• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan terhadap diferensiasi leukosit mencit (Mus musculus) yang diinfeksi P. berghei, setelah diberi infusa akar tanaman kayu kuning (C.

fenestratum) sebagai berikut :

• Netrofil

Berdasarkan Tabel 2 dan Gambar 10, pada kelompok perlakuan A1 hari ke-1 menunjukkan peningkatan persentase netrofil yang nyata jika dibandingkan KN, KP, A2, dan A3 yakni 58.40%. Pada perlakuan AI, hari ke-2, ke-3 dan ke-4 menunjukkan penurunan persentase jika dibandingkan dengan kelompok KN, pada hari ke-7 terjadi peningkatan persentase netrofil jika dibandingkan dengan A2 dan A3. Pada perlakuan A2 hari ke-1 menunjukkan persentase yang lebih rendah dibanding KN, KP, A1, dan A3 yaitu sebesar 46.26%. Pada perlakuan A2, hari ke-2 menunjukkan penurunan persentase netrofil dan pada hari ke-3 terjadi peningkatan netrofil jika dibandingkan dengan KP dan A3. Pada hari ke-4 dan ke-7 terjadi penurunan persentase netrofil jika dibandingkan KN, KP, A1, dan A3. Perlakuan A3 hari ke-1 menunjukkan peningkatan persentase netrofil, pada hari ke-2 hingga hari ke-7 terjadi penurunan persentase netrofil. Persentase netrofil terendah terjadi pada hari ke-3 dibandingkan dengan A1 dan A2 serta berbeda nyata lebih rendah terhadap KN.

Gambar 10 Rata-rata persentase netrofil pada mencit yang diinfeksi P.berghei dan diberi infusa tanaman akar kayu kuning (Coscinium fenestratum).KN : Kontrol negatif hanya diberi larutan PGA 3%,KP : Kontrol positif dengan pemberian klorokuin, A1 : ekstrak air dosis 0.625 mg/ 25 gr BB mencit, A2 : ekstrak air dosis 1.25 mg/ 25 gr BB mencit dan A3 : ekstrak air dosis 3.75 mg/ gr BB mencit.

(2)

Peningkatan persentase netrofil pada perlakuan A1 dan A3 pada hari ke-1 disebabkan oleh fungsi netrofil yang merupakan basis pertahanan pertama dalam menyerang infeksi bakteri/mikroorganisme, trauma jaringan, ataupun respon inflamasi (Kern 2002). Parasit akan mengeluarkan bahan kemotaktik yang dapat menarik netrofil untuk datang dan melakukan fagositosis (Meyer et al. 1992). Kemudian netrofil akan mengalami autolisis setelah proses fagositosis selesai. Histamin dan faktor leukopoietik (sitokin dan interlukin) yang dilepaskan setelah lisisnya netrofil akan merangsang sumsum tulang melepaskan cadangan netrofil sehingga produksi netrofil akan meningkat (Hafizhiah 2008). Netrofil hanya memiliki waktu paruh selama dua hari dan hanya efektif pada hari-hari pertama setelah infeksi parasit (Hargono 1996).

Penurunan jumlah netrofil pada kelompok A1, A2, dan A3 pada hari ke-2 sampai hari ke-7 jika dibandingkan dengan hari ke-1, disebabkan oleh pemberian infusa akar kayu kuning, menurut Rojsanga dan Gritsanapan (2005) tanaman akar kayu kuning mengandung senyawa yaitu berberin. Berberin yang merupakan alkaloid isokuinolon diketahui memiliki aktivitas farmakologi seperti aktivitas antimikrobial terhadap bakteri, fungi dan virus, antimalaria, antiinflamasi, dan antiproliferatif (Tungpradit et al. 2011). Menurut penelitian sebelumnya, akar kayu kuning yang diekstrak dengan pelarut air juga mengandung senyawa flavonoid (Kusuma 2011), menurut USDA (2010) flavonoid dapat meningkatkan aktivitas sebagai antiinflamasi.

Hasil penelitian yang dilakukan Kusuma (2011), menunjukkan persentase parasitemia pada kelompok A1 dan A2 mengalami peningkatan dari hari ke-1 sampai hari ke-7 setelah infeksi. Sementara untuk kelompok A3 persentase parasitemianya mengalami penurunan sampai hari ke-3 setelah infeksi, dan persentase parasitemianya meningkat pada hari ke-4 setelah infeksi dan turun pada hari ke-7 setelah infeksi (Kusuma 2011). Peningkatan persentase parasitemia pada kelompok A1 dan A2 kemungkinan disebabkan karena penurunan persentase netrofil dan kurangnya dosis pemberian dari akar kayu kuning menyebabkan efek antimalaria berkurang sehingga belum dapat menghambat pertumbuhan P.berghei.

(3)

• Eosinofil

Hasil pengamatan persentase rata-rata eosinofil mencit yang diinfeksi

P.berghei dan diberi infusa tanaman akar kayu kuning (Coscinium fenestratum),

dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 11.

Gambar 11 Rata-rata persentase eosinofil pada mencit yang diinfeksi P.berghei dan diberi infusa tanaman akar kayu kuning (Coscinium fenestratum).KN : Kontrol negatif hanya diberi larutan PGA 3%,KP : Kontrol positif dengan pemberian klorokuin, A1 : ekstrak air dosis 0.625 mg/ 25 gr BB mencit, A2 : ekstrak air dosis 1.25 mg/ 25 gr BB mencit dan A3 : ekstrak air dosis 3.75 mg/ gr BB mencit.

Berdasarkan tabel 3 dan gambar 11, pada kelompok KP dan perlakuan AI, A2, dan A3 hari ke-1 persentase eosinofilnya lebih rendah dari kelompok KN. Pada perlakuan A1 hari ke-2 dan ke-3 persentase eosinofil menurun bahkan tidak terdapat eosinofil. Pada perlakuan A1, hari ke-4 dan hari ke-7 menunjukkan peningkatan dan hari ke-7 perlakuan A1 menunjukan persentase yang tertinggi dan berbeda nyata dengan KN, KP, A2 dan A3 yaitu 1.66%. Perlakuan A2, hari ke-2 menunjukkan peningkatan, bahkan persentasenya lebih tinggi dibandingkan KP, A1, dan A3. Perlakuan A2, hari ke-3 terjadi penurunan bahkan tidak terdapat eosinofil. Pada hari ke-4 dan hari ke-7 menunjukkan peningkatan persentase eosinofil, bahkan pada hari ke-7 persentase eosinofilnya lebih tinggi dibandingkan KN dan A3. Pada perlakuan A3, hari ke-2 menunjukkan peningkatan eosinofil jika dibandingkan dengan hari sebelumnya. Perlakuan A3, pada hari ke-3 menunjukkan penurunan bahkan tidak terdapat eosinofil, pada hari ke-4 dan hari ke-7 menunjukkan peningkatan kembali eosinofil. Jadi gambaran eosinofil A2 dan A3 hampir sama.

Guyton (1996) menyatakan bahwa eosinofil berperan dalam proses imun tubuh terhadap adanya infeksi parasit seperti cacing, protozoa dan lain-lain.

(4)

Jumlah eosinofil akan meningkat apabila ada reaksi alergi dan infeksi dari parasit (Kern 2002). Rata-rata persentase eosinofil kelompok A1, A2 dan A3 pada hari-hari pertama tidak menunjukkan nilai yang lebih tinggi dari KN. Ini disebabkan karena ekstrak air akar kayu kuning yang menghambat produksi eosinofil. Menurut Sudharshan et al. (2010) bahwa kandungan flavonoid dalam kayu kuning berperan dalam aktivitas antiinflamasi. Berbeda dengan hari ke-7 yang menunjukkan rata-rata nilai ketiga perlakuan lebih tinggi dibanding KN. Terutama pada kelompok A1 hari ke-7, persentase eosinofilnya berbeda nyata dengan KN. Eosinofil tidak seefisien netrofil dalam fagositosis, namun memiliki lisosom yang dapat menghancurkan parasit bila dirangsang dengan tepat (Tizard 1988) sehingga nilainya tidaklah tinggi didalam darah. Tingkat parasitemia pada kelompok perlakuan A1 pada hari ke-7 mengalami peningkatan yang drastic (Kusuma 2011), sehingga keadaan umum hewan pun ikut memburuk, yang merangsang tubuh untuk memproduksi eosinofil. Menurut Tizard (1988), secara umum, antibodi yang ada didalam tubuh membantu mengontrol jumlah parasit dalam aliran darah.

(5)

Tabel 2 Rata-rata persentase netrofil dari mencit yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa akar kayu kuning Perlakuan Pengamatan pada Hari ke- (setelah pemberian ekstrak)

0 1 2 3 4 7 KN 53.89±8.03cdefg 52.44±8.10bcdefg 54.44±6.87cdefg 57.01±8.05efg 59.89±3.83g 61.66±4.71g

KP 55.60±6.62defg 46.20±9.16abcde 41.73±9.03ab 43.00±10.39abc 53.08±10.84cdefg 61.50±4.12g A1 53.60±13.15cdefg 58.40±11.97fg 48.66±1.65abcdef 47.00±6.13abcde 46.33±0.00abcde 54.00±3.06cdefg A2 47.46±4.40abcdef 46.26±4.97abcde 40.73±8.94a 47.25±2.10abcdef 45.41±8.33abcd 44.66±4.02abcd A3 61.53±7.38g 53.93±4.27cdefg 43.20±10.93abc 39.59±11.08a 47.58±3.92abcdef 48.00±2.53abcdef *Keterangan: Huruf superskrip berbeda menyatakan perbedaan yang nyata pada taraf P<0.05; KN: Kontrol Negatif; KP: Kontrol Positif; A1, A2, dan A3: Infusa akar kayu kuning dengan dosis 0.625,1.25, 3.75.

Tabel 3 Rata-rata persentase eosinofil dari mencit yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa akar kayu kuning. Perlakuan Pengamatan pada Hari ke- (setelah pemberian ekstrak)

0 1 2 3 4 7 KN 0.44±0.54abcd 0.55±0.49abcd 0.66±0.47bcd 0.55±0.36abcd 0.66±0.47bcd 0.44±0.14abcd

KP 0.40±0.55abcd 0.26±0.43ab 0.53±0.38abcd 0.93±1.03cd 0.25±0.27ab 1.00±0.00d A1 0.00±0.00a 0.13±0.18ab 0.00±0.00a 0.00±0.00a 0.16±0.11ab 1.66±1.17e A2 0.06±0.15ab 0.13±0.18ab 0.66±0.15ab 0.00±0.00a 0.41±0.27abcd 0.89±0.49cd A3 0.00±0.00a 0.13±0.18ab 0.33±0.24abc 0.00±0.00a 0.08±0.14ab 0.66±0.47bcd

*Keterangan: Huruf superskrip berbeda menyatakan perbedaan yang nyata pada taraf P<0.05; KN: Kontrol Negatif; KP: Kontrol Positif; A1, A2, dan A3: Infusa akar kayu kuning dengan dosis 0.625; 1.25; 3.75.

(6)

• Monosit

Hasil pengamatan persentase rata-rata monosit mencit yang diinfeksi

P.berghei dan diberi infusa tanaman akar kayu kuning, dapat dilihat pada Tabel 4

dan Gambar 12.

Gambar 12 Rata-rata persentase monosit pada mencit yang diinfeksi P.berghei dan diberi infusa tanaman akar kayu kuning (Coscinium fenestratum). KN: Kontrol negatif hanya diberi larutan PGA 3%, KP : Kontrol positif dengan pemberian klorokuin, A1 : ekstrak air dosis 0.625 mg/ 25 gr BB mencit, A2 : ekstrak air dosis 1.25 mg/ 25 gr BB mencit dan A3: ekstrak air dosis 3.75 mg/ gr BB mencit.

Berdasarkan tabel 4 dan gambar 12, persentase monosit perlakuan A1, A2 dan A3 pada hari ke-1 lebih rendah dibandingkan kelompok KN dan KP. Pada perlakuan A1 pada hari ke-2 mengalami peningkatan, persentasenya lebih tinggi dibandingkan dengan KN, A2, dan A3, tetapi masih rendah dari pada KP. Kemudian pada hari ke-3 dan ke-4 terjadi penurunan persentase monosit. Pada hari ke-7 terjadi peningkatan monosit, persentasenya lebih tinggi dibandingkan dengan KN, A2, dan A3. Persentase monosit A2 pada hari ke-2 lebih rendah jika dibandingkan dengan kelompok KN, KP, A1, dan A3. Pada hari ke-3, ke-4 dan ke-7 terjadi peningkatan, dimana persentasenya lebih tinggi dari pada kelompok perlakuan A3. Pada perlakuan A3 hari ke-2 terjadi peningkatan monosit jika dibandingkan dengan hari sebelumnya, tetapi persentasenya lebih rendah dari kelompok KN, KP, dan A1. Kemudian terjadi penurunan persentase monosit pada hari ke-3, ke-4, dan ke-7, dimana persentasenya lebih rendah dari kelompok KN, KP, A1, dan A2.

Tingginya persentase dari monosit pada perlakuan A1 dan A2 pada hari ke-7, dapat disebabkan oleh senyawa flavonoid yang terkandung di dalam akar kayu kuning (Kusuma 2011). Flavonoid berpotensi sebagai antioksidan dan mampu meningkatkan respon imun (Depkes RI 1985). Flavonoid berpotensi

(7)

bekerja terhadap limfokin yang dihasilkan oleh sel T, sehingga akan meransang sel-sel fagosit (monosit) untuk melakukan respon fagositosis (Kusmardi et al. 2006). Dengan adanya flavonoid, jumlah monosit di dalam tubuh akan meningkat. Monosit merupakan salah satu sel yang berperan penting dalam respon imun, baik berperan fungsional dalam fagositosis maupun perannya sebagai antigen

presenting cells (APC) (Bratawidjaja 2003, Kern 2002). Dengan demikian,

pemberian infusa akar kayu kuning dapat meningkatkan jumlah monosit di dalam tubuh. Peningkatan monosit juga disebabkan karena terjadi peningkatan persentase parasitemia, sehingga merangsang tubuh untuk melakukan perlawanan dengan mengeluarkan monosit. Sementara itu, penurunan monosit pada kelompok A3 hari ke-3 sampai hari ke-7 dapat disebabkan oleh penurunan tingkat parasitemia dank arena adanya pengaruh dari kandungan infusa akar kayu kuning yang berfungsi sebagai anti plasmodial.

• Limfosit

Hasil pengamatan persentase rata-rata limfosit mencit yang diinfeksi

P.berghei dan diberi infusa tanaman akar kayu kuning (Coscinium fenestratum),

dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 13.

Gambar 13 Rata-rata persentase limfosit pada mencit yang diinfeksi P.berghei dan diberi infusa tanaman akar kayu kuning (Coscinium fenestratum). KN : Kontrol negatif hanya diberi larutan PGA 3%, KP : Kontrol positif dengan pemberian klorokuin, A1 : ekstrak air dosis 0.625 mg/ 25 gr BB mencit, A2 : ekstrak air dosis 1.25 mg/ 25 gr BB mencit dan A3 : ekstrak air dosis 3.75 mg/ gr BB mencit.

Berdasarkan tabel 5 dan gambar 13, pada perlakuan A1 hari ke-1 menunjukkan penurunan persentase limfosit jika dibandingkan KN, KP, A2, dan A3 yakni 38.26%. Pada perlakuan A1, hari ke-2, ke-3, ke-4 dan ke-7 masih

