• Tidak ada hasil yang ditemukan

HADIS DARI PERSPEKTIF SUNNI DAN SYIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HADIS DARI PERSPEKTIF SUNNI DAN SYIAH"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

HADIS DARI PERSPEKTIF SUNNI DAN SYIAH

Kamaluddin Nurdin Marjuni Universiti Sains Islam Malaysia

Hadis Rasul atau sunnah Rasul adalah salah satu sumber hukum Tasyri yang sangat penting dalam Islam. kepentingannya semakin nyata melalui fungsi-fungsi yang dijalankannya sebagai penjelas dan penfasir al-Qur an, bahkan juga sebagai penetap hukum yang independen sebagaimana al-Qur an sendiri. Itulah sebabnya, di kalangan “hli Sunnah, menjadi sangat penting untuk menjaga dan mengawal pewarisan al-Sunnah ini dari generasi

ke generasi. Mereka –misalnya- menetapkan berbagai persyaratan yang ketat

agar sebuah hadits dapat diterima (dengan derajat shahih ataupun hasan). Setelah meneliti dan membuktikan keabsahan sebuah hadis secara perawi hadis (sanad), mereka tidak cukup berhenti hingga di situ. Mereka pun merasa perlu untuk mengkaji ayat dan konten hadis (matan); sehingga mereka dapat menyimpulkan dan mendapatkan hadis yang dapat dijadikan sebagai sumber hukum dalam berhujjah.

Pada dasarnya Syiah menolak hadis-hadis yang diriwayatkan oleh para ahli hadits Ahlus Sunnah wal Jama'ah, seperti Imam Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan lainnya. Kalaupun mereka menyebutkannya, itu dalam rangka taqiyah atau jika itu mereka anggap mendukung ajaran mereka. Syiah hanya menerima hadis yang diriwayatkan oleh perawi Ahlul Bait.

Syiah Imamiyah Ithsna'asyariah terpecah kepada tiga puak: Akhbariyah (Menolak pembagian hadis), Usulliyyah dan Shaikiyyah. Dan apapun halnya perbezaan syiah dalam masalah hadis, mereka mengklaim bahawa penulisan hadis-hadis riwayat syiah sudah dimulai sejak zaman Nabi seperti halnya dalam keilmuan Ahli Sunnah. Akan tetapi selanjutnya yang membuat beza adalah, bahawa menurut syiah, orang pertama yang melakukan adalah Nabi itu sendiri. iaitu melalui tangan Imam pertama mereka, Ali bin Abi Thalib. dalam catatan sejarah syiah, Nabi saw. memiliki sebuah shahifat, lembar-lembar kertas yang selalu digantungkannya di bahu pedang beliau. Kemudian Rasulullah saw. mendiktekan hadits-haditsnya pada Imam Ali ra. untuk disalin kedalam shahifahnya. Tatkala Rasulullah saw. meninggal dunia Imam Ali ra. memelihara shahifah tersebut dengan baik. Shahifah tersebut kemudian

lebih dikenal dengan nama kitab Ali 1.

(2)

Definisi syiah terhadap hadis Nabi Muhammad tidak sebagaimana pandangan Sunni. Terdapat perbezaan yang bersifat prinsip baik mengenai epistemologi, jalur periwayatan, penerimaan maupun penggunaannya.

Definisi sunnah atau hadis menurut Syi ah sebagaimana yang dinyatakan oleh

seorang ulama hadis Syiah bernama (al-Mamqani): bahwa hadis adalah: setiap sesuatu yang sumbernya dari Nabi Muhammad dan orang yang ma shum para imam , baik berupa perkataan, perbuatan atau persetujuan

2. Selain itu, syiah berkeyakinan bahawa hadis-hadis yang bersumber dari para

Imam adalah sahih tanpa perlu kesinambungan riwayat (Ittishal al-Sanad) dengan Rasulullah saw. sebagaimana persyaratan keshahihan hadits dikalangan Sunni. Pandangan di atas sudah menjadi cara pandang kalangan syiah secara umum, baik yang ekstrem maupun syiah yang sederhana.

Jadi apa yang disebut Sunnah atau Hadis oleh Syiah bukan hanya berupa ucapan, perilaku, sikap, kebiasaan Nabi sebagaimana yang didefinisikan oleh Ahli Sunnah, tapi juga termasuk seluruh ucapan, perilaku, sikap para imam Ma shum yang berjumlah .

Dalam hal pembagian hadis, puak Usuliyyah memiliki cara tersendiri dan berbeza dengan sunni, menurut mereka hadis terbagi menjadi dua jenis hadits, yaitu hadis Mutawatir dan hadis Ahad.

