonial bertolak dari pertanyaan pokok Apakah yang dilakukan para pejuang entah padagang entah militer Belanda di negeri yang kemudian disebut Hindia Belanda ? Jadi, aktor utama yang menjadi perhatian adalah orang-orang Belanda, bukan anak negeri, anak negeri hanya dibicarakan kalau mereka sempat bertemu dengan para pejuang Belanda itu jadi anak negeri hanyalah background saja “[ CITATION Abd041 \l 1057 ]

2. Pesakitan Sejarah

Ciri berikutnya dari gaya penulisan gaya Neerlandosentris adalah adanya pesakitan sejarah, yang berarti bahwa dalam setiap penulisan peristiwa sejarah harus ada yang dikorbankan dan dijadikan kambing hitam dalam sebuah peristiwa sejarah dalam hal ini biasanya adalah orang-orang pribumi.

(10)

Dalam penulisan gaya Neerlandosentiris harus ada yang menjadi musuh ,dalam hal ini yang dianggap sebagai musuh adalah orang-orang pribumi yang menentang kebijakan Pemerintah Kolonial .Dalam penulisan gaya Neerlandosentiris terdapat sebuah istilah yang merugikan bangsa Indonesia yaitu “ Pemberontak’’ untuk setiap perlawanan kaum pribumi terhadap fihak kolonial Belanda. Kata ini sendiri mengandung arti “ perlawanan terhadap kekuasaan yang sah ( kolonial)” , padahal, rakyat indonesia adalah pemilik dan penguasa yang sah terhadap tanah yang sah yaitu tanah indonesia yang telah diwariskan secara turun temurundari nenek moyang.

Maka.perlawanan terhadap kolonial Belanda harus dianggap sebagai perlawanan terhadap penjajahan yang menduduki secara ilegal tanah air kita( Indonesia). Dengan kata lain , perlawanan itu harus dilihat sebagai perjuangan untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan.

III. Historiografi Indonesiasentris

Historiografi Modern gaya Indonesiasentris Menurut Dr Sugeng Priyadi. M Hum dalam bukunya yang berjudul Sejarah Lokal Konsep, Metode,dan Tantangan, Indonesiasentrisadalah “ Penafsiran sejarah berdasarkan kacamata Indonesia,atau pendekatan yang menjelaskan manusia Indonesia sebagai pelaku utama.”[ CITATION Pri122 \l 1057 ]

Menurut Dr Agus Mulyana M Hum dan Dra Darmiasti M Hum dalam bukunya yang berjudul Historiografi Di Indonesia dari Magis-Religus Hingga Strukturis , Indonesiasentrisme adalah “ Indonesiasentrisme menunjukan istilah pandangan penulisan sejarah dilihat dari kacamata orang Indonesia.’’[ CITATION Mul091 \l 1057 ]

(11)

Dari beberapa pendapat ahli dapat ditarik kesimpulan bahwaUnsur-unsur Indonesiasentrisme dalam buku buku teks sejarah SMP dan SMA secara umum, yaitu : Indonesia menjadi sentral atau pusat wacana sejarah , Pribumi dijadikan menjadi tokoh utama , peran penjajah tidak terlalu di tonjolkan.

a. Pribumi dijadikan menjadi Tokoh Utama

Maksud dari gaya penulisan Indonesiasentrime adalah dengan menempatkan peranan pribumi lebih besar daripada kolonial Belanda dalam segala aspek kehidupan baik sosial, politik , ekonomi, dan pemerintahan, sedangkan para penjajah di nomor duakan dan tidak dianggap memainkan peran, karena dengan kehadiran mereka( Kolonial) mengakibatkan seluruh rakyat Indonesia menjadi terjajah dan tertindas baik secara materil maupun moril selama kurang lebih 350 tahun walaupun di tiap daearah di indonesia berbeda .

Peran Pribumi lebih ditonjolkan pada penulisan sejarah gaya Indonesiasentrisme dengan cara menampilkan gerakan-gerakan sosial pada abad ke 19 sampai awal abad ke 20 yang rata-rata dipelopori oleh kaum Agama yang berasal dari kaum Pribumi yang dibumbui dengan sentuhan gerakan melinairisme , Imam mahdi dan Ratu adil dalam menghadapi penjajah

b. Peran penjajah ( Kolonial ) Tidak Terlalu Ditonjolkan

Pada gaya penulisan Indonesiasentrisme, peran penjajah ( kolonial) tidak terlalu ditonjolkan karena peran para penjajah / kolonial dianggap sangat merugikan dan menyengsarakan sebagian besar pribumi terutama dari kelas rakyat jelata . Cara pemerintahan yang dilakukan pemerintah Belanda membuat masyarakat pribumi sengsara , yaitu dengandibuatnya sebuah kebijakan yang tidak manusiawi seperti kerja rodi dalam membangun Jalan raya Postwage antara Anyer –Panarukan yang banyak memakan korban para penduduk pribumi dari kalangan rakyat jelata yang tidak berdosa . Selain itu Belanda memberalkukan sebuah kebijakan yang bernama rodi yang mulai diberlakukan pada tahun 1830.

(12)

kebijakan ini berlaku di seluruh wilayah Hindia Belandalam penulisan sejarah bangsa Indonesia (HistoriografiIndonesiasentrisme).

c. Indonesia Menjadi Sentral Atau Pusat Wacana Sejarah

Maksud dari Indonesia menjadi sentral atau pusat wacana sejarah dalam penulisansejarah bangsa Indonesia (Historiografi Indonesiasentrisme).adalah

memberikan porsi yang seimbang tidak berat sebelah dan objektif serta mengurangi sikap subjektivitas dalam menempatkan peranan para pahlawan yang berjuang mengusir penjajah.

Kemunculan dari historiografi Indonesiasentrisadalah sebagai sebuah historiografi alternatif untuk menjawab tantangan historiografi indonesia yang baru beberapa dekade merdeka untuk menulis sejarah bangsa indonesia sendiri tanpa mengandalkan historiografi Neerlandosentris yang kebanyakan bersumber dari tulisan orang Belanda terutama karya F.W Stafel .

