• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Perilaku Berjalan Kaki Pada Kawasan Lapangan Merdeka Di Kota Medan Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Perilaku Berjalan Kaki Pada Kawasan Lapangan Merdeka Di Kota Medan Chapter III V"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

2. Sarana Pejalan Kaki

Kuesioner merupakan kumpulan pertanyaan yang ditulis dengan topik yang dicari dengan jawaban merupakan opini tertulis responden (Sommer dan Sommer, 1980). Kuesioner merupakan wawancara yang tertulis. Pada kuesioner dinilai lebih hemat waktu daripada dengan cara wawancara, hal ini dikarenakan pada prosesnya kuesioner dapat dicetak dan disebarkan kepada banyak responden, kemudian peneliti dapat mengumpulkan kuesioner yang telah diisi tanpa perlu menanyai satu persatu responden yang bersangkutan. Pertanyaan pada kuesioner penelitian ini diajukan untuk memperoleh data kuantitatif yang diperlukan untuk analisa penelitian ini.

(2)

merupakan skala pengukuran yang umumnya digunakan untuk mengukur elemen-elemen deskriptif berupa persepsi, sikap, pendapat seseorang atau kelompok terhadap suatu fenomena (Silaen, S. dan Widiyono, 2013). Dalam kuesioner studi ini, responden akan menilai suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari 5 pilihan skala, yaitu:

a. Skala 1 : Sangat Tidak Baik b. Skala 2 : Tidak Baik

c. Skala 3 : Cukup d. Skala 4 : Baik e. Skala 5 : Sangat Baik

Data - data kuesioner yang diperoleh dari studi, akan dianalisa dengan analisa interpretasi rata - rata skor, yaitu (Silaen, S. dan Widiyono, 2013):

a. Pertama - tama, harus didapatkan terlebih dahulu skor rata - rata dari persepsi responden terhadap prasarana dan sarana di kawasan Lapangan Merdeka Medan dengan rumus, yaitu:

Skor Rata-Rata = Total Skor Jumlah Responden

= Skala Likert x Jumlah Responden yang Memilih Jumlah Responden

b. Kemudian, dicari interval skor rata - rata untuk mengetahui kategori penilaian dari skor rata - rata yang telah didapatkan, dengan rumus, yaitu:

Interval = Skala Likert Tertinggi – Skala Likert Terendah Jumlah Likert

= 0,8

(3)

b. 1,80 - 2,59 : tidak baik. c. 2,60 - 3,39 : cukup baik. d. 3,40 - 4,19 : baik. e. 4,20 - 5,00 : sangat baik.

3.4. LOKASI PENELITIAN

Kawasan Penelitian adalah kawasan Lapangan Merdeka Medan yang berada di pusat kota Medan. Radius kawasan penelitian adalah 500 meter dengan pusat radius adalah Lapangan Merdeka Medan. Di dalam radius tersebut, yang menjadi lokasi penelitian di kawasan ini adalah Lapangan Merdeka, Merdeka Walk, Jalan Ahmad Yani, Jalan Raden Saleh, Jalan Balai Kota, Jalan Bukit Barisan, Jalan Stasiun, dan Jalan Pulau Pinang.

Dalam penetapan jalur pejalan kaki yang menjadi objek observasi lapangan dan lokasi penyebaran kuesioner, peneliti menentukan kriteria jalur pejalan kaki yang akan diteliti berdasarkan tinjauan pustaka sebagai berikut:

(4)

Gambar 3.1. Peta Kawasan Penelitian Sumber: Google Earth, Diolah Ulang

3.5. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

Menurut Sinulingga (2011), populasi adalah keseluruhan anggota atau kelompok yang merupakan objek penelitian yang dapat berbentuk fisik seperti manusia secara keseluruhan, perusahaan, vegetasi, dan sebagainya, ataupun nonfisik seperti perilaku, peristiwa, kepemimpinan dan sebagainya.

Populasi pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Jalur pejalan kaki

Populasi jalur pejalan kaki yang berada di kota Medan. b. Responden

(5)

Pengambilan sumber data dalam menentukan responden penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling merupakan pengambilan sampel responden berdasarkan pada responden yang sesuai dengan tujuan penelitian dengan kriteria alasan tertentu yang kuat untuk dipilih (Idrus, 2009). Responden yang diambil dengan purposive sampling yaitu pejalan kaki yang sedang berada di kawasan Lapangan Merdeka pada saat peneliti melakukan pengambilan data kuesioner.

Penelitian ini juga menggunakan teknik proportional sampling dimana

proportional sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan berdasarkan

pertimbangan jumlah masing-masing kelompok subyek (Idrus, 2009). Berhubung Sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Jalur pejalan kaki

Sampel jalur pejalan kaki yang digunakan adalah jalur pejalan kaki yang telah ditentukan berdasarkan kriteria yang mengacu dari tinjauan pustaka.

b. Responden

Untuk penelitian ini, sampel yang diambil dari responden adalah 100 responden pejalan kaki yang berada pada kawasan penelitian.

3.6. VARIABEL PENELITIAN

Menurut Silaen S. dan Widiyono (2013), variabel merupakan segala sesuatu dalam berbagai nilai, yaitu suatu fenomena yang dapat memperlihatkan sesuatu yang dapat diobservasi dan diukur.  Berdasarkan tinjauan pustaka, maka variabel yang dibutuhkan untuk analisa penelitian ini disajikan pada Tabel 3.2.

(6)

Lanjutan Tabel 3.3.

3. Motivasi berjalan kaki Faktor-faktor motivasi berjalan kaki Kuesioner

4. Prasarana Pejalan Kaki Jalur Penyeberangan Jembatan Penyeberangan

Marka, Rambu, dan Papan Informasi Halte Bus

Setelah semua data yang diperlukan terkumpul baik dari data kualitatif dan data kuantitatif, data-data tersebut dianalisa dengan menggunakan metode analisa deskriptif.

(7)

disaring untuk dapat ditabulasikan.

b. Setelah data hasil pengamatan prasarana dan sarana pejalan kaki disaring dan dikategorikan, maka selanjutnya data tersebut dianalisa dengan metode deskriptif sesuai data eksisting prasarana dan sarana pejalan kaki di lapangan yang telah digambar ulang sesuai dengan hasil survei. Berdasarkan hasil survei tersebut akan dilihat kondisi prasarana dan sarana pejalan kaki yang terdapat di lokasi penelitian dan dideskripsikan bagaimana keadaannya dilapangan.

c. Lalu data tentang perilaku berjalan kaki, motivasi berjalan kaki dan persepsi pejalan kaki mengenai prasarana dan sarana pejalan kaki yang diperoleh melalui kuesioner akan disusun, ditabulasi dan disajikan dalam bentuk diagram sesuai dengan distribusi frekuensi. Hasilnya akan dianalisa dengan teknik analisis elaborasi yang juga disebut metode tabulasi silang. Kemudian akan diinterpretasi dengan menggunakan metode interpretasi secara terbatas. Peneliti hanya melakukan interpretasi atas data dan hubungan yang ada dalam penelitian ini.

d. Kesimpulan yang dihasilkan akan berupa deskripsi temuan-temuan yang dihasilkan dari pembahasan dan analisa data yang telah dilakukan. e. Produk akhir dari kesimpulan akan berupa saran yang dapat memberi

(8)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. GAMBARAN UMUM KAWASAN LAPANGAN MERDEKA

4.1.1. Tata Guna Lahan Kawasan Lapangan Merdeka

Gambar 4.1. Peta Kawasan Lapangan Merdeka Kota Medan Sumber: Olah Data

Tata guna lahan kawasan ini beragam dengan terdapat fungsi perhotelan, komersial, perkantoran, gedung pemerintahan, pelayanan publik, ruang terbuka hijau,

(9)

Gambar 4.2. Lapangan Merdeka Sumber: Dokumentasi Pribadi

Lapangan Merdeka berada di pusat Kota Medan dan merupakan salah satu

landmark. Lapangan ini difungsikan sebagai public space oleh masyarakat kota Medan.

Aktivitas yang sering dilakukan oleh pengguna lapangan ini adalah berolahraga, rekreasi, kegiatan seni dan budaya, dan sebagainya. Lapangan Merdeka juga digunakan sebagai tempat pelaksanaan acara-acara kenegaraan seperti Upacara Kemerdekaan Republik Indonesia, Peringatan Hari Ulang Tahun Kota Medan.

(10)

Merdeka Walk merupakan salah satu pusat jajanan/kuliner Kota Medan, tepatnya berada di Jalan Balai Kota. Area ini adalah area komersial.

c. Balai Kota Lama dan Grand Aston City Hall

Gambar 4.4. Balai Kota Lama dan Grand Aston City Hall Sumber: Dokumentasi Pribadi

Balai Kota Lama yang pada awalnya difungsikan sebagai gedung pemerintahan, sekarang berubah fungsi menjadi restoran mewah serta menjadi bagian dari Grand Aston City Hall yang merupakan area perhotelan.

(11)

dari aktivitas perbankan yang ada di kota Medan

e. Hotel Inna Dharma Deli

Gambar 4.6. Hotel Inna Dharma Deli Sumber: Dokumentasi Pribadi

Inna Dharma Deli adalah bangunan yang terdiri sekitar 10 lantai yang berada di Jalan Balai Kota. Karena merupakan perhotelan, maka aktivitas pengguna yang ada di area ini adalah aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan perhotelan seperti: pengunjung yang sengaja menginap/bermalam di hotel ini walau hanya menghabiskan waktu yang singkat, sebagai tempat pertemuan rekan bisnis, dan sebagainya.

(12)

Kantor Pos Indonesia berada di persimpangan antara Jalan Balai Kota dan Jalan Bukit Barisan. Kantor ini merupakan kantor pelayanan publik sebagai jasa pengiriman barang, surat, uang atau yang lainnya.

g. Stasiun Kereta Api

Gambar 4.8. Stasiun Kereta Api Medan Sumber: Dokumentasi Pribadi

Stasiun Kereta Api merupakan unit pelayanan publik yang melayani jasa keberangkatan pengunjung menuju Bandara Internasional Kuala Namu ataupun menuju kota-kota lain di Sumatera Utara maupun sebagai tempat pemberhentian pengunjung yang datang dari Bandara ataupun daerah-daerah yang lain.

(13)

aktivitas yang berhubungan langsung dengan perbankan. Bangunan yg berada di Jl. Pulau Pinang ini merupakan Kantor Cabang Bank Mandiri Wilayah I Kota Medan.

i. Bank Panin

Gambar 4.10. Bank Panin Sumber: Dokumentasi Pribadi

Bank Panin berada di Jalan Pulau Pinang dimana merupakan perkantoran swasta yang melayani segala aktivitas perbankan.

(14)

Bank Of India berada di Jl. Pulau Pinang dimana merupakan perkantoran swasta yang melayani segala aktivitas perbankan.

k. London Sumatera

Gambar 4.12. London Sumatera (Lonsum) Sumber: Dokumentasi Pribadi

London Sumatera atau yang lebih dikenal Lonsum oleh masyarakat Kota Medan merupakan perkantoran swasta yang bergerak di bidang perkebunan.

l. Bank Mandiri

(15)

aktivitas yang berhubungan langsung dengan perbankan. Bangunan ini salah satunya berada di Jalan Balai Kota.

m. Bank Muamalat

Gambar 4.14. Bank Muamalat Sumber: Dokumentasi Pribadi

Bank Muamalat merupakan gedung perkantoran swasta yang melayani aktivitas-aktivitas yang berhubungan langsung dengan perbankan. Bangunan ini berada di Jalan Balai Kota.

(16)

Kantor Walikota Medan yang berada di Jalan Raden Saleh merupakan gedung pusat pemerintahan kota Medan yang menangani segala aktivitas pemerintahan yang mencakup kota Medan seperti administrasi, perizinan dan sebagainya.

o. Hotel Aryaduta

Gambar 4.16. Hotel Aryaduta Sumber: Dokumentasi Pribadi

Hotel Aryaduta berada di Jalan Raden Saleh, aktivitas pengguna yang ada di area ini adalah aktivitas yang berhubungan dengan perhotelan seperti: pengunjung yang menginap di hotel ini, sebagai tempat pertemuan rekan bisnis dan sebagainya. Hotel ini juga digunakan sebagai tempat resepsi pernikahan atau yang lainnya.

(17)

Medan tepatnya berada di Jalan Raden Saleh.

q. Gedung Pramuka

Gambar 4.18. Gedung Pramuka Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gedung Pramuka Kwartir Daerah ini gedung milik pemerintah kota Medan yang berada di Lapangan Benteng, tepatnya di depan Grand Palladium Mall.

(18)

s. Showroom Toyota

Gambar 4.20. Showroom Toyota Sumber: Dokumentasi Pribadi

Showroom Toyota ini merupakan milik perusahaan swasta yang bergerak di bidang otomotif, khususnya mobil pribadi.

t. Pongs Home Center

Gambar 4.21. Pongs Home Centre Sumber: Dokumentasi Pribadi

(19)

Gambar 4.22. Graha Telkomsel Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gedung Kantor Pusat Telkomsel merupakan gedung milik perusahaan telekomunikasi yang terbesar di Indonesia.

v. Bank BRI

(20)

4.1.2.

Jalur Pejalan Kaki pada Kawasan Lapangan Merdeka di Kota Medan

(21)

kaki di kawasan Lapangan Merdeka Medan. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa secara keseluruhan panjang jalur pejalan kaki di kawasan penelitian adalah ±2.018 meter. Rincian panjang jaringan jalur pejalan kaki pada masing-masing ruas jalan dapat dilihat pada Tabel 4.1. berikut:

Tabel 4.1. Panjang Jaringan Jalur Pejalan Kaki pada Ruas Jalan Sumber: Olah Data

Nama Ruas Jalan Panjang Jaringan Jalur Pejalan Kaki (Meter)

Jalan Raden Saleh ±409 m

Jalan Balai Kota ±517 m

Jalan Bukit Barisan ±333 m

Jalan Stasiun ±501 m

Jalan Pulau Pinang ±258 m

Total Panjang Jalur Pejalan Kaki ±2.018 m

(22)

a.

Jalur Pejalan Kaki di Jalan Raden Saleh

(23)

Raden Saleh adalah berkisar 13 hingga 16 meter. Arus kendaraan yang melalui jalan ini adalah arus searah dengan arah menuju Lapangan Merdeka. Untuk lebar jalur pejalan kaki di jalan ini sendiri memiliki lebar variatif dengan kisaran antara 1,5 hingga 2,8 meter. Panjang total jaringan jalur pejalan kaki di Jalan Raden Saleh ini adalah 409 meter.

Selain itu, untuk melihat kelengkapan prasarana dan sarana jalur pejalan kaki di Jalan Raden Saleh dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini.

(24)

b.

Jalur Pejalan Kaki di Jalan Balai Kota

(25)

Balai Kota adalah berkisar 16 hingga 19 meter. Arus kendaraan yang melalui jalan ini adalah arus searah dengan arah menuju Jalan Putri Hijau. Untuk lebar jalur pejalan kaki di jalan ini sendiri memiliki lebar variatif dengan kisaran antara 1,5 hingga 3,5 meter. Panjang total jaringan jalur pejalan kaki di Jalan Balai Kota ini adalah 517 meter.

Selain itu, untuk melihat kelengkapan prasarana dan sarana jalur pejalan kaki di Jalan Balai Kota dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini.

(26)

c.

Jalur Pejalan Kaki di Jalan Bukit Barisan

(27)

Bukit Barisan adalah berkisar 19 meter. Arus kendaraan yang melalui jalan ini adalah arus searah dengan arah menuju Jalan Stasiun. Untuk lebar jalur pejalan kaki di jalan ini sendiri memiliki lebar dengan kisaran 1,5 meter. Panjang total jaringan jalur pejalan kaki di Jalan Balai Kota ini adalah 333 meter.

Selain itu, untuk melihat kelengkapan prasarana dan sarana jalur pejalan kaki di Jalan Bukit Barisan dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini.

(28)

d.

Jalur Pejalan Kaki di Jalan Stasiun

(29)

Stasiun adalah berkisar 11,5 hingga 24,5 meter. Arus kendaraan yang melalui jalan ini adalah arus searah. Untuk lebar jalur pejalan kaki di jalan ini sendiri memiliki lebar variatif dengan kisaran antara 1,5 hingga 2 meter. Panjang total jaringan jalur pejalan kaki di Jalan Stasiun ini adalah 501 meter.

Selain itu, untuk melihat kelengkapan prasarana dan sarana jalur pejalan kaki di Jalan Stasiun dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini.

(30)

e.

Jalur Pejalan Kaki di Jalan Pulau Pinang

(31)

Pulau Pinang adalah berkisar 22 hingga 26 meter. Arus kendaraan yang melalui jalan ini adalah arus searah dengan arah menuju Jalan Balai Kota. Untuk lebar jalur pejalan kaki di jalan ini sendiri memiliki lebar variatif dengan kisaran antara 1,5 hingga 2,5 meter. Panjang total jaringan jalur pejalan kaki di Jalan Pulau Pinang ini adalah 258 meter.

Selain itu, untuk melihat kelengkapan prasarana dan sarana jalur pejalan kaki di Jalan Pulau Pinang dapat dilihat pada Tabel 4.6. berikut ini.

(32)

4.2. KARAKTERISTIK RESPONDEN

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner. Daftar pertanyaan pada kuesioner dapat dilihat melalui Lampiran 1. Yang dilampirkan pada bagian akhir penelitian ini. Penyebaran kuesioner berada di kawasan Lapangan Merdeka kota Medan. Penyebaran dilakukan di ruas jalan yang memiliki jalur pejalan kaki. Jalan-jalan tersebut adalah Jalan Raden Saleh, Jalan Balai Kota, Jalan Bukit Barisan, Jalan Stasiun, dan Jalan Pulau Pinang.

Penyebaran kuesioner dimulai dari hari Senin, 15 November 2015 hingga Minggu, 22 November 2015. Waktu pengambilan data melalui kuesioner ini dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama adalah pukul 11.00-13.00 WIB dan sesi kedua adalah pukul 16.00-18.00 WIB. Responden pada penelitian ini berjumlah 100 orang pejalan kaki yang berada pada kawasan Lapangan Merdeka Medan. Dari 100 kuesioner yang disebar dan diisi oleh responden, pembagian jumlah pengisi kuesioner berdasarkan lokasi penyebarannya dapat dilihat melalui Tabel 4.6. berikut:

Tabel 4.7. Jumlah Responden Berdasarkan Lokasi Penyebaran Kuesioner Sumber: Olah Data

Lokasi Penyebaran Jumlah Responden

Jalan Raden Saleh 23 Responden

Jalan Balai Kota 36 Responden

Jalan Bukit Barisan 9 Responden

Jalan Stasiun 25 Responden

Jalan Pulau Pinang 7 Responden

Total 100 Responden

(33)

4.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 4.30. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Sumber: Olah Data

Gambar 4.30. menunjukkan jumlah responden berdasarkan jenis kelamin yang diperoleh dari kuesioner pada penelitian ini. Dari hasil pengolahan data, terdapat 58 responden laki-laki dan 42 responden perempuan.

