• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL PENELITIAN

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN

KEPUTUSAN DALAM KELUARGA UNTUK PEMANFAATAN

SARANA PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS

KOTA PANGKEP KAB. PANKAJENE

Rahbiah

1

, Chaeruddin

2

, Muzakkir

3

1Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar

2Dosen tetap Program Studi S1 Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3Dosen tetap Program Studi S1 Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

NANI HASANUDDIN

MAKASSAR

(2)

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN

KEPUTUSAN DALAM KELUARGA UNTUK PEMANFAATAN

SARANA PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS

KOTA PANGKEP KAB. PANKAJENE

Rahbiah

1

, Chaeruddin

2

, Muzakkir

3

ABSTRAK

Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya

kesehatan.

Keluarga adalah sekelompok individu yang terikat dalam hubungan

perkawinan, darah atau adopsi, yang hidup satu atap dan mempunyai nilai, norma

dan tujuan yang sama. Pendidikan adalah jenis pengalaman kehidupan yang

mendorong timbulnya minat belajar untuk mengetahui dan kemudian bisa

mengerjakan sesuatu hal yang telah diketahui itu. Pengetahuan merupakan hasil

dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap terhadap

suatu objek tertentu.. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup

dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan

dalam keluarga untuk pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan di Puskesmas

Kota Pangkep. Jenis penelitian ini adalah

Analitik

dengan menggunakan

rancangan

Cross Sectional

dengan desain uji

Chi Square

dengan interval

kemaknaan α 0.05. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 45 orang responden

yang didaptkan dengan menggunakan teknik

Accidental Sampling

yang sesuai

dengan kriteria sampel yang telah ditetapkan. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pendidikan (

p

value = 1.0) dan sikap (

p

value = 0.341) tidak mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan,

sedangkan pengetahuan (

p

value = 0.029) mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap pemanfaatan sarana kesehatan. Kesimpulan penelitian menunjukkan

bahwa pendidikan dan sikap tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

pemanfaatan sarana kesehatan di Puskesmas Tumpabiring Kab. Pangkep.

Pengetahuan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pemanfaatan sarana

kesehatan di Puskesmas Tumpabiring Kab. Pangkep.

(3)

PENDAHULUAN

Kesehatan adalah impian semua penduduk di muka bumi ini, tak terkecuali Indonesia. Indonesia bahkan telah dua kali mencanangkan program Indonesia Sehat. Yang pertama pada tahun 2010, dimana indikator untuk menuju kearah Indonesia sehat masih belum terpenuhi dan kemudian diperbaharui menjadi Indonesia Sehat 2015 (Andri,2012).

Tujuan pembangunan kesehatan Indonesia Sehat 2015 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan dan fasilitas kesehatan yang bermutu secara adil dan merata diseluruh wilayah Republik Indonesia dan dapat mewujudkan bangsa yang mandiri maju dan sejahtera (Depkes RI 2010).

Sejalan dengan tujuan pembangunan yang berwawasan kesehatan dan kesejahteraan maka pemerintah telah menetapakan pola dasar pembangunan yaitu pembangunan mutu SDM di berbagai sektor serta masih menitik beratkan pada program-program pra-upaya kuratif dan rehabilitatif yang didukung oleh informasi kesehatan secara berkesinambungan sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang berperilaku hidup sehat, lingkungan sehat dan memiliki kemampuan untuk menolong dirinya sendiri serta dapat menjangkau pelayanan kesehatan yang berkualitas di tahun 2015 (Depkes RI 2010)

Untuk mewujudkan tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2015, maka strategi pembangunan kesehatan diarahkan pada misi pembangunan kesehatan yaitu :

1. Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan. 2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.

3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, rata dan terjangkau.

4. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya.

Untuk dapat mewujudkan visi INDONESIA SEHAT 2015, ditetapkan empat misi pembagunan kesehatan sebagai berikut :

1. Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan. 2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.

3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau.

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakatbeserta lingkungannya.

Teori WHO, 1980 (cit. Notoatmojo, 2010) mengemukakan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh:

1. Pemikiran dan perasaan meliputi pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian terhadap objek.

2. Orang penting bagi sebagai referensi.

3. Sumber daya meliputi fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan sebagainya.

4. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber dalam masyarakat (kebudayaan).