Hadis Mutawatir versi Syiah ini sebenarnya tidak jauh berbeza dengan kalangan sunni, yakni hadis yang diriwayatkan oleh sebuah sekumpulan (jama'ah) yang mencapai bilangan yang amat besar sehingga tidak mungkin

mereka berbohong dan salah 3. Hadis seperti ini adalah hujjah dan harus

dijadikan landasan dalam beramal.

Sedangkan hadis Ahad, adalah hadis yang tidak mencapai derajat

tawatur, rawi yang diriwayatkannya satu atau lebih 4. Definisi ini tidak jauh

berbeza dengan definisi Ahli Sunnah, Kemudian.

Perlu disebutkan bahawa syiahpun mengklasifikasikan hadis ke beberapa jenis hadis sebagaimana dalam metodologi Ahli Sunnah, dan dalam

2Al-amqani, Miqbaas al-Hidayah fi Ilmi al-Dirayah, 1/68..

3Lihat: Zainuddin al-A ili, al-Dirayah, 1/125. Dan bandingkan dengan definisi Al-Suyuti dalam kitab

Tad ib al-‘awi , / .

4Lihat: Zainuddin al-A ili, al-Dirayah, 1/5. AL-Mazindarani, Miqyas al-Riwayah, 32. Dan bandingkan

(3)

kajian hadis Syiah metodologi pembagian hadis baharu dikenal pada masa imam Ahmad bin Tawus yang wafat pada tahun 673 Hijrah. Pada masa sebelumnya hadis dibagi kepada dua bagian saja, iatu hadis sahih dan hadis daif. Oleh karena itu syiah terpaksa mengakui ketebelakangannya dalam metodologi hadis, hal ini diakui oleh Ayatullah Syed Hasan al-Sadr beliau menyatakan bahawa Ahmad bin Tawus adalah orang yang merumuskan dan mengarang istilah dan pembagian hadis syiah kepada Sahih, Hasan, Muwats-tsaq dan da if 5.

Dengan demikian jelas bahwa syiah tidak mengenal pembagian hadis

sahih, hasan, muwats-tsaq, dan da if sebelum datangnya sang peletak

rumusan hadis (imam Ahmad bin Tawus), hal ini disebabkan karena adanya

keyakinan bahawa sebagian riwayat yang ada dalam kitab

hadis mu tamad mereka adalah sahih seratus peratus. Oleh karena itu syiah

imamyah Akhbariyah telah membatasi hanya empat kitab mu tamad sahaja,

iaitu:

- Pertama: Kitab “l-Kafi , yang ditulis oleh “l-Kulaini (Muhammad bin Ya qub bin Ishaq .

- Kedua: Tahdzib Al-“hkam, karangan “bu Ja far “t-Thusi (Muhammad bin

Hasan bin “li .

- Ketiga: Al-Istibshar, juga dikarang oleh “bu Ja far “t-Thusi. ((Muhammad

bin Hasan bin “li .

- Keempat: Man La Yahduruhul Faqih, oleh Ibnu Babawaih Al-Qummi (Abu Ja far, Muhammad bin “li bin Husain bin Musa .

Mereka berpendapat bahwa keempat kitab hadis di atas memiliki sanad yang qath'i, atau memiliki sumber yang terpercaya. Oleh karena itu, sanadnya tidak perlu diteliti lagi. Dan mereka tidak mengakui pembagian hadits kepada shahih, hasan, mautsuq, dha'if, dan sebagainya. Karena mereka melihat bahwa semua hadits hukumnya sahih. Dan mereka mewajibkan untuk bersikap hati-hati ketika merasa ragu terhadap suatu pengharaman, meskipun tidak memiliki maklumat mengenainya secara umum. Dan mereka tidak mengakui dalil aqli (akal) dan dalil Ijma' yang merupakan sumber dalil yang disebutkan di dalam ushul fiqh, dan hanya mengakui dua sumber dalil saja, yaitu dalil Qur`an dan dalil hadits. Oleh karena itu, mereka dikenal dengan nama al-Akhbariyah, disebabkan oleh kebergantungan mereka terhadap akhbar

(4)

(Hadits). Dan mereka berpendapat tidak ada gunanya mempelajari ilmu ushul fiqh, sebab ilmu itu tidak memiliki nilai-nilai kebenaran.

Berikut penjelasan pembagian hadis tersebut :

1) Shahih.

Bentuk hadis ini diriwayatkan oleh seorang penganut Syi'ah Imamiah yang telah diakui kejujurannya “dalah-nya) dan dengan jalan yang shahih.

2) Hasan.

Perawi yang meriwayatkannya adalah seorang Syi'ah Imamiah yang terpuji, tidak ada seorangpun yang jelas mengecamnya.

3) Muwats-tsaq.

Merupakan hadis dari seorang yang ma shum dan diriwayatkan oleh rawi yang bukan dari kalangan oang Syiah, namun ia adalah orang yang dapat dipercayai (Tsiqah) atau terpercaya dalam periwayatan.

4) Dha'if.