(34)

Gambar 4.30. menunjukkan jumlah responden berdasarkan usia yang diperoleh dari kuesioner pada penelitian ini. Dari hasil pengolahan data, jumlah pejalan kaki di kawasan Lapangan Merdeka Medan didominasi oleh responden dengan rentang usia 17-26 tahun, yaitu sebanyak 48 responden. Kemudian diikuti dengan 18 responden dengan rentang usia 27-36 tahun, 17 responden dengan usia dibawah 17 tahun, 12 responden dengan rentang usia 37-46 tahun dan sisanya adalah responden berusia di atas 46 tahun berjumlah 5 responden.

4.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Gambar 4.32. Perbandingan Responden Berdasarkan Pekerjaan Sumber: Olah Data

(35)

Gambar 4.33. Frekuensi Berjalan Kaki Responden Sumber: Olah Data

(36)

Gambar 4.34. Karakteristik Pemilihan Moda Transportasi oleh Responden Sumber: Olah Data

Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data, responden yang menggunakan moda transportasi publik dan nonpublik memiliki perbedaan yang cukup besar di kawasan ini. Hal ini dapat dilihat dari Gambar 4.34. bahwa di kawasan ini responden yang menggunakan moda transportasi nonpublik berjumlah 57 responden. Sisanya, 43 responden, menggunakan moda transportasi publik. Dapat disimpulkan bahwa pejalan kaki lebih banyak menggunakan transportasi nonpublik di kawasan ini. Selain itu, hal ini menunjukkan kecenderungan adanya minat pengguna transportasi nonpublik untuk berjalan kaki di kawasan ini.

Dari hasil pengumpulan data terkait pemilihan moda transportasi, moda transportasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu moda transportasi nonpublik dan moda transportasi publik.

(37)

Gambar 4.35. Karakteristik Pemilihan Moda Transportasi Nonpublik oleh Responden Sumber: Olah Data

Pada Gambar 4.35. sepeda motor merupakan kendaraan yang paling banyak di digunakan responden sebagai moda transportasi nonpublik, yaitu sebanyak 37 responden (64,9%). Pengguna mobil pribadi terdapat sebanyak 16 responden (28,1%). Tidak ada pengguna sepeda di kawasan ini. Sehingga sisanya 2 responden masing-masing merupakan pengguna mobil dinas dan jenis kendaraan lainnya (3,5%).

(38)

Gambar 4.36. Karakteristik Pemilihan Moda Transportasi Publik oleh Responden Sumber: Olah Data

Pada Gambar 4.36. angkutan kota (angkot) merupakan kendaraan yang paling banyak digunakan responden sebagai moda transportasi publik, yaitu sebanyak 28 responden. Pengguna becak terdapat sebanyak 11 responden. Ada satu pengguna bus di kawasan ini. Sehingga sisa 3 responden terbagi taksi.

4.3. PERILAKU BERJALAN KAKI

Pejalan kaki memiliki karakteristik berdasarkan perilaku berjalannya. Untuk melihat karakteristik tersebut salah satu caranya adalah dengan mendata dan mengukur perilaku berjalan kaki. Hal ini dapat dilakukan menurut Daamen dan Hoogendoorn (2003); Mohammaddan (2010) dengan cara mendata dan mengukur jarak berjalan, durasi berjalan, pola berjalan kaki, pola penyeberangan, frekuensi berjalan kaki, dan pola rombongan. Hasil pengolahan data perilaku berjalan kaki akan dianalisa dengan menghubungkan data tersebut dengan karakteristik responden dan kondisi eksisting sarana dan prasarana pejalan kaki yang telah diperoleh dan diolah.

4.3.1. Jarak Berjalan Kaki

(39)

menghasilkan interval jarak berjalan kaki responden pada kawasan Lapangan Merdeka di Kota Medan antara 100 hingga 850 meter. Untuk melihat hasil pengukuran secara keseluruhan, dapat dilihat pada Lampiran 2.

Hasil pengukuran jarak rute perjalanan responden di kawasan Lapangan Merdeka Medan ini dapat dilihat melalui Gambar 4.37.

Gambar 4.37. Jarak Berjalan Kaki yang Ditempuh Responden Sumber: Olah Data

(40)

berbeda-beda. Untuk menemukan temuan lebih lanjut, maka berikut ini adalah pembahasan terkait pengaruh beberapa faktor seperti jenis kelamin, usia, pekerjaan, pemilihan moda transportasi, dan frekuensi berjalan kaki oleh responden terhadap jarak berjalan kaki pada kawasan Lapangan Merdeka di Kota Medan.

a. Jarak Berjalan Kaki Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 4.38. Jarak Berjalan Kaki Berdasarkan Jenis Kelamin Sumber: Olah Data

Gambar 4.38. menunjukkan jarak berjalan kaki yang ditempuh responden berdasarkan jenis kelamin. Temuan yang dihasilkan menunjukkan responden perempuan berjalan kaki lebih jauh daripada responden laki-laki pada kawasan Lapangan Merdeka di Kota Medan. Jarak rata-rata yang ditempuh oleh 42 responden perempuan untuk berjalan kaki di kawasan ini adalah 450 meter, sedangkan jarak rata-rata 58 responden laki-laki untuk berjalan kaki adalah 434.5 meter. Jarak berjalan yang ditempuh perempuan juga berada di atas jarak rata-rata keseluruhan yang ditempuh oleh seluruh responden yaitu 441 meter.

(41)

Gambar 4.39. Jarak Berjalan Kaki Berdasarkan Usia Sumber: Olah Data

Pada Gambar 4.39. menunjukkan jarak berjalan kaki yang ditempuh responden berdasarkan usia. Terdapat dua kelompok usia yang berjalan di atas jarak tempuh di atas rata-rata keseluruhan (441 meter), yaitu kelompok usia 17-26 tahun dan kelompok usia 27-36 tahun. Jarak yang ditempuh oleh kelompok usia 17-26 tahun yang berjumlah 48 responden adalah rata-rata 484,5 meter. Jarak yang ditempuh kelompok usia 27-36 tahun yang berjumlah 18 responden adalah rata-rata 484,4 meter.

Sedangkan responden 17 tahun ke bawah berjalan kaki dengan rata-rata 438,2 meter. Hasil ini diperoleh dari 17 responden dengan rentang usia ini. Hal ini menunjukkan kecenderungan pada rentang usia ini, responden berpotensi untuk berjalan kaki pada usia muda di kawasan ini.

(42)

kemampuan berjalan kaki menjadi berkurang. Jarak tempuh rata-rata (484,4 meter) yang ditempuh pada kawasan ini dicapai oleh responden dengan rentang usia produktif, yaitu 17-26 tahun. Pada rentang usia 27 hingga 36 tahun responden masih mampu untuk menempuh jarak rata-rata yang cukup jauh. Setelah melewati rentang usia tersebut terdapat kecenderungan menurunnya jarak berjalan kaki yang ditempuh oleh responden. Selain itu, penurunan jarak tempuh juga diiringi oleh menurunnya responden yang berjalan kaki karena faktor usia tersebut. Hal ini dapat dilihat juga pada Gambar 4.39. bahwa pejalan kaki berjalan kaki dengan grafik yang segaris dengan faktor usia. Puncak kemampuan berjalan kaki terletak pada usia 17-26 tahun yang berjumlah 48 resoonden. Setelah rentang usia tersebut terjadi penurunan, dengan rincian 18 responden dengan rentang usia 27-36 tahun, 12 responden dengan rentang usia 37-46 tahun dan 5 responden 46 tahun ke atas.

c. Jarak Berjalan Kaki Berdasarkan Pekerjaan

Gambar 4.40. Jarak Berjalan Kaki Berdasarkan Pekerjaan Sumber: Olah Data

(43)

dan jarak terendah ditempuh BUMN, yaitu sejauh 100 meter.

d. Jarak Berjalan Kaki Berdasarkan Frekuensi Berjalan Kaki

Gambar 4.41. Jarak Berjalan Kaki Berdasarkan Frekuensi Berjalan Kaki Sumber: Olah Data

(44)

hampir sama yaitu 445,6 meter dan 445,7 meter. Dengan melihat temuan tersebut disimpulkan bahwa pejalan kaki dengan frekuensi berjalan kaki yang cukup tinggi memiliki kecenderungan berjalan kaki dengan jarak relatif dekat. Bahkan kedua jarak tersebut hampir menyamai jarak rata-rata yang ditempuh seluruh responden yaitu 441 meter.

Dan pejalan kaki yang berjalan kaki setiap hari, menempuh jarak rata-rata 375 meter untuk menuju tujuannya. Jarak rata-rata ini merupakan yang terendah yang ditempuh oleh responden. Responden yang berjalan kaki setiap hari dapat disimpulkan memiliki kemampuan berjalan kaki setiap hari di kawasan ini disebabkan jarak tempuh yang lebih dekat. Sehingga tidak memengaruhi keinginan berjalan kaki di kawasan ini.

Dari frekuensi berjalan kaki di kawasan ini dapat disimpulkan bahwa pejalan kaki dengan jarak yang jauh berjalan kaki dengan frekuensi yang jarang. Kemudian pejalan kaki yang paling sering berjalan kaki menempuh jarak yang lebih pendek di antara frekuensi lainnya. Dan untuk pejalan kaki yang rutin berjalan kaki seperti 3-4 kali dan 5-6 kali seminggu cenderung mendekati rata-rata jarak berjalan kaki di kawasan ini yaitu 441 meter.

e. Jarak Berjalan Kaki Berdasarkan Pemilihan Moda Transportasi

(45)

berdasarkan pemilihan moda transportasi. 57 Responden pengguna transportasi nonpublik berjalan kaki dengan jarak yang lebih pendek daripada 43 responden pengguna transportasi publik. Responden pengguna transportasi publik berjalan kaki menempuh jarak rata-rata 479,1 meter dibandingkan responden pengguna transportasi nonpublik yang berjalan kaki dengan jarak tempuh rata-rata 412,3 meter. Untuk mengetahui jarak berjalan kaki berdasarkan jenis kendaraan yang digunakan, dapat dilihat pada Gambar 4.43 dan 4.44.

