• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Ganda Perempuan Pada Keluarga Masyarakat Petani Di Desa Tampeng, Kecamatan Kutapanjang, Kabupaten Gayo Lues Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Ganda Perempuan Pada Keluarga Masyarakat Petani Di Desa Tampeng, Kecamatan Kutapanjang, Kabupaten Gayo Lues Chapter III V"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dimana kajian dilakukan untuk mendapat gambaran tentang peran istri petani dalam meningkatkan ekonomi keluarganya dan bentuk partispasi yang dilakukan istri petani dalam meningkatkan ekonomi keluarganya serta untuk mendapat gambaran bagaimana respon masyarakat Gayo Lues terhadap istri yang bekerja untuk meningkatkan ekonomi keluarga.

3.2. Subjek dan Objek Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian, maka yang dijadikan sebagai subyek penelitian adalah perempuan (ibu rumah tangga) petani dan telah terdaftar sebagai anggota desa dan termasuk dalam usia produktif, serta berdomisili di Desa Tampeng, Kecamatan Kuta Panjang, Kabupaten Gayo Lues. Subyek penelitian ditentukan secara bertujuan (purposive) yaitu dipilih dan disesuaikan dengan tujuan, jumlah dan jenisnya dikembangkan menurut prinsip snowball sampling, bergulir hingga mencapai titik jenuh dimana informasi telah terkumpul secara tuntas. Sebagai obyek dalam penelitian ini adalah : peran istri petani dalam meningkatkan ekonomi keluarganya dan bentuk partispasi yang dilakukan istri petani dalam meningkatkan ekonomi keluarga.

(2)

Sesuai dengan tujuan penelitian ini (tujuan 1 dan tujuan 2 dalam penelitian), dibutuhkan data tentang : 1) Peran perempuan dalam rumah tangga petani, berdasarkan data yang dibutuhkan maka alat/instrumen yang akan digunakan untuk menjaring data tersebut di atas menggunakan lembar observasi, pedoman wawancara dan pedoman studi dekumentasi.2) Bentuk partisipasi istri petani dan peran aktif perempuan dalam pengentasan membantu ekonomi keluarga petani, berdasarkan data yang dibutuhkan maka alat/instrumen yang akan digunakan untuk menjaring data tersebut di atas menggunakan pedoman wawancara terstruktur. Sedangkan untuk menjawab tujuan penelitian ketiga dalam penelitian ini yakni melihat respon masyarakat terhadap istri yang bekerja untuk meningkatkan ekonomi keluarga, berdasarkan data yang dibutuhkan maka alat/instrumen yang akan digunakan untuk menjaring data tersebut di atas menggunakan teknik wawancara terstruktur .Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan teknik deskriptif yaitu penggalian dan penyajian secara aktual dan faktual tentang fokus penelitian.

3.3. Lokasi Penelitian

(3)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan data primer dilaksanakan melalui wawancara mendalam, yaitu suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan data dan informan yang diperlukan untuk menggunakan panduan wawancara yang memang sudah disediakan oleh peneliti sebelumnyaberupa data tentang peran istri dalam meningkatkan ekonomi keluarga, bentuk partispasi istri dalam meningkatkan ekonomi keluarga dan respon masyarakat terhadap istri yang bekerja.

2. Observasi, yaitu penulis mengadakan pengamatan secara langsung objek peneliti atau keadaan yang kaitannya dengan masalah peneliti. Data observasi yang dibutuhkan terutama berkaitan dengan kondisi ekonomi keluarga masyarakat yang dijadikan objek penelitian, sepertri kondisi perumahan, dan fasilitas ekonomi keluarga.

3. Pengumpulan data sekunder Pengumpulan data sekunder didasarkan pada data yang tersedia di kantor, yaitu demografi, sarana, prasarana, dan dokumen-dokumen lain yang terkait dan berbagai literatur yang menunjang penelitian.

3.5. Teknik Analisis Data

(4)
(5)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1. Kondisi Geografis dan Sejarah Kabupaten Gayo Lues

Daerah Kabupaten Gayo Lues terletak di ketinggian berkisar dari 400-1200 meter di atas permukaan laut (m dpl) yang merupakan daerah perbukitan dan pegunungan. Sebagian kawasan wilayah Kabupaten Gayo Lues Provinsi Aceh merupakan daerah suaka alam Taman Nasional Gunung Leuser yang diandalkan sebagai paru-paru dunia.

Luas Kabupaten Gayo Lues adalah 5.719,67 km2, yang terdiri dari 11 kecamatan, 11 mukim, 135 desa dan 1 kelurahan. Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Gayo Lues 1.139,88 km2, sedangkan wilayah yang terkecil adalah Kecamatan Putri Betung 139 km2.

Terbentuknya Kabupaten Gayo Lues

Dengan berlakunya UU No 5 Tahun 1974, maka status Kewedanaan diganti dengan sebutan Pembantu Bupati. Namun sejak tahun 1975 s.d 1981 status Gayo Lues masih dalam status transisi karena Gayo Lues dijadikan daerah koordinator Pemerintahan untuk 4 Kecamatan. Baru pada tahun 1982 Kewedanaan Gayo Lues dijadikan Wilayah Pembantu Bupati Gayo Lues dipimpin oleh Pembantu Bupati. Berhubung karena keterbatasan wewenang ditambah lagi luasnya daerah yang harus dikoordinir dan lagi pula minimnya PAD Aceh Tenggara ada kesan kemajuan pembangunan Gayo Lues dianaktirikan. Pada

(6)

pertengahan tahun 90-an transportasi Gayo Lues agak mendekati titik terang dengan berfungsinya sarana jalan, sehingga menjadikan Kota Blang Kejeren sebagai simpang empat, yaitu : Blang Kejeren -Takengon ; Blang Kejeren - Aceh Selatan ; Blang Kejeren Kutacane dan Blang Kejeren - Aceh Timur. Hal ini memicu percepatan pertumbuhan ekonomi wilayah Gayo Lues yang mendukung PMDN dan PMDA untuk menanam modal. Faktor intern di atas ditambah lagi dengan faktor ekstern dengan diresmikannya Pembantu Bupati Simeulu menjadi Kabupaten Administratif, menyusul Pembantu Bupati Bireuen dan Pembantu Bupati Singkil menjadi Kabupaten. Hal inilah yang merangsang masyarakat Gayo Lues untuk mengikuti jejak daerah tersebut di atas. Atas dasar pertimbangan tersebut di atas, maka pada akhir tahun 1997 beberapa orang tua bermusyawarah di Blang Kejeren untuk memperjuangkan Gayo Lues menjadi Kabupaten Administratif.

(7)

Jakarta dari Aceh Tenggara untuk penjajakan dan menemui Menteri Dalam Negri, pimpinan DPR dan Pimpinan parpol untuk mohon bantuan. Setelah melalui proses yang agak panjang akhirnya pada tanggal 30 Agustus 2001 DPOD menetapkan 4 Calon Kabupaten dari Aceh dinyatakan lulus menjadi Kabupaten, sedangkan Gayo Lues dikaji ulang. Masyarakat Gayo Lues, Pemda Aceh Tenggara, Pemda Daerah Aceh, merasa tidak puas dan kecewa, lalu mengirim delegasi lagi ke Jakarta menemui Petinggi di Jakarta termasuk Wapres. Kepada mereka dimohon dengan hormat agar Gayo Lues dapat diluluskan menjadi Kabupaten.

Akhirnya DPOD menyetujui Gayo Lues menjadi Kabupaten dalam sidangnya pada tanggal 18 Oktober 2001. Tidak lama kemudian pemerintah mengusulkan RUU pembentukan Kabupaten Gayo Lues ke DPR-RI. Dalam sidang Paripurna DPR-RI tanggal 11 Maret 2002 seluruh fraksi menyetujui Gayo Lues menjadi Kabupaten beserta 21 Kabupaten/Kota lainya.

(8)

Kecamatan Kutapanjang dimekarkan menjadi Kecamatan Kutapanjang dan Blang Jerango. Kecamatan Blang Kejeren dipecah menjadi: Kecamatan Blang Kejeren, Putri Betung, Debun Gelang, dan Blang Pegayon. Kecamatan Rikit Gaib dipecah menjadi Kecamatan Rikit Gaib dan Pantan Cuaca, Kecamatan Terangon mekar menjadi Kecamatan Terangon dan Tripe Jaya.

Kecamatan Blang Kejeren merupakan ibukota kabupaten, sedangkan Kecamatan Tripe Jaya yang beribukota kecamatan di Rerebe berjarak 47 kilometer dari Blang Kejeren.

Kabupaten Gayo Lues yang mempunyai 20 mukim, sebanyak 65 desa diantaranya berkatagori swadaya, 43 swakarsa, dan 28 berkatagori swasembada. Setiap kecamatan membawahi 1-3 kemukiman, dimana Kecamatan Blang Kejeren mempunyai 3 buah kemukiman dan Kecamatan Blang Pegayon, Debun Gelang, Tripe Jaya masing-masing membawahi 1 kemukiman, serta kecamatan lainnya membawahi 2 kemukiman.

