• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tipe Sikap Terhadap Competitive Intelligence Pada Pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) Garmen di Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Tipe Sikap Terhadap Competitive Intelligence Pada Pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) Garmen di Medan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. SIKAP TERHADAP COMPETITIVE INTELLIGENCE 1. Pengertian Sikap

Sikap merupakan derajat afek positif atau negatif terhadap suatu objek psikologis (Thurstone dalam Azwar, 2010). Sikap selalu berkaitan dengan suatu objek. Tidak ada sikap tanpa adanya objek (Gerungan dalam Azwar, 2010). Sikap merupakan afek atau penilaian positif atau negatif terhadap suatu objek (Fishbein dan Ajzen dalam Azwar, 2010). Sikap meliputi rasa suka atau tidak suka terhadap situasi, benda, orang, kelompok, dan aspek lingkungan (Deaux dalam Azwar, 2010).

Cattel (dalam Azwar, 2010) mengartikan sikap sebagai ketertarikan emosi dan perilaku seseorang terhadap beberapa orang, objek, dan kejadian. Allport (dalam Azwar, 2010) mengatakan bahwa sikap merupakan sesuatu yang mengarahkan perilaku kita terhadap objek tertentu, dapat bersifat positif atau negatif dan melibatkan penilaian atau evaluasi. Sikap merupakan komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek (Secord & Backman dalam Azwar, 2010).

(2)

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Sikap

Efek suatu komunikasi merupakan bagian perubahan sikap, yakni sejauhmana komunikasi itu diperhatikan, dipahami, dan diterima (Hovland, Janis, & Kelley dalam Azwar, 2010). Ada tiga faktor yang mempengaruhi efek suatu komunikasi, antara lain:

1. Karakteristik komunikator, meliputi: keahlian, dapat dipercaya, disukai, status, ras, dan agama.

2. Karakteristik pesan, meliputi: daya tarik bahasa, kemudahan bahasa dimengerti, atau situasi saat pesan tersebut disampaikan.

3. Karakteristik penerima pesan, meliputi: kemudahan dibujuk, inteligensi, harga diri, dan kepribadian.

3. Pengertian Competitive Intelligence

Prescott (dalam Fleisher, 2003) mengatakan bahwa competitive intelligence adalah proses dimana organisasi mengumpulkan informasi tentang kompetitor dan lingkungan kompetitif, dan mengaplikasikannya ke dalam proses pengambilan keputusan dan perencanaan sehingga dapat memperbaiki kinerja mereka. Shaker dan Gembicki (dalam Strauss, 2008) mendefenisikan competitive intelligence sebagai proses bisnis yang sistematis, berkelanjutan, dan etis dalam mengumpulkan informasi dari target, seperti: pelanggan, kompetitor, personalia, ahli teknologi, maupun keseluruhan lingkungan bisnis.

(3)

mentransformasikannya menjadi intelligence yang sangat berguna sehingga mempengaruhi kegunaannya dalam pengambilan keputusan (Hopper dalam Strauss, 2008). Johnson (dalam Strauss, 2008) mendefenisikan competitive intelligence dengan proses monitoring yang terkoordinasi terhadap kompetitor sehingga dapat berkompetisi dalam area pemasaran. Competitive intelligence digunakan untuk memperoleh pengetahuan tentang rencana kompetitor dan merencanakan strategi untuk bisnis yang dimiliki agar dapat bersaing dengan rencana kompetitor (Johnson dalam Strauss, 2008).

(4)

Maka dapat disimpulkan bahwa competitive intelligence adalah proses dimana organisasi mencari tahu kondisi lingkungan kompetitif dan kompetitor, sehingga organisasi tersebut dapat mengambil keputusan yang berguna untuk lingkungan bisnisnya.