Gambar 4.43. Jarak Berjalan Kaki Berdasarkan Responden Moda Transportasi Nonpublik

Sumber: Olah Data

(46)

dengan jarak tempuh rata-rata 353,1 meter dari 16 responden. Sisanya, pengguna mobil dinas, berjalan kaki pada jarak yang sangat pendek yaitu 100 meter.

Gambar 4.44. Jarak Berjalan Kaki Berdasarkan Responden Moda Transportasi Publik Sumber: Olah Data

Pada Gambar 4.44. menunjukkan jarak berjalan kaki yang ditempuh responden berdasarkan pemilihan moda transportasi publik. Pengguna taksi berjalan kaki dengan jarak paling jauh di kawasan ini, yaitu sejauh 550 meter. Sama halnya dengan pengguna bus, responden pengguna bus berjalan berjalan kaki dengan jarak tempuh di atas rata-rata yaitu 531,8 meter. Akan tetapi, kedua jarak tersebut diperoleh dari jumlah responden yang sangat minim. Pengguna taksi berjumlah 3 responden, sedangkan pengguna bus hanya terdapat 1 responden. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan responden yang berjalan lebih jauh jumlahnya lebih sedikit.

(47)

Gambar 4.45. Rata-Rata Jarak Berjalan kaki Berdasarkan Durasi Berjalan Kaki Responden

Sumber: Olah Data

(48)

pemilihan moda transportasi, dan frekuensi berjalan kaki oleh responden terhadap durasi berjalan kaki pada kawasan Lapangan Merdeka di Kota Medan.

a. Durasi Berjalan Kaki Berdasarkan Jenis Kelamin

Untuk melihat bagaimana pengaruh jenis kelamin terhadap durasi berjalan kaki, dapat dilihat pada Tabel 4.8. berikut ini.

Tabel 4.8. Durasi Berjalan Kaki Berdasarkan Jenis Kelamin Sumber: Olah Data

Tabel 4.8. menunjukkan bagaimana hubungan jenis kelamin responden terhadap durasi berjalan kaki. Pada Tabel 4.8. ditemukan bahwa mayoritas pejalan kaki berjalan kaki pada rentang waktu 5 hingga 10 menit. Pada responden laki-laki, dari 58 responden, 44,8% (26 responden) berjalan kaki pada rentang waktu ini. Sedangkan pada responden perempuan, dari 42 responden, 54,8% (23 responden) berjalan kaki pada rentang waktu ini. Hal ini menunjukkan bahwa responden perempuan lebih banyak berjalan kaki pada rentang waktu ini. Rata-rata jarak tempuh yang dilalui oleh responden perempuan pada rentang waktu ini lebih pendek daripada responden laki-laki, yaitu 404,4 meter berbanding 409,6 meter.

(49)

panjang daripada responden laki-laki, yaitu 287,5 meter berbanding 210,7 meter.

13,8% responden laki-laki berjalan kaki pada rentang waktu 11 hingga 15 menit. Sedangkan pada responden perempuan, terdapat 14,3% responden perempuan berjalan kaki pada rentang waktu ini. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak berjalan kaki pada rentang waktu ini. Rata-rata jarak tempuh yang dilalui oleh responden perempuan pada rentang waktu ini lebih panjang daripada responden laki-laki, yaitu 600 meter berbanding 581,2 meter.

15,5% responden laki-laki berjalan kaki pada rentang waktu 16 hingga 20 menit. Sedangkan pada responden perempuan, terdapat 11,9% responden perempuan berjalan kaki pada rentang waktu ini. Hal ini menunjukkan bahwa responden laki-laki lebih banyak berjalan kaki pada rentang waktu ini. Akan tetapi, rata-rata jarak tempuh yang dilalui oleh responden perempuan pada rentang waktu ini lebih panjang daripada responden laki-laki, yaitu 740 meter berbanding 677,8 meter. Sisanya, untuk responden yang berjalan kaki di atas 20 menit hanya dilakukan oleh 1 responden laki-laki (1,7%) dengan menempuh jarak 850 meter.

(50)

Patricia (2010) yang mengatakan bahwa rata-rata laki-laki berjalan kaki dengan kecepatan yang lebih besar daripada perempuan.

b. Durasi Berjalan Kaki Berdasarkan Usia

Untuk melihat bagaimana pengaruh usia terhadap durasi berjalan kaki, dapat dilihat pada Tabel 4.9. berikut ini.

Tabel 4.9. Durasi Berjalan Kaki Berdasarkan Usia Sumber: Olah Data

Tabel 4.9. menunjukkan bagaimana hubungan usia responden terhadap durasi berjalan kaki. Pada Tabel 4.9. ditemukan bahwa ada beberapa temuan terkait durasi berjalan kaki yang paling banyak ditempuh oleh responden. Pada kelompok usia 17 tahun ke bawah, 17-26 tahun, dan 27-36 tahun mayoritas berjalan kaki pada rentang waktu 5 hingga 10 menit. Sedangkan kelompok usia 37-46 tahun dan 46 tahun ke atas paling banyak berjalan kaki pada rentang waktu di bawah 5 menit.

(51)

kelompok usia 17 tahun ke bawah, yaitu 425 meter. Setelah kelompok usia tersebut, ada kecenderungan bahwa rata-rata jarak tempuh menjadi semakin menurun. Dimana kelompok usia 37-46 tahun menempuh jarak rata-rata terendah, yaitu 337 meter pada rentang waktu ini.

Pada rentang waktu 11-15 menit, rata-rata jarak tempuh tertinggi dicapai oleh kelompok usia 27-36 tahun, yaitu 700 meter. Pada kelompok usia ini terdapat variasi dalam hal rata-rata jarak tempuh. Dimana kelompok usia 17 tahun ke bawah menempuh jarak rata-rata 616,7 meter, kelompok usia 17-26 tahun bawah menempuh jarak rata-rata 612,5 meter, dan kelompok usia 37-46 tahun menempuh jarak rata-rata 400 meter pada rentang waktu ini.

Pada rentang waktu 16-20 menit, rata-rata jarak tempuh tertinggi dicapai oleh kelompok usia 17-26 tahun, yaitu 750 meter. Setelah kelompok usia tersebut, ada kecenderungan bahwa rata-rata jarak tempuh menjadi semakin menurun. Dimana kelompok usia 46 tahun ke atas menempuh jarak rata-rata terendah, yaitu 500 meter pada rentang waktu ini.

Terakhir, hanya 1 responden berusia 46 tahun ke atas yang berjalan kaki pada rentang waktu di atas 20 menit. Jarak tempuh yang dilalui adalah 850 meter.

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pada kelompok usia yang relatif muda (17 tahun ke bawah, 17-26 tahun, dan 27-36 tahun) memiliki kemampuan untuk menempuh jarak yang lebih jauh untuk masing-masing rentang waktu. Hal ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh usia terhadap waktu tempuh dan kemampuan menempuh tujuan pada kawasan Lapangan Merdeka di kota Medan. Kecepatan berjalan yang digunakan oleh responden juga menunjukkan adanya pengaruh tersebut.

(52)

Tabel 4.10. Durasi Berjalan Kaki Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 4.10. menunjukkan bagaimana hubungan pekerjaan responden terhadap durasi berjalan kaki. Pada Tabel 4.10. ditemukan bahwa ada beberapa temuan terkait durasi berjalan kaki yang paling banyak ditempuh oleh responden. Responden yang bekerja pada BUMN lebih banyak berjalan kaki dengan rentang waktu di bawah 5 menit. Lalu, responden yang berprofesi sebagai pegawai negeri, wiraswasta, pelajar/mahasiswa, dan lainnya paling banyak berjalan kaki pada rentang waktu 5-10 menit. Sedangkan responden yang berprofesi sebagai pegawai swasta paling banyak berjalan pada rentang waktu 16-20 menit.

Pada rentang waktu 5 menit ke bawah, rata-rata jarak tempuh tertinggi dicapai oleh pegawai swasta, yaitu 400 meter. Kemudian, pada rentang waktu ini, responden yang berprofesi sebagai pegawai BUMN menempuh jarak rata-rata terendah, yaitu 100 meter. Pegawai negeri yang paling banyak berjalan kaki untuk rentang waktu ini, memiliki rata-rata jarak tempuh 166,7 meter.

(53)

waktu ini, responden yang berprofesi sebagai pegawai negeri menempuh jarak rata-rata terendah, yaitu 512,5 meter.

Pada rentang waktu 16-20 menit, hanya terdapat dua kelompok pekerjaan yang menempuh rentang waktu ini. Kedua kelompok tersebut terdiri dari responden yang bekerja sebagai pegawai swasta dan wiraswasta. Pegawai swasta selaku responden yang paling banyak berjalan kaki pada rentang waktu ini berjalan kaki dengan rata-rata jarak tempuh 708,3 meter. Kemudian responden yang bekerja sebagai wiraswasta berjalan kaki dengan rata-rata jarak tempuh 650 meter.

Terakhir, untuk rentang waktu di atas 20 menit hanya dilalui oleh 1 responden yang bekerja sebagai wiraswasta. Jarak tempuh yang dilalui pada rentang waktu ini adalah 850 meter.

Dari hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa adanya temuan dimana responden yang bekerja sebagai pegawai swasta memiliki tujuan berjalan kaki yang cukup jauh pada kawasan Lapangan Merdeka di kota Medan. Hal ini dapat dilihat dari durasi berjalan kaki dan jarak tempuh yang dilalui oleh responden pegawai swasta. Selain itu, responden yang bekerja sebagai pegawai negeri merupakan responden yang paling banyak berjalan kaki untuk rentang waktu yang pendek (kurang dari 10 menit), yaitu berjumlah 21 responden.

d. Durasi Berjalan Kaki Berdasarkan Frekuensi Berjalan Kaki

Untuk melihat bagaimana pengaruh frekuensi berjalan kaki terhadap durasi berjalan kaki, dapat dilihat pada Tabel 4.11. berikut ini.