Usaha membentuk historiografi indonesiasentris mulai digalakan semenjak diselenggaranya sebuah seminar sejarah yang pertama pada tanggal 14-18 Desember 1957 yang diselenggarakan oleh Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta yang bertempat di keraton Yogyakarta. Dalam seminar sejarah pertama tersebut membahas dua tema besar dalam pemikiran dan penyusunansejarah indonesia setelah kemerdekaan, yaitu (1) Konsepsi Filsafat Sejarah Nasional, dibawakan oleh dua pembicara yaitu Prof Mr Muhammad Yamin dan Soedjatmoko dan ( 2) Periodisasi Sejarah Indonesi dibawakan oleh Prof Mr Soekanto dan Drs Sartono Kartodirdjo . Hal yang menarik untuk disimak dari kedua sesi diskusi tersebut di atas adalah bahwa baik dari para pembicara dan pembahasnya memiliki latar belakang keilmuan atau profesi yang cukup beragam. Perbedaan antara mereka yang berlatar belakang “sejarawan profesional” dan “sejarawan amateur”. Sejarawan profesional diwakili oleh Drs Sartono Kartodirdjo dan Soedjatmoko sedangkan sejarawan amateur diwakili oleh Prof .Mr Muhammad Yamin dan Prof Mr Soekanto.

(13)

ideologi tersebut sangat bertentangan antara kubu komunis dan pancasila yang mengusung NASAKOM.

Setelah seminar sejarah tahun 1957, lama tidak diadakan lagi seminar sejarah, baru 13 tahun kemudian tepatnya pada tahun 1970 di awal pemerintahan Orde Baru diselenggarakan kembali seminar sejarah kedua di Yogyakarta yang diketuai oleh Prof Dr Sartono Kartodirdjo. Dalam seminar ini membahas mengenai periodisasi sejarah indonesia dari masa prasejarah sampai indonesia pada masa mutakhir pada tahun 1970. Pada seminar tersebut sebagian besar dihadiri oleh para sejarawan muda yang terbagi atas enam panel berdasarkan periodisasi sejarah . Hasil dari seminar ini adalah untuk membentuk sebuah tim penulisan Sejarah Nasional Indonesia yang diketuai oleh ketua seminar , yaitu Prof Dr Sartono Kartodirdjo .Hasil dari seminar ini belum bisa dilaksanakan, baru tiga tahun kemudian penulisan sejarah nasional Indonesia ini berhasil dilaksanakan .

Penulisan Sejarah Nasional Indonesia( SNI) berdasarkan hasil dari presentasi para pemakalah pada seminar sejarah 1970, proyek penulisan Sejarah Nasional Indonesia( SNI) yang terdiri dari 6 jilid ini di mulai dari tahun 1973-1975 ( Cetakan ke1) dan 1977 (cetakan ke 2).

Tim Editor Buku Sejarah Nasional Indonesia ( SNI) adalah Sartono Kartodirdjo, Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. Sejak proses penulisan Sejarah Nasional Indonesia ( SNI) sudah terjadi konflik antara sesama tim penulis sejarah nasional , terutama setelah Deliar Noersebagai salah satu anggota tim penulis SNI jilid V,ditugasi untuk menulis “ Sejarah pergerakan Islam 1900-1945”,suatu hari dipanggil Nugroho Notosusanto dan diminta mengundurkan diri tanpa alasan yang jelas , hasil pekerjaan Deliar yang telah selesai dikerjakannya tidak dimuat sama sekali dalam SNI . Mundurnya Deliar Noer memancing anggota-anggota tim penulisan Sejarah Nasional Indonesia( SNI) terutama pada jilid V ikut mengundurkan diri , yakni Abdurachman Surjomithardjo,Thee Kian Wee, dan Taufik Abdullah .Yang terakhir mundur adalah Sartono Kartodirdjo .

(14)

SNI jilid VI yang disunting oleh Nugroho Notosusanto ternyata menui banyak kritikan dari para sejarawan . Dari daftar isinya saja sudah terlihat jelas aspek peranan pelaku sejarah yang berasal dari golongan militer jauh lebih mendominasi daripada peranan para pelaku sejarah yang berasal dari golongan sipil, sebagai contoh: bahwa perjuangan secara diplomasi melawan Belanda dikritik sedangkan perjuangan dengan cara mengangkat senjata ( perjuangan Jendral Soedirman) dipuji-puji ,hal ini dikarenakan penulis SNI jilid VI (Nugroho Notosusanto) adalah anggota ABRI.

Pada tahun 1981 diselanggarakan Seminar Sejarah Nasional ketiga di Jakarta, anggenda dari Seminar Sejarah ketiga adalah menjawab tantangan yang pernah dilontarkan pada Seminar Sejarah Nasional pertama dan kedua di Yogyakarta dengan cara pendekatan ilmu-ilmu sosial.

Pada tahun 2007 diadakan kembali Seminar Sejarah untuk memperingati 50 tahun Seminar Sejarah pertama pada tahun 1957 yang tujuannya untuk melanjutkan dan menyempurnakan periodisasi yang telah berlaku pada penulisan Sejarah Nasional Indonesia sebelumnya, sebagai keputusan Seminar Sejarah Indonesia 1970. Periodisasi tersebut menjadi sebuah periodisasi mutakhir yang dicapai pada masa kini,sebagaimana tercermin dalam buku Sejarah Nasional Indonesia sebanyak 8 jilid yang ditargetkan selesai pada 2008. , tetapi baru teralisasi pada tahun 2012 .

Dalam penjabaran Sejarah Nasional Indonesia( SNI) yang terdiri dari 6 jilid walaupun dalam periodisasi menggunakan aturan konvensional, namun didalam penjabarannya ada keinginan dari tim penulis terutama dari Sartono Kartodirdjo untuk memadukan antara ilmu sejarah yang diakronis ( mengkaji suatu peristiwa/ fenomena yang sama dengan sangat memperhatikan kronologis dan (bersifat vertikal)dan ilmu-ilmu sosial yang sinkronis(mengkaji suatu peristiwa /fenomena yang sama pada waktu dan tempat yan berbeda(bersifat horizontal)) dalam penjelasan tiap periodenya.

(15)

Dalam historiografi indonesiasentris terdapat dua mazhab besar yang berpengaruh dalam penulisan sejarah indonesia yaitu Mazhab Bulaksumur ( UGM ) dan Mazhab Politik ( UI).

A. Mazhab Bulaksumur

Mazhab ini digunakan untuk menyebutkan sejenis aliran dan sebuah pendekatan sejarah atau suatu school yang secara sadar dan terus menerus coba diperkenalkan oleh Sartono Kartodirdjo pada tahun 1967 kepada masyarakat Indonesia pada umumnya dan kepada para sejarawan dan mahasiswa di UGM pada khususnya .

Aliran ini banyak terpengaruh dari studi pemikiran sejarah di Perancis (Annales) yang menekankan kepada peranan orang kecil yang termarjinalkan/ terpinggirkan dalam penulisan sejarah konvensional,selain aliran annaales juga terpengaruh oleh aliran pemikiran sejarah dari Amerika Serikat.