Hadis ini lemah kedudukannya, sebab hadisnya tidak mempunyai kriteria-kriteria tiga kelompok hadis di atas, seperti misalnya sang rawi tidak menyebutkan seluruh rawi yang meriwayatkan hadis kepadanya.

Dari uraian diatas, secara umum dapat disimpulkan bahawa hadis versi

syiah hanya dapat diterima apabila terdapat unsur kepercayaan Imamah ,

sehingga syarat utama diterimanya sebuah hadis adalah wajib bersumberkan dari para imam ma sum atau dari kalangan syiah.

* Apakah Kitab Al-Kafi Seluruh Isinya Sahih (Betul)?

Al-Kafi adalah kitab hadis Syiah yang ditulis oleh Abu Ja'far Muhammad bin Ya'qub bin Ishaq al-Kulaini al-Razi pada abad ke 4 H. Kitab ini ditulis selama 20 tahun yang memuat 16. 199 hadis.

(5)

Buku al-Kafi boleh dibahagikan kepada tiga bahagian. Bahagian pertama al-Kafi membincangkan mengenai Usul yang mengandungi lapan bab (kutub) seperti kitab akal dan kejahilan, kitab kelebihan ilmu, kitab tauhid, kitab Hujjah (kitab ini), kitab iman dan lain-lain, dinamakan Usul min al-Kafi atau Usul al-al-Kafi.

Bahagian kedua al-Kafi atau Furu' membincangkan tentang Furu' yang mengandungi dua puluh enam (26) bab (kutub) seperti kitab kebersihan, kitab sembahyang, kitab haid, kitab jenazah, kitab puasa, kitab haji dan lain-lain, maka ia dinamakan al-Furu' min al-Kafi. Bahagian ketiga Raudhat al-Kafi membincangkan mengenai Furu', Usul secara ringkas, alam semesta, rawatan penyakit dan lain-lain mengandungi lima ratus sembilan puluh tujuh (597) hadis, maka ia dinamakan Raudhat al-Kafi. Adapun Kitab al-Hujjah mengandungi 1015 hadis para imam Ahlul Bait a.s.

Apapun halnya, bagi syiah Imamiah keistimewaan al-Kafi terletak kepada sanad dan matannya yang bersambung dan tidak terputus dengan para Imam Ahlul Bait.

Berbagai pandangan tentang kesahihan kitab ini dalam seratus peratus dan disamakan dengan rujukan hadis sunni yang sahih seperti kitab hadis Bukhari dan Muslim. Berikut pandangan ulama syiah tentang kitab al-Kafi:

Pertama: Golongan Yang Mengakui Kesahihan Al-Kafi Seratus Peratus

Disebutkan dalam muqaddimah kitab al-Kafi bahawa kitab ini adalah kitab hadis syiah yang paling sahih: saya katakan kamu ingin memiliki kitab yang lengkap, berisi ajaran ilmu agama yang lengkap bagi pelajar dan dijadikan rujukan bagi mereka yang ingin mencari petunjuk, menjadi referensi bagi mereka yang ingin mencari ilmu agama dan mengamalkannya dengan

riwayat yang sahih dari orang-orang jujur , kemudian Ali Akbar Al - Ghifari,

pentahqiq kitab “l Kafi menyatakan: mazhab Imamiyah sepakat bahwa seluruh isi kitab “l Kafi adalah sahih 6.

Di tempat lain, Abdul Husein Syarafuddin Al Musawi dalam kitab Al Muraja at menegaskan bahawa kitab hadis: yang terbaik dari yang dibukukan adalah empat kitab yang merupakan pegangan mazhab Imamiyah dalam

(6)

masalah ushul maupun furu sejak zaman pertama hingga masa kini, yaitu kitab Al-Kafi, Al-Tahdzib, Al-Istibshar dan Man La Yahdhuruhu al-Faqih, semua isinya adalah mutawatir dan dipastikan status kesahihannya, dan Al

Kafi adalah yang paling terdahulu, paling hebat, paling bagus7.

Sementara pujian-puijian yang sangat berlebihan datang dari Agha ”arzak yang mengatakan: “l-Kafi adalah kitab yang terbaik dari empat kitab

yang dijadikan pegangan bagi mazhab syi ah. Tidak pernah ada kitab riwayat

dari keluarga Nabi yang menyamai Al Kafi8. Pujian yang sama, Abbas Al-

Qummi menyatakan: “l Kafi adalah kitab yang terbaik dalam Islam, kitab syi ah yang terbaik yang tidak pernah ada lagi kitab syi ah yang seperti itu, Muhammad Amin Al Istrabadi menyatakan: kami mendengar dari para guru dan ulama kami bahwa tidak ada kitab dalam Islam yang menyamai atau

mendekati Al kafi9.