(54)

Lanjutan Tabel 4.10

3 11-15 Menit - - 1 650 4 537,5 8 612,5 1 550

4 16-20 Menit 1 500 - - 3 750 9 694,4 1 800

5 >20 Menit - - - 1 850 - -

Total Responden 10 4 23 58 5

Tabel 4.11. menunjukkan bagaimana hubungan frekuensi berjalan kaki responden terhadap durasi berjalan kaki. Pada Tabel 4.11. ditemukan bahwa ada temuan terkait durasi berjalan kaki yang paling banyak ditempuh oleh responden. Responden yang berjalan kaki pada masing-masing frekuensi berjalan kaki paling banyak berjalan kaki pada rentang waktu 5-10 menit.

Pada rentang waktu 5 menit ke bawah, rata-rata jarak tempuh tertinggi dicapai oleh responden dengan frekuensi berjalan kaki setiap hari, yaitu 266,7 meter. Kemudian, responden dengan frekuensi berjalan kaki 5-6 kali seminggu selaku frekuensi yang paling banyak berjalan kaki pada rentang waktu ini menempuh jarak rata-rata paling rendah, yaitu 228,6 meter.

Pada rentang waktu 5-10 menit, rata-rata jarak tempuh tertinggi dicapai oleh responden dengan frekuensi berjalan kaki 3-4 kali seminggu, yaitu 418,2 meter. Selain itu, frekuensi ini juga merupakan frekuensi yang paling banyak berjalan kaki pada rentang waktu ini. Kemudian, responden dengan frekuensi berjalan kaki setiap hari menempuh jarak rata-rata paling rendah, yaitu 375 meter.

Pada rentang waktu 11-15 menit, rata-rata jarak tempuh tertinggi dicapai oleh responden dengan frekuensi berjalan kaki 1-2 kali seminggu, yaitu 650 meter. Kemudian, responden dengan frekuensi berjalan kaki 3-4 kali seminggu menempuh jarak rata-rata paling rendah, yaitu 537,5meter. Frekuensi yang paling banyak berjalan kaki di rentang waktu ini adalah responden yang berjalan kaki 5-6 kali seminggu dengan rata-rata jarak tempuh 612,5 meter.

(55)

yang berjalan kaki 5-6 kali seminggu. Jarak tempuh yang dilalui pada rentang waktu ini adalah 850 meter.

Dari hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa adanya temuan dimana mayoritas responden masing-masing frekuensi berjalan kaki pada rentang waktu yang sama yaitu 5-10 menit. Selain itu, responden yang semakin sering berjalan kaki di kawasan ini juga cenderung memiliki jarak tempuh yang lebih sedikit pada beberapa rentang waktu tertentu.

e. Durasi Berjalan Kaki Berdasarkan Pemilihan Moda Transportasi

Untuk melihat bagaimana pengaruh pemilihan moda transportasi terhadap durasi berjalan kaki, dapat dilihat pada Tabel 4.12. berikut ini.

(56)

responden yang menggunakan transportasi nonpublik yang berjalan kaki pada rentang waktu ini menempuh jarak rata-rata terendah, yaitu 185 meter.

Pada rentang waktu 5-10 menit, rata-rata jarak tempuh tertinggi dicapai oleh responden yang menggunakan transportasi publik, yaitu 421,9 meter. Kemudian, responden yang menggunakan transportasi nonpublik yang berjalan kaki pada rentang waktu ini menempuh jarak rata-rata terendah, yaitu 400 meter.

Pada rentang waktu 11-15 menit, rata-rata jarak tempuh tertinggi dicapai oleh responden yang menggunakan transportasi publik, yaitu 621,4 meter. Kemudian, responden yang menggunakan transportasi nonpublik yang berjalan kaki pada rentang waktu ini menempuh jarak rata-rata terendah, yaitu 557,1 meter.

Pada rentang waktu 16-20 menit, rata-rata jarak tempuh tertinggi dicapai oleh responden yang menggunakan transportasi publik, yaitu 750 meter. Kemudian, responden yang menggunakan transportasi nonpublik yang berjalan kaki pada rentang waktu ini menempuh jarak rata-rata terendah, yaitu 650 meter.

Terakhir, untuk rentang waktu di atas 20 menit hanya dilalui oleh 1 responden yang yang menggunakan transportasi publik. Jarak tempuh yang dilalui pada rentang waktu ini adalah 850 meter.

Dari hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa adanya temuan dimana untuk masing-masing rentang waktu, responden pengguna transportasi publik berjalan kaki lebih jauh. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan kendaraan berpengaruh terhadap jarak, durasi, dan kecepatan berjalan kaki. Kecenderungan bahwa responden pengguna kendaraan nonpublik membuat responden lebih lambat berjalan kaki daripada responden pengguna transportasi publik.

4.3.3. Tujuan Berjalan Kaki

(57)

Diagram 4.1. Rekapitulasi Tujuan Berjalan Kaki Responden Sumber: Olah Data

Diagram 4.1. merupakan hasil pengumpulan dan pengolahan data kuesioner tentang tujuan responden berjalan kaki. Pada kuesioner yang disebarkan (lihat Lampiran 1), responden dapat memilih lebih dari satu pilihan terkait tujuan perjalanan responden ketika berjalan kaki di kawasan Lapangan Merdeka Medan. Pertanyaan tujuan perjalanan yang diajukan merupakan hasil analisa tata guna lahan kawasan Lapangan Merdeka Medan.

Berdasarkan hasil pengolahan data, kebanyakan tujuan responden berjalan kaki di kawasan ini adalah untuk menuju tempat transportasi publik dengan 52 responden dari 100 responden (52%). Ruas jalan yang dilalui transportasi publik di kawasan ini adalah Jalan Raden Saleh, Jalan Balai Kota, Jalan Bukit Barisan, Jalan Stasiun dan Jalan Pulau Pinang. Sebagai pusat kota, kawasan ini tidak memiliki larangan untuk jenis transportasi publik tertentu, sehingga seluruh jenis transportasi umum dapat memasuki kawasan ini.

Kecenderungan mayoritas responden berjalan kaki menuju tempat transportasi

Tujuan berjalan kaki

Rekreasi Menuju tempat kerja

Menuju tempat transportasi publik Menuju tempat kuliner

(58)

Gambar 4.46. Keberadaan Halte pada Kawasan Lapangan Merdeka Sumber: Dokumentasi Pribadi

Kemudian tujuan 48 responden berjalan kaki pada kawasan ini adalah untuk menuju tempat kerja. Pada peta tata guna lahan kawasan Lapangan Merdeka Medan (lihat Gambar 4.1) ditunjukkan bahwa kawasan ini terdapat fungsi perkantoran dan kawasan komersial. Dengan melihat banyaknya responden yang berjalan kaki menuju tempat kerja pada kawasan ini menunjukkan bahwa dibutuhkan jalur pejalan kaki antarfungsi tersebut yang dirancang dengan baik.

Selanjutnya 34 responden berjalan kaki untuk menuju tempat kuliner. Tempat kuliner yang berada di Merdeka Walk dan pedagang kaki lima sekitar Jalan Bukit Barisan merupakan tujuan responden dalam menuju tempat kuliner di kawasan ini. Keberadaan tempat kuliner tersebut berada di sekitar Lapangan Merdeka Medan yang merupakan salah satu generator aktivitas tertinggi di kawasan ini. Dari 100 responden juga, 24 responden berjalan kaki untuk menuju Lapangan Merdeka. Sebagai generator aktivitas, Lapangan Merdeka memerlukan jalur pejalan kaki yang dirancang dengan baik. Pada hasil pengamatan, jalur pejalan kaki di sekitar Lapangan Merdeka tidak dirancang dengan baik.

(59)

Namun ada kecenderungan, faktor tingkat frekuensi responden berjalan kaki di kawasan ini mendorong kurangnya nilai rekreasi pada kawasan ini.

4.3.4. Pola Berjalan Kaki dan Pola Penyeberangan 4.3.4.1.Pola berjalan kaki

Analisa pola berjalan kaki responden pada kawasan Lapangan Merdeka di kota Medan diperlukan untuk melihat kecenderungan perilaku berjalan kaki responden dalam pola pemanfaatan jalur pejalan kaki di kawasan ini. Dengan melihat kecenderungan pola berjalan kaki responden, maka diharapkan dapat menghasilkan temuan-temuan dan kesimpulan yang dapat memberikan rekomendasi pada jalur pejalan kaki kawasan ini. Hasil pengolahan data kuesioner terkait pola berjalan kaki dapat dilihat pada Gambar 4.XX. berikut ini:

(60)

Untuk melihat aspek yang memengaruhi pola berjalan kaki responden, maka analisa pola berjalan kaki berdasarkan lokasi penyebaran kuesioner harus dilakukan untuk melihat keterkaitan antara kondisi eksisting dengan pola berjalan kaki tersebut. Pada Tabel 4.12. dapat dilihat pola berjalan kaki responden di ruas jalan yang menjadi lokasi penyebaran kuesioner pada kawasan Lapangan Merdeka di kota Medan.