Pada prinsipnya dan secara garis besar penekanan-penekanan yang ingin ditekankan menyangkut metodologi, perluasan bidang perhatian serta penggunaan pendekatan multidisipliner ( sebuah pendekatan ilmu-ilmu yang menggunakan lebih dari satu disiplin ilmu sosial untuk membahas suatu pokok persoalan , batasan-batasan displin ilmu-ilmu sosial tetap dipertahankan dan kedudukan satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu yang lain itu setara ) dan Interdisipliner( sebuah pendekatan ilmu – ilmu sosial yang menggunakan lebih dari satu disiplin ilmu sosial dengan kedudukan ada salah satu ilmu yang lebih diandalkan dari ilmu yang lain ) dengan cara

mengunakan cabang–cabang dalam ilmu-ilmu

sosial( Sosiologi,Antropologi,Geografi, Psikologi,Ekonomi,dan Politik) sebagai ilmu bantu dalam mengkaji sebuah permasalahan sejarah

(16)

1960-an , terutama adalah politik, sejarah politik , maka proposal Sartono yang baru itu menggeser tema yang sudah ada seperti sejarah politik menjadi tema-tema sosial, sejarah sosial , sejarah masyarakat. Tema dan cakupan dari usulan Sartono cakupannya labih luas , lebih kompleks, lebih banyak dimensinya,lebih banyak perspektifnya serta akan lebih banyak mengungkapkan dimesi-dimensi sejarah-sejarah sosial ini. Sehingga terbuka tema-tema baru . Ini juga dikenal sejarah-sejarah dari bawah akar rumput. Kedua,mengenai pendekatan. Sejak kembali dari Belanda ,di perkuliahan dan di berbagai seminar, didkusi dan tulisan-tulisannya , Sartono mendengung- dengungkan pendekatan sosial, social scientific approach , pendekatan multidisiplin , interdisipliner’’[ CITATION Nur08 \l 1057 ]

Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa dengan lahirnya mazhab bulaksumur ini ikut mewarnai khazanah historiografi indonesiasentris dan membawa wawasan baru bagi para sejarawan muda mengenai historiografi indonesia.

Setelah Prof Dr Sartono Kartodirdjo meninggal pada 7 Desember 2007,selanjutnya mazhab bulaksumur dikembangkan ke seluruh Indonesia oleh beberapa orang alumni Jurusan Sejarah UGM yang menjadi tenaga Dosen di berbagai perguruan tinggi di seluruh indonesia.

B. Mazhab Politik

(17)

baru runtuh mazhab politik ini tidak terlalu berkembang seperti dahulu, banyak sejarawan lulusan dari UI yang meninggalkan pendekatan mazhab politik dan beralih menggunakan pendekatan sosial approach

B. PENGERTIAN BUKU TEKS DAN PERKEMBANGAN KURIKULUM

PENDIDIKAN SEJARAH.

Definisi buku teks secara umummenurut Prof Dr Bintang Petrus Sitepu, M.A, adalah :“bahwa buku sekolah atau buku pelajaran yaitu semua buku yang dipakai dalam proses belajar mengajar’’[ CITATION Sit121 \l 1057 ].

Sedangkan menurut Helius Sjamsudin pada makalah yang ditulis oleh Dr Agus Mulyana M Hum yang berjudul Pendekatan Historiografi Dalam Memahami Buku Teks Pelajaran Sejarah, disajikan Dalam Seminar Nasional “Mendekonstruksi Permasalahan Pembelajaran Sejarah Di Sekolah”, Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI pada tanggal 19 Oktober 2009 :.“Buku teks merupakan buku pegangan utama dalam proses pembelajaran (learning) dan pengajaran (teaching) yang digunakan oleh siswa dan disusun atau ditulis oleh guru atau pakar yang menguasai displinnya dengan tujuan untuk mempermudah proses pembelajaran bagi siswa.’’[ CITATION Mul092 \l 1057 ]

Sedangkan definisi buku teks secara khusus( Sejarah ), adalah sebuah karya historiografi sederhana yang ditulis oleh guru yang memadukan kaidah-kaidah keilmuan sejarah dan unsur pendidikan ( karakter, budipekerti, dll) dan berpedoman pada kurikulum yang berlaku yang dipakai di tingkat SMP dan SMA .

(18)

bersangkutan. Seringkali juga terjadi guru menggunakan buku teks yang sudah tidak sesuai lagi dengan kurikulum yang berlaku saat ini.

Dalam penulisan buku teks tidak dapat lepas dan harus berpedoman pada kurikulum, karena di dalam kurikulum terdapat acuan utama dalam menulis buku teks pelajaran, khususnya berkaitan dengan penentuan sasaran , tujuan, materi, dan metode pengembangan buku teks pelajaran. .Di Indonesia kita sudah beberapa kali ganti kurikulum yaitu dari kurikulum 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006

Peranan Buku teks dalam Pembelajaran sejarah adalah sebagai sumber rujukan untuk membantu guru dan siswa dalam pembelajaran sejarah ( PBM), walaupun bukan sumber rujukan utama dalam pembelajaran sejarah, namun dapat dipergunakan sebagai acuan agar tidak terlalu melenceng dari kurikulum yang berlaku saat ini yaitu kurikulum satuan pendidikan ( KTSP) selain itu buku teks sejarah harus mampu menjadi alat bantu dalam eksplanasi bahan pelajaran,interaksi siswa-guru dalam PBM ,dan dalam hal ini guru tidak hadir di dalam kelas , menjadi sarana berdialog antara siswa dengan penggarang buku teks sejarahdan juga dengan pelaku sejarah itu sendiri ,sarana transmisi nilai dan norma, alat untuk memotivasi kegiatan belajar siswa , sarana visualisasi ( dengan gambar, peta, foto,dan grafik).

Dengan adanya Buku teks sejarah, diharapkan dapat menumbuhkan minat baca siswa akan tema-tema yang berhubungan dengan materi kesejarahan, selain itu menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air dengan meneladani sifat-sifat kepahlawanan yang digambarkan pada buku teks dan juga dapat mengambil hikmah dari semua peristiwa yang pernah terjadi dalam sejarah bangsa Indonesia maupun dunia.

Pada masa pemerintah Orde baru dapat menggunakan kurikulum untuk mengindoktrinasi rakyatnya ( dalam hal ini para siswa dari SD sampai SMA) melalui pelajaran sejarah dengan cara membentuk mata pelajaran baru yang terpisah dari mata pelajaran sejarah dan masuk pada rumpun matapelajaran pendidikan pancasila yaitu mata pelajaran PSPB ( Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa).