Setelah membandingkan dan memuji empat kitab di atas, seorang ahli tafis syiah imamiyah bernama Al-Faidh Al-Kasyani menerangkan bahwa kitab:

“l-Kafi adalah kitab hadis yang paling mulia, paling hebat, paling sahih,

paling sempurna dan paling lengkap , padahal dia juga mengakui bahwa “l Majlisi menganggap kebanyakan riwayat yang ada dalam kitab Al Kafi adalah

tidak sahih10.

Sanjungan silih berganti dan berdatangan dan tidak kalah hebatnya dengan pujian-pujian sebelumnya, kali ini Al-Nuri Al- Thabrasi mengatakan: posisi kitab “l-Kafi di antara empat kitab adalah bagaikan matahari dibandingkan dengan bintang-bintang yang ada di langit, jika orang yang bersifat objektif menelaah kitab Al-Kafi, maka dia tidak perlu lagi meneliti kesahihan perawi yang ada dalam kitab itu, dan akan segera percaya bahawa

isi kitab itu adalah sahih11. Kemudian Al- Hurr Al- Amili menyimpulkan

bahawa mengenai kesahihan penulisan kitab ini, adalah sebenar-benarnya

7Mu aja ah, o .

8Al- Dza i ah ila Tasa if Al-Syiah, 17/245.

9Al-Kunya wa Al-Aab, 3/98.

10Muqaddimah Al-Kafi, 1/8.

(7)

ditulis oleh Al- Kulaini, dan riwayat-riwayat yang ada di dalamnya adalah

benar berasal dari para imam-imam12.

Yang sangat menarik dari sekian sanjungan bagi kitab al-Kafi, adalah

ucapan shekh Muhammad Sadiq Al-Sadr: dikisahkan bahawa kitab al-Kafi

ditunjukkan pada Imam Mahdi lalu beliau menyatakan: kitab ini cukup bagi syi ah kami13.

Kesimpulan pendapat di atas bahawa isi, riwayat dan sanad daripada kitab al-Kafi adalah sahih, mantap sehingga tidak perlu diperdebatkan kesahihannya.

Kedua: Golongan Yang Tidak Mengakui Kesahihan Al-Kafi Seratus Peratus

Sebagian ulama syiah mengkritik kitab al-Kafi, terutama ulama-ulama syiah kontemporari, sebab bagi mereka Al-Kulaini sebenarnya hanya mengumpulkan sahaja riwayat-riwayat yang ia didapatkan dari berbagai orang yang mengaku mengikuti para imam Ahlul Bait. Dan tentunya ini suatu kewajaran dari hasil perkembangan bacaan dan telaah dan perlu disebarluaskan untuk perhatian kepada dunia Islam, bahawa dalam tradisi keilmuan syiah terjadi pergeseran dan perubahan.

Di antara ulama syiah tersebut adalah imam Al-Hilli, ia telah berupaya menilai kembali hadis-hadis yang terdapat dalam kitab al-Kafi, dan menyimpulkan bahawa tidak semua kandungan kitab al-Kafi sahih, sebab didalamnya ada juga hadis yang hanya dalam tingkat muwatstsaq, hasan dan dhaif.

Usaha ini tentunya usaha berani, sehingga pada awalnya dicabar oleh sekelompok orang yang disebut kaum Akhbariyah. Kelompok ini yang dipimpin oleh Mulla Amin Al-Astarabadi mencabar berat imam Al- Hilli yang dianggap telah berkhianat pada mazhab syiah.

Seperti sebelumnya telah dijelaskan bahwa kaum Akhbariayah menganggap setiap hadis dalam empat kitab rujukan hadis syiah (Kafi,

12Khati atul Wasa il, .

(8)

Tahdzib, Al-Istibshar dan Man La Yahdhuruhu al-Faqih) semuanya adalah sahih dan tidak perlu dipertikaikan kesahihannya.

Penentangan dan cabaran kelompok Akhbariyah berakhir dengan kegagalan, dan tidak sanggup menghadapi penilaian objektif kelompok Ushuliyah yang terus menerus mensosialisasikan kedudukan kitab al-Kafi bahawa tidak semua isinya sahih. Sehingga ulama-ulama syiah seperti imam Al-Tusi, Shekh al-Mufid, Shekh Murtadha Al-Ansari bergerak bersama mendedahkan kepada masyarakat tentang hasil temuan dan kajian mereka yang objektif dalam menilai sumber rujukan hadis empat kitab di atas dan khususnya kitab al-Kafi.

Sebagai hasil penilaian kembali terhadap kitab al-Kafi, seorang ulama syiah bernama al-Sayyid Ali al-Milani, mendapati bahawa dari 16. 199 jumlah hadis al-Kafi, terdapat 5.072 hadis shahih, 144 hasan, 1128 hadis Muwatstsaq (hadis yang diriwayatkan perawi bukan syiah tetapi dipercayai oleh syiah), 302

hadis Qawiy (kuat) dan 9.480 hadis dhaif14.

