BAB II TINJAUAN PUSTAKA
B. Jiwa kewirausahaan
1. Pengertian Kewirausahaan (entrepreneurship)
Secara epistimologi, kewirausahaan merupakan suatu nilai
yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up phase) atau
suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative) dan
sesuatu yang berbeda (innovative).
Secara definitif kewirausahaan diartikan oleh para tokoh
kewirausahaan, sebagai berikut (Suryana,2000:4):
a. Peter F. Drucker
Meskipun sampai sekarang ini belum ada terminologi yang
persis sama tentang kewirausahaan (entrepreneurship), akan tetapi
pada umumnya memiliki hakikat yang hampir sama yaitu merujuk
pada sifat, watak dan cirri-ciri yang melekat pada seseorang yang
mempunyai kemauan keras untuk mewujudkan gagasan inovatif ke
dalam dunia usaha yang nyata dan dapat mengembangkan dengan
untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to
create the new and different).
b. Thomas W Zimmerrer
Kewirausahaan adalah “applying creativity and innovation
to solve the problems and to exploit opportunities that people face
everyday”. Kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan
keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya untuk
memanfaatkan peluang yang dihadapi setiap hari. Kewirausahaan
merupakan gabungan dari kreativitas, keinovasian, dan keberanian
menghadapi risiko yang dilakukan dengan cara kerja keras untuk
membentuk dan memelihara usaha baru.
c. Harvard’s Theodore Levitt yang dikutip Zimmerer
Kreativitas adalah “ thinking new things ” (berfikir sesuatu
yang baru), sedangkan keinovasian adalah “ doing new things”
(melakukan sesuatu yang baru). Keberhasilan wirausaha akan
tercapai apabila berfikir dan melakukan sesuatu yang baru atau
sesuatu yang lama yang dilakukan dengan cara baru (“thinking and
doing new things or old thing in new ways”).
Dari pandangan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
kewirausahaan (entrepreneurship) adalah kemampuan (ability) dalam
berfikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber
daya, tenaga pengerak, tujuan siasat, kiat dan proses dalam
2. Pengertian wirausaha (entrepreneur)
Dalam konteks manajemen, Marzuki Usman mengartikan
entrepreneur adalah seseorang yang memiliki kemampuan dalam
menggunakan sumber daya seperti financial (money), bahan mentah
(materials), dan tenaga kerja (labors), untuk menghasilkan suatu
produk baru, bisnis baru, proses produksi, atau pengembangan
organisasi usaha. Entrepreneur adalah seseorang yang memiliki
kombinasi unsur-unsur (elemen-elemen) internal yang meliputi
kombinasi motivasi, visi, komunikasi, optimisme, dorongan semangat,
dan kemampuan untuk memanfaatkan peluang usaha
(Suryana,2000:5).
Dalam konteks bisnis, Sri Edi Swasono mengartikan
wirausaha adalah pengusaha, tetapi tidak semua pengusaha adalah
wirausaha. Wirausaha adalah pionir dalam bisnis, inovator,
penanggung risiko, yang mempunyai penglihatan/visi ke depan, dan
memiliki keunggulan dalam berprestasi di bidang usaha
(Suryana,2000:5).
Menurut Dun Steinhoff dan John F. Burgess (dalam
Suryana,2000:5) wirausaha adalah orang yang mengorganisir,
mengelola, dan berani menanggung risiko untuk menciptakan usaha
baru dan peluang berusaha.
Beberapa konsep “entrepreneur” di atas lebih menekankan
Dun Steinhoff dan John F. Burgess (dalam Suryana,2000:6)
memandang kewirausahaan sebagai pengelola perusahaan kecil atau
pelaksana perusahaan kecil. Menurutnya, “ entrepreneur” is
considered to have the same meaning as “small business
owner-manager” or “small business operator”.
3. Karakteristik kewirausahaan
Banyak para ahli yang mengemukakan karakteristik
kewirausahaan dengan konsep berbeda-beda. Berikut ini beberapa
karakteristik kewirausahaan dari beberapa ahli (Suryana,2000:8):
a. Geoffrey G. Meredith
NO CIRI-CIRI WATAK
1 Percaya diri Keyakinan, ketidaktergantungan, individualitas, dan optimisme. 2 Berorientasi pada
tugas dan hasil
Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketahanan, tekad kerja keras mempunyai dorongan kuat, energik dan inisiatif.
3 Pengambilan risiko Kemampuan untuk mengambil
risiko yang wajar dan suka tantangan.
4 Kepimimpinan Perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan kritik.
5 Keorisinilan Inovatif dan kreatif serta fleksibel. 6 Berorientasi ke masa
depan
b. M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer mengemukakan
delapan karakteristik, yang meliputi:
1) Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab
atas usaha-usaha yang dilakukannya. Seseorang yang memiliki
rasa tanggung jawab akan selalu mawas diri.
2) Preference for moderate risk, yaitu lebih memilih risiko yang
moderat artinya ia selalu menghindari risiko yang rendah dan
menghindari risiko yang tinggi.
