BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Adaptasi Fisik Kehamilan
Selama kehamilan terjadi adaptasi anatomis, fisiologis, dan biokimiawi yang mencolok. Perubahan ini dimulai segera setelah pembuahan dan berlanjut selama kehamilan, dan sebagian besar terjadi sebagai respon terhadap rangsangan fisiologis yang ditimbulkan oleh janin dan plasenta (Cunningham, 2013).
Kehamilan akan menimbulkan berbagai perubahan pada seluruh sistem tubuh, dimana perubahan ini berdampak pada sistem kardiovaskular, sistem pernafasan, sistem ginjal, sistem integumen, sistem muskuloskeletal, sistem neurologi, sistem gastrointestinal, maupun sistem endokrin (Bobak, 2005). Kehamilan merupakan fenomena normal, namun dapat timbul masalah seperti masalah yang terjadi pada sistem muskuloskeletal.
pada bagian bawah akibat peningkatan ukuran tubuh yang besar dan rasa canggung yang menggangggu kemampuannya merawat anak-anak lain, melakukan pekerjaan rumah tangga yg rutin dilakukan, dan kesulitan mengambil posisi yang nyaman untuk tidur dan istrahat.
Penelitian ini akan berfokus pada masalah adaptasi ibu hamil selama trimester III terkait nyeri punggung khususnya punggung bagian bawah. Oleh karena itu, dalam tinjauan pustaka konsep yang akan dipaparkan terkait nyeri punggung bawah pada ibu hamil trimester III dan tindakan untuk mengatasinya yaitu latihan punggung.
2. Nyeri Punggung Bawah
The International Association for the study of pain (IASP) (1994 dalam Setiyohadi, dkk., 2009) mendefinisikan nyeri sebagai pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial akan menyebabkan kerusakan jaringan. Sedangkan, Prasetyo (2010) menemukan bahwa nyeri merupakan fenomena yang multidimensi sehingga sulit untuk diberikan batasan yang pasti terhadap nyeri.
Nyeri punggung merupakan nyeri dibagian lumbal, lumbosakral, atau didaerah leher. Nyeri punggung diakibatkan oleh regangan otot atau tekanan pada akar saraf dan biasanya dirasakan sebagai rasa sakit, tegangan, atau rasa kaku di bagian punggung (Huldani, 2012).
peningkatan distensi abdomen membuat panggul miring ke depan, tonus otot abdomen menurun, dan berat badan meningkat, sehingga hal ini membutuhkan penyesuaian ulang (realigment). Pusat gravitasi bergeser ke depan, kurva lumbosakrum normal harus semakin melengkung dan daerah servikodorsal harus terbentuk kurvatura (fleksi anterior kepala berlebihan) untuk mempertahankan keseimbangan. Pergerakan semakin sulit, ligamentum dan otot tulang belakang bagian tengah dan bawah mendapat tekanan berat. Perubahan ini serta parubahan lain membuat kondisi tidak nyaman pada muskuloskeletal. White (2005) menambahkan bahwa sebagai dampak dari kehamilan maka pusat gravitasi ibu secara bertahap akan berubah karena peningkatan ukuran dan berat rahim. Tubuh
akan mengkompensasi dengan meningkatnya kurva tulang belakang lumbosakral,
yang sering mengakibatkan nyeri pada punggung bawah dan dapat menyebabkan
postur ibu berubah. Gambar 2.1 dibawah ini menunjukkan perubahan postur tubuh
akibat adaptasi kehamilan.
(a) (b) (c)
Nyeri yang dirasakan ibu juga bervariasi. Wanita muda yang cukup berotot
dapat menoleransi perubahan ini tanpa keluhan. Akan tetapi, wanita yang lebih
tua, yakni wanita yang mengalami gangguan punggung atau wanita yang memiliki
sensasi keseimbangan yang buruk, dapat mengalami nyeri punggung yang cukup
berat selama dan segera setelah hamil (Bobak, Lowdermilk dan Jensen, 2005).
Selain usia, nyeri yang dirasakan juga dapat dipengaruhi oleh bertambahnya berat
badan ibu. Pertambahan berat badan normal ibu hamil sekitar 10-12 kg (Manuaba,
dkk., 2007). Fraser dan Cooper (2011) menambahkan bahwa terdapat peningkatan
mobilitas sendi sakroiliaka dan sakrokoksigeal yang berperan dalam perubahan
postur ibu yang dapat menyebabkan nyeri punggung bagian bawah di akhir
kehamilan, terutama pada wanita multipara. Hal ini berhubungan dengan
penjelasan Varney, Kriebs dan Gegor (2007) bahwa masalah nyeri punggung
bawah akan memburuk jika otot-otot abdomen wanita tersebut lemah sehingga
gagal menopang uterus yang membesar. Wanita primigravida biasanya memiliki
otot abdomen yang sangat baik karena otot-otot tersebut belum pernah mengalami
peregangan sebelumnya. Dengan demikian dapat simpulkan bahwa nyeri
punggung bawah biasanya meningkat seiring paritas.
3. Skala Pengukuran Nyeri
Intensitas nyeri seseorang dapat diukur menggunakan skala nyeri (Smeltzer dan Bare, 2001). Pengukuran nyeri penting dilakukan untuk mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan sehingga dapat diberikan intervensi yang tepat (Setiyohadi, 2009). Kategori pengukuran nyeri beragam. Tingkat nyeri ditentukan dari jumlah angka yang ditunjuk pasien (Lyrawati, 2009 & Pareso dan McCaffery, 2011). Skala nyeri meliputi visual analog scale, numeric rating scale, verbal rating scale, dan faces pain scale-revised.
Visual analog scale merupakan skala nyeri yang berbentuk garis lurus yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus. Numerical rating scale (NRS) adalah suatu alat pendeskripsian kata. Pasien menilai nyeri dengan skala 0 sampai 10. Angka 0 berarti kondisi klien tidak merasakan nyeri dan angka 10 mengindikasikan nyeri paling hebat yang dirasakan klien. Verbal rating scale (VRS) merupakan alat ukur yang menggunakan kata sifat untuk menggambarkan level intensitas nyeri yang berbeda, range dari tidak nyeri sampai nyeri hebat. Skala nyeri ini dinilai dengan memberikan angka pada setiap kata sifat sesuai dengan tingkat intensitas nyeri. Faces pain scale-revised terdiri dari enam gambar
skala wajah kartun yang bertingkat dari wajah tersenyum untuk “tidak ada nyeri”
Gambar 2.2 Skala Nyeri Numeric Rating Scale menurut Smeltzer et al (2010)
membutuhkan obat untuk menguranginya. 7-9 (nyeri berat terkontrol) : nyeri disertai pusing, sakit kepala berat, muntah,
diare, sangat menggangu aktivitas sehari-hari. 10 (nyeri berat tidak terkontrol) : Menangis, meringis, gelisah, menghindari
percakapan, kontak sosial, sesak nafas, imobilisasi, menggigit bibir, dan penurunan kesadaran.
4. Latihan Punggung
kenyamanan (Simkin, Whalley & Kepler, 2008). Berdasarkan hasil penelitian pengaruh yoga antenatal terhadap keluhan ibu hamil trimester III, diketahui keluhan yang mengalami pengurangan adalah nyeri punggung, posisi tidur tidaknyaman dan insomnia, kontraksi, kram kaki dan cemas (Mediarti, Sulaiman, Rosnani & Jawiah, 2014). Megasari (2015) menambahkan semakin sering ibu melakukan senam hamil maka elastisitas otot semakin baik, sehingga dapat mengurangi rasa nyeri pada punggung ibu. Nyeri punggung bawah bisa dikurangi dengan melakukan latihan punggung (Simkin, Whalley & Kepler, 2008). Latihan back exercise (latihan punggung) meningkatkan fleksibiltas dan keseimbangan dari otot anterior dan posterior lumbal sehingga dapat mengurangi dampak dari nyeri punggung bawah saat kehamilan trimester III. Jika ibu tidak ada gangguan, maka ibu dapat melakukan latihan selama 3 kali dalam seminggu (Indiarti, 2015).
Langkah yang dilakukan pada latihan punggung adalah duduk dengan posisi tukang jahit, berjongkok, mengangkat panggul dengan posisi merangkak dan latihan lutut ke bahu (Simkin, Whalley & Kepler, 2008).
Duduk dengan posisi tukang jahit adalah cara yang nyaman untuk menjaga agar punggung bawah relaks. Latihan ini dilakukan dengan posisi duduk dengan tungkai bersilang. Gerakan ini dapat dilakukan ibu dalam aktivitas sehari-hari.
Latihan dengan posisi berjongkok dimulai dari berdiri dengan posisi kaki terbuka sesuai kenyamanan ibu dan tumit menyentuh lantai. Ibu diinstruksikan untuk berjongkok dan turunkan bokong ke bawah ke arah lantai. Berat badan ditahan merata pada kedua tumit dan jari kaki untuk mendapatkan kestabilan dan kelengkungan yang lebih besar dari bagian bawah punggung. Jika ibu sulit untuk mempertahankan keseimbangan, ibu diminta berjongkok dengan berpegang pada tangan pasangan, bagian perabot yang stabil atau tombol pintu. Ibu juga diminta untuk tidak melakukan gerakan mengayun.
Gambar 2-4. Berjongkok
Gambar 2-5. Mengangkat panggul
Latihan lutut ke bahu diawali dengan posisi berbaring terlentang dengan kedua tulut ditekuk dan kaki rata pada lantai. Kemudian tarik salah satu lutut ke arah dada dan tahan dengan meletakkan satu tangan di paha. Angkat lutut satunya dan tahan. Posisi lutut dijaga terbuka untuk menghindari tertekannya perut ibu. Dengan kepala bersandar pada lantai, perlahan gerakkan lutut ke bahu sampai ibu merasakan sedikit regangan di bagian bawah punggung. Ibu diinstruksikan untuk berguling miring ke satu sisi segera setelah menyelesaikan latihan ini. Jika latihan ini menyebabkan ibu merasa pusing, maka latihan ini jangan dilakukan.