• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IV HASIL DAN PEMBAHASAN (1)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak dan Batas Wilayah

Kelurahan Lemo merupakan salah satu kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Kulisusu, Kabupaten Buton Utara , Sulawesi Tenggara. Luas kelurahan Lemo adalah ± 339 Ha/m2 yang terbagi dalam 3

(tiga) lingkungan, yaitu: a. Lingkungan I (Naoro)

b. Lingkungan II (Bone Rombo) c. Lingkungan III (Cina Reine)

Kelurahan Lemo merupakan daerah dengan topografi berupa pesisir. Kelurahan Lemo dilihat dari sudut geografi, memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Linsowu

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Bone Lipu c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Rombo

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Banda 2. Demografi

(2)

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor kelurahan Lemo hingga akhir tahun 2009 diketahui bahwa kelurahan memiliki jumlah penduduk sebanyak 1564 jiwa dengan jumlah kepala keluarga mencapai 347 KK dengan rincian Lingkungan I (Naoro) terdapat 84 KK (24,20%), di Lingkungan II (Bone Rombo) terdapat 145 KK (41,78%) dan di Lingkungan III (Cina Reine) terdapat 118 KK (34%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Lingkungan II mempunyai jumlah KK paling banyak dibanding lingkungan lainnya yang ada di Kelurahan Lemo.

3. Sosial Ekonomi

Mata pencaharian penduduk Kelurahan Lemo umumnya adalah nelayan, sedangkan yang lainnya terdiri dari wiraswasta, Pegawai Negeri baik PNS maupun Honorer termasuk Pegawai Swasta, Buruh Harian dan sisanya tidak memiliki mata pencaharian yang jelas.

Keadaan ini sangat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat terutama yang ada kaitannya dengan kebutuhan pokok sehari-hari (Gizi masyarakat, pakaian, kondisi perumahan, kemampuan serta kesempatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan pendidikan yang memadai).

B. Hasil dan Pembahasan

(3)

1. Karakteristik Umum Responden

a. Alamat

Alamat adalah tempat berdomisili responden berdasarkan wilayah kerja puskesmas atau berdasarkan badan administrasi politik yang meliputi tiga dusun/lingkugan pada Kelurahan Lemo.

Distribusi responden berdasarkan alamat dalam penelitian ini disajikan pada tabel 1:

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Alamat di Kelurahan Lemo Kabupaten Buton Utara Tahun 2010.

No Alamat Jumlah (n) Persen (%)

1 Naoro 9 29

2 Bone Rombo 11 35,5

3 Cina Reine 11 35,5

Total 31 100

Sumber : Data Primer 14 Juni 2010

Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 31 responden, terdapat 9 responden (29%) berdomisili di Lingkungan I (Naoro), yang lainya berdomisili di Lingkungan II (Bone Rombo) dan Lingkungan III (Cina Reine) masing-masing sebanyak 11 responden (35,5%).

b. Umur

(4)

a. Potensi kemungkinan untuk terpapar terhadap penyakit b. Tingkat imunisasi/kekebalan tubuh

c. Aktivitas fisiologis macam-macam jaringan yang mempengaruhi perjalanan penyakit setelah seseorang mengetahui infeksi

Distribusi responden berdasarkan kelompok umur dalam penelitian ini disajikan pada tabel 2:

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Kelurahan Lemo Kabupaten Buton Utara Tahun 2010.

No Kelompok Umur Jumlah (n) Persen (%)

1 20-24 5 16,1

2 25-29 14 45,2

3 30-34 6 19,4

4 35-39 4 12,9

5 40-44 2 6,5

Total 31 100

Sumber: Data Primer 14 Juni 2010

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa umur responden yang diteliti bervariasi. Distribusi kelompok umur 20-24 tahun berjumlah 5 responden (16,1%), kelompok umur 25-29 tahun berjumlah 14 responden (45,2%), kelompok umur 30-34 tahun berjumlah 6 responden (19,4%), kelompok umur 35-39 tahun berjumlah 4 responden (12,9%), selanjutnya kelompok umur 40-42 berjumlah 2 responden (6,5%). Distribusi kelompok umur terbanyak yaitu 25-29 tahun berjumlah 14 responden (45,2%).

