PENGARUH MOTIVASI USAHA, JIWA KEWIRAUSAHAAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP SIKAP PENGUSAHA KECIL
UNTUK MENGAMBIL KREDIT KOPERASI SIMPAN PINJAM Studi kasus pada pengusaha kecil di Koperasi kredit “KARSANI” Minggir
Sleman Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh:
ANASTASIA DWI PURWANTI NIM: 021334070
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2008
HALAMAN MOTTO & PERSEMBAHAN
IA MEMBUAT SEGALA SESUATU
INDAH PADA WAKTUNYA
< PENGKOTBAH 3 : 11 A >
Skripsi ini khusus aku persembahkan untuk :
Tuhan Yesus Kristus
Bunda Maria
Bapakku (A. Tugiman) & Ibuku (C. Sumi)
Kakakku Marcus Purwanto & Adikku Yuliana Isnu Romanti
Keluarga besar Ranudimedja
Jikalau kamu tinggal di dalam Aku
dan Firman-Ku tinggal di dalam kamu,
mintalah apa saja yang kamu kehendaki
dan kamu akan menerimanya
( Yoh 15 : 17 )
ABSTRAK
PENGARUH MOTIVASI USAHA, JIWA KEWIRAUSAHAAN, DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP SIKAP PENGUSAHA KECIL
UNTUK MENGAMBIL KREDIT KOPERASI SIMPAN PINJAM
Studi Kasus pada Pengusaha Kecil di Koperasi Kredit “ KARSANI ” Minggir Sleman Yogyakarta
Anastasia Dwi Purwanti Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2008
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) pengaruh motivasi usaha terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam; (2) pengaruh jiwa kewirausahaan terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam; dan (3) pengaruh tingkat pendidikan terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam.
Penelitian ini dilaksanakan di Koperasi kredit “ KARSANI ” Minggir Sleman Yogyakarta pada bulan Juli sampai Agustus 2007. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 38 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh/sensus. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis korelasi product moment dan teknik analisis regresi sederhana.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) motivasi usaha berpengaruh positif terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam (p = 0,001 < α = 0,05); (2) jiwa kewirausahaan berpengaruh positif terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam (p = 0,040 < α = 0,05); dan (3) tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam (p = 0,032 < α = 0,05).
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF BUSINESS MOTIVATION,
ENTERPRENEURSHIP,AND LEVEL OF EDUCATION ON SMALL ENTERPRENEURS’ ATTITUDE
TO TAKE LOANS FROM CREDIT UNIONS
A case study on small entrepreneurs at “KARSANI’ Credit Union Minggir Sleman Yogyakarta
Anastasia Dwi Purwanti Sanata Dharma University
Yogyakarta 2008
The purpose of this research is to know : (1) the influence of business motivation on small enterpreneurs’ attitude to take loans from Credit Unions; (2) the influence of entrepreneurship on small enterpreneurs’ attitude to take loans from Credit Unions ; and (3) the influence of level of education on small enterpreneurs’ attitude to take loans from Credit Unions.
This research was carried out at “Karsani” Credit Union, Minggir - Sleman – Yogyakarta, from July to August 2007. The population in this research consisted of 38 small entrepreneurs. Technique for taking samples was registration whereas data collection technique were questionnaire, interview and documentation. Techniques for analysing the data were product moment correlation analyses and simple regression analyses.
The result of this research shows that : (1) business motivation has a positive influence on small enterpreneurs’ attitude to take loans from the Credit Union (
p
= 0,001 <α
= 0,05) ; (2) entrepreneurship has a positive influence on small enterpreneurs’ attitude to take loans from Credit Unions (p
= 0,040 <α
= 0,05) and (3) level of education has a positive influence on the small enterpreneurs’ attitude to take loans from Credit Union (p
= 0,032 <α
= 0,05).KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “Pengaruh Motivasi Usaha, Jiwa Kewirausahaan Dan Tingkat
Pendidikan Terhadap Sikap Pengusaha Kecil Untuk Mengambil Kredit Koperasi
Simpan Pinjam”. Studi kasus pada pengusaha kecil di Koperasi kredit “KARSANI” Minggir Sleman Yogyakarta.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat untuk mendapatkan
Gelar Sarjana Pendidikan. Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bimbingan,
pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan
hati penulis ingin menyampaikan rasa syukur dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan
Sosial Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Akuntansi Universitas Sanata Dharma.
4. Bapak S. Widanarto P., S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan
kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
5. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd dan ibu Natalina Premastuti
Brataningrum, S.Pd selaku dosen tamu yang telah memberikan saran dalam
skripsi ini.
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan ilmunya dan
mendidik saya sehingga berguna untuk masa depan saya.
7. Mba’ Aris dan Pak Wawi yang telah melayani dan membantu selama
menyelesaikan pendidikan di Univeritas Sanata Dharma Yogyakarta.
8. kepada Bapak Surasa, (makasih atas segala bantuan, saran serta kritik2nya).
Mas Gunadi n Mbak Suprihatin (Maaf jika selalu ngrepotin Mas n Mbak,
Makasih juga sudah mau direpoti).
9. Kepada Mas Kristanto di Kopdit makmur Magelang makasih atas segala
bantuannya selama penelitian. Makasih juga buat mas Joko atas infonya.
10. Kepada segenap responden Kopdit Karsani Minggir Sleman Yogyakarta dan
Kopdit Makmur Magelang. Terimakasih mau bersedia mengisi kuesioner.
11. Kedua orang tuaku (Bpk Athanasius Tugiman dan Ibu Chatarina Sumi)
makasih atas segala dukungan yang diberikan selama ini. Makasih juga atas
doa-doanya.
12. Kakaku (Mas Marcus Purwanto & adelfina maarisit) & adikku (Yuliana Isnu
Romanti) makasih atas segala dukungan n doanya. Akhirnya aq lulus...
13. Keluarga besar Ranudimedja: Mbah Ranudimedja ( kakung n putri ), pak’lek
Kantar n bulek Luci serta elin n krisna, pak’lek Pangat N bulek Aniek serta
Dika n nia, Pak’lek Ngateman beserta bulek, Pak’lek Lukas n Bulek Endah
14. Mas Endutku (mas Supriyadi)....makasih atas segala bantuan selama ini.
Atas cinta dan kasih sayangnya...
15. Sahabat-sahabatku : Lusi, Yuni, Ca2t, Yo2k, Kriwoln Lamdos makasih atas
persahatan yang indah ini. Kapan kita turing lagi...hee...heee..hee.
16. Muntari ”makasih atas segala bantuannya” juga untuk wi2n dan Kriwol
makasih mau membantu mengolah data dan menemani jalan kaki dari Jogja
ampe Muntilan.
17. Terimakasih juga kepada PAK 2002 khususnya PAK B ”Erma, dewi, iin,
goris n eri, imas, Bowo, Boim, Harso, Fanya, Indri, Tyas dan Eli.
18. Teman2ku Sastro, Tobing, Banu, Lia n Ci2l, Purwanti n dwi, serta teman
satu kost vero n ita.
19. Temen-temen Muntilan makasih atas dukungannya.... ( Mas Boy, Ugi, Rois,
Harno, wahyuni, Puji, n mas Mamet).
20. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu oleh penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan.
Oleh karenanya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari berbagai pihak. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Yogyakarta, Januari 2008
Anastasia Dwi Purwanti
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Anastasia Dwi Purwanti
Nomor Mahasiswa : 021334070
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : “Pengaruh Motivasi Usaha, Jiwa Kewirausahaan Dan Tingkat Pendidikan Terhadap Sikap Pengusaha Kecil Untuk Mengambil Kredit Koperasi Simpan Pinjam” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 29 Februari 2008
Yang menyatakan
(Anastasia Dwi Purwanti)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN MOTTO & PERSEMBAHAN... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... ... v
ABSTRAK... vi
ABSTRACT... vii
KATA PENGANTAR... viii
DAFTAR ISI... xii
DAFTAR TABEL... xvii
DAFTAR LAMPIRAN... xviii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Batasan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8
A. Motivasi ... 8
1. Pengertian motivasi... 8
2. Teori motivasi ... 11
3. Ciri-ciri motivasi menurut RH Wiwoho ... 17
4. Manfaat motivasi... 29
B. Jiwa kewirausahaan... 30
1. Pengertian kewirausahaan... 30
2. Pengertian wirausaha ... 32
3. Karakteristik kewirausahaan ... 33
4. Nilai-nilai kewirausahaan... 37
C. Tingkat pendidikan ... 42
1. Pengertian pendidikan... 42
2. Jenis-jenis pendidikan ... 43
3. Arti penting pendidikan ... 44
4. Tujuan pendidikan menurut para pakar... 45
D. Sikap... 46
1. Pengertian sikap ... 46
2. Karakteristik sikap ... 49
3. Struktur sikap ... 51
4. Pembentukan sikap ... 53
5. Ciri-ciri Attitude... 54
6. Metode-metode attitude ... 55
E. Usaha kecil ... 55
1. Pengertian usaha kecil... 55
2. Ciri-ciri usaha kecil ... 56
F. Koperasi ... 58
1. Pengertian koperasi ... 58
2. Pengertian koperasi simpan pinjam ... 59
G. Kredit ... 60
1. Pengertian kredit ... 60
2. Jenis-jenis kredit... 61
H. Kerangka berfikir ... 63
1. Pengaruh motivasi usaha terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam ... 63
2. Pengaruh jiwa kewirausahaan terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam ... 64
3. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam ... 65
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 67
A. Jenis penelitian ... 67
B. Tempat dan waktu penelitian ... 67
1. Tempat penelitian... 67
2. Waktu penelitian ... 67
C. Subyek dan obyek penelitian ... 68
1. Subyek penelitian ... 68
2. Obyek penelitian ... 68
D. Variabel penelitian dan pengukuran... 68
1. Variabel penelitian ... 68
2. Pengukuran variabel... 69
E. Populasi penelitian ... 72
F. Teknik pengumpulan data ... 72
1. Dokumentasi ... 73
2. Wawancara... 73
3. Kuesioner ... 73
G. Teknik pengujian instrumen... 73
1. Uji kesahihan (validitas) kuesioner... 74
2. Uji keandalan (reliabilitas) kuesioner ... 77
H. Teknik analisis data... 79
1. Uji prasyarat ... 79
2. Uji hipotesis ... 80
BAB IV GAMBARAN UMUM KOPERASI... 83
A. Sejarah berdiri dan latar belakang pembentukan koperasi kredit Karsani Minggir ... 83
1. Sejarah berdirinya koperasi kredit Karsani Minggir... 83
2. Latar belakang pembentukan koperasi Kredit Karsani Minggir . 84 B. Visi, Misi dan Tujuan... 85
1. Visi ... 85
2. Misi ... 85
3. Tujuan ... 85
C. Struktur organisasi koperasi kredit Karsani Minggir ... 86
D. Pola kebijakan koperasi kredit Karsani Minggir tahun 2007... 87
1. Keanggotaan... 87
2. Simpanan... 90
3. Pinjaman ... 92
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 94
A. Deskripsi data... 94
1. Deskripsi responden ... 94
2. Deskripsi variabel... 94
B. Analisis data ... 98
1. Pengujian prasyarat analisis data ... 98
2. Pengujian hipotesis ... 100
C. Pembahasan hasil penelitian ... 106
1. Pembahasan pengaruh motivasi usaha terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam ... 107
2. Pembahasan pengaruh jiwa kewirausahaan terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam... 108
3. Pembahasan pengaruh tingkat pendidikan terhadap sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi simpan pinjam... 110
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN... 114
A. Kesimpulan ... 114
B. Keterbatasan... 115
C. Saran... 115
DAFTAR PUSTAKA...118
LAMPIRAN...120
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel III.1 Skor pertanyaan... 70
Tabel III.2 Kisi-kisi kuesioner variabel motivasi usaha... 70
Tabel III.3 Kisi-kisi kuesioner variabel jiwa kewirausahaan... 71
Tabel III.4 Kisi-kisi kuesioner variabel sikap pengusaha kecil... 71
Tabel III.5 Rangkuman uji validitas motivasi usaha... 75
Tabel III.6 Rangkuman uji validitas jiwa kewirausahaan... 75
Tabel III.7 Rangkuman uji validitas sikap pengusaha kecil... 76
Tabel 5.1 Deskripsi jenis kelamin responden... 94
Tabel 5.2 Deskripsi variabel motivasi usaha... 95
Tabel 5.3 Deskripsi variabel jiwa kewirausahaan... 95
Tabel 5.4 Deskripsi variabel tingkat pendidikan... 96
Tabel 5.5 Deskripsi variabel sikap pengusaha kecil ... 97
Tabel 5.6 Hasil pengujian linieritas... 98
Tabel 5.7 Hasil pengujian normalitas... 99
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1 Kuesioner penelitian... 120
Lampiran 2 Data prapenelitian... 128
Lampiran 3 Hasil uji validitas & reliabilitas... 131
Lampiran 4 Data induk... 143
Lampiran 5 Data distribusi frekuensi... 149
Lampiran 6 Lampiran hasil uji normalitas & linieritas... 154
Lampiran 7 Pengujian regresi... 156
Lampiran 8 Tabel... 162
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kondisi perekonomian Indonesia sejak tahun 1997 menunjukkan
penurunan yang sangat drastis. Hal ini ditandai dengan penurunan nilai mata
uang rupiah, kenaikan harga-harga, meningkatnya pengangguran dan yang
sangat memprihatinkan adalah kondisi pinjaman negara yang semakin besar
sehingga semakin menambah kurang kepercayaan luar negeri kepada
Indonesia.
Sejak krisis ekonomi tersebut, banyak perusahaan kecil maupun
besar terpaksa gulung tikar. Dampak langsung dari perusahaan yang gulung
tikar adalah banyaknya karyawan yang terkena PHK (Pemutusan Hubungan
Kerja). Dengan banyaknya karyawan yang terkena PHK maka semakin
menambah jumlah pengangguran di Indonesia.
Dengan adanya PHK menuntut mereka untuk mencari pekerjaan
kembali agar roda perekonomian keluarga mereka terus berjalan. Sebagian
dari mereka ada yang terserap ke dalam pekerjaan formal sedangkan sebagian
lagi memutuskan untuk berwiraswasta (informal). Bagi mereka yang tidak
bisa memasuki dunia kerja tersebut, tentu akan semakin menambah jumlah
penggangguran sehingga pada akhirnya akan memicu jumlah penduduk
miskin di Indonesia.
Kebutuhan akan dana (modal) untuk membiayai usahanya adalah
masalah pokok dan paling sering dihadapi oleh setiap perusahaan atau
wiraswastawan yang bergerak dalam bidang usaha apapun. Kebutuhan akan
dana ini digunakan untuk modal investasi atau modal kerja. Dana memang
dibutuhkan baik untuk usaha yang baru berdiri maupun yang sudah berjalan
bertahun-tahun. Masyarakat mempunyai banyak pilihan dalam rangka
memenuhi kebutuhan akan dana dalam rangka membiayai kegiatan usahanya.
Koperasi simpan pinjam merupakan salah satu sumber dana bagi pengusaha
kecil. Melalui lembaga keuangan ini, para pengusaha dapat meminjam dana
yang mereka butuhkan dengan prosedur yang ringan.
Dalam kerangka inilah, membangun sebuah lembaga keuangan
yang memiliki kepedulian dan kebijakan yang pro orang miskin menjadi
sangat penting. Bila masyarakat miskin memiliki akses terhadap institusi
keuangan, maka mereka bisa mendapatkan akses kredit dengan bunga yang
wajar sehingga bisa mendorong berkembangnya usaha produktif. Bila
penghasilan meningkat, maka mereka bisa mengembangkan akses mereka
terhadap kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya seperti pendidikan, kesehatan,
dan tempat tinggal yang sehat
(http:www.access-indo.or.id/documents/bulletin%20april%2006.pdf). Apabila para pengusaha
kecil tersebut mendapatkan akses kredit usaha dari sebuah lembaga keuangan
maka para pengusaha tersebut dapat memanfaatkan peluang yang dimiliki saat
Motivasi terbentuk dari kebutuhan manusia. Setiap kegiatan
merupakan hasil dorongan motivasi. Manusia berusaha memuaskan
kebutuhannya dan mereka memahami bahwa untuk memenuhi tujuan tersebut
harus ada keinginan yang sangat kuat untuk mencapainya. Ini
mengindikasikan bahwa tujuan harus ditetapkan secara jelas dan pasti. Untuk
mencapai tujuan diperlukan suatu usaha, pengusaha kecil bisa
mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, keahlian dan kemampuan untuk
mencapainya. Keinginan yang sangat kuat untuk mencapai suatu keberhasilan
terhadap tujuan yang telah direncanakan merupakan salah satu motivasi
seorang pengusaha. Salah satu kendala utama bagi pengusaha adalah
terbenturnya dana guna memulai usaha barunya. Koperasi simpan pinjam
merupakan salah satu lembaga keuangan dengan prosedur kredit yang mudah
jika dibanding dengan Bank. Dengan dasar inilah, seorang pengusaha lebih
termotivasi untuk meminjam dana dari koperasi simpan pinjam.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Dengan pendidikan tersebut dapat ditingkatkan kemampuan, kecerdasan,
ketrampilan, dan pengetahuannya. Seseorang dengan tingkat pendidikan yang
tinggi, mempunyai pengetahuan yang luas. Begitu pula pada saat ia
menghadapi permasalahan permodalan dalam usaha barunya. Ia mempunyai
perhitungan-perhitungan tertentu dalam menganalisis prospek usahanya.
Sehingga dengan dasar ini, ia berani mengambil kredit pada koperasi simpan
Wirausaha selalu komitmen dalam melakukan tugasnya sampai
berhasil. Ia tidak setengah-setengah dalam melakukan pekerjaannya. Karena
itu, ia selalu tekun, ulet, pantang menyerah sebelum pekerjaannya berhasil.
Dalam melakukan pekerjaan tersebut, wirausaha tidak bertindak spekulasi
tetapi selalu penuh perhitungan. Ia berani mengambil risiko yang moderat,
artinya risiko yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah.
Keberanian menghadapi risiko yang didukung oleh komitmen yang kuat,
mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang sampai ada hasil.
Hasil-hasil itu harus nyata/jelas dan objektif, dan merupakan umpan balik
(feed-back) bagi kelancaran kegiatannya. Dengan semangat optimisme yang
tinggi karena ada hasil yang diperoleh, maka uang selalu dikelola secara
proaktif dan dipandang sebagai sumber daya (Suryana,2000:9). Dengan jiwa
kewirausahaan yang tinggi, maka besar kemungkinan bagi pengusaha kecil
untuk mengambil kredit di koperasi simpan pinjam.
Dengan berbagai dasar yang telah dikemukakan diatas, penulis
mencoba meneliti sejauh mana pengaruh antara motivasi usaha, jiwa
kewirausahaan, dan tingkat pendidikan dengan sikap pengusaha kecil untuk
mengambil kredit koperasi. Judul yang akan penulis angkat adalah
“PENGARUH MOTIVASI USAHA, JIWA KEWIRAUSAHAAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP SIKAP PENGUSAHA KECIL UNTUK MENGAMBIL KREDIT KOPERASI SIMPAN PINJAM” Studi kasus pada pengusaha kecil di Koperasi kredit “KARSANI” Minggir Sleman
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,
maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh positif motivasi usaha terhadap sikap pengusaha
kecil untuk mengambil kredit koperasi Simpan Pinjam?
2. Apakah ada pengaruh positif jiwa kewirausahaan terhadap sikap
pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi Simpan Pinjam?
3. Apakah ada pengaruh positif tingkat pendidikan terhadap sikap pengusaha
kecil untuk mengambil kredit koperasi Simpan Pinjam?
C. Batasan Masalah
Terdapat begitu banyak faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi Simpan Pinjam, namun
tidak semua faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut akan diteliti oleh
penulis. Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada tiga faktor yang
mempengaruhi sikap pengusaha kecil dalam mengambil kredit koperasi
Simpan Pinjam, yaitu motivasi usaha, jiwa kewirausahaan dan tingkat
pendidikan.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang dilaksanakan pada koperasi simpan pinjam
1. Untuk mengetahui adanya pengaruh positif motivasi usaha terhadap sikap
pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi Simpan Pinjam.
2. Untuk mengetahui adanya pengaruh positif jiwa kewirausahaan terhadap
sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi Simpan Pinjam.
3. Untuk mengetahui adanya pengaruh positif tingkat pendidikan terhadap
sikap pengusaha kecil untuk mengambil kredit koperasi Simpan Pinjam.
E Manfaat Penelitian
1. Bagi pengusaha kecil
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan masukan
dalam usaha mengembangkan usahanya melalui pemanfaatan peluang
kredit koperasi Simpan Pinjam.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan pustaka
untuk penelitian lainnya dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi
Universitas Sanata Dharma khususnya mengenai sikap pengusaha kecil
dalam mengambil kredit koperasi Simpan Pinjam.
3. Bagi Penulis
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat semakin menambah
pengetahuan dan wawasan sekaligus sebagai pengaplikasian ilmu-ilmu
4. Bagi Koperasi Simpan pinjam
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada koperasi
dan dapat digunakan sebagai masukan atau saran sehingga dapat
bermanfaat bagi koperasi khususnya mengenai sikap pengusaha kecil
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. MOTIVASI
1. Pengertian Motivasi
Sukses tidaknya suatu usaha, sangat tergantung dari aktivitas dan
kreativitas sumber daya manusianya. Agar hal ini dapat tercapai, hal utama
yang harus diperhatikan adalah membangkitkan motivasi pengusaha kecil.
Menurut kamus bahasa Indonesia modern karangan Mohammad
Ali, motif diartikan sebagai: sebab-sebab yang menjadi dorongan tindakan
seseorang; dasar pikiran dan pendapat; sesuatu yang menjadi pokok
(dalam Ishak Arep dan Hendri Tanjung, 2002:12). Dari pengertian motif
tersebut dapat diturunkan pengertian motivasi sebagai sesuatu yang pokok,
yang menjadi dorongan seseorang untuk bekerja.
Motivasi dapat diartikan sebagai daya pendorong yang
mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk
mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau ketrampilan yang
menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka
pencapaiannya tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah
ditentukan sebelumnya (Sondang P.Siagian, 1989:138). Dari pengertian
motivasi tersebut, mengandung tiga hal penting yaitu: pemberian motivasi
berkaitan langsung dengan usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasaran
organisasional; usaha tertentu sebagai akibat motivasi itu (artinya motivasi
merupakan proses keterkaitan antara usaha dan pemuas kebutuhan
tertentu); terdapat definisi motivasi yaitu keadaan internal seseorang yang
menyebabkan hasil usaha tertentu menjadi menarik. Selain itu, dalam
pengertian tersebut terlihat pula bahwa motivasi dapat bersumber dari
dalam diri seseorang (motivasi internal/motivasi intrinsik) akan tetapi
dapat pula bersumber dari luar diri orang yang bersangkutan yang dikenal
dengan istilah motivasi eksternal/ekstrinsik.
Motivasi adalah suatu kumpulan kekuatan tenaga yang berasal dari
dalam maupun luar individu yang memulai sikap dan menetapkan bentuk,
arah, serta intensitasnya (Usmara, 2006:14). Dalam pengertian ini,
motivasi memberikan energi yang mengerakkan untuk memuaskan
kebutuhan manusia akan: prestasi, cinta, rasa aman, pengakuan dari orang
lain, mendapatkan pengalaman baru, harga diri dan kemampuan untuk
meraih cita-cita. Dimana energi merupakan kemampuan untuk bertindak
atau melakukan sesuatu. Energi merupakan ketetapan hati yang tidak dapat
dimiliki semua orang untuk melakukan hal yang menyenangkan hati
mereka. Dengan memiliki energi orang akan mampu melakukan apa saja.
Tanpa energi, orang tidak akan bisa memuaskan kebutuhan dirinya
meskipun memiliki bakat, kesempatan, serta lingkungan yang
memungkinkan.
Hodgetts dan Luthans (dalam Usmara, 2006:14) mengemukakan
motivasi sebagai proses psikologis melalui keinginan yang belum
menunjukkan bahwa motivasi menggambarkan suatu kekuatan yang
menggerakan manusia untuk bersikap dengan cara tertentu. Hal ini
memperlihatkan bahwa motivasi muncul karena adanya suatu kebutuhan.
Kebutuhan menunjukkan adanya kekurangan yang dialami individu.
Kekurangan dapat bersifat fisiologis (kebutuhan dasar manusia),
psikologis (kebutuhan akan harga diri) atau sosiologis (kebutuhan
berinteraksi sosial). Kebutuhan tersebut didorong dan diarahkan untuk
mengurangi kebutuhan.
Seperti terlihat pada gambar berikut, motivasi terbentuk dari
kebutuhan manusia. Setiap kegiatan merupakan hasil dorongan motivasi.