(8)

menunjukkan penurunan persentase jika dibandingkan dengan kelompok perlakuan A2 dan A3. Pada perlakuan A2 hari ke-1 dan ke-2 menunjukkan peningkatan persentase limfosit jika dibanding KN, KP, A1, dan A3 yaitu sebesar 50.73% dan 56.86%. Pada hari ke-3 terjadi penurunan persentase limfosit jika dibandingkan dengan kelompok KP dan A3. Kemudian pada hari ke-4 dan ke-7 terjadi peningkatan persentase limfosit jika dibandingkan semua kelompok. Persentase limfosit perlakuan A3 pada hari ke-1 lebih tinggi daripada perlakuan A1 tetapi masih lebih rendah jika dibandingkan dengan kelompok A2. Pada hari ke-2 dan ke-3 terjadi peningkatan limfosit, bahkan pada hari ke-3 persentase limfositnya lebih tinggi dibandingkan kelompok KN, KP, A1, dan A2 yaitu 57.46%. Pada hari ke-4 dan ke-7 terjadi penurunan persentase limfosit jika dibandingan dengan kelompok perlakuan A2, tetapi lebih tinggi jika dibandingkan dengan KN, KP, dan A1.

Rendahnya persentase limfosit pada kelompok A1 jika dibandingkan dengan kelompok perlakuan yang lain, bisa disebabkan karena nilai netrofil yang lebih tinggi sebagai garis pertahanan utama pada hari pertama setelah infeksi, sehingga organ limfoid utama lebih banyak mengeluarkan netrofil jika dibandingkan dengan limfosit (Baratawidjaja 2003). Peningkatan dari limfosit pada perlakuan A2 hari ke-1, ke-2, ke-4, dan ke-7, serta perlakuan A3 pada hari ke-2 sampai hari ke-7, disebabkan karena terjadi peningkatan persentase parasitemia pada setiap perlakuan (Kusuma 2011). Peningkatan limfosit ini dapat disebabkan oleh kandungan berberin dan flavonoid pada C. fenestratum. Menurut Wongbutdee (2009) C. fenestratum berfungsi sebagai imunostimulator sehingga merangsang tubuh untuk memproduksi limfosit. Jiao et al. (1999) menyatakan bahwa flavonoid dapat meningkatkan aktivitas IL-2 dan meningkatkan proliferasi limfosit. Ganong (2002) menyatakan bahwa adanya benda asing (P. berghei) akan meransang terbentuknya antigen precenting cell (APC), APC ini akan meransang tubuh untuk membentuk sel limfosit T. Selain itu, IL-2 akan diproduksi dengan adanya sel limfosit T, IL-2 ini akan meransang sel T sitotoksik untuk menghancurkan benda asing (P. berghei) yang masuk ke dalam tubuh. Pemberian infusa akar kayu kuning dapat meningkatkan jumlah limfosit, sehingga dengan adanya kerjasama antara sistem kekebalan tubuh dan infusa akar kayu kuning

(9)

dalam tubuh mencit dapat mengeliminasi jumlah parasit yang ada. Hal ini dapat dilihat pada kelompok A3 yaitu jumlah parasitemianya berkurang pada hari ke-7 setelah infeksi (Kusuma 2011).

(10)

Tabel 4 Rata-rata persentase monosit dari mencit yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa akar kayu kuning. Perlakuan Pengamatan pada Hari ke- (setelah pemberian ekstrak)

0 1 2 3 4 7 KN 3.44±1.56abcdef 3.44±1.11abcdef 3.66±1.24abcdef 4.66±0.85defg 4.88±0.68fgh 3.77±1.18abcdef

KP 4.26±1.32cdefg 3.86±0.72abcdef 4.79±1.17efgh 4.20±1.12bcdefg 3.75±1.31abcdef 5.66±0.23gh A1 6.26±2.78h 3.20±1.23abcde 4.16±1.53bcdefg 3.16±0.59abcde 3.66±0.23abcdef 5.00±0.94fgh A2 2.99±1.02abcd 2.80±0.80abc 2.33±0.97a 2.99±0.91abcd 3.08±0.49abcd 4.33±0.81cdefg A3 3.00±0.97abcd 2.53±1.06ab 3.00±0.52abcd 2.66±0.97abc 2.25±0.63a 2.50±0.82ab

*Keterangan: Huruf superskrip berbeda menyatakan perbedaan yang nyata pada taraf P<0.05; KN: Kontrol Negatif; KP: Kontrol Positif; A1, A2, dan A3: Infusa akar kayu kuning dengan dosis 0.625; 1.25; 3.75.