Tabel 4.12. Pola Berjalan kaki di Ruas Jalan Sumber: Olah Data

Pola Raden Jalan Total

Saleh Balai Kota Barisan Stasiun Bukit Pinang Pulau

Melalui Jalur Pejalan kaki 19 22 - 17 3 61

Pada Tabel 4.12. ditunjukkan bahwa mayoritas responden yang berada di Jalan Raden Saleh, Jalan Balai Kota, dan Jalan Stasiun berjalan kaki di jalur pejalan kaki yang telah tersedia. Di Jalan Raden Saleh, 82,6% responden berjalan kaki di jalur pejalan kaki. Di Jalan Balai Kota, 61,1% responden berjalan kaki di jalur pejalan kaki. Di Jalan Stasiun, 68% responden berjalan kaki di jalur pejalan kaki. Dengan persentase masing-masing responden di tiga jalan lebih dari 50% memilih berjalan kaki di jalur pejalan kaki, hal ini menunjukkan jalur pejalan kaki di tiga jalur masih dapat digunakan sebagai jalur berjalan kaki.

(61)

memiliki 3 pola berjalan kaki yang terbentuk.

(62)

masih ramai berjalan kaki di jalur ini. Lebar jalur yang memadai juga menjadikan jalur ini dapat mengakomodasi pejalan kaki dua arah.

Akan tetapi, pada poin (A, B, C, E, F, G, dan H) dapat dilihat bahwa terdapat jalur pejalan kaki yang terputus. Kondisi ini membuat kontinuitas antarjalur pejalan kaki menjadi berkurang. Hal ini berpotensi untuk mengurangi efektifitas fungsi jalur pejalan kaki, sehingga membuat pejalan kaki menggunakan jalan sebagai sarana untuk berjalan kaki. Pada poin F dapat terlihat bahwa akibat terputusnya jalur pejalan kaki pada poin E, mengakibatkan pejalan kaki tidak menggunakan jalur pejalan kaki yang berada di sisi jembatan.

Pada poin I dan J terdapat pembatas jalan yang membatasi jalan raya dengan kawasan pertokoan. Pembatas ini berpotensi untuk menjadi jalur pejalan kaki. Hal ini didasari dari gambar poin H dimana ditemukan pejalan kaki yang menggunakan jalan untuk berjalan kaki. Sehingga mengakibatkan perlunya jalur pejalan kaki yang dapat mengakomodasi pejalan kaki yang berjalan di sisi ini.

(63)
(64)

Pada poin C menunjukkan pejalan kaki yang berjalan kaki pada sisi luar dari Merdeka Walk. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat pejalan kaki yang tidak menggunakan area Merdeka Walk untuk berjalan kaki. Akan tetapi, keberadaan parkir kendaraan di sisi ini membuat pejalan kaki hanya memiliki pilihan berjalan kaki di jalan raya. Hal inilah yang ditunjukkan pada poin C.

Pada poin D ditemukan pejalan kaki yang berjalan kaki di luar jalur yang semestinya. Posisi pejalan kaki yang tepat berdekatan dengan jembatan penyeberangan berjalan kaki di jalan akibat penyempitan jalur yang diakibatkan oleh tangga jembatan penyeberangan. Hal ini dapat dilihat pada poin E. Letak tangga dan lebar jalur yang tidak memadai mengakibatkan penyempitan jalur pejalan kaki. Hal ini berpotensi untuk mengalihkan jalur berjalan kaki oleh dari jalur pejalan kaki menjadi jalan raya seperti yang ditunjukkan pada poin D.

Pada poin F, keberadaan pengemudi becak yang memarkirkan kendaraannya di atas jalur pejalan kaki tepat di depan Hotel Inna Dharma Deli sangat mengganggu kontinuitas dalam berjalan kaki. Becak yang menutupi jalur pejalan kaki mengakibatkan pejalan kaki yang berjalan kaki di atas jalur pejalan kaki menjadi teralihkan jalurnya. Ketiadaan bolard tepat di atas jalur pejalan kaki menimbulkan penyimpangan dalam penggunaan jalur pejalan kaki. Dalam hal ini, bolard dapat mencegah becak untuk dapat parkir di atas jalur pejalan kaki.

Poin G menunjukkan keberadaan jalur pejalan kaki yang sangat lebar di depan gedung Balai Kota Lama. Jalur yang lebar dan tertata streetscapenya membuat jalur ini layak untuk dilewati pejalan kaki. Keberadaan jalur dengan desain seperti ini hanya disediakan oleh pihak gedung membuat jalur ini tidak secara menyeluruh diterapkan pada kawasan ini.

(65)
(66)

kendaraan di jalan ini memarkirkan kendaraannya dengan sangat rapat dengan jalur pejalan kaki. Hal ini mengakibatkan penyempitan jalur pejalan kaki oleh kendaraan.

Poin E hingga I adalah jalur pejalan kaki di sisi luar Lapangan Merdeka. Pada poin F dan G terlihat pejalan kaki yang berjalan kaki di jalan raya. Jalur pejalan kaki yang sempit serta penggunaan jalur pejalan kaki untuk memarkirkan kendaraan (lihat poin H dan I) mengakibatkan ditemukan pola berjalan kaki di jalan raya ini.

(67)

Gambar 4.51. menunjukkan gambaran situasi pejalan kaki memanfaatkan jalur pejalan kaki di Jalan Stasiun. Pada poin A dan B menunjukkan keberadaan jalur pejalan kaki sebelum menuju Stasiun Kereta Api. Pada poin B, terdapat banyak papan iklan dan informasi yang mengakibatkan penyempitan jalur. Hal ini juga mengurangi nilai estetika jalur pejalan kaki ini.

Pada poin C dan D, keberadaan jalur pejalan kaki tidak ada, hal ini diakibatkan keberadaan Stasiun Kereta Api Medan. Sehingga jalur pejalan kaki hanya berupa jalur pejalan kaki di sisi gedung saja. Pada poin D, ditemukan bahwa pejalan kaki yang telah keluar dari Stasiun Kereta Api berjalan kaki di jalan raya. Adapun kegiatan mereka adalah untuk menunggu kendaraan umum. Hal ini menunjukkan perlunya jalur pejalan kaki di stasiun kereta api ini.

Pada poin E, tidak terdapat jalur pejalan kaki di sisi jalan. Hal ini diakibatkan keberadaan pertokoan yang membutuhkan area parkir yang cukup. Keberadaan jalur pejalan kaki terdapat pada poin F. Akan tetapi, jalur ini dirancang dengan tidak baik. Hal ini disebabkan jalur pejalan kaki yang dibuat hanya cukup untuk menempatkan jalur hijau. Sehingga jalur pejalan kaki menjadi sempit dan membuat ditemukannya pejalan kaki yang berjalan kaki di jalan raya.

(68)

e. Jalan Pulau Pinang

Gambar 4.52. Kondisi Eksisting Jalur Pejalan Kaki Jalan Pulau Pinang Sumber: Dokumentasi Pribadi

(69)

Jalan Pulau Pinang. Pada poin F, menunjukkan adanya pejalan kaki yang berjalan kaki di jalan raya. Hal ini diakibatkan tidak adanya jalur pejalan kaki sisi jalan di depan kantor Bank Panin. Keberadaan jalur pejalan kaki sisi jalan hanya terdapat di depan kantor Bank Mandiri (poin G dan H). Kondisi jalur yang lebar dan layak untuk digunakan membuat pejalan kaki masih berjalan kaki di jalurnya.

4.3.4.2.Pola penyeberangan

(70)

pada kawasan ini yaitu berupa penyeberangan zebra dan jembatan penyeberangan tidak secara luas dimanfaatkan oleh responden. 48 responden dari total 100 responden tidak menggunakan jalur penyeberangan zebra dan jembatan penyeberangan ketika menyeberang. 35 responden menyeberang menggunakan penyeberangan zebra sebagai prasarana penyeberangan. Lalu 17 responden menggunakan jembatan penyeberangan ketika menyeberang jalan.

a. Jalan Raden Saleh

(71)

yang menyeberang diluar jalur yang disediakan. Hal yang sama ditemukan pada poin C. Pejalan kaki menyeberang di luar jalur yang ada.

b. Jalan Balai Kota

(72)

kondisinya masih layak digunakan walaupun tidak terlalu baik secara estetikanya. Poin A merupakan persimpangan jalan. Tidak ditemukan jalur penyeberangan yang seharusnya terdapat di persimpangan ini. Pada poin D dan F ditemukan pejalan kaki yang menyeberang diluar jalur yang disediakan. Hal ini disebabkan pada masing-masing persimpangan tidak terdapat jalur penyeberangan zebra yang dibutuhkan pejalan kaki.

c. Jalan Bukit Barisan

(73)

disediakan membentuk dapat membentuk pola penyeberangan yang baik untuk kawasan ini.

d. Jalan Stasiun

(74)

Keberadaan jalur penyeberangan berupa jembatan penyeberangan di jalan ini masih dalam pembangunan (lihat poin D).

e. Jalan Pulau Pinang

Gambar 4.58. Kondisi Eksisting Jalur Pejalan Kaki Jalan Pulau Pinang Sumber: Dokumentasi Pribadi

(75)

pon B). Hal ini tentunya membahayakan keselamatan pejalan kaki itu sendiri.

4.3.5. Frekuensi Pejalan Kaki Rombongan

Analisa rombongan pejalan kaki di kawasan Lapangan Merdeka Medan diperlukan untuk melihat karakteristik rombongan pejalan kaki yang ada di kawasan ini. Dengan melihat karakteristik tersebut, maka diharapkan dapat menghasilkan temuan-temuan dan kesimpulan yang dapat memberikan rekomendasi pada sarana jalur pejalan kaki kawasan ini yang dapat menunjang temuan tersebut. Hasil pengolahan data kuesioner terkait pola penyeberangan dapat dilihat pada Gambar 4.59. berikut ini:

(76)

Gambar 4.60. Pejalan Kaki Rombongan Sumber: Olah Data

Pada Gambar 4.60. terdapat gambaran karakteristik pejalan kaki rombongan. Pejalan kaki yang berombongan 1-2 orang mendominasi kawasan Lapangan Merdeka Medan, yaitu berjumlah 34 responden. Kemudian 9 responden berjalan kaki dengan rombongan 3 hingga 4 orang. Sedangkan 1 responden berjalan kaki dengan rombongan 5-6 orang. Keberadaan rombongan-rombongan tersebut memengaruhi penggunaan ruang berjalan kaki oleh rombongan tersebut. Tabel 4.14. menunjukkan hubungan pejalan kaki rombongan dengan ruas jalan yang ada di kawasan Lapangan Merdeka Medan.

Tabel 4.14. Frekuensi Pejalan Kaki Rombongan pada Ruas Jalan Sumber: Olah Data

Rombongan Raden Jalan Total

Saleh Balai Kota Barisan StasiunBukit Pinang Pulau

Tunggal 14 20 5 11 6 56

Rombongan 9 16 4 14 1 44

(77)
(78)

Gambar 4.61. menunjukkan situasi jalur pejalan kaki ketika dilalui oleh pejalan kaki tunggal maupun rombongan. Poin A hingga C menunjukkan situasi jalur pejalan kaki di Jalan Raden Saleh. Di jalur ini, lebar jalur pejalan kaki berkisar 1,5 – 2,8 meter. Pada beberapa titik seperti di jembatan, pejalan kaki rombongan tidak dapat berjalan kaki dengan penuh di atas jalur pejalan kaki. Sehingga mengakibatkan pejalan kaki memilih berjalan kaki di luar jalur yang tersedia (lihat poin A). Berbeda dengan jalur pejalan kaki di depan gedung Kantor Walikota Medan (lihat poin B) dan di sisi Grand Aston City Hall (lihat poin C) dimana lebar jalur cukup memadai untuk pejalan kaki rombongan, selain itu dengan lebar yang memadai, jalur pejalan kaki dapat mengakomodasi pergerakan pejalan kaki dengan lebih baik.

Poin D hingga F menunjukkan situasi jalur pejalan kaki di Jalan Balai Kota. Di jalur ini, lebar jalur pejalan kaki berkisar 1,5 – 3,5 meter. Sama seperti pada Jalan Raden Saleh, lebar jalur pejalan kaki yang cuma 1,5 meter tidak cukup untuk pergerakan pejalan kaki, terutama di Jalan Balai Kota yang jalur pejalan kakinya cukup ramai dilewati pejalan kaki. Pada poin D dapat dilihat bahwa jalur pejalan kaki menjadi sempit ketika rombongan dua orang berjalan kaki beriringan. Hal ini memberi jeda buat pejalan kaki dari arah yang berlawanan ketika berjalan kaki. Sedangkan pada poin E dan F menunjukkan bahwa dengan lebar yang memadai, pejalan kaki dapat berjalan kaki dengan lapang dan lancar, baik oleh pejalan kaki tunggal maupun pejalan kaki rombongan.

Poin G hingga H menunjukkan situasi jalur pejalan kaki di Jalan Bukit Bintang. Di jalur ini, lebar jalur pejalan kaki berkisar 1,5 meter. Jalur yang sempit mengakibatkan pejalan kaki rombongan akan bentrok jika menghadapi pejalan kaki dari arah berlawanan. Hal ini terlihat pada poin G. Kondisi ini mengakibatkan pejalan kaki rombongan menjadi berjalan kaki di jalan raya untuk menghindari bentrokan tersebut (lihat poin H).

(79)

Di jalur ini, lebar jalur pejalan kaki berkisar 1,5 – 2,5 meter. Dengan lebar jalur yang dominan 2,5 meter membuat jalur pejalan kaki di jalan ini cukup memadai bagi pejalan kaki rombongan.

Jalur pejalan kaki di kawasan ini menghubungkan tempat-tempat dengan mudah Ramai orang yang berjalan kaki

Akses transportasi publik yang mudah Kawasan ini menarik untuk dilewati

Kawasan ini aman dari kriminalitas dan lalu lintas Jalur pejalan kaki yang lebar dan nyaman

(80)

(2013). Tujuan analisa motivasi berjalan kaki ini adalah untuk melihat kecenderungan yang memengaruhi responden sehingga ingin berjalan kaki di kawasan Lapangan Merdeka Medan. Diagram 4.2. menunjukkan motivasi berjalan kaki responden di kawasan ini.

Secara umum, dari kuesioner yang disebar, responden dapat memilih lebih dari satu opsi tentang motivasi berjalan kaki pada kawasan ini. Sehingga dapat diketahui bagaimana pengaruh dan hubungan motivasi berjalan terhadap perilaku berjalan kaki kawasan ini. Dari hasil analisa juga diharapkan untuk menghasilkan temuan yang akan menunjukkan kualitas kawasan ini dalam memberi ruang kepada pejalan kaki.

Dari 100 responden kuesioner pada kawasan Lapangan Merdeka Medan, hanya terdapat 6 responden yang termotivasi untuk berjalan kaki karena faktor kawasan ini menghubungkan tempat dengan mudah. Hal ini menunjukkan masih banyak responden yang tidak termotivasi dengan faktor ini. Lalu, faktor keberadaan orang ramai yang berjalan kaki hanya memotivasi 3 responden untuk berjalan kaki di kawasan ini.

Selanjutnya, 46 responden menyatakan aspek kemudahan dalam akses transportasi publik yang menimbulkan motivasi untuk berjalan kaki di kawasan ini. Adanya kemudahan untuk mencapai kendaraan umum seperti angkot, becak, taksi, maupun bus membuat responden cenderung termotivasi untuk berjalan kaki di kawasan ini. Hal ini tentu saja dapat menjadi pertimbangan dalam perencanaan transportasi publik. Peningkatan kualitas dan kuantitas fasilitas untuk transportasi publik menjadi perhatian utama yang dapat mengundang masyarakat untuk lebih banyak memanfaatkan transportasi umum. Semakin banyak masyarakat yang menggunakan transportasi umum, maka akan meningkatkan aktivitas berjalan kaki di kawasan ini.

Kemudian, 43 responden menilai bahwa kawasan yang aman dari kriminalitas dan lalu lintas menjadi faktor yang menyebabkan responden ingin berjalan kaki di kawasan ini. Keamanan merupakan faktor penting yang mampu membuat seseorang termotivasi untuk berjalan kaki di sebuah kawasan. Kawasan Lapangan Merdeka di kota Medan ini dinilai memiliki keamanan yang cukup baik dari kriminalitas dan lalu lintas.

(81)

perkembangan kota Medan. Keberadaan Lapangan Merdeka dan bangunan bersejarah merupakan titik-titik strategis sebagai daya tarik kawasan ini.

Pada kawasan Lapangan Merdeka Medan terdapat 6 responden yang termotivasi untuk berjalan kaki karena kawasan ini memiliki jalur pejalan kaki yang lebar dan nyaman. 1 responden merasa keberadaan pepohonan yang rindang telah memotivasi responden untuk berjalan kaki. Terakhir, hanya 1 responden berjalan kaki untuk meningkatkan kualitas kesehatan di kawasan ini.

4.5. PERSEPSI RESPONDEN TERHADAP PRASARANA PEJALAN KAKI

4.5.1. Persepsi Responden Terhadap Jalur Penyeberangan Zebra a. Kejelasan Marka

Diagram 4.3. Persepsi Pejalan Kaki Terhadap Jalur Penyeberangan Zebra Sumber: Olah Data

Kejelasa  Marka   respo de

KEJELASAN MARKA

(82)

terlihat jelas/buram bahkan hilang, sehingga menyulitkan pejalan kaki ketika hendak menyeberang dan menyebabkan pejalan kaki menyeberang tidak pada tempatnya. Namun, Diagram 4.3. juga menunjukkan responden menyatakan kejelasan marka Zebra

Cross cukup baik (25/100 responden), responden menyatakan kejelasan marka Zebra

Cross baik (21/100 responden) , dan ada responden yang menyatakan sangat baik

(5/100 responden) terhadap kejelasan marka yang ada di kawasan Lapangan Merdeka.

4.5.2. Persepsi Responden Terhadap Jembatan Penyeberangan a. Kenyamanan Menaiki Tangga

Diagram 4.4. Persepsi Pejalan Kaki Terhadap Kenyamanan Menaiki Tangga Sumber: Olah Data

Diagram 4.4. menunjukkan persepsi responden terhadap kenyamanan dalam menggunakan tangga jembatan penyeberangan di kawasan Lapangan Merdeka, sebagian besar responden menyatakan kenyamanan menaiki tangga cukup (9/17 responden), bahkan beberapa responden menyatakan kenyamanan menaiki tangga baik (7/17 responden). Oleh karena itu dapat disimpulkan kenyamanan jembatan penyeberangan cukup memuaskan dan dapat mendukung pejalan kaki yang menggunakan jembatan penyeberangan di kawasan Lapangan Merdeka. Namun ada

Ke ya a a   e aiki ta gga   respo de

KENYAMANAN MENAIKI TANGGA

(83)

elemen yang perlu dibenahi sehingga responden merasa nyaman menggunakannya.

b. Kenyamanan Visual

Diagram 4.5. Persepsi Pejalan Kaki Terhadap Kenyamanan Visual Jembatan Penyeberangan

Menurut hasil olah data yang ditunjukkan oleh diagram 4.5., sebagian besar responden menyatakan kenyamanan visual jembatan penyeberangan cukup (7/17 responden) dan beberapa responden menyatakan kenyamanan visual baik (5/17 responden). Bahkan ada responden yang menyatakan sangat baik (1/17 responden). Namun, dari diagram tersebut juga terlhat responden yang merasa kenyamanan visual jembatan penyeberangan tidak baik (4/17 responden). Dari diagram tersebut, dapat disimpulkan kenyamanan visual jembatan penyeberangan pada kawasan Lapangan Merdeka di kota Medan memuaskan. Hal ini terlihat dari posisi jembatan

Ke ya a a  visual   respo de

KENYAMANAN VISUAL

(84)

Diagram 4.6. Persepsi Pejalan Kaki Terhadap Kenyamanan Penciuman (Bau) Sumber: Olah Data

Diagram 4.6. menunjukkan bahwa dari total 17 responden, secara umum, responden menyatakan kenyamanan penciuman (bau) jembatan penyeberangan di kawasan Lapangan Merdeka baik (5/17 responden), beberapa responden menyatakan cukup (3/17 responden), dan ada responden yang menyatakan sangat baik (1/17 responden). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan menyatakan kenyamanan penciuman (bau) jembatan penyeberangan pada kawasan Lapangan Merdeka di kota Medan memuaskan. Hal ini disebabkan secara keseluruhan responden merasa tidak terdapatnya bau yang mengganggu kenyamanan pejalan kaki di jembatan tersebut. Namun, Diagram 4.6. juga menunjukkan responden menyatakan kenyamanan penciuman (bau) jembatan penyeberangan tidak baik (4/17 responden) dan responden yang menyatakan sangat tidak baik (3/17 responden). Hal ini mungkin disebabkan adanya beberapa titik yang kurang nyaman untuk dilalui pejalan kaki akibat adanya sumber bau tidak sedap, seperti tumpukan sampah.

Ke ya a a  pe iu a   au    respo de

KENYAMANAN PENCIUMAN (BAU)

(85)

Diagram 4.7. Persepsi Pejalan Kaki Terhadap Keamanan Sumber: Olah Data

Diagram 4.7. menunjukkan bahwa dari total 17 responden, sebagian besar responden menyatakan keamanan jembatan penyeberangan di kawasan Lapangan Merdeka baik (6/17 responden), beberapa responden menyatakan sangat baik (3/17 responden). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan menyatakan keamanan jembatan penyeberangan pada kawasan Lapangan Merdeka di kota Medan sudah aman. Namun, Diagram 4.7. juga menunjukkan responden menyatakan keamanan jembatan penyeberangan tidak baik (4/17 responden) dan responden yang menyatakan sangat tidak baik (4/17 responden). Hal ini mungkin disebabkan masih adanya beberapa lokasi yang dirasa kurang aman untuk dilalui pejalan kaki.

Kea a a     respo de

(86)

4.6. PERSEPSI RESPONDEN TERHADAP SARANA PEJALAN KAKI 4.6.1. Persepsi Responden Terhadap Jalur Pejalan Kaki

a. Kondisi Fisik

Diagram 4.8. Persepsi Responden Terhadap Kondisi Fisik Sumber: Olah Data

Diagram 4.8. menunjukkan bahwa dari total 100 responden, sebagian besar responden menyatakan kondisi fisik jalur pejalan kaki di kawasan Lapangan Merdeka baik (36/100 responden), beberapa responden menyatakan sangat baik (16/100 responden). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan menyatakan kondisi fisik jalur pejalan kaki pada kawasan Lapangan Merdeka di kota Medan sudah layak. Namun, Diagram 4.8. juga menunjukkan responden menyatakan kondisi fisik jalur pejalan kaki tidak baik (14/100 responden) dan responden yang menyatakan sangat tidak baik (7/100 responden). Hal ini mungkin disebabkan masih adanya beberapa lokasi yang dirasa kurang terawat dan tidak nyaman untuk dilalui pejalan kaki.

Ko disi fisik   respo de

KONDISI FISIK

(87)

Diagram 4.9. Persepsi Responden Terhadap Kenyamanan Sumber: Olah Data

Diagram 4.9. menunjukkan bahwa dari total 100 responden, sebagian besar responden menyatakan kenyamanan jalur pejalan kaki di kawasan Lapangan Merdeka baik (48/100 responden), beberapa responden menyatakan sangat baik (18/100 responden). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan menyatakan kenyamanan jalur pejalan kaki pada kawasan Lapangan Merdeka di kota Medan sudah layak. Namun, Diagram 4.9. juga menunjukkan responden menyatakan kenyamanan jalur pejalan kaki tidak baik (7/100 responden). Keberadaan beberapa titik di jalur pejalan kaki yang berlubang serta tidak terawat membuat sebagian responden menilai jalur pejalan kaki tidak nyaman pada kawasan Lapangan Merdeka di kota Medan.

Ke ya a a  ketika  erjala    respo de

KENYAMANAN KETIKA BERJALAN

(88)

c. Lebar Jalur

Diagram 4.10. Persepsi Responden Terhadap Lebar Sumber: Olah Data

Diagram 4.10. menunjukkan bahwa dari total 100 responden, sebagian besar responden menyatakan lebar jalur pejalan kaki di kawasan Lapangan Merdeka baik (45/100 responden), beberapa responden menyatakan sangat baik (23/100 responden). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan menyatakan lebar jalur pejalan kaki pada kawasan Lapangan Merdeka di kota Medan sudah layak. Namun, Diagram 4.10. juga menunjukkan responden menyatakan lebar jalur pejalan kaki tidak baik (12/100 responden). Keberadaan beberapa jalur yang menyempit karena adanya pedagang kaki lima, serta penyalahgunaan jalur pejalan kaki sebagai tempat parkir membuat sebagian responden menilai jalur pejalan kaki di kawasan ini tidak baik lebar jalurnya.

Le ar jalur   respo de

LEBAR JALUR

(89)

a. Kualitas Penutup Drainase

Diagram 4.11. Persepsi Responden Terhadap Kualitas Penutup Drainase Sumber: Olah Data

Diagram 4.11. menunjukkan bahwa dari total 100 responden, sebagian besar responden menyatakan kualitas penutup drainase di kawasan Lapangan Merdeka dengan cukup baik (47/100 responden), akan tetapi beberapa responden menyatakan rasio tidak baik (23/100 responden) lebih tinggi daripada responden yang menilai baik (17/100 responden). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan menyatakan kualitas penutup drainase pada kawasan Lapangan Merdeka di kota Medan harus kembali dibenahi. Diagram 4.11. juga menunjukkan responden menyatakan kualitas penutup drainase sangat tidak baik (10/100 responden). Keberadaan beberapa lubang parit yang terbuka dan penutup drainase yang rusak membuat sebagian responden menilai perlunya pembenahan lebih lanjut untuk memperbaiki kualitas penutup drainase jalur pejalan

Kualitas pe utup drai ase

KUALITAS PENUTUP DRAINASE

(90)

4.6.3. Persepsi Responden Terhadap Area Hijau a. Keteduhan

Diagram 4.12. Persepsi Responden Terhadap Keteduhan Sumber: Olah Data

Diagram 4.12. menunjukkan bahwa dari total 100 responden, sebagian besar responden menyatakan keteduhan di kawasan Lapangan Merdeka cukup (36/100 responden), beberapa responden menyatakan baik (30/100 responden) dan sangat baik (7/100 responden). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan menyatakan keteduhan pada kawasan Lapangan Merdeka di kota Medan sudah layak. Namun, Diagram 4.12. juga menunjukkan responden menyatakan keteduhan tidak baik (23/100 responden) dan sangat tidak baik (4/100 responden). Keberadaan beberapa pohon di satu koridor tidak tersebar merata. Sehingga terdapat beberapa titik yang tidak memiliki keteduhan sama sekali.

Keteduha

KETEDUHAN

(91)

Diagram 4.13. Persepsi Responden Terhadap Intensitas Area Hijau Sumber: Olah Data

Diagram 4.13. menunjukkan bahwa dari total 100 responden, sebagian besar responden menyatakan intensitas area hijau di kawasan Lapangan Merdeka cukup (37/100 responden), beberapa responden menyatakan baik (29/100 responden) dan sangat baik (8/100 responden). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan menyatakan intensitas area hijau pada kawasan Lapangan Merdeka di kota Medan sudah layak. Namun, Diagram 4.13. juga menunjukkan responden menyatakan intensitas area hijau tidak baik (22/100 responden) dan sangat tidak baik (4/100 responden). Keberadaan beberapa pohon di satu koridor tidak tersebar merata. Sehingga diperlukan tambahan beberapa vegetasi untuk meningkatkan intensitas vegetasi di kawasan ini.

 I te sitas  ju lah    respo de

INTENSITAS (JUMLAH)

Gambar

Gambar 4.4. Balai Kota Lama dan Grand Aston City Hall
Gambar 4.6. Hotel Inna Dharma Deli
Gambar 4.8. Stasiun Kereta Api Medan
Gambar 4.11. Bank Of India
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengadaan adalah semua kegiataan dan usaha untuk menambah dan memenuhi kebutuhan barang dan jasa berdasarkan peraturan yang berlaku dengan menciptakan sesuatu yang tadinya belum

A Study of the Adoption and Implementation of International Financial Reporting Standards in the Two EU Countries of Denmark and Ireland and New Zealand, a Non EU

Namun perlu adanya analisis tambahan terhadap regangan yang terjadi pada pipeline selama proses laying sehingga kegagalan pada pipeline seperti concrete crushing

Selain kegiatan wisata spiritual yang ada, kota Larantuka sendiri juga memiliki berbagai potensi keindahan alam dan budaya yang wajib untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata

Jika informasi mengenai peraturan lainnya yang berlaku belum tersedia di bagian lain dalam lembaran data keselamatan bahan ini, maka hal ini akan dijelaskan dalam bagian ini.

Bangunan dan Stabilitas kapal adalah ilmu yang mempelajari bagai mana cara untuk membuat kapal berdasarkan ketentuandan keinginan berdasarkan rencana yang dibuat dengan

Manfaat penelitian ini adalah mengetahui alternatif lain bahan yang dapat digunakan sebagai pensubstitusi tepung tapioka dalam pembuatan bakso dan juga mengetahui

Academic advisor is a faculty lecturer who provide assistance in the form of academic advice to students. Differences in faculty academic advisor with faculty guidance and