Manusia berusaha memuaskan kebutuhannya dan mereka memahami
bahwa untuk memenuhi tujuan tersebut harus ada keinginan yang sangat
kuat untuk mencapainya. Ini mengindikasikan bahwa tujuan harus
ditetapkan secara jelas dan pasti. Untuk mencapai tujuan diperlukan suatu
usaha, pengusaha kecil bisa mengembangkan pengetahuan, ketrampilan,
keahlian dan kemampuan untuk mencapainya. Apabila usaha tersebut
berhasil (tujuan dapat tercapai), maka kebutuhan akan menjadi kurang
kuat dan motivasi seseorangpun juga akan berkurang. Hal ini dapat dilihat
PROSES MOTIVASI
Pencapaian tujuan atau frustasi
Mencari tujuan untuk kepuasan kebutuhan Kebutuhan
Manusia
Usaha untuk mencapai tujuan
Pemahaman tujuan untuk kepuasan kebutuhan
Sumber: Ramon.J.Aldag dan Timothy M.Stearns, Management,South-Western Publishing.Co Cincinnati,Ohio,1987.
2. Teori Motivasi a. Teori Maslow
Dalam hubungannya dengan motivasi kerja Maslow
memperkenalkan hirarki kebutuhan pada tahun 1943 dalam artikelnya
A theory of human motivation. Maslow berpendapat bahwa orang
memiliki kebutuhan yang mereka perjuangkan untuk dipenuhi, bahwa
kebutuhan mereka kompleks, dan bahwa kebutuhan mereka
terus-menerus berubah. Maslow juga mengemukakan suatu hipotesa bahwa
dengan kebutuhan fisiologis sebagai dasarnya dan perwujudan pribadi
sebagai puncaknya.
Maslow merasa bahwa setelah kebutuhan pada tingkat khusus
dalam hirarki tersebut telah terpenuhi, mereka akan kehilangan
kepentingan, sementara kebutuhan pada tingkat selanjutnya yang lebih
tinggi akan menjadi yang paling penting. Menurut A. H. Maslow pada
umumnya terdapat lima hirarki kebutuhan manusia (Usmara, 2006:18)
yaitu :
HIRARKI KEBUTUHAN MASLOW
Kebutuhan fisiologis Kebutuhan akan rasa aman Kebutuhan akan kasih sayang Kebutuhan akan penghargaan
Kebutuhan akan Aktualisasi diri
Hirarki itu terbagi dari kebutuhan fisiologis sampai kebutuhan
aktualisasi diri sebagai berikut:
1) Kebutuhan fisiologis
Merupakan kebutuhan paling mendesak dari
kebutuhan-kebutuhan lainnya. Mempunyai arti bahwa dalam diri manusia
yang tidak memiliki apapun dalam kehidupannya, kemungkinan
besar motivasi utamanya adalah kebutuhan fisiologis dan bukan
akan tetap ada sebagai pengatur perilaku. Jika kebutuhan akan rasa
lapar telah terpenuhi, maka kebutuhan tersebut akan menjadi tidak
penting dalam dinamika individu. Kebutuhan ini meliputi
makanan, minuman, seks, dan tidur (Usmara, 2006:19).
2) Kebutuhan akan rasa aman
Jika kebutuhan-kebutuhan fisiologis telah terpenuhi maka
selanjutnya muncul serangkaian kebutuhan baru yang bisa
dikategorikan sebagai kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman.
Menurut Maslow kelompok masyarakat yang damai, teratur, dan
baik secara umum mampu membuat para anggotanya merasa
cukup aman dari penyerangan, pembunuhan, penindasan dan
sebagainya. Seseorang yang sudah merasa aman sebagai tidak lagi
merasa terancam (Usmara, 2006:20).
3) Kebutuhan akan kasih sayang
Jika kebutuhan-kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan
rasa aman telah bisa dipenuhi, maka muncul kebutuhan akan kasih
sayang dan kebutuhan mengasihi. Maslow dalam hal ini
memberikan tekanan bahwa kasih sayang tidak sama dengan
seksualitas. Hal lain yang tidak boleh diabaikan disini adalah
adanya fakta bahwa kebutuhan akan rasa sayang melibatkan bentuk
4) Kebutuhan akan penghargaan
Istilah penghargaan diri yang memiliki dasar stabil berarti
hal tersebut didasarkan pada hasil pencapaian kemampuan dan
penghargaan dari orang lain. Pemuasan atas kebutuhan akan
penghargaan diri mengarah pada perasaan kepercayaan diri,
perasaan memiliki nilai, kekuatan, dan kecukupan serta perasaan
berguna dan diperlakukan oleh lingkungannya, namun bila
pemenuhan akan kebutuhan-kebutuhan ini terlambat maka akan
muncul sikap rendah diri, sikap lemah, tidak berdaya (Usmara,
2006:21).
5) Kebutuhan akan aktualisasi diri
Sekalipun semua kebutuhan di atas dipenuhi, individu
mungkin sering merasakan ketidakpuasan atau kegelisahan yang
muncul dan berkembang, kecuali jika individu yang bersangkutan
melakukan apa yang sesuai dengan dirinya. Apa yang ingin
diwujudkan oleh seseorang maka ia harus mewujudkannya.
Kebutuhan ini menurut Maslow bisa disebut sebagai aktualisasi
diri. Istilah ini mengacu pada kebutuhan akan pemenuhan diri atau
dengan kata lain kecenderungan bagi seseorang untuk
mengaktualisasikan potensi apa yang dimilikinya (Usmara,
b. Teori Equity (Teori keadilan)
Teori ini dirumuskan sebagai berikut:
M = F (Eq (OW))
Keterangan
M = Motivasi
Eq = Equity, keadilan yang diterapkan pada pekerjaan lain. O = Outcome, hasil apa yang diberikan orang lain.
W = Wages, gaji yang diterima orang lain.
Teori ini menjelaskan bahwa motivasi merupakan fungsi dari
keadilan yang didasarkan hasil (output) dan wages (pendapatan).
Keadilan yang sederhana adalah menerima pendapatan sesuai dengan
usahanya. Jika bekerja keras, pendapatannya tinggi. Sebaliknya, jika
bekerja malas, pendapatannya rendah. Tidak adil jika orang yang rajin
dengan malas disamakan pendapatannya. Menurut teori ini, seseorang
akan termotivasi bekerja jika ia menikmati rasa keadilan. Prestasi yang
akan dipersembahkan tergantung pada persepsinya kepada apa yang
diberikan dan diterima orang lain.
c. Teori David Mc Clelland
Model Mc Cleland’s sangat menekankan perhatian terhadap
prestasi (achievement). Kebutuhan yang penting, yaitu: achievement.
Artinya adalah adanya keinginan untuk mencapai tujuan lebih baik
daripada sebelumnya (pencapaian prestasi).
Orang yang dalam hatinya ada perasaan menggebu-gebu untuk
melaksanakan pekerjaan dan tugasnya. Sebaliknya orang yang tidak
ada niat yang kuat untuk meraih prestasi, akan ketinggalan jauh
dibandingkan dengan orang yang termotivasi. Hal ini dapat dicapai
dengan cara: Merumuskan tujuan, mendapatkan umpan balik,
memberikan tanggung jawab pribadi, bekerja keras, affiliation, bekerja
sama dengan orang lain, membuat kawan di tempat kerja, sosialisasi,
power, kepribadian, pengalaman kerja, dan tipe organisasi (ishak arep
dan hendri tanjung, 2002:30).
d. Teori Frederich Herzberg
Di sini oleh Fedrick Hezberg, kebutuhan disebut dengan istilah
Two-Factor View. Menurut dia, kepuasan manusia terdiri atas dua hal,
yaitu puas dan tidak puas. Selanjutnya Pittsburgh melakukan studi
yang kemudian melahirkan teori Two Factor, yaitu: Motivator. Di sini
ada kepuasan kerja atau perasaan positif. Menurut teori ini kita harus
menciptakan dan meningkatkan factor motivator dan mengurangi
faktor hygiene. Untuk meningkatkan motivasi, maka manajer harus
menghilangkan ketidakpuasan dan memberikan peluang untuk
pencapaian prestasi, peningkatan dan tanggung jawab (Ishak Arep dan
Hendri Tanjung, 2002:28).
Dari pengertian-pengertian mengenai motivasi di atas, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi adalah sesuatu atau hal yang
dapat mendorong seseorang ( dalam hal ini adalah pengusaha kecil ) dalam
dapat menentukan keputusan pengambilan kredit koperasi simpan pinjam
guna pencapaian tujuan usahanya.
3. Ciri-ciri Motivasi menurut RH Wiwoho
Dalam buku yang ditulis oleh RH Wiwoho dengan judul Kunci
menuju puncak motivasi terdapat kriteria yang bisa menentukan arah
motivasi seseorang. Kriteria tersebut yaitu arah motivasi, sumber motivasi,
dasar motivasi, faktor motivasi dan tingkat motivasi. Berikut ini akan
diuraikan secara rinci mengenai ciri motivasi wiraswasta beserta
kriterianya masing-masing.