Dalam kitab Masadir Al-Hadits Inda Al- Syiah Al- Imamiah yang

ditulis oleh Muhaqqiq Sayid Muhammad Husain Jalali. Beliau

mengklasifikasikan hadis dalam kitab Al-Kafi dengan perincian sebagai berikut : Jumlah hadis secara keseluruhan : 1621 (termasuk riwayat dan cerita),

Hadis lemah / dha if : , Hadis yang benar / hasan : 114, Hadis yang dapat

dipercaya/mawtsuq : 118, Hadis yang kuat / Qawi : 302, Hadis shahih : 5702.

Di tempat lain Al-Sayyid Muhammad al-Mujahid al-Tabataba i H

juga mengemukakan hujah bahawa tidak semua riwayat al-Kafi sahih15.

Hal yang sama juga dikatakan oleh Ayatullah Husain `Ali al-Muntazari mengenai ketidaksahihan riwayat dalam al-Kafi, Ia mengatakan: Kepercayaan al-Kulaini akan kesahihan riwayat (di dalam kitabnya) tidak termasuk dalam hujah syar iah karenadia bukanlah ma sum di sisi kami 16.

14Al- Riwayat Li AHadis Al-Tahrif, Majalah Turathuna, Bil 2 Ramadhan 1407 H hal 257.

15Pa da ga i i di u ilka oleh seo a g ula a ode syiah I a iah iaitu Hasyi Ma uf Husyei dala buku ya Di asat al-Hadits, 135-136.

(9)

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat lebih dari 50% hadis dalam Al-Kafi adalah berstatus lemah (dhaif). Walaupun begitu jumlah hadis yang dapat dijadikan hujjah (yaitu selain hadis yang dhaif) jumlahnya cukup banyak, kira-kira hampir sama dengan jumlah hadis dalam Shahih Bukhari. Dan sebagai point untuk sumber hadis sunni dapat disimpulkan bahwa hadis Bukhari jelas keunggulannya di banding dengan hadis al-Kafi, sebab hadis jika terdapat dalam Sahih Bukhari maka itu sudah cukup untuk membuktikan keshahihannya. Sedangkan suatu hadis jika terdapat dalam Al- Kafi maka tidak bisa langsung dikatakan sahih, karena hadis itu harus diteliti sanad dan matannya berdasarkan kitab Rijal Syiah atau merujuk kepada Ulama Syiah tentang kedudukan hadis tersebut.

Berikut isi kandungan kitab al-Kafi untuk pertimbangan akal pikiran yang sehat, dengan kata lain isi kandugan ini apa boleh masuk dalam akal logika manusia?.

 Bab (1) Keperluan kepada al-Hujjah.

 Bab (2) Tingkatan para nabi, para rasul dan para imam a.s.

 Bab (3) Perbezaan antara rasul, nabi dan muhaddath.

 Bab (4) Sesungguhnya al-Hujjah tidak dapat diperkukuhkan untuk

Allah Ke atas makhluk-Nya kecuali melalui seorang imam a.s.

 Bab (5) Sesungguhnya bumi tidak pernah sunyi daripada al-Hujjah.

 Bab (6) Jika tidak tinggal di bumi kecuali dua orang lelaki, nescaya salah

seorang daripada mereka berdua adalah al-Hujjah.

 Bab (7) Mengenali seorang imam a.s dan merujuk [segala perkara]

kepadanya.

 Bab (8) Fardu mentaati para imam a.s.

 Bab (9) Sesungguhnya para imam a.s adalah saksi-saksi Allah ke atas

makhluk-Nya.

 Bab (10) Sesungguhnya para imam a.s adalah penunjuk.

 Bab (11) Sesungguhnya para imam adalah uli amri llah dan penyampai

ilmu-Nya

 Bab (12) Sesungguhnya para imam a.s adalah khalifah Allah di

bumi-Nya dan pintu-pintu-bumi-Nya yang didatangi.

 Bab (13) Sesungguhnya para imam a.s adalah cahaya Allah.

 Bab (14) Sesungguhnya para imam a.s adalah tiang-tiang bumi.

(10)

 Bab (15) Hadis-hadis yang luar biasa tentang kelebihan imam a.s dan sifat-sifatnya.

 Bab (16) Sesungguhnya para imam a.s adalah mereka yang mempunyai

kuasa dan merekalah yang didengkikan.

 Bab (17) Sesungguhnya para imam a.s adalah mereka yang disebutkan

oleh Allah a.w di dalam kitab-Nya.

 Bab (18) Sesungguhnya ayat-ayat yang disebutkan oleh Allah di dalam

kitab-Nya adalah para imam a.s.

 Bab (19) Apa yang difardukan oleh Allah a.w dan Rasul-Nya s.a.w

adalah bersama para imam a.s.