(4)

Menurut Azrul dalam Swaranet (2002), sarana pelayanan kesehatan yang paling banyak dikunjungi masyarakat adalah Puskesmas walaupun hanya 27,8%. Sarana berikutnya adalah dukun, dokter praktek swasta dan 10% lainnya memilih berobat sendiri. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2010), sampai saat ini tidak kurang dari 7000 puskesmas telah tersebar di Indonesia namun pemanfaatan puskesmas oleh masyarakat belum optimal/masih rendah. Data terakhir menunjukkan baru sekitar 35% masyarakat menggunakan puskesmas. Azrul (2007) menegaskan masih kecilnya jumlah masyarakat yang berobat ke puskesmas bisa berarti masyarakat yang enggan berobat ke Puskesmas. Karena kenyataannya, masih banyak masyarakat yang memilih berobat ke dukun.

Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota yang bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas berfungsi sebagai penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga, dan masyarakat serta pusat pelayanan kesehatan strata pertama.

Visi pembangunan kesehatan yang harus diselenggarakan oleh Puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju tercapainya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yangingin dicapai melalui pembangunan kesehatan. Merujuk kepada rumusan visi tersebut jelas bahwa yang hendak dicapai oleh Puskesmas dengan Kecamatan Sehatnya mencakup: (1) lingkungan sehat, (2) PHBS, (3) cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu, dan (4) derajat kesehatan penduduk kecamatan.

Misi pembangunan kesehatan yang harus diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah:

1. Menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya

2. Mendukung kemandirian keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya untuk hidup sehat

3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dielenggarakan

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, dan masyarakat beserta lingkungannya

Untuk mencapai tujuan tersebut, ditetapkan tiga fungsi yang harus diperankan oleh Puskesmas, yaitu:

1. Puskesmas merupakan pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan 2. Puskesmas merupakan pusat pemberdayaan masyarakat

3. Puskesmas merupakan pusat pelayanan kesehatan strata pertama, yang terdiri atas pelayanan kesehatan individu dan pelayanan kesehatan masyarakat

Puskesmas Kota Pangkep, merupakan salah satu puskesmas dari 21 puskesmas di wilayah kabupaten Pangkajene dan kepulauan. Dari studi pendahuluan yang telah dilakukan, dalam lima tahun terakhir kunjungan Puskesmas Kota Pangkep cenderung mengalami penurunan, tetapi pada tahun 2012 kembali mengalami kenaikan. Hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut:

(5)

Jumlah penduduk tahun 2012 adalah 49.609. Melihat data tersebut, Puskesmas Kota Pangkep mengalami penurunan jumlah kunjungan. Dari wawancara yang dilakukan kepada beberapa pasien dan petugas kesehatan, kedatangan mereka ke rumah sakit apabila mereka sakit saja dan tidak sembuh-sembuh setelah dilakukan perawatan sendiri, seperti kerokan atau minum obat yang dibeli dari warung. Kemungkinan hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap.

BAHAN DAN METODE

Jenis Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian, Populasi, Sampel

Jenis penelitian ini adalah Analitik dengan menggunakan rancangan Cross Sectional. Penelitian dilaksanakan di Kota Pangkep, Jl. Jagong, Kecamatan Liukang Tumpabiring, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Pangkep pada tanggal 18 Juli sampai dengan tanggal 02 Agustus 2013. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 45 orang responden

yang didaptkan dengan menggunakan teaknik Accidental Sampling yang sesuai dengan

kriteria sampel yang telah ditetapkan yaitu : 1. kriteria inklusi :

a. Kepala keluarga yang memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Pangkep.

b. Kepala keluarga bisa membaca dan menulis.

c. Kepala keluarga bersedia menjadi subyek penelitian. 2. kriteria eksklusi :

a. Kepala keluarga yang tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Pangkep.

b. Kepala keluarga tidak bisa membaca dan menulis.

c. Kepala keluarga tidak bersedia menjadi subyek penelitian.

Pengumpulan Datai

Dalam penelitian data dikumpulkan dengan menggunakan teknik koesioner disusun dengan mengacu pada uraian pada definisi operasional variabel penelitian.

Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual (dengan mengisi koesioner yang disediakan), selanjutnya menggunakan bantuan program SPSS for Windows dengan urutan sebagai berikut :

1. Selecting.

Seleksi merupakan pemilihan untuk mengklarifikasi data menurut kategori. 2. Editing.

Editing dilakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang sudah diisi, editing meliputi kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian dan konsistensi dari setiap jawaban.

3. Koding

Koding merupakan tahap selanjutnya dengan member kode pada jawaban dari responden tersebut.

4. Tabulasi Data

Setelah dilakukan kegiatan editing dan koding dilanjutkan dengan mengelompokan data ke dalam suatu table menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian.

5. Analisa Data

Setelah dilakukan tabulasi data, kemudian data diolah dengan menggunakan metode uji statistic yaitu analisis univariat dilakukan untuk variabel tunggal yang dianggap terkait dengan penelitian dan analisis bivariat untuk melihat distribusi beberapa variabel yang dianggap terkait dengan menggunakan uji Chi-square (x²) dengan kemaknaan 0,05.

(6)

1. Analisa Univariati

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Puskesmas Kecamatan Liukang Tumpabiring Kabupaten Pangkep Tahun 2013

Umur Responden Frekuensi (n) Persentase (%)

< 30 Tahun 27 60

> 30 Tahun 18 40

Total 45 100

Sumber : Data Primer Juli 2013

Berdasarkan tabel 5.1, maka diketahui bahwa kelompok umur < 30 tahun sebanyak 27 orang responden (60%) sedangkan kelompok umur > 30 tahun sebanyak 18 orang responden (40%).

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas Kecamatan Liukang Tumpabiring Kabupaten Pangkep Tahun 2013

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

Laki-Laki 24 53.3

Perempuan 21 46.7

Total 45 100

Sumber : Data Primer Juli 2013

Berdasarkan tabel 5.2, maka diketahui bahwa jenis kelamin laki-laki berjumlah 24 orang responden (53.3%) sedangkan jenis kelamin perempuan berjumlah 21 orang responden (46.7%).

Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Puskesmas Kecamatan Liukang Tumpabiring Kabupaten Pangkep Tahun 2013

Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)

Tinggi 13 28.9

Rendah 32 71.1

Total 45 100

Sumber : Data Primer Juli 2013

Berdasarkan tabel 5.3, maka diketahui bahwa responden kategori tinggi sebanyak 13 orang responden (28.9%) sedangkan pendidikan responden kategori rendah sebanyak 32 orang responden (71.1%).

Tabel 5.4

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Puskesmas Kecamatan Liukang Tumpabiring Kabupaten Pangkep Tahun 2013

Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)

Kurang 17 37.8

Baik 28 62.2

Total 45 100

Sumber : Data Primer Juli 2013

Berdasarkan tabel 5.4, maka diketahui bahwa pengetahuan responden dalam kategorikurang sebanyak 17 orang responden (37.8%) sedangkan pengetahuan responden dalam kategori baik sebanyak 28 orang responden (62.2%).

(7)

Distribusi Responden Berdasarkan Sikap di Puskesmas Kecamatan Liukang Tumpabiring Kabupaten Pangkep Tahun 2013

Sikap Frekuensi (n) Persentase (%)

Positif 32 71.1

Negatif 13 28.9

Total 45 100

Sumber : Data Primer Juli 2013

Berdasarkan tabel 5.5, maka diketahui bahwa sikap responden dalam kategori Positif sebanyak 32 orang responden (71.1%) sedangkan sikapresponden dalam kategori Negatif sebanyak 13 orang responden (28.9%).

Tabel 5.6

Ditribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Sarana Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Liukang Tumpabiring Kabupaten Pangkep Tahun 2013

Pemanfaatan Sarana Kesehatan Frekuensi (n) Persentase (%)

Ya 26 57.8

Tidak 19 42.2

Total 45 100

Sumber : Data Primer Juli 2013

Berdasarkan tabel 5.6, maka diketahui bahwa responden yang dalam kategori memanfaatkan layanan dan sarana kesehatan berjumlah 26 orang responden (57.8) sedangkan responden yang dalam kategori tidak memanfaatkan layanan dan sarana kesehatan berjumlah 19 orang responden (42.2%).