NO Ciri motivasi kriteria kriteria wiraswasta
Mendekati √
1. Arah Motivasi
Menjauhi -
Internal √
2. Sumber Motivasi
Eksternal -
Opsional √
3. Dasar Motivasi
Prosedural - Persamaan -
Sama, kecuali -
4. Faktor Motivasi
Perbedaan √
Proaktif √
5. Tingkat Motivasi
Reaktif -
Kriteria itu terdiri dari Arah Motivasi sampai Tingkat Motivasi
sebagai berikut:
a. Arah Motivasi
Ciri motivasi wiraswasta yang pertama yaitu arah motivasi.
Dalam ciri ini, dikatakan bahwa seseorang itu bergerak mendekati
1) Mendekati
Dalam pembahasan mengenai arah motivasi yang
mendekati (tujuan atau hal yang disukainya) dapat digambarkan
dengan contoh berikut ini. Perilaku keledai dapat memberikan
gambaran mengenai arah motivasi seseorang yang mendekati
tujuan atau hal yang disukainya. “ Mengapa seekor keledai mau
berjalan?”. Biasanya penunggang kuda akan menggantungkan
wortel dengan bilah kayu di depan mata keledai. Karena ingin
makan wortel itu, keledai akan bergerak maju ke depan. Semakin
maju, penumpang di atasnya juga maju dan otomatis wortel yang
digantungkannya juga ikut bergerak maju. Jadi keledai berjalan
karena ada iming-iming hadiah di depan matanya, yakni wortel.
Motivasi keledai itu bisa memberikan gambaran tentang arah
motivasi yang mendekati tujuan (atau hal yang disukainya, yaitu
wortel).
Kata yang memotivasi seseorang dengan arah motivasi
mendekati misalnya memakai kata memiliki, memperoleh,
menjaga, keuntungan dan termasuk. Sedangkan ciri
komunikasinya yaitu menunjuk sesuatu, kepala mengangguk.
Arah motivasi seorang wirausaha atau pemilik bisnis
seyogyanya mendekati, tidak terlalu peduli dengan obstacles atau
tujuan yang hendak dicapainya, berani menghadapi tantangan,
persaingan dan kejamnya rimba belantara bisnis.
2) Menjauhi
Dalam pembahasan mengenai arah motivasi yang menjauhi
(masalah atau hal yang tidak disukainya) dapat digambarkan
dengan contoh berikut ini. Perilaku kuda dapat memberikan
gambaran mengenai arah motivasi seseorang yang menjauhi
masalah atau hal yang tidak disukainya. “ Mengapa seekor kuda
mau berjalan atau berlari?”. Biasanya penunggang kuda akan
mencambuk kuda karena jika tidak dicambuk kuda tidak mau
berjalan atau berlari. Dalam hal ini berarti kuda mau berjalan atau
berlari karena menghindari cambukan. Dari pengalaman, kuda tahu
bahwa kalau tidak mau berjalan, dia akan dicambuk lagi. Untuk
menghindari hal yang tidak diinginkan, yaitu dicambuk, kuda mau
berjalan. Motivasi kuda itu bisa memberikan gambaran tentang
arah motivasi yang menjauhi masalah (atau hal yang tidak
disukainya, yaitu dicambuk).
Kata yang memotivasi seseorang dengan arah motivasi
menjauhi misalnya memakai kata menghindari, mencegah, tidak
harus, tidak akan terlibat dengan, dan tidak sempurna. Sedangkan
ciri komunikasinya yaitu menggoyang tangan di depan dada,
b. Sumber motivasi
Ciri motivasi wiraswasta yang kedua yaitu sumber motivasi.
Dalam mencari sumber motivasi seseorang: internal atau eksternal
berkaitan dengan keputusan seseorang dibuat “di dalam” atau “di luar”
dirinya.
1) Internal
Orang yang memiliki kecenderungan internal memiliki sumber motivasi dan standar evaluasi di dalam dirinya sendiri.
Mereka kesulitan menerima opini atau perintah dari luar. Ketika
menerima respons negative atas pekerjaannya, padahal mereka
merasa telah melakukannya dengan baik, mereka akan
mempertanyakan opini atau pertimbangan orang yang memberikan
kritik itu. Pada dasarnya mereka mau “mengumpulkan informasi”
dari luar, tetapi kemudian memutuskan dengan standar internal-nya.
Kata yang memotivasi seseorang dengan sumber motivasi
internal misalnya memakai kata perlu anda pertimbangkan,
terserah anda, hanya anda yang bisa memutuskan, untuk informasi
lebih lanjut, dan silakan hubungi. Sedangkan ciri komunikasinya
yaitu duduk dengan tegak, menunjuk ke diri sendiri, berhenti
sejenak untuk mengevaluasi sebelum menjawab kritik, tidak
Sumber motivasi seorang wirausaha atau pemilik bisnis
seyogyanya harus cenderung internal, dengan kata lain harus tegas
dan memiliki standar evaluasi di dalam dirinya, sehingga membuat
anak buahnya yakin dengan apa yang dilakukan oleh bosnya.
2) Eksternal
Pada sisi lain, orang yang memiliki sumber motivasi
eksternal adalah orang yang memerlukan opini, arahan dari luar
atau tanggapan dari pihak luar untuk tetap termotivasi. Dalam
bekerja, bila orang ini tidak mendapat respons, mereka tidak tahu
apakah sudah mengerjakannya dari luar. Tidak diperolehnya
komentar eksternal membuat mereka kebingungan sendiri.
Kata yang memotivasi seseorang dengan sumber motivasi
eksternal misalnya memakai kata ini sudah dibuktikan oleh
orang-orang yang akan anda hargai, anda akan merasakan manfaatnya,
saya sangat merekomendasikannya, dan riset terakhir. Sedangkan
ciri komunikasinya yaitu badan condong ke depan, mengamati
respons dengan cermat, ekspresi wajah menunjukkan ingin tahu
apakah ia sudah benar atau belum.
c. Dasar Motivasi
Ciri motivasi wiraswasta yang ketiga yaitu dasar motivasi.
Yang pertama adalah prosedural, yaitu orang-orang yang lebih suka
opsional, yaitu orang yang lebih termotivasi bila ada pilihan dalam
mengerjakan sesuatu.
1) Opsional
Orang-orang yang memiliki kecenderungan opsional
tergerak oleh adanya kesempatan atau tersedianya pilihan untuk
melakukan sesuatu dengan cara-cara lain. Mereka berprinsip
bahwa “ada banyak jalan menuju ke Roma”. Mereka tergoda oleh
gagasan dan kemungkinan-kemungkinan yang tidak terbatas, serta
senang mengganti dan mengacak-acak aturan. Mereka senang
menciptakan prosedur, tapi tidak suka mengikutinya, karena kalau
dia mengikuti prosedur itu, artinya dia tidak punya opsi untuk
membuat prosedur yang “baru” lagi.
Orang opsional senang memulai sebuah proyek atau
mengembangkan ide baru, namun tidak begitu tertarik untuk
menyelesaikannya. Senang menciptakan dan membuat sesuatu,
namun sulit konsisten mempertahankannya. Sulit menjaga
komitmennya sendiri, karena hal ini akan mengurangi
“kebebasannya” dalam memilih.
Profesi yang cocok untuk orang yang opsional adalah sales
atau tenaga penjual, pelukis, arsitek, disainer, programmer
komputer dan wiraswasta. Setiap sales atau tenaga penjual harus
opsional, karena tugas mereka adalah mencari opsi atau cara-cara
Kata yang memotivasi seseorang dengan dasar motivasi
opsional misalnya memakai kata kesempatan, kemungkinan tidak
terbatas, variasi, pilihan dan alternatif. Sedangkan ciri
komunikasinya yaitu kalimatnya menunjukkan criteria yang
penting, dapat memperluas pilihan-pilihan, kata-katanya lugas.
Dasar motivasi seorang wirausaha atau pemilik bisnis
seyogyanya harus cenderung opsional, yakni berani melakukan
terobosan baru, mencari alternative-alternatif lain dalam mengikuti
trend pasar, dan kreatif dalam dalam menciptakan produk-produk
baru untuk memuaskan keinginan konsumennya.
2) Prosedural
Orang-orang yang memiliki kecenderungan prosedural,
adalah orang-orang yang percaya bahwa pasti ada sebuah “cara”
yang tepat untuk mengerjakan sesuatu dengan baik. Dalam arti,
mereka lebih tertarik pada bagaimana sesuatu harus dikerjakan,
bukan mengapa harus dilakukan dengan cara seperti itu. Orang
prosedural akan mentok, bila tidak diberi langkah-langkah atau
prosedur untuk melakukannya. Sekali mereka mendapatkan
prosedur itu, mereka akan melakukan hal yang sama
berulang-ulang. Pada saat mereka menjalankan sebuah prosedur, hal yang
paling penting buat mereka adalah menuntaskan prosedur itu. Ini
sudah dimulainya. Ini adalah orang yang rela lembur untuk
menyelesaikan sebuah tugas.
Profesi yang cocok untuk orang yang prosedural adalah
akuntan, auditor, dokter dan pilot. Seorang dokter harus bekerja
secara prosedural, misalnya dalam melakukan operasi. Langkah
pertama pasien harus dibius, kemudian dibedah dan akhirnya
dijahit. Jika seorang dokter tidak mengikuti prosedur, tentu dia
akan melakukan langkah operasi sesuai keinginannya. Dia bisa
mulai dari membedah kemudian membius. Tentu seorang pasien
tidak mau jika langkah-langkah operasi sesuai keinginan dokter
dan tidak sesuai dengan prosedur yang benar.
Kata yang memotivasi seseorang dengan dasar motivasi
prosedural misalnya memakai kata caranya adalah…, cara terbaik,
konsisten, ikuti saja prosedurnya, metoda yang sudah terbukti dan
reliabilitas. Sedangkan ciri komunikasinya yaitu tidak memilih tapi
malah bercerita tentang urut-urutan mengapa akhirnya sampai di
sana, uraian kalimatnya panjang dan berkisah.
d. Faktor Motivasi
Ciri motivasi wiraswasta yang keempat yaitu faktor motivasi.
Yang pertama adalah persamaan, yaitu orang-orang yang termotivasi
untuk tetap tinggal pada situasi yang sama; kedua adalah persamaan
seiring dengan perubahan waktu; dan yang ketiga adalah perbedaan,
yaitu orang yang termotivasi untuk berubah secara drastis dan cepat.
1) Persamaan
Orang yang kecenderungannya mencari persamaan dalam
konteks tertentu adalah orang yang termotivasi untuk melihat hal
yang sama. Ini adalah orang yang punya tendensi makan di tempat
yang sama dan dengan menu yang relatif sama. Dalam konteks
kerja, mereka menginginkan situasi tetap sama, tidak menyukai
perubahan dan secara ekstrem menolak untuk beradaptasi. Orang
persamaan adalah orang yang ingin evolusioner.
Kata yang memotivasi seseorang dengan faktor motivasi
persamaan misalnya memakai kata seperti sebelumnya, tidak
berubah, tetap, identik dan persis sama. Sedangkan ciri
komunikasinya yaitu berbicara tentang bagaimana semua hal
tampaknya sama dan identik, bagaimana semuanya tidak berubah,
dan menceritakan apa-apa saja yang sama.
2) Perbedaan
Orang yang kecenderungannya mencari perbedaan dalam
konteks tertentu adalah orang yang termotivasi untuk melihat hal
yang beda. Orang seperti ini senang perubahan. Orang perbedaan
menginginkan perubahan sebagai hal yang konstan dan penting,
serta menolak situasi yang statis dan stabil. Mereka butuh
tidak memperolehnya, mereka akan meninggalkannya. Orang
perbedaan adalah orang yang reformasioner.
Kata yang memotivasi seseorang dengan faktor motivasi
perbedaan misalnya memakai kata seperti berubah total,
benar-benar beda, tidak seperti lainnya dan unik. Sedangkan ciri
komunikasinya yaitu ketika menjawab mungkin tidak paham
dengan kata” hubungan”, menjabarkan semuanya benar-benar
berubah, bahasanya menunjukkan sesuatu yang tiba-tiba, berfokus
pada tujuan dan mengabaikan perjalanan.
Faktor motivasi seorang wirausaha atau pemilik bisnis
seyogyanya harus cenderung perbedaan. Faktor perbedaan ini juga
tersirat dalam dasar motivasi wirausaha yang opsional.
Kadang-kadang secara periodik dia harus mendisain ulang took atau
autletnya, suka dengan hal-hal baru dan memiliki mobilitas yang
tinggi untuk bergerak dari satu cabang ke cabang lainnya.
3) Persamaan dengan kekecualian
Di tengah-tengah kedua faktor motivasi ini ada yang
disebut sebagai persamaan dengan kekecualian. Ini ditandai dengan
jawaban: “ Sama, tapi….” Orang semacam ini pada konteks
tertentu tetap ingin situasi yang sama, meskipun mereka juga mau
menerima perubahan setiap tahun, asalkan tidak terlalu drastis.
Mereka cenderung menolak perubahan besar. Orang persamaan
Kata yang memotivasi seseorang dengan faktor motivasi
persamaan dengan kekecualian misalnya memakai kata progresif,
tumbuh pelan-pelan, sama namun lebih baik, berkembang, maju
dan sama kecuali. Sedangkan ciri komunikasinya yaitu berbicara
tentang bagaimana semuanya berkembang seiring dengan
perubahan waktu, membandingkan satu dengan lainnya,
kecuali/lebih/kurang, pembicaraan fokus pada perjalanan (bukan
tujuan perjalanan).
e. Tingkat Motivasi
Ciri motivasi wiraswasta yang kelima yaitu tingkat motivasi.
Yang pertama adalah proaktif, yaitu orang-orang yang termotivasi
untuk bertindak segera. Bertindak dulu, baru berpikir. Kedua adalah
reaktif, yaitu orang yang termotivasi untuk menunggu, menganalisis,
mempertimbangkan dan bereaksi. Berfikir dulu, baru bertindak.
1) Proaktif
Orang yang memiliki kecenderungan proaktif suka
mengambil inisiatif. Mereka cenderung bertindak dengan sedikit
atau bahkan hampir tanpa pertimbangan. Mereka langsung
menceburkan diri dalam sebuah situasi, tanpa berfikir atau
menganalisanya matang-matang. Mereka sering “tubruk sana,
tubruk sini” sebelum akhirnya dia menyadari bahwa dia sudah
berada di jalur yang salah. Namun pada umumnya mereka self
cakap dalam menyelesaikan tugas. Orang proaktif cenderung tidak
sabaran dalam bekerja. Mereka tidak nyaman dengan birokrasi
Kata yang memotivasi seseorang dengan tingkat motivasi
proaktif misalnya memakai kata kejar, langsung, sekarang,
selesaikan, ayo cepat, ambil inisiatif, hadapi sekarang juga,
mengapa menunggu dan jalankan saja. Sedangkan ciri
komunikasinya yaitu memakai kalimat-kalimat pendek, struktur
kalimatnya jelas dan rapi, uraiannya langsung, bahasa tubuh
menunjukkan ketidaksabaran, berbicara cepat, banyak gerakan dan
tidak mampu duduk dalam waktu yang lama.
Tingkat motivasi seorang wirausaha atau pemilik bisnis
seyogyanya harus cenderung proaktif. Seorang wirausaha harus
punya inisiatif, berjiwa pionir dan action-oriented. Seorang
wiraswastawan harus tanggap menghadapi perubahan pasar yang
begitu cepat dan harus sigap dalam mengambil keputusan,
sehingga subordinate-nya tidak binggung menunggu untuk
melakukan langkah-langkah berikutnya. Tentu saja wiraswastawan
yang sangat proaktif harus didampingi oleh seseorang yang lebih
reaktif, yaitu orang yang tekun mengumpulkan data serta informasi
sebagai landasan keputusan bosnya.
2) Reaktif
Di sisi lain, orang yang reaktif biasanya menunggu orang
Mereka cenderung ingin benar-benar memahami dan
mempertimbangkan segala sesuatu sebelum mengambil tindakan.
Ini adalah orang yang percaya sekali pada kesempatan dan
keberuntungan. Kendati demikian, mereka adalah orang yang
cakap dalam membuat analisa, sabar dan cermat dalam
mengumpulkan informasi. Orang reaktif merasa tertekan dan
cemas bila disuruh mengambil inisiatif. Mereka terlalu lama
mempertimbangkan dan menganalisa segala sesuatunya, kadang
tanpa disertai tindakan apapun.
