DAFTAR PUSTAKA
Ambastha, A & Momaya, K. (2004). Competitiveness of Firms: Review of
Theory, frameworks, and Models. Singapore Management Review, vol 26,
No. 1. [Online]. Available FTP:
http://goliath.ecnext.com/coms2/gi_0199-630912/Competitiveness-of-firms-review-of/html (Tanggal Akses 15 Oktober 2011)
Amenta,R., Brownlie,A., & Su, H. (2008). Competitive Intelligence for Small Business. [Online]. Available FTP: http://wiki.telfer.uottawa.ca/ci-wiki/index /php (Tanggal Akses 12 Maret 2012)
Anoraga, P & Sudantoko, D. (2002). Koperasi, Kewirausahaan dan Usaha
Kecil. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S. (2000). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Belajar Offset. Azwar, S. (2004). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Belajar
Offset.
Azwar, S. (2010). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional. (2005). Rancangan Awal
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025. [Online].
Available FTP: http:// www.bappenas.go.id/get-file-server/node/765/ doc. (Tanggal Akses 21 Januari 2012).
Brush, C.G. dan Hisrich, R.D. (1986), The Woman Entrepreneur: Starting,
Financing and Managing a Successful New Business. Lexington:
Lexington Books.
D’Cruz, J & Rugman, A. (1992).“New Concepts for Canadian Competitiveness”, Kodak, Canada.
Festervand & Forrest. (2004). Competitive IntelligenceSystem for Small Business. Bradley: Middle Tennessee State University.
Fleisher, C.S. & Bensoussan. (2003). Business and Competitive Analysis for
Strategic Management. New York: Prentice Hall.
Groom, J. & David, F. (2001).Competitive Activity Among Small Firms. SAM
Advanced Management Journal. Perancis.
Hadi , S. (2000). Metode Research. Yogyakarta : Andi Offset.
Hafsah, J. (2004). Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah. [Online]. Available FTP: http://www.smecda.com/deputi7/file infokop/edisi%2025/pengemb ukm.pdf (Tanggal Akses 12 Februari 2012) Harian Medan Bisnis Senin, 4 Juli 2011. [Online]. Available FTP:
http://www.medanbisnisdaily.com/e-paper/2011-07-04/3/pdf (Tanggal Akses 12 Februari 2012)
Hasan, M.I. (2003). Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia
Hulme,W.H. (2012). The Theory of Garment- Pattern Making- A textbook for
Clothing Designers, Teachers of Clothing Technology, and Senior Students. Kennely Press
Hurlock, E.B. (1991). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Indarti, N. dan Langenberg, M. (2004). Factors affecting business success among
SMEs: empirical evidences from Indonesia. [Online]. Available FTP:
http://www.utwente.nl/niks/achief/research/conference/esu/papers/indartila genberg/pdf (Tanggal Akses 28 November 2011).
Jafar, H.M. (2004). Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah
(UKM. Infokop Nomor 25 Tahun XX. [Online]. Available FTP:http://www.smecda.com/deputi7/file_infokop/edisi%2025/pengemb_ ukm/df (Tanggal Akses 29 September 2011)
Jaworski, B.J., Macinnis, D.J.& Kohli A.K. (2002). Generating Competitive Intelligence in Organizations. Journal of Market-Focused Management,
Volume 5, No. 279– 307. [Online]. Available FTP: https://msbfile03.usc.edu/digitalmeasures/macinnis/intellcont/competitive_ intelligence02-1/pdf. (Tanggal Akses 7 Januari 2010)
Kajian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Usaha UKM di
Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM Nomor 1
Tahun 1 2006. [Online]. Available FTP: http://www.smecda.com/
kajian/files/jurnal/hal_124/pdf (Tanggal Akses 1 Oktober 2011)
Kementrian Negara Koperasi dan UKM. (2009). Statistik Usaha Kecil Menengah
Kerlinger. (2000). Asas-asas Penelitian Behavioural. Yogyakarta: Gajah Madas University Press. Kotler, P. & Susanto, AB. (2000). Manajemen Pemasaran di Indonesia. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat.
Murphy, C. (2005). Competitive Intelligence: Gathering, Analysing, Putting it to
Work. England: Gower Publishing Company.
Nasrie, W. (2011). Investigate Competitive Intelligence Process: An Exploratory Study in Tunisian Companies, International Business Research, Vol4,
No 4. [Online]. Available FTP: http:// www. ccsenet. org/ ibr (Tanggal
Akses 20 April 2012)
Nasution, A. 2000. Peluang Bisnis di Era Kompetitif. Jakarta: PT. Pustaka Binnaman Pressindo
Parashakti, R.D. (2009). Posisi Industri Kecil di Indonesia. Manajemen Usaha Kecil Menengah. Pusat Pengembangan Bahan Ajar. [Online]. Available FTP :http://kk.mercubuana.ac.id/files/31013-4-323480502397/doc (Tanggal Akses 12 Februari 2012)
Patrick, Tarraf & Rick, M. Competitive Intelligence at Small Enterprise. SAM
Advanced Management Journal .[Online]. Available FTP: http://www.freepatentsonline.com/article/SAM-Advanced-Management-Journal/157099459/html (Tanggal Akses 03 Desember 2011)
Prasetyo, B. & Jannah, L.M. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Riani, A.L. (2006). Dasar-Dasar Kewirausahaan. Surakarta: Sebelas Maret University Press .
Rouach, D. and Santi, P. (2001).Competitive intelligence adds value: 5
intelligence attitudes. European Management Journal Vol. 19, No. 5, pp. 552-559. Paris: Elsevier Science.
Staw, B.M. (1991). Psychological Dimensions of Organizational Behaviour. Sydney: Macmillan.
Strauss, A.C. (2008). Competitive Intelligence Skills Needed in South Africa. [Online]. Available FTP: https://ujdigispace.uj.ac.za/bitstream/handle/ 10210/3469/Strauss/pdf (Tanggal Akses 4 Desember 2011)
Sen,B.A. dan Taylor, R. Determining the Information Needs of Small and
Medium-sized Enterprises: a Critical Success Factor Analysis. [Online].Available FTP: http://informationr.net/ir/12-4/paper329/ html . (Tanggal Akses 12 Maret 2012)
Scarborough, N.M & Zimmerer, T.W. (2002). Essentials of entrepreneurship
and small business management. New Jersey: Pearson Education
International.
Smith, J. (2008). Awareness and Attitudes: the Key Drivers of Competitive
Intelligence for SMEs. UK: De Montfort University. [Online]. Available
FTP:http://www.as-e.be/ase/ase_is- fr/temoignages-is/experts-en intelligence-strategique/jamie-smith- awareness-and-attitudes-the-key-drivers-of-competitive-intelligence-for-smes-en-anglais/html
(Tanggal Akses 12 Februari 2012)
Smith, J.R., Wright, S. & Pickton, D.W. (2010), ‘Competitive Intelligence as
Public Policy in France:Making a Difference in the SME Sector’. Academy of Marketing Conference, Competitive Intelligence, Analysis & Strategy Track. UK.
Strauss, A.C. (2008). Competitive Intelligence Skills Needed in South Africa.
Thesis. University of Johannesburg: Faculty of Management. [Online].
Available FTP: https://ujdigispace.uj.ac.za/bitsream/handle/10210/3469/ Strauss/pdf (Tanggal Akses 12 Februari 2012)
Tarraf, P. & Molz, R.(2006). Competitive Intelligence at Small Enterprise. SAM Advanced Management Journal, Vol. 71, No. 4. [Online]. Available FTP: http://www.questia.com/library/1G1-157099459/competitive-intelligence-small-enterprises (Tanggal Akses 12 Februari 2012)
Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2008. [Online]. Available FTP: http://www.google.com/search?hl=id&q=undang-undang+republik+ indonesia+no+20+tahun+208&btnG/html (Tanggal Akses 12 Februari 2012)
Vakola & Wilson. (2004). The challenge of virtual organization: critical success
factor in dealing with constant change. Team Performance Management,
10 (5/6), 112- 120.
Viviers,W., Saayman,A., Cuyvers, L., Muller, M., & Jegers, M., (2004). Testing
the constructs of the Competitive Intelligence Process. Cape Town:
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan unsur penting di dalam penelitian ilmiah, karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menentukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan (Hadi, 2000). Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bersifat deskriptif yang dimaksudkan untuk melihat bagaimana gambaran tipe sikap pada pengusaha garment di Medan terhadap competitive intelligence.