2. Analisa Bivariati

Tabel 5.7

Pengaruh Pendidikan Terhadap Pemanfaatan Sarana Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Liukang Tumpabiring Kabupaten Pangkep Tahun 2013

Pendidikan

Pemanfaatan Sarana Kesehatan

Total p

Ya Tidak

n % n % n %

Tinggi 8 17.8 5 11.1 13 28.9

1.0

Rendah 18 40 14 31.1 32 71.1

Total 26 57.8 19 42.2 45 100

Sumber : Data Primer Juli 2013

Berdasarkan tabel 5.7, maka diketahui bahwa dari total 13 orang responden (28.9%) yang dalam kategori pendidikan yang tinggi, didapatkan 8 orang (17.8%) memanfaatkan sarana kesehatan dan 5 orang lainnya (11.1%) tidak memanfaatkan sarana kesehatan. Sedangkan dari total 32 orang responden (71.1%) yang dalam kategori pendidikan yang rendah, didapatkan 18 orang (40%) memanfaatkan pelayanan sarana kesehatan dan 14 orang lainnya (31.1%) tidak memanfaatkan layanan sarana kesehatan.

Berdasarkan hasil uji statistic Chi Square, maka didapatkan nilai ρ = 1.0 yang jika dibandingkan dengan nilai α 0.05, maka diperoleh ρ > α. Hal ini menunjukkan bahwa Ho dalam penelitian yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh pendidikan terhadap pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan di Puskesmas Kecamatan Liukang Tumpabiring Kabupaten Pangkep diterima.

(8)

Pengaruh Pengetahuan Terhadap Pemanfaatan Sarana Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Liukang Tumpabiring Kabupaten Pangkep Tahun 2013

Pengetahuan

Berdasarkan tabel 5.8, maka diketahui bahwa dari total 17 orang responden (37.8%) yang dalam kategori pengetahuan kurang, didapatkan 6 orang responden (13.3%) yang memanfaatkan sarana kesehatan dan 11 orang lainnya (24.4%) tidak memanfaatkan sarana kesehatan. Sedangkan dari total 28 orang responden (62.2%) yang dalam kategori pengetahuan yang baik, didapatkan 20 orang responden (44.4%) yang memanfaatkan sarana kesehatan dan 8 orang lainnya (17.8%) tidak memanfaatkan sarana kesehatan.

Berdasarkan hasil uji statistic Chi Square, maka didapatkan nilai ρ = 0.029 yang jika dibandingkan dengan nilai α 0.05, maka diperoleh ρ < α. Hal ini menunjukkan bahwa Ha dalam penelitian yang menyatakan bahwa ada pengaruh pengetahuan terhadap pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan di Puskesmas Kecamatan Liukang Tumpabiring Kabupaten Pangkep diterima.

Tabel 5.9

Pengaruh Sikap Terhadap Pemanfaatan Sarana Kesehatan di di Puskesmas Kecamatan Liukang Tumpabiring Kabupaten Pangkep Tahun 2013

Sikap

Positif 20 44.4 12 26.7 32 71.1

0.341

Negatif 6 13.3 7 15.6 13 28.9

Total 26 57.8 19 42.2 45 100

Sumber : Data Primer Juli 2013

Berdasarkan tabel 5.9, maka diketahui bahwa dari total 32 orang responden (71.1%) yang dalam kategori sikap yang positif, didapatkan 20 orang responden

Berdasarkan hasil uji statistic Chi Square, maka didapatkan nilai ρ = 0.341 yang jika dibandingkan dengan nilai α 0.05, maka diperoleh ρ < α. Hal ini menunjukkan bahwa Ho dalam penelitian yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh sikap terhadap pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan di Puskesmas Kecamatan Liukang Tumpabiring Kabupaten Pangkep diterima.

(9)

1. Pengaruh Pendidikan Terhadap Pemanfaatan Sarana Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Liukang Tumpabiring Kabupaten Pangkep Tahun 2013.

Pendidikan adalah jenis pengalaman kehidupan yang mendorong timbulnya minat belajar untuk mengetahui dan kemudian bisa mengerjakan sesuatu hal yang telah diketahui itu, keadaan seperti itu berlangsung di dalam segala jenis dan bentuk lingkungan social sepanjang kehidupan.

Berdasarkan hasil analisis univariat, maka didapatkan sebagian besar pendidikan responden dalam kategori yang resndah dengan jumlah responden sebanyak 32 orang (71.1%) sedangan sebagian kecil responden dalam kategori pendidikan yang tinggi dengan jumlah responden sebanyak 13 orang (28.9%).