(5)

Pendidikan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi responden dalam berfikir dan bertindak. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan makin mudah menerima sesuatu yang sifatnya baru dan lebih terampil serta lebih dinamis terhadap setiap perubahan dalam menerapkan apa yang diperoleh khususnya yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan mereka. Tingkat pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan formal yang pernah dijalani atau dilalui oleh responden.

Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini disajian pada tabel 3:

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan Lemo Kabupaten Buton Utara Tahun 2010.

No Kelompok Umur Jumlah (n) Persen (%)

1. SD 13 9,7

2. SLTP 10 41,9

3. SLTA 5 16,1

4. S1/Diploma 3 32,3

Total 31 100

Sumber: Data Primer 14 Juni 2010

(6)

pendidikan SLTA berjumlah 5 responden (6,1%) dan hanya 3 responden (32,3%) yang tingkat pendidikannya mencapai Sarjana.

d. Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan responden secara rutin untuk menghasilkan uang baik secara formal maupun secara informal.

Distribusi responden berdasarkan pekerjaan dalam penelitian ini disajikan pada tabel 4:

Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan di Kelurahan Lemo Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buron Utara tahun 2010.

No Pekerjaan Jumlah (n) Persen(%)

1 Ibu Rumah Tangga 27 87,1

2 PNS 2 6,5

3 Wiraswasta 2 6,5

Total 31 100

Sumber : Data Primer 14 Juni 2010

Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 31 responden, sebagian besar bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 27 responden (87,1%), selanjutnya Pegawai Negeri Sipil (PNS) 2 responden (6,5%) dan wiraswasta juga berjumlah 2 responden (6,5%).

e. Status Pemberian Imunisasi

(7)

Distribusi responden berdasarkan status pemberian imunisasi dalam penelitian ini disajikan pada tabel 5:

Tabel 5. Distribusi Responden Bardasarkan Pemberian Imunisasi Hepatitis B (0-7 hari) di Kelurahan Lemo Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara tahun 2010.

No Pemberian imunisasi Jumlah (n) Persen (%)

1 Tidak dapat 18 58,1

2 Dapat 13 41,9

Total 31 100

Sumber : Data Primer 14 Juni 2010

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa dari 31 responden terdapat 18 orang (58,1%) yang tidak mendapat imunisasi hepatitis B (0-7 hari) dan 13 orang (41,9%) yang mendapat imunisasi hepatitis B (0-7 hari). Hal ini berarti lebih banyak yang tidak mendapatkan imunisasi hepatitis B (0-7 hari) dibandingkan dengan yang mendapat imunisasi hepatitis B (0-7 hari).

2. Analisis Univariat

(8)

Penolong persalinan adalah keputusan ibu bersalin pada dalam memilih tenaga penolong persalinan pada saat persalinan yang terakhir.

Distribusi responden berdasarkan penolong persalinan dalam penelitian ini disajikan pada tabel 6.

Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Penolong Persalinan di Kelurahan Lemo, Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara tahun 2010.

No Penolong persalinan Jumlah (n) Persen (%)

1 Bukan tenaga kesehatan 15 48,4

2 Tenaga kesehatan 16 51,6

Total 31 100

Sumber : Data Primer 14 Juni 2010

Tabel 6 menunjukan bahwa dari 31 responden terdapat 15 responden (48,4%) yang tidak ditolong oleh tenaga kesehatan dan terdapat 16 responden (51,6%) yang penolong persalinanya adalah tenaga kesehatan.

b. Dukungan suami

Dukungan suami adalah keikutsertaan suami dalam memberikan dorongan kepada ibu, untuk memberikan imunisasi hepatitis B pada bayi baru lahir. Keikutsertaan suami dalam memberikan dukungan adalah salah satu kegiatan pokok yang sangat penting (Anonim, 2001).

Distribusi responden berdasarkan dukungan suami dalam penelitian ini disajikan pada tabel 7:

(9)

No Dukungan suami Jumlah (n) Persen (%)

1 Tidak ada dukungan 18 58,1

2 Ada dukungan 13 41,9

Total 31 100

Sumber : Data Primer 14 Juni 2010

Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa dari 31 responden terdapat 18 responden (58,1%) yang tidak didukung oleh suami dalam pemberian imunisasi hepatitis B (0-7 hari) dan 13 responden (41,9%) yang didukung oleh suami dalam pemberian imunisasi hepatitis B (0-7 hari).

c. Penyuluhan kesehatan

Penyuluhan kesehatan yang umumnya dikenal dengan istilah pendidikan kesehatan merupakan penunjang bagi program-program kesehatan lain artinya setiap program kesehatan misalnya pemberantasan penyakit, perbaikan gizi masyarakat, sanitasi lingkungan, kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan.