3) Confidence in their ability to success, yaitu percaya akan
kemampuan dirinya untuk berhasil.
4) Desire for immediate feedback, yaitu selalu menghendaki
umpan balik yang segera.
5) High level of energy, yaitu memiliki semangat dan kerja keras
untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih
baik.
6) Future orientation, yaitu berorientasi ke masa depan,
perspektif, dan berwawasan jauh ke depan.
7) Skill at organizing, yaitu memiliki ketrampilan dalam
mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai
tambah.
8) Value of achievement over money, yaitu selalu menilai prestasi
c. Arthur Kuriloff dan John. M. Mempil mengemukakan karakteristik
kewirausahaan dalam bentuk nilai–nilai dan perilaku
kewirausahaan seperti pada tabel berikut ini:
NO VALUES BEHAVIOR
1 Commitment Staying with a task until finished.
2 Moderate risk Not gambling, cut closing a middle course.
3 Seing opportunities And grasping them. 4 Objectivity Observing reality clearly.
5 Feedback Analyzing timely performance
data to guide activity.
6 Optimism Showing confidence in novel situations.
7 Money Seeing it as resource and not an end in itself.
8 Proactive management Managing through reality based on forward planning.
Wiurausaha selalu komitmen dalam melakukan tugasnya
sampai berhasil. Ia tidak setengah-setengah dalam melakukan
pekerjaannya. Karena itu, ia selalu tekun, ulet, pantang menyerah
sebelum pekerjaannya berhasil. Dalam melakukan pekerjaan
tersebut, wirausaha tidak bertindak spekulasi tetapi selalu penuh
perhitungan. Ia berani mengambil risiko yang moderat, artinya
risiko yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah.
Keberanian menghadapi risiko yang didukung oleh komitmen yang
kuat, mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang
sampai ada hasil. Hasil-hasil itu harus nyata/jelas dan objektif, dan
merupakan umpan balik (feed-back) bagi kelancaran kegiatannya.
diperoleh, maka uang selalu dikelola secara proaktif dan dipandang
sebagai sumber daya (Suryana,2000:9).
d. Beberapa ciri kewirausahaan yang dikemukan oleh para ahli seperti
di atas, secara ringkas dikemukakan oleh Vernon A Musselman,
Wasty Sumanto dan Geoffeley Meredith dalam bentuk ciri-ciri
berikut ini (Suryana,2000:10):
1) Kepercayaan diri
2) Kreativitas, fleksibilitas dan inovasi
3) Orientasi ke masa depan
4) Keberanian mengambil resiko
5) Suka tantangan dan kemajuan
6) Orientasi pada tugas dan hasil
7) Kepemimpinan partisipatif
8) Sikap dan cara fikir positif
9) Motivasi diri sendiri
10) Disiplin
11) Berketrampilan sosial
12) Kejelasan tujuan
13) Rasa tanggung jawab atas perbuatan yang dilakukan
14) Kesediaan tanggung jawab risiko, waktu dan uang
4. Nilai – nilai hakiki kewirausahaan
Dari beberapa ciri kewirausahaan di atas, ada beberapa nilai
hakiki penting dari kewirausahaan, yaitu :
a. Percaya diri (self-confidence)
Dalam praktik sikap dan kepercayaan ini merupakan sikap
dan keyakinan untuk memulai, melakukan dan menyelesaikan
suatu tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Oleh sebab itu
kepercayaan diri memiliki nilai keyakinan, optimisme,
individualitas, dan ketidaktergantungan. Menurut Zimmerer,
seseorang yang memiliki kepercayaan diri cenderung memiliki
keyakinan akan kemampuannya untuk mencapai keberhasilan
(Suryana,2000:15).
Orang yang percaya diri memiliki kemampuan untuk
menyelesaikan pekerjaan dengan sistematis, berencana, efektif, dan
efisien. Kepercayaan diri juga selalu ditunjukkan oleh ketenangan,
ketekunan, kegairahan, dan kemantapan dalam melakukan
pekerjaan.
Keberanian yang tinggi dalam mengambil risiko dan
perhitungan yang matang yang dibarengi dengan optimisme harus
disesuaikan dengan kepercayaan diri. Oleh sebab itu, optimisme
dan keberanian mengambil risiko dalam menghadapi suatu
tantangan dipengaruhi oleh keperayaan diri. Kepercayaan diri juga
yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi, relatif lebih mampu
menghadapi dan menyelesaikan masalah sendiri tanpa menunggu
bantuan orang lain. Kunci keberhasilan dalam bisnis adalah untuk
memahami diri sendiri. Menurut Yuyun Wirasasmita, wirausaha
yang sukses adalah wirausaha yang mandiri dan percaya diri
(Suryana,2000:16).
b. Berorintasi pada tugas dan hasil
Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil,
adalah orang yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif
berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan ketabahan, tekad
kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik, dan berinisiatif.