Kata yang memotivasi seseorang dengan tingkat motivasi
reaktif misalnya memakai kata pertimbangan ini, mari kita
pikirkan, anda harus memahaminya, anda boleh
mempertimbangkan, ini akan memperjelas anda, dan
keberuntungan sedang mendekati anda. Sedangkan ciri
komunikasinya yaitu memakai kalimat sering tidak lengkap,
subyek atau kata kerja sering hilang, penuh kata-kata infinitas,
nanti, besok, kapan-kapan, kalimatnya panjang dan berbelit-belit,
sangat hati-hati dan butuh memahami serta menganalisa, bahasa
tubuh, dan mampu duduk untuk jangka waktu yang lama.
4. Manfaat Motivasi
Secara singkat, manfaat motivasi yang utama adalah menciptakan
gairah kerja, sehingga produktivitas kerja kerja meningkat.Sesuatu yang
senang mengerjakannya. Orangpun akan merasa dihargai/diakui. Hal ini
terjadi karena pekerjaannya itu betul-betul berharga bagi orang yang
termotivasi. Ciri orang yang termotivasi adalah bekerja sesuai standar,
senang bekerja, merasa berharga, bekerja keras, sedikit pengawasan, dan
semangat juang tinggi.
B. JIWA KEWIRAUSAHAAN
1. Pengertian Kewirausahaan (entrepreneurship)
Secara epistimologi, kewirausahaan merupakan suatu nilai
yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up phase) atau
suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative) dan
sesuatu yang berbeda (innovative).
Secara definitif kewirausahaan diartikan oleh para tokoh
kewirausahaan, sebagai berikut (Suryana,2000:4):
a. Peter F. Drucker
Meskipun sampai sekarang ini belum ada terminologi yang
persis sama tentang kewirausahaan (entrepreneurship), akan tetapi
pada umumnya memiliki hakikat yang hampir sama yaitu merujuk
pada sifat, watak dan cirri-ciri yang melekat pada seseorang yang
mempunyai kemauan keras untuk mewujudkan gagasan inovatif ke
dalam dunia usaha yang nyata dan dapat mengembangkan dengan
untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to
create the new and different).
b. Thomas W Zimmerrer
Kewirausahaan adalah “applying creativity and innovation
to solve the problems and to exploit opportunities that people face
everyday”. Kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan
keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya untuk
memanfaatkan peluang yang dihadapi setiap hari. Kewirausahaan
merupakan gabungan dari kreativitas, keinovasian, dan keberanian
menghadapi risiko yang dilakukan dengan cara kerja keras untuk
membentuk dan memelihara usaha baru.
c. Harvard’s Theodore Levitt yang dikutip Zimmerer
Kreativitas adalah “ thinking new things ” (berfikir sesuatu
yang baru), sedangkan keinovasian adalah “ doing new things”
(melakukan sesuatu yang baru). Keberhasilan wirausaha akan
tercapai apabila berfikir dan melakukan sesuatu yang baru atau
sesuatu yang lama yang dilakukan dengan cara baru (“thinking and
doing new things or old thing in new ways”).
Dari pandangan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
kewirausahaan (entrepreneurship) adalah kemampuan (ability) dalam
berfikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber
daya, tenaga pengerak, tujuan siasat, kiat dan proses dalam
2. Pengertian wirausaha (entrepreneur)
Dalam konteks manajemen, Marzuki Usman mengartikan
entrepreneur adalah seseorang yang memiliki kemampuan dalam
menggunakan sumber daya seperti financial (money), bahan mentah
(materials), dan tenaga kerja (labors), untuk menghasilkan suatu
produk baru, bisnis baru, proses produksi, atau pengembangan
organisasi usaha. Entrepreneur adalah seseorang yang memiliki
kombinasi unsur-unsur (elemen-elemen) internal yang meliputi
kombinasi motivasi, visi, komunikasi, optimisme, dorongan semangat,
dan kemampuan untuk memanfaatkan peluang usaha
(Suryana,2000:5).
Dalam konteks bisnis, Sri Edi Swasono mengartikan
wirausaha adalah pengusaha, tetapi tidak semua pengusaha adalah
wirausaha. Wirausaha adalah pionir dalam bisnis, inovator,
penanggung risiko, yang mempunyai penglihatan/visi ke depan, dan
memiliki keunggulan dalam berprestasi di bidang usaha
(Suryana,2000:5).
Menurut Dun Steinhoff dan John F. Burgess (dalam
Suryana,2000:5) wirausaha adalah orang yang mengorganisir,
mengelola, dan berani menanggung risiko untuk menciptakan usaha
baru dan peluang berusaha.
Beberapa konsep “entrepreneur” di atas lebih menekankan
Dun Steinhoff dan John F. Burgess (dalam Suryana,2000:6)
memandang kewirausahaan sebagai pengelola perusahaan kecil atau
pelaksana perusahaan kecil. Menurutnya, “ entrepreneur” is
considered to have the same meaning as “small business
owner-manager” or “small business operator”.
3. Karakteristik kewirausahaan
Banyak para ahli yang mengemukakan karakteristik
kewirausahaan dengan konsep berbeda-beda. Berikut ini beberapa
karakteristik kewirausahaan dari beberapa ahli (Suryana,2000:8):
a. Geoffrey G. Meredith
NO CIRI-CIRI WATAK
1 Percaya diri Keyakinan, ketidaktergantungan, individualitas, dan optimisme. 2 Berorientasi pada
tugas dan hasil
Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketahanan, tekad kerja keras mempunyai dorongan kuat, energik dan inisiatif.
3 Pengambilan risiko Kemampuan untuk mengambil
risiko yang wajar dan suka tantangan.
4 Kepimimpinan Perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan kritik.
5 Keorisinilan Inovatif dan kreatif serta fleksibel. 6 Berorientasi ke masa
depan
b. M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer mengemukakan
delapan karakteristik, yang meliputi:
1) Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab
atas usaha-usaha yang dilakukannya. Seseorang yang memiliki
rasa tanggung jawab akan selalu mawas diri.
2) Preference for moderate risk, yaitu lebih memilih risiko yang
moderat artinya ia selalu menghindari risiko yang rendah dan
menghindari risiko yang tinggi.
3) Confidence in their ability to success, yaitu percaya akan
kemampuan dirinya untuk berhasil.
4) Desire for immediate feedback, yaitu selalu menghendaki
umpan balik yang segera.
5) High level of energy, yaitu memiliki semangat dan kerja keras
untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih
baik.
6) Future orientation, yaitu berorientasi ke masa depan,
perspektif, dan berwawasan jauh ke depan.
7) Skill at organizing, yaitu memiliki ketrampilan dalam
mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai
tambah.
8) Value of achievement over money, yaitu selalu menilai prestasi
c. Arthur Kuriloff dan John. M. Mempil mengemukakan karakteristik
kewirausahaan dalam bentuk nilai–nilai dan perilaku
kewirausahaan seperti pada tabel berikut ini:
NO VALUES BEHAVIOR
1 Commitment Staying with a task until finished.
2 Moderate risk Not gambling, cut closing a middle course.
3 Seing opportunities And grasping them. 4 Objectivity Observing reality clearly.
5 Feedback Analyzing timely performance
data to guide activity.
6 Optimism Showing confidence in novel situations.
7 Money Seeing it as resource and not an end in itself.
8 Proactive management Managing through reality based on forward planning.
Wiurausaha selalu komitmen dalam melakukan tugasnya
sampai berhasil. Ia tidak setengah-setengah dalam melakukan
pekerjaannya. Karena itu, ia selalu tekun, ulet, pantang menyerah
sebelum pekerjaannya berhasil. Dalam melakukan pekerjaan
tersebut, wirausaha tidak bertindak spekulasi tetapi selalu penuh
perhitungan. Ia berani mengambil risiko yang moderat, artinya
risiko yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah.