4. Aspek-Aspek Competitive Intelligence

Rouach dan Santi (2001) menyatakan aspek-aspek dari competitive intelligence terdiri atas 4 (empat) bagian, yakni:

1. Commercial & ma rketing intelligence

Hal yang mencakup aspek ini adalah pemahaman dan strategi tentang tentang aspek-aspek komersial dan pemasaran. Hal ini mencakup trend yang sedang terjadi pelanggan, apa yang disukai dan dibutuhkan pelanggan, segmentasi pasar yang baru, inovatif, dan memberi peluang; serta perubahan-perubahan dan distribusi yang sedang terjadi di pasar. Biasanya, informasi dari pelanggan, pembeli, pemasok, dan distributor dikumpulkan dan dianalisis. Aspek pemasaran mencakup perencanaan produk, kebijakan harga, melakukan promosi, distribusi, penjualan, pelayanan, dan membuat strategi pemasaran. Aspek komersial mencakup ekspor dan impor barang.

2. Competitor intelligence

(5)

kompetitor (misal: adanya perubahan struktur, produk baru) dan kompetitor baru dalam industri tersebut. Aspek kompetitor mencakup tujuan, strategi, kekuatan, kelemahan dan reaksi pesaing.

3. Technological intelligence

Hal yang mencakup aspek ini merupakan pemahaman dan strategi tentang aspek-aspek teknologi. Hal ini mencakup evaluasi biaya dan manfaat dari penggunaan teknologi untuk saat ini ataupun ke depannya bagi bisnis, serta mengevaluasi perubahan-perubahan teknologi ke depannya. Proses ini juga berhubungan dengan adanya para peneliti, pabrik-pabrik, proses dan aturan yang terstandardisasi, serta hak paten.

4. Strategic & social intelligence

Hal yang mencakup aspek ini merupakan pemahaman dan strategi tentang aspek-aspek sosial dan strategis. Hal ini mencakup yakni pengetahuan individu tentang isu-isu hukum, keuangan, politik, ekonomi, sumber sosial dan juga sumber daya manusia yang tersedia.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Competitive Intelligence

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi competitive intelligence (Jaworski, 2002), antara lain:

1. Network

(6)

Selain itu, jika ada organisasi yang sama-sama berkompetisi saling bertukar informasi tentang pihak ketiga atau kompetitor lain, maka semakin komprehensif pula informasi yang diperoleh dan kecerdasan kompetitif akan tinggi. Network juga perlu sama-sama memiliki kesadaran untuk mencari informasi tentang isu-isu kompetitif. Network juga akan berkembang jika ada hubungan timbal balik (individu yang telah memberikan informasi dapat menerima informasi kembali)

2. Lingkungan Bisnis (Business environtment)

Individu akan cenderung membagikan kecerdasan kompetitifnya, jika individu dalam organisasi akan diberi rewa rd, insentif, atau rekognisi untuk melakukannya. Pengalokasian waktu yang terbatas juga dapat mengurangi ketelitian dalam mengumpulkan informasi yang ada.

3. Lingkungan Informasi (Information Environtment)

Informasi yang terlalu banyak tetapi kurang beraneka ragam akan berdampak negatif, karena informasi tersebut masih kurang comparability (dapat membedakan/ membandingkan). Individu yang mempunyai akses informasi dapat saja menyembunyikannya dari orang lain. Individu akan memberikan informasi nya atau tidak tergantung pada relative value dari informasi tersebut. Relative value merupakan perbandingan apakah informasi yang diberikan dalam proses

(7)

4. Karakteristik Analist (Analyst Characteristic)

Kontinuitas pekerjaan merupakan lamanya waktu yang telah dilalui individu dalam bekerja sehingga individu tersebut lebih ahli dalam mencari informasi yang komprehensif, cepat, dan efisien. Orang yang lebih ahli dan sudah lama bekerja akan lebih peka dan selektif tentang informasi-informasi yang diperlukan dan cara memperoleh informasi daripada orang yang masih baru bekerja.

6. Ciri-ciri individu yang memiliki Competitive Intelligence

Adapun ciri-ciri individu yang memiliki competitive intelligence (McLellan & Muller dalam Strauss, 2008), antara lain:

1. Traits, antara lain: kreatif, tekun, kemampuan berkomunikasi, kemampuan analitis, dan kemampuan belajar secara independen.

2. Teachable skill, antara lain: berpikir strategis, pemahaman tentang istilah-istilah bisnis, kemampuan mempresentasikan tentang informasi pasar, kemampuan analitis, kemampuan mewawancarai/ jurnalistik, dan pemahaman tentang metode penelitian.

(8)

7. Tipe-tipe Sikap terhadap Competitive Intelligence

Rouach dan Santi (2001) membedakan 5 (lima) tipe sikap dalam competitive intelligence, antara lain:

1. Sikap sleeper dikarakteristikkan dengan sikap yang tidak takut persaingan, tidak tertarik dengan competitive intelligence, dan sering menganggap bahwa proses competitive intelligence hanya membuang-buang waktu saja. Hal ini dikarenakan pengusaha berpikir bahwa usaha lain juga tidak mau tahu tentang persaingan. Sikap sleeper biasanya dimiliki oleh manajemen yang pasif yang meyakini bahwa mereka benar-benar sudah mengetahui yang mereka butuhkan untuk menjalankan bisnis dan tidak mempelajari tentang dunia luar.

2. Sikap reactive dikarakteristikkan dengan sikap yang reaktif jika merasa terancam dengan posisi pesaing. Sikap ini hanya lebih bersifat bertahan dengan ancaman daripada menyerang saingan. Pemimpin bisnis belum percaya akan manfaat dari competitive intelligence.

(9)

4. Sikap assault dikarakteristikkan dengan sikap yang gencar dalam berburu informasi secara strategis, prosedural, dan dengan perencanaan yang matang. Perusahaan dengan sikap ini biasanya memiliki prosedur yang sudah terintegrasi dan perencanaan dalam memonitor setiap kemajuan kompetitor. Perusahaan ini juga memiliki sumber signifikan mendukung competitive inteligence, serta adanya penghargaan terhadap orang-orang yang terlibat

dalam competitive intelligence.

5. Sikap wa rrior ditunjukkan dengan adanya suatu sikap atau pendirian untuk menyerang saingannya, berjuang, dan rela berkorban untuk memenangkan persaingan, sangat proaktif (inisiatif mengawali adanya perubahan/tidak menunggu sampai perubahan terjadi). Usaha yang memiliki sikap demikian didukung oleh alat yang canggih ataupun ahli yang berpengalaman dalam memperlancar proses competitive intelligence, serta adanya sumber yang tidak terbatas, dan adanya proses pembuatan keputusan

B. USAHA MIKRO DAN KECIL (UMK) GARMEN 1. Pengertian Usaha Mikro dan Kecil (UMK)

(10)

berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

b. Kriteria Usaha Mikro dan Usaha Kecil

Kriteria Usaha Mikro dan Usaha Kecil menurut UU No 20 Tahun 2008 digolongkan berdasarkan jumlah aset dan omset yang dimiliki oleh sebuah usaha.

Menurut UU No 20 Tahun 2008, kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut: a. memiliki kekayaan bersih maksimal Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

b. memiliki omzet maksimal Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)

Menurut UU No 20 Tahun 2008, kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut: a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan maksimal Rp 2.500.000.000,00 (dua koma lima milliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

(11)

c. Masalah-masalah dalam Usaha Mikro dan Kecil (UKM)

Menurut Anoraga & Sudantoko (2002), masalah yang dihadapi UKM, antara lain:

A. Faktor Internal

a. Kurangnya permodalan. UKM mengalami masalah permodalan dikarenakan UKM merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup, yang mengandalkan modal dari si pemilik yang jumlahnya sangat terbatas. b. Sumber Daya Manusia (SDM) yang terbatas. Keterbatasan SDM pada UKM

dapat dilihat dari segi pendidikan formal, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki tentu sangat berpengaruh terhadap manajemen pengelolaan usahanya, serta kemampuan pengusaha dalam meningkatkan daya saing produk yang dihasilkannya.

c. Lemahnya jaringan usaha dan kemampuan pasar oleh karena produk yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas dan mempunyai kualitas yang kurang kompetitif.

B. Faktor Eksternal

a. Kebijaksanaan pemerintah yang masih belum kondusif dalam menumbuhkembangkan UKM, misalnya masih terjadinya persaingan yang kurang sehat antara pengusaha-pengusaha kecil dengan pengusaha-pengusaha besar.

(12)

c. Implikasi perdagangan bebas sebagaimana diketahui AFTA yang mulai berlaku tahun 2003 dan APEC tahun 2020 yang berimplikasi luas terhadap usaha kecil dan menengah untuk bersaing dalam perdagangan bebas. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dituntut untuk melakukan proses produksi dengan produktif dan efisien, serta mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan frekuensi pasar global dan kualitas yang standar

d. Sifat produk dengan jangka waktu pendek. Sebagian besar produk industri kecil memiliki ciri dan karakteristik sebagai produk-produk fashion dan kerajinan dengan jangka waktu yang pendek.

e. Terbatasnya akses pasar menyebabkan produk yang dihasilkan tidak dapat dipasarkan secara kompetitif baik di pasar nasional maupun internasional.

4. Usaha Garmen

(13)

C. GAMBARAN TIPE SIKAP TERHADAP COMPETITIVE INTELLIGENCE PADA PENGUSAHA USAHA MIKRO DAN USAHA KECIL

Kotler dan Susanto (2004) mengatakan bahwa keberhasilan dan kegagalan suatu usaha tergantung dengan strategi dalam memposisikan usaha yang dimiliki dalam persaingan pasar dan perdagangan bebas yang sangat kompetitif, serta kemampuan suatu usaha dalam melaksanakan strateginya secara bertahap dalam menapaki ruang lingkup persaingan usaha, mulai dari skala lokal, skala nasional, sampai berkembang menjadi usaha yang berskala internasional. Pengembangan potensi kewirausahaan (khususnya usaha mikro dan kecil) diarahkan untuk menjadi pelaku ekonomi yang berdaya saing tinggi di tengah-tengah adanya perdagangan bebas tersebut (Badan Perencanaan dan Pengembangan Nasional, 2005).

Usaha Mikro dan Kecil (UMK) yang dapat berkompetisi secara efektif merupakan usaha yang dapat mengetahui lingkungan bisnis, menemukan apa yang akan dilakukan kompetitor, dan mengantisipasi ancaman-ancaman kompetitor. Hal inilah yang disebut competitive intelligence (Smith, 2008). Rouach dan Santi (2001) menyatakan bahwa competitive intelligence sebagai tindakan dalam mengumpulkan informasi, memprosesnya dan menyimpannya supaya bisa tersedia bagi semua orang di dalam organisasi, dengan tujuan menjadi bisnis yang lebih baik kelaknya dan dapat melindungi bisnis dari ancaman kompetitif.

(14)

pelanggan, kebijakan, kompetitor, dan dapat memprediksikan perubahan-perubahan serta mengambil kesempatan dari situasi-situasi kompetitif. Competitive intelligence juga mampu membangun profil informasi yang dapat

membantu perusahaan untuk mengidentifikasikan kekuatan kompetitor, kelemahannya, strateginya, tujuannya, strategi pemasarannya (Bose dalam Nasrie, 2011). Berner (dalam Nasrie, 2011) juga menambahkan fungsi dari competitive intelligence yakni untuk menantisipasi situasi-situasi mengejutkan dan yang dapat

menghancurkan bisnis, untuk mengidentifikasikan peluang bagi organisasi, dan untuk memperbaiki perencanaan jangka panjang maupun pendek.

Beberapa studi tentang competitive intelligence hanya fokus pada fungsi, aktivitas atau proses competitive intelligence di dalam suatu lingkungan bisnis. Hanya sedikit penelitian yang mempelajari seberapa besar persepsi dan sikap terhadap lingkungan bisnis tersebut sangat mempengaruhi proses aktivitas dari competitive intelligence itu sendiri (dalam Tarraf & Molz, 2006). Beberapa studi dan survey tentang competitive intelligence hanya fokus pada perusahaan besar saja sendiri (dalam Tarraf & Molz, 2006).

Groom & David (dalam Tarraf & Molz, 2006) menemukan dalam studinya bahwa perusahaan kecil kurang tertarik dengan proses competitive intelligence. Ada beberapa perbedaan yang cukup nyata di antara banyak perusahaan berhubungan dengan sumber-sumber yang dialokasikan untuk aktivitas competitive intelligence. Perusahaan dengan jumlah pekerja yang lebih banyak

(15)

menemukan bahwa Usaha Kecil dan Menengah sangat terbatas dalam mengawasi pasar dan persaingan sedangkan perusahaan besar sudah terintegrasi dengan program competitive intelligence sebagai pengembangan strategi.

Salah satu perbedaan utama antara usaha kecil dan usaha besar yakni strategi pada usaha kecil lebih dipengaruhi karakter dari pemilik usaha yang sangat berkontribusi dalam proses pengambilan keputusan (Burke, Jarrat, dan McCarthy dalam Tarraf & Molz, 2006). Sikap, persepsi, dan kepribadian dari pembuat keputusan tersebut sangat berpengaruh dalam usaha kecil. Wright et al. (dalam Smith, Wright, & Pickton 2010) dalam studinya tentang competitive intelligence di U.K. menemukan bahwa sikap manager mempunyai pengaruh langsung terhadap aktivitas competitive intelligence.

(16)

Survey yang dilakukan oleh Pricewaterhouse-Coopers (dalam Amenta, Brownlie, dan Su, 2008) menemukan bahwa 84% pengusaha mengemukakan pengumpulan informasi tentang kompetitor merupakan kunci pertumbuhan usaha mereka. Hasil penelitian juga menunjukkan terdapat 32% pengusaha Usaha Mikro dan Kecil yang sudah aktif mempraktekkan competitive intelligence. Beberapa Usaha Mikro dan Kecil (UMK) belum aktif berpartisipasi dalam aktivitas competitive intelligence dikarenakan pengusaha yakin bahwa mereka sudah mengenal pasar mereka sendiri dan menganggap hanya sedikit manfaatnya.

Rouach dan Santi (2001) menyatakan terdapat tipologi sikap yang dimiliki oleh terhadap competitive intelligence. Adapun tipe-tipe sikap tersebut, antara lain: sikap sleeper, sikap rea ctive, sikap active, sikap assault, dan sikap wa rrior. Sikap yang dimiliki oleh Usaha Mikro, Kecil dan Menengah pada umumnya adalah sikap sleeper, reactive, active sedangkan sikap assault dan wa rrior umumnya dimiliki oleh perusahaan besar (Rouach dan Santi, 2001).

Rouach dan Santi (2001) menyatakan bahwa sikap sleeper dikarakteristikkan dengan sikap yang tidak takut persaingan, tidak tertarik dengan competitive intelligence, dan sering menganggap bahwa proses competitive

intelligence hanya membuang-buang waktu saja. Hal ini sejalan dengan penelitian

(17)

pengusaha berpikir bahwa usaha lain juga tidak mau tahu tentang persaingan. Sikap sleeper biasanya dimiliki oleh manajemen yang pasif yang meyakini bahwa mereka benar-benar sudah mengetahui yang mereka butuhkan untuk menjalankan bisnis dan tidak perlu mempelajari tentang lingkungan eksternal. Sikap demikian banyak dimiliki oleh usaha kecil. Hal ini dikarenakan usaha kecil masih lemah di dalam hal manajemen dan sumber keuangan (Anoraga & Sudantoko, 2002).

Rouach dan Santi (2001) menyatakan bahwa sikap reactive dikarakteristikkan dengan sikap yang akan merespon hanya jika merasa terancam dengan posisi pesaing. Sikap ini hanya lebih bersifat bertahan dengan ancaman daripada menyerang saingan. Pemimpin bisnis belum percaya akan manfaat dari competitive intelligence. Rouach dan Santi (2001) menyatakan bahwa sikap a ctive

dikarakteristikkan dengan sikap yang aktif dalam memahami, menganalisis, dan menginterpretasikan persaingan meskipun sumber daya yang dimiliki terbatas, mulai membentuk orang yang dipekerjakan secara khusus untuk mengkoordinir competitive intelligence). Pemilik usaha sudah dapat melihat bahwa proses

competitive intelligence bermanfaat untuk meningkatkan keuntungan, akan tetapi

belum melihat adanya tujuan jangka panjang untuk melakukannya.

(18)

informasi tersebut, langsung bertindak, tanpa mempertimbangkannya terlebih dahulu. 43% menyampaikan bahwa mereka menggunakan informasi kompetitif untuk membantu mereka membuat keputusan tentang perubahan harga dan usaha promosi.

Rouach dan Santi (2001) menyatakan bahwa sikap assault dikarakteristikkan dengan sikap yang gencar dalam berburu informasi secara strategis, prosedural, dan dengan perencanaan yang matang. Perusahaan dengan sikap ini biasanya memiliki prosedur yang sudah terintegrasi dan perencanaan dalam memonitor setiap kemajuan kompetitor. Perusahaan ini juga memiliki sumber signifikan mendukung competitive inteligence, serta adanya penghargaan terhadap orang-orang yang terlibat dalam competitive intelligence. Perusahaan dengan sikap assault sudah memiliki bagian unit tertentu yang khusus melakukan aktivitas competitive intelligence beserta adanya manajemen yang sudah baik.

Rouach dan Santi (2001) menyatakan bahwa sikap warrior ditunjukkan dengan adanya suatu sikap atau pendirian yang berjuang untuk memenangkan persaingan, sangat proaktif (inisiatif mengawali adanya perubahan/tidak menunggu sampai perubahan terjadi). Usaha yang memiliki sikap demikian didukung oleh alat yang canggih ataupun ahli yang berpengalaman dalam memperlancar proses competitive intelligence, serta adanya sumber yang tidak terbatas, dan adanya proses pembuatan keputusan

(19)

pelanggan (dalam Smith, et al 2010). Mereka meresponi dengan berkata, “tidak

teratur melakukannya”. Hanya 16,4 persen yang melaporkan bahwa perusahaan

mereka mempunyai proses yang tertulis dan sistem yang didedikasikan untuk competitive intelligence. Hampir 8% mengatakan bahwa mereka tidak tahu. 26,8

% menyatakan bahwa perusahaan mereka memberikan komitmen yang penuh supaya dapat memahami kompetitor dan sangat merasakan manfaatnya. 44, 7 % menyatakan bahwa “kami terlalu sibuk memikirkan apa yang dikerjakan hari ini

dan tidak sempat melakukannya” dan ada yang menyatakan bahwa “competitive

intelligence hanya menghabiskan waktu yang begitu berharga”. Tidak seorangpun

yang menyatakan dan mengindikasikan bahwa mereka mempunyai proses untuk mengolah informasi kompetitif secara terintegrasi, memonitor kompetitor mereka, dan merumuskan rencana-rencana untuk mengantisipasi perkembangan kompetitor.

(20)

KERANGKA BERPIKIR Pengembangan Kewirausahaan (UMKM)

Perdagangan bebas

Kompetisi

Kondisi yang seharusnya Kondisi yang sebenarnya

UKM dapat bersaing dan UKM tidak dapat bersaing

berkembang mulai dari skala dan mengalami kebangkrutan lokal, nasional, dan internasional Peranan sikap dalam competitive intelligence

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan pada keju analog dengan penambahan madu menghasilkan keasaman yang lebih rendah sehingga kemungkinan hanya sebagian protein yang dapat mengendap dan globula - globula

[r]

Biaya bahan baku standar merupakan pengukuran dari elemen-elemen biaya baku yang seharusnya terjadi yang nantinya akan dibandingkan dengan biaya sesungguhnya yang terjadi

Indonesia Power disusun dengan menggunakan prinsip dan praktek akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau sesuai dengan PSAK (pernyataan standar akuntansi keuangan), laporan

perorangan (personal need) atau kebutuhan bisnis (business need); dan 4) pelayanan yang dibedakan atas tujuannya, yaitu laba atau nirlaba (profit or non profit) dan

[r]

Pemberian kompensasi bertujuan untuk menarik dan mempertahankan pekerja yang berkualitas dalam bisnis antar negara,memudahkan perpindahan antar cabang di negara yang

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan mengimplementasikan model picture and picture berbantuan media stick.. Adapun RPP yang dirancang untuk