Distribusi responden berdasarkan dukungan suami dalam penelitian ini disajikan pada tabel 8:

Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Penyuluhan Kesehatan di Kelurahan Lemo, Kecamtan Kulisusu Kabupaten Buton Utara Tahun 2010.

No Penyuluhan kesehatan Jumlah (n) Persen (%)

1 Tidak dapat 17 54,8

2 Dapat 14 45,2

Total 31 100

(10)

Tabel 8 menunujukan bahwa dari 31 responden terdapat 17 responden (54,8%) yang tidak mendapat penyuluhan kesehatan dan 14 orang (45,2%) yang mendapat penyuluhan kesehatan.

3. Analisis bivariat

a. Hubungan penolong persalinan dengan pemberian imunisasi hepatitis B (0-7 hari)

Hubungan penolong persalinan dengan pemberian imunisasi hepatitis B (0-7 hari dapat disajikan pada tabel 9.

Tabel 9. Hubungan Penolong Persalinan Dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B (0-7) Hari di Kelurahan Lemo, Kecamtan Kulisusu Kabupaten Buton Utara Tahun 2010.

No Penolong Persalinan Pemberian Imunisasi Total X2

hit ρValue RØ

Tidak

Dapat Dapat

n % n % n %

1

Bukan Tenaga Kesehatan

13 86,7 2 13,3 15 100

7,621 0,006 0,561

2 Tenaga

Kesehatan 5 31,2 11 68,8 16 100 Total 18 58,1 13 41,9 31 100 Sumber: Data Primer, Diolah 14 Juni 2010

(11)

hari) dan 11 responden lainnya (68,8%) yang mendapatkan imunisasi hepatitis B (0-7 hari).

Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi square diperoleh nilai X2

hitung = 7,621 dan ρValue= 0,006. Dengan tingkat kepercayaan 95% (α =

0,05) dan dk=1, maka diperoleh X2

tabel=3,841. Sesuai dengan dasar

pengambilan keputusan penelitian hipotesis (Budiarto, 2002) bahwa jika X2

hitung (7,621) lebih besar dari pada X2tabel (3,841) dan ρValue (0,006)

< 0,05 maka H0 ditolak atau H1 diterima sehingga dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara penolong persalinan dengan pemberian imunisasi Hepatitis B (0-7) hari di Kelurahan Lemo, Kecamtan Kulisusu Kabupaten Buton Utara Tahun 2010. Berdasarkan nilai uji keeratan hubungan sebesar 0,561 sehingga disimpulkan derajat keeratan hubungan kedua variabel adalah ‘kuat’.

Penolong persalinan adalah orang/tenaga yang menolong ibu dalam proses alami yang akan berlangsung untuk melahirkan bayi melalui jalur lahir. Penolong persalinan yang dimaksud adalah tenaga kesehatan dan bukan tenaga kesehatan yang terdidik, terlatih ataupun terdidik dan terlatih.

(12)

saat kelahiran, sedangkan persalinan yang ditolong oleh dukun penjangkauanya berdasarkan laporan keluarga/kader/dukun kepada tenaga kesehatan (Dokter atau bidan di desa) sehingga memungkinkan keterlambatan dalam pemberian imunisasi hepatitis B (0-7 hari).

Penelitian ini mengemukakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara penolong persalinan dengan pemberian imunisasi hepatitis B (0-7 hari) di Kelurahan Lemo, Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara Tahun 2010. Ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menyebutkan bahwa mayoritas responden yang melahirkan dengan bantuan petugas kesehatan mendapatkan imunisasi hepatitis B (0-7 hari) begitu juga sebaliknya yaitu responden yang melahirkan dengan bantuan tenaga non kesehatan seperti dukun atau bantuan orang tua sendiri tidak mendapatkan imunisasi hepatitis B (0-7 hari).