Keregenan yang mempunyai bilangan penduduk yang kebanyakannya dari kaum dikembangkan adala pengedar utama lada ini di pasar-pasar kot yang berpotensi untuk pengembangan tanama

(9)

Melaka, meski mendapat tentangan dari kalangan pelestari lingkungan hidup, diharapkan ekonomi masyarakat Gayo Lues yang sebelumnya tertinggal akan meningkat. Keregenan Gayo Lues merangkumi 57 peratus dari wilayah Aceh Tenggara, dan terdiri dari lima sub-daerah dengan pecahan sebagai berikut:

Dataran Tinggi Gayo adalah daerah yang berada di kawasan pegunungan Aceh Tengah,Bener meriah daan Gayo Lues dengan tiga kota utamanya yaitu Takengon, Blang Kejeren Dan Simpang Tiga Redelong. Jalan yang menghubungkan ketiga kota ini melewati daerah dengan pemandangan yang sangat indah. Mata pencarian masyarakat Gayo yang pada umumnya adalah bertani dan berkebun antara lain padi, sayur-sayuran, kopi dan tembakau. Kegiatan perkebunan kopi dan tembakau dilakukan dengan membuka wilayah hutan yang ada di wilayah ini.

Pada umumnya mayarakat Nanggroe aceh darussalam, orang Gayo juga dikenal karena sifat mereka yang sangat menentang segala bentuk penjajahan dan daerah ini dulu dikenal sebagai kawasan yang sangat menentang pemerintahan kolonial Belanda. Suku Gayo Terkenal dengan sifat ramah tamah, beragama Islam dan mereka dikenal taat dalam agamanya. Suku Gayo menggunakan bahasa yang disebut bahasa Gayo. Komoditi Utama Masyarakat Gayo adalah Kopi, kopi Gayo yang telah terkenal sampai ke manca negara.di Gayo banyak yang memelihara kerbau, sehingga ada yang mengatakan jika melihat banyak kerbau di Nangroe Aceh Darussalam maka orang itu pasti berada di Gayo. Seperti suku-suku Di Indonesia suku gayo juga memiliki Seni budaya Tersendiri.

(10)

dicanangkan sebagai warisan dunia. Kabupaten ini merupakan kabupaten yang paling terisolasi di NAD.

4.2. Hasil Penelitian

Tabel 4.1. Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekwensi Persen

Perempuan 39 100,0

Jumlah 39 100

Sumber : Kuesioner 2013

Tabel di atas menunjukkan jumlah keseluruhan subyek penelitian yang menjadi narasumber penelitian yang berjenis kelamin perempuan dikarenakan dalam pengambilan subyek penelitian, peneliti menggunakan teknik purposive sampling dengan pendekatan prinsip snowball untuk mendapatkan jawaban dari subyek penelitian sampai pada titik jenuh jawaban atau tidak ditemukannya lagi variasi jawaban dari subyek penelitian mengenai peran ganda perempuan dalam keluarga petani.

(11)

Tabel 4.2. Usia

Usia Responden Frekwensi Persen

26 – 33 tahun 16 41,0

34 – 41 tahun 15 38,5

42 – 49 tahun 7 17,9

=> 50 tahun 1 2,6

Jumlah 39 100

Sumber : Kuesioner 2013

(12)

Tabel 4.3. Tingkat Pendidikan Terakhir

Pendidikan Frekwensi Persen

Tamat SD 5 12.8

Tamat SLTP 16 41.0

Tamat SLTA 18 46.2

Jumlah 39 100 Sumber : Kuesioner 2013

(13)

Tabel 4.4. Tanggapan terhadap kegiatan dan aktifitas para perempuan/ibu rumah tangga di desa yang bekerja di luar rumah

Keterangan Frekwensi Persen

Tidak Setuju 1 2.6

Kurang Setuju 2 5.1

Biasa Saja 2 5.1

Setuju 26 66.7

Sangat Setuju 8 20.5

Jumlah 39 100

Sumber : Kuesioner 2013

Tabel di atas menunjukkan tanggapan subjek penelitian terhadap kegiatan dan aktifitas para perempuan/ibu rumah tangga di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues terhadap perempuan/ibu rumah tangga di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues yang bekerja di luar rumah, dari hasil penelitian diketahui bahwa subjek penelitian yang berpendapat kegiatan dan aktifitas para perempuan/ibu rumah tangga di luar rumah dengan pendapat setuju sebanyak 26 orang atau 66,7%, kemudian sangat setuju sebanyak 8 orang atau 20,5%, dan yang berpendapat biasa saja 2 orang atau 5,1 %, kurang setuju 2 orang atau 5,1%, serta tidak setuju sebanyak 1 orang atau 2,6%.

Tanggapan terhadap kegiatan dan aktifitas para perempuan/ibu rumah tangga di desa yang bekerja di luar rumah seperti hasil wawancara dengan ibu Andrian (40 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

(14)

Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Santy Mutiara (33 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

“Setuju, perempuan harus bisa mandiri, jangan berdiam diri di rumah saja, kalau ada kegiatan kan tidak suntuk dirumah.

Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Srtika Ratu (36 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

Setuju, kalau di rumah tidak ada kerjaan kan suntuk, yang penting

pekerjaan rumah seperti mengurus rumah tangga, memasak, mencuci pakaian, beres-beres rumah, mengurus suami, mengurus anak sudah dilakukan dengan baik, jadi saya setuju jika kaum ibu beraktifitas di luar rumah biar ada kegiatan.”

Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Sakinah Mawaddah (38 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

“Saya tidak setuju, karena perempuankan seharusnya di rumah membereskan rumah, mengurus suami, anak, memasak, mencuci dan sebagainya, urusan di luar rumah ya urusan suami sebagai kepala keluarga.”

Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Yuli Novita Sari (31 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

Biasa saja sekarang perempuan beraktifitas diluar rumah, ada yang

bekerja, ada yang berjualan, kan tidak ada larangan selama masih tidak bertentangan dengan hukum agama, ya boleh-boleh saja menurut saya perempuan/ibu rumah tangga beraktifitas di luar rumah.”

Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Sri Wesaka Giara Laen (45 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

“Saya tidak setuju jika para istri/ibu rumah tangga harus di rumah saja (tidak perlu bekerja di luar) dan mengurus keluarga dan anak-anaknya, karena jika hanya di rumah saja akan membosankan dikarenakan tidak ada pekerjaan sampingan, perempuan juga perlu ke luar rumah agar bisa mengetahui dunia luar asalkan tetap menjaga martabat suami dan tidak melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hukum agama.”

(15)

“Kalau dirumah saja setiap harinya akan bosan, maka saya bekerja setelah melakukan tugas rumah tangga, saya berladang dari siang sampai sore hari untuk mengisi waktu luang, dari hasl panen ladang bisa digunakan untuk keperluan sehari-hari dan membantu perekonomian keluarga juga.”

Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Sri Batu mren (33 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

“Penghasilan suami saya sebagai buruh tani tidak mencukupi untuk keperluan rumah tangga selama satu bulan, maka saya bekerja membantu suami menjadi buruh tani juga, terkadang saya menganyam tikar untuk mengisi waktu luang di rumah, dan saya juga berladang menanam cabai, jagung untuk tambahan uang belanja dan kebutuhan sehari-sehari.”

Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Mukminah (45 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

“Saya setuju, karena kita juga perlu bermasyarakat, mengenal tetangga, bergorong royong sesekalinya, saya tetap melakukan tugas dan fungsi saya sebagai ibu rumah tangga tetapi saya juga melakukan aktifitas di luar rumah seperti ikut pengajian, wirid ibu-ibu, kelompok tani untuk mengisi kekosongan waktu agar bermanfaat dibandingkan saya menghabiskan waktu di rumah lebih baik saya melakukan kegiatan yang positif, asalkan pekerjaan dan tanggung jawab kita sebagai seorang ibu dan seorang istri telaj kita laksanakan dengan baik.”

(16)

Tabel 4.5. Tanggapan jika ibu rumah tangga membantu ikut bekerja dalam upaya membantu ekonomi keluarga

Keterangan Frekwensi Persen

Tidak Setuju 1 2.6

Kurang Setuju 4 10.3

Setuju 29 74.4

Sangat Setuju 5 12.8

Jumlah 39 100 Sumber : Kuesioner 2013

Tabel di atas menunjukkan tanggapan subjek penelitian jika ibu rumah tangga membantu ikut bekerja dalam upaya membantu ekonomi keluarga di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues, dari hasil penelitian diketahui bahwa subjek penelitian yang berpendapat jika ibu rumah tangga membantu ikut bekerja dalam upaya membantu ekonomi keluarga dengan pendapat setuju sebanyak 29 orang atau 74,4%, kemudian sangat setuju sebanyak 5 orang atau 12,8%, dan yang berpendapat kurang setuju sebanyak 4 orang atau 10,3 %, kurang setuju 2 orang atau 5,1%, serta tidak setuju sebanyak 1 orang atau 2,6%.

Tanggapan jika ibu rumah tangga membantu ikut bekerja dalam upaya membantu ekonomi keluarga seperti hasil wawancara dengan ibu Rahmi (36 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

Saya setuju jika para perempuan/ibu melakukan aktifitas diluar rumah,

kegiatan yang saya lakukan diluar rumah adalah bertani, biasanya menanam cabai, jagung, sayur-sayuran yang bisa dikonsumsi sendiri, apabila hasil panennya lebih bisa dijual di pasar untuk menambah keuangan keluarga, untuk membeli kebutuhan sehari-hari, apabila ada uang berlebih maka ditabung”

(17)

Setuju jika para perempuan/ibu rumah tangga melakukan aktifitas diluar

rumah, saya dan kebanyakan para ibu-ibu disini biasanya beraktifitas diluar rumah setelah menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, seperti memasak, mencuci, mengurus anak, suami, biasanya kami berladang menanam jagung, cabai, yang hasil panennya bisa kami gunakan untuk kebutuhan sehari-hari, ada juga yang menjadi buruh tani, mengayam tikar, hasilnya cukup lumayanlah dari pada kami tidak melakukan aktifitas di rumah.”

Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Sri Jemat (35 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

“Ya, Sangat setuju sekali, apalagi aktifitas yang bermanfaat yang dilakukan diluar rumah, yang penting menjaga nama baik keuarga, suami, tidak melakukan hal-hal yang dilarang agama, kegiatannya biasanya menanam jagung, palawija,terkadang menganyam tikar, yang penting pekrjaannya halal dan bisa membantu untuk menambah penghasilan.”

Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Yeni Susanti (32 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

“Kalau bermanfaat dan tidak bertentangan dengan agama ya saya setuju, aktifitas saya di luar rumah mengikuti pengajian ibu-ibu, wirit yasin, berladang menanam cabai, jagung, sayur-mayur, yang hasilnya bisa kita gunakan sehari-hari. Kalau hasil panennya banyak bisa di jual, menambah penghasilan keluarga.”

Narasumber yang tidak setuju Ibu Sri Murni (33 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

Saya tidak setuju, karena tugas istri itu dirumah mengurus rumah tangga, mengurus suami, anak-anak, memasak, mencuci, dan lainnya, kalau saya beraktifitas di luar rumah maka rumah tangga saya tidak ada yang mengurus, dan suami saya pasti marah kepada saya.

Narasumber yang mengatakan tanggapannya biasa saja IbuSuci Cahaya Fitri (33 tahun) jika para perempuan/ibu rumah tangga beraktifitas di luar rumah mengarakan sebagai berikut:

(18)

Berdasarkan hasil penelitian tersebut para perempuan/ibu rumah tangga yang merupakan istri petani mayoritas setuju jika ibu rumah tangga membantu ikut bekerja dalam upaya membantu ekonomi keluarga di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues. Hal ini menggambarkan bahwa para perempuan/ibu rumah tangga di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues turut membantu ekonomi keluarga dengan bekerja setelah menyelesaikan pekerjaan rumah tangganya, pekerjaan yang dilakukan beraneka macam ada yang menganyam, berjualan di pasar, membantu pekerjaan suami di sawah/ladang dan sebagainya, dikarenakan kesulitan ekonomi yang terjadi mereka berpendapat para perempuan/ibu rumah tangga harus bekerja juga membantu perekonomian keluarga tidak hanya membebankan kepada suami yang mencari nafkah, memang pendapatan yang didapat tidak besar tetapi bisa membantu untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, tetapi ada juga subjek penelitian yang mengatakan kurang setuju, hal ini dikarenakan mereka berpendapat sebaiknya para perempuan/ibu rumah tangga di rumah saja menyelesaikan pekerjaan rumah tangga dan mengurus anak beserta rumah, sementara yang mencari nafkah adalah para suami.

Tabel 4.6. Tanggapan mengenai ibu rumah tanggga telah mempergunakan kemampuannya untuk membantu kelancaran pekerjaan suami di rumah

Keterangan Frekwensi Persen

Buruk 2 5.1

Biasa Saja 1 2.6

Baik 35 89.7

Sangat Baik 1 2.6

(19)

Tabel di atas menunjukkan tanggapan subjek penelitian mengenai ibu rumah tanggga telah mempergunakan kemampuannya untuk membantu kelancaran pekerjaan suami di rumah, dari hasil penelitian diketahui bahwa subjek penelitian yang berpendapat mengenai ibu rumah tanggga telah mempergunakan kemampuannya untuk membantu kelancaran pekerjaan suami di rumah dengan pendapat baik sebanyak 35 orang atau 89,7%, kemudian buruk sebanyak 2 orang atau 5,1%, dan yang berpendapat kurang setuju sebanyak 4 orang atau 10,3 %, kurang setuju 2 orang atau 5,1%, serta sangat setuju sebanyak 1 orang atau 2,6%, biasa saja sebanyak 1 orang atau 2,6%.

Tanggapan mengenai ibu rumah tanggga telah mempergunakan kemampuannya untuk membantu kelancaran pekerjaan suami di rumah seperti hasil wawancara beriku ini dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Dessy Mutiara Candra (33 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

saya kalau di rumah membantu pekerjaan suami juga, misalnya

memabntu menyemai bibit padi, menyiapkan peralatan bertani sebelum berangkat ke sawah.”

Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Sri Senin Pudaha (32 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

“ Ya, pasti kita membantulah pekerjaan suami di rumah, kalau saya membantu menyiapkan jualan suami, karena suami saya kalau lagi tifak ke sawah biasanya berjualan barang pecah belah keliling gampong”

Narasumber Ibu Noviana (35 tahun) yang mengatakan buruk tanggapannya sebagai berikut:

Kalau sudah bekerja seharian diluar rumah kan sudah lelah, jadi di

(20)

Narasumber Ibu Susiana (39 tahun) yang mengatakan tanggapannya biasa saja jika para perempuan/ibu rumah tangga beraktifitas di luar rumah mengarakan sebagai berikut:

Seperti biasa, membantu menyiapkan keperluan suami sebelum berangkat ke sawah/ladang, terkadang membantu menyemai cabai, padi untuk meringankan pekerjaan suami.”

(21)

Tabel 4.7. Tanggapan mengenai peran ibu rumah tanggga didalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai ibu rumah tangga

Keterangan Frekwensi Persen

Sangat Buruk 1 2.6

Buruk 8 20.5

Biasa Saja 2 5.1

Baik 24 61.5

Sangat Baik 4 10.3

Jumlah 39 100 Sumber : Kuesioner 2013

Tabel di atas menunjukkan tanggapan subjek penelitian mengenai peran ibu rumah tanggga didalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai ibu rumah tangga, dari hasil penelitian diketahui bahwa subjek penelitian yang berpendapat mengenai peran ibu rumah tanggga didalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai ibu rumah tangga dengan pendapat baik sebanyak 24 orang atau 61,5%, kemudian buruk sebanyak 8 orang atau 20,5%, dan yang berpendapat sangat baik sebanyak 4 orang atau 10,3 %, biasa saja 2 orang atau 5,1%, serta sangat buruk sebanyak 1 orang atau 2,6%.

Tanggapan mengenai peran ibu rumah tanggga di dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai ibu rumah tangga seperti hasil wawancara dengan ibu Sri Kamis (30 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

Perannya yang pasti sebagai seorang ibu adalah mengurus rumah

tangga, mengurus anak-anak, sebagai seorang istri membantu pekerjaan suami di rumah di luar rumah berladang menanam cabai, jagung dan sebagainya, semua peran tersebut saya jalankan dengan baik”

(22)

Peran sebagai ibu dan istri saya jalankan dengan baik, semua pekerjaan

rumah tangga saya kerjakan dengan baik mulai dari memasak, mencuci pakaian, mengurus anak, mengurus suami dan sebagainya. Di luar rumah saya membantu bekerja dengan berladang menanam cabai, jagung, sayur mayur.”

Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Andira (42 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

Peran saya sebagai seorang ibu sekaligus istri adalah mengurus rumah

tangga, mengurus anak-anak, membantu suami bekerja di ladang dengan menanam cabai, sayuran, yang hasilnya bisa dipakai untuk kebutuhan sehari-hari, peran tersebut saya jalankan dengan baik setiap harinya”.

Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Maryana (32 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

“Pastinya mengurus rumah tangga dulu yang di utamakan, mengurus suami, mengurus anak, memasak, mencuci baju, karena itu adalah kewajiban istri”

Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Juminten (35 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

“Pasti tugas dan fungsi saya sebagai ibu rumah tangga yang harus saya utamakan, pekerjaan rumah nomor satu seperti mengurus rumah, mengurus suami, mengurus anak, memasak, mencucu pakaian. Istri yang soleha harus mengutamakan pekerjaanya sebagai ibu rumah tangga yang baik”

Narasumber yang mengatakan peran ibu rumah tanggga di dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai ibu rumah tangga dengan jawaban buruk seperti hasil wawancara dengan Ibu Rahunah (39 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut

(23)

Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Sri Rabu Aradirie (36 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

Jika ibu rumah tangga tersebut bekerja di luar rumah dari pagi sampai

sore hari tentu dalam menjalankan tugas dan fungsinya akan terganggu sehingga perannya sebagai ibu rumah tangga akan buruk, tetapi jika ibu rumah tangga tersebut bisa membagi dan menggunakan waktunya dengan baik sehingga tidak bekerja seharian di luar rumah mungkin dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai ibu rumah tangga akan bisa lebih baik.”