Menurut Azwar (2004), metode deskriptif merupakan metode yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat, fakta, karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu. Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif, tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi maupun mempelajari implikasi. Sejalan dengan yang diutarakan Hasan (2003) menyatakan bahwa jenis penelitian ini tidak mempersoalkan jalinan hubungan antar variabel, dan tidak melakukan pengujian hipotesis. Hasil penelitiannya berupa deskripsi mengenai variabel-variabel tertentu dengan menyajikan frekuensi, angka rata-rata atau kualifikasi lainnya untuk setiap kategori disuatu variabel.
kompleks dapat membantu kita untuk memahami faktor apa saja yang mempengaruhi suatu variabel dan faktor apa yang perlu diteliti lebih lanjut dalam penelitian berikutnya secara lebih mendalam.
A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN
Variabel merupakan sebuah simbol dimana angka-angka atau nilai ditetapkan dan suatu konsep atau pengertian dapat dikatakan sebagai variabel bila menunjukkan adanya variasi (Kerlinger, 2000). Variabel yang hendak diteliti dalam rancangan penelitian ini adalah tipe sikap terhadap competitive intelligence.
B. DEFENISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN
Sikap terhadap competitive intelligence merupakan penilaian atau kecenderungan individu dalam memandang pentingnya mengumpulkan informasi, memprosesnya, dan menyimpannya bagi bisnis yang sedang dijalani. Sikap terhadap competitive intelligence dapat dilihat dari lima tipe sikap yang dikemukakan oleh Rouach dan Santi (2001), antara lain: sikap sleeper, sikap
reactive , sikap active, sikap assault, dan sikap warrior.
Sikap sleeper adalah sikap dimana individu tidak peduli dengan persaingan dan tidak ada tindakan yang dilakukan untuk menghadapi persaingan. Sikap
reactive adalah sikap yang masih mau merespon terhadap persaingan tetapi jika
sikap dimana individu sangat gencar dalam berburu informasi tentang persaingan secara strategis, prosedural, serta dengan perencanaan yang matang supaya dapat memperoleh informasi yang akurat. Sikap warrior adalah sikap dimana individu sangat inisiatif mencari informasi tentang persaingan dan mendiskusikannya dengan pihak lain supaya dapat memutuskan solusi untuk menguasai atau memenangkan persaingan. Sikap terhadap competitive intelligence dianalisis dengan melihat evaluasi individu terhadap aspek-aspek competitive intelligence.
C. POPULASI, SAMPEL, DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL 1. Populasi
Populasi adalah seluruh objek yang dimaksud untuk diteliti. Populasi dibatasi sebagai sejumlah subjek atau individu yang paling sedikit memiliki satu sifat yang sama (Hadi, 2000). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) garment di Medan.
2. Sampel
Karakteristik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Pengusaha yang menjalankan usaha dalam skala mikro dan skala kecil b. Usaha yang menjual produk-produk garment
c. Berada di Medan d. Maksimal 60 tahun
2. Metode Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik incidental sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan kemudahan dalam mengakses sampel dari populasi yang telah ditentukan. Dalam hal ini semua subjek yang ditemukan oleh peneliti dan yang sesuai dengan karakteristik yang ditentukan oleh peneliti dijadikan subjek penelitian.
3. Jumlah Sampel Penelitian
Suatu sampel yang baik harus memenuhi syarat bahwa ukuran atau besarnya sampel memadai supaya dapat meyakinkan kestabilan ciri-cirinya. Azwar (2004) menganggap jumlah sampel yang lebih dari 60 orang sudah cukup banyak. Jumlah total sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 122 orang.
D. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA
2. Apa yang dinyatakan subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya. 3. Interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada
subjek adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.
Pengumpulan data dalam penelitian ilmiah dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang relevan, akurat dan memadai. Pentingnya prosedur adalah baik buruknya penelitian tergantung pada teknik-teknik pengumpulan datanya (Hadi, 2000).
Penelitian ini menggunakan satu buah skala psikologi yaitu skala sikap terhadap competitive intelligence. Pada pengisian skala ini, subjek diminta untuk menjawab pertanyaan yang ada dengan memilih salah satu jawaban yang paling sesuai dengan dirinya dari beberapa alternatif yang tersedia. Aitem-aitem dalam skala ini disusun berdasarkan sikap yang dimiliki individu pada aspek-aspek
competitive intelligence yang diungkapkan oleh Rouach dan Santi (2001). Skala
yang digunakan adalah model penskalaan subjek dengan lima pilihan alternatif jawaban yang langsung mengarah pada salah satu sikap subjek, dengan perincian sebagai berikut:
Berikut ini merupakan blue print yang menyajikan distribusi aitem-aitem skala sikap terhadap competitive intelligence yang dianut oleh subjek sebelum uji coba.
Tabel 1
Blue print Skala Sikap terhadap Competitive Intelligence sebelum uji coba
No Sikap Indikator Aspek-aspek Nomor Item Total
5. 2.Aspek kompetitor 4,5,6,16,17,18,
29,30,31, 40
E. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR
Salah satu masalah utama dalam kegiatan penelitian Psikologi adalah cara memperoleh data yang akurat dan objektif. Hal ini menjadi sangat penting dikarenakan kesimpulan penelitian hanya akan dapat dipercaya apabila didasarkan pada info yang juga dapat dipercaya (Azwar, 2000). Dengan memperhatikan kondisi ini, tampak bahwa alat pengumpulan data memiliki peranan penting. Baik atau tidaknya suatu alat pengumpulan data dalam mengungkap kondisi yang ingin diukur tergantung pada validitas dan reliabilitas alat ukur yang akan digunakan. Untuk itu peneliti melakukan uji coba alat ukur pada sejumlah responden, dengan tujuan untuk memperoleh alat ukur yang valid dan reliabel.
1. Uji Validitas Alat Ukur
Azwar (2000) mendefenisikan bahwa validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Hal ini tergantung pada mampu tidaknya alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat.
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content
keseluruhan kawasan isi yang hendak diukur. Pengertian ini mencakup keseluruhan kawasan isi tidak saja berarti tes itu harus komprehensif akan tetapi isinya harus pula tetap relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan pengukuran.
Sebelum melakukan penyusunan alat ukur, peneliti menentukan terlebih dahulu kawasan isi dari competitive intelligence. Kemudian peneliti akan membuat item-item yang bertujuan untuk mengungkap kawasan isi tersebut. Selanjutnya peneliti melakukan pengujian validitas isi dengan melakukan analisis rasional atau profesional judgement, dalam hal ini adalah dosen pembimbing peneliti dan salah seorang dosen yang ahli dalam bidang metode penelitian (Azwar, 2000).
Menentukan kawasan isi
Membuat aitem
Analisis aitem dengan profesional judgment
Peneliti menggunakan formula koefisien korelasi Pearson Product
Moment untuk menguji daya beda dari aitem-aitem dalam skala. Prosedur
pengujian ini menghasilkan koefisien korelasi aitem total yang dikenal dengan indeks daya beda aitem (Azwar, 2000). Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan dengan SPSS versi 16.00 for Windows akan diperoleh aitem-aitem yang memenuhi persyaratan. Menurut Azwar, (2000) semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal rix ≥ 0,300, daya pembedanya dianggap memuaskan. Semakin tinggi harga kritik, maka aitem tersebut semakin baik.
2. Uji Reliabilitas Alat Ukur
Menurut Azwar (2000) reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah.
Pengukuran yang tidak reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat dipercaya karena perbedaan skor yang terjadi di antara individu lebih ditentukan oleh faktor eror (kesalahan) daripada faktor perbedaan yang sesungguhnya. Reliabilitas alat ukur dapat dilihat dari koefisien reliabilitas yang merupakan indikator konsistensi aitem-aitem tes dalam menjalankan fungsi ukurnya bersama-sama (Azwar, 2000).
administration). Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien realibilitas (rxx`) yang angkanya berada dalam rentang 0 sampai dengan 1. Koefisien reliabilitas yang semakin mendekati angka satu menandakan semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya, koefisien yang semakin mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitas yang dimiliki (Azwar, 2000). Teknik estimasi reliabilitas yang digunakan adalah teknik koefisien Alpha Cronbach dengan menggunakan
program SPSS Versi 16.00 for Windows.
