• Tidak ada hasil yang ditemukan

T FIS 1402411 Chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T FIS 1402411 Chapter3"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

Fanni Zulaiha, 2016

PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

62 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

dikenal dengan Reseaerch and Development (R&D) menurut Borg dan Gall.

Borg dan Gall (1983: 775) mengajukan serangkaian tahap yang harus

ditempuh dalam pendekatan ini, yaitu “research and information collecting,

planning, develop preliminary form of product, preliminary field testing, main

product revision, main field testing, operational product revision, operational

field testing, final product revision, and dissemination and implementation”.

1. Research and information collecting; termasuk dalam langkah ini antara

lain studi literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji, dan

persiapan untuk merumuskan kerangka kerja penelitian;

2. Planning; termasuk dalam langkah ini merumuskan kecakapan dan

keahlian yang berkaitan dengan permasalahan, menentukan tujuan yang

akan dicapai pada setiap tahapan, dan jika mungkin/ diperlukan

melaksanakan studi kelayakan secara terbatas;

3. Develop preliminary form of product, yaitu mengembangkan bentuk

permulaan dari produk yang akan dihasilkan. Termasuk dalam langkah ini

adalah persiapan komponen pendukung, menyiapkan pedoman dan buku

petunjuk, dan melakukan evaluasi terhadap kelayakan alat-alat pendukung;

4. Preliminary field testing, yaitu melakukan ujicoba lapangan awal dalam

skala terbatas dengan melibatkan subjek sebanyak 6 – 12 subjek. Pada

langkah ini pengumpulan dan analisis data dapat dilakukan dengan cara

wawancara, observasi atau angket;

5. Main product revision, yaitu melakukan perbaikan terhadap produk awal

yang dihasilkan berdasarkan hasil ujicoba awal. Perbaikan ini sangat

mungkin dilakukan lebih dari satu kali, sesuai dengan hasil yang

ditunjukkan dalam ujicoba terbatas, sehingga diperoleh draf produk

(model) utama yang siap diujicoba lebih luas;

(2)

63

Fanni Zulaiha, 2016

PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7. Operational product revision, yaitu melakukan perbaikan/ penyempurnaan

terhadap hasil uji coba lebih luas, sehingga produk yang dikembangkan

sudah merupakan desain model operasional yang siap divalidasi;

8. Operational field testing, yaitu langkah uji validasi terhadap model

operasional yang telah dihasilkan;

9. Final product revision, yaitu melakukan perbaikan akhir terhadap model

yang dikembangkan guna menghasilkan produk akhir (final);

10.Dissemination and implementation, yaitu langkah menyebarluaskan

produk/model yang dikembangkan.

Namun, pada penelitian ini hanya dibatasi pada tahap 1-5. Pembatasan ini

didasarkan pada waktu dan kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian.

B. Populasi dan Sampel

Populasi siswa kelas X di salah satu MA (Madrasah Aliyah) Negeri di

Kabupaten Cirebon adalah 138 siswa yang terdiri dari empat kelas. Adapun

yang dijadikan sampel pada penelitian ini berjumlah 70 siswa, yang terdiri

dari 36 siswa pada kelas eksperimen dan 34 siswa pada kelas kontrol. Sampel

adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2010: 174).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling.

Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan

pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2014). Pertimbangan yang digunakan untuk

pemilihan sampel adalah kemampuan fisika siswa yang dilihat dari rata-rata

nilai ujian tengah semester siswa. Kelas yang terpilih memiliki rata-rata

kemampuan fisika yang hampir sama dibandingkan kedua kelas lainnya.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan terdiri dari lima tahap, yaitu:

1. Tahap 1: Research and information collecting

Pada tahap 1 penelitian ini dilakukan dua kegiatan yaitu kajian literatur dan

(3)

64

Fanni Zulaiha, 2016

PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Kajian literatur bertujuan untuk: 1) Mengidentifikasi kemampuan yang

harus dimiliki siswa berdasarkan kurikulum dan literatur, dalam hal ini

keterampilan berpikir kritis, dan 2) Mengkaji upaya-upaya yang

dilakukan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam

pembelajaran fisika.

b. Melakukan studi lapangan ke beberapa SMA/ MA di Kabupaten Cirebon

untuk menggali informasi terkait pembelajaran fisika, kemampuan

siswa, dan perangkat pembelajaran yang digunakan selama

pembelajaran. Adapun kegiatan yang dilakukan yaitu: 1) Melakukan

observasi dan wawancara dengan guru dan siswa, 2) Mengkaji perangkat

pembelajaran yang digunakan, 3) Mengkaji kemampuan berpikir siswa.

2. Tahap 2: Planning

Tahap kedua pada penelitian ini terdiri dari kegiatan menganalisis

kurikulum, melalui pemilihan kompetensi dasar yang akan dicapai pada

penelitian ini. Pada tahap ini juga ditentukan framework keterampilan

berpikir kritis yang digunakan serta jenis worksheet yang dikembangkan.

3. Tahap 3: Develop preliminary form of product

Tahap pengembangan produk ini menggunakan metode yang diadaptasi

dari Metode Representational Approach Learning to Write (Sinaga,

Suhandi, dan Liliasari, 2014). Alur pengembangan dapat dilihat pada

Gambar 3.1. Metode Representational Approach Learning to Write diawali

dengan membuat deskripsi/ outline materi ajar. Setelah itu peneliti

membuat peta konsep untuk mengetahui kedalaman dan keluasan dari

materi ajar. Outline dan peta konsep ini divalidasi kepada ahli. Peta konsep

kemudian dikembangkan menjadi materi ajar yang dikembangkan dengan

menggunakan multimodus representasi.

Jenis-jenis modus representasi yang digunakan berupa teks, persamaan

matematika, gambar, diagram, dan lainnya. Pemilihan modus representasi

yang digunakan tergantung pada sifat dari informasi yang akan diwakili.

Penekanan khusus tahap ini adalah dalam menentukan modus representasi

(4)

65

Fanni Zulaiha, 2016

PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mendiskusikan representasi dari konsep menggunakan modus representasi

tertentu, memastikan apakah informasi dari konsep tersebut telah

sepenuhnya dapat dijelaskan atau tidak. Pada tahap ini, peneliti

menunjukkan bahwa setiap modus representasi memiliki keterbatasan

sehingga dibutuhkan penjelasan untuk melengkapinya.