(19)

( kognitif ) siswa tapi tidak meperdulikan esensi dari mata pelajaran sejarah itu sendiri . Selain dari beberapa faktor yang telah dibahas diatas, yang melatarbelakangi lahirnya PSPB adalah keinginan penguasa Orde Baru agar dalam matapelajaran sejarah tidak hanya mengajarkan pengetahuan sejarah belaka tetapi juga supaya nilai-nilai perjungan bangsa dapat tertanam dalam hati dan sanubari siswa , keinginan Presiden Soeharto ini muncul karena mendapat masukan dari Jendral M Jusuf, yang berpendapat bahwa seorang calon Taruna AKABRI harus memiliki pengetahuan dasar mengenai sejarah perjuangan bangsa.

Untuk merealisasikan mata pelajaran PSPB di sekolah, Presiden Soeharto menugaskan kepada Sekertaris Kabinet Drs Moediono, Prof Dr Nugroho Notosusanto sejarawan,Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Prof Dr Hasan Walinono, Kepala BP-7 Hari Soeharto, dan Ketua Umum PGRI Basuni Surjamiharja untuk membahas isi dancara pendidikan sejarah bangsayang dapat menumbuhkan semangat kebangsaan

Pada masa Nugroho Notosusanto menjadi menteri P&K beliau sangat gigih memperjuangkan matapelajaran PSPB agar masuk kedalam GBHN ( Garis-garis Besar Haluan Negara) . PSPB akan dimasukan kedalam kurikulum yaitu termasuk matapelajaran Pancasila, jadi berbeda dengan matapelajaran sejarah yang masuk pada matapelajaran IPS . Dalam rancangan GBHN dalam sidang Umum MPR 1982, PSPB termasuk kedalam salah satu usulan yang diajukan pemerintah terhadap MPR, dalam sidang umum MPR tidak semua fraksi menyetujui usulan pemerintah mengenai PSPB, tetapi mayoritas fraksi di MPR menyetujui PSPB. Tetapi karena mencapai quorum, akhirnya PSPB ditetapkan melalui Tap MPR NO II/MPR/1982 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara(GBHN),PSPB secara tersurat tercantum didalamnya .

Setelah penetapan PSPB pada tahun 1982 yang telah resmi tercantum dalam GBHN, pemerintah tidak langsung menerapkannya di sekolah-sekolah tetapi melakukan sosialisasi dari tahun 1982-1984 kepada para guru untuk memperkenalkan tujuan dari matapelajaran PSPB . Baru pada tahun ajaran 1984/1985 matapelajaran PSPB mulai resmi diajarkan dari tingkat Taman Kanak-Kanak sampai Sekolah Menengah Tingkat Atas. Tujuan umum dari mata pelajaran PSPB ini ada tiga yaitu :

1. Mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air

2. Meningkatkan pendidikan Pancasila

(20)

Dapat ditarik kesimpulan dari ketiga tujuan umum dari matapelajaran PSPB ini adalah agar menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air yang berdasarkan semangat Pancasila dan UUD 1945 kepada para siswa di sekolah. Pada pelajaran PSPB pula anak lebih ditekankan pada ranah afektif dari ranah tujuan pendidikan . Maksud dari ranah afektif dalam pembelajaran PSPB adalah siswa mampu menghayati nilai-nilai semangat perjuangan bangsa Indonesia .

Materi PSPB pada prinsipnya diambil dari materi pelajaran Sejarah Nasional Indonesia, tetapi dalam matapelajaran ini tidak semua materi diambil, hanya materi sejarah yang menyangkut dengan nilai-nilai kepahlawanan saja.Materi PSPB pada SMA diberikan mulai dari kelas satu, dua ,dan tiga di semua jurusan , tetapi hanya diberikan pada semester ganjil saja yaitu semester I,III, V. Pembagian materi PSPB pada SMA adalah berdasarkan Garis-garis Besar Pengajaran Pendidikan Sejarah ( GBPP PSPB) untuk Sekolah Menegah Umum Tingkat Atas yang diterbitkan oleh Departemen P&K.

Sebelum dicetaknya buku paket PSPB,buku yang menjadi rujukan utama dalam matapelajaran PSPB adalah buku “30 Tahun Indonesia Merdeka ( 1945-1975)” yang terdiri dari empat jilid dan disusun oleh Menteri Sekertaris Negara bekerjasama dengan Pusat Sejarah ABRI , dan buku paket Sejarah Nasional Indonesia Jilid 3 yang terbit pada tahun 1987 dan diedit oleh Nugroho Notosusanto.

Di dalam kedua buku tersebut banyak sekali unsur–unsur ideologisme kepentingan Orde Baru yang tujuannya ingin menerapkan Pancasila secara utuh dalam segala sendi kehidupan berbangsa, tetapi pada kenyataannya terdapat penyelewengan terhadap UUD dan Pancasila. Walaupun Orde baru sendiri menganggap bahwa Orde sebelumnya sudah menghianati Pancasila dan UUD 1945, karena pada Orde lama pemerintahan cenderung dekat dengan ideologi komunis terutama Uni Soviet dan Cina .

(21)

nasional jangka panjang, sehingga mempercepat pembangunan Bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang 1945. ‘’[ CITATION Mul091 \l 1057 ]

Pada kenyataannya lahirnya Orde baru itu belum dapat mengamalkan pancasila secara utuh dalam seluruh sendi kehidupan, sebagai contoh, ketika awal Orde baru kita sudah bekerjasama dengan asing ( Amerika Serikat ) yang notabene berfaham liberal kapitalis yang bertentangan dengan pancasila, banyaknya pelanggaran HAM yang terjadi selama Orde baru dan juga terjadinya KKN ( korupsi Kolusi dan Nepotisme) dalam yang menggerogoti tubuh pemerintahan Orde baru.

Tujuan yang ingin dicapai dengan cara memasukan pelajaran PSPB oleh pemerintah Orde Baru yang baru terealisasi ketika Departeman Pendidikan dan Kebudayaan dijabat oleh Nugroho Notosusanto, adalah berharap bahwa kesadaran terhadap sejarah perjuangan bangsanya dan menumbuhkan rasa nasionalisme khusunya bagi para pelajar tingkat SMP dan SMA menjadi meningkat

C. HISTORIOGRAFI PADA BUKU TEKS SEJARAH SMP DAN SMA PADA MASA ORDE BARU DAN PADA MASA SEKARANG.

Dalam dunia pendidikan umumnya dan khususnya pada dunia penulisan buku teks sejarah, khususnya untuk tingkat SMP dan SMA pada masa Orde baru, tidak pernah lepas dari unsur kepentingan politik dari rezim yang berkuasa agar penguasa langgeng. Cara yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan cara memerintahkan menteri P&K pada waktu itu yaitu Nugroho Notosusanto ( sekaligus sejarawan ) dan jajaran kementrian P&K untuk membuat buku standard untuk pembelajaran sejarah;

(22)

dan UUD 1945 secara utuh dan sejati, pada masa Orde baru keamanan NKRI jauh lebih stabil tidak banyak terjadi makar seperti Orde lama.