Berdasarkan hasil penelitian tersebut para perempuan/ibu rumah tangga yang merupakan istri petani mayoritas berpendapat baik mengenai peran ibu rumah tanggga didalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai ibu rumah tangga. Hal ini menggambarkan bahwa para perempuan/ibu telah menjalankan perannya dengan baik dan sesuai dengan tugas dan kewajibannya di rumah tangga. Peran yang paling sentral adalah sebagai seorang istri yang melayani kebutuhan suami, serta mengurus anak-anak, rumah, peran sebagai seorang istri dan ibu bagi anak-anak tersebut telah dijalankan dengan baik dan sesuai dengan tugas dan fungsinya sebagai seorang ibu rumah tangga.

Tabel 4.8. Tanggapan melihat aktivitas para perempuan di desa dalam menjalankan perannya di dalam keluarga

Keterangan Frekwensi Persen

Sangat Buruk 1 2.6

Buruk 7 17.9

Biasa Saja 3 7.7

Baik 24 61.5

Sangat Baik 4 10.3

Jumlah 39 100 Sumber : Kuesioner 2013

(24)

di dalam keluarga, dari hasil penelitian diketahui bahwa subjek penelitian yang berpendapat melihat aktivitas para perempuan di desa dalam menjalankan perannya di dalam keluarga dengan pendapat baik sebanyak 24 orang atau 61,5%, kemudian buruk sebanyak 7 orang atau 17,9%, dan yang berpendapat sangat baik sebanyak 4 orang atau 10,3 %, biasa saja 3 orang atau 7,7%, serta sangat buruk sebanyak 1 orang atau 2,6%.

Tanggapan melihat aktivitas para perempuan di desa dalam menjalankan perannya di dalam keluarga seperti hasil wawancara dengan ibu Apisah (50 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

Peran di dalam keluarga yang pasti sebagai seorang ibu dan seorang istri,

sebagai seorang ibu saya bertanggung jawab terhadap anak-anak saya seperti menjaga anak, menyediakan makanan, mencuci pakaian, dan sebagainya. Peran sebagai istri saya menyiapkan kebutuhan suami sebelum berangkat ke sawah, membantu pekerjaan suami di rumah, di luar rumah saya berladang menanam cabai, sayuran, jagung untuk keperluan sehari-hari.”

Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Remiah (45 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

”Saya melihat peran yang dilakukan para perempuan/ibu rumah tangga di dalam keluarga cukup baik karena mereka selalu mengutamakanpera sebagai seorang ibu yang mengurus rumah tangga, mengurus suami dan anak-anak sebelum melakukan pekerjaan sampingan seperti menganyam tikar, buruh tani, berladang dan kegiatan lainnya.”

(25)

kebutuhan suami, serta mengurus anak-anak, rumah, peran sebagai seorang istri dan ibu bagi anak-anak tersebut telah dijalankan dengan baik dan sesuai dengan tugas dan fungsinya sebagai seorang ibu rumah tangga.

Tabel 4.9. Tanggapan melihat aktivitas para perempuan di desa dalam menjalankan perannya di dalam masyarakat

Keterangan Frekwensi Persen

Sangat Buruk 1 2.6

Buruk 4 10.3

Biasa Saja 4 10.3

Baik 25 64.1

Sangat Baik 5 12.8

Jumlah 39 100 Sumber : Kuesioner 2013

Tabel di atas menunjukkan tanggapan subjek penelitian mengenai tanggapan melihat aktivitas para perempuan di desa dalam menjalankan perannya di dalam masyarakay, dari hasil penelitian diketahui bahwa subjek penelitian yang berpendapat melihat aktivitas para perempuan di desa dalam menjalankan perannya di dalam masyarakay dengan pendapat baik sebanyak 25 orang atau 64,1%, kemudian biasa saja sebanyak 4 orang atau 10,3%, dan yang berpendapat buruk sebanyak 4 orang atau 10,3 %, serta sangat buruk sebanyak 1 orang atau 2,6%.

Tanggapan melihat aktivitas para perempuan di desa dalam menjalankan perannya di dalam masyarakat seperti hasil wawancara dengan ibu Wahyu Lina (37 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

Perannya baik, hal ini dapat dilihat dari keaktifan para ibu-ibu dalam

(26)

baik itu acara adat maupun acara dari pemerintahan gampong banyak yang ikut.”

Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Jumiati (38 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

Jika melakukan kegiatan yang positif pastinya bermanfaat, dan saya rasa

para ibu-ibu di desa Tempeng ini melakukan aktifitas yang positif jika berada di luar rumah (bermasyarakat), hal ini dapat di lihat dari ikut serta dalam acara gotong royong, pengajian, hari-hari keagamaan, dan sebagainya.”

Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Mahmani (32 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

Kalau di Desa kan kemasyarakatannya mash kuat, saling pedulinya

tinggi, cukup baik lah aktivitas yang dilakukan ibu-ibu rumah tangga disini di masyarakat, misalnya jika ada kemalangan ramai-ramai datang untuk membantu menyumbang hasil panen, gotong royong, dan sebagainya.”

Hal berbeda dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Sumaidah (39 tahun) mengatakan aktivitas para perempuan di desa dalam menjalankan perannya di dalam masyarakat tanggapannya sebagai berikut:

Terkadang memang ada ibu-ibu di desa ini yang kurang baik dalam

bermasyarakat, hak ini memang dikarenakan tidak ada lagi waktu luang karena bekerja seharian sehingga tidak bisa lagi hadir bersama-sama dengan ibu-ibu yang lain jika ada acara di desa.”

(27)

sebagainya dilakukan dengan baik oleh para perempuan/ibu di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues, dikarenakan kehidupan yang dijalani selama ini adalah kehidupan petani yang erat kaitannya dengan gorong royong, kepedulian sosial, adat istiadat secara sosiologis dan antropolgis tetap melekat di kehidupan masyarakat petani khususnya istri petani di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues.

Tabel 4.10. Apakah adat istiadat di daerah ini melarang para istri/perempuan/ibu rumah tangga untuk bekerja di luar rumah?

Keterangan Frekwensi Persen

Ya, Melarang 13 33.3

Tidak, Melarang 26 66.7

Jumlah 39 100 Sumber : Kuesioner 2013

(28)

Tanggapan apakah adat istiadat di daerah ini melarang par istri/perempuan/ibu rumah tangga untuk bekerja di luar rumah? seperti hasil wawancara dengan ibu Ridah (43 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

Tidak ada larangan adat di sini yang melarang kaum perempuan/ibu

rumah tangga untuk bekerja di luar rumah, selama melakukan pekerjaan yang halal untuk membantu pekerjaan suami saya rasa hal tersebut wajar-wajar saja.”

Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Murhani (35 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

Larangan kaum perempuan/ibu rumah tangga bekerja di luar rumah

tidak ada, selama bekerja halal, tidak melarang norma agama, sah-sah saja bekerja di luar rumah bagi kaum perempuan/inu rumahtangga.”

Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Rahmah (33 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

“Bukan larangan adat istiadat yang melarang perempuan bekerja di luar rumah, hanya saja mungkin bagi sebagian orang tidak wajr jika istri turut bekerja sampai satu harian di luar rumah, seharusnya yang bekeja adalah suami”.

Narasumber (Ibu Ratna Diana (37 tahun) yang mengatakan ada larangan adat istiadat di daerah ini melarang para istri/perempuan/ibu rumah tangga untuk bekerja di luar rumah menyatakan tanggapannya sebagai berikut:

“Kalau melihat kondisi sekarang ini mungkin larangan tersebut sudah tidak berlaku lagi, karena kemampuan ekonomi yang terbatas jadi para istri turut membantu bekerja di luar rumah untuk membantu perekonomian keluarga.”

Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Sarainah (39 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

(29)

anak, dan yang bekerja mencari nafkah di luar rumah adalah suami bukannya istri.”

Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Riska Andaiyani (33 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

“Larangannya ada, tetapi sudah bergeser pemaknaanya, mungkin yang idlarang adalah perempuan yang bekerja di luar rumah sehingga menimbulkan fitnah, sehingga dilarang jika istri beraktifitas di luar rumah tanpa seijin suami karena dapat menimbulkan fitnah.”

(30)

mereka inginkan bahwa perempuan juga bisa bekerja mencari nafkah membantu suami.

Tabel 4.11. Kegiatan yang dilakukan para istri/ibu rumah tangga di dalam rumah

Keterangan Frekwensi Persen

Mengurus rumah tangga (menjaga anak, memasak, mencuci, dsb)

39 100.0

Jumlah 39 100 Sumber : Kuesioner 2013

(31)

Tabel 4.12. Kegiatan/aktifitas yang dilakukan para istri/ibu rumah tangga di luar rumah

Jenis Kegiatan Frekwensi Persen

Bersawah/Berladang 16 41,0

Buruh Tani 3 7,7

Pengajian 7 17,9

Berjualan 3 7,7

Kegiatan adat 4 10,3

Kegiatan sosial/gotong

royong 4 10,3

Kegiatan lainnya 2 5,1

39 100 Sumber : Kuesioner 2013

Tabel di atas menunjukkan kegiatan/aktifitas yang dilakukan para istri/ibu rumah tangga di luar rumah, berdasarkan hasil penelitian di ketahui bahwa kegiatan /aktifitas yang dilakukan para istri/ibu rumah tangga di luar rumah yang paling banyak dilakukan adalah bersawah/berladang sebanyak 16 orang atau 41,0 %, kemudian pengajian sebanyak 7 orang atau 17,9 %, kemudian kegiatan adat sebanyak 4 orang atau 10,3 %, kegiatan sosial/gotong royong sebanyak 4 orang atau 10,3 %, kemudian buruh tani sebanyak 3 orang atau 7,7 %, kemudian kegiatan berjualan sebanyak 3 orang atau 7,7 %, kemudian kegiatan lainnya 2 orang atau 5,1% seperti menganyam tikar dan lain sebagainya.