Setelah itu, materi ajar dibuat dalam bentuk multi representasi. Multi

representasi merupakan penjelasan konsep yang sama dengan

menggunakan berbagai jenis modus representasi yang berbeda. Beberapa

representasi berkaitan dengan kapasitas ilmu komunikasi lisan atau tertulis

dalam menggambarkan konsep yang sama atau proses menggunakan

modus yang berbeda dari representasi. Tujuan tahap ini yaitu untuk

mengakomodasi kesulitan siswa dalam memahami konsep-konsep fisika

yang diajarkan baik secara lisan maupun tertulis. Pembuatan multi

representasi ini untuk mengimbangi kelemahan modus representasi lain.

Setelah itu peneliti menyusun modus representasi sehingga membentuk

suatu uraian/ wacana yang kohesif. Pada tahap ini, peneliti menyusun

topik-topik secara hirarki sesuai dengan urutan peta konsep yang telah

dibuat. Peneliti kemudian merancang kegiatan-kegiatan berdasarkan

kemampuan siswa yag akan dilatihkan menggunakan konten materi hasil

pengembangan menggunakan multimodus representasi. Kegiatan siswa

yang dikembangkan terdiri dari dua komponen, yaitu komponen teori dan

komponen praktik. Selain pada uraian/ wacana, multimodus representasi

juga digunakan pada kegiatan praktik. Fungsinya serupa, yaitu untuk

memperjelas informasi yang hendak disampaikan.

Kompilasi dari komponen teori dan komponen praktik yang telah

dikembangkan menggunakan multimodus representasi ini kemudian

disebut sebagai draf I worksheet. Draf I worksheet ini kemudian divalidasi

oleh tiga orang dosen dari Departemen Pendidikan Fisika UPI untuk

mengetahui kesesuaian kegiatan yang dikembangkan dengan tuntutan

kurikulum. Berdasarkan hasil validasi dosen ahli, diperoleh saran dan

(5)

66

Fanni Zulaiha, 2016

PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ini kemudian dijadikan acuan pada tahap strukturisasi. Bagian-bagian dari

hasil validasi ini kemudian disusun sehingga menjadi draf II worksheet.

Gambar 3.1. Metode pengembangan worksheet dan problemsheet diadaptasi dari Metode Representational Approach Learning to Write

(Sinaga, Suhandi, dan Liliasari, 2014) Keterangan Gambar:

-Kotak warna hitam menunjukkan kerangka acuan tahap pengembangan,

yaitu Metode Representational Approach Learning to Write

-Kotak warna biru menunjukkan pengintegrasian aktivitas dalam tahap

pengembangan yang menyesuaikan tujuan pengembangan penelitian ini,

yaitu keterampilan berpikir kritis.

Penulisan

Kegiatan pada worksheet dan problemsheet

Komponen praktik Komponen teori

Kemampuan Siswa

Keterampilan berpikir kritis menggunakan framework RH

Ennis

Deskripsi/ outline materi ajar

Peta Konsep

Modus representasi

Translasi antar modus

Multi Representasi

(6)

67

Fanni Zulaiha, 2016

PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Draf II worksheet diujicobakan kepada siswa dan guru terkait dengan

tingkat keterpahaman atau keterbacaannya. Hal ini bertujuan untuk

mempermudah pemahaman siswa dalam menggunakan worksheet yang

dikembangkan. Instrumen yang digunakan untuk ujicoba keterbacaan ini

mengadopsi instrumen yang dikembangkan oleh Irwin dan Davis (1980),

yaitu Readability checklist yang diisi oleh guru, dan instrumen checklists

yang mengacu framework Alvermann dan Phelps (2002) untuk siswa.

Selain keterbacaan, pengujian kualitas juga dilakukan pada draf II

worksheet yang dikembangkan. Pengujian kualitas worksheet ini

menggunakan angket yang diberikan kepada sepuluh orang guru Fisika di

wilayah III Cirebon. Guru yang dipilih memiliki kriteria telah mengajar

fisika selama lebih dari lima tahun dan mempunyai pengalaman dalam hal

membuat atau mengembangkan worksheet untuk pembelajaran fisika. Dari

pengujian ini didapatkan data terkait masukan dan saran.

4. Tahap 4: Preliminary field testing

Pada tahap 4, Preliminary field testing, desain penelitian yang

digunakan untuk mengetahui dampak penggunaan Worksheet dan

Problemsheets yang dikembangkan terhadap peningkatan keterampilan

berpikir kritis siswa adalah pretest-posttest kontrol group design menurut

Sugiyono (2014: 114)

Kelompok Tes Awal Treatment Tes Akhir

Eksperimen O X1 O1

Kontrol O X2 O

Gambar 3.2. Pretest-posttest kontrol group design menurut Sugiyono

Keterangan:

O: Pemberian Soal Tes Keterampilan Berpikir Kritis

O1: Pemberian Soal Tes Keterampilan Berpikir Kritis dan angket persepsi

X1: Pembelajaran menggunakan worksheet dan problemsheets berorientasi

berpikir kritis yang dikembangkan dengan menggunakan multimodus

(7)

68

Fanni Zulaiha, 2016

PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

X2: Pembelajaran menggunakan worksheet dan problemsheet penerbit

Grafindo.

Worksheet dan problemsheet yang dikembangkan ini dapat digunakan

untuk pembelajaran fisika menggunakan model/ strategi/ pendekatan

pembelajaran apapun. Artinya worksheet dan problemsheet ini tidak terikat

pada suatu model/ strategi/ pendekatan pembelajaran apapun. Adapun

dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode inkuiri terbimbing

menurut Hanson (2012) dengan pertimbangan pembelajaran ini dapat

memfasiltasi siswa dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa

(Azismalayeri, et al, 2012). Tahap pembelajaran metode inkuiri

terbimbing menurut Hanson meliputi:

Tabel 3.1. Tahapan Pembelajaran

Tahapan pembelajaran

Deskripsi kegiatan

Kelas eksperimen Kelas kontrol a). Orientation - Guru menyajikan

beberapa fenomena terkait penggunaan alat optik (mata manusia sebagai alat untuk melihat, penggunaan kamera pada masa kini, penggunaan lup,

penggunaan mikroskop untuk melihat benda-benda renik, dan teleskop yang dapat melihat benda-benda yang jaraknya sangat jauh - Guru mengingatkan siswa

kembali pengetahuan sebelumnya terkait konsep alat optik melalui sesi menanya secara lisan - Siswa menjawab

pertanyaan guru pada bagian “Ingat Kembali Yuk!” pada worksheet dan problemsheet yang dikembangkan. kamera pada masa kini, penggunaan lup,

penggunaan mikroskop untuk melihat benda-benda renik, dan teleskop yang dapat melihat benda-benda yang jaraknya sangat jauh. - Guru mengingatkan siswa

kembali pengetahuan sebelumnya terkait konsep alat optik melalui sesi menanya secara lisan (Tidak menggunakan worksheet dan problemsheet)

b). Exploration - Siswa melakukan

observasi, mengumpulkan

- Siswa melakukan

(8)

69

Fanni Zulaiha, 2016

PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tahapan pembelajaran

Deskripsi kegiatan

Kelas eksperimen Kelas kontrol dan menganalisis

informasi, serta membangun hipotesis berdasarkan

permasalahan yang disajikan pada worksheet dan problemsheet yang dikembangkan. diberikan oleh guru. (Tidak menggunakan worksheet dan problemsheet)

c). Concept Formation

Pada tahap ini siswa dituntut untuk menemukan hubungan antar konsep dan mendorong siswa untuk berpikir kritis dan analitis untuk membangun

kesimpulan dari kegiatan-kegiatan yang terdapat pada worksheet dan problemsheet yang dikembangkan

(melakukan kegiatan

praktikum dan demonstrasi)

Pada tahap ini siswa dituntut untuk menemukan

hubungan antar konsep dan mendorong siswa untuk berpikir kritis dan analitis untuk membangun

kesimpulan. dari kegiatan-kegiatan yang terdapat pada worksheet dan problemsheet yang digunakan.

d). Application d). Application

Siswa mengaplikasikan konsep berupa pengetahuan baru yang telah diperoleh dalam berbagai situasi seperti latihan (exercise) yang memungkinkan siswa untuk menerapkannya pada situasi sederhana hingga permasalahan di kehidupan nyata (real-world

problems). Pada tahap ini siswa mengerjakan kegiatan “Kasus” dan “Uji

Kompetensi” pada

worksheet dan problemsheet yang dikembangkan.

d). Application

Siswa mengaplikasikan konsep berupa pengetahuan baru yang telah diperoleh dalam berbagai situasi seperti latihan (exercise) yang memungkinkan siswa untuk menerapkannya pada situasi sederhana hingga permasalahan di kehidupan nyata (real-world problems) pada worksheet dan

problemsheet yang digunakan (dalam hal ini berupa latihan soal kognitif tingkat rendah).

e). Closure e). Closure

Fase penutup (closure) mengarahkan siswa untuk mampu melaporkan hasil temuannya, merefleksi apa yang telah dipelajari, hingga

e). Closure

(9)

70

Fanni Zulaiha, 2016

PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tahapan pembelajaran

Deskripsi kegiatan

Kelas eksperimen Kelas kontrol mengonsolidasikan

pengetahuannya.

mengonsolidasikan pengetahuannya. (Tidak menggunakan worksheet dan problemsheet)

5. Tahap 5: Main product revision,

a. Melakukan pengolahan data yang telah di dapat dari tahap 4.

b. Melakukan revisi pada worksheet dan problemsheets berorientasi

keterampilan berpikir kritis menggunakan representasi multimodus

c. Membuat laporan hasil penelitian.

Langkah-langkah setiap fase pengembangan worksheet dan problemsheets

berorientasi keterampilan berpikir kritis menggunakan multimodus representasi

(10)

71

Fanni Zulaiha, 2016

PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Fase 1: Research &

information collecting

Fase 2:

Planning

Fase 3: Develop preliminary form of product

Fase 4: Preliminary field testing

Fase 5: Main product revision

Gambar 3.3 Alur penelitian

(11)

72 D. Instrumen Penelitian

1. Jenis instrumen

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini

adalah:

Tabel 3.2. Instrumen yang digunakan selama penelitian

No. Instrumen Target

Asesmen Deskripsi Waktu

(12)

Fanni Zulaiha, 2016

PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

73 No. Instrumen Target

Asesmen Deskripsi Waktu

mengetahui

Siswa Instrumen ini

digunakan untuk

Semua instrumen yang digunakan untuk penelitian dan pengembangan

ini divalidasi kepada ahli sebelum digunakan untuk mengumpulkan data.

Instrumen penelitian yang digunakan mengacu pada aspek keterampilan

berpikir kritis yang dirumuskan pada tahap perencanaan.

Angket dan lembar penilaian kualitas worksheet pada penelitian ini

menggunakan instrumen yang mengadopsi dari Parlindungan Sinaga (2014)

yang mengacu pada syarat kualitas menurut Darmodjo dan Kaligis (dalam

Widjajanti, 2008). Angket untuk menjaring persepsi siswa setelah

menggunakan worksheet dan problemsheet memiliki beberapa komponen

seperti yang tercantum dalam Tabel 3.3. berikut.

Tabel 3.3.Komponen pada angket persepsi siswa

No. Komponen pada angket

1. Komponen keterampilan berpikir kritis

(13)

Fanni Zulaiha, 2016

PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

74

No. Komponen pada angket

4. Komponen penulisan dan tata Bahasa 5. Komponen multimodus representasi 6. Komponen motivasi belajar

2. Analisis hasil uji coba instrumen tes keterampilan berpikir kritis

Hasil uji coba intrumen kemudian dianalisis untuk mengetahui validitas,

reliabilitas, tingkat kemudahan, dan daya pembeda.

a) Analisis Validitas Instrumen

Validitas suatu instrumen berkaitan dengan kemampuan instrumen itu

untuk mengukur atau mengungkap karakteristik dari variabel yang

dimaksudkan untuk diukur. Suatu skala atau instrumen pengukur dapat

dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut

menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai

dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang

memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan

dengan tujuan pengukuran. Dalam penelitian ini tujuan pengukurannya

adalah mengukur keterampilan berpikir kritis siswa. Instrumen yang

digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa yaitu soal tes

esai.