Gaya penulisan Orde Baru ini sangat dipengaruhi oleh keinginan pemimpin yang berkuasa pada saat itu , agar citra penguasa orde baru dimata rakyat Indonesia terkesan sebagai pahlawan , padahal dalam fakta yang sebenarnya terdapat indikasi bahwa ada upaya pemutar balikan fakta agar kekuasaannya langgeng .

Cara Orde baru menutupi kesalahan pada rezimnya adalah dengan cara menjatuhkan Orde sebelumnya yaitu Orde lama yang dianggap melakukan banyak penyimpangan, seperti lebih dekat dengan faham komunis Uni Soviet dan Cina yang mengakibatkan terjadi pengkhianatan terhadap Pancasila dan UUD 1945, banyak terjadi makar terhadap Pancasila dan UUD 1945 yang mengakibatkan terganggunya stabiltas NKRI.

Selain mengagung-agungkan dan membangakan Orde baru, yang dilakukan pemerintah Orde Baru adalah dengan cara memanipulasi dan memutar balikan fakta dan data yang ada pada setiap periode sejarah dari masa pergerakan nasional sampai Orde Baru, diganti dengan fakta dan data yang baru dan dibumbui dengan subjektivitas yang cukup tinggi seperti menonjolkan peran penguasa orde baru yang berkuasa saat itu dalam peristiwa sejarah , cara ini dilakukan melalui penulisan buku teks sejarah SMP dan SMA.

Pada masa Orde baru, historiografi yang dianggap sebagai sejarah resmi nasional adalah apabila penulisan sejarah Indonesia direstui oleh pemerintah dan anggota militer, apabila tidak demikian maka dianggap sebagai historiografi yang tidak resmi ( walaupun tingkat keakuratannya mendekati fakta yang sebenarnya).

Selain dalam dunia pendidikan,pemerintahan Orde baru juga meng-indoktrinasi masyarakat luas dengan cara memutarbalikan fakta dengan menulis buku-buku sejarah versi Orde baru , sebagaimana saya kutip dari sebuah artikel yang berjudul Nasionalisme dan PatriotismeCanon Dalam Penulisan Sejarah Di

Indonesia yang ditulis oleh Drs.Ponirin:

(23)

panggung politik guna memimpin Indonesia dengan cara memproduksi versi peristiwa Gerakan 30 September yang tabu untuk diperdebatkan selama Suharto memimpin. 2) Sebagai pengokohan kekuatan militer di Indonesia dengan menempatkan militer sebagai penyelamat bangsa dan penjaga stabilitas politik dan ekonomi republik ini. Orde Baru dan militer dalam narasi sejarah nasional versi Orde Baru diinterpretasikan dalam seragam yang sama. Dengan kata lain, sejarah yang dibangun adalah untuk melegitimasi rezim, baik itu Orde Baru maupun kolektivitas militer. Keduanya dapat diberi garis pembeda, tetapi tidak dapat dipisahkan. Bilamana berbicara tentang Orde Baru, maka ada militer didalamnya, dan militer merupakan bagian dari kekuatan Orde Baru’’.[ CITATION Pon12 \l

1057 ]

Pada akhir masa pemerintahanorde baru, terjadi perubahan –perubahan yang besar dalam kehidupan politik bangsa Indonesia yang ditandai dengan lengsernya Presiden Soeharto pada Mei 1998, hal ini berimbas kepada historiografi indonesia, yang asalnya penulisan sejarah Indonesia pada masa Orde baru bersifat represif (pengekangan intelektual), karya yang layak untuk diterbitkan adalah karya-karya yang telah “ direstui’’ oleh pemerintah, apabila tidak direstui maka tidak layak untuk dicetak.Pada masa Orde baru ini pemerintah ikut andil dalam proyek penulisan sejarah dengan memasukan ideologi politik kedalam penulisan sejarah.

Setelah Reformasi yang ditadai dengan berakhirnya Orde baru, penulisan sejarah Indonesia menjadi lebih terbuka dan kebebasan mengemukakan intelektualitas dan sejarah yang pernah ditutup-tutupi oleh Orde baru demi kepentingan politik dan kekeuasaan mulai menemukan titik terang dengan ditemukannya kembali sumber-sumber sejarah yang dahulu sempat dilarang pada masa Orde baru , dan pada masa reformasi inilah bermunculan sejarawan-sejarawan muda yang akan mengungkap sisi gelap Orde baru

(24)

teks sejarah tersebut terdapat ciri khas gaya penulisan Rezim Orde Baru, sebagai contoh , ketika membahas Bab “Paham-paham Baru Dan Kesadaran Pergerakan Nasional”, pada Sub Bab “Strategi Organisasi Pergerakan Kebangsaan Indonesia mengenai Budi Utomo”, bahwa organisasi yang didirikan oleh Sutomo, Gunawan dan Dr Wahidin Sodirohusodo pada tanggal 20 Mei 1928 yang beranggotakan sangat terbatas yaitu golongan priyayi dari deaerah Jawa dan Madura, dan kemudian ditambah dengan Bali Jika dilihat dari keanggotaanya , perkumpulan bersifat lokal. Mengapa Orde baru menetapkan organisasi Budi Utomo sebagai organisasi nasional pertama karena berpandangan bahwa organisasi Budi Utomo lebih cocok dengan stabilitas nasional. Sedangkan perkumpulan seperti Sarekat Dagang Islam (SDI) itu berpotensi menimbulkan gejolak.

