• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arti Penting Poundsterling bagi Inggris

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Arti Penting Poundsterling bagi Inggris"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Arti Penting Poundsterling bagi Inggris dalam Uni Eropa

Eka Deviana Putri (0911240049)

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya

Abstrak

Pasca Perang Dunia II, beberapa negara di Eropa Barat membentuk sebuah integrasi Eropa atau dikenal dengan European Union (EU). Pada awalnya mereka bekerjasama untuk meningkatkan ekonomi untuk membayar kerugian yang diakibatkan oleh Perang Dunia II. Dengan ide kerjasama tersebut, EU dapat menghindari terjadinya konflik dalam kawasan karena negara-negara di Eropa menjadi saling tergantung secara ekonomi, sehingga menciptakan perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran. Kemudian kerjasama itu berkembang menjadi sebuah pasar tunggal di Eropa yang luas dimana orang, barang, jasa dan modal bergerak bebas diantara negara-negara anggota, disebut sebagai common market. EU bahkan menetapkan Euro sebagai mata uang bersama (common currency). Saat ini 17 dari 28 negara anggota EU menggunakan Euro sebagai mata uang resmi negaranya, dikenal sebagai Eurozone. Sedangkan, 10 negara lain masih mempertahankan mata uang masing-masing sebagai mata uang resmi, salah satunya adalah Inggris. Meskipun Inggris merupakan anggota EU yang telah ikut serta menciptakan integrasi secara ekonomi, politik, dan sosial, Inggris memiliki alasan tersendiri untuk mempertahankan poundsterling sebagai mata uang resmi negaranya.

Kata kunci: European Union (EU), Euro, Inggris, Poundsterling

Latar Belakang

European Union (EU) adalah sebuah integrasi dimana negara-negara

(2)

lalu (Balaam & Veseth, 2001, p. 232). Saat ini EU telah menciptakan perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di Eropa selama lebih dari lima puluh tahun.

Pada tahun 1957, EU atau Uni Eropa secara formal dimulai sebagai EEC (European Economic Community) yang berfokus pada kerjasama ekonomi antar negara. Pada tahun 1980-an, berubah menjadi EC (European Community) karena fungi politik dan sosial berkembang. Kemudian berubah lagi pada tahun 1993 menