• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Realisasi Pembiayaan Mudharabah Dan Musyarakah Terhadap Produktivitas Debitur Bank Sumut Syariah Di Kabupaten Langkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Realisasi Pembiayaan Mudharabah Dan Musyarakah Terhadap Produktivitas Debitur Bank Sumut Syariah Di Kabupaten Langkat"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Saat ini dunia perbankan khususnya perbankan syariah telah berkembang dengan sangat pesat. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya berbagai jenis produk dan sistem usaha yang kompatibel bagi dunia usaha. Konsep dari perbankan syariah itu sendiri adalah bank yang berasaskan pada asas kemitraan, keadilan, transparansi dan universal. Implementasinya adalah merupakan kerjasama antara pemilik modal dengan pengusaha untuk melakukan aktivitas usaha dengan harapan dapat mencapai suatu profit (keuntungan) yang diinginkan. Keuntungan yang dimaksud adalah bank sebagai pihak penyedia modal dengan menyalurkan modalnya kepada pengusaha maka bank akan mendapatkan pendapatan, sedangkan bagi pihak pengusaha akan mendapatkan modal usaha sehingga pendapatan pengusaha juga akan meningkat.

(2)

Permasalahan mengenai larangan riba, merupakan salah satu alasan yang menjadi latar belakang berdirinya perbankan dengan menggunakan sistem syariah atau prinsip bagi hasil. Dalam beberapa ayat Al-Qur’an, larangan tentang

praktek-praktek yang mengandung riba, dinyatakan dengan tegas, misalnya :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat

ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan” (Terjemahan Q.S. Al – Imran : 130).

“Orang-orang yang makan riba tidak dapat berdiri kecuali seperti orang yang

keranjingan syaithon dan oleh karena itu mereka menyatakan bahwa niaga itu sama dengan riba, padahal niaga itu sudah dihalalkan oleh Allah. Sedangkan riba itu diharamkan maka barang siapa sudah menerima wejangan dari Allah lalu dia berhenti makan riba maka apa yang sudah terlewati dari haknya dan urusannya terserah kepada Allah tetapi siapa yang melakukannya kembali, mereka itu menjadi penghuni neraka, mereka akan tinggal di sana selama-lamanya“. (Terjemahan Q.S. Al-Baqarah : 275)

(3)

tersebut. Dengan adanya pembinaan hubungan kerja, bagi pengusaha akan sangat membantu dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi misalnya masalah-masalah yang berkaitan dengan modal, bahan baku, pemasaran produk dan manajemen.

Perbankan syariah di Indonesia saat ini, mencatatkan kinerja yang sangat bagus, baik secara kualitas maupun kuantitas (Agustianto, 2012:2). Menurut statistik Bank Indonesia, perkembangan dan pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia setiap tahunnya cukup fantastis dan menggembirakan karena tumbuh antara 40-45% per tahun. Hal ini tercermin dari pertumbuhan asset, peningkatan pembiayaan, ekspansi pelayanan (jaringan kantor yang semakin meluas menjangkau 33 propinsi di Indonesia).

(4)

Menurut data Bank Indonesia yang diperoleh pada 17 Desember 2012, kini sudah ada 11 Bank Umum Syariah (BUS), 24 Bank Syariah dalam bentuk Unit Usaha Syariah (UUS), dan 156 BPRS, dengan jaringan kantor meningkat dari 1.692 kantor di tahun 2011 menjadi 2.574 di tahun 2012. Dengan demikian jumlah jaringan kantor layanan perbankan syariah meningkat sebesar 25,31% (bi.go.id).

Asset perbankan syariah saat ini sudah mencapai Rp 179 Triliun (4,4% dari asset perbankan nasional), sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) Rp 139 Triliun. Suatu hal yang luar biasa adalah total pembiayaan yang disalurkan perbankan syariah sebesar Rp 140 Triliun, melebihi jumlah DPK. Ini berarti Financing to Debt Ratio (FDR) perbankan syariah di atas 100%. Data ini menunjukkan bahwa fungsi intermediasi perbankan syariah untuk menggerakan perekenomian, cukup besar.