Pendapat yang pro diwakili oleh Prof.Dr.Suhartono penulis buku teks pada masa Orde baru dari UGM, yang beranggapan bahwa Budi Utomo sebagai pelopor pergerakan nasional : “Budi Utomo bukan hanya dikenal sebagai salah satu organisasi nasional yang pertama di Indonesia , tetapi juga sebagai salah satu organisasi yang terpanjang usianya sampai dengan Proklamasi kemerdekaan Indonesia. Memang Budi Utomo mempunyai arti panting, meskipun jumlah anggotanya hanya 10 ribu, sedangkan SI mencapai 360 ribu. BU lah penyebab berlangsungnya perubahan-perubahan politik sehingga terjadi integrasi nasional, maka wajarlah tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Lahirnya BU menampilkan fase pertama dari nasionalisme Indonesia .Fase ini menunjukan pada etnonasionalisme dan proses peyadaran diri terhadap indentitas bangsa Jawa.’’[ CITATION ADA07 \l 1057 ]

Sedangkan yang kontra, diantaranya adalah pendapat A.K Pringgodigdo,yang beranggapan Budi Utomo sebagai pelopor pergerakan nasional, beliau mengatakan bahwa : “Walaupun Budi Utomo perkumpulan buatan seluruh Jawa dan oleh karena itu bermula mempergunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa perantara,tetapi sudut sosial cultureel Budi Utomo hanya memuaskan untuk penduduk Jawa tengah.’’[ CITATION ADA07 \l 1057 ]

(25)

Jawa, Madura, Betawi, dan Bali), dan juga cakupan wilayahnya hanya meliputi Pulau Jawa,Madura,dan Bali . Dari sisi pergerakan, BU lebih loyal terhadap pemerintah Hindia Belanda, sedangkan Sarekat Islam/SI(dahulu SDI) yang didirikan oleh H. Samanhoedi pada tahun 1905, sangat radikal tidak mau bekerjasama dengan pemerintah Hindia Belanda ( Noonkoperatif),dikarenakan SI tidak memiliki hutang budi dengan pemerintah Hindia Belanda, kondisi tersebut menyebabkan pemerintah Hindia Belanda banyak menghadapi masalah, berbeda dengan BU yang mau bekerjasama dengan pemerintah Belanda, hal ini dikarenakan anggota BU yang rata-rata priyayi merasa memiliki hutang buditerhadap pemerintah Hindia Belanda dengan diadakannya Politik Etis .

Demikian pula dalam buku “Pengantar Ilmu Sejarah” yang ditulis oleh ABD Rahman Hamid & Muhammad Saleh Madjid, disebutkan bahwa “ Hari Kebangkitan Nasional (HKN) harusnya diperingati pada tanggal 16 Oktober, tanggal ketika didirikannya Sarekat Dagang Islam ( SDI kemudian menjadi Sarekat Islam, SI) pada tahun 1905. Sebab organisasi ini tidak bergerak dalam lokal dan berorientasi pada etnis tertentu. Ruang lingkup dari SDI luas dan sifatnya menyeluruh. Tujuannya , seperti yang termaktub dalam Anggara Dasar, adalah untuk mengangkat derajat rakyat,agar menimbulkan kemakmuran, kesejahteraan,dan kebesarannya negeri.’’[ CITATION Ham11 \l 1057 ]

(26)

Dalam pembahasan, Bab mengenai “ Perkembangan Pemerintahan Orde Baru”, disini ditulis bahwa Pada zaman Orde Baru tatanan kehidupan kenegaraan dikembalikan kepada pemurniaan UUD 1945 dan Pancasila . Mengapa pemerintahan Orde Baru mengusung kembali ke UUD 1945 dan Pancasila, hal ini disebabkan karena adanya ketakutan dari pemerintah Orde Baru bila sisa-sisa faham Komunis pada masa Orde lama akan berkembang kembali dan tumbuh subur di Indonesia menggantikan ideologi pancasila. Selain faham komunis, faham yang berbasis keagamaan ( Islam) dianggap akan merusak stabilitas negara , sebagaimana pada masa Orde lama terjadi makar untuk mendirikan Negara Islam Indonesia.

Yang dianggap kesalahan Orde baru adalah tidak konsisten dalam pemurniaan UUD 1945 dan Pancasila, karena pada kenyataannya Orde baru banyak melakukan tindakan penyimpangan terhadap pancasila, diantaranyadibukanya hubungan diplomatik dengan fihak asing termasuk Jepang yang menyebabkan Indonesia dibanjiri oleh produk-produk buatan jepang , mulai dari barang elektronik, kendaraan bermotor dll, sehingga dikhawatirkan terjadi penjajahan secara ekonomi. Kondisi tersebut memicu reaksi dari mahasiswa, yang dikenal dengan peristiwa Malari pada tanggal 15 Januari 1974 yang dilakukan oleh mahasiswa UI, kejadian tersebut menimbulkan kerusuhan dan kekacauan di Jakarta serta menelan korban 11 orang meninggal dunia.

Kerjasama dengan asing mengakibatkan Indonesia menjadi sangat tergantung sekali terhadap fihak asing dalam segala aspek dan sendi kehidupan ( ekonomi, sosial, politik, Hankam ) yang menyebabkan Indonesia menjadi tidak berdikari( Berdiri dibawah kaki sendiri), malahan pada masa Orde baru banyak terlilit hutang yang sangat besar terutama kepada IMF( International Monetary Fund ) dan World Bank( Bank Dunia) juga dilakukan penandatanganan kontrak dengan asing dengan alasan untuk membantu mengolah Sumber Daya Alam , pada kenyataannya pemerintah Orde baru pada waktu itu sudah tertipu dengan bujuk rayu asing, karena bunyi kontrak yang sangat merugikan fihak Indonesia dan berlanjut sampai dengan saat ini.

(27)

motif-motif dan kisah-kisah di belakang proyek-proyek sejarah yang dibangun militer.McGregor sangat jeli dalam mengatakan bahwa sejarah indonesia selama ini ( Orde baru) tidak luput dari ketegangan-ketegangan dan proses-proses persaingan antara elite-elite politik , dan dalam beberapa kasus adalah proses pembinasaan “sejarah yang lain”.yang bersebrangan dengan pemerintah dengan cara menjadikanSejarah menjadi “berseragam” dalam pengertian sebenarnya karena kekuasaan mampu melekatkan upaya ini dengan berbagai kebijakan seperti pengendalian yang ketat terhadap media , pendidikan ( dengan memasukan mata pelajaran PSPB), membuat film sejarah versi Orde baru seperti ( Janur Kuning, Serangan Fajar, dan Penghianatan G 30 S PKI) , adanya dugaan manipulasi pemilihan umum ( dengan memfusikan partai-partai politik menjadi tiga), kurangnya kebebasan berpendapat dan berekspresi, dan tradisi mengungkapkan pendapat menggunakan “militer” untuk menangani apa yang disebut sebagai “ancaman terhadap keamanan nasional”. Apa yang dianggap berseberangan dengan “sejarah resmi” akan segera ditutup, dilarang dan dibredel oleh pemerintah Orde baru.

Sejarah politik menurut Sartono Kartodirdjo dalam bukunya yang berjudul Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah: “Sejarah Politik adalah sub bagian dari sejarah yang menceritakan peristiwa-peristiwa sepertiperang, diplomasi ,dan kegiatan politik lainnya yang sangat memepengaruhi jalannya sejarah.’’[ CITATION Kar93 \l 1057 ]. Pendapat Sartono kartodirdjo diperkuat dengan pendapat Dr Sugeng Priyadi M Hum dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Pendidikan Sejarah mengenai cakupan sejarah politik adalah : “Sejarah politik bisa menggarap sejarah partai,sejara ormas, sejarah orde ( jatuh bangun),sejarah birokrasi,sejarah kabinet ,sejarah parlemen,sejarah militer(peran politik),dan lain-lain”[ CITATION Pri123 \l 1057 ]

D. KRITIKAN TERHADAP BUKU TEKS SEJARAH DAN

(28)

Telah dipaparkan diatas bagaimana gaya penulisan buku teks sejarah yang menggunakan historiografi Orde baru dimana didalamnya amat kental campur tangan pemerintah dalam penggunaan buku teks sejarah dan juga memasukan unsur ideologisme Orde baru ( Pancasila) dan unsur militer.

Setelah 13 tahun kita meninggalkan Orde Baru, pembelajaran sejarah di sekolah-sekolah tingkat SMP dan SMA masih juga para siswa hanya dijejali fakta dan peristiwa saja, sebagaimana menurut Helius Sjamsuddin dalam tulisannya yang berjudul “Model-model Pengajaran Sejarah : Beberapa Alternatif Untuk SLTA” mengutip pendapat Garvey & Krug mengenai belajar dari sejarah adalah sebagai berikut “(1)Memproleh pengetahuan tentang fakta-fakta sejarah;(2)Untuk mendapatkan suatu pemahaman dan apresiasi mengenai kejadian-kejadian, atau periode-periode, atau orang-orang pada masalalu; (3)Memperoleh kemampuan mengevaluasi dan mengkritik karya sejarah ;(4) Belajar tekhnik-tekhnik penelitian sejarah; dan (5)Belajar mengenai menulis sejarah.’’[ CITATION Sja05 \l 1057 ]

Dalam pembelajaran sejarah, siswa hanya diajak untuk menghafal fakta (yang dianggap kering) dan data yang ada dalam buku teks sejarah, hal ini mengakibatkan siswa tidak dapat mengeksplorasi fakta dan data yang terbaru berkaitan dengan sejarah, dan juga siswa tidak akan mempunyai kemampuan menganalisis dan mensintesis sebuah permasalahan sejarah. Selain itu dalam buku teks sejarah terkesan tidak ada kaitannya antara pembelajaran Ilmu sejarah dengan ilmu-ilmu sosial yang lain

(29)

Selain yang telah dipaparkan diatas, dalam buku teks sejarah SMP dan SMA juga tidak dimasukan unsur-unsur sejarah lokal daerah ( Sejarah yang menyangkut ruang tertentu dan bersifat lokal), dan ruang tersebut bisa ditetapkan sendiri oleh peneliti.Tujuan dari memasukan sejarah lokal ke dalam buku teks sejarah SMP dan SMA adalah sebagai tambahan khazanah pengetahuan, selain itu memasukan muatan sejarah lokal ke buku teks bertujuan agar siswa dapat mencintai daerah asal mereka disamping sejarah nasional Indonesia, karena dengan memasukan sejarah lokal siswa dapat mengetahui asal-usul daerah tempat tinggalnya masing-masing.

I Made Gandhi, menuangkan pengalamannyasebagai gurusejarah dalam tulisannya yang berjudul “Pengalaman sebagai Guru SejarahSMA I Mataram” yang di muat dalam buku Kumpulan Makalah dan Simposium Pengajaran Sejarah, yang memaparkanmengenai pentingnya sejarah lokal diajarkan dan dimasukan ke dalam buku teks sejarah : “Tiap-tiap siswa akan punya perasaan ingin tahu tentang sejarah daerahnya, misalnya siswa di Nusa Tenggara Barat merasa ingin tahu tentang sejarah daerahnya secara mendetail.”[ CITATION Gan95 \l 1057 ].

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa sejarah lokal itu sangat penting dan harus dimasukan kedalam buku teks sejarah, agar siswa menggenal dan mengetahui asal-usul derahnya secara lebih detail dan terperinci, karena pada sejarah nasional kurang dibahas secara rinci , hanya dibahas peristiwa yang penting saja yang berpengaruh terhadap sejarah nasional dan dibahas secara garis besar saja.

(30)

Di banyak sekolah siswa belum terbiasa diarahkan atau di bimbimbing oleh guru untuk melakukan kajian terhadap buku-buku teks sejarah SMP dan SMA yang ditulis sebagai buku pegangan baik bagi guru maupun siswa, baik yang berasal dari bantuan pemerintah maupun penerbit. Hal ini dirasa penting bagi guru maupun para siswa untuk melakukan pengkajian, terlebih lagi untuk para siswa karena dengan kegiatan ini dapat mengasah kemampuan intelektualitas siswa untuk mengadakan evaluasi kritis terhadap buku-buku teks sejarah yang digunakan di sekolah.

Dalam buku teks sejarah tidak mungkin untuk mengisahkan semua hal yang berkaitan dengan peristiwa sejarah. Buku teks sejarah harus mempunyai skala prioritas manakah yang akan dikisahkan dan manapula yang tidak akan dikisahkan. Bukan itu saja, tetapi juga harus memilih mana yang sebaiknya ditonjolkan dan dibesar-besarkan dan mana yang hanya sekedar disebut saja, yang bagus itu tidak terlalu menonjolkan salah satu peristiwa sejarah diatas peristiwa yang lain. Dalam buku teks sejarah tonjolkanlah sisi akademis dan pedagogis bukan sisi ideologis yang ujung-ujungnya ke arah politis . Jika dalam buku teks sejarah sekiranya menggunakan landasan ideologis adalah nasionalisme negara ( sebagaimana yang pernah terjadi pada masa Orde baru), maka bisa difahami bahwa yang dibesarkan dan yang ditonjolkan itu adalah hal-halatau peristiwa-peristiwa sejarah yang sekiranya memperkuat rezim pemerintah yang berkuasa , hal ini dinamakan official history ( Sejarah versi pemerintah).

(31)

yang bersangkutanlah yang paling tahu kondisi siswanya dengan tidak mengabaikan rambu-rambu yang telah ada dalam kurikulum

Dengan banyaknya buku teks sejarah yang beredar saat ini menimbulkan kebingungan bagi para guru dalam menentukan mana yang harus dijadikan referensi, karena buku teks yang ada saat ini materinya hanya mengikuti apa yang ada dalam kurikulum dan juga demi memenuhi selera dari para penerbit buku . Disamping itu harga buku juga relative mahal sehingga idak terjangkau oleh guru yang berada di daerah pelosok.