Tabel 5 Rata-rata persentase limfosit dari mencit yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa akar kayu kuning. Perlakuan Pengamatan pada Hari ke- (setelah pemberian ekstrak)

0 1 2 3 4 7 KN 42.22±7.26abcdefgh 43.33±8.38bcdefgh 40.88±6.64abcdefg 37.77±7.43abc 34.44±3.30ab 34.11±5.19ab

KP 39.66±5.93abcdef 49.66±8.79defghi 52.86±8.71hi 51.66±10.88ghi 42.91±11.06abcdefgh 31.83±4.35a A1 40.14±13.03abcdef 38.26±12.47abcd 47.15±0.10cdefghi 49.66±5.41defghi 49.66±0.23defghi 39.18±5.29abcde A2 49.46±3.58defghi 50.73±5.17fghi 56.86±9.52i 49.66±2.69defghi 50.75±8.62fghi 49.77±4.22efghi A3 35.46±7.78ab 43.33±5.58bcdefgh 53.33±10.62hi 57.46±11.46i 50.00±3.86efghi 47.83±0.35cdefghi *Keterangan: Huruf superskrip berbeda menyatakan perbedaan yang nyata pada taraf P<0.05; KN: Kontrol Negatif; KP: Kontrol Positif; A1, A2, dan A3: Infusa akar kayu kuning dengan dosis 0.625; 1.25; 3.75.

(11)

• Basofil

Hasil pengamatan persentase rata-rata limfosit mencit yang diinfeksi

P.berghei dan diberi infusa tanaman akar kayu kuning, dapat dilihat pada Tabel 6

dan Gambar 14.

Gambar 14 Rata-rata persentase basofil pada mencit yang diinfeksi P.berghei dan diberi infusa tanaman akar kayu kuning (Coscinium fenestratum).KN : Kontrol negatif hanya diberi larutan PGA 3%, KP : Kontrol positif dengan pemberian klorokuin, A1 : ekstrak air dosis 0.625 mg/ 25 gr BB mencit, A2 : ekstrak air dosis 1.25 mg/ 25 gr BB mencit dan A3 : ekstrak air dosis 3.75 mg/ gr BB mencit.

Berdasarkan tabel 6 dan gambar 14, pada kelompok A1 pada hari ke-1 dan ke-2 menunjukkan nilai nol atau tidak ditemukan basofil. Kemudian mulai pada hari ke-3 sampai hari ke-7 persentase basofilnya meningkat dan menunjukkan persentase yang sama yakni 0.16%. Persentase basofil pada kelompok A2 dan A3 pada hari ke-1 menunjukkan hasil yang sama yakni 0.06%, persentasenya lebih tinggi dibandingkan kelompok KN, KP, dan A1. Pada hari ke-2 tidak ditemukan adanya basofil pada kelompok perlakuan A2, kemudian pada hari ke-3 sampai hari ke-7 terjadi peningkatan basofil. Persentase basofil pada hari ke-4 lebih tinggi dibandingkan dengan semua kelompok. Kelompok perlakuan A3 pada hari ke-2 dan ke-3 mengalami peningkatan basofil, persentasenya lebih tinggi dari semua kelompok. Pada hari ke-4 terjadi penurunan basofil dan pada hari ke-7 terjadi peningkatan kembali, persentasenya lebih tinggi daripada KN, KP, A1, dan A2, yakni 1.00%.

Persentase basofil pada tiap perlakuan tidak menunjukan hasil yang berarti. Hal ini dikarenakan basofil kurang merespon akan adanya parasit. Menurut Campbell et al. (2004), basofil memiliki peran utama dalam berbagai proses alergi dan penutupan luka, serta basofil kurang berperan terhadap adanya parasit. Selain itu, basofil juga berperan dalam respon peradangan, basofil mengandung zat

(12)

heparin (antikoagulan) yang dilepas didaerah peradangan guna mencegah pembekuan darah dalam reaksi inflamasi (Frandson 1992). Peningkatan persentase basofil pada kelompok A3 tiap harinya, mungkin karena peningkatan persentase limfosit. Menurut Tizard (1988), adanya infiltrasi basofil dapat disebabkan karena adanya pelepasan limfokin basofil-kemotaktik dari sel T. Peningkatan basofil ini menunjukkan keterlibatan basofil dalam mencegah rekasi inflamasi akibat tingginya persentase limfosit dan kerjasama dengan berberin yang terkandung dalam ekstrak yang mempunyai fungsi antiinflamasi.