Pertumbuhan asset, DPK dan pembiayaan juga relatif masih tinggi, masing-masingnya adalah asset tumbuh 37%, DPK tumbuh 32%, dan pembiayaan tumbuh 40%. Satu hal yang perlu dicatat, bahwa market share pembiayaan perbankan syariah dibanding konvensional sudah mencapai 5,24%.

(5)

Dengan pertumbuhan yang besar tersebut, maka akan semakin banyak masyarakat yang terlayani. Makin meluasnya jangkauan perbankan syariah menunjukkan peran perbankan syariah makin besar untuk pembangunan ekonomi rakyat di negeri ini. Harapannya, perbankan syariah seharusnya tampil sebagai garda terdepan atau lokomotif terwujudnya financial inclusion. Hal ini disebabkan karena misi dasar dan utama syariah adalah pengentasan kemiskinan dan pembangunan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat (Muhamad, 2000:14). Bank syariah harus dinikmati masyarakat luas bahkan di masa depan sampai ke pedesaan. Seluruh bentuk hambatan yang bersifat price maupun non price terhadap akses lembaga keuangan, harus dikurangi dan dihilangkan.

Pertumbuhan bank syariah di Indonesia di atas, pada dasarnya masih bisa ditingkatkan lebih maksimal lagi. Menurut survey Bank Dunia (2010), hanya 48% penduduk Indonesia yang memiliki akses terhadap lembaga keuangan formal. Dengan demikian masyarakat yang tidak memiliki tabungan baik di bank maupun di lembaga keuangan non bank relatif masih tinggi yaitu 52%. Kehadiran bank-bank syariah yang demikian cepat pertumbuhannya diharapkan akan mendekatkan masyarakat kepada lembaga keuangan formal, seperti perbankan syariah.

(6)

masyarakat ekonomi lemah, pengusaha kecil, dan menengah tentunya adalah yang berkaitan dengan pemenuhan pembiayaan.

Untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan, bank syariah diwajibkan untuk melakukan prosedur menganalisa usaha nasabahnya sebelumnya. Untuk lebih memudahkan bank syariah dalam menganalisa usaha dari masing-masing nasabah, maka bank syariah melakukan pembinaan-pembinaan dan pengawasan terhadap kinerja dari usaha para nasabah yang dalam hal ini adalah pengusaha kecil dan menengah. Hal ini dilakukan agar pengusaha kecil dan menengah serta bank syariah memiliki keterikatan usaha yang saling menguntungkan antara satu dengan yang lain, dan hasilnya diharapkan akan dapat membantu meningkatkan pendapatan pengusaha serta usaha dapat berkembang.

(7)

atas kerusakan atau kehilangan barang yang disimpan. Semua manfaat dan keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan barang tersebut menjadi hak penyimpan.

Kedua, Al-Mudharabah, yaitu perjanjian antara pemilik modal (uang atau barang) dengan pengusaha (enterpreneur), dimana pemilik modal bersedia membiayai sepenuhnya suatu proyek usaha dan pengusaha setuju untuk mengelola proyek tersebut dengan pembagian hasil sesuai dengan perjanjian. Pemilik modal tidak dibenarkan ikut dalam pengelolaan usaha, tetapi diperbolehkan membuat usulan dan melakukan pengawasan. Apabila usaha yang dibiayai mengalami kerugian, maka kerugian tersebut sepenuhnya ditanggung oleh pemilik modal kecuali apabila kerugian tersebut terjadi karena penyelewengan atau penyalahgunaan oleh usaha.