Berinisiatif artinya selalu ingin mencari dan memulai. Untuk
memulai diperlukan niat dan tekad yang kuat, serta karsa yang
besar. Sekali sukses atau berprestasi, maka sukses berikutnya akan
menyusul, sehingga usahanya semakin maju dan semakin
berkembang. Dalam kewirausahaan, peluang hanya diperoleh
apabila ada inisiatif. Perilaku inisiatif ini biasanya diperoleh
melalui pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun, dan
pengembangannya diperoleh dengan cara disiplin diri, berfikir
kritis, tanggap, bergairah, dan semangat berprestasi
c. Keberanian mengambil risiko
Kemauan dan kemampuan untuk mengambil risiko
merupakan salah satu nilai utama dalam kewirausahaan. Wirausaha
yang tidak mau mengambil risiko akan sukar memulai/berinisiatif.
Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang
lebih menantang untuk mencapai kesuksesan atau kegagalan
ketimbang usaha yang kurang menantang. Keberanian untuk
menanggung risiko yang menjadi nilai kewirausahaan adalah
pengambilan risiko yang penuh dengan perhitungan dan realistik.
Situasi risiko yang kecil dan situasi yang tinggi dihindari karena
sumber kepuasan tidak mungkin didapat pada masing-masing
situasi tersebut. Wirausaha menghindari situasi risiko yang rendah
karena tidak ada tantangan, dan menjauhi situasi risiko yang tinggi
karena ingin berhasil.
Keberanian menanggung risiko tergantung pada:(1) daya
tarik setiap alternatif; (2) Persediaan untuk rugi; (3) kemungkinan
relatif untk sukses atau gagal. Sedangkan kemampuan untuk
mengambil risiko ditentukan oleh: (1) Keyakinan diri; (2)
kesediaan untuk menggunakan kemampuan dalam mencari peluang
dan kemungkinan untuk memperoleh keuntungan; (3) kemampuan
untuk menilai situasi risiko secara realistis (Suryana,2000:16).
Pada paragraf di atas dikemukakan, bahwa pengambil
besar keyakinan seseorang pada kemampuan sendiri, maka
semakin besar keyakinan orang tersebut akan kesanggupan untuk
mempengaruhi hasil dan keputusan, dan semakin besar pula
kesediaan seseorang untuk mencoba apa yang menurut orang lain
sebagai risiko (Meredith). Jadi, pengambil risiko lebih menyukai
tantangan dan peluang. Oleh sebab itu, pengambil risiko ditemukan
pada orang-orang yang inovatif dan kreatif yang merupakan bagian
terpenting dari perilaku kewirausahaan (Suryana,2000:17).
d. Kepemimpinan
Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat
kepemimpinan, kepeloporan, keteladanan. Ia selalu ingin tampil
berbeda, lebih dulu, lebih menonjol. Ia selalu memanfaatkan
perbedaan sebagai suatu yang menambah nilai. Karena itu,
perbedaan bagi seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan
merupakan sumber pembaharuan untuk menciptakan nilai. Ia selalu
ingin bergaul untuk mencari peluang, terbuka untuk menerima
kritik dan saran yang kemudian dijadikan peluang.
e. Berorientasi ke masa depan
Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang
memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan. Karena ia
memiliki pandangan yang jauh ke masa depan, maka selalu
berusaha untuk berkarsa dan berkarya. Kuncinya pada kemampuan
sudah ada sekarang. Meskipun dengan risiko yang mungkin terjadi,
ia tetap tabah untuk mencari peluang dan tantangan demi
pembaharuan masa depan. Pandangan yang jauh ke depan,
membuat wirausaha tidak cepat puas dengan karsa dan karya yang
sudah ada sekarang. Oleh sebab itu, ia selalu mempersiapkannya
dengan mencari suatu peluang (Suryana,2000:17).
f. Keorisinilan: kreativitas dan keinovasian
Menurut Yuyun Wirasasmita, nilai inovatif, kreatif dan
fleksibel merupakan unsur-unsur keorisinilan seseorang.
Wirausaha yang inovatif adalah orang yang kreatif dan yakin
dengan adanya cara-cara baru yang lebih baik (Suryana,2000:18).
Ciri-cirinya, adalah:
1) Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini,
meskipun cara tersebut cukup baik.
2) Selalu menuangkan imajinasi dalam pekerjaannya.
3) Selalu ingin tampil berbeda atau selalu memanfaatkan
perbedaan.
Menurut Hardvard’s Theodore Levitt mengemukakan
definisi keinovasian dan kreativitas lebih mengarah pada konsep
berfikir dan bertindak yang baru. Menurut Levitt, kreativitas adalah
berfikir sesuatu yang baru dan keinovasian adalah melakukan
sesuatu yang baru atau berpikir sesuatu yang lama dengan
cara-cara baru.
Dari definisi di atas, kreativitas mengandung pengertian,
yaitu :
1) Kreativitas adalah menciptakan sesuatu yang asalnya tidak ada.
2) Hasil kerja sama masa kini untuk memperbaiki masa lalu
dengan cara yang baru.
3) Menghilangkan sesuatu untuk menciptakan sesuatu yang lebih
sederhana dan lebih baik.