(32)

istri/ibu rumah tangga di luar rumah tersebut biasanya dilakuka setelah para istri/ibu rumah tangga telah selesai melakakn tugas dan fungsinya sebagai istri/ibu rumah tangga di dalam keluarga seperti melakukan pekerjaa rumah (memasak makanan untuk suami dan anak-anak, membereskan rumah, mencuci pakaian, mengurus keperluan suami sebelum berangkat kerja, mengurus keperluan anak sebelum berangkat sekolah, dan kegiatan lainnya yang berhubunga dengan pekerjaan rumah).

(33)

Tabel 4.13. Pendapatan suami selama satu bulan Pendapatan suami/bulan Frekwensi Persen

<Rp.600.000 11 28,2

Rp.600.000 – Rp.1.000.000 16 41,0

Rp.1000.000 – Rp.1.500.000 5 12,9

Rp.1.500.000 – Rp.2000.000 7 17,9

Jumlah 39 100

Sumber : Kuesioner 2013

Tabel di atas menunjukkan pendapatan suami bekerja selama satu bulan di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues, dari hasil penelitian diketahui bahwa subjek penelitian yang menjawab pendapatan suami bekerja selama satu bulan di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues dengan jawaban antara Rp.600.000 – Rp.1.000.000 setiap bulannya, sebanyak 16 orang atau 41,0%, kemudian yang menjawab pendapatan suami bekerja selama satu bulan di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues dengan jawaban antara <Rp.600.000 setiap bulannya sebanyak 11 orang atau 28,2%.

(34)

Tanggapan subjek penelitian mengenai pendapatan suami bekerja selama satu bulan di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues seperti hasil wawancara dengan ibu Ridah (43 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

Alhamdulilllah, memang kalau dihitung-hitung tidak cukup pendapatan

bapak dalam satu bulan, tapi karena kita mensykuri rezeki dari Alloh S.W.T, dan pandai mengelola keuangan maka dirasa cukup, walaupun sebenarnya memang kurang”

Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Murhani (35 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

Pendapata suami <Rp.600.000/bulannya, hal tersebutlah yang

mendorong saya untuk turut membantu suami bekerja mencari nafkah diluar rumah, semua kebutuhan pokok pada mahal, tidaklah cukup uang pendapatan suami untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, belum lagi kebutuhan anak sekolah.”

Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Rahmah (33 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

“Alhamdulillah pendapatan suami saya, antara Rp.1.000.000-Rp.1.500.000/ bulannya, karenakan bapak selain berladang juga berjualan keliling gampong, musiman sih, lumayanlah untuk tambahan dalam sebulan, saya juga membantu bapak di rumah menyiapkan dagangan untuk dijual keliling gampong atau di pasar”.

Narasumber (Ibu Ratna Diana 37 tahun) yang mengatakan pendapatan suami bekerja selama satu bulan di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues menyatakan tanggapannya sebagai berikut:

(35)

Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Sarainah (39 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

“Tidak tetap dapatnya sebulan berapa, kadang-kadang dapat lebih banyak dari yang biasa, terkadang dapatnya hanya sedikit, biasanya kalau lagi musim panen padi, sayuran, buah-buah, Alhamdulillah bisa dapat lebih banyak antara Rp.1.500.000-Rp.2.000.000 sebulan tapi tidak rutin”

Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Riska Andaiyani (33 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

“Ya, berapa yang diberi suami disyukuri seadanya, kalau pandai-pandai mengelola keuangan Insya Alloh cukup dalam satu bulan, tapi terkadang untuk keperluan dapur terbantu dengan hasil tanaman sendiri seperti sayuran, cabai, bawang, dan lain-lain, beraspun kita juga terbantu, pendapatan tidak tetap kadang satu bulan bisa dapat Rp.1.000.000 lebih. Tapi tidak menentu, yang pasti setiap bulannya ada.”

(36)

berjualan, menjadi buruh tani, menganyam, dan pekerjaan lainnya yang menambah penghasilan untuk ekonomi keluarga.

Tabel 4.14. Tambahan Pendapatan Keuangan Selama Satu bulan dengan bantuan istri yang bekerja.

Tambahan Pendapatan Frekwensi Persen

<Rp.600.000 11 28,2

Rp.600.000 – Rp.1.000.000 16 41,0

Rp.1000.000 – Rp.1.500.000 5 12,9

Rp.1.500.000 – Rp.2000.000 7 17,9

Jumlah 39 100

Sumber : Kuesioner 2013

Tabel di atas menunjukkan tambahan pendapatan keuangan selama satu bulan dengan bantuan istri yang bekerja di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues, dari hasil penelitian diketahui bahwa subjek penelitian yang menjawab tambahan pendapatan keuangan selama satu bulan dengan bantuan istri yang bekerja di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues dengan jawaban antara Rp.600.000 – Rp.1.000.000 setiap bulannya, sebanyak 16 orang atau 41,0%, kemudian yang menjawab tambahan pendapatan keuangan selama satu bulan dengan bantuan istri yang bekerja di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues antara <Rp.600.000 setiap bulannya sebanyak 11 orang atau 28,2%.

(37)

dengan bantuan istri yang bekerja di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues dengan jawaban antara Rp.1.000.000 – Rp.1.500.000 setiap bulannya, sebanyak 5 orang atau 12,9%,

Tanggapan subjek penelitian mengenai tambahan pendapatan keuangan selama satu bulan dengan bantuan istri yang bekerja di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues, seperti hasil wawancara dengan ibu Ridah (43 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

Karena saya ikut bekerja mencari nafkah membantu suami menjadi

buruh tani, terkadang juga berjualan sayur-mayur, buah, palawija, hasil ladang sendiri dapat membantu keuangan keluarga, lumayan juga pendapatan satu bulannya antara Rp.600.000-Rp.1.000.000 untuk tambahan uang sekolah anak dan menutupi kebutuhan dapur”

Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Murhani (35 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

Saya bekerja sebagai buruh tani, karena memang tidak punya ladang

atau sawah sendiri, jadi saya digaji musiman tidak bulanan, kalau mereka butuh tenaga saya misalkan menanam bibit, atau memanen saya dapat upah dari situ, memang tidak besar tapi lumayanlah untuk tambahan dapur”

Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Rahmah (33 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

“Saya bekerja membantu suami menyiapkan peralatan berladang dan berjualan dan di rumah kegiatan saya menganyam tikar, terkadang juga membuat kue jajanan yang nantinya juga dibawa suami untuk dijualkan di pasar atau keliling gampong, selain itu saya juga menitipkan makanan seperti roti, gorengan, jajanan anak-anak di warung-warung dekat rumah, Alhamdulillah untuk menambah keuangan.”.

(38)

“Ya, bekerja di sawah atau ladang tidak banyak gajinya tapi daripada tidak ada kegiatan dirumah, dan kebutuhan hidup semakin tinggi, maka saya bekerja menjadi buruh tani, dan terkadang juga menjual hasil panen palawija dari ladang sendiri di pasar, hasilnya untuk menutupi kebutuhan sehari-hari, selain dijual dipasar, terkadang juga dijadikan sebagai lauk-pauk untuk makan di rumah.”

Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Sarainah (39 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

“Kadang bisa dapat banyak bisa sampai Rp.2000.000 sebulannya, bahkan lebih, karena kita kan berdagang tidak pasti dapatnya berapa, tapi kalau lagi laris dagagan kita, biasanya pendapatan juga lebih banyak dan bisa membantu perekonomian keluarga ”

Hal senada juga dikatakan oleh narasumber penelitian Ibu Riska Andaiyani (33 tahun) mengatakan tanggapannya sebagai berikut:

“Bekerja di rumah saja terkadang bersama ibu-ibu lainnya mengayam tikar, mengisi waktu luang dan juga mendapatkan tambahan penghasilan walaupun tidak banyak”

(39)

dengan bantuan istri yang bekerja di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues sangat membantu untuk kebutuhan rumah tangga dan sekolah anak, sehingga banyak dari istri petani perempuan/ibu rumah tangga melakukan pekerjaan di luar rumah setelah melakukan tugas dan kewajibannya dalam rumah tangga seperti berjualan, menjadi buruh tani, menganyam, dan pekerjaan lainnya yang menambah penghasilan untuk ekonomi keluarga.