 Bab (20) Sesungguhnya Ahl al-Zikr yang Allah perintahkan

makhluk-Nya supaya bertanya kepada mereka merupakan para imam a.s.

 Bab (21) Sesungguhnya mereka yang disifatkan oleh Allah di dalam

kitab-Nya dengan ilmu adalah para imam a.s.

 Bab (22) Sesungguhnya orang yang mendalam ilmunya adalah para

imam a.s.

 Bab (23) Sesungguhnya para imam a.s dikurniakan ilmu yang

ditetapkan di dalam dada mereka.

 Bab (24) Tentang hamba-hamba yang dipilih oleh Allah dan

mewariskan mereka dengan kitab-Nya, mereka adalah para imam a.s.

 Bab (25) Sesungguhnya para imam di dalam kitab Allah ada dua jenis:

Imam yang menyeru kepada Allah dan imam yang menyeru kepada neraka.

 Bab (26) Sesungguhnya al-Qur an memberi petunjuk kepada imam a.s.

 Bab (27) Sesungguhnya nikmat yang telah disebut oleh Allah di dalam

kitab-Nya adalah para imam a.s.

 Bab (28) Sesungguhnya mutawassimin yang disebut oleh Allah di

dalam kitab-Nya, mereka adalah para imam a.s.

 Bab (29) Pembentangan semua amalan kepada Nabi s.a.w dan para

imam a.s.

 Bab (30) Sesungguhnya jalan (wilayah) yang digalakkan supaya tetap di

atasnya adalah wilayah Ali a.s.

 Bab (31) Sesungguhnya para imam a.s adalah galian ilmu, pokok

kenabian dan tempat turunnya malaikat.

 Bab (32) Sesungguhnya para imam adalah pewaris ilmu, seorang

(imam) mewarisi ilmu daripada seorang (imam) yang lain.

 Bab (33) Sesungguhnya para imam a.s telah mewarisi ilmu Nabi s.a.w,

(11)

 Bab (34) Sesungguhnya para imam a.s di sisi mereka semua kitab yang diturunkan di sisi Allah a.w dan sesungguhnya mereka mengetahui [nya] sekalipun berbeza bahasanya.

 Bab (35) Sesungguhnya tidak seorangpun yang telah mengumpulkan

al-Qur an kesemuanya melainkan para imam a.s., sesungguhnya mereka mengetahui semua ilmu.

 Bab (36) “pa yang diberikan kepada para imam a.s tentang nama “llah

yang maha besar .

 Bab (37) Tanda-tanda para nabi a.s dimiliki oleh para imam a.s.

 Bab (38) Apa yang dimiliki oleh para imam a.s terhadap senjata

Rasulullah s.a.w dan barang miliknya.

 Bab (39) Umpama senjata Rasulullah s.a.w sepertilah Tabut pada Bani

Israel.

 Bab (40) Padanya sebutan mashaf, al-Jafar, al-Jami dan mashaf Fatimah

a.s.

 Bab (41) Tentang inna anzalna-hu fi lailati l-Qadr dan tafsirnya.

 Bab (42) Tentang para imam a.s bertambah ilmu mereka pada malam

Jumaat.

 Bab (43) Jikalaulah para imam a.s tidak bertambah apa yang mereka

mahu, nescaya habislah apa yang ada pada sisi mereka.

 Bab (44) Sesungguhnya para imam a.s mengetahui semua ilmu yang

telah keluar kepada malaikat, para nabi dan para rasul a.s.

 Bab (45) [Hadis] pelik mengenai ghaib.

 Bab (46) Sesungguhnya para imam a.s apabila mereka mahu

mengetahui, mereka mengetahui.

 Bab (47) Sesungguhnya para imam mengetahui bila mereka akan mati

dan sesungguhnya mereka tidak akan mati melainkan dengan pilihan mereka sendiri.

 Bab (48) Sesungguhnya para imam a.s mengetahui ilmu yang telah

berlaku, ilmu yang akan berlaku dan sesungguhnya tidak ada sesuatu yang tersembunyi daripadanya.

 Bab (49) Sesungguhnya Allah tidak mengajar ilmu kepada Nabi-Nya

melainkan Dia memerintahkannya supaya mengajarnya pula kepada Amir al-Mukminin Ali a.s, sesungguhnya beliau a.s adalah kongsi ilmunya.

 Bab (50) Dimensi ilmu para imam a.s.

 Bab (51) Sesungguhnya para imam a.s jika rahsia mereka tidak

(12)

 Bab (52) Penyerahan kepada Rasulullah s.a.w dan para imam a.s dalam urusan agama.

 Bab (53) Tentang para imam a.s yang menyerupai mereka yang telah

berlalu dan kebencian bercakap tentang mereka dengan kenabian.

 Bab (54) Para imam a.s muhaddathuun mufahhamuun.