Ketiga, Al-Musyarakah, yaitu perjanjian kerjasama antara dua pihak atau lebih pemilik modal (uang atau barang) untuk membiayai suatu usaha. Keuntungan dari usaha tersebut dibagi sesuai dengan persetujuan antara pihak-pihak tersebut.

(8)

Kelima, Al-Ijarah dan Al-Ta’jiri. Al-Ijarah adalah perjanjian antara pemilik barang dengan penyewa yang membolehkan penyewa memanfaatkan barang tersebut dengan membayar sewa sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Setelah masa sewa berakhir, maka barang akan dikembalikan kepada pemilik. Sedangkan Al-Ta’jiri adalah perjanjian pemilik barang dengan penyewa yang membolehkan penyewa untuk memanfaatkan barang tersebut dengan membayar sewa sesuai dengan persetujuan kedua belah pihak. Setelah berakhir masa sewa pemilik barang menjual barang menjual barang tersebut kepada penyewa dengan harga yang disetujui kedua belah pihak.

Keenam, Al-Qardul Hasan, adalah suatu pinjaman lunak yang diberikan atas dasar kewajiban sosial semata, dimana peminjam tidak berkewajiban untuk mengembalikan apa pun kecuali modal pinjaman dan biaya administrasi. Misalnya : permasalahan dalam hal memasarkan produk maupun dalam hal lain yang berkaitan dengan kelancaran usaha dari pengusaha tersebut. Sasaran pembinaan ini oleh bank ditujukan untuk pengrajin, industri kecil, dan menengah, nelayan, petani, pedagang maupun pengusaha transportasi.

Mudharabah dan Musyarakah adalah dua model profit-sharing (bagi hasil) yang lebih disukai dalam hukum Islam, dan di antara kedua model ini maka mudharabah adalah metode profit and loss sharing yang paling umum digunakan (paling tidak dari segi peningkatan dana). Musyarakah, yang dideskripsikan oleh International Islamic Bank For Invesment and Development, sebagai ”metode

(9)

Musyarakah dalam perbankan Islam telah dipahami sebagai suatu mekanisme yang dapat menyatukan kerja dan modal untuk produksi barang dan jasa yang bermanfaat untuk masyarakat.

Jika Mudharabah dan Musyarakah dapat dikelola dengan baik oleh perbankan syariah dan efektifnya strategi pemasaran yang digunakan oleh pihak perbankan syariah, maka produk ini dapat meningkatkan produktivitas para pelaku usaha. Dari beberapa literatur, sampai saat ini para pelaku usaha di Indonesia masih memiliki permasalahan yang sering dihadapi. Adapun permasalahan pelaku usaha yang sering dijumpai adalah masalah pemasaran produk, teknologi, manajemen keuangan, sumber daya manusia dan permodalan. Permasalahan-permasalahan ini juga dihadapi oleh nasabah pembiayaan Bank Sumut Syariah yang terletak di Kota Stabat Kabupaten Langkat.

Bank Sumut Syariah Cabang Pembantu Stabat merupakan salah satu perbankan syariah yang ada di Kabupaten Langkat selain Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat dan Bank Syariah BRI. Bahkan Bank Sumut Syariah merupakan bank syariah yang kedua membuka unitnya di Kabupaten Langkat setelah Bank Syariah Mandiri yaitu pada 26 Desember 2006 yang wilayah kerjanya mencakup seluruh wilayah di Kabupaten Langkat.

(10)

yaitu sebesar Rp104.718 milyar atau 60,02% dari total komposisi pembiayaan syariah. Sedangkan mudharabah dan musyarakah sebesar Rp49.278 milyar atau 28,24% dari total komposisi pembiayaan syariah secara nasional.

Posisi pembiayaan Bank Sumut Syariah Cabang Pembantu Syariah Stabat lebih rinci ditunjukkan dalam Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Posisi Pembiayaan Bank Sumut Syariah Cabang Pembantu Stabat Per 31 Desember 2012.