Tabel 4.15 Peran yang dilakukan para istri dalam membantu ekonomi keluarga

(40)

Hal ini menunjukkan bahwa peran yang dilakukan para istri dalam membantu ekonomi keluarga paling banyak adalah peran sebagai Istri/Ibu rumah tangga yang bekerja (membatu suami mencari nafkah) di luar rumah , hal tersebut dilakukan dengan cara berladang/bersawah menanam cabai, jagung, sayur-mayur yang hasil panennya bisa digunakn untuk kebutuhan sehari-hari dan apabila ada hasil panen yang berlebih dapat dijual di pasar untuk menambah penghasilan suami, kemudian ada yang menjadi buruh tani pekerjaan sampingan yang dilakukan para istri dalam membantu ekonomi keluarga pada siang sampai sore hari, dari hasil buruh tani tersebut digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari sehingga membantu perekonomian keluarga, kemudian ada juga yang berjualan di pasar yang tujuannya juga membantu perekonomian keluarga.

(41)

bantuan yang diberikan para istri/ibu rumah tangga di rumah dalam membantu pekerjaan suami, dapat menambah perekonomian keluarga dikarenakan suami memiliki waktu luang untuk menambah penghasilan keluarga.

Tabel 4.16 Usia Responden * Tanggapan terhadap kegiatan dan aktifitas para perempuan/ibu rumah tangga di Desa yang bekerja di luar rumah Crosstabulation

Tanggapan terhadap kegiatan dan aktifitas para perempuan/ibu rumah tangga di Desa yang bekerja di luar

rumah

(42)

Usia responden antara 34 – 41 tahun sebanyak 15 orang atau 38,5 % tanggapannya terhadap kegiatan dan aktifitas para perempuan/ibu rumah tangga di Desa yang bekerja di luar rumah di jawab dengan jawaban setuju sebanyak 11 orang atau 28,2% , sangat setuju 4 orang atau 10,3 %, biasa saja 1 orang atau 2,6% dan kurang setuju 1orang atau 2,6%

Usia responden antara 42 – 49 tahun sebanyak 7 orang atau 17,9 % tanggapannya terhadap kegiatan dan aktifitas para perempuan/ibu rumah tangga di Desa yang bekerja di luar rumah di jawab dengan jawaban setuju sebanyak 4 orang atau 10,3% , sangat setuju 1 orang atau 2,6 %, biasa saja 1 orang atau 25,6% dan kurang setuju 1orang atau 2,6%. Dan usia responden 50 tahun ke atas sebanyak 1 orang atau 2,6 persen juga berpendapat setuju jika para istri/ibu rumah tangga melakukan kegiatan dan aktifitas bekerja di luar rumah

(43)

Tabel 4.17. Usia Responden * Tanggapan responden jika ibu rumah tangga membantu ikut bekerja dalam upaya membantu ekonomi keluarga Crosstabulation

(44)

orang atau 30,8% , sangat setuju 2 orang atau 5,1 %, biasa saja 1 orang atau 25,6% dan tidak setuju 1orang atau 2,6%

Usia responden antara 34 – 41 tahun tahun sebanyak 15 orang atau 38,5 %, tanggapan responden jika ibu rumah tangga membantu ikut bekerja dalam upaya membantu ekonomi keluarga di jawab dengan jawaban setuju sebanyak 11 orang atau 28,2% , sangat setuju 2 orang atau 5,1 %, dan kurang setuju 2 orang atau 5,1%

Usia responden antara 42 – 49 tahun tahun sebanyak 7 orang atau 17,9 %, tanggapan responden jika ibu rumah tangga membantu ikut bekerja dalam upaya membantu ekonomi keluarga di jawab dengan jawaban setuju sebanyak 6 orang atau 15,4%, dan kurang setuju 1orang atau 2,6%. Dan usia responden 50 tahun ke atas sebanyak 1 orang atau 2,6 persen juga berpendapat setuju jika ibu rumah tangga membantu ikut bekerja dalam upaya membantu ekonomi keluarga

(45)

Tabel 4.18. Usia Responden * Apakah adat istiadat di daerah ini melarang para istri/perempuan/ibu rumah tangga untuk bekerja di luar rumah? Crosstabulation

Apakah adat istiadat di daerah ini melarang para istri/perempuan/ibu rumah tangga untuk bekerja di luar

rumah?

(46)

istri/perempuan/ibu rumah tangga untuk bekerja di luar rumah dengan jawaban ya, melarang sebanyak 6 orang atau 15,4%.

Usia responden antara 34 – 41 tahun sebanyak 15 orang atau 38,5 %, memiliki tanggapan terhadap larangan mengenai adat istiadat di daerah ini yang melarang para istri/perempuan/ibu rumah tangga untuk bekerja di luar rumah di jawab dengan jawaban tidak melarang sebanyak 10 orang atau 25,6% dan responden yang menjawab apakah ada larangan adat istiadat di daerah ini yang melarang para istri/perempuan/ibu rumah tangga untuk bekerja di luar rumah dengan jawaban ya, melarang sebanyak 5 orang atau 12,8%.

Usia responden antara 42 – 49 tahun tahun sebanyak 7 orang atau 17,9 %, memiliki tanggapan terhadap larangan mengenai adat istiadat di daerah ini yang melarang para istri/perempuan/ibu rumah tangga untuk bekerja di luar rumah di jawab dengan jawaban tidak melarang sebanyak 5 orang atau 12,6% dan responden yang menjawab apakah ada larangan adat istiadat di daerah ini yang melarang para istri/perempuan/ibu rumah tangga untuk bekerja di luar rumah dengan jawaban ya, melarang sebanyak 2 orang atau 5,1%. Dan responden yang berusia di atas 50 tahun sebanyak 1 orang atau 2,6 %, memiliki tanggapan terhadap larangan mengenai adat istiadat di daerah ini yang melarang para istri/perempuan/ibu rumah tangga untuk bekerja di luar rumah di jawab dengan jawaban tidak melarang sebanyak 1 orang atau 2,6%

(47)

pengalaman yang banyak di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues mengatakan tidak ada larangan adat istiadat bagi istri/perempuan/ibu rumah tangga untuk bekerja di luar rumah, dan hal ini dapat dilihat lagi dari usia responden yang berusia antara 42 – 49 tahun tahun sebanyak 7 orang atau 17,9 % sebanyak 5 orang mengatakan tidak ada larangan adat istiadat bagi para istri/perempuan/ibu rumah tangga untuk bekerja di luar rumah, sementara respoden yang mengatakan ada larangan mengatakan alasannya adalah larangannya ada namun sudah tidak dipatuhi masyarakat di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues

(48)

Tabel 4.19.Pendidikan terakhir * Tanggapan terhadap kegiatan dan aktifitas para perempuan/ibu rumah tangga di Desa yang bekerja di luar rumah Crosstabulation

Tanggapan terhadap kegiatan dan aktifitas para perempuan/ibu rumah tangga di Desa yang bekerja di luar

rumah

Tabel di atas merupakan hasil penyilangan antara pendidikan terakhir responden dengan tanggapan responden terhadap kegiatan dan aktifitas para perempuan/ibu rumah tangga di Desa yang bekerja di luar rumah, dari hasil penyilangan tersebut diketahui bahwa responden yang memiliki pendidikan terakhir tamat SD sebanyak 5 orang atau 12,8 % tanggapannya terhadap kegiatan dan aktifitas para perempuan/ibu rumah tangga di Desa yang bekerja di luar rumah di jawab dengan jawaban setuju sebanyak 5 orang atau 12,8%

(49)

jawaban setuju sebanyak 12 orang atau 30,8% , sangat setuju 1 orang atau 2,6 %, biasa saja 1 orang atau 2,6% dan kurang setuju 2 orang atau 5,1%

Responden yang memiliki pendidikan terakhir tamat SLTA sebanyak 18 orang atau 46,2 % tanggapannya terhadap kegiatan dan aktifitas para perempuan/ibu rumah tangga di Desa yang bekerja di luar rumah di jawab dengan jawaban setuju sebanyak 9 orang atau 23,3% , sangat setuju 7 orang atau 17,9 %, biasa saja 1 orang atau 25,6% dan tidak setuju 1orang atau 2,6%.

(50)

Tabel 4.20. Pendidikan terakhir * Tanggapan responden jika ibu rumah tangga membantu ikut bekerja dalam upaya membantu ekonomi keluarga Crosstabulation

Tabel di atas merupakan hasil penyilangan antara pendidikan terakhir responden dengan tanggapan responden jika ibu rumah tangga membantu ikut bekerja dalam upaya membantu ekonomi keluarga, dari hasil penyilangan tersebut diketahui bahwa responden yang memiliki pendidikan terakhir tamat SD sebanyak 5 orang atau 12,8 % tanggapannya jika ibu rumah tangga membantu ikut bekerja dalam upaya membantu ekonomi keluarga di jawab dengan jawaban setuju sebanyak 4 orang atau 10,3% ,dan sangat setuju sebayak 1 orang atau 2,6 %.