(13)

Tabel 6 Rata-rata persentase basofil dari mencit yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa akar kayu kuning. Perlakuan Pengamatan pada Hari ke- (setelah pemberian ekstrak)

0 1 2 3 4 7 KN 0.00±0.00a 0.22±0.13a 0.00±0.00a 0.00±0.00a 0.11±0.13a 0.00±0.00a KP 0.06±0.14a 0.00±0.00a 0.06±0.14a 0.26±0.15a 0.00±0.00a 0.00±0.00a A1 0.00±0.00a 0.00±0.00a 0.00±0.00a 0.16±0.11a 0.16±0.11a 0.16±0.11a A2 0.00±0.00a 0.06±0.14a 0.00±0.00a 0.08±0.14a 0.33±0.40a 0.33±0.40a A3 0.00±0.00a 0.06±0.14a 0.13±0.18a 0.26±0.59a 0.08±0.14a 1.00±0.70b

*Keterangan: Huruf superskrip berbeda menyatakan perbedaan yang nyata pada taraf P<0.05; KN: Kontrol Negatif; KP: Kontrol Positif; A1, A2, dan A3: Infusa akar kayu kuning dengan dosis 0.625; 1.25; 3.75.

Gambar

Gambar 10  Rata-rata persentase netrofil pada mencit yang diinfeksi P.berghei dan diberi infusa  tanaman akar kayu kuning (Coscinium fenestratum).KN : Kontrol negatif hanya  diberi larutan PGA 3%,KP : Kontrol positif dengan pemberian klorokuin, A1 :  ekstr
Tabel  2 Rata-rata persentase netrofil dari mencit yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa akar kayu kuning  Perlakuan   Pengamatan pada Hari ke- (setelah pemberian ekstrak)
Gambar 12  Rata-rata persentase monosit pada mencit yang diinfeksi P.berghei dan diberi infusa  tanaman akar kayu kuning (Coscinium fenestratum)
Tabel  4 Rata-rata persentase monosit dari mencit yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa akar kayu kuning
+3

Referensi

Dokumen terkait

Karakteristik hidrooseanografi di pesisir kabupaten Agam menggambarkan batimetri perairan pesisir dangkal sampai dalam, gelombang dan rentang pasang surut tinggi, arus

Enam objektif digariskan iaitu;i mengenalpasti Dimensi Tempat, ii Dime Koleksi, Hi Dimensi Capaian,iv Dimensi Kebolehpercayaan, dan v mengenalpasti Dimensi Empati yang menyumbang

Setelah melakukan penelitian dengan berbagai temuan dilapangan, maka penulis memberikan saran terkait dengan Manajemen Konflik Pertanahan Alih fungsi Hutan Adat

penting yang diperlukan untuk mengirim pesan nilai karakter pada siswa Model latihan “Kid Tsu Chu Futbol Games For Character Development” merupakan model yang

Hasil penelitian Mualim (2009) menunjukkan bahwa K merupakan faktor pembatas produksi umbi (panjang, bobot basah, dan bobot kering) pada petak perlakuan saat

Pencon bagian depan dari kuningan, bagian bahu dari besi dicat dengan Brom warna kuning emas, rancakan diberi list dengan brom warna kuning emas wilahan dari kayu berlian yg

Pemotongan amplikon dengan menggunakan enzim Hinf I dapat digunakan untuk membedakan sampel sapi, kerbau, dan anoa dengan sampel domba atau kambing.. Sampel anoa

Fisika se)agai &amp;roses atau juga dise)ut se)agai a (ay o,  in7estigatingG mem)erikan gam)aran mengenai )agaimana &amp;ara ilmu(an )ekerja melakukan