(13)

bahwa petugas kesehatan jarang datang atau masyarakat yang jarang mengakses pusat pelayanan kesehatan tersebut. Biasanya petugas kesehatan yang menolong persalinan lupa membawa vaksin imunisasi hepatitis B sehingga tidak memberikan imunisasi hepatitis B sesaat setelah proses kelahiran anak serta kurangnya frekuensi pertemuan antara mayarakat denag petugas kesehatan ini menyebabkan anak tidak mendapatkan imunisasi hepatitis B. Selain itu, walaupun yang menolong persalinan ibu adalah tenaga kesehatan tetapi pemberian imunisasi hepatitis B (0-7 hari) tetap rendah karena berdasarakan pengakuan responden bahwa kadang petugas kesehatan tidak memberikan imunisasi hepatitis B (0-7 hari) jika keluarga yang melahirkan tidak meminta.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian Gunawan (2009) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara penolong persalinan dengan status imunisasi hepatits B (0-7 hari) anak. Gunawan mengemukakan bahwa terdapat hubungan antara penolong peralinan dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari pada anlisis bivariat diperoleh hasil uji chi square dengan ρValue= 0,005.

b. Hubungan dukungan suami dengan pemberian imunisasi hepatitis B (0-7 hari)

Hubungan dukungan suami dengan pemberian imunisasi hepatitis B (0-7 hari dapat disajikan pada tabel 9.

(14)

No Dukungansuami

Pemberian Imunisasi

Total

X2

hit ρValue RØ

Tidak

Dapat Dapat

n % n % n %

1 Tidak adadukungan 18 100 0 0 18 100

27,029 0,000 1,0 2 dukunganAda 0 0 13 100 13 100

Total 18 58,1 13 41,9 31 100 Sumber: Data Primer, Diolah 14 Juni 2010

Berdasarkan tabel 10 menunjukkan bahwa dari 18 responden yang tidak mendapat dukungan suami dalam pemberian imunisasi Hepatitis B (0-7 hari), seluruhnya tidak mendapatkan imunisasi Hepatitis B (0-7 hari). Responden yang mendapat dukungan suami dalam pemberian imunisasi Hepatitis B (0-7 hari) sebanyak 13 responden, seluruhnya mendapatkan imunisasi Hepatitis B (0-7 hari).

Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi square diperoleh nilai X2

hitung = 27,029 dan ρValue= 0,000. Dengan tingkat kepercayaan 95% (α

= 0,05) dan dk=1, maka diperoleh X2

tabel=3,841. Sesuai dengan dasar

pengambilan keputusan penelitian hipotesis (Budiarto, 2002) bahwa jika X2

hitung (27,029) lebih besar dari pada X2tabel (3,841) dan ρValue

(0,000) < 0,05 maka H0 ditolak atau H1 diterima sehingga dapat

(15)

Dukungan suami adalah keikutsertaan suami dalam memberikan dorongan kepada ibu, untuk memberikan imunisasi hepatitis B pada bayi baru lahir. Keikutsertaan suami dalam memberikan dukungan adalah salah satu kegiatan pokok yang sangat penting (Sugeng, 1991).

Nilai uji keeratan hubungan antara dukungan suami dengan pemberian imunisasi hepatitis B (0-7 hari) dalam penelitian ini termasuk dalam kategori sangat kuat. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa semua responden yang mendapat dukungan suami dalam pemberian imunisasi, anaknya mendapatkan imunisasi hepatitis B (0-7 hari). Demikian juga sebaliknya seluruh responden yang tidak mendapat dukungan suami dalam pemberian imunisasi, anaknya juga tidak mendapatkan imunisasi hepatitis B (0-7 hari).

(16)

Penyebab lain yang ditemukan peneliti adalah adanya sebuah anggapan yang beredar dan dianut oleh kebanyakan kalangan masyarakat walaupun tidak sengaja dibentuk dan tidak disepakati secara resmi yaitu kebiasaan pembagian kerja dalam rumah tangga dimana suami hanya bertanggung jawab dalam memberikan nafkah kepada keluarga dan istri bertanggung jawab dalam mengurus dan membesarkan anak. Fenomena ini mengilustrasikan bahwa seakan-akan upaya pengasuhan dan perawatan anak hanya dibebankan kepada istri sedangkan suami hanya menjalankan perannya sebagai kepala keluarga sebagai penanggung nafkah. Ini berdasarkan pengakuan responden yang tidak mendapat dukungan suami dalam hal; pemberian imunisasi hepatitis B (0-7 hari). Responden mengemukakan bahwa masalah-masalah yang berhubungan dengan perawatan anak merupakan tugasnya dan suami tidak mencampuri permasalahan tersebut.

(17)

memberikan motivasi sedapat mungkin suami mengingatkan istirnya untuk memberikan imunisasi hepatitis B (0-7hari).