(51)

sebanyak 12 orang atau 30,8% , sangat setuju 3 orang atau 7,7 %, biasa saja 1 orang atau 2,6%

Responden yang memiliki pendidikan terakhir tamat SLTA sebanyak 18 orang atau 46,2 % tanggapannya jika ibu rumah tangga membantu ikut bekerja dalam upaya membantu ekonomi keluarga di jawab dengan jawaban setuju sebanyak 13 orang atau 33,3% , sangat setuju 1 orang atau 2,6 %, dan kurang setuju 3 orang atau 7,7%.

(52)

Tabel 4.21. Pendidikan terakhir * Apakah adat istiadat di daerah ini melarang para istri/perempuan/ibu rumah tangga untuk bekerja di luar rumah? Crosstabulation

Apakah adat istiadat di daerah ini melarang par istri/perempuan/ibu rumah tangga untuk bekerja di luar

rumah?

Tabel di atas merupakan hasil penyilangan antara pendidikan terakhir responden dengan pengetahuan responden mengenai adat istiadat di daerah ini yang melarang para istri/perempuan/ibu rumah tangga untuk bekerja di luar rumah, dari hasil penyilangan tersebut diketahui bahwa responden yang memiliki pendidikan terakhir C

(53)

ini yang melarang para istri/perempuan/ibu rumah tangga untuk bekerja di luar rumah dengan jawaban ya, melarang sebanyak 4 orang atau 10,3%.

Responden yang memiliki pendidikan terakhir tamat SLTA sebanyak 18 orang atau 46,2 % memiliki tanggapan terhadap larangan mengenai adat istiadat di daerah ini yang melarang para istri/perempuan/ibu rumah tangga untuk bekerja di luar rumah di jawab dengan jawaban tidak melarang sebanyak 10 orang atau 25,6% dan responden yang menjawab apakah ada larangan adat istiadat di daerah ini yang melarang para istri/perempuan/ibu rumah tangga untuk bekerja di luar rumah dengan jawaban ya, melarang sebanyak 8 orang atau 20,5%.

Hal ini menunjukkan bahwa dari sisi pendidikan responden yang paling tinggi yaitu usia tamat SLTA sebanyak 18 orang atau 46,2 % mengatakan tidak melarang sebanyak 10 orang atau 25,6% dan responden yang menjawab apakah ada larangan adat istiadat di daerah ini yang melarang para istri/perempuan/ibu rumah tangga untuk bekerja di luar rumah dengan jawaban ya, melarang sebanyak 8 orang atau 20,5%. yang berarti bahwa semakin tinggi pendidikannya maka dia akan semakin mengetahui dan memahami jika ada aturan adat istiadat mengenai larangan tersebut, di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues, sementara responden yang mengatakan ada larangan mengatakan memang ada larangan adat istiadat mengenai tetapi larangan itu sekarang sudah tidak dipakai lagi dikarenakan jama yang modern dan himpitan ekonomi sehingga para perempuan/istri/ibu rumah tangga dapat melakukan aktivitas di luar rumah membantu perekonomian keluarga.

(54)

mengenai adat istiadat di daerah ini yang melarang para istri/perempuan/ibu rumah tangga untuk bekerja di luar rumah di jawab dengan jawaban tidak melarang sebanyak 12 orang atau 30,8% dan responden yang menjawab apakah ada larangan adat istiadat di daerah ini yang melarang para istri/perempuan/ibu rumah tangga untuk bekerja di luar rumah dengan jawaban ya, melarang sebanyak 4 orang atau 10,3%. mengatakan tidak ada larangan adat istiadat bagi para istri/perempuan/ibu rumah tangga untuk bekerja di luar rumah, sementara respoden yang mengatakan ada larangan mengatakan alasannya adalah larangannya ada namun sudah tidak dipatuhi masyarakat di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues

(55)

para perempuan/istri/ibu rumah tangga bekerja di luar rumah membantu perekonomian keluarga.

4.3. Pembahasan

Pembahasan di dalam penelitian ini sesuai dengan tujuan penelitian agar di capai hasil yang bersesuaian dengan tujuan penelitian, yaitu :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis peran istri petani dalam meningkatkan ekonomi keluarganya di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues

2. Bentuk partisipasi seorang istri petani dalam meningkatkan ekonomi keluarganya di Desa Tampeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues

3. Respon masyarakat Gayo Lues terhadap istri yang bekerja untuk meningkatkan ekonomi keluarga.

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka dilakukan pembahasan mengunakan teori-teori yang berkaitan dengan peran, bentuk partisipasi, dan respon, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari pembahasan berikut

4.3.1. Peran istri petani dalam meningkatkan ekonomi keluarganya di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues

Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses, jadi tepatnya adalah seseorang menduduki suatu posisi atau tempat dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan (Soekanto, 2002:243).

(56)

anggota masyarakat. Setiap unsur kodrat yang dimiliki memerlukan tanggung jawab yang berbeda dengan peran dirinya sebagai anggota masyarakat, dan akan berbeda pula dengan peran dirinya sebagai individu. Meskipun demikian masing-masing unsur tersebut tidak boleh saling bertentangan (Sujarwa, 2001:91).

Aliran fungsionalisme struktural atau sering disebut aliran fungsionalisme, adalah mazhab arus utama (mainstream ) dalam ilmu sosial yang dikembangkan oleh Robert K. Merton dan Talcot Parsons. Teori ini sesungguhnya sangat sederhana, yakni bagaimana memandang masyarakat sebagai sistem yang terdiri atas bagian yang berkaitan (agama, pendidikan, struktur publik, sampai rumah tangga). Masing-masing bagian secara terus-menerus mencari keseimbangan (equilibrium) dan harmoni. Adapun interelasi terjadi karena adanya konsensus. pola yang non-normatif dianggap akan melahirkan gejolak (Fakih, 2005:31).

Teori fungsionalisme menyoroti bagaimana terjadinya persoalan gender itu mengarah kepada pemikiran bagaiamana gender dipermasalahkan. Teori ini memandang bahwa masyarakat merupakan suatu sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berkaitan. Dalam kaitannya dengan masalah kesetaraan gender yang sedang disuarakan dapat diartikan bahwa dalam struktur masyarakat telah terjadi suatu kesalahan fungsi atau penyimpangan struktur kehidupan masyarakat yang telah terjadi suatu kesalahan, sehingga terjadi gejolak. Gejolak itu adalah suatu gejala adanya kesalahan fungsi atau struktur kehidupan. Teori ini memandang bahwa laki-laki dan perempuan merupakan bagian dari struktur nilai dalam kehidupan masyarakat (Azis, 2006:22)

(57)

perannya masing-masing di masyarakat. Kesetaraan gender berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan nasional (Hankamnas), serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut. Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan diskriminasi dan ketidakadilan struktural, baik terhadap laki-laki maupun perempuan.

Terwujudnya kesetaran gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki, dan dengan demikian mereka memiliki akses, kesempatan berpartisipasi, dan kontrol atas pembangunan serta memperoleh manfaat yang setara dan adil dari pembangunan. Memiliki akses dan partisipasi berarti memiliki peluang atau kesempatan untuk menggunakan sumber daya dan memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil sumber daya tersebut. Memiliki kontrol berarti memiliki kewenangan penuh untuk mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil sumber daya. Sehingga memperoleh manfaat yang sama dari pembangunan.

(58)

rumah sebanyak 22 orang atau 56,4 %, sedangkan Istri/Ibu rumah tangga yang bekerja (membatu suami mencari nafkah) di dalam rumah sebanyak 17 orang atau 43.0%.

Hal ini menunjukkan bahwa peran yang dilakukan para istri dalam membantu ekonomi keluarga paling banyak adalah peran sebagai Istri/Ibu rumah tangga yang bekerja (membatu suami mencari nafkah) di luar rumah , hal tersebut dilakukan dengan cara berladang/bersawah menanam cabai, jagung, sayur-mayur yang hasil panennya bisa digunakn untuk kebutuhan sehari-hari dan apabila ada hasil panen yang berlebih dapat dijual di pasar untuk menambah penghasilan suami, kemudian ada yang menjadi buruh tani pekerjaan sampingan yang dilakukan para istri dalam membantu ekonomi keluarga pada siang sampai sore hari, dari hasil buruh tani tersebut digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari sehingga membantu perekonomian keluarga, kemudian ada juga yang berjualan di pasar yang tujuannya juga membantu perekonomian keluarga.

(59)

suami yang pekerjaannya petani mempunyai waktu luang yang lebih banyak dan dapat melakukan pekerjaan sampingan lainnya jika sedang tidak ke sawah seperti buruh tani, buruh bangunan, mencari ikan di sungai, dengan demikian adanya bantuan yang diberikan para istri/ibu rumah tangga di rumah dalam membantu pekerjaan suami, dapat menambah perekonomian keluarga dikarenakan suami memiliki waktu luang untuk menambah penghasilan keluarga.

Max Weber termasuk di antara ilmuwan sosial yang tidak sepakat dengan penggunaan dimensi ekonomi semata-mata untuk menentukan stratifikasi sosial. Oleh karena itu ia mengemukakan bahwa di samping stratifikasi menurut dimensi ekonomi kita akan menjumpai pula stratifikasi menurut dimensi lain. Dalam uraiannya mengenai persebaran kekuasaan dalam masyarakat Marx Weber memperkenalkan pembedaan antara konsep kelas, kelompok status, dan partai (Weber dalam Gerth dan Mills, 1958:180-195), yang merupakan dasar bagi pembedaannya antara tiga jenis startifikasi sosial.