Berdasarkan analisis bivariat maka didapatkan nilai Fisher’s Exact Test 1.0 dimana ρ > α 0.05. Maka hipotesa nol yang disajikan oleh peneliti yaitu tidak ada pengaruh antara pendidikan terhadap pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan di Puskesmas Kecamatan Liukang Tumpabiring Kabupaten Pangkep dinyatakan diterima sedangkan hipotesa alternative ditolak.

Pendidikan ialah proses sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan penelitian. Dalam pengertian yang luas pendidikan diartikan sebuah proses dengan metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Muhibbin, 2008).

Menurut Y. B Mantra yang dikutip oleh Notoatmojo (2009) pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam motivasi untuk sikap berperan serta dalam pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

Faktor kesehatan berkaitan erat dengan kualitas sumber daya manusia (quality of human resources) itu sendiri. Tinggi rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) akan ditentukan oleh status kesehatan, pendidikan dan tingkat pendapatan per kapita. Sebagai indikator kesejahteraan rakyat, tujuan jangka panjang pembangunan kesehatan Indonesia adalah peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap warga negara Indonesia agar terwujud derajat kesehatan masyarakat di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan masyarakat yang semaksimal mungkin.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eka Andriyana Amiruddin (2011) yang dalam penelitiannya berjudul “pengaruh karakteristik responden terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan di Instalasi Rawat Jalan RS Umum Kota Bau-Bau Sulawesi Tenggara” yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan responden terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan (p value = 0.225). Pendidikan yang tinggi tidak akan memberikan jaminan bahwa seseorang akan melakukan pemanfaatan pelayanan kesehatan yang ada.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti berasumsi bahwa tidak ada hubungan dan pengaruh yang signifikan antara pendidikan terhadap Pemanfaatan Sarana Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Liukang Tumpabiring Kabupaten Pangkep.

2. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Pemanfaatan Sarana Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Liukang Tumpabiring Kabupaten Pangkep.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2011).

(10)

responden (62.2%) sedangkan pengetahuan kategori kurang dengan jumlah 17 orang responden (37.8%).

Berdasarkan analisis bivariat maka didapatkan nilai Fisher’s Exact Test 0.029 dimana ρ < α 0.05. Maka hipotesa alternatif yang disajikan oleh peneliti yaitu ada pengaruh antara pengetahuan terhadap pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan di Puskesmas Kecamatan Liukang Tumpabiring Kabupaten Pangkep dinyatakan diterima sedangkan hipotesa nol ditolak.

Pengetahuan adalah realita yang berasal dari luar diri manusia yang lalu menjadi mengerti dan paham, yakni diketahui melalui kegiatan empiris yaitu penginderaan dan atau penalaran rasional atas hasil kegiatan empiris sebelumnya, sedangkan ilmu pengetahuan adalah sistematis pemahaman tentang filsafat (Peter Soedojo, 2008).

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Eka (2011) yang menyatakan bahwa jika pasien mempunyai pengetahuan yang baik terhadap produk rumah sakit, manfaat berobat dan resiko yang dialami maka tingkat pemanfaatan pelayanannya lebih tinggi. Sebaliknya jika pasien berpengetahuan kurang maka pasien tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan dan melakukan pengobatan sendiri atau menggunakan engobatan tradisonal.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aji (2006) mengatakan bahwa ada pengaruh antara pengetahuan terhadap pemanfaatan pelayanan. Muslimin (2009) yang menyimpulkan bahwa ada pengaruh antara pengetahuan dalam pemanfaatan puskesmas di Kelurahan Bahari Kecamatan Tomia Timur Kab.Wakatobi.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti berasumsi bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan pengetahuan terhadap pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan di Puskesmas Kecamatan Liukang Tumpabiring Kabupaten Pangkep.

3. Pengaruh Sikap Terhadap Pemanfaatan Sarana Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Liukang Tumpabiring Kabupaten Pangkep

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2011).

Berdasarkan analisis univariat, maka diketahui bahwa responden yang dalam kategori sikap yang positif berjumlah 32 orang responden (71.1%) sedangkan sikap responden yang dalam kategori negatif berjumlah 13 orang responden (28.9%). Hal ini memperlihatkan bahwa sebagian besar responden memiliki sikap yang kurang tentang pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan.

Berdasarkan analisis bivariat maka didapatkan nilai Fisher’s Exact Test 0.341 dimana ρ > α 0.05. Maka hipotesa nol yang disajikan oleh peneliti yaitu tidak ada pengaruh antara sikap terhadap pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan di Puskesmas Kecamatan Liukang Tumpabiring Kabupaten Pangkep dinyatakan diterima sedangkan hipotesa alternative ditolak.