Validitas soal tes esai keterampilan berpikir kritis tersebut akan dilihat

dari validitas konstruk. Validitas konstruk adalah tipe validitas yang

menunjukkan sejauh mana alat ukur mengungkap suatu trait atau konstruk

teoritis yang hendak diukurnya (Azwar, 1986). Sebuah tes dikatakan

memiliki validitas konstruk apabila butir-butir soal yang membangun tes

tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam

tujuan instruksional khusus. Dengan kata lain jika butir-butir soal

mengukur aspek berpikir kritis maka butir soal tersebut sudah sesuai

dengan aspek berpikir kritis yang menjadi tujuan instruksional. Validitas

konstruk dapat diketahui dengan cara merinci dan memasangkan setiap

butir soal dengan setiap aspek dalam keterampilan berpikir kritis.

Pengerjannya berdasarkan logika, bukan pengalaman. Validitas konstruk

(14)

Fanni Zulaiha, 2016

PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

75 pendidikan fisika. Validator memberikan penilaian terkait kesesuaian antara

soal instrumen tes yang telah dirancang dengan indikator/sub indikator

keterampilan berpikir kritis, memberikan saran/perbaikan, dan memberikan

penilaian apakah soal dalam instrumen tes bisa digunakan, direvisi atau

tidak bisa digunakan. Data mengenai keseuaian tersebut dikonversi dalam

bentuk persentase.

Selain validitas konstruk, pada penelitian ini juga proses analisis

validitas instrumen tes dilakukan menggunakan software Anates.V4. Hasil

analisis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.1. Adapun interpretasi

hasil analisis validitas instrumen dapat diihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Interpretasi hasil validasi (Guilford, 1956: 145)

Nilai Hasil Perhitungan Kriteria Validitas 0,80 < rxy≤ 1,00 Sangat tinggi

0,60 < rxy ≤ 0,80 Tinggi 0,40 < rxy ≤ 0,60 Sedang 0,20 < rxy ≤ 0,40 Rendah 0,00 < rxy ≤ 0,20 Sangat rendah Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

b) Analisis reliabilitas instrumen tes keterampilan berpikir kritis

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur,

apakah alat ukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika

pengukuran tersebut diulang. Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu

instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul

data yang sesuai dengan kenyataannya. Pada penelitian ini alat ukur yang

digunakan berbentuk soal tes esai. Untuk mencari reliabilitas soal tes esai

digunakan rumus Alpha sebagai berikut:

r

11

=

(

)(1- )

Keterangan:

r11 = reliabilitas yang dicari

= jumlah varians skor tiap-tiap item

(15)

Fanni Zulaiha, 2016

PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

76 n = jumlah butir pertanyaan

Adapun uji reliabilitas yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan

bantuan software Anates.V4. Hasil analisis selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 4.1.

Tabel 3.5. Kategori koefisien reliabilitas (Guilford, 1956: 145)

Nilai r11 Interpretasi

0,80 < r11 ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi 0,60 < r11 ≤ 0,80 Reliabilitas tinggi 0,40 < r11 ≤ 0,60 Reliabilitas sedang 0,20 < r11 ≤ 0,40 Reliabilitas rendah

-1,00 ≤ r11 ≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah/ tidak reliable

c) Analisis Tingkat Kemudahan Butir Soal

Beberapa ahli pengukuran menyebut tingkat kesukaran dengan tingkat

kemudahan. Menurut Ollem (dalam Alam, 1979), tingkat kemudahan butir

soal menunjukkan betapa mudah atau sulitnya suatu item soal dari sudut

pandang kelompok siswa atau peserta ujian yang mengerjakan item tes

tersebut. Ollem menambahkan bahwa jika tingkat kemudahan itu memiliki

nilai sekitar 0,15 sampai 0,8 artinya item tersebut dapat digunakan atau

dikatakan baik, sedangkan menurut Thomas dan Dawson (1972) item soal

dikatakan baik jika nilai dari tingkat kemudahannya berkisar antara 0,25

sampai 0,75. Untuk menghitung tingkat kemudahan suatu item tes, dapat

digunakan perumusan sebagai berikut:

Keterangan:

P : Indeks kemudahan

B : Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

Js : Jumlah peserta tes

Tabel 3.6. Indeks kemudahan dan klasifikasi (Arikunto, 2012: 225)

P Klasifikasi

0,00 – 0, 30 Sukar

0,31 – 0,70 Sedang

(16)

Fanni Zulaiha, 2016

PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

77 Proses analisis indeks kemudahan instrumen tes keterampilan berpikir

kritis menggunakan software Anates.V4. Hasil analisis dapat dilihat pada

Lampiran 4.1.

d) Analisis Daya Pembeda

Secara umum daya pembeda diartikan sebagai kemampuan suatu butir

soal untuk membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dan

berkemampuan rendah (Burhan Nurgiyantoro dalam Sujati, 2005). Suatu

butir soal dikatakan baik apabila butir tes tersebut dapat dijawab benar oleh

sebagian besar peserta tes yang berkemampuan tinggi dan hanya dapat

dijawab benar oleh sebagian kecil dari peserta tes yang berkemampuan

rendah. Butir tes yang dapat dijawab benar atau salah oleh peserta tes yang

berkemampuan tinggi dan rendah menunjukkan bahwa tes tersebut tidak

tidak memiliki daya pembeda (Sujati, 2005).

Daya pembeda butir soal dapat ditentukan dengan rumusan sebagai

berikut (Arikunto, 2012: 228):

=

= PA - PB

Keterangan:

D = Daya pembeda butir soal

BA= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan

benar

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan

benar

JA = Banyaknya peserta kelompok atas

JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Kategori daya pembeda butir soal yang telah diujicobakan dapat

ditentukan berdasarkan interprestasi daya pembeda butir soal pada Tabel

(17)

Fanni Zulaiha, 2016

PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

78 Tabel 3.7. Nilai daya pembeda dan interpretasinya(Arikunto, 2012)

Nilai Daya Pembeda Kualifikasi

Negatif Soal dibuang

0, 00 – 0, 20 Jelek 0, 21 – 0, 40 Cukup 0, 41 – 0, 70 Baik 0, 71 – 1, 00 Baik sekali

Seperti halnya tingkat kemudahan, proses analisis daya pembeda butir

soal instrumen tes keterampilan berpikir kritis menggunakan software

Anates.V4. Hasil analisis dapat dilihat pada Lampiran 4.1.