Dari segi materi yang terdapat dalam buku teks sejarah dari tingkat SD sampai SMA, tingkat kedalamannya dan keluasan materi hampir sama, yang seharusnya tiap tingkat memiliki perbedaan dalam kedalaman dan keluasanmaterinya.Sebagaimana pendapat dari Said Hamid Hasan dalam tulisannya yang berjudul Evaluasi Pelajaran Sejarah Di Sekolah:“ Dari materi kurikulum sejarah yang berlakudi SD,SMP dan SMA, keluasan dan kedalaman materi tidak diperhitungkan secara baik”[ CITATION Has95 \l 1057 ].

Pada saat sekarang banyak guru senior yang mengalami kendala dan kesulitan dalam segi bahasa terutama bahasa asing ( bahasa Inggris dan Belanda) untuk memahami berbagai karya sejarah yang menjadi rujukan dalam mengajar di sekolah ,sedangkan kemampuan para guru saat rata-rata minim mengusai bahasa asing ( bahasa Inggris dan Belanda) walaupun ada yang berbahasa Indonesia namun sangat sedikit sekali dan tidak semua tersedia di perpustakaan sekolah ataupun di toko buku

E. KESIMPULAN

(32)

Bahwa pemerintah pusat melalui ( Kemendiknas),pemerintah daerah ( Dinas pendidikan provinsi, Kabupaten/ Kota), maupun swasta baik domestik maupun asing, harus mengalokasikan dana untuk penelitian kesejarahan bagi para guru matapelajaran IPS dan Sejarah, agar para guru sejarah tidak sekedar mengkonsumsi buku sejarah yang di tulis bukan oleh guru yang yang memiliki latar belakang pendidikan IPS atau sejarah. Diharapkan dengan penelitian tersebut guru mengetahui tentang metode dalam penelitian sejarah yang nantinya hasil dari penelitian para guru tersebut dapat berupa buku teks sejarah yang dapat dipakai oleh para siswa di sekolahnya,berupa makalah, buku teks, LKS ( Lembar Kerja Siswa) dll. Penelitian ini juga bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dan kemampuan para guru dalam bidang studi yang ditekuni dalamhal ini kemampuan sejarah dan IPS.

Bahwa dalam memanfaatkan buku teks sejarah, guru harus dapat memadukan studi kritis dan kepentingan negara, dengan menerapkan strategi membaca buku teks sejarah dengan kritis yaitu: membaca buku teks untuk pemahaman, melihat perspektif ideologi penulis buku teks, membaca buku teks untuk mendekontruksi buku teks dan membaca buku teks untuk melihat kredibilitas isi buku teks. Strategi tersebut disesuaikan dengan tujuan kurikuler, jenis teks, situasi kelas dan tingkat sekolah (SMP/MTs atau SMA/MA). Pendekatan ini dapat menjadikan siswa memiliki ketrampilan dalam mengolah, menganalisa informasi, menarik kesimpulan dan memproduksi pengetahuan baru dari teks sejarah yang telah dibacanya.

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, T. (2004). Di sekitar gugatan terhadap pelajaran dan buku sejarah. Historia, V, 30.

ADAM, A. W. (2009). MEMBONGKAR MANIPULASI SEJARAH KONTROVERSI PELAKU DAN PERISTIWA. Jakarta: Kompas.

ADAM, A. W. (2007). SEABAD KONTROVERSI SEJARAH. Yogyakarta: Ombak. Azra, A. (2011). Historiografi Kontemporer Indonesia. dalam H. C. Loir ( ed), Panggung Sejarah persembahan kepada Prof Dr Denys Lombard (hal . 67). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Daliman, A. (2012). Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta : Ombak.

Gandhi, I. M. (1995). PENGALAMAN SEBAGAI GURU SEJARAH. Dalam S. Sutjianingsih (Ed.), Pengajaran Sejarah Kumpulan simposium (hal. 54). Jakarta: Proyek Invetarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.

Hamid, a. d. (2011). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Hariyono. (1995). Mempelajari Sejarah Secara Efektif dan Efisien . Jakarta : Pustaka Jaya.

Hasan, S. H. (1995). Evaluasi Pelajaran Sejarah Di Sekolah. dalam S. Sutjiningsih (Ed.), Pengajaran Sejarah Kumpulan Makalah Simposium (hal. 109). Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumen Sejarah Nasional.

Ismaun. (2005). Pengantar Belajar Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan. Bandung: Historia Utama Prees.

Kartodirdjo, S. (1993). Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kuntowijoyo. (2008). Penjelasan Sejarah ( Historical Explanation). Yogyakarta: Tiara Wacana.

Sjamsuddin, H .(2005)Model-model Pengajaran Sejarah : Beberapa Alternatif untuk SLTA dalam Drs Andi Suwirta M Hum & Didin Saripudin M.Si . Sejarah Adalah Perubahan : Penghormatan 70 tahun Prof Dr H Ismaun, M.Pd .Bandung:Historia Utama Press

(34)

Mulyana, A. (2012). HISTORIOGRAFI BUKU TEKS PELAJARAN SEJARAH DI SEKOLAH; antara kepentingan dan studi kritis. Presentasi calon guru besar (hal. 2). Bandung: tidak diterbitkan.

Mulyana, A. (2009). Pendekatan Historiografi Dalam Memahami Buku Teks Pelajaran Sejarah. Mendekonstruksi masalah pembelajaran sejarah di sekolah (hal. 5). Bandung: tidak diterbitkan.

Nursam, M. (2008). Membuka Pintu bagi Masa Depan Biografi Sartono Kartodirdjo. Jakarta: Kompas.

Poesporodjo, W. (1987). Subjektivitas Dalam Historiografi . Bandung: Penerbit Remadja Karya .

Ponirin. (2012). Nasionalisme dan Patriotisme . Jurnal Jasmerah UNIMED .Medan : tidak diterbitkan

Priyadi, S. (2012). Sejarah Lokal konsep,Metode dan Tantanganya.Yogyakarta: Ombak.

Sitepu, B. P. (2012 ). Penulisan Buku Teks Pelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak. Sugiyanto. (2009). Pengantar Ilmu Sejarah. Jember: tidak diterbitkan.

Suryo, D. (2009). Periodisasi Sejarah Indonesia : Dari semenjak seminar Sejarah di Yogyakarta 1957 hingga kini. Jurnal Sejarah pemikiran , rekontruksi, presepsi , 14, 21.Jakarta:Yayasan Obor Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

pada Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif Kepada Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara dan Setiap Orang,

Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif Kepada Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara dan Setiap Orang, Selain Pemberi

Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif Kepada Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara Dan Setiap Orang, Selain Pemberi Kerja,

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif Kepada Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara dan Setiap

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif Kepada Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara Dan Setiap Orang,