Menurut Allport (Notoatmodjo, 2011), sikap mempunyai tiga komponen pokok, antara lain: kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek; kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek; kecenderungan untuk bertindak. Sikap mungkin terarah terhadap benda-benda, orang-orang tetapi juga peristiwa-peristiwa, pandangan-pandangan, lembaga-lembaga, terhadap norma-norma, nilai-nilai dan lain-lain.

(11)

signifikan antara sikap masyarakat terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan. Pengetahuan dan sikap masyarakat mengenai jenis pelayanan dan kelengkapan fasilitas kesehatan (alat dan obat-obatan) di puskesmas serta perilaku petugas seperti kedisiplinan (kehadiran), keramahan dan kecepatan dalam menangani pasien menjadi alasan masyarakat untuk tidak memanfaatkan puskesmas. Pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap adanya alternatif pengobatan lain yang dirasakan lebih dekat dan lebih mampu memberikan pelayanan yang memuaskan juga menjadi alasan bagi masyarakat tidak memanfaatkan puskesmas. Berkaitan dengan hasil penelitian, puskesmas perlu meningkatkan mutu manajemen dengan melakukan pengelolaan yang baik terhadap sarana dan prasarana yang ada seperti mengoptimalkan fungsi puskesmas pembantu baik dari segi kelengkapan fasilitas maupun tenaga kesehatan, serta mengoptimalkan fungsi (penggunaan) puskesmas keliling untuk menjangkau daerah-daerah yang sulit menjangkau lokasi puskesmas sehingga akan dapat membantu masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan jika membutuhkan pertolongan kesehatan.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti berasumsi bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap terhadap pemanfaatan sarana kesehatan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan tujuan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam keluarga untuk pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Pangkep Kabupaten Pangkep, maka dapat ditarik kesimpulan antara lain sebagai berikut :

1. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan terhadap pemanfaatan sarana kesehatan di Puskesmas Kecamatan Liukang Tumpabiring Kabupaten Pangkep karena p = 1.0 > α 0.05.

2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara pengetahuan terhadap pemanfaatan sarana kesehatan di Puskesmas Kecamatan Liukang Tumpabiring Kabupaten Pangkep.karena p = 0.029 < α 0.05

3. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara sikap terhadap pemanfaatan sarana kesehatan di Puskesmas Kecamatan Liukang Tumpabiring Kabupaten Pangkep karena p = 0.341 > α 0.05.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan penelitian yang ada, maka peneliti memberikan beberapa saran antara lain sebagai berikut :

1. Petugas kesehatan perlu lebih giat (aktif) melakukan promosi kesehatan seperti penyuluhan yang berkelanjutan ke desa-desa sehingga akan menambah pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan.

2. Masyarakat perlu memperbaiki lagi sikapnya tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan karena dengan memanfaatkan layanan kesehatan secara optimal akan dapat membantu meningkatkan taraf kesehatan masyarakat itu sendiri.

3. Kepada peneliti selanjutnya agar meniliti variabel lain yang dianggap mampu mempengaruhi minat masyarakat dalam memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan untuk kemajuan ilmu pengetahuan yang lebih baik lagi di masa mendatang.

Referensi

Dokumen terkait

Pencairan Bank Garansi yang diterbitkan bagi PT Maruwai Coal untuk proyek Kontruksi Jalan, Jembatan dan Pekerjaan Tanah Lampunut yang berlokasi di Kabupaten Murung

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbandingan pendidikan kesehatan multimedia pembelajaran dan metode demonstrasi terhadap tindakan siswa dalam mencuci

Adapun Recana Target Kinerja (out come) pada akhir RPJMD Tahun

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Pembelajaran metematika berbasis saintifik mengandung nilai-nilai pendidikan karakter yakni konsistensi yang dapat menubah seseorang menjadi individu

Hasil dari observasi dan dokumentasi mengatakan bahwa siswa belum mampu melaksanakan aspek proses sains dan aspek sikap ilmiah sains dengan baik, adapun indikator

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Selain dari beberapa karya di atas, Fazlur Rahman pernah menulis artikel yang berjudul “Iqbal in Modern Muslim Thoght” Rahman mencoba melakukan survei terhadap