3. Deskripsi hasil ujicoba instrumen tes keterampilan berpikir kritis

Pengembangan instrumen tes keterampilan berpikir kritis dilakukan

dengan cara membuat kisi-kisi instrumen. Selengkapnya kisi-kisi soal tes

keterampilan berpikir kritis dapat dilihat pada Lampiran 1.5. Instrumen

yang dikembangkan berupa soal esai. Menurut Ennis (1993), jenis soal esai

lebih komperhensif dibandingkan jenis soal tes lain untuk mengukur

keterampilan berpikir kritis. Adapun konten materi pada instrumen ini

disesuaikan dengan konten materi yang dikembangkan pada worksheet dan

problemsheet yaitu alat optik. Soal yang dibuat berjumlah sepuluh soal

yang mewakili semua aspek keterampilan berpikir kritis menurut kerangka

Robert H. Ennis. Adapun penyebaran aspek keterampilan berpikir kritis

dalam soal tersebut tercantum pada Tabel. 3.8.

Tabel 3.8. Sebaran aspek keterampilan berpikir kritis dalam soal tes

No. Aspek Keterampilan Berpikir

Kritis No. Soal

1 Klarifikasi dasar 1,2

2 Dasar dalam mengambil keputusan 3,4

3 Inferensi 5,6

4 Klarifikasi lanjut 7,8

(18)

Fanni Zulaiha, 2016

PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

79 Validasi instrumen tes keterampilan berpikir kritis dilakukan untuk

mengetahui kebenaran konsep dan kesesuaian antara indikator penelitian

dengan instrumen tes yang dibuat. Berdasarkan hasil validasi, konsep pada

soal tersebut benar. Sedangkan hasil uji kesesuaian antara indikator dengan

soal tes dapat dilihat pada Tabel 3.9. Data hasil validasi soal tes

keterampilan berpikir kritis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3.1.

Tabel 3.9. Rekapitulasi hasil uji kesesuaian antara indikator dengan soal tes

Validator

Kesesuaian indikator penelitian dengan soal tes keterampilan berpikir kritis

Sesuai (%) Tidak sesuai (%)

D1 90 10

D2 100 0

D3 90 10

Berdasarkan Tabel 3.9, terdapat dua soal yang tidak sesuai dengan indikator

penelitian. Adapun soal yang tidak sesuai tersebut adalah soal nomor tiga

dan soal nomor sepuluh. Setelah soal tersebut diperbaiki sesuai dengan

masukan dari validator. Semua soal kemudian diujicobakan. Pengujian soal

tes keterampilan berpikir kritis dilakukan kepada siswa kelas X yang telah

mendapatkan materi alat optik. Pengujian ini untuk mengetahui reliabilitas

soal tersebut. Jumlah siswa yang berpartisipasi dalam uji coba ini

berjumlah 44 orang siswa. Hasil pengujian kemudian dianalisis

menggunakan software AnatesV4. Hasil dari analisis tersebut dapat dilihat

pada Tabel 3.10. Pengolahan data selengkapanya dapat dilihat pada

Lampiran 4.1.

Tabel 3.10. Rekapitulasi hasil ujicoba soal keterampilan berpikir kritis

No. Soal

Validitas Daya Pembeda Tingkat

Kemudahan Kesimpulan Nilai Kriteria Nilai Kriteria

1 0,57 Baik 62,50 Baik Sedang Digunakan

2 0,02 Jelek 6,25 Jelek Sukar Revisi

3 0,57 Baik 35,42 Cukup Sedang Digunakan

4 0,22 Cukup 50,00 Baik Sedang Digunakan

5 0 Jelek 2,08 Jelek Sukar Revisi

6 0,39 Cukup 45,83 Baik Sedang Digunakan

7 0,32 Cukup 18,75 Jelek Sedang Revisi

8 0,67 Baik 52,08 Baik Sedang Digunakan

(19)

Fanni Zulaiha, 2016

PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

80 No.

Soal

Validitas Daya Pembeda Tingkat

Kemudahan Kesimpulan Nilai Kriteria Nilai Kriteria

10 0,34 Cukup 41,67 Baik Sedang Digunakan

Dari hasil analisis tersebut tidak ada soal yang dibuang, namun

sebanyak tiga soal harus diperbaiki. Pertimbangan soal tersebut diperbaiki

adalah berdasarkan uji validitas konstruk diketahui bahwa ketiga soal

tersebut telah valid, artinya dapat mengukur variabel yang akan diukur.

Perbaikan yang dilakukan untuk memperbaiki daya pembeda dan tingkat

kemudahan soal dilakukan dengan memperbaiki susunan kalimat pada soal,

tata bahasa serta keterkaitan soal dengan wacana. Selain itu kejelasan

gambar yang diberikan pada soal akan membantu siswa dalam menjawab

soal yang diberikan.

Soal nomor dua merupakan soal dengan konten materi Lup. Soal ini

digunakan untuk mengukur aspek klarifikasi dasar (elementary

clarification). Berdasarkan Tabel 3.10, soal ini memiliki validitas dengan

kategori jelek, artinya kemungkinan siswa tidak menguasai materi tersebut,

karena hal ini konsisten dengan hasil dari analisis daya pembeda yang

berkategori jelek juga. Butir soal ini dapat dijawab benar atau salah oleh

peserta tes yang berkemampuan tinggi dan rendah. Ini menjadi masukan

kepada peneliti dalam mengembangkan materi yang akan diajarkan selama

penelitian. Selain itu, peneliti mencoba menganalisis terkait kurang baiknya

soal nomor dua dalam hal membedakan maupun kemudahannya. Peneliti

menduga bahwa hasil tersebut terjadi karena item tersebut mungkin terlalu

menantang relatif terhadap keseluruhan tingkat kemampuan kelas; item

mungkin ambigu atau tidak ditulis dengan jelas; mungkin ada lebih dari

satu jawaban yang benar.