 Bab (55) Tentang sebutan roh-roh pada para imam a.s.

 Bab (56) Roh yang diarahkan oleh Allah ke atas para imam a.s.

 Bab (57) Waktu seorang imam mengetahui semua ilmu imam

sebelumnya.

 Bab (58) Para imam a.s adalah sama dari sudut ilmu, keberanian dan

ketaatan 156.

 Bab (59) Sesungguhnya seorang imam a.s mengetahui seorang imam a.s

selepasnya dan firman “llah Sesungguhnya “llah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya diturunkan ke-pada mereka a.s.

 Bab (60) Sesungguhnya imamah adalah janji daripada Allah a.w yang

dijanjikan daripada seorang imam kepada seorang imam yang lain a.s

 Bab (61) Sesungguhnya para imam a.s tidak pernah melakukan sesuatu

melainkan dengan janji Allah a.w dan perintah daripada-Nya serta mereka tidak akan melampauinya.

 Bab (62) Beberapa perkara yang mewajibkan Hujjah seorang imam a.s.

 Bab (63) Penerusan imamah pada keturunan dan sesungguhnya ia tidak

biasa berlaku kepada saudara lelaki, tidak kepada bapa saudara sebelah bapa atau mana-mana keluarga selain daripada mereka.

 Bab (64) Apa yang dinaskan oleh Allah dan Rasul-Nya ke atas para

imam a.s seorang selepas seorang.

 Bab (65) Isyarat dan nas ke atas Amir al-Mukminin a.s.

 Bab (66) Isyarat dan nas ke atas al-Hasan bin Ali a.s.

 Bab (67) Isyarat dan nas ke atas al-Husain bin Ali a.s.

 Bab (68) Isyarat dan nas ke atas Ali bin al-Husain a.s.

 ”ab . Isyarat dan nas ke atas “bu Ja far Muhammad al-Baqir a.s.

 Bab (70) Isyarat dan nas ke atas “bu “bdillah Ja far bin Muhammad al

-Sadiq a.s.

 Bab (71) Isyarat dan nas ke atas Abu al-Hasan Musa a.s.

 Bab (72) Isyarat dan nas ke atas Abu al-Hasan al-Ridha a.s.

 Bab (73) Isyarat dan nas ke atas “bu Ja far al-Thani a.s.

 Bab (74) Isyarat dan nas ke atas Abu al-Hasan al-Thalith a.s.

 Bab (75) Isyarat dan nas ke atas Abu Muhammad a.s.

 Bab (76) Isyarat dan nas ke atas tuan rumah (sahib al-Dar) a.s.

(13)

 Bab (78) Bab tentang larangan menyebut namanya.

 Bab (79) Bab yang luar biasa tentang keghaibannya.

 Bab (80) Bab tentang ghaib.

 Bab (81) Penjelasan di antara dakwaan orang yang benar dan orang yang

batil tentang urusan imamah.

 Bab (82) Bab makruh menetapkan waktu.

 Bab (83) Bab pemeriksaan dan ujian.

 Bab 84. Sesungguhnya sesiapa yang telah mengetahui imamnya, maka

cepat atau lewatnya urusan ini, tidak akan memudaratkannya.

 Bab (85) Sesiapa yang telah mendakwa imamah, tetapi beliau tidak

mempunyai kelayakan dan sesiapa yang telah mengingkari para imam a.s atau sebahagian daripada mereka dan sesiapa yang telah menetapkan imamahkepada orang yang tidak mempunyai kelayakan.

 Bab (86) Tentang orang yang telah beragama dengan agama Allah a.w

tanpa imam daripada Allah jalla jalaalah.

 Bab (87) Sesiapa yang telah mati dan tiada baginya imam daripada para

imam petunjuk iaitu daripada bab pertama.

 Bab (88) Tentang orang yang telah mengetahui kebenaran daripada

Ahlu l-Bait dan orang yang telah mengingkarinya.

 Bab (89) Perkara yang wajib bagi manusia ketika matinya imam a.s.

 Bab (90) Tentang imam a.s bilakah beliau mengetahui

urusan imamahberpindah kepadanya.

 Bab (91) Keadaan para imam a.s tentang umur.

 Bab (92) Sesungguhnya seorang imam a.s tidak akan dimandikan

(jenazahnya) melainkan oleh seorang imam daripada para imam a.s.

 Bab (93) Kelahiran para imam a.s.

 Bab (94) Penciptaan badan para imam, roh mereka dan hati mereka a.s.

 Bab (95) Penerimaan sepenuhnya dan kelebihan mereka yang menerima

sepenuhnya.

 Bab (96) Kewajipan orang ramai selepas menunaikan manasik haji

supaya mendatangi imam a.s untuk bertanya kepadanya tentang tanda-tanda agama 323.