Dukungan suami sangat berperan dalam pemberian imunisasi hepatitis B (0-7 hari). Suami merupakan pengambil keputusan dan penentu keputusan dalam suatu rumah tangga. Motivasi berupa dukungan yang diberikan akan memberikan pengaruh langsung untuk turut berperan serta dalam pemberian imunisasi hepatitis B (0-7 hari), sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dukungan dari suami, maka semakin tinggi pula presentase pemberian imunisasi hepatitis B (0-7 hari). Hal ini sesuai dengan penelitian (Sugeng 1991) diperoleh bahwa motivasi keluarga dalam hal ini dukungan suami merupakan faktor utama yang mempengaruhi pemberian imunisasi hepatitis B (0-7 hari) sehingga penelitian ini sesuai dengan yang diharapkan.

c. Hubungan penyuluhan kesehatan dengan pemberian imunisasi hepatitis B (0-7 hari)

Hubungan penyuluhan kesehatan dengan pemberian imunisasi hepatitis B (0-7 hari) dapat disajikan pada tabel 9.

Tabel 11. Hubungan Penyuluhan Kesehatan Dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B (0-7 Hari) di Kelurahan Lemo, Kecamtan Kulisusu Kabupaten Buton Utara Tahun 2010.

No Penyuluhankesehatan

Pemberian Imunisasi

Total

X2

hit ρValue

Tidak

Dapat Dapat

(18)

1 Tidak dapat 13 76,5 4 23,5 17 100

3,697 0,055

2 Dapat 5 35,7 9 64,3 14 100

Total 18 58,1 13 41,9 31 100 Sumber: Data Primer, Diolah 14 Juni 2010

Berdasarkan tabel 11 menunjukkan bahwa dari 17 responden yang tidak memperoleh penyuluhan kesehatan, terdapat 13 responden diantaranya (76,5%) tidak mendapatkan imunisasi hepatitis B (0-7 hari) dan 4 responden lainnya (23,5%) yang mendapatkan imunisasi hepatitis B (0-7 hari). Responden yang memperoleh penyuluhan kesehatan sebanyak 16 responden, 5 responden diantaranya (35,7%) tidak mendapatkan imunisasi hepatitis B (0-7 hari) dan 9 responden lainnya (64,3%) yang mendapatkan imunisasi hepatitis B (0-7 hari).

Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi square diperoleh nilai X2

hitung = 3,697 dan ρValue= 0,055. Dengan tingkat kepercayaan 95% (α =

0,05) dan dk=1, maka diperoleh X2

tabel=3,841. Sesuai dengan dasar

pengambilan keputusan penelitian hipotesis (Budiarto, 2002) bahwa jika X2

hitung (3,697) lebih kecil dari pada X2tabel (3,841) dan ρValue (0,055)

> 0,05 maka H0 diterima atau H1 ditolak sehingga dapat disimpulkan

bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara penyuluhan kesehatan dengan pemberian imunisasi Hepatitis B (0-7 hari) di Kelurahan Lemo, Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara Tahun 2010.

(19)

pemberantasan penyakit, perbaikan gizi masyarakat, sanitasi lingkungan, kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan. Kegiatan promosi kesehatan adalah penyuluhan kesehatan dimana tujuan khusus dari membari motivasi tentang kesehatan adalah memberikan keyakinan kepada Ibu sehingga terjadi peningkatan pengetahuan Ibu, sebagai contoh menjelaskan pro dan kontra tentang vaksinasi kepada orang tua bayi mempunyai tujuan khusus bahwa mereka akan mengetahui apa manfaat dan kerugian vaksinasi (Ewles, 1994).

Tujuan utama dalam penyuluhan kesehatan yang dilakukan adalah memberikan pemahaman akan pentingnya informasi sebagai bahan penyuluhan tersebut. Temuan dalam penelitian ini bahwa responden yang tidak mendapatkan penyuluhan kesehatan lebih banyak dibanding dengan responden yang mendapatkannya. Efektifitas dan efesiensi pelaksanaan penyuluhan pada dasarnya merupakan hal terpenting dalam upaya pemberian informasi seputar masalah kesehatan setempat seperti informasi tentang pentingnya iminusasi hepatitis B (0-7 hari). Berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam efektifitas dan efisiensinya sebuah penyuluhan misalnya kapabilitas komunikator, keadaan komunikan, dan materi penyuluhan.