Seperti halnya pada nomor dua, ternyata soal nomor lima terkait dengan

konten materi tentang Lup. Soal nomor lima ini cenderung soal yang paling

jelek diantara semua soal lainnya. Mengingat semua soal dengan konten

materi Lup memiliki kualitas yang kurang baik. Peneliti kemudian

(20)

Fanni Zulaiha, 2016

PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

81 tes yang dikembangkan, ternyata soal nomor lima ini mungkin terlalu

menantang relatif terhadap keseluruhan tingkat kemampuan kelas; item

mungkin ambigu atau tidak ditulis dengan jelas; mungkin ada lebih dari

satu jawaban yang benar. Soal nomor lima ini terkait dengan kemampuan

inferensi. Kemampuan ini biasanya dilatihkan ada saat praktikum.

Mengingat siswa-siswa yang menjadi objek ujicoba soal ini jarang sekali

melakukan praktikum, maka pemahaman akan keterampilan berpikir

mereka terkait dengan kemampuan membuat asumsi untuk menghasilkan

suatu kesimpulan dari kegiatan demonstrasi atau eksperimen menjadi

rendah. Mengingat materi soal yang harus direvisi dominan konten materi

Lup, peneliti harus berupaya mengembangkan dan membantu siswa untuk

lebih dapat memahami konten ini.

Soal terakhir yang harus diperbaiki adalah soal nomor tujuh. Soal

nomor tujuh terkait dengan konsep bayangan nyata dan bayangan maya.

Validitas soal ini dalam kategori cukup, dan tingkat kemudahan sedang.

Butir soal ini dapat dijawab benar atau salah oleh peserta tes yang

berkemampuan tinggi dan rendah. Bisa jadi kemungkinan siswa hanya

menebak jawabannya tanpa mereka pahami konsepnya. Sehubungan

dengan rendahnya penguasaan konsep ini, dikarenakan, ketika mempelajari

materi alat optik guru langsung menjelaskan konsep jenis-jenis alat optik,

tanpa review soal prasayarat yang sebaiknya siswa tahu. Sehingga hal ini

menjadi masukan kepada peneliti dalam pengembangan kegiatan belajar

siswa di dalam kelas.

E. Pengolahan Data

1. Validasi Konten Worksheet dan Problemsheet

Validasi worksheet dilakukan dengan dua cara, yaitu menguji

kesesuaian antara indikator penelitian dengan kegiatan siswa yang terdapat

dalam worksheet, serta menguji kualitas worksheet berdasarkan

aspek-aspek yang terdapat dalam worksheet. Selain itu proses validasi kesesuaian

(21)

Fanni Zulaiha, 2016

PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

82 juga dilakukan. Proses validasi dilakukan oleh tenaga ahli/ expert dalam

hal ini dosen di Departemen Pendidikan Fisika UPI. Pengujian tersebut

menggunakan instrumen lembar checklist yang disertai kolom saran untuk

mendapatkan umpan perbaikan worksheet dan problemsheet yang

dikembangkan.

Pada lembar checklist tersebut, pernyataan sesuai diberikan bobot 1,

dan tidak sesuai diberikan bobot 0. Hasil pengujian tersebut kemudian

dipersentasekan menggunakan rumus:

Tingkat persetujuan = x 100%

Hasil dari perhitungan tersebut kemudian direpresentasikan menurut

kriteria pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Interpretasi hasil validasi (Guilford, 1956: 145)

Nilai Hasil Perhitungan Kriteria Validitas 0,80 < x ≤ 1,00 Sangat tinggi

0,60 < x ≤ 0,80 Tinggi 0,40 < x ≤ 0,60 Sedang 0,20 < x ≤ 0,40 Rendah 0,00 < x ≤ 0,20 Sangat rendah Keterangan:

x = Tingkat persetujuan validitas Worksheet dan Problemsheets (%)

2. Uji Kelayakan Worksheet

Uji kelayakan worksheet dilihat berdasarkan kualitas konten

worksheet dan keterbacaan uraian/ wacana pada worksheet.

a). Uji Keterbacaan

Uji keterbacaan menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan

kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif menggunakan instrumen

yang dikembangkan oleh Irwin dan Davis (1980), yaitu Readability

checklist. Instrumen selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.2. Uji

keterbacaan menggunakan ini dilakukan terhadap tiga orang guru Fisika

SMA/MA. Readability checklist memiliki dua variabel. yaitu

(22)

Fanni Zulaiha, 2016

PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

83 Keterpahaman (understandability) memberikan informasi kepada guru

tentang latar belakang pengetahuan yang diperlukan untuk memahami

teks, dan kesulitan sintaksis teks seperti konstruksi kalimat, gagasan

utama, dan aturan rinci lainnya. Keterbelajaran (learnability) memberikan

informasi tentang kejelasan dan kegunaan dari teks atau buku (Ruddell

dalam Ulusoy, 2006). Guru menilai teks dengan menggunakan skala lima

poin yaitu lima untuk sangat baik, empat untuk baik, tiga untuk kategori

cukup, dua untuk kurang, satu untuk tidak berterima, dan NA untuk tidak

diaplikasikan. Setelah guru selesai mengisi lembar checklist tersebut, guru

kemudian memberikan saran berupa kelemahan dan kekuatan dari

dokumen yang dinilainya.

Pendekatan kualitatif menggunakan instrumen checklists yang mengacu

framework Alvermann dan Phelps (2002) untuk siswa. Alvermann dan

Phelps (2002) memberikan kerangka yang dapat dikembangkan oleh guru

untuk mengembangkan daftar mereka sendiri. Kerangka kerja ini memiliki

empat aspek yaitu konten, format, kegunaan dan gaya. Setiap aspek

ditanyakan atau dinilai menggunakan pertanyaan terbuka. Misalnya,

konten yang mencakup pertanyaan tentang kedalaman konten, kosa kata

baru atau sulit, konsep-konsep baru, dan kesesuaian teks dan pengetahuan

siswa sebelumnya. Format memiliki pertanyaan tentang ilustrasi,

perkenalan, ringkasan dan indeks. Utilitas meliputi pertanyaan tentang

kegiatan, petunjuk guru dan bacaan tambahan. Bagian terakhir dari

kerangka kerja ini adalah gaya dan memiliki pertanyaan tentang

kompleksitas dan kohesi teks atau buku.

b). Uji Kualitas

Pengujian kualitas worksheet ini menggunakan angket yang dilakukan

kepada sepuluh orang guru Fisika di wilayah III Cirebon. Dari pengujian

ini didapatkan data terkait masukan dan saran. Menurut Darmodjo dan

Kaligis (dalam Widjajanti, 2008), kriteria kualitas worksheet yang baik

harus memenuhi syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknik.