F. HASIL UJI COBA ALAT UKUR
Setelah alat ukur disusun, maka tahap selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan uji coba alat ukur. Uji coba dilakukan pada tanggal 22 Juni 2012 sampai 8 Juli 2012 kepada 62 orang pengusaha khusus Garment di kota Medan. Masing-masing subjek penelitian diberikan skala sikap terhadap competitive
intelligence yang disusun. Dalam skala yang disebarkan terdapat 40 aitem skala
Tabel 2
Distribusi Aitem Skala Sikap terhadap Competitive Intelligence Sebelum Diuji Coba 2.Aspek kompetitor 4,5,6,16,17,18, 29,30,31, 40 10 3.Aspek Teknologi 7,8,9,19,20,21, 32,33, 34 9 4.Aspek Strategis dan Sosial 10,11,12,22,23,24,25, 35,36,
37 2.Aspek kompetitor 4,5,6,16,17,18, 29,30,31, 40 10 3.Aspek Teknologi 7,8,9,19,20,21, 32,33, 34 9 4.Aspek Strategis dan Sosial 10,11,12,22,23,24,25, 35,36,
37 2.Aspek kompetitor 4,5,6,16,17,18, 29,30,31, 40 10 3.Aspek Teknologi 7,8,9,19,20,21, 32,33, 34, 9 4.Aspek Strategis dan Sosial 10,11,12,22,23,24,25, 35,36,
37 2.Aspek kompetitor 4,5,6,16,17,18, 29,30,31, 40 10 3.Aspek Teknologi 7,8,9,19,20,21, 32,33, 34, 9 4.Aspek Strategis dan Sosial 10,11,12,22,23,24,25, 35,36,
37
11
5.
Warrior 1.Aspek komersial dan pemasaran
1,2,3,13,14,15, 26,27,28, 38,39
11 2.Aspek kompetitor 4,5,6,16,17,18, 29,30,31, 40 10 3.Aspek Teknologi 7,8,9,19,20,21, 32,33, 34, 9 4.Aspek Strategis dan Sosial 10,11,12,22,23,24,25, 35,36,
37
Hasil uji coba skala sikap terhadap competitive intelligence diolah dengan melihat indeks diskriminasi pada pilihan A, B, C, D, dan E. Dalam skala subjek, suatu aitem akan dinyatakan gagal jika kelima pilihan, (A, B, C, D, dan E) memiliki indeks diskriminasi yang kurang dari 0,300. Jika salah satu pilihan (A, B, C, D atau E) memiliki indeks diskriminasi > 0,300 maka aitem dinyatakan sahih.
Pada pilihan A reliabilitas alat ukur yang diujicobakan adalah sebesar 0,884. Jumlah aitem yang memiliki indeks diskriminasi aitem di atas 0,300 adalah 30 aitem dengan nilai rix bergerak dari 0,329 sampai 0,689. Pada pilihan B reliabilitas alat ukur yang diujicobakan adalah sebesar 0,794. Jumlah aitem yang memiliki indeks diskriminasi diatas 0,300 adalah 15 aitem dengan nilai rix bergerak dari 0,331 sampai 0,520.
Tabel 3
Distribusi Aitem Skala Sikap terhadap Competitive Intelligence Setelah Diuji Coba 2.Aspek kompetitor 4,5,6,16,17,18, 29,30,31, 40 10 3.Aspek Teknologi 7,8,9,19,20,21, 32,33, 34 9 4.Aspek Strategis dan Sosial 10,11,12,22,23,24,25, 35,36,
37 2.Aspek kompetitor 4,5,6,16,17,18, 29,30,31, 40 10 3.Aspek Teknologi 7,8,9,19,20,21, 32,33, 34 9 4.Aspek Strategis dan Sosial 10,11,12,22,23,24,25, 35,36,
37 2.Aspek kompetitor 4,5,6,16,17,18, 29,30,31, 40 10 3.Aspek Teknologi 7,8,9,19,20,21, 32,33, 34, 9 4.Aspek Strategis dan Sosial 10,11,12,22,23,24,25, 35,36,
37 2.Aspek kompetitor 4,5,6,16,17,18, 29,30,31, 40 10 3.Aspek Teknologi 7,8,9,19,20,21, 32,33, 34, 9 4.Aspek Strategis dan Sosial 10,11,12,22,23,24,25, 35,36,
37
11
5.
Warrior 1.Aspek komersial dan pemasaran
1,2,3,13,14,15, 26,27,28, 38,39
11 2.Aspek kompetitor 4,5,6,16,17,18, 29,30,31, 40 10 3.Aspek Teknologi 7,8,9,19,20,21, 32,33, 34, 9 4.Aspek Strategis dan Sosial 10,11,12,22,23,24,25, 35,36,
37
Tabel 4
Distribusi Aitem Skala Sikap terhadap Competitive Intelligence dengan Penomoran Baru yang digunakan pada Skala Penelitian
No Sikap Aspek-aspek Nomor Item Total
3.Aspek Teknologi 6,7,8,18, 19,20,30,31 8
4.Aspek Strategis dan Sosial 9,10,11,21,22,23,32,33,34,38 10 2. Reactive 1.Aspek komersial dan
3.Aspek Teknologi 6,7,8,18, 19,20,30,31 8
4.Aspek Strategis dan Sosial 9,10,11,21,22,23,32,33,34,38 10 3. Active 1.Aspek komersial dan
3.Aspek Teknologi 6,7,8,18, 19,20,30,31 8
4.Aspek Strategis dan Sosial 9,10,11,21,22,23,32,33,34,38 10 4 Assault 1.Aspek komersial dan
3.Aspek Teknologi 6,7,8,18, 19,20,30,31 8
4.Aspek Strategis dan Sosial 9,10,11,21,22,23,32,33,34,38 10 5.
Warrior 1.Aspek komersial dan pemasaran
1,2,12,13,14, 24,25, 26 , 35,36
10 2.Aspek kompetitor 3,4,5,15, 16,17, 27,28, 29, 37 10
3.Aspek Teknologi 6,7,8,18, 19,20,30,31 8
G. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN
Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari 3 tahap. Ketiga tahap tersebut adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan data.
1. Tahap Persiapan
Dalam rangka pelaksanaan penelitian ini ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh peneliti, antara lain :
a. Rancangan Alat Ukur Penelitian
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari satu skala yaitu skala sikap terhadap competitive intelligence. Skala dibuat dengan menggunakan skala subjek yang terdiri dari aitem-aitem berupa pernyataan yang mengarah pada informasi mengenai data yang hendak diungkap dan meminta subjek untuk memilih salah satu jawaban dari beberapa alternatif yang telah disediakan. Aitem-aitem dalam skala ini disusun berdasarkan aspek-aspek competitive intelligence yang diungkapkan oleh Rouach dan Santi (2001). Skala yang digunakan adalah model penskalaan subjek dengan lima pilihan alternatif jawaban yang langsung mengarah pada salah satu sikap subjek terhadap competitive intelligence , dimana pilihan “A” menggambarkan sikap sleeper, pilihan “B” menggambarkan sikap
reactive, pilihan “C” menggambarkan sikap active, pilihan “D” menggambarkan sikap assault, dan pilihan “E” menggambarkan sikap warrior.
dalam skala sikap tersebut didistribusikan sedemikian rupa, seperti yang dapat dilihat dalam tabel 2.
b. Uji Coba Alat Ukur
Sebelum menjadi alat ukur yang sebenarnya, skala diuji validitasnya berdasarkan profesional judgement kemudian skala tersebut diujicobakan kepada sampel yang memiliki karakteristik yang sama dengan subjek penelitian yaitu pada 62 orang pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) garmen di Medan. c. Revisi Alat Ukur
Setelah aitem pada skala sikap terhadap competitive intelligence diperiksa oleh
professional judgment, dan telah diujicobakan pada pengusaha yang menjual
produk garmen di Medan., maka peneliti mengadakan pembaharuan pada skala tersebut. Aitem-aitem tersebut kemudian disusun kembali dalam bentuk booklet.
2. Tahap Pelaksanaan
Setelah skala penelitian lulus dalam uji validitas dan reliabilitas, maka aitem dalam skala tersebut disusun kembali. Selanjutnya, aitem-aitem yang lulus penyaringan dijadikan alat pengumpulan data pada sampel yang sesungguhnya.
3. Tahap Pengolahan Data
Untuk melihat gambaran sikap terhadap competitive intelligence dari subjek penelitian, subjek akan digolongkan ke dalam salah satu sikap yaitu sikap sleeper,
akan diberi skor 0. Penggolongan subjek akan dilakukan dengan menggunakan Zscore dari tiap total jawaban dari ke lima sikap yang dipilih oleh subjek. Subjek akan digolongkan ke dalam salah satu sikap yang menunjukkan Zscore yang paling tinggi. Z score dihitung dengan menggunakan rumus:
Subjek akan digolongkan ke dalam salah satu tipe sikap jika Zscore dari kelima tipe sikap yang dipilih individu dengan kesepakatan nilai Z:
Zscore A > 0,6, dan Zscore B,C, D, D < 0
Keterangan: Zscore A = Zscore tipe sikap yang ingin dilihat Zscore B,C,D,E = Zscore tipe sikap lainnya
Berdasarkan tabel luas daerah nilai Z di bawah kurva normal, nilai Zscore di atas 0,6 menunjukkan bahwa proporsi dari area di bawah kurva normal yang berada di daerah antara mean dan z score 0,6 yakni sebesar 27,43%. Hal tersebut menunjukkan bahwa peluang subjek yang skornya melebihi mean berdasarkan standard deviasinya yakni 27,43%.
H. METODE ANALISIS DATA
Untuk mendapatkan gambaran tentang sikap terhadap competitive intelligence pada pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) garment di Medan maka digunakan statistik deskriptif. Azwar (2004) menyatakan bahwa penelitian deskriptif menganalisis dan menyajikan data secara sistematis sehingga dapat lebih mudah dipahami dan disimpulkan. Hal ini didasarkan atas pertimbangan
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan menguraikan gambaran keseluruhan hasil penelitian. Pembahasan akan dimulai dengan menjelaskan gambaran subjek penelitian, kemudian hasil utama penelitian yakni gambaran umum tipe sikap yang dimiliki oleh pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) garment terhadap competitive
intelligence, serta hasil tambahan penelitian yaitu gambaran tipe sikap
berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, lamanya berusaha, kategorisasi usaha, suku bangsa, dan kecamatan lokasi usaha.
A. GAMBARAN SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) yang menjual produk garmen. Setiap pengusaha diminta untuk menggolongkan dirinya dalam salah satu tipe sikap terhadap
competitive intelligence,yaitu sikap sleeper, reactive, active, assault, dan warrior.
a. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5
Persentase Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
Laki-laki 59 48,36 %
Perempuan 63 51,64 %
Tabel 5 menunjukkan jumlah subjek perempuan dalam penelitian ini lebih banyak dibandingkan dengan jumlah subjek laki-laki. Subjek laki-laki berjumlah 59 orang (48,36%), sedangkan subjek perempuan berjumlah 63 orang (51,64%). Penyebaran subjek berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Grafik 1. Penyebaran Subjek berdasarkan Jenis Kelamin
b. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
Berdasarkan usia, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel
Tabel 6 menunjukkan jumlah subjek yang berusia dewasa muda adalah jumlah subjek yang terbanyak dibandingkan dengan jumlah subjek yang berusia dewasa madya dan dewasa remaja. Jumlah subjek yang berusia remaja adalah jumlah subjek yang tersedikit dibandingkan dengan jumlah subjek yang berusia dewasa madya dan dewasa muda. Subjek yang berusia remaja berjumlah 4 orang (3,28%),
subjek yang berusia dewasa muda berjumlah 91 orang (74,59%), dan subjek yang berusia dewasa madya berjumlah 27 orang (22,13%). Penyebaran subjek berdasarkan usia dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Grafik 2. Penyebaran Subjek berdasarkan Usia
c. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan tingkat pendidikan, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7
Persentase Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)
SD 3 2,46 %
Tabel 7 menunjukkan jumlah subjek yang berpendidikan SMA adalah jumlah subjek yang terbanyak dibandingkan dengan jumlah subjek yang berpendidikan SD, SMP, diploma, dan sarjana. Jumlah subjek yang berpendidikan SD adalah jumlah subjek yang tersedikit dibandingkan dengan jumlah subjek yang berpendidikan SMP, SMA, diploma, dan sarjana. Subjek yang
berpendidikan SD berjumlah 3 orang (2,46%), subjek yang berpendidikan SMP berjumlah 5 orang (4,1%), subjek yang berpendidikan SMA berjumlah 76 orang (62,29%), subjek yang berpendidikan diploma berjumlah 12 orang (9,84%), dan subjek yang berpendidikan sarjana berjumlah 26 orang (21,31%) . Penyebaran subjek berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Grafik 3. Penyebaran Subjek berdasarkan Tingkat Pendidikan
d. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Lamanya Berusaha
Berdasarkan lamanya berusaha, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 8
Persentase Subjek Berdasarkan Lamanya Berusaha
Lamanya Berusaha Jumlah Persentase (%)
berusaha di bawah 1 tahun berjumlah 2 orang (1,64%), subjek yang lamanya berusaha 1-10 tahun berjumlah 90 orang (73,77%), subjek yang lamanya berusaha 11-20 tahun berjumlah 23 orang (18,85%), subjek yang lamanya berusaha 20-30 tahun berjumlah 6 orang (4,92%), dan subjek yang lamanya berusaha 31-40 tahun berjumlah 1 orang (0,82%) . Penyebaran subjek berdasarkan lamanya berusaha dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Grafik 4. Penyebaran Subjek berdasarkan Lamanya Berusaha
e. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Kategorisasi Usaha
Berdasarkan kategorisasi usaha, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 9
Persentase Subjek Berdasarkan Kategorisasi Usaha
Kategorisasi usaha Jumlah Persentase (%)
Usaha Mikro 100 81, 97 %
Usaha Kecil 22 18, 03 %
Jumlah 122 orang 100 %
Tabel 9 menunjukkan jumlah subjek yang kategorisasi usahanya mikro lebih banyak dibandingkan jumlah subjek yang kategorisasi usahanya kecil. Subjek yang katagorisasi usahanya mikro berjumlah 100 orang (81,97%), sedangkan subjek yang kategorisasi usahanya kecil berjumlah 22 orang (18,03%).
Penyebaran subjek berdasarkan kategorisasi usaha dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Grafik 5. Penyebaran Subjek berdasarkan Kategorisasi Usaha
f. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Suku Bangsa
Berdasarkan suku bangsa, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 10
Persentase Subjek Berdasarkan Suku Bangsa
Suku Bangsa Jumlah Persentase (%)
Aceh 2 1,64 %
Tabel 10 menunjukkan jumlah subjek yang bersuku Batak merupakan jumlah subjek yang terbanyak dibandingkan suku-suku lainnya, sedangkan jumlah subjek yang bersuku Manado merupakan jumlah subjek yang paling sedikit dibandingkan suku-suku lainnya. Subjek yang bersuku Aceh berjumlah 2 orang (1,64%), subjek
yang bersuku Batak berjumlah 68 orang (55,74%), subjek yang bersuku Jawa berjumlah 8 orang (6,56%), subjek yang bersuku Manado berjumlah 1 orang (0,82%), subjek yang bersuku Melayu berjumlah 6 orang (4,92%), subjek yang bersuku Minang berjumlah 34 orang (27,86%), subjek yang bersuku Tionghoa berjumlah 3 orang (2,46%).
Penyebaran subjek berdasarkan suku bangsa dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Grafik 6. Penyebaran Subjek berdasarkan Suku Bangsa
g. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Kecamatan lokasi usaha Berdasarkan kecamatan lokasi usaha, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 11
Persentase Subjek Berdasarkan Kecamatan Lokasi Usaha
Kecamatan Jumlah Persentase (%)
Tabel 11 menunjukkan jumlah subjek yang berusaha di Kecamatan Medan Tembung merupakan jumlah subjek yang terbanyak. Subjek yang lokasi usahanya di Kecamatan Medan Tembung yakni sebanyak 29 orang (23,7%), diikuti subjek lokasi usahanya di Kecamatan Medan Petisah yakni sebanyak 24 orang (19,67%), diikuti subjek yang lokasi usahanya di Kecamatan Medan Baru yakni 22 orang (18,03%), diikuti subjek yang lokasi usahanya di Kecamatan Medan Area yakni sebanyak 19 orang (15,57%), diikuti subjek yang lokasi usahanya di Kecamatan Medan Barat dan Kecamatan Medan Deli yakni sama-sama sebanyak 10 orang (8,19%), dan diikuti subjek yang lokasi usahanya di Kecamatan Medan Amplas yakni 8 orang (6,56%). Penyebaran subjek berdasarkan kecamatan lokasi usaha dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Grafik 7. Penyebaran Subjek berdasarkan Kecamatan Lokasi Usaha
B. HASIL UTAMA PENELITIAN
Hasil utama dari penelitian ini adalah berupa gambaran umum tipe sikap yang dimiliki pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) garment di Medan terhadap competitive intelligence.
1. Gambaran Umum Tipe Sikap pada Pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) Garment terhadap Competitive Intelligence
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tipe sikap pada pengusaha UMK garment terhadap competitive intelligence. Berdasarkan itulah peneliti menggunakan model penskalaan subjek untuk mengetahui tipe sikap dari subjek penelitian. Skala subjek ini terdiri dari 38 aitem dimana tiap aitemnya memiliki 5 pilihan jawaban dimana tiap pilihan jawaban (A,B, C, D, dan E) mencerminkan masing-masing tipe sikap. Jawaban A mewakili tipe sikap
sleeper, jawaban B mewakili tipe sikap reactive, jawaban C mewakili tipe sikap
active, jawaban D mewakili tipe sikap assault ,dan jawaban E mewakili tipe sikap
warrior. Tiap pilihan jawaban akan mendapat nilai 1 untuk tipe sikap tertentu dan
mendapat nilai 0 untuk tipe sikap yang lainnya. Untuk mendapatkan penggolongan yang paling murni dari para subjek, maka penggolongan tipe sikap menggunakan Zscore dari tiap total jawaban dari kelima tipe sikap yang dipilih subjek penelitian. Untuk menentukan tipe sikap dari subjek, peneliti menggunakan kesepakatan Zscore yaitu:
Zscore A > 0,6, dan Zscore B,C,D,E < 0
Berdasarkan kesepakatan tersebut, maka dapat disimpulkan rumus untuk menentukan apakah subjek tergolong tipe sikap A, B, C, D, atau E adalah:
Tergolong tipe A: Zscore A > 0,6 dan Zscore B,C, D,E < 0 Tergolong tipe B: Zscore B > 0,6, dan Zscore A.C,D,E < 0 Tergolong tipe C: Zscore C >0,6, dan Zscore A,B,D,E < 0 Tergolong tipe D: Zscore D> 0,6, dan Zscore A,B,C, E < 0 Tergolong tipe E: Zscore E > 0,6, dan Zscore A,B,C,D < 0 Keterangan:
Tipe A : Tipe sleeper Tipe D : Tipe assault
Tipe B : Tipe reactive Tipe E : Tipe warrior
Tipe C : Tipe active
Berdasarkan hasil utama penelitian, kita dapat melihat bahwa tidak semua subjek penelitian dapat diklasifikasikan ke dalam salah satu tipe sikap, dalam hal ini menjadi tidak tergolongkan. Hasil utama gambaran tipe sikap pada pengusaha UMK garment terhadap competitive intelligence dapat kita lihat pada tabel berikut:
Tabel 12
Gambaran Tipe Sikap yang dimiliki pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) garment di Medan terhadap Competitive Intelligence
Tipe Sikap Jumlah (N) Persentase (%)
Sleeper 19 15,57%
Reactive 17 13,93%
Active 25 20,49%
Assault 20 16,39%
Warrior 18 14,75%
Tidak Tergolongkan 23 18,85%
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebaran subjek terbanyak terdapat pada subjek yang berada pada tipe active attitude yaitu sebanyak 25 orang (20,49%), diikuti oleh subjek yang berada pada tipe tidak tergolongkan yaitu sebanyak 23 orang (18,85%), subjek dengan tipe assault attitude yaitu sebanyak 20 orang (16,39%), subjek yang berada pada tipe sleeper attitude yaitu sebanyak 19 orang (15,57%), subjek yang berada pada tipe warrior attitude yaitu sebanyak 18 orang (14,75%), dan subjek yang berada pada tipe reactive
attitude yaitu sebanyak 17 orang (13,93%),. Berikut ini akan ditampilkan grafik
yang menggambarkan tipe sikap yang dimiliki pengusaha garment di Medan terhadap competitive intelligence.
Grafik 8. Gambaran Tipe Sikap terhadap Competitive Intelligence
C. HASIL TAMBAHAN PENELITIAN
Hasil tambahan dari penelitian ini adalah gambaran umum bagaimana tipe sikap pada pada pengusaha garment di Medan terhadap competitive intelligence berdasarkan beberapa data demografis : jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, lamanya usaha, kategorisasi usaha, suku bangsa, dan kecamatan lokasi usaha.
a. Gambaran Umum Tipe Sikap Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 14
Gambaran Umum Tipe Sikap terhadap Competitive Intelligence berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Tipe Sikap Jumlah Persentase (%)
1 Perempuan Sleeper 13 10,66%
Tidak tergolongkan 13 10,66%
Jumlah 122 orang 100%
b. Gambaran Umum Tipe Sikap Berdasarkan Usia
Berdasarkan usia, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 15
Gambaran Umum Tipe Sikap terhadap Competitive Intelligence berdasarkan Usia
Tidak tergolongkan 13 10,66%
active yaitu sebanyak 5 orang (4,09%), diikuti subjek dengan tipe reactive dan
warrior masing-masing memiliki jumlah yang sama yaitu sebanyak 4 orang
(3,28%), dan diikuti subjek dengan tipe assault attitude yaitu sebanyak 2 orang (1,64%).
c. Gambaran Umum Tipe Sikap Berdasarkan Tingkat Pendidikan Berdasarkan tingkat pendidikan, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 16
Gambaran Umum Tipe Sikap terhadap Competitive Intelligence berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Tipe Sikap Jumlah Persentase
1 SD Sleeper 1 0,82%
Tidak tergolongkan 17 13,93%
4 Diploma Sleeper 4 3,28%
Reactive 3 2,46%
Active 1 0,82%
Assault 1 0,82%
Warrior 2 1,64%
5 Sarjana Sleeper - -
Reactive 7 5,74%
Active 9 7,38%
Assault 2 1,64%
Warrior 3 2,46%
Tidak tergolongkan 5 4,09%
Jumlah 122 orang 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa subjek yang memiliki level pendidikan SD tergolongkan ke dalam tipe sleeper, active, dan warrior yakni sama-sama sebanyak 1 orang (0,82%). Untuk subjek yang memiliki level pendidikan SMP tergolongkan ke dalam tipe sleeper yaitu sebanyak 4 orang (3,28%) dan diikuti subjek dengan tipe assault yaitu sebanyak 1 orang (0,82%). Untuk subjek yang memiliki level pendidikan SMA paling banyak tergolongkan ke dalam tipe assault yaitu sebanyak 16 orang (13,11%), diikuti subjek dengan tipe active yaitu sebanyak 14 orang (11,48%), diikuti subjek dengan tipe warrior yaitu sebanyak 12 orang (9,84%), diikuti subjek dengan tipe sleeper yaitu sebanyak 10 orang (8,19%), dan diikuti subjek dengan tipe reactive yaitu sebanyak 7 orang (5,74%). Untuk subjek yang memiliki level pendidikan diploma tergolongkan ke dalam tipe sleeper sebanyak 4 orang (3,28%), diikuti subjek dengan tipe reactive sebanyak 3 orang (2,46%), diikuti subjek dengan tipe
warrior sebanyak 2 orang (1,64%), dan diikuti subjek dengan tipe active dan
assault yakni sama-sama sebanyak 1 orang (0,82%). Untuk subjek yang memiliki
d. Gambaran Umum Tipe Sikap Berdasarkan Lamanya Berusaha Berdasarkan lama berusaha, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 17
Gambaran Tipe Sikap terhadap Competitive Intelligence berdasarkan Lamanya Berusaha
No Lamanya Berusaha
Tipe Sikap Jumlah Persentase
1 <1 tahun Sleeper - -
Tidak tergolongkan 12 9,84%
3. 11-20 tahun Sleeper 1 0,82%
Reactive 5 4,09%
Active 1 0,82%
Assault 3 2,46%
Warrior 5 4,09%
Tidak tergolongkan 7 5,74%
4 21-30 tahun Sleeper 2 1,64%
Reactive 1 0,82%
Active - -
Assault - -
Warrior - -
Tidak tergolongkan 3 2,46%
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa subjek yang lama usahanya < 1 tahun tergolongkan dalam tipe tergolongkan ke dalam tipe active dan assault sama-sama sebanyak 1 orang (0,82%). Untuk subjek yang lama usahanya 1-10 tahun paling banyak tergolongkan ke dalam tipe active yaitu sebanyak 21 orang (3,28%), diikuti subjek dengan tipe sleeper dan assault yaitu sama-sama sebanyak 16 orang (13,11%), diikuti subjek dengan tipe warrior yaitu sebanyak 13 orang (10,66%), dan diikuti subjek dengan tipe reactive yaitu sebanyak 11 orang (9,02%). Untuk subjek yang lama usahanya 11-20 tahun tergolongkan ke dalam tipe reactive dan warrior yakni sebanyak 5 orang (4,09%), diikuti subjek dengan tipe assault yakni sebanyak 3 orang (2,46%), dan diikuti subjek dengan tipe
immune dan active yakni sama-sama sebanyak 1 orang (0,82%). Untuk subjek
yang lama usahanya 21-30 tahun tergolongkan ke dalam tipe sleeper yakni sebanyak 2 orang (1,64%), diikuti subjek dengan tipe reactive yakni sebanyak 1 orang (0,82%).Untuk subjek yang lama usahanya 31-40 tahun tergolongkan ke dalam tipe active yakni sebanyak 1 orang (0,82%)
e. Gambaran Umum Tipe Sikap Berdasarkan Kategorisasi Usaha
Berdasarkan kategorisasi usaha, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 18
Gambaran Umum Tipe Sikap terhadap Competitive Intelligence berdasarkan Kategorisasi Usaha
No Kategorisasi usaha
Tipe Sikap Jumlah Persentase
1 Usaha Mikro Sleeper 17 13,93%
Reactive 13 10,66%
Assault 18 14,75%
Warrior 16 13,11%
Tidak tergolongkan 18 14,75%
2 Usaha Kecil Sleeper 2 1,64%
Reactive 4 3,28%
Active 7 5,74%
Assault 2 1,64%
Warrior 2 1,64%
Tidak tergolongkan 5 4,09%
Jumlah 122orang 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa subjek yang lama usahanya < 1 tahun tergolongkan dalam tipe tergolongkan ke dalam tipe active dan assault sama-sama sebanyak 1 orang (0,82%). Untuk subjek yang lama usahanya 1-10 tahun paling banyak tergolongkan ke dalam tipe active yaitu sebanyak 21 orang (3,28%), diikuti subjek dengan tipe sleeper dan assault yaitu sama-sama sebanyak 16 orang (13,11%), diikuti subjek dengan tipe warrior yaitu sebanyak 13 orang (10,66%), dan diikuti subjek dengan tipe reactive yaitu sebanyak 11 orang (9,02%). Untuk subjek yang lama usahanya 11-20 tahun tergolongkan ke dalam tipe reactive dan warrior yakni sebanyak 5 orang (4,09%), diikuti subjek dengan tipe assault yakni sebanyak 3 orang (2,46%), dan diikuti subjek dengan tipe
sleeper dan active yakni sama-sama sebanyak 1 orang (0,82%). Untuk subjek
f. Gambaran Umum Tipe Sikap Berdasarkan Suku Bangsa
Berdasarkan suku bangsa, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 19
Gambaran Umum Tipe Sikap terhadap Competitive Intelligence berdasarkan Suku Bangsa
No Suku Bangsa Tipe Sikap Jumlah Persentase
1 Aceh Sleeper - -
Tidak tergolongkan 2 1,64%
4 Manado Sleeper 1 0,82%
Tidak tergolongkan 2 1,64%
6 Minang Sleeper 5 4,09%
Reactive 6 4,91%
Assault 4 3,28%
Warrior 5 4,09%
Tidak tergolongkan 5 4,09%
7 Tionghoa Sleeper 2 1,64%
Reactive - -
Active 1 0,82%
Assault - -
Warrior - -
Tidak tergolongkan - -
Jumlah 122orang 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa subjek yang bersuku Aceh tergolongkan dalam tipe tergolongkan ke dalam tipe assault dan warrior yakni sama-sama sebanyak 1 orang (0,82%). Untuk subjek yang bersuku Batak tergolongkan paling banyak ke dalam tipe active dan assault yakni sama-sama sebanyak 12 orang (9,84%), diiikuti subjek dengan tipe assault yakni sebanyak 11 orang (9,02%), diikuti subjek dengan tipe sleeper yakni sebanyak 10 orang (8,19%), dan diikuti subjek dengan tipe reactive yakni sebanyak 9 orang (7,38%). Untuk subjek yang bersuku Jawa tergolongkan ke dalam tipe assault yakni sebanyak 3 orang (2,46%), diikuti subjek dengan tipe reactive yakni sebanyak 2 orang (1,64%), dan diikuti subjek dengan tipe sleeper yakni sebanyak 1 orang (0,82%). Untuk subjek yang bersuku Melayu tergolongkan ke dalam tipe active yakni sebanyak 3 orang (2,46%) dan diikuti subjek dengan tipe assault yakni 1 orang (0,82%). Untuk subjek yang bersuku Minang paling banyak tergolongkan ke dalam tipe active yakni 9 orang (7,38%), diikuti subjek dengan tipe reactive yakni sebanyak 6 orang (4,91%), diikuti subjek dengan tipe sleeper dan warrior yakni sama-sama sebanyak 5 orang (4,09%), dan diikuti subjek dengan tipe
tergolongkan ke dalam tipe sleeper 2 orang (1,64%) dan subjek dengan tipe
active yakni sebanyak 1 orang (0,82%).
g. Gambaran Umum Tipe Sikap Berdasarkan Kecamatan Lokasi Usaha Berdasarkan kecamatan lokasi usaha, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 20
Gambaran Umum Tipe Sikap terhadap Competitive Intelligence berdasarkan Kecamatan Lokasi Usaha
No Daerah Kecamatan
Tipe Sikap Jumlah Persentase
1 Medan Tembung Sleeper 5 4,09%
Reactive 6 4,91%
Active 4 3,28%
Assault 3 2,46%
Warrior 4 3,28%
Tidak tergolongkan 7 5,74%
2 Medan Petisah Sleeper 2 1,64%
Reactive 2 1,64%
Active 8 6,56%
Assault 4 3,28%
Warrior 5 4,09%
Tidak tergolongkan 3 2,46%
3 Medan Baru Sleeper 3 2,46%
Reactive 3 2,46%
Active 8 6,56%
Assault 2 1,64%
Warrior 4 3,28%
Tidak tergolongkan 2 1,64%
4 Medan Barat Sleeper 2 1,64%
Reactive 1 0,82%
Active - -
Assault 3 2,46%
Warrior 2 1,64%
Tidak tergolongkan 2 1,64%
5 Medan Amplas Sleeper - -
Reactive - -
Assault 2 1,64%
Warrior 1 0,82%
Tidak tergolongkan 4 3,28%
6 Medan Area Sleeper 4 3,28%
Reactive 4 3,28%
Active 3 2,46%
Assault 5 4,09%
Warrior 1 0,82%
Tidak tergolongkan 2 1,64%
7 Medan Deli Sleeper 3 2,46%
Reactive 1 0,82%
Active 1 0,82%
Assault 1 0,82%
Warrior 1 0,82%
Tidak tergolongkan 3 2,46%
Jumlah 122orang 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa subjek yang lokasi usahanya di Kecamatan Medan Tembung tergolongkan ke dalam tipe reactive yakni sebanyak 6 orang (4,91%), diikuti subjek dengan tipe sleeper yakni diikuti subjek dengan tipe sleeper dan reactive yakni sama-sama sebanyak 2 orang (1,64%).Untuk subjek yang lokasi usahanya di Kecamatan Medan Baru tergolongkan ke dalam tipe active yakni sebanyak 8 orang (6,56,%), diikuti subjek dengan tipe warrior yakni sebanyak 4 orang (3,28%), diikuti subjek dengan tipe
subjek dengan tipe assault yakni sebanyak 2 orang (1,64%). Untuk subjek yang lokasi usahanya di Kecamatan Medan Barat tergolongkan ke dalam tipe assault yakni sebanyak 3 orang (2,46%), diikuti subjek dengan tipe sleeper dan warrior yakni sebanyak 2 orang (1,64%), dan diikuti subjek dengan tipe reactive yakni sebanyak 1 orang (0,82%). Untuk subjek yang lokasi usahanya di Kecamatan Medan Amplas tergolongkan ke dalam tipe assault yakni sebanyak 2 orang (1,64%), diikuti subjek dengan tipe active dan warrior yakni sama-sama sebanyak 1 orang (0,82%). Untuk subjek yang lokasi usahanya di Kecamatan Medan Area tergolongkan ke dalam tipe assault yakni sebanyak 5 orang (4,09%), diikuti subjek dengan tipe sleeper dan assault yakni sama-sama sebanyak 4 orang (3,28%), diikuti subjek dengan tipe active yakni sebanyak 3 orang (2,46%), dan diikuti subjek dengan tipe warrior yakni sebanyak 1 orang (0,82%).Untuk subjek yang lokasi usahanya di Kecamatan Medan Deli tergolongkan ke dalam tipe
sleeper yakni sebanyak 3 orang (2,46%), diikuti subjek dengan tipe reactive,
active, assault, dan warrior yakni sama-sama sebanyak 1 orang (0,82%)
D. Pembahasan
Rouach dan Santi (2001) menyatakan terdapat tipologi sikap yang dimiliki oleh terhadap competitive intelligence. Adapun tipe-tipe sikap tersebut, antara lain: sikap sleeper, sikap reactive, sikap active, sikap assault, dan sikap
warrior. Sikap yang dimiliki oleh Usaha Mikro, Kecil dan Menengah pada
umumnya adalah sikap sleeper, reactive, active sedangkan sikap assault dan
Hasil utama dari penelitian ini menunjukkan bahwa subjek penelitian paling banyak tersebar dalam tipe sikap active dengan persentase 20,49%. Sikap
active diciri-cirikan dengan sikap yang aktif dalam menganalisis dan
menginterpretasikan persaingan. Orang dengan sikap demikian sudah melihat bahwa competitive intelligence bermanfaat untuk tugas operasional sehari-harinya dalam suatu usaha, tetapi belum melihat tujuan jangka panjang untuk melakukannya (Rouach dan Santi, 2001). Pengusaha dengan tipe active sudah memiliki gambaran tentang tugas operasional yang perlu dilakukan pekerjanya secara kontinu, tetapi belum memahami visi dan misi yang melandasi tugas operasional tersebut.
masih hanya berpikir bagaimana supaya usahanya tetap bertahan, tetapi belum berpikir jauh bagaimana supaya usahanya dapat memenangkan persaingan (Rouach dan Santi, 2001).
Keterbatasan Sumber Daya Manusia pada Usaha Mikro dan Kecil (UMK) yang dapat dilihat dari segi pendidikan formal, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki tentu sangat berpengaruh terhadap manajemen pengelolaan usahanya, serta kemampuan pengusaha dalam meningkatkan daya saing produk yang dihasilkannya (Anoraga & Sudantoko, 2002). Hal tersebut mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh pengusaha kecil masih terbatas pada tipe
sleeper, reactive, dan active.
persaingan. Orang dengan sikap demikian memikirkan strategi dalam menyerang saingan (tidak hanya bertahan), sangat proaktif (inisiatif mengawali adanya perubahan dan tidak menunggu sampai perubahan terjadi). Orang tersebut juga akan mendiskusikan hasil analisisnya terhadap kondisi persaingan sebelum akhirnya mengambil keputusan (Rouach dan Santi, 2001).
Berdasarkan hasil penelitian, beberapa subjek penelitian yang tergolong ke dalam tipe tidak tergolongkan memiliki persentase sebesar 18,85%. Dalam hal ini beberapa subjek memiliki lebih dari satu tipe sikap yang dominan dari hasil skornya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketidakkonsistenan sikap subjek. Efek suatu komunikasi merupakan faktor yang dapat mempengaruhi ketidakkonsistenan individu dalam memilih jawaban (dalam Azwar, 2010). Salah satunya karakteristik pesan, yang meliputi: daya tarik bahasa, kemudahan bahasa dimengerti, atau situasi saat pesan tersebut disampaikan, merupakan faktor yang juga mempengaruhi keseriusan dan kemudahan subjek selama mengisi skala penelitian.
Hasil tambahan penelitian akan menunjukkan tipe sikap individu terhadap competitive intelligence berdasarkan faktor-faktor demografis, antara lain: jenis kelamin, usia, level pendidikan, kategorisasi usaha, suku bangsa, dan kecamatan lokasi usaha. Berdasarkan jenis kelamin, subjek penelitian yang berjenis kelamin perempuan paling banyak menyebar pada tipe sikap active dengan persentase 11,48% dari keseluruhan subjek penelitian, sedangkan subjek penelitian yang berjenis kelamin laki-laki paling banyak menyebar pada tipe sikap
mempelajari perbedaan pria dan wanita dalam menyikapi situasi kompetitif dalam usaha. Brush dan Hisrich (1986) menyatakan bahwa pengusaha laki-laki cenderung lebih kompetitif, lebih suka berpikir sistematik, daripada wanita.
Berdasarkan usia, subjek penelitian yang tergolong usia dewasa muda paling banyak menyebar pada tipe sikap active dengan persentase 15,57% dari keseluruhan subjek penelitian, dan subjek penelitian yang tergolong usia dewasa madya paling banyak menyebar pada tipe sikap active juga dengan persentase 4,09%. Belum terlalu banyak penelitian yang mempelajari tentang seberapa besar pengaruh usia dalam menyikapi situasi kompetitif. Staw (1991) menyatakan bahwa usia bisa terkait dengan keberhasilan berkompetisi dalam pekerjaannya bila dihubungkan dengan lamanya seseorang menjadi wirausaha. Dengan bertambahnya pengalaman ketika usia seseorang bertambah maka usia memang terkait dengan keberhasilan. Menurut Hurlock (1991), usia dewasa awal (18 tahun sampai 40 tahun) merupakan masa-masa memilih bidang pekerjaan yang cocok dalam bakat, minat dan faktor psikologis yang dimilikinya. Masih banyak orang dewasa muda yang bingung dengan pilihan kariernya dan masih coba-coba untuk berkarier. Menurut Hurlock (1991), masa dewasa madya (usia 40 tahun sampai 60 tahun), bercirikan keberhasilan dalam pekerjaan sedangkan usia dewasa akhir (usia di atas 60 tahun) merupakan masa dimana orang mulai mengurangi kegiatan kariernya.
tingkat pendidikannya diploma paling banyak menyebar pada tipe sikap sleeper dengan persentase 3,28% dari subjek penelitian, sedangkan subjek penelitian yang tingkat pendidikannya sarjana paling banyak menyebar pada tipe active dengan persentase 7,38%. Belum terlalu banyak penelitian yang mempelajari tentang seberapa besar pengaruh tingkat pendidikan dalam menyikapi situasi kompetitif. Enoch (1992) menyatakan bahwa wirausahawan yang memiliki tingkat pendidikan formal lebih tinggi memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengelola usahanya, mengambil keputusan-keputusan, dan mengatasi masalah yang terjadi. Pendidikan yang lebih tinggi juga dapat meningkatkan produktivitas dan kompetitif (Sirojuzilam, 2008). Menurut penelitian Kim (dalam Meng & Liang, 1996) pada para wirausaha di Singapura, bahwa wirausaha yang berhasil memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik daripada wirausaha yang kurang berhasil.
faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap pada individu (dalam Azwar, 2010). Middlebrook (dalam Azwar, 2010) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut.
Berdasarkan kategorisasi usaha, subjek penelitian yang kategorisasi usahanya mikro paling banyak menyebar pada tipe sikap active dan assault dengan persentase yang sama yakni 14,75% dari keseluruhan subjek penelitian. Subjek penelitian yang kategorisasi usahanya skala kecil paling banyak menyebar pada tipe sikap active dengan persentase 5,74%. Perbedaan usaha mikro dan kecil terletak pada jumlah asset yang dimiliki dan jumlah keuntungan yang diperoleh. Penelitian tentang competitive intelligence pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah belum begitu banyak seperti competitive intelligence pada perusahaan besar (Taraf dan Molz, 2006). Meskipun demikian, saat ini sudah mulai banyak berkembang penelitian competitive intelligence yang fokus pada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Tarraf & Molz, 2006). Wright et al (dalam Smith, Wright, & Pickton, 2010) menyatakan bahwa sikap yang umumnya dimiliki Usaha Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yakni sleeper, reactive, dan active.
Berdasarkan suku bangsa, subjek penelitian yang suku bangsanya Batak paling banyak menyebar pada tipe sikap active dan warrior dengan persentase yang sama yakni 9,84%. Subjek penelitian yang suku bangsanya Minang paling banyak menyebar pada tipe sikap active. Berdasarkan suku bangsa, subjek penelitian yang suku bangsanya Batak paling banyak menyebar pada tipe sikap
yang suku bangsanya Minang paling banyak menyebar pada tipe sikap active. Belum terlalu banyak penelitian yang mempelajari tentang seberapa besar pengaruh lamanya berusaha dalam menyikapi situasi kompetitif. Liyanti & Prita (2006) mengatakan bahwa keberhasilan kinerja berwirausaha ini juga turut dipengaruhi oleh suku bangsa. Setiap suku bangsa mempunyai karakteristik tertentu yang mendukung keberhasilan berwirausaha. Orang-orang Tionghoa menekankan sistem nilai yang mementingkan kerajinan, kehematan, kemandirian, ketekunan, pengandalan pada diri sendiri, semangat berusaha, keterampilan, serta rasa saling percaya dan kebersamaan yang kuat antar sesama mereka (Tan, 1981). Cunningham (dalam Riyanti 2003) menunjukkan bahwa keberhasilan wirausahawan 49% berkaitan dengan sifat-sifat kepribadian, seperti keinginan untuk melakukan pekerjaan dengan baik, keinginan untuk berhasil, motivasi diri, percaya diri, berpikir positif, komitmen dan sabar.
Berdasarkan kecamatan lokasi usaha, subjek penelitian yang lokasi usahanya di Kecamatan Medan Tembung paling banyak menyebar pada tipe sikap
reactive dengan persentase 4,91%. Subjek penelitian yang lokasi usahanya di
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa mayoritas subjek penelitian termasuk dalam kategori tipe sikap active terhadap competitive
intelligence, dengan persentase sebanyak 20,49% dari keseluruhan subjek
penelitian.
2. Berdasarkan hasil tambahan, dapat disimpulkan bahwa:
a. Berdasarkan jenis kelamin, subjek penelitian yang jenis kelamin perempuan paling banyak menyebar pada tipe sikap active dengan persentase 11,48% dari keseluruhan subjek penelitian, sedangkan subjek penelitian yang jenis kelamin laki-laki paling banyak menyebar pada tipe sikap assault dengan persentase 10,66%.
b. Berdasarkan usia, subjek penelitian yang usianya dewasa muda paling banyak menyebar pada tipe sikap active dengan persentase 15,57% dari keseluruhan subjek penelitian, dan subjek penelitian yang usianya dewasa madya paling banyak menyebar pada tipe sikap active juga.
penelitian yang tingkat pendidikannya diploma paling banyak menyebar pada tipe sikap sleeper dengan persentase 3,28% dari subjek penelitian, sedangkan subjek penelitian yang tingkat pendidikannya sarjana paling banyak menyebar pada tipe active dengan persentase 7,38%.
d. Berdasarkan lamanya berusaha, subjek penelitian yang lama usahanya 1-10 tahun paling banyak menyebar pada tipe sikap active dengan persentase 17,21% dari keseluruhan subjek penelitian. Subjek penelitian yang lama usahanya 11-20 tahun paling banyak menyebar pada tipe sikap
reactive dan warrior dengan persentase yang sama yakni 4,09% dari
keseluruhan subjek penelitian.
e. Berdasarkan kategorisasi usaha, subjek penelitian yang kategorisasi usahanya mikro paling banyak menyebar pada tipe sikap active dan
assault dengan persentase yang sama yakni 14,75% dari keseluruhan
subjek penelitian. Subjek penelitian yang kategorisasi usahanya skala kecil paling banyak menyebar pada tipe sikap active dengan persentase 5,74%. f. Berdasarkan suku bangsa, subjek penelitian yang suku bangsanya Batak
paling banyak menyebar pada tipe sikap active dan warrior dengan persentase yang sama yakni 9,84%. Subjek penelitian yang suku bangsanya Minang paling banyak menyebar pada tipe sikap active.
sikap reactive dengan persentase 6,56%. Subjek penelitian yang lokasi usahanya di Kecamatan Medan Baru paling banyak menyebar pada tipe sikap active dengan persentase 6,56%. Subjek penelitian yang lokasi usahanya di Kecamatan Medan Area paling banyak menyebar pada tipe sikap assault dengan persentase 4,09%.
3. Dalam penelitian ini juga terdapat subjek-subjek yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam tipe sikap manapun ataupun tidak terkategorikan. Beberapa subjek memiliki lebih dari satu tipe sikap yang dominan dari hasil skornya. Efek suatu komunikasi merupakan faktor yang dapat mempengaruhi ketidakkonsistenan individu dalam memilih jawaban, antara lain: daya tarik bahasa, kemudahan bahasa dimengerti, atau situasi saat pesan tersebut disampaikan (dalam Azwar, 2010).
B. Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, maka ada beberapa saran yang diberikan peneliti untuk lebih menyempurnakan hasil maupun penelitian lanjutan, antara lain:
1. Saran Praktis
a. Untuk Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Medan
Adapun beberapa hal yang disarankan dari hasil penelitian ini untuk Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Medan, antara lain:
koran, dan majalah. Saat ini banyak informasi yang dapat diakses tentang kondisi pasar dan perdagangan, kondisi kompetitor, teknologi yang sedang berkembang, dan beberapa isu-isu sosial, ekonomi, politik yang akan mempengaruhi kinerja bisnis.
2. Pengusaha juga perlu meningkatkan komunikasi dengan bertanya secara langsung kepada pembeli atau pelanggan tentang selera dan kebutuhan mereka sebagai pelanggan. Saran dari pembeli sangat bermanfaat untuk kemajuan bisnis dalam menghadapi persaingan.
3. Pengusaha juga disarankan untuk aktif mengikuti pekan-pekan pertunjukan industri sehingga dapat mengetahui kualitas dan strategi kompetitor, selera konsumen, dan banyak informasi lainnya yang akan ditemukan saat mengunjungi pekan-pekan industri.
4. Pengusaha disarankan untuk mengikuti komunitas-komunitas pengusaha yang akan menambah wawasan tentang persaingan usaha dan membantu pengusaha untuk berbagi ide, seperti komunitas APINDO. Dengan aktif mengikuti komunitas demikian, pengusaha juga akan semakin menambah mitra kerja yang akan mendukung usaha yang dijalankan.
5. Pengusaha juga dapat menggunakan manfaat internet sebagai jejaring sosial yang akan membantu memasarkan produk, menjalin relasi dengan konsumen, menjalin komunikasi dengan mitra kerja, dan mencari tahu perkembangan usaha dari kompetitor.
untuk mencari tahu kondisi persaingan dan aktif memberikan saran dikarenakan pengusaha mereka menghargai setiap ide pekerjanya.
b. Untuk Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) PEMROVSU
Adapun beberapa hal yang disarankan dari hasil penelitian ini untuk Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) PEMROVSU, antara lain:
1. Pemerintah Daerah perlu mensosialisasikan informasi tentang program-program yang sudah direncanakan kepada pengusaha secara lebih terbuka, misalnya: dengan menggunakan media komunikasi. Banyak pengusaha Usaha Kecil Menengah tidak mengetahui program-program dari pemerintah daerah yang sangat bermanfaat bagi usaha mereka, misalnya: program yang menawarkan bantuan dana pada UMKM, pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan keahlian, pekan-pekan pertunjukan industri, dan kerja sama yang ditawarkan dari pengusaha-pengusaha luar negeri.
c. Untuk Badan Penelitian dan Pengembangan (BALITBANG) PEMROVSU
BALITBANG dapat mendokumentasikan penelitian ini sehingga bermanfaat jika ada peneliti-peneliti yang membutuhkan referensi penelitian yang berkaitan dengan topik ini.
2. Saran untuk penelitian selanjutnya
Adapun beberapa saran metodologis yang dapat diberikan peneliti untuk penelitian selanjutnya:
1. Nilai Zscore yang digunakan dalam penelitian ini (Zscore > 0,6) sebenarnya belum terlalu ketat walaupun masih dapat digunakan secara statistik sebagai standard pengklasifikasi. Kriteria penelitian yang belum ketat ini mengakibatkan subjek belum dapat terkategorikan secara lebih murni (lebih permanent tipe sikapnya). Zscore yang lebih tinggi lagi (Zscore > 1) akan memiliki peluang yang lebih besar untuk mendapatkan subjek yang lebih murni.
3. Peneliti selanjutnya dapat memfokuskan penelitian ini lebih spesifik kepada faktor-faktor psikologis lainnya ataupun faktor-faktor demografis yang mempengaruhi competitive intelligence.