• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh motivasi usaha, jiwa kewirausahaan dan tingkat pendidikan terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam : studi kasus pada pengusaha kecil di Koperasi Kredit ``Karsani`` Minggir Sleman Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh motivasi usaha, jiwa kewirausahaan dan tingkat pendidikan terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam : studi kasus pada pengusaha kecil di Koperasi Kredit ``Karsani`` Minggir Sleman Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
193
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MOTIVASI USAHA, JIWA KEWIRAUSAHAAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP SIKAP PENGUSAHA KECIL

UNTUK MENGAMBIL KREDIT KOPERASI SIMPAN PINJAM Studi kasus pada pengusaha kecil di Koperasi kredit “KARSANI” Minggir

Sleman Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

ANASTASIA DWI PURWANTI NIM: 021334070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2008

(2)
(3)

(4)

HALAMAN MOTTO & PERSEMBAHAN

IA MEMBUAT SEGALA SESUATU

INDAH PADA WAKTUNYA

< PENGKOTBAH 3 : 11 A >

Skripsi ini khusus aku persembahkan untuk :

Tuhan Yesus Kristus

Bunda Maria

Bapakku (A. Tugiman) & Ibuku (C. Sumi)

Kakakku Marcus Purwanto & Adikku Yuliana Isnu Romanti

Keluarga besar Ranudimedja

Jikalau kamu tinggal di dalam Aku

dan Firman-Ku tinggal di dalam kamu,

mintalah apa saja yang kamu kehendaki

dan kamu akan menerimanya

( Yoh 15 : 17 )

(5)
(6)

ABSTRAK

PENGARUH MOTIVASI USAHA, JIWA KEWIRAUSAHAAN, DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP SIKAP PENGUSAHA KECIL

UNTUK MENGAMBIL KREDIT KOPERASI SIMPAN PINJAM

Studi Kasus pada Pengusaha Kecil di Koperasi Kredit “ KARSANI ” Minggir Sleman Yogyakarta

Anastasia Dwi Purwanti Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) pengaruh motivasi usaha terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam; (2) pengaruh jiwa kewirausahaan terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam; dan (3) pengaruh tingkat pendidikan terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam.

Penelitian ini dilaksanakan di Koperasi kredit “ KARSANI ” Minggir Sleman Yogyakarta pada bulan Juli sampai Agustus 2007. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 38 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh/sensus. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis korelasi product moment dan teknik analisis regresi sederhana.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) motivasi usaha berpengaruh positif terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam (p = 0,001 < α = 0,05); (2) jiwa kewirausahaan berpengaruh positif terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam (p = 0,040 < α = 0,05); dan (3) tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam (p = 0,032 < α = 0,05).

(7)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF BUSINESS MOTIVATION,

ENTERPRENEURSHIP,AND LEVEL OF EDUCATION ON SMALL ENTERPRENEURS’ ATTITUDE

TO TAKE LOANS FROM CREDIT UNIONS

A case study on small entrepreneurs at “KARSANI’ Credit Union Minggir Sleman Yogyakarta

Anastasia Dwi Purwanti Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

The purpose of this research is to know : (1) the influence of business motivation on small enterpreneurs’ attitude to take loans from Credit Unions; (2) the influence of entrepreneurship on small enterpreneurs’ attitude to take loans from Credit Unions ; and (3) the influence of level of education on small enterpreneurs’ attitude to take loans from Credit Unions.

This research was carried out at “Karsani” Credit Union, Minggir - Sleman – Yogyakarta, from July to August 2007. The population in this research consisted of 38 small entrepreneurs. Technique for taking samples was registration whereas data collection technique were questionnaire, interview and documentation. Techniques for analysing the data were product moment correlation analyses and simple regression analyses.

The result of this research shows that : (1) business motivation has a positive influence on small enterpreneurs’ attitude to take loans from the Credit Union (

p

= 0,001 <

α

= 0,05) ; (2) entrepreneurship has a positive influence on small enterpreneurs’ attitude to take loans from Credit Unions (

p

= 0,040 <

α

= 0,05) and (3) level of education has a positive influence on the small enterpreneurs’ attitude to take loans from Credit Union (

p

= 0,032 <

α

= 0,05).
(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul “Pengaruh Motivasi Usaha, Jiwa Kewirausahaan Dan Tingkat

Pendidikan Terhadap Sikap Pengusaha Kecil Untuk Mengambil Kredit Koperasi

Simpan Pinjam”. Studi kasus pada pengusaha kecil di Koperasi kredit “KARSANI” Minggir Sleman Yogyakarta.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat untuk mendapatkan

Gelar Sarjana Pendidikan. Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bimbingan,

pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan

hati penulis ingin menyampaikan rasa syukur dan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan

Sosial Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak S. Widanarto P., S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan

kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

(9)

5. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd dan ibu Natalina Premastuti

Brataningrum, S.Pd selaku dosen tamu yang telah memberikan saran dalam

skripsi ini.

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan ilmunya dan

mendidik saya sehingga berguna untuk masa depan saya.

7. Mba’ Aris dan Pak Wawi yang telah melayani dan membantu selama

menyelesaikan pendidikan di Univeritas Sanata Dharma Yogyakarta.

8. kepada Bapak Surasa, (makasih atas segala bantuan, saran serta kritik2nya).

Mas Gunadi n Mbak Suprihatin (Maaf jika selalu ngrepotin Mas n Mbak,

Makasih juga sudah mau direpoti).

9. Kepada Mas Kristanto di Kopdit makmur Magelang makasih atas segala

bantuannya selama penelitian. Makasih juga buat mas Joko atas infonya.

10. Kepada segenap responden Kopdit Karsani Minggir Sleman Yogyakarta dan

Kopdit Makmur Magelang. Terimakasih mau bersedia mengisi kuesioner.

11. Kedua orang tuaku (Bpk Athanasius Tugiman dan Ibu Chatarina Sumi)

makasih atas segala dukungan yang diberikan selama ini. Makasih juga atas

doa-doanya.

12. Kakaku (Mas Marcus Purwanto & adelfina maarisit) & adikku (Yuliana Isnu

Romanti) makasih atas segala dukungan n doanya. Akhirnya aq lulus...

13. Keluarga besar Ranudimedja: Mbah Ranudimedja ( kakung n putri ), pak’lek

Kantar n bulek Luci serta elin n krisna, pak’lek Pangat N bulek Aniek serta

Dika n nia, Pak’lek Ngateman beserta bulek, Pak’lek Lukas n Bulek Endah

(10)

14. Mas Endutku (mas Supriyadi)....makasih atas segala bantuan selama ini.

Atas cinta dan kasih sayangnya...

15. Sahabat-sahabatku : Lusi, Yuni, Ca2t, Yo2k, Kriwoln Lamdos makasih atas

persahatan yang indah ini. Kapan kita turing lagi...hee...heee..hee.

16. Muntari ”makasih atas segala bantuannya” juga untuk wi2n dan Kriwol

makasih mau membantu mengolah data dan menemani jalan kaki dari Jogja

ampe Muntilan.

17. Terimakasih juga kepada PAK 2002 khususnya PAK B ”Erma, dewi, iin,

goris n eri, imas, Bowo, Boim, Harso, Fanya, Indri, Tyas dan Eli.

18. Teman2ku Sastro, Tobing, Banu, Lia n Ci2l, Purwanti n dwi, serta teman

satu kost vero n ita.

19. Temen-temen Muntilan makasih atas dukungannya.... ( Mas Boy, Ugi, Rois,

Harno, wahyuni, Puji, n mas Mamet).

20. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu oleh penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan.

Oleh karenanya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun dari berbagai pihak. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi

ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, Januari 2008

Anastasia Dwi Purwanti

(11)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Anastasia Dwi Purwanti

Nomor Mahasiswa : 021334070

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : “Pengaruh Motivasi Usaha, Jiwa Kewirausahaan Dan Tingkat Pendidikan Terhadap Sikap Pengusaha Kecil Untuk Mengambil Kredit Koperasi Simpan Pinjambeserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 29 Februari 2008

Yang menyatakan

(Anastasia Dwi Purwanti)

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO & PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... ... v

ABSTRAK... vi

ABSTRACT... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8

A. Motivasi ... 8

1. Pengertian motivasi... 8

2. Teori motivasi ... 11

3. Ciri-ciri motivasi menurut RH Wiwoho ... 17

4. Manfaat motivasi... 29

(13)

B. Jiwa kewirausahaan... 30

1. Pengertian kewirausahaan... 30

2. Pengertian wirausaha ... 32

3. Karakteristik kewirausahaan ... 33

4. Nilai-nilai kewirausahaan... 37

C. Tingkat pendidikan ... 42

1. Pengertian pendidikan... 42

2. Jenis-jenis pendidikan ... 43

3. Arti penting pendidikan ... 44

4. Tujuan pendidikan menurut para pakar... 45

D. Sikap... 46

1. Pengertian sikap ... 46

2. Karakteristik sikap ... 49

3. Struktur sikap ... 51

4. Pembentukan sikap ... 53

5. Ciri-ciri Attitude... 54

6. Metode-metode attitude ... 55

E. Usaha kecil ... 55

1. Pengertian usaha kecil... 55

2. Ciri-ciri usaha kecil ... 56

F. Koperasi ... 58

1. Pengertian koperasi ... 58

2. Pengertian koperasi simpan pinjam ... 59

(14)

G. Kredit ... 60

1. Pengertian kredit ... 60

2. Jenis-jenis kredit... 61

H. Kerangka berfikir ... 63

1. Pengaruh motivasi usaha terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam ... 63

2. Pengaruh jiwa kewirausahaan terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam ... 64

3. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam ... 65

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 67

A. Jenis penelitian ... 67

B. Tempat dan waktu penelitian ... 67

1. Tempat penelitian... 67

2. Waktu penelitian ... 67

C. Subyek dan obyek penelitian ... 68

1. Subyek penelitian ... 68

2. Obyek penelitian ... 68

D. Variabel penelitian dan pengukuran... 68

1. Variabel penelitian ... 68

2. Pengukuran variabel... 69

E. Populasi penelitian ... 72

F. Teknik pengumpulan data ... 72

(15)

1. Dokumentasi ... 73

2. Wawancara... 73

3. Kuesioner ... 73

G. Teknik pengujian instrumen... 73

1. Uji kesahihan (validitas) kuesioner... 74

2. Uji keandalan (reliabilitas) kuesioner ... 77

H. Teknik analisis data... 79

1. Uji prasyarat ... 79

2. Uji hipotesis ... 80

BAB IV GAMBARAN UMUM KOPERASI... 83

A. Sejarah berdiri dan latar belakang pembentukan koperasi kredit Karsani Minggir ... 83

1. Sejarah berdirinya koperasi kredit Karsani Minggir... 83

2. Latar belakang pembentukan koperasi Kredit Karsani Minggir . 84 B. Visi, Misi dan Tujuan... 85

1. Visi ... 85

2. Misi ... 85

3. Tujuan ... 85

C. Struktur organisasi koperasi kredit Karsani Minggir ... 86

D. Pola kebijakan koperasi kredit Karsani Minggir tahun 2007... 87

1. Keanggotaan... 87

2. Simpanan... 90

3. Pinjaman ... 92

(16)

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 94

A. Deskripsi data... 94

1. Deskripsi responden ... 94

2. Deskripsi variabel... 94

B. Analisis data ... 98

1. Pengujian prasyarat analisis data ... 98

2. Pengujian hipotesis ... 100

C. Pembahasan hasil penelitian ... 106

1. Pembahasan pengaruh motivasi usaha terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam ... 107

2. Pembahasan pengaruh jiwa kewirausahaan terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam... 108

3. Pembahasan pengaruh tingkat pendidikan terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam... 110

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN... 114

A. Kesimpulan ... 114

B. Keterbatasan... 115

C. Saran... 115

DAFTAR PUSTAKA...118

LAMPIRAN...120

(17)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel III.1 Skor pertanyaan... 70

Tabel III.2 Kisi-kisi kuesioner variabel motivasi usaha... 70

Tabel III.3 Kisi-kisi kuesioner variabel jiwa kewirausahaan... 71

Tabel III.4 Kisi-kisi kuesioner variabel sikap pengusaha kecil... 71

Tabel III.5 Rangkuman uji validitas motivasi usaha... 75

Tabel III.6 Rangkuman uji validitas jiwa kewirausahaan... 75

Tabel III.7 Rangkuman uji validitas sikap pengusaha kecil... 76

Tabel 5.1 Deskripsi jenis kelamin responden... 94

Tabel 5.2 Deskripsi variabel motivasi usaha... 95

Tabel 5.3 Deskripsi variabel jiwa kewirausahaan... 95

Tabel 5.4 Deskripsi variabel tingkat pendidikan... 96

Tabel 5.5 Deskripsi variabel sikap pengusaha kecil ... 97

Tabel 5.6 Hasil pengujian linieritas... 98

Tabel 5.7 Hasil pengujian normalitas... 99

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1 Kuesioner penelitian... 120

Lampiran 2 Data prapenelitian... 128

Lampiran 3 Hasil uji validitas & reliabilitas... 131

Lampiran 4 Data induk... 143

Lampiran 5 Data distribusi frekuensi... 149

Lampiran 6 Lampiran hasil uji normalitas & linieritas... 154

Lampiran 7 Pengujian regresi... 156

Lampiran 8 Tabel... 162

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kondisi perekonomian Indonesia sejak tahun 1997 menunjukkan

penurunan yang sangat drastis. Hal ini ditandai dengan penurunan nilai mata

uang rupiah, kenaikan harga-harga, meningkatnya pengangguran dan yang

sangat memprihatinkan adalah kondisi pinjaman negara yang semakin besar

sehingga semakin menambah kurang kepercayaan luar negeri kepada

Indonesia.

Sejak krisis ekonomi tersebut, banyak perusahaan kecil maupun

besar terpaksa gulung tikar. Dampak langsung dari perusahaan yang gulung

tikar adalah banyaknya karyawan yang terkena PHK (Pemutusan Hubungan

Kerja). Dengan banyaknya karyawan yang terkena PHK maka semakin

menambah jumlah pengangguran di Indonesia.

Dengan adanya PHK menuntut mereka untuk mencari pekerjaan

kembali agar roda perekonomian keluarga mereka terus berjalan. Sebagian

dari mereka ada yang terserap ke dalam pekerjaan formal sedangkan sebagian

lagi memutuskan untuk berwiraswasta (informal). Bagi mereka yang tidak

bisa memasuki dunia kerja tersebut, tentu akan semakin menambah jumlah

penggangguran sehingga pada akhirnya akan memicu jumlah penduduk

miskin di Indonesia.

(20)

Kebutuhan akan dana (modal) untuk membiayai usahanya adalah

masalah pokok dan paling sering dihadapi oleh setiap perusahaan atau

wiraswastawan yang bergerak dalam bidang usaha apapun. Kebutuhan akan

dana ini digunakan untuk modal investasi atau modal kerja. Dana memang

dibutuhkan baik untuk usaha yang baru berdiri maupun yang sudah berjalan

bertahun-tahun. Masyarakat mempunyai banyak pilihan dalam rangka

memenuhi kebutuhan akan dana dalam rangka membiayai kegiatan usahanya.

Koperasi simpan pinjam merupakan salah satu sumber dana bagi pengusaha

kecil. Melalui lembaga keuangan ini, para pengusaha dapat meminjam dana

yang mereka butuhkan dengan prosedur yang ringan.

Dalam kerangka inilah, membangun sebuah lembaga keuangan

yang memiliki kepedulian dan kebijakan yang pro orang miskin menjadi

sangat penting. Bila masyarakat miskin memiliki akses terhadap institusi

keuangan, maka mereka bisa mendapatkan akses kredit dengan bunga yang

wajar sehingga bisa mendorong berkembangnya usaha produktif. Bila

penghasilan meningkat, maka mereka bisa mengembangkan akses mereka

terhadap kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya seperti pendidikan, kesehatan,

dan tempat tinggal yang sehat

(http:www.access-indo.or.id/documents/bulletin%20april%2006.pdf). Apabila para pengusaha

kecil tersebut mendapatkan akses kredit usaha dari sebuah lembaga keuangan

maka para pengusaha tersebut dapat memanfaatkan peluang yang dimiliki saat

(21)

Motivasi terbentuk dari kebutuhan manusia. Setiap kegiatan

merupakan hasil dorongan motivasi. Manusia berusaha memuaskan

kebutuhannya dan mereka memahami bahwa untuk memenuhi tujuan tersebut

harus ada keinginan yang sangat kuat untuk mencapainya. Ini

mengindikasikan bahwa tujuan harus ditetapkan secara jelas dan pasti. Untuk

mencapai tujuan diperlukan suatu usaha, pengusaha kecil bisa

mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, keahlian dan kemampuan untuk

mencapainya. Keinginan yang sangat kuat untuk mencapai suatu keberhasilan

terhadap tujuan yang telah direncanakan merupakan salah satu motivasi

seorang pengusaha. Salah satu kendala utama bagi pengusaha adalah

terbenturnya dana guna memulai usaha barunya. Koperasi simpan pinjam

merupakan salah satu lembaga keuangan dengan prosedur kredit yang mudah

jika dibanding dengan Bank. Dengan dasar inilah, seorang pengusaha lebih

termotivasi untuk meminjam dana dari koperasi simpan pinjam.

Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian

dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Dengan pendidikan tersebut dapat ditingkatkan kemampuan, kecerdasan,

ketrampilan, dan pengetahuannya. Seseorang dengan tingkat pendidikan yang

tinggi, mempunyai pengetahuan yang luas. Begitu pula pada saat ia

menghadapi permasalahan permodalan dalam usaha barunya. Ia mempunyai

perhitungan-perhitungan tertentu dalam menganalisis prospek usahanya.

Sehingga dengan dasar ini, ia berani mengambil kredit pada koperasi simpan

(22)

Wirausaha selalu komitmen dalam melakukan tugasnya sampai

berhasil. Ia tidak setengah-setengah dalam melakukan pekerjaannya. Karena

itu, ia selalu tekun, ulet, pantang menyerah sebelum pekerjaannya berhasil.

Dalam melakukan pekerjaan tersebut, wirausaha tidak bertindak spekulasi

tetapi selalu penuh perhitungan. Ia berani mengambil risiko yang moderat,

artinya risiko yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah.

Keberanian menghadapi risiko yang didukung oleh komitmen yang kuat,

mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang sampai ada hasil.

Hasil-hasil itu harus nyata/jelas dan objektif, dan merupakan umpan balik

(feed-back) bagi kelancaran kegiatannya. Dengan semangat optimisme yang

tinggi karena ada hasil yang diperoleh, maka uang selalu dikelola secara

proaktif dan dipandang sebagai sumber daya (Suryana,2000:9). Dengan jiwa

kewirausahaan yang tinggi, maka besar kemungkinan bagi pengusaha kecil

untuk mengambil kredit di koperasi simpan pinjam.

Dengan berbagai dasar yang telah dikemukakan diatas, penulis

mencoba meneliti sejauh mana pengaruh antara motivasi usaha, jiwa

kewirausahaan, dan tingkat pendidikan dengan sikap pengusaha kecil untuk

mengambil kredit koperasi. Judul yang akan penulis angkat adalah

“PENGARUH MOTIVASI USAHA, JIWA KEWIRAUSAHAAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP SIKAP PENGUSAHA KECIL UNTUK MENGAMBIL KREDIT KOPERASI SIMPAN PINJAM” Studi kasus pada pengusaha kecil di Koperasi kredit “KARSANI” Minggir Sleman

(23)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,

maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh positif motivasi usaha terhadap sikap pengusaha

kecil untuk mengambil kredit koperasi Simpan Pinjam?

2. Apakah ada pengaruh positif jiwa kewirausahaan terhadap sikap

pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi Simpan Pinjam?

3. Apakah ada pengaruh positif tingkat pendidikan terhadap sikap pengusaha

kecil untuk mengambil kredit koperasi Simpan Pinjam?

C. Batasan Masalah

Terdapat begitu banyak faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi Simpan Pinjam, namun

tidak semua faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut akan diteliti oleh

penulis. Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada tiga faktor yang

mempengaruhi sikap pengusaha kecil dalam mengambil kredit koperasi

Simpan Pinjam, yaitu motivasi usaha, jiwa kewirausahaan dan tingkat

pendidikan.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilaksanakan pada koperasi simpan pinjam

(24)

1. Untuk mengetahui adanya pengaruh positif motivasi usaha terhadap sikap

pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi Simpan Pinjam.

2. Untuk mengetahui adanya pengaruh positif jiwa kewirausahaan terhadap

sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi Simpan Pinjam.

3. Untuk mengetahui adanya pengaruh positif tingkat pendidikan terhadap

sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi Simpan Pinjam.

E Manfaat Penelitian

1. Bagi pengusaha kecil

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan masukan

dalam usaha mengembangkan usahanya melalui pemanfaatan peluang

kredit koperasi Simpan Pinjam.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan pustaka

untuk penelitian lainnya dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi

Universitas Sanata Dharma khususnya mengenai sikap pengusaha kecil

dalam mengambil kredit koperasi Simpan Pinjam.

3. Bagi Penulis

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat semakin menambah

pengetahuan dan wawasan sekaligus sebagai pengaplikasian ilmu-ilmu

(25)

4. Bagi Koperasi Simpan pinjam

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada koperasi

dan dapat digunakan sebagai masukan atau saran sehingga dapat

bermanfaat bagi koperasi khususnya mengenai sikap pengusaha kecil

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. MOTIVASI

1. Pengertian Motivasi

Sukses tidaknya suatu usaha, sangat tergantung dari aktivitas dan

kreativitas sumber daya manusianya. Agar hal ini dapat tercapai, hal utama

yang harus diperhatikan adalah membangkitkan motivasi pengusaha kecil.

Menurut kamus bahasa Indonesia modern karangan Mohammad

Ali, motif diartikan sebagai: sebab-sebab yang menjadi dorongan tindakan

seseorang; dasar pikiran dan pendapat; sesuatu yang menjadi pokok

(dalam Ishak Arep dan Hendri Tanjung, 2002:12). Dari pengertian motif

tersebut dapat diturunkan pengertian motivasi sebagai sesuatu yang pokok,

yang menjadi dorongan seseorang untuk bekerja.

Motivasi dapat diartikan sebagai daya pendorong yang

mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk

mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau ketrampilan yang

menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka

pencapaiannya tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah

ditentukan sebelumnya (Sondang P.Siagian, 1989:138). Dari pengertian

motivasi tersebut, mengandung tiga hal penting yaitu: pemberian motivasi

berkaitan langsung dengan usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasaran

organisasional; usaha tertentu sebagai akibat motivasi itu (artinya motivasi

(27)

merupakan proses keterkaitan antara usaha dan pemuas kebutuhan

tertentu); terdapat definisi motivasi yaitu keadaan internal seseorang yang

menyebabkan hasil usaha tertentu menjadi menarik. Selain itu, dalam

pengertian tersebut terlihat pula bahwa motivasi dapat bersumber dari

dalam diri seseorang (motivasi internal/motivasi intrinsik) akan tetapi

dapat pula bersumber dari luar diri orang yang bersangkutan yang dikenal

dengan istilah motivasi eksternal/ekstrinsik.

Motivasi adalah suatu kumpulan kekuatan tenaga yang berasal dari

dalam maupun luar individu yang memulai sikap dan menetapkan bentuk,

arah, serta intensitasnya (Usmara, 2006:14). Dalam pengertian ini,

motivasi memberikan energi yang mengerakkan untuk memuaskan

kebutuhan manusia akan: prestasi, cinta, rasa aman, pengakuan dari orang

lain, mendapatkan pengalaman baru, harga diri dan kemampuan untuk

meraih cita-cita. Dimana energi merupakan kemampuan untuk bertindak

atau melakukan sesuatu. Energi merupakan ketetapan hati yang tidak dapat

dimiliki semua orang untuk melakukan hal yang menyenangkan hati

mereka. Dengan memiliki energi orang akan mampu melakukan apa saja.

Tanpa energi, orang tidak akan bisa memuaskan kebutuhan dirinya

meskipun memiliki bakat, kesempatan, serta lingkungan yang

memungkinkan.

Hodgetts dan Luthans (dalam Usmara, 2006:14) mengemukakan

motivasi sebagai proses psikologis melalui keinginan yang belum

(28)

menunjukkan bahwa motivasi menggambarkan suatu kekuatan yang

menggerakan manusia untuk bersikap dengan cara tertentu. Hal ini

memperlihatkan bahwa motivasi muncul karena adanya suatu kebutuhan.

Kebutuhan menunjukkan adanya kekurangan yang dialami individu.

Kekurangan dapat bersifat fisiologis (kebutuhan dasar manusia),

psikologis (kebutuhan akan harga diri) atau sosiologis (kebutuhan

berinteraksi sosial). Kebutuhan tersebut didorong dan diarahkan untuk

mengurangi kebutuhan.

Seperti terlihat pada gambar berikut, motivasi terbentuk dari

kebutuhan manusia. Setiap kegiatan merupakan hasil dorongan motivasi.

Manusia berusaha memuaskan kebutuhannya dan mereka memahami

bahwa untuk memenuhi tujuan tersebut harus ada keinginan yang sangat

kuat untuk mencapainya. Ini mengindikasikan bahwa tujuan harus

ditetapkan secara jelas dan pasti. Untuk mencapai tujuan diperlukan suatu

usaha, pengusaha kecil bisa mengembangkan pengetahuan, ketrampilan,

keahlian dan kemampuan untuk mencapainya. Apabila usaha tersebut

berhasil (tujuan dapat tercapai), maka kebutuhan akan menjadi kurang

kuat dan motivasi seseorangpun juga akan berkurang. Hal ini dapat dilihat

(29)

PROSES MOTIVASI

Pencapaian tujuan atau frustasi

Mencari tujuan untuk kepuasan kebutuhan Kebutuhan

Manusia

Usaha untuk mencapai tujuan

Pemahaman tujuan untuk kepuasan kebutuhan

Sumber: Ramon.J.Aldag dan Timothy M.Stearns, Management,South-Western Publishing.Co Cincinnati,Ohio,1987.

2. Teori Motivasi a. Teori Maslow

Dalam hubungannya dengan motivasi kerja Maslow

memperkenalkan hirarki kebutuhan pada tahun 1943 dalam artikelnya

A theory of human motivation. Maslow berpendapat bahwa orang

memiliki kebutuhan yang mereka perjuangkan untuk dipenuhi, bahwa

kebutuhan mereka kompleks, dan bahwa kebutuhan mereka

terus-menerus berubah. Maslow juga mengemukakan suatu hipotesa bahwa

(30)

dengan kebutuhan fisiologis sebagai dasarnya dan perwujudan pribadi

sebagai puncaknya.

Maslow merasa bahwa setelah kebutuhan pada tingkat khusus

dalam hirarki tersebut telah terpenuhi, mereka akan kehilangan

kepentingan, sementara kebutuhan pada tingkat selanjutnya yang lebih

tinggi akan menjadi yang paling penting. Menurut A. H. Maslow pada

umumnya terdapat lima hirarki kebutuhan manusia (Usmara, 2006:18)

yaitu :

HIRARKI KEBUTUHAN MASLOW

Kebutuhan fisiologis Kebutuhan akan rasa aman Kebutuhan akan kasih sayang Kebutuhan akan penghargaan

Kebutuhan akan Aktualisasi diri

Hirarki itu terbagi dari kebutuhan fisiologis sampai kebutuhan

aktualisasi diri sebagai berikut:

1) Kebutuhan fisiologis

Merupakan kebutuhan paling mendesak dari

kebutuhan-kebutuhan lainnya. Mempunyai arti bahwa dalam diri manusia

yang tidak memiliki apapun dalam kehidupannya, kemungkinan

besar motivasi utamanya adalah kebutuhan fisiologis dan bukan

(31)

akan tetap ada sebagai pengatur perilaku. Jika kebutuhan akan rasa

lapar telah terpenuhi, maka kebutuhan tersebut akan menjadi tidak

penting dalam dinamika individu. Kebutuhan ini meliputi

makanan, minuman, seks, dan tidur (Usmara, 2006:19).

2) Kebutuhan akan rasa aman

Jika kebutuhan-kebutuhan fisiologis telah terpenuhi maka

selanjutnya muncul serangkaian kebutuhan baru yang bisa

dikategorikan sebagai kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman.

Menurut Maslow kelompok masyarakat yang damai, teratur, dan

baik secara umum mampu membuat para anggotanya merasa

cukup aman dari penyerangan, pembunuhan, penindasan dan

sebagainya. Seseorang yang sudah merasa aman sebagai tidak lagi

merasa terancam (Usmara, 2006:20).

3) Kebutuhan akan kasih sayang

Jika kebutuhan-kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan

rasa aman telah bisa dipenuhi, maka muncul kebutuhan akan kasih

sayang dan kebutuhan mengasihi. Maslow dalam hal ini

memberikan tekanan bahwa kasih sayang tidak sama dengan

seksualitas. Hal lain yang tidak boleh diabaikan disini adalah

adanya fakta bahwa kebutuhan akan rasa sayang melibatkan bentuk

(32)

4) Kebutuhan akan penghargaan

Istilah penghargaan diri yang memiliki dasar stabil berarti

hal tersebut didasarkan pada hasil pencapaian kemampuan dan

penghargaan dari orang lain. Pemuasan atas kebutuhan akan

penghargaan diri mengarah pada perasaan kepercayaan diri,

perasaan memiliki nilai, kekuatan, dan kecukupan serta perasaan

berguna dan diperlakukan oleh lingkungannya, namun bila

pemenuhan akan kebutuhan-kebutuhan ini terlambat maka akan

muncul sikap rendah diri, sikap lemah, tidak berdaya (Usmara,

2006:21).

5) Kebutuhan akan aktualisasi diri

Sekalipun semua kebutuhan di atas dipenuhi, individu

mungkin sering merasakan ketidakpuasan atau kegelisahan yang

muncul dan berkembang, kecuali jika individu yang bersangkutan

melakukan apa yang sesuai dengan dirinya. Apa yang ingin

diwujudkan oleh seseorang maka ia harus mewujudkannya.

Kebutuhan ini menurut Maslow bisa disebut sebagai aktualisasi

diri. Istilah ini mengacu pada kebutuhan akan pemenuhan diri atau

dengan kata lain kecenderungan bagi seseorang untuk

mengaktualisasikan potensi apa yang dimilikinya (Usmara,

(33)

b. Teori Equity (Teori keadilan)

Teori ini dirumuskan sebagai berikut:

M = F (Eq (OW))

Keterangan

M = Motivasi

Eq = Equity, keadilan yang diterapkan pada pekerjaan lain. O = Outcome, hasil apa yang diberikan orang lain.

W = Wages, gaji yang diterima orang lain.

Teori ini menjelaskan bahwa motivasi merupakan fungsi dari

keadilan yang didasarkan hasil (output) dan wages (pendapatan).

Keadilan yang sederhana adalah menerima pendapatan sesuai dengan

usahanya. Jika bekerja keras, pendapatannya tinggi. Sebaliknya, jika

bekerja malas, pendapatannya rendah. Tidak adil jika orang yang rajin

dengan malas disamakan pendapatannya. Menurut teori ini, seseorang

akan termotivasi bekerja jika ia menikmati rasa keadilan. Prestasi yang

akan dipersembahkan tergantung pada persepsinya kepada apa yang

diberikan dan diterima orang lain.

c. Teori David Mc Clelland

Model Mc Cleland’s sangat menekankan perhatian terhadap

prestasi (achievement). Kebutuhan yang penting, yaitu: achievement.

Artinya adalah adanya keinginan untuk mencapai tujuan lebih baik

daripada sebelumnya (pencapaian prestasi).

Orang yang dalam hatinya ada perasaan menggebu-gebu untuk

(34)

melaksanakan pekerjaan dan tugasnya. Sebaliknya orang yang tidak

ada niat yang kuat untuk meraih prestasi, akan ketinggalan jauh

dibandingkan dengan orang yang termotivasi. Hal ini dapat dicapai

dengan cara: Merumuskan tujuan, mendapatkan umpan balik,

memberikan tanggung jawab pribadi, bekerja keras, affiliation, bekerja

sama dengan orang lain, membuat kawan di tempat kerja, sosialisasi,

power, kepribadian, pengalaman kerja, dan tipe organisasi (ishak arep

dan hendri tanjung, 2002:30).

d. Teori Frederich Herzberg

Di sini oleh Fedrick Hezberg, kebutuhan disebut dengan istilah

Two-Factor View. Menurut dia, kepuasan manusia terdiri atas dua hal,

yaitu puas dan tidak puas. Selanjutnya Pittsburgh melakukan studi

yang kemudian melahirkan teori Two Factor, yaitu: Motivator. Di sini

ada kepuasan kerja atau perasaan positif. Menurut teori ini kita harus

menciptakan dan meningkatkan factor motivator dan mengurangi

faktor hygiene. Untuk meningkatkan motivasi, maka manajer harus

menghilangkan ketidakpuasan dan memberikan peluang untuk

pencapaian prestasi, peningkatan dan tanggung jawab (Ishak Arep dan

Hendri Tanjung, 2002:28).

Dari pengertian-pengertian mengenai motivasi di atas, maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi adalah sesuatu atau hal yang

dapat mendorong seseorang ( dalam hal ini adalah pengusaha kecil ) dalam

(35)

dapat menentukan keputusan pengambilan kredit koperasi simpan pinjam

guna pencapaian tujuan usahanya.

3. Ciri-ciri Motivasi menurut RH Wiwoho

Dalam buku yang ditulis oleh RH Wiwoho dengan judul Kunci

menuju puncak motivasi terdapat kriteria yang bisa menentukan arah

motivasi seseorang. Kriteria tersebut yaitu arah motivasi, sumber motivasi,

dasar motivasi, faktor motivasi dan tingkat motivasi. Berikut ini akan

diuraikan secara rinci mengenai ciri motivasi wiraswasta beserta

kriterianya masing-masing.

NO Ciri motivasi kriteria kriteria wiraswasta

Mendekati √

1. Arah Motivasi

Menjauhi -

Internal √

2. Sumber Motivasi

Eksternal -

Opsional √

3. Dasar Motivasi

Prosedural - Persamaan -

Sama, kecuali -

4. Faktor Motivasi

Perbedaan √

Proaktif √

5. Tingkat Motivasi

Reaktif -

Kriteria itu terdiri dari Arah Motivasi sampai Tingkat Motivasi

sebagai berikut:

a. Arah Motivasi

Ciri motivasi wiraswasta yang pertama yaitu arah motivasi.

Dalam ciri ini, dikatakan bahwa seseorang itu bergerak mendekati

(36)

1) Mendekati

Dalam pembahasan mengenai arah motivasi yang

mendekati (tujuan atau hal yang disukainya) dapat digambarkan

dengan contoh berikut ini. Perilaku keledai dapat memberikan

gambaran mengenai arah motivasi seseorang yang mendekati

tujuan atau hal yang disukainya. “ Mengapa seekor keledai mau

berjalan?”. Biasanya penunggang kuda akan menggantungkan

wortel dengan bilah kayu di depan mata keledai. Karena ingin

makan wortel itu, keledai akan bergerak maju ke depan. Semakin

maju, penumpang di atasnya juga maju dan otomatis wortel yang

digantungkannya juga ikut bergerak maju. Jadi keledai berjalan

karena ada iming-iming hadiah di depan matanya, yakni wortel.

Motivasi keledai itu bisa memberikan gambaran tentang arah

motivasi yang mendekati tujuan (atau hal yang disukainya, yaitu

wortel).

Kata yang memotivasi seseorang dengan arah motivasi

mendekati misalnya memakai kata memiliki, memperoleh,

menjaga, keuntungan dan termasuk. Sedangkan ciri

komunikasinya yaitu menunjuk sesuatu, kepala mengangguk.

Arah motivasi seorang wirausaha atau pemilik bisnis

seyogyanya mendekati, tidak terlalu peduli dengan obstacles atau

(37)

tujuan yang hendak dicapainya, berani menghadapi tantangan,

persaingan dan kejamnya rimba belantara bisnis.

2) Menjauhi

Dalam pembahasan mengenai arah motivasi yang menjauhi

(masalah atau hal yang tidak disukainya) dapat digambarkan

dengan contoh berikut ini. Perilaku kuda dapat memberikan

gambaran mengenai arah motivasi seseorang yang menjauhi

masalah atau hal yang tidak disukainya. “ Mengapa seekor kuda

mau berjalan atau berlari?”. Biasanya penunggang kuda akan

mencambuk kuda karena jika tidak dicambuk kuda tidak mau

berjalan atau berlari. Dalam hal ini berarti kuda mau berjalan atau

berlari karena menghindari cambukan. Dari pengalaman, kuda tahu

bahwa kalau tidak mau berjalan, dia akan dicambuk lagi. Untuk

menghindari hal yang tidak diinginkan, yaitu dicambuk, kuda mau

berjalan. Motivasi kuda itu bisa memberikan gambaran tentang

arah motivasi yang menjauhi masalah (atau hal yang tidak

disukainya, yaitu dicambuk).

Kata yang memotivasi seseorang dengan arah motivasi

menjauhi misalnya memakai kata menghindari, mencegah, tidak

harus, tidak akan terlibat dengan, dan tidak sempurna. Sedangkan

ciri komunikasinya yaitu menggoyang tangan di depan dada,

(38)

b. Sumber motivasi

Ciri motivasi wiraswasta yang kedua yaitu sumber motivasi.

Dalam mencari sumber motivasi seseorang: internal atau eksternal

berkaitan dengan keputusan seseorang dibuat “di dalam” atau “di luar”

dirinya.

1) Internal

Orang yang memiliki kecenderungan internal memiliki sumber motivasi dan standar evaluasi di dalam dirinya sendiri.

Mereka kesulitan menerima opini atau perintah dari luar. Ketika

menerima respons negative atas pekerjaannya, padahal mereka

merasa telah melakukannya dengan baik, mereka akan

mempertanyakan opini atau pertimbangan orang yang memberikan

kritik itu. Pada dasarnya mereka mau “mengumpulkan informasi”

dari luar, tetapi kemudian memutuskan dengan standar internal-nya.

Kata yang memotivasi seseorang dengan sumber motivasi

internal misalnya memakai kata perlu anda pertimbangkan,

terserah anda, hanya anda yang bisa memutuskan, untuk informasi

lebih lanjut, dan silakan hubungi. Sedangkan ciri komunikasinya

yaitu duduk dengan tegak, menunjuk ke diri sendiri, berhenti

sejenak untuk mengevaluasi sebelum menjawab kritik, tidak

(39)

Sumber motivasi seorang wirausaha atau pemilik bisnis

seyogyanya harus cenderung internal, dengan kata lain harus tegas

dan memiliki standar evaluasi di dalam dirinya, sehingga membuat

anak buahnya yakin dengan apa yang dilakukan oleh bosnya.

2) Eksternal

Pada sisi lain, orang yang memiliki sumber motivasi

eksternal adalah orang yang memerlukan opini, arahan dari luar

atau tanggapan dari pihak luar untuk tetap termotivasi. Dalam

bekerja, bila orang ini tidak mendapat respons, mereka tidak tahu

apakah sudah mengerjakannya dari luar. Tidak diperolehnya

komentar eksternal membuat mereka kebingungan sendiri.

Kata yang memotivasi seseorang dengan sumber motivasi

eksternal misalnya memakai kata ini sudah dibuktikan oleh

orang-orang yang akan anda hargai, anda akan merasakan manfaatnya,

saya sangat merekomendasikannya, dan riset terakhir. Sedangkan

ciri komunikasinya yaitu badan condong ke depan, mengamati

respons dengan cermat, ekspresi wajah menunjukkan ingin tahu

apakah ia sudah benar atau belum.

c. Dasar Motivasi

Ciri motivasi wiraswasta yang ketiga yaitu dasar motivasi.

Yang pertama adalah prosedural, yaitu orang-orang yang lebih suka

(40)

opsional, yaitu orang yang lebih termotivasi bila ada pilihan dalam

mengerjakan sesuatu.

1) Opsional

Orang-orang yang memiliki kecenderungan opsional

tergerak oleh adanya kesempatan atau tersedianya pilihan untuk

melakukan sesuatu dengan cara-cara lain. Mereka berprinsip

bahwa “ada banyak jalan menuju ke Roma”. Mereka tergoda oleh

gagasan dan kemungkinan-kemungkinan yang tidak terbatas, serta

senang mengganti dan mengacak-acak aturan. Mereka senang

menciptakan prosedur, tapi tidak suka mengikutinya, karena kalau

dia mengikuti prosedur itu, artinya dia tidak punya opsi untuk

membuat prosedur yang “baru” lagi.

Orang opsional senang memulai sebuah proyek atau

mengembangkan ide baru, namun tidak begitu tertarik untuk

menyelesaikannya. Senang menciptakan dan membuat sesuatu,

namun sulit konsisten mempertahankannya. Sulit menjaga

komitmennya sendiri, karena hal ini akan mengurangi

“kebebasannya” dalam memilih.

Profesi yang cocok untuk orang yang opsional adalah sales

atau tenaga penjual, pelukis, arsitek, disainer, programmer

komputer dan wiraswasta. Setiap sales atau tenaga penjual harus

opsional, karena tugas mereka adalah mencari opsi atau cara-cara

(41)

Kata yang memotivasi seseorang dengan dasar motivasi

opsional misalnya memakai kata kesempatan, kemungkinan tidak

terbatas, variasi, pilihan dan alternatif. Sedangkan ciri

komunikasinya yaitu kalimatnya menunjukkan criteria yang

penting, dapat memperluas pilihan-pilihan, kata-katanya lugas.

Dasar motivasi seorang wirausaha atau pemilik bisnis

seyogyanya harus cenderung opsional, yakni berani melakukan

terobosan baru, mencari alternative-alternatif lain dalam mengikuti

trend pasar, dan kreatif dalam dalam menciptakan produk-produk

baru untuk memuaskan keinginan konsumennya.

2) Prosedural

Orang-orang yang memiliki kecenderungan prosedural,

adalah orang-orang yang percaya bahwa pasti ada sebuah “cara”

yang tepat untuk mengerjakan sesuatu dengan baik. Dalam arti,

mereka lebih tertarik pada bagaimana sesuatu harus dikerjakan,

bukan mengapa harus dilakukan dengan cara seperti itu. Orang

prosedural akan mentok, bila tidak diberi langkah-langkah atau

prosedur untuk melakukannya. Sekali mereka mendapatkan

prosedur itu, mereka akan melakukan hal yang sama

berulang-ulang. Pada saat mereka menjalankan sebuah prosedur, hal yang

paling penting buat mereka adalah menuntaskan prosedur itu. Ini

(42)

sudah dimulainya. Ini adalah orang yang rela lembur untuk

menyelesaikan sebuah tugas.

Profesi yang cocok untuk orang yang prosedural adalah

akuntan, auditor, dokter dan pilot. Seorang dokter harus bekerja

secara prosedural, misalnya dalam melakukan operasi. Langkah

pertama pasien harus dibius, kemudian dibedah dan akhirnya

dijahit. Jika seorang dokter tidak mengikuti prosedur, tentu dia

akan melakukan langkah operasi sesuai keinginannya. Dia bisa

mulai dari membedah kemudian membius. Tentu seorang pasien

tidak mau jika langkah-langkah operasi sesuai keinginan dokter

dan tidak sesuai dengan prosedur yang benar.

Kata yang memotivasi seseorang dengan dasar motivasi

prosedural misalnya memakai kata caranya adalah…, cara terbaik,

konsisten, ikuti saja prosedurnya, metoda yang sudah terbukti dan

reliabilitas. Sedangkan ciri komunikasinya yaitu tidak memilih tapi

malah bercerita tentang urut-urutan mengapa akhirnya sampai di

sana, uraian kalimatnya panjang dan berkisah.

d. Faktor Motivasi

Ciri motivasi wiraswasta yang keempat yaitu faktor motivasi.

Yang pertama adalah persamaan, yaitu orang-orang yang termotivasi

untuk tetap tinggal pada situasi yang sama; kedua adalah persamaan

(43)

seiring dengan perubahan waktu; dan yang ketiga adalah perbedaan,

yaitu orang yang termotivasi untuk berubah secara drastis dan cepat.

1) Persamaan

Orang yang kecenderungannya mencari persamaan dalam

konteks tertentu adalah orang yang termotivasi untuk melihat hal

yang sama. Ini adalah orang yang punya tendensi makan di tempat

yang sama dan dengan menu yang relatif sama. Dalam konteks

kerja, mereka menginginkan situasi tetap sama, tidak menyukai

perubahan dan secara ekstrem menolak untuk beradaptasi. Orang

persamaan adalah orang yang ingin evolusioner.

Kata yang memotivasi seseorang dengan faktor motivasi

persamaan misalnya memakai kata seperti sebelumnya, tidak

berubah, tetap, identik dan persis sama. Sedangkan ciri

komunikasinya yaitu berbicara tentang bagaimana semua hal

tampaknya sama dan identik, bagaimana semuanya tidak berubah,

dan menceritakan apa-apa saja yang sama.

2) Perbedaan

Orang yang kecenderungannya mencari perbedaan dalam

konteks tertentu adalah orang yang termotivasi untuk melihat hal

yang beda. Orang seperti ini senang perubahan. Orang perbedaan

menginginkan perubahan sebagai hal yang konstan dan penting,

serta menolak situasi yang statis dan stabil. Mereka butuh

(44)

tidak memperolehnya, mereka akan meninggalkannya. Orang

perbedaan adalah orang yang reformasioner.

Kata yang memotivasi seseorang dengan faktor motivasi

perbedaan misalnya memakai kata seperti berubah total,

benar-benar beda, tidak seperti lainnya dan unik. Sedangkan ciri

komunikasinya yaitu ketika menjawab mungkin tidak paham

dengan kata” hubungan”, menjabarkan semuanya benar-benar

berubah, bahasanya menunjukkan sesuatu yang tiba-tiba, berfokus

pada tujuan dan mengabaikan perjalanan.

Faktor motivasi seorang wirausaha atau pemilik bisnis

seyogyanya harus cenderung perbedaan. Faktor perbedaan ini juga

tersirat dalam dasar motivasi wirausaha yang opsional.

Kadang-kadang secara periodik dia harus mendisain ulang took atau

autletnya, suka dengan hal-hal baru dan memiliki mobilitas yang

tinggi untuk bergerak dari satu cabang ke cabang lainnya.

3) Persamaan dengan kekecualian

Di tengah-tengah kedua faktor motivasi ini ada yang

disebut sebagai persamaan dengan kekecualian. Ini ditandai dengan

jawaban: “ Sama, tapi….” Orang semacam ini pada konteks

tertentu tetap ingin situasi yang sama, meskipun mereka juga mau

menerima perubahan setiap tahun, asalkan tidak terlalu drastis.

Mereka cenderung menolak perubahan besar. Orang persamaan

(45)

Kata yang memotivasi seseorang dengan faktor motivasi

persamaan dengan kekecualian misalnya memakai kata progresif,

tumbuh pelan-pelan, sama namun lebih baik, berkembang, maju

dan sama kecuali. Sedangkan ciri komunikasinya yaitu berbicara

tentang bagaimana semuanya berkembang seiring dengan

perubahan waktu, membandingkan satu dengan lainnya,

kecuali/lebih/kurang, pembicaraan fokus pada perjalanan (bukan

tujuan perjalanan).

e. Tingkat Motivasi

Ciri motivasi wiraswasta yang kelima yaitu tingkat motivasi.

Yang pertama adalah proaktif, yaitu orang-orang yang termotivasi

untuk bertindak segera. Bertindak dulu, baru berpikir. Kedua adalah

reaktif, yaitu orang yang termotivasi untuk menunggu, menganalisis,

mempertimbangkan dan bereaksi. Berfikir dulu, baru bertindak.

1) Proaktif

Orang yang memiliki kecenderungan proaktif suka

mengambil inisiatif. Mereka cenderung bertindak dengan sedikit

atau bahkan hampir tanpa pertimbangan. Mereka langsung

menceburkan diri dalam sebuah situasi, tanpa berfikir atau

menganalisanya matang-matang. Mereka sering “tubruk sana,

tubruk sini” sebelum akhirnya dia menyadari bahwa dia sudah

berada di jalur yang salah. Namun pada umumnya mereka self

(46)

cakap dalam menyelesaikan tugas. Orang proaktif cenderung tidak

sabaran dalam bekerja. Mereka tidak nyaman dengan birokrasi

Kata yang memotivasi seseorang dengan tingkat motivasi

proaktif misalnya memakai kata kejar, langsung, sekarang,

selesaikan, ayo cepat, ambil inisiatif, hadapi sekarang juga,

mengapa menunggu dan jalankan saja. Sedangkan ciri

komunikasinya yaitu memakai kalimat-kalimat pendek, struktur

kalimatnya jelas dan rapi, uraiannya langsung, bahasa tubuh

menunjukkan ketidaksabaran, berbicara cepat, banyak gerakan dan

tidak mampu duduk dalam waktu yang lama.

Tingkat motivasi seorang wirausaha atau pemilik bisnis

seyogyanya harus cenderung proaktif. Seorang wirausaha harus

punya inisiatif, berjiwa pionir dan action-oriented. Seorang

wiraswastawan harus tanggap menghadapi perubahan pasar yang

begitu cepat dan harus sigap dalam mengambil keputusan,

sehingga subordinate-nya tidak binggung menunggu untuk

melakukan langkah-langkah berikutnya. Tentu saja wiraswastawan

yang sangat proaktif harus didampingi oleh seseorang yang lebih

reaktif, yaitu orang yang tekun mengumpulkan data serta informasi

sebagai landasan keputusan bosnya.

2) Reaktif

Di sisi lain, orang yang reaktif biasanya menunggu orang

(47)

Mereka cenderung ingin benar-benar memahami dan

mempertimbangkan segala sesuatu sebelum mengambil tindakan.

Ini adalah orang yang percaya sekali pada kesempatan dan

keberuntungan. Kendati demikian, mereka adalah orang yang

cakap dalam membuat analisa, sabar dan cermat dalam

mengumpulkan informasi. Orang reaktif merasa tertekan dan

cemas bila disuruh mengambil inisiatif. Mereka terlalu lama

mempertimbangkan dan menganalisa segala sesuatunya, kadang

tanpa disertai tindakan apapun.

Kata yang memotivasi seseorang dengan tingkat motivasi

reaktif misalnya memakai kata pertimbangan ini, mari kita

pikirkan, anda harus memahaminya, anda boleh

mempertimbangkan, ini akan memperjelas anda, dan

keberuntungan sedang mendekati anda. Sedangkan ciri

komunikasinya yaitu memakai kalimat sering tidak lengkap,

subyek atau kata kerja sering hilang, penuh kata-kata infinitas,

nanti, besok, kapan-kapan, kalimatnya panjang dan berbelit-belit,

sangat hati-hati dan butuh memahami serta menganalisa, bahasa

tubuh, dan mampu duduk untuk jangka waktu yang lama.

4. Manfaat Motivasi

Secara singkat, manfaat motivasi yang utama adalah menciptakan

gairah kerja, sehingga produktivitas kerja kerja meningkat.Sesuatu yang

(48)

senang mengerjakannya. Orangpun akan merasa dihargai/diakui. Hal ini

terjadi karena pekerjaannya itu betul-betul berharga bagi orang yang

termotivasi. Ciri orang yang termotivasi adalah bekerja sesuai standar,

senang bekerja, merasa berharga, bekerja keras, sedikit pengawasan, dan

semangat juang tinggi.