(20)

Kabupaten Buton Utara Tahun 2010. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurang efektif dan efisiennya penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh petugas puskesmas. Pengakuan sebagian responden yang mengikuti penyuluhan kesehatan mengemukakan bahwa para responden tidak memahami apa yang disampaikan oleh petugas kesehatan. Penggunaan kosakata yang ilmiah menyulitkan bagi peserta penyuluhan yang mayoritas hanya berpendidikan sekolah dasar (SD). Selain itu, alokasi waktu yang dibutuhkan tidak cukup untuk melakukan penyuluhan yang hanya dilakukan pada saat posyandu serta dilakukan pada saat pengunjung posyandu sedang sibuk dengan berbagai kegiatan.

Penyebab lain yang ditemukan peneliti adalah kurangnya partisipasi dalam kegiatan penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan adalah kesibukan responden baik posisinya sebagai ibu rumah tangga atau mencari kesibukan lain untuk menambah jumlah pendapatan keluarga. Hal ini diperparah oleh jauhnya jarak antara rumah responden dengan pusat unit pelayanan kesehatan sebagai tempat pelaksanaan penyuluhan sehingga menimbulkan kemalasan responden untuk mengikuti penyuluhan yang dialkukan oleh petugas kesehatan.

(21)

perilaku manusia yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan. Penyuluhan kesehatan yang dilakukan memberikan dampak langsung pada peningkatan pengetahuan responden namun untuk merealiasikan dalam bentuk tindakan nyata yaitu pemberian imunisasi pada anak mereka dipengaruhi dua hal yaitu kesadaran dan ego. Pengetahuan tentang pentingnya imunisasi hepatitis B (0-7 hari) tidak cukup jika tidak didukung oleh kesadaran responden untuk melakukan imunisasi pada anaknya. Selain itu, pengetahuan dan kesadaran terhadap pentingnya imunisasi hepatitis B (0-7 hari) tidak berarti jika tidak disertai ego positif keluarga responden untuk melakukan imunisasi hepatitis B (0-7 hari). Ego bisa dipengaruhi oleh kebiasaan, kepercayaan, agama, keadaan keluarga atau kekecewaan responden terhadap pelayanan kesehatan.

(22)

kesehatan dengan pemberian imunisasi hepatitis B (0-7 hari) di Kelurahan Lemo, Kabupaten Buton Utara Tahun 2010 yang disebabkan oleh kurang efektif dan efisiennya pelaksanaan penyuluhan kesehatan, jarak yang jauh antara pusat pelayanan kesehatan dengan rumah responden, kesibukan, kesadaran dan ego responden.

http://journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-1-2-06.pdf garuda.kemdiknas.go.id/jurnal/detil/id/0.../pengarang:%20Vitus

%20D

pasca.unand.ac.id/.../JENIS-JENIS-LALAT

-DIPTERA-DAN-

BAKTERI-

http://pasca.unand.ac.id/id/wp- content/uploads/2011/09/JENIS-JENIS-LALAT-DIPTERA-DAN- BAKTERI-ENTEROBACTERIACEAE-YANG-TERDAPAT-DI-TEMPAT-PEMBUANGAN-AKHIR-SAMPAH-TPA-KOTA-PADANG.pdf

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30488/6/Cover.pdf

(23)

Timbunan sampah yang terkumpul dan tidak tertangani akan menimbulkanmasalah estetika, bau dan mengundang lalat yang membawa berbagai penyakit. Hal ini menimbulkan pencemaran yang akan merusak lingkungan (Sejati, 2009; Manurung, 2008), sehingga sampah organik memerlukan penanganan yang segera (Jana et al., 2006).