Jenis Pembiayaan Jumlah Pembiayaan Pangsa Jumlah Debitur

Murabahah 20.654.614.075,00 36,64% 591 Mudharabah 10.911.777.952,00 19,36% 209

Musyarakah 22.630.980.766,00 40,15% 361

Qardh 2.169.195.891,00 3,85% 158

Total 56.366.568.684,00 100,00% 1.315

Sumber : Bank Sumut Syariah Cabang Pembantu Stabat.

Hal ini menunjukkan bahwa bank tersebut terkonsentrasi pada memasarkan produk yang dibutuhkan oleh sektor riil terutama pelaku usaha mikro, kecil dan menengah yaitu pembiayaan produktif. Sedangkan perbankan syariah secara nasional masih memasarkan produk konsumtif yaitu murabahah. Namun demikian, perlu dikaji ulang kembali apakah pembiayaan produktif yang disalurkan ini telah dilaksanakan dan telah dimanfaatkan secara maksimal oleh debiturnya.

(11)

kondisi usahanya menurun dari sebelum mendapatkan pembiayaan dari Bank Sumut Syariah Cabang Pembantu Stabat.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah pembiayaan Mudharabah berpengaruh terhadap tingkat produktivitas debitur Bank Sumut Syariah Cabang Pembantu Stabat?

2. Apakah pembiayaan Musyarakah berpengaruh terhadap tingkat produktivitas debitur Bank Sumut Syariah Cabang Pembantu Stabat?

3. Apakah pembiayaan Mudharabah dan pembiayaan Musyarakah berpengaruh secara total dan bersama-sama terhadap tingkat produktivitas debitur Bank Sumut Syariah Cabang Pembantu Stabat?

1.3.Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis dan mengetahui apakah pembiayaan Mudharabah berpengaruh terhadap tingkat produktivitas debitur Bank Sumut Syariah Cabang Pembantu Stabat.

(12)

3. Untuk menganalisis dan mengetahui apakah pembiayaan Mudharabah dan pembiayaan Musyarakah berpengaruh secara total dan bersama-sama terhadap tingkat produktivitas debitur Bank Sumut Syariah Cabang Pembantu Stabat.

1.4.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam penentuan kebijakan pembangunan ekonomi khususnya yang terkait dengan kebijakan perbankan syariah.

2. Bagi pihak perbankan syariah diharapkan dapat menjadi masukan dalam penentuan kebijakan pengembangan perbankan syariah.

3. Bagi masyarakat ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kemajuan dan pengembangan ilmu khususnya tentang pengetahuan perbankan syariah.

Gambar

Tabel 1.1. Posisi Pembiayaan Bank Sumut Syariah Cabang Pembantu                     Stabat Per 31 Desember 2012

Referensi

Dokumen terkait

Adapun penelitian lain yang dilakukan oleh Seli Noeratih, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang,

otak Resisten pembuluh darah otak Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan Penanganan tidak tepat Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik Gangguan

transportasi ini mempunyai jalan sendiri sehingga waktu atau jadwalnya lebih tepat daripada truk, akan tetapi dengan tumbuhnya konsep JIT, maka kereta api telah

Dalam pembahasan ini dibahas adalah mengenai tahapannya secara berurutan yang di mulai dari pembuatan struktur navigasi, perencanaan storyboard, pembentukan serta penggabungan

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan kualifikasi kecil, memiliki surat izin untuk menjalankan kegiatan/usaha peserta

Tuliskan dalam tiga atau empat kalimat (namun jangan menulis ulang sama persis seperti dalam tubuh esai) yang menggambarkan pendapat dan perasaan Anda tentang topik yang dibahas.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi guided imagery terhadap tingkat stres mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi. Penelitian ini dilaksanakan

Konsumsi adalah upaya terakhir untuk merespon impuls. Dalam tahapan ini, dengan adanya pertimbangan maupun pemikiran secara sadar, actor dapat mengambil keputusan atau tindakan