B. JIWA KEWIRAUSAHAAN

1. Pengertian Kewirausahaan (entrepreneurship)

Secara epistimologi, kewirausahaan merupakan suatu nilai

yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up phase) atau

suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative) dan

sesuatu yang berbeda (innovative).

Secara definitif kewirausahaan diartikan oleh para tokoh

kewirausahaan, sebagai berikut (Suryana,2000:4):

a. Peter F. Drucker

Meskipun sampai sekarang ini belum ada terminologi yang

persis sama tentang kewirausahaan (entrepreneurship), akan tetapi

pada umumnya memiliki hakikat yang hampir sama yaitu merujuk

pada sifat, watak dan cirri-ciri yang melekat pada seseorang yang

mempunyai kemauan keras untuk mewujudkan gagasan inovatif ke

dalam dunia usaha yang nyata dan dapat mengembangkan dengan

(49)

untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to

create the new and different).

b. Thomas W Zimmerrer

Kewirausahaan adalah “applying creativity and innovation

to solve the problems and to exploit opportunities that people face

everyday”. Kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan

keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya untuk

memanfaatkan peluang yang dihadapi setiap hari. Kewirausahaan

merupakan gabungan dari kreativitas, keinovasian, dan keberanian

menghadapi risiko yang dilakukan dengan cara kerja keras untuk

membentuk dan memelihara usaha baru.

c. Harvard’s Theodore Levitt yang dikutip Zimmerer

Kreativitas adalah “ thinking new things ” (berfikir sesuatu

yang baru), sedangkan keinovasian adalah “ doing new things

(melakukan sesuatu yang baru). Keberhasilan wirausaha akan

tercapai apabila berfikir dan melakukan sesuatu yang baru atau

sesuatu yang lama yang dilakukan dengan cara baru (“thinking and

doing new things or old thing in new ways”).

Dari pandangan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

kewirausahaan (entrepreneurship) adalah kemampuan (ability) dalam

berfikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber

daya, tenaga pengerak, tujuan siasat, kiat dan proses dalam

(50)

2. Pengertian wirausaha (entrepreneur)

Dalam konteks manajemen, Marzuki Usman mengartikan

entrepreneur adalah seseorang yang memiliki kemampuan dalam

menggunakan sumber daya seperti financial (money), bahan mentah

(materials), dan tenaga kerja (labors), untuk menghasilkan suatu

produk baru, bisnis baru, proses produksi, atau pengembangan

organisasi usaha. Entrepreneur adalah seseorang yang memiliki

kombinasi unsur-unsur (elemen-elemen) internal yang meliputi

kombinasi motivasi, visi, komunikasi, optimisme, dorongan semangat,

dan kemampuan untuk memanfaatkan peluang usaha

(Suryana,2000:5).

Dalam konteks bisnis, Sri Edi Swasono mengartikan

wirausaha adalah pengusaha, tetapi tidak semua pengusaha adalah

wirausaha. Wirausaha adalah pionir dalam bisnis, inovator,

penanggung risiko, yang mempunyai penglihatan/visi ke depan, dan

memiliki keunggulan dalam berprestasi di bidang usaha

(Suryana,2000:5).

Menurut Dun Steinhoff dan John F. Burgess (dalam

Suryana,2000:5) wirausaha adalah orang yang mengorganisir,

mengelola, dan berani menanggung risiko untuk menciptakan usaha

baru dan peluang berusaha.

Beberapa konsep “entrepreneur” di atas lebih menekankan

(51)

Dun Steinhoff dan John F. Burgess (dalam Suryana,2000:6)

memandang kewirausahaan sebagai pengelola perusahaan kecil atau

pelaksana perusahaan kecil. Menurutnya, “ entrepreneur” is

considered to have the same meaning as “small business

owner-manager” or “small business operator”.

3. Karakteristik kewirausahaan

Banyak para ahli yang mengemukakan karakteristik

kewirausahaan dengan konsep berbeda-beda. Berikut ini beberapa

karakteristik kewirausahaan dari beberapa ahli (Suryana,2000:8):

a. Geoffrey G. Meredith

NO CIRI-CIRI WATAK

1 Percaya diri Keyakinan, ketidaktergantungan, individualitas, dan optimisme. 2 Berorientasi pada

tugas dan hasil

Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketahanan, tekad kerja keras mempunyai dorongan kuat, energik dan inisiatif.

3 Pengambilan risiko Kemampuan untuk mengambil

risiko yang wajar dan suka tantangan.

4 Kepimimpinan Perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan kritik.

5 Keorisinilan Inovatif dan kreatif serta fleksibel. 6 Berorientasi ke masa

depan

(52)

b. M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer mengemukakan

delapan karakteristik, yang meliputi:

1) Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab

atas usaha-usaha yang dilakukannya. Seseorang yang memiliki

rasa tanggung jawab akan selalu mawas diri.

2) Preference for moderate risk, yaitu lebih memilih risiko yang

moderat artinya ia selalu menghindari risiko yang rendah dan

menghindari risiko yang tinggi.

3) Confidence in their ability to success, yaitu percaya akan

kemampuan dirinya untuk berhasil.

4) Desire for immediate feedback, yaitu selalu menghendaki

umpan balik yang segera.

5) High level of energy, yaitu memiliki semangat dan kerja keras

untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih

baik.

6) Future orientation, yaitu berorientasi ke masa depan,

perspektif, dan berwawasan jauh ke depan.

7) Skill at organizing, yaitu memiliki ketrampilan dalam

mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai

tambah.

8) Value of achievement over money, yaitu selalu menilai prestasi

(53)

c. Arthur Kuriloff dan John. M. Mempil mengemukakan karakteristik

kewirausahaan dalam bentuk nilai–nilai dan perilaku

kewirausahaan seperti pada tabel berikut ini:

NO VALUES BEHAVIOR

1 Commitment Staying with a task until finished.

2 Moderate risk Not gambling, cut closing a middle course.

3 Seing opportunities And grasping them. 4 Objectivity Observing reality clearly.

5 Feedback Analyzing timely performance

data to guide activity.

6 Optimism Showing confidence in novel situations.

7 Money Seeing it as resource and not an end in itself.

8 Proactive management Managing through reality based on forward planning.

Wiurausaha selalu komitmen dalam melakukan tugasnya

sampai berhasil. Ia tidak setengah-setengah dalam melakukan

pekerjaannya. Karena itu, ia selalu tekun, ulet, pantang menyerah

sebelum pekerjaannya berhasil. Dalam melakukan pekerjaan

tersebut, wirausaha tidak bertindak spekulasi tetapi selalu penuh

perhitungan. Ia berani mengambil risiko yang moderat, artinya

risiko yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah.

Keberanian menghadapi risiko yang didukung oleh komitmen yang

kuat, mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang

sampai ada hasil. Hasil-hasil itu harus nyata/jelas dan objektif, dan

merupakan umpan balik (feed-back) bagi kelancaran kegiatannya.

(54)

diperoleh, maka uang selalu dikelola secara proaktif dan dipandang

sebagai sumber daya (Suryana,2000:9).

d. Beberapa ciri kewirausahaan yang dikemukan oleh para ahli seperti

di atas, secara ringkas dikemukakan oleh Vernon A Musselman,

Wasty Sumanto dan Geoffeley Meredith dalam bentuk ciri-ciri

berikut ini (Suryana,2000:10):

1) Kepercayaan diri

2) Kreativitas, fleksibilitas dan inovasi

3) Orientasi ke masa depan

4) Keberanian mengambil resiko

5) Suka tantangan dan kemajuan

6) Orientasi pada tugas dan hasil

7) Kepemimpinan partisipatif

8) Sikap dan cara fikir positif

9) Motivasi diri sendiri

10) Disiplin

11) Berketrampilan sosial

12) Kejelasan tujuan

13) Rasa tanggung jawab atas perbuatan yang dilakukan

14) Kesediaan tanggung jawab risiko, waktu dan uang

(55)

4. Nilai – nilai hakiki kewirausahaan

Dari beberapa ciri kewirausahaan di atas, ada beberapa nilai

hakiki penting dari kewirausahaan, yaitu :

a. Percaya diri (self-confidence)

Dalam praktik sikap dan kepercayaan ini merupakan sikap

dan keyakinan untuk memulai, melakukan dan menyelesaikan

suatu tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Oleh sebab itu

kepercayaan diri memiliki nilai keyakinan, optimisme,

individualitas, dan ketidaktergantungan. Menurut Zimmerer,

seseorang yang memiliki kepercayaan diri cenderung memiliki

keyakinan akan kemampuannya untuk mencapai keberhasilan

(Suryana,2000:15).

Orang yang percaya diri memiliki kemampuan untuk

menyelesaikan pekerjaan dengan sistematis, berencana, efektif, dan

efisien. Kepercayaan diri juga selalu ditunjukkan oleh ketenangan,

ketekunan, kegairahan, dan kemantapan dalam melakukan

pekerjaan.

Keberanian yang tinggi dalam mengambil risiko dan

perhitungan yang matang yang dibarengi dengan optimisme harus

disesuaikan dengan kepercayaan diri. Oleh sebab itu, optimisme

dan keberanian mengambil risiko dalam menghadapi suatu

tantangan dipengaruhi oleh keperayaan diri. Kepercayaan diri juga

(56)

yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi, relatif lebih mampu

menghadapi dan menyelesaikan masalah sendiri tanpa menunggu

bantuan orang lain. Kunci keberhasilan dalam bisnis adalah untuk

memahami diri sendiri. Menurut Yuyun Wirasasmita, wirausaha

yang sukses adalah wirausaha yang mandiri dan percaya diri

(Suryana,2000:16).

b. Berorintasi pada tugas dan hasil

Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil,

adalah orang yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif

berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan ketabahan, tekad

kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik, dan berinisiatif.

Berinisiatif artinya selalu ingin mencari dan memulai. Untuk

memulai diperlukan niat dan tekad yang kuat, serta karsa yang

besar. Sekali sukses atau berprestasi, maka sukses berikutnya akan

menyusul, sehingga usahanya semakin maju dan semakin

berkembang. Dalam kewirausahaan, peluang hanya diperoleh

apabila ada inisiatif. Perilaku inisiatif ini biasanya diperoleh

melalui pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun, dan

pengembangannya diperoleh dengan cara disiplin diri, berfikir

kritis, tanggap, bergairah, dan semangat berprestasi

(57)

c. Keberanian mengambil risiko

Kemauan dan kemampuan untuk mengambil risiko

merupakan salah satu nilai utama dalam kewirausahaan. Wirausaha

yang tidak mau mengambil risiko akan sukar memulai/berinisiatif.

Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang

lebih menantang untuk mencapai kesuksesan atau kegagalan

ketimbang usaha yang kurang menantang. Keberanian untuk

menanggung risiko yang menjadi nilai kewirausahaan adalah

pengambilan risiko yang penuh dengan perhitungan dan realistik.

Situasi risiko yang kecil dan situasi yang tinggi dihindari karena

sumber kepuasan tidak mungkin didapat pada masing-masing

situasi tersebut. Wirausaha menghindari situasi risiko yang rendah

karena tidak ada tantangan, dan menjauhi situasi risiko yang tinggi

karena ingin berhasil.

Keberanian menanggung risiko tergantung pada:(1) daya

tarik setiap alternatif; (2) Persediaan untuk rugi; (3) kemungkinan

relatif untk sukses atau gagal. Sedangkan kemampuan untuk

mengambil risiko ditentukan oleh: (1) Keyakinan diri; (2)

kesediaan untuk menggunakan kemampuan dalam mencari peluang

dan kemungkinan untuk memperoleh keuntungan; (3) kemampuan

untuk menilai situasi risiko secara realistis (Suryana,2000:16).

Pada paragraf di atas dikemukakan, bahwa pengambil

(58)

besar keyakinan seseorang pada kemampuan sendiri, maka

semakin besar keyakinan orang tersebut akan kesanggupan untuk

mempengaruhi hasil dan keputusan, dan semakin besar pula

kesediaan seseorang untuk mencoba apa yang menurut orang lain

sebagai risiko (Meredith). Jadi, pengambil risiko lebih menyukai

tantangan dan peluang. Oleh sebab itu, pengambil risiko ditemukan

pada orang-orang yang inovatif dan kreatif yang merupakan bagian

terpenting dari perilaku kewirausahaan (Suryana,2000:17).

d. Kepemimpinan

Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat

kepemimpinan, kepeloporan, keteladanan. Ia selalu ingin tampil

berbeda, lebih dulu, lebih menonjol. Ia selalu memanfaatkan

perbedaan sebagai suatu yang menambah nilai. Karena itu,

perbedaan bagi seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan

merupakan sumber pembaharuan untuk menciptakan nilai. Ia selalu

ingin bergaul untuk mencari peluang, terbuka untuk menerima

kritik dan saran yang kemudian dijadikan peluang.

e. Berorientasi ke masa depan

Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang

memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan. Karena ia

memiliki pandangan yang jauh ke masa depan, maka selalu

berusaha untuk berkarsa dan berkarya. Kuncinya pada kemampuan

(59)

sudah ada sekarang. Meskipun dengan risiko yang mungkin terjadi,

ia tetap tabah untuk mencari peluang dan tantangan demi

pembaharuan masa depan. Pandangan yang jauh ke depan,

membuat wirausaha tidak cepat puas dengan karsa dan karya yang

sudah ada sekarang. Oleh sebab itu, ia selalu mempersiapkannya

dengan mencari suatu peluang (Suryana,2000:17).

f. Keorisinilan: kreativitas dan keinovasian

Menurut Yuyun Wirasasmita, nilai inovatif, kreatif dan

fleksibel merupakan unsur-unsur keorisinilan seseorang.

Wirausaha yang inovatif adalah orang yang kreatif dan yakin

dengan adanya cara-cara baru yang lebih baik (Suryana,2000:18).

Ciri-cirinya, adalah:

1) Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini,

meskipun cara tersebut cukup baik.

2) Selalu menuangkan imajinasi dalam pekerjaannya.

3) Selalu ingin tampil berbeda atau selalu memanfaatkan

perbedaan.

Menurut Hardvard’s Theodore Levitt mengemukakan

definisi keinovasian dan kreativitas lebih mengarah pada konsep

berfikir dan bertindak yang baru. Menurut Levitt, kreativitas adalah

berfikir sesuatu yang baru dan keinovasian adalah melakukan

(60)

sesuatu yang baru atau berpikir sesuatu yang lama dengan

cara-cara baru.

Dari definisi di atas, kreativitas mengandung pengertian,

yaitu :

1) Kreativitas adalah menciptakan sesuatu yang asalnya tidak ada.

2) Hasil kerja sama masa kini untuk memperbaiki masa lalu

dengan cara yang baru.

3) Menghilangkan sesuatu untuk menciptakan sesuatu yang lebih

sederhana dan lebih baik.

C. TINGKAT PENDIDIKAN

1. Pengertian pendidikan (paedagogie)

Secara etimologis paedagogie berasal dari bahasa Yunani,

terdiri dari kata “PAIS”, artinya anak, dan “AGAIN” diterjemahkan

membimbing, jadi paedagogie yaitu bimbingan yang diberikan kepada

anak (H.Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, 2001:69).

Secara definitif pendidikan (paedagogie) diartikan oleh

para tokoh pendidikan, sebagai berikut (H.Abu Ahmadi dan Nur

Uhbiyati, 2001:69):

a. John Dewey

Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan

(61)

b. SA.Bratanata dkk

Pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan baik langsung

maupun dengan cara yang tidak langsung untuk membantu anak

dalam perkembangannya mencapai kedewasaannya.

c. Rousseau

Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada

masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu

dewasa.

d. GBHN

Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian

dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah dan berlangsung

seumur hidup.

2. Jenis-jenis pendidikan

Pendidikan itu ada berbagai jenis. Jenis pendidikan itu

dapat dibeda-bedakan atau digolong-golongkan sebagai berikut

(H.Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, 2001:69):

a. Menurut tingkat dan

Gambar

Tabel III.2
Tabel III.5
Tabel III.7
gambar 4.1 Struktur Organisasi Koperasi kredit “Karsani” Minggir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Demikian juga pembelajaran Matematika yang materinya sangat kontektual dari sisi kebutuhan siswa untuk belajar mengembangkan dirinya, sementara belajar berangkat

Modal ilmiah ini diharapkan dapat ditumbuhkembangkan oleh peneliti penelitian fundamental tersebut atau oleh peneliti lain dalam kegiatan penelitian terapan yang berdampak

Kami akan berterimakasih apabila Jang Mulia dapat menegaskan, bahwa isi dari surat tersebut diatas mengandung arti sebenarnja dari pengertian jang telah ditjapai

a) Saat diterpa gempa dengan skala ringan, struktur bangunan dan fungsi bangunan harus dapat tetap berjalan (servicable) sehingga struktur harus kuat dan tidak

Emas yang diterima oleh pihak bank yaitu bentuk emas perhiasan atau lantakan/murni dengan tujuan untuk menggadaikan emasnya kepada Pawning Staff / Pawning Officer

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kepercayaan merek terhadap loyalitas merek pada konsumen obat batuk Komix, baik secara parsial maupun simultan

Pada game ini akan terlihat bagaimana sebenarnya kemampuan efisiensi kemampuan software open source dalam menangani pembuatan sebuah game yang sangat baik sekali untuk para

Laboratorium Sentral Ilmu Hayati Universitas Brawijaya (LSIH - UB) sesuai dengan Visi dan Misi yang diemban, terus gigih berjuang dengan berbagai upaya