Kehadiran lalat umumnya tidak diharapkan karena dapat mengurangi kenyamanan, estetika, dan higienis dari tempat tersebut. Lalat biasanya datang dan memakan hidangan yang telah disajikan dengan paksa (merampas makanan) dan meninggalkan pathogen yang dapat menyebabkan penyakit (merampas kesehatan) manusia (Suheriyanto, 2008). Lalat dapat menyebarkan berbagai jenis penyakit (Rudianto, 2005) seperti kolera, diare, disentri, thypus dan TBC (Suraini, 2011; Suheriyanto, 2008). Lalat merupakan media berbagai kuman penyakit (carier pathogen) mulai bekteri pathogen sampai virus penyebab berbagai penyakit (Suheriyanto, 2008), serta protozoa dan telur cacing (Santi dalam Suraini, 2011). Oleh karena itu, sampah dan benda-benda buangan yang banyak terdapat di lingkungan kita perlu ditanggapi secara serius dan dicari cara yang tepat untuk menanggulanginya (Wibowo, 2009). Penelitian Suraini (2011) menyatakan bahwa jenis lalat yang biasanya hidup disampah adalah Musca domestica dan Chrysomya megacephala, sedangkan Sopian dan Hidayat (2006) menyatakan bahwa spesies lalat mata bertangkai juga dapat hidup ditumpukan sampah, yaitu spesies Cyrtodiopsis dalmanni Wiederman dan Teleopsis sp. Dari berbagai jenis lalat tersebut, jenis Musca domestica (lalat rumah) dari famili Muscidae adalah jenis yang paling sering ditemukan pada timbunan sampah dan menjadi vektor penularan penyakit (Suraini, 2011; Khalil et al., 2010; Ginandjar et al., 2005).

(24)

Chrysomya megacephala (lalat hijau) (Andam, 2013) Referensi :

Ginandjar, P. dan E.S. Majawati. 2005. Identifikasi Cacing dan Protozoa Usus pada Tubuh Lalat. Meditek 13(34): 14-23.

Jana, I W., N.K. Mardani, I W., dan Budiyarsa S. 2006. Analisis Karakteristik Sampah dan Limbah Cair Pasar Badung dalam Upaya Pemilihan Sistem Pengelolaannya. Ecotrophic 1(2): 1-10. Khalil, M.S.., A.A. Assar, M.M. Abo El-Mahasen, and Mahmoud. 2010.

Morphological Effects of Some Insect Growth Regulators

on Musca domestica (Diptera, Muscidae). Biology Science

Journal 2(2): 29-36.

Manurung, R. 2008. Persepsi dan Partisipasi Siswa Sekolah Dasar dalam Pengelolaan Sampah di Lingkungan Sekolah. Jurnal

Pendidikan Penabur (10): 22-34.

Rudianto, H. dan R. Azizah. 2005. Studi tentang Perbedaan Jarak Perumahan ke TPA Sampah Open Dumping dengan Indikator Tingkat Kepadatan Lalat dan Kejadian Diare (Studi di Desa Kenep Kecamatan Beji Kabupaten Pasuruan).Jurnal Kesehatan

Lingkungan 1(2): 152-159.

Sejati, K. 2009. Pengolahan Sampah Terpadu dengan Sistem Node, Sub

Point, dan Center Point. Kanisius, Yogyakarta.

Suheriyanto, D. 2008. Ekologi Serangga. Universitas Negeri Malang, Malang.

Gambar

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Alamat di Kelurahan LemoKabupaten Buton Utara  Tahun 2010
Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan di KelurahanLemo  Kecamatan  Kulisusu  Kabupaten  Buron  Utaratahun 2010.
Tabel  5. Distribusi  Responden  Bardasarkan  PemberianImunisasi Hepatitis B (0-7 hari) di Kelurahan Lemo
Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Penyuluhan Kesehatan diKelurahan Lemo, Kecamtan Kulisusu Kabupaten Buton UtaraTahun 2010.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Therefore, the topic chosen will explore the racial prejudice that triggered by the Whites’ view toward Blacks on the rise of Jim Crow Law practices in South America society which

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa beberapa karakter kuantitatif dari enam generasi cabai rawit hasil persilangan IPB C160 x IPB C291 memiliki nilai heritabilitas

Damata Arta Nugraha Lamongan sebagai salah satu bank yang sampai sekarang masih eksis di dunia perbankan Indonesia perlu melakukan penyesuaian diri dan

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Penelitian dilakukan pada bank syariah yang merupakan Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia. Penelitian ini dibatasi untuk menganalisis Pengaruh Resiko Kredit,

Metode pengumpulan data ini dilakukan dengan mempelajari jurnal-jurnal penelitian dan buku-buku tentang persediaan bahan baku dalam mengoptimalkan total biaya persediaan

Handoko Daeng, Sp.KJ (K) selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang sudah memberikan ijin untuk melakukan survei awal dan penelitian

Penyebab tidak validnya informasi alamat yang diberikan dikarenakan alumni lebih memilih menuliskan alamat tempat kerja hanya dengan menuliskan nama tempat kerjanya