(23)

Fanni Zulaiha, 2016

PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

84 bersifat universal dapat digunakan dengan baik untuk siswa yang lamban

atau yang pandai. Worksheet lebih menekankan pada proses untuk

menemukan konsep, dan yang terpenting dalam worksheet ada variasi

stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa. Worksheet

diharapkan mengutamakan pada pengembangan kemampuan komunikasi

sosial, emosional, moral, dan estetika. Pengalaman belajar yang dialami

siswa ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa. Syarat

konstruksi berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat,

kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan dalam worksheet. Syarat teknis

menekankan penyajian worksheet, yaitu berupa tulisan, gambar dan

penampilannya dalam worksheet. Instrumen uji kualitas dapat dilihat pada

Lampiran 2.3.

Tabel 3.12. Komponen dalam angket penilaian kualitas

Syarat Kualitas Komponen pada angket

Syarat didaktik

Komponen kejelasan dan kebenaran konsep/ hokum

Komponen kegiatan siswa

Komponen keterampilan berpikir kritis Syarat konstruksi Komponen kebahasaan

Syarat teknis

Komponen penyajian/ penampilan fisik Komponen modus representasi yang digunakan

Data kuantitatif yang diperoleh pada penelitian ini di analisis dengan

metode persentase setiap aspek menggunakan persamaan (Bramianto,

dalam Asyahari dkk, 2016):

PSA = x 100 %

dengan kriteria penilaian kualitas yang di adaptasi dari Kemendikbud

(dalam Asyahari, dkk, 2016) yang ditunjukkan pada Tabel 3.13.

Tabel 3.13. Interpretasi kualitas worksheet (Kemendikbud dalam Asyhari, dkk, 2016)

Persentase Penilaian Kriteria 90% < x ≤ 100 % Sangat layak

75% < x ≤ 90% Layak

(24)

Fanni Zulaiha, 2016

PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

85

x ≤ 60 % Kurang layak

x = PSA (persentase penilaian kualitas)

3. Peningkatan keterampilan berpikir kritis

Peningkatan keterampilan berpikir kritis dapat diketahui dengan

menghitung N–gain. N-gain dapat diketahui dari data tes awal dan tes

akhir. Tes awal dan tes akhir menggunakan soal tes keterampilan berpikir

kritis yang telah divalidasi dan diujicoba. Besarnya Gain didapatkan dari

mencari selisih skor tes awal dan tes akhir. N-Gain adalah gain yang

dinormalisasi, perhitungan N-Gain bertujuan untuk menghindari kesalahan

dalam menginterpretasikan perolehan gain dari seorang siswa. N-Gain

dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut (Hake, 1998):

Hasil perhitungan N-Gain menurut Hake (1998) dikategorikan ke dalam

tiga kategori yakni :

Tabel 3.14. Interpretasi nilai N-gain

Nilai N-gain Keterangan

N-Gain > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ N-Gain ≥ 0,7 Sedang

N-Gain < 0,3 Rendah

4. Uji perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kritis a. Uji statistika

Penelitian ini menggunakan uji beda yang sebelumnya sudah

dilakukan uji normalitas data dan uji homogenitas.

1). Uji Normalitas

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

Shapiro-Wilk karena subjek atau responden dalam penelitian ini kurang

dari 50 subjek atau responden. Uji Shapiro-Wilk dianggap lebih akurat

ketika jumlah subjek penelitian kurang dari 50. Adapun uji normalitas

menggunakan software SPSS versi 23. Data yang diolah menggunakan

(25)

Fanni Zulaiha, 2016

PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

86 signifikansi yang dipakai adalah α = 0,05. Artinya, keputusan peneliti untuk menolak atau mendukung hipotesis nol memiliki probabilitas

kesalahan sebesar 5%. Pertimbangan menggunakan taraf signifikansi α =

0,05 dikarenakan terdapat beberapa variable yang dikahwatirkan

mempengaruhi hasil penelitian namun tidak bisa diantisipasi oleh peneliti

yang nilainya lebih dari 1%. Selain itu, taraf signifikansi yang kecil

biasanya digunakan untuk meneliti makanan, minuman, atau obat. Taraf

signifikansi (α) menunjukan probabilitas atau peluang kesalahan yang

ditetapkan peneliti dalam mengambil keputusan untuk menolak atau

mendukung hipotesis nol, atau dapat diartikan juga sebagai tingkat

kesalahan atau tingkat kekeliruan yang ditolerir oleh peneliti, yang

diakibatkan oleh kemungkinan adanya kesalahan dalam pengambilan

sampel (sampling error).

Hipotesis untuk mengetahui normalitas data adalah:

H0 : Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

H1 : Data berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal

Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagi berikut :

H0 diterima jika p-value (asymp sign) > 0,05

H0 ditolak jika p-value (asymp sign) < 0,05

p-value (asymp sign) adalah nilai probabilitas kesalahan yang dihitung

atau menunjukkan tingkat probabilitas kesalahan yang sebenarnya.

Tingkat kesalahan ini digunakan sebagai dasar untuk mengambil

keputusan dalam pengujian hipotesis.

2). Uji Homogenitas

Uji Homogenitas bertujuan untuk melihat apakah sama tidaknya

varians pada variabel bebas. Data yang digunakan pada uji homogenitas

diambil dari nilai gain pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Uji Homogenitas dihitung menggunakan program SPSS versi 23 melalui

(26)

Fanni Zulaiha, 2016

PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

87 Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagi berikut:

a) Jika nilai signifikansi (sign.) < 0,05, maka dikatakan bahwa varian

dari dua kelompok populasi adalah tidak sama

b) Jika nilai signifikansi (sign.) > 0,05, maka dikatakan bahwa varian

dari dua kelompok populasi adalah sama.

3). Uji Perbedaan Dua Rata-Rata

Uji perbedaan dua rata-rata secara signifikan terkait dengan pengaruh

penggunaan worksheet dan problemsheet berorientasi keterampilan

berpikir kritis menggunakan multimodus representasi. Data yang akan

diuji adalah gain. Uji gain dilakukan untuk mengetahui apakah

peningkatan kedua kelas berbeda secara signifikan atau tidak sebagai

hasil dari efek perlakuan.

Apabila data normal dan homogen, maka uji perbedaan rata-rata

menggunakan uji-t independent sample test. Perhitungan uji perbedaan

dua rata-rata pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software

SPSS versi 23. Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05. Jika

data memenuhi syarat normalisasi dan homogenitas, maka uji perbedaan

dua rata-rata menggunakan uji-t dan nilai signifikansi yang dilihat adalah

nilai pada baris equal variances assumed. Apabila data terdistribusi

normal tetapi tidak homogen, maka nilai signifikansi yang dilihat adalah

nilai pada baris equal variances not assumed.

Kriteria pengambilan keputusan:

a). Jika nilai signifikansi (sign.) < 0,05, maka dikatakan bahwa tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata gain siswa kelas

eksperimen dan siswa kelas kontrol.

b). Jika nilai signifikansi (sign.) > 0,05, maka dikatakan bahwa rata-rata

gain siswa kelas ekperimen lebih besar secara signifikan daripada

rata-rata gain siswa kelas kontrol.

Jika distribusi datanya tidak memenuhi persyaratan uji parametrik,

data terdistribusi tidak normal maka pengujian hipotesis dilakukan

(27)

Fanni Zulaiha, 2016

PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

88 digunakan jika asumsi parametrik tidak terpenuhi adalah uji

Mann-Whitney menggunakan software SPSS versi 23 menggunakan taraf

signifikansi α = 0,05.

Kriteria pengambilan keputusan:

a). Jika nilai signifikansi (sign.) < 0,05, maka dikatakan bahwa tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata gain siswa kelas

eksperimen dan siswa kelas kontrol.

b). Jika nilai signifikansi (sign.) > 0,05, maka dikatakan bahwa rata-rata

gain siswa kelas ekperimen lebih besar secara signifikan daripada

rata-rata gain siswa kelas kontrol.

b. Ukuran Dampak (Effect Size)

Penentuan perbedaan signifikansi peningkatan keterampilan berpikir

siswa setelah menggunakan worksheet dan problemsheet yang

dikembangkan dilakukan dengan mengukur effect size. Effect size

memungkinkan kita mengukur peningkatan peserta didik yang kemudian

dapat dinyatakan melalui skala standar (Coe, 2000). Perhitungan effect

size dimaksudkan untuk mengetahui besarnya pengaruh worksheet dan

problemsheet terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa.

Adapun, rumus effect size yang digunakan adalah:

D =

SDpooled

=

Keterangan:

D : Effect size

ME : Mean eksperimen

MK : Mean kontrol

: Standar deviasi

SE : Standar deviasi kelas eksperimen

(28)

Fanni Zulaiha, 2016

PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

89 nE : Jumlah siswa kelas eksperimen

nK : Jumlah siswa kelas kontrol

Harga koefisien ukuran dampak diinterpretasikan dengan menggunakan

kriteria dari Cohen (1992).

Tabel 3.15. Interpretasi Ukuran Dampak

Effect Size (d) Keterangan

D < 0,1 Tidak berpengaruh

0,1 ≤ D < 0,4 Kecil

0,4 ≤ D≤ 0,8 Sedang

D > 0,8 Besar

5. Analisis angket

Data yang diperoleh melalui angket merupakan skala kualitatif yang

dikonversi menjadi skala kuantitatif. Tahapan yang dilakukan dalam

menganalisis skala tersebut adalah sebagai berikut:

a). Memberikan skor jawaban dengan kriteria

SS = Sangat setuju dengan bobot 4

S = Setuju dengan bobot 3

TS = Tidak setuju dengan bobot 2

STS = Sangat tidak setuju dengan bobot 1

b). Menentukan skor tertinggi

c). Menentukan jumlah skor dari masing-masing komponen kemudian

menjumlahkan total skor dari semua komponen

d). Tingkat persetujuan terhadap setiap item dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan berikut (Sugiyono, 2014):

Tingkat persetujuan = x 100%

e). Skor yang diperoleh kemudian diterjemahkan untuk menyatakan

kriteria setiap indikator pernyataan.

Tabel 3.16 Interpretasi tanggapan responden

Interval Presentase Tanggapan

Responden (%) Kriteria

80 – 100 Sangat setuju

60 – 79 Setuju

(29)

Fanni Zulaiha, 2016

PENGEMBANGAN WORKSHEET DAN PROBLEMSHEET BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MULTIMODUS REPRESENTASI UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA/MA

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

90 Interval Presentase Tanggapan

Responden (%) Kriteria

20 – 39 Kurang setuju

0 – 19 Sangat setuju

Gambar

Gambar 3.1. Metode pengembangan worksheetdiadaptasi dari Metode dan problemsheet  Representational Approach Learning to Write (Sinaga, Suhandi, dan Liliasari, 2014)
Gambar 3.2. Pretest-posttest kontrol group design menurut Sugiyono
Tabel 3.1. Tahapan Pembelajaran
Gambar 3.3 Alur penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kecemasan sosial adalah ketakutan yang menetap terhadap sebuah atau lebih situasi sosial yang terkait dengan performa, yang membuat individu harus berhadapan dengan

Merek, promosi, dan kualitas produk secara simultan berpengaruh terhadap keputusan pembelian sebesar 0,765 atau 76,50% berada pada kategori kuat, sedangkan sisanya

siswa penerima beasiswa program keahlian khusus yang disahkan oleh. Kuasa Pengguna

UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG DAN JASA KORWIL PERADILAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT.. POKJA PERADILAN AGAMA III TAHUN

Analisis usaha diperlukan untuk mencegah penanaman modal yang tidak menguntungkan dan juga untuk menghindari kegagalan suatu usaha menyangkut investasi. Penulisan Ilmiah mi

Tinjauan dalam mengkaji nilai-nilai kearifan lokal ada dalam kesatuan ruang sebagai bagian dari fenomena geosfer yaitu aspek antroposfer berhubungan dengan lingkungannya

(3) Rencana Kebutuhan Biaya KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota dan Panwaslu untuk pelaksanaan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah belum sesuai dengan yang tercantum

Bagi peserta pelatihan dapat membagi pengetahuanpengetahuan dan pengalaman-pengalaman yang diperoleh dalam pelatihan kepada teman-teman remaja puteri yang lain yang belum