Selain kedua ukuran tersebut di atas, yaitu ukuran ekonomi dan kehormatan, menurut Weber warga masyarakat dapat dibeda-bedakan pula berdasarkan kekuasaan yang dipunyai. Disebutkan olehnya bahwa partai merupakan suatu gejala yang melibatkan tatanan kekuasaan. Kekuasaan didefinisikan Weber sebagai peluang bagi seseorang atau sejumlah orang untuk mewujudkan keinginan mereka sendiri melalui suatu tindakan komunal meskipun mengalami tantangan dari orang lain yang ikut serta dalam tindakan komunal itu (Sunarto dalam Weber, 1920:180).

(60)

dan kehormatan. Pengaruh Weber Nampak pula dalam karya Jefries dan Ransford. Dengan menggunakan tiga ukuran, kekuasaan (power), privilese (privilege), dan prestise (prestige) mereka membedakan tiga macam startifikasi, yaitu hirarki kekuasaan (power hierarchies) yang didasarkan pada kekuasaan, hirarki kelas (class hierarchies) yang didasarkan pada penguasaan atas barang dan jasa, dan hirarki (status hierarchies) yang didasarkan atas pembagian kehormatan dan status sosial (Sunarto dalam Jeffries dan Ransford, 1980:57-80).

Berdasarkan pandangan Weber tersebut mengenai pembagian kerja, dapat digambarkan kondisi sebenarnya mengenai pembagian kerja di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues dalam meningkatkan ekonomi keluarganya. Yaitu para lelaki atau suami bekerja di luar rumah sebagai petani mencari nafkah dan para istri/ibu rumah tangga bekerja di dalam rumah dan di luar rumah untuk membantu suami mencari nafkah.

(61)

Dari hasil penelitian pada tabel 4.12 menunjukkan kegiatan/aktifitas yang dilakukan para istri/ibu rumah tangga di luar rumah, berdasarkan hasil penelitian di ketahui bahwa kegiatan /aktifitas yang dilakukan para istri/ibu rumah tangga di luar rumah yang paling banyak dilakukan adalah bersawah/berladang sebanyak 16 orang atau 41,0 %, kemudian pengajian sebanyak 7 orang atau 17,9 %, kemudian kegiatan adat sebanyak 4 orang atau 10,3 %, kegiatan sosial/gotong royong sebanyak 4 orang atau 10,3 %, kemudian buruh tani sebanyak 3 orang atau 7,7 %, kemudian kegiatan berjualan sebanyak 3 orang atau 7,7 %, kemudian kegiatan lainnya 2 orang atau 5,1% seperti menganyam tikar dan lain sebagainya.

Tabel 4.13 menunjukkan pendapatan suami bekerja selama satu bulan di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues, dari hasil penelitian diketahui bahwa subjek penelitian yang menjawab pendapatan suami bekerja selama satu bulan di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues dengan jawaban antara Rp.600.000 – Rp.1.000.000 setiap bulannya, sebanyak 16 orang atau 41,0%, kemudian yang menjawab pendapatan suami bekerja selama satu bulan di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues dengan jawaban antara <Rp.600.000 setiap bulannya sebanyak 11 orang atau 28,2%.

(62)

Lues dengan jawaban antara Rp.1.000.000 – Rp.1.500.000 setiap bulannya, sebanyak 5 orang atau 12,9%,

Berdasarkan hasil penelitian tersebut para perempuan/ibu rumah tangga yang merupakan istri petani mayoritas berpendapat pendapatan suami bekerja selama satu bulan di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari yang paling banyak pendapatan suami berkisar antara Rp.6.00.000.–Rp.1.000.000 seetiap bulannya da <Rp.600.000 setiap bulannya, sementara pendapatan suami yang berkisar antara Rp.1.000.-Rp.1.500.000 setiap bulannya dan Rp.1.500.000-Rp.2.000.000 setiap bulannya tidak rutin terkadang dalam satu bulan pendapatan suami bisa banyak dan bulan lainnya tidak. Hal ini menggambarkan bahwa pendapatan suami bekerja selama satu bulan di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues belum memenuhi untuk kebutuhan rumah tangga dan sekolah aak, sehingga banyak dari istri petani perempuan/ibu rmah tangga melakukan pekerjaan di luar rumah setelah melakukan tugas dan kewajibannya dalam rumah tangga seperti berjualan, menjadi buruh tani, menganyam, dan pekerjaan lainnya yang menambah penghasilan untuk ekonomi keluarga.

(63)

pendapatan keuangan selama satu bulan dengan bantuan istri yang bekerja di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues antara <Rp.600.000 setiap bulannya sebanyak 11 orang atau 28,2%.

Subjek penelitian yang menjawab tambahan pendapatan keuangan selama satu bulan dengan bantuan istri yang bekerja di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues dengan jawaban antara Rp.1.500.000 – Rp.2.000.000 setiap bulannya, sebanyak 7 orang atau 17,9%, dan subjek penelitian yang menjawab tambahan pendapatan keuangan selama satu bulan dengan bantuan istri yang bekerja di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues dengan jawaban antara Rp.1.000.000 – Rp.1.500.000 setiap bulannya, sebanyak 5 orang atau 12,9%,

(64)

Kabupaten Gayo Lues sangat membantu untuk kebutuhan rumah tangga dan sekolah anak, sehingga banyak dari istri petani perempuan/ibu rumah tangga melakukan pekerjaan di luar rumah setelah melakukan tugas dan kewajibannya dalam rumah tangga seperti berjualan, menjadi buruh tani, menganyam, dan pekerjaan lainnya yang menambah penghasilan untuk ekonomi keluarga.

Berdasarkan hasil penelitian kegiatan/aktifitas yang dilakukan para istri/ibu rumah tangga di luar rumah tersebut adalah aktifitas/kegiatan sehari-hari yang rutin dilakukan para istri/ibu rumah tangga di Desa Tempeng Kecamatan Kutapanjang Keabupaten Gayo Lues, kegiatan/aktifitas yang dilakukan para istri/ibu rumah tangga di luar rumah tersebut biasanya dilakuka setelah para istri/ibu rumah tangga telah selesai melakukan tuga dan fungsinya sebagai istri/ibu rumah tangga di dalam keluarga seperti melakukan pekerjaan rumah (memasak makanan untuk suami dan anak-anak, membereskan rumah, mencuci pakaian, mengurus keperluan suami sebelum berangkat kerja, mengurus keperluan anak sebelum berangkat sekolah, dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan rumah).

(65)

aktifitas masyarakat setempat yang lekat dengan adat istiadat serta agama, dalam menjalankan kegiatan/aktifitas yang dilakukan para istri/ibu rumah tangga di luar rumah para istri/ibu rumah tangga tetap menjalankan kegiatan lainnya di dalam masyarakat dan keluarga misalnya seperti ikut gotong royong, mengikuti kegiatan adat, jika di dalam keluarga para istri/ibu rumah tangga menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik sehingga peran sebagai istri/ibu rumah tangga tetap berjalan dengan semestinya.

4.3.2 Bentuk partisipasi seorang istri petani dalam meningkatkan ekonomi keluarganya di Desa Tampeng Kecamatan Kutapanjang Kabupaten Gayo Lues

Partisipasi adalah keikut sertaan, peran serta atau keterlibatan yang berkitan dengan keadaaan lahiriahnya (Sastropoetro;1995). Participation becomes, then, people's involvement in reflection and action, a process of empowerment and active involvement in decision making throughout a programme, and access and control over resources and institutions (Cristóvão, 1990).

Gambar

Tabel 4.1. Jenis Kelamin
Tabel 4.2. Usia
Tabel 4.3. Tingkat Pendidikan Terakhir
Tabel 4.4. Tanggapan terhadap kegiatan dan aktifitas para perempuan/ibu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak: Kinerja perawat merupakan tindakan yang dilakukan seorang perawat dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing, dimana kinerja yang

Arifin Noor Sugiarto, M.Sc.Ph.D Dr.Ir.. Arifin Noor Sugiarto,

Tabel tersebut menunjukkan bahwa antar calon GMJ terdapat perbedaan yang nyata pada karakter tinggi tanaman, panjang malai, berat 1000 butir dan umur

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul pengaruh person organization fit dan motivasi terhadap kinerja karyawan pada karyawan koperasi

Hanabilah berpendapat bahwa hukuman bagi pelaku pembunuhan tidak hanya qishash tetapi wali korban mempunyai dua pilihan, yaitu mereka menghendaki qisash,

Hasil dari penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti, sehingga menemukan tiga (3) perbedaan pendapat, yaitu pertama melarang adanya perkawinan beda agama

Secara teknis, pengunaan faktor produksi benih, pupuk kandang, pupuk NPK dan tenaga kerja sudah efisien, sedangkan penggunaan faktor produksi lahan belum efisien

posisi keuangannya, karena dalam laporan keuangan tersebut berisi berbagai informasi yang berguna bagi pengguna laporan keuangan untuk mengambil suatu keputusan.Laporan keuangan