 Bab (97) Sesungguhnya para imam a.s dikunjungi oleh para malaikat di

rumah mereka, menjejaki hamparan mereka dan mendatangi mereka dengan berita-berita.

 Bab (98) Sesungguhnya jin mendatangi mereka dan bertanya mereka

tentang tanda-tanda agama dan merujuk kepada mereka a.s.

 Bab (99) Tentang para imam a.s, sesungguhnya apabila mereka

(14)

 Bab (100) Sesungguhnya sumber ilmu adalah daripada rumah keluarga Muhammad s.a.w.

 Bab (101) Tidak ada sesuatu kebenaran di tangan manusia melainkan

apa yang telah keluar dari sisi para imam a.s dan sesungguhnya setiap sesuatu yang tidak keluar dari sisi mereka a.s, maka ia adalah batil.

 Bab (102) Sesungguhnya hadis mereka adalah sulit dan menyulitkan.

 Bab (103) Apa yang diperintahkan oleh Nabi s.a.w tentang rujukan

nasihat kepada para imam muslimin dan penyertaan mereka dan siapakah mereka?.

 Bab (104) Apa yang wajib daripada hak seorang imam a.s ke atas rakyat

dan hak rakyat ke atas seorang imam a.s.

 Bab (105) Sesungguhnya bumi semuanya untuk imam a.s.

 Bab (106) Sirah imam a.s pada dirinya, pada makanannya dan

pakaiannya apabila beliau menjalankan urusan.

 Bab (107) Bab tentang perkara yang pelik.

 Bab (108) Anekdot dan kutipan daripada al-Qur an tentang wilayah.

 Bab (109) Kutipan dan kumpulan riwayat tentang wilayah.

 Bab (110) Mengetahui para wali dan penyerahan kepada mereka a.s.

 Bab (111) Kelahiran Nabi s.a.w dan keluarganya.

 Bab (112) Larangan penyeliaan di atas kubur Nabi s.a.w.

 Bab (113) Kelahiran Amir al-Mukminin a.s.

 Bab (114) Kelahiran al-Zahra Fatimah a.s.

 Bab (115) Kelahiran al-Hasan bin Ali a.s.

 Bab (116) Kelahiran al-Husain bin Ali a.s.

 Bab (117) Kelahiran Ali bin al-Husain a.s.

 Bab (118) Kelahiran “bu Ja far Muhammad bin “li a.s.

 Bab (119) Kelahiran “bu “bdillah Ja far bin Muhammad a.s.

 Bab (120) Kelahiran Abu al-Hasan Musa bin Ja far a.s.

 Bab (121) Kelahiran Abu al-Hasan al-Ridha a.s.

 Bab (122) Kelahiran “bu Ja far Muhammad bin “li al-Thani a.s.

 Bab (123) Kelahiran Abu al-Hasan Ali bin Muhammad a.s.

 Bab (124) Kelahiran Abu Muhammad al-Hasan bin Ali a.s.

 Bab (125) Kelahiran Sahib al-Zaman a.s.

 Bab (126) Hadis-hadis tentang dua belas para imam dan nas-nas ke atas

mereka a.s.

 Bab (127) Apabila sesuatu dikatakan kepada seseorang, tetapi ia tidak

terjadi kepadanya, maka ia terjadi kepada anaknya atau cucunya kerana beliaulah dikatakan kepadanya.

 Bab (128) Sesungguhnya para imam a.s semuanya melaksanakan

(15)

 Bab (129) Hubungan [dengan] imam a.s.

 Bab (130) Al-Fai , anfaal, tafsir khumus dan batasannya serta apa yang

Referensi

Dokumen terkait

Empiricial Evidance on Corporate Governance in Europe: The Effect on Stock Return, Firm Value and Performance, Forthcoming. in the Journal of

2014 jam 23.59 wita yang mengakibatkan aplikasi SPSE Kabupaten Banjar tidak dapat beroperasi, sehingga layanan LPSE Kabupaten Banjar tidak dapat. beroperasi secara

[r]

Pada dasarnya perencanaan karir terdiri atas dua elemen utama yaitu perencanaan karir individual (individual career planning) dan perencanaan karir organisasional (organizational

Sedangkan hipotesis nol dari penelitian adalah: tidak terdapat perbedaan tingkat efektivitas antara pembelajaran berbasis kognitif moral melalui model VCT dengan pembelajaran

There were some issues reflected in this study: activities that motivated the students to study, the teacher’s instruction and students’ participation while the teaching

Dengan demikian, dari berbagai pendapat para ahli diatas dapat menyimpulkan bahwa pengembangan produk adalah suatu usaha yang direncanakan dan dilakukan secara sadar untuk memenuhi

Kejadian tanah runtuh merupakan satu proses semulajadi yang sering berlaku di kawasan perbukitan, samada perbukitan semulajadi atau kawasan yang telah diganggu oleh