Keberanian menghadapi risiko yang didukung oleh komitmen yang
kuat, mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang
sampai ada hasil. Hasil-hasil itu harus nyata/jelas dan objektif, dan
merupakan umpan balik (feed-back) bagi kelancaran kegiatannya.
diperoleh, maka uang selalu dikelola secara proaktif dan dipandang
sebagai sumber daya (Suryana,2000:9).
d. Beberapa ciri kewirausahaan yang dikemukan oleh para ahli seperti
di atas, secara ringkas dikemukakan oleh Vernon A Musselman,
Wasty Sumanto dan Geoffeley Meredith dalam bentuk ciri-ciri
berikut ini (Suryana,2000:10):
1) Kepercayaan diri
2) Kreativitas, fleksibilitas dan inovasi
3) Orientasi ke masa depan
4) Keberanian mengambil resiko
5) Suka tantangan dan kemajuan
6) Orientasi pada tugas dan hasil
7) Kepemimpinan partisipatif
8) Sikap dan cara fikir positif
9) Motivasi diri sendiri
10) Disiplin
11) Berketrampilan sosial
12) Kejelasan tujuan
13) Rasa tanggung jawab atas perbuatan yang dilakukan
14) Kesediaan tanggung jawab risiko, waktu dan uang
4. Nilai – nilai hakiki kewirausahaan
Dari beberapa ciri kewirausahaan di atas, ada beberapa nilai
hakiki penting dari kewirausahaan, yaitu :
a. Percaya diri (self-confidence)
Dalam praktik sikap dan kepercayaan ini merupakan sikap
dan keyakinan untuk memulai, melakukan dan menyelesaikan
suatu tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Oleh sebab itu
kepercayaan diri memiliki nilai keyakinan, optimisme,
individualitas, dan ketidaktergantungan. Menurut Zimmerer,
seseorang yang memiliki kepercayaan diri cenderung memiliki
keyakinan akan kemampuannya untuk mencapai keberhasilan
(Suryana,2000:15).
Orang yang percaya diri memiliki kemampuan untuk
menyelesaikan pekerjaan dengan sistematis, berencana, efektif, dan
efisien. Kepercayaan diri juga selalu ditunjukkan oleh ketenangan,
ketekunan, kegairahan, dan kemantapan dalam melakukan
pekerjaan.
Keberanian yang tinggi dalam mengambil risiko dan
perhitungan yang matang yang dibarengi dengan optimisme harus
disesuaikan dengan kepercayaan diri. Oleh sebab itu, optimisme
dan keberanian mengambil risiko dalam menghadapi suatu
tantangan dipengaruhi oleh keperayaan diri. Kepercayaan diri juga
yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi, relatif lebih mampu
menghadapi dan menyelesaikan masalah sendiri tanpa menunggu
bantuan orang lain. Kunci keberhasilan dalam bisnis adalah untuk
memahami diri sendiri. Menurut Yuyun Wirasasmita, wirausaha
yang sukses adalah wirausaha yang mandiri dan percaya diri
(Suryana,2000:16).
b. Berorintasi pada tugas dan hasil
Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil,
adalah orang yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif
berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan ketabahan, tekad
kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik, dan berinisiatif.
Berinisiatif artinya selalu ingin mencari dan memulai. Untuk
memulai diperlukan niat dan tekad yang kuat, serta karsa yang
besar. Sekali sukses atau berprestasi, maka sukses berikutnya akan
menyusul, sehingga usahanya semakin maju dan semakin
berkembang. Dalam kewirausahaan, peluang hanya diperoleh
apabila ada inisiatif. Perilaku inisiatif ini biasanya diperoleh
melalui pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun, dan
pengembangannya diperoleh dengan cara disiplin diri, berfikir
kritis, tanggap, bergairah, dan semangat berprestasi
c. Keberanian mengambil risiko
Kemauan dan kemampuan untuk mengambil risiko
merupakan salah satu nilai utama dalam kewirausahaan. Wirausaha
yang tidak mau mengambil risiko akan sukar memulai/berinisiatif.
Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang
lebih menantang untuk mencapai kesuksesan atau kegagalan
ketimbang usaha yang kurang menantang. Keberanian untuk
menanggung risiko yang menjadi nilai kewirausahaan adalah
pengambilan risiko yang penuh dengan perhitungan dan realistik.
Situasi risiko yang kecil dan situasi yang tinggi dihindari karena
sumber kepuasan tidak mungkin didapat pada masing-masing
situasi tersebut. Wirausaha menghindari situasi risiko yang rendah
karena tidak ada tantangan, dan menjauhi situasi risiko yang tinggi
karena ingin berhasil.
Keberanian menanggung risiko tergantung pada:(1) daya
tarik setiap alternatif; (2) Persediaan untuk rugi; (3) kemungkinan
relatif untk sukses atau gagal. Sedangkan kemampuan untuk
mengambil risiko ditentukan oleh: (1) Keyakinan diri; (2)
kesediaan untuk menggunakan kemampuan dalam mencari peluang
dan kemungkinan untuk memperoleh keuntungan; (3) kemampuan
untuk menilai situasi risiko secara realistis (Suryana,2000:16).
Pada paragraf di atas dikemukakan, bahwa pengambil
besar keyakinan seseorang pada kemampuan sendiri, maka
semakin besar keyakinan orang tersebut akan kesanggupan untuk
mempengaruhi hasil dan keputusan, dan semakin besar pula
kesediaan seseorang untuk mencoba apa yang menurut orang lain
sebagai risiko (Meredith). Jadi, pengambil risiko lebih menyukai
tantangan dan peluang. Oleh sebab itu, pengambil risiko ditemukan
pada orang-orang yang inovatif dan kreatif yang merupakan bagian
terpenting dari perilaku kewirausahaan (Suryana,2000:17).
d. Kepemimpinan
Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat
kepemimpinan, kepeloporan, keteladanan. Ia selalu ingin tampil
berbeda, lebih dulu, lebih menonjol. Ia selalu memanfaatkan
perbedaan sebagai suatu yang menambah nilai. Karena itu,
perbedaan bagi seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan
merupakan sumber pembaharuan untuk menciptakan nilai. Ia selalu
ingin bergaul untuk mencari peluang, terbuka untuk menerima
kritik dan saran yang kemudian dijadikan peluang.
e. Berorientasi ke masa depan
Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang
memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan. Karena ia
memiliki pandangan yang jauh ke masa depan, maka selalu
berusaha untuk berkarsa dan berkarya. Kuncinya pada kemampuan
sudah ada sekarang. Meskipun dengan risiko yang mungkin terjadi,
ia tetap tabah untuk mencari peluang dan tantangan demi
pembaharuan masa depan. Pandangan yang jauh ke depan,
membuat wirausaha tidak cepat puas dengan karsa dan karya yang
sudah ada sekarang. Oleh sebab itu, ia selalu mempersiapkannya
dengan mencari suatu peluang (Suryana,2000:17).
f. Keorisinilan: kreativitas dan keinovasian
Menurut Yuyun Wirasasmita, nilai inovatif, kreatif dan
fleksibel merupakan unsur-unsur keorisinilan seseorang.
Wirausaha yang inovatif adalah orang yang kreatif dan yakin
dengan adanya cara-cara baru yang lebih baik (Suryana,2000:18).
Ciri-cirinya, adalah:
1) Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini,
meskipun cara tersebut cukup baik.
2) Selalu menuangkan imajinasi dalam pekerjaannya.
3) Selalu ingin tampil berbeda atau selalu memanfaatkan
perbedaan.
Menurut Hardvard’s Theodore Levitt mengemukakan
definisi keinovasian dan kreativitas lebih mengarah pada konsep
berfikir dan bertindak yang baru. Menurut Levitt, kreativitas adalah
berfikir sesuatu yang baru dan keinovasian adalah melakukan
sesuatu yang baru atau berpikir sesuatu yang lama dengan
cara-cara baru.
Dari definisi di atas, kreativitas mengandung pengertian,
yaitu :
1) Kreativitas adalah menciptakan sesuatu yang asalnya tidak ada.
2) Hasil kerja sama masa kini untuk memperbaiki masa lalu
dengan cara yang baru.
3) Menghilangkan sesuatu untuk menciptakan sesuatu yang lebih
sederhana dan lebih baik.
C. TINGKAT PENDIDIKAN
1. Pengertian pendidikan (paedagogie)
Secara etimologis paedagogie berasal dari bahasa Yunani,
terdiri dari kata “PAIS”, artinya anak, dan “AGAIN” diterjemahkan
membimbing, jadi paedagogie yaitu bimbingan yang diberikan kepada
anak (H.Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, 2001:69).
Secara definitif pendidikan (paedagogie) diartikan oleh
para tokoh pendidikan, sebagai berikut (H.Abu Ahmadi dan Nur
Uhbiyati, 2001:69):
a. John Dewey
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan
b. SA.Bratanata dkk
Pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan baik langsung
maupun dengan cara yang tidak langsung untuk membantu anak
dalam perkembangannya mencapai kedewasaannya.
c. Rousseau
Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada
masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu
dewasa.
d. GBHN
Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah dan berlangsung
seumur hidup.
2. Jenis-jenis pendidikan
Pendidikan itu ada berbagai jenis. Jenis pendidikan itu
dapat dibeda-bedakan atau digolong-golongkan sebagai berikut
(H.Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, 2001:69):
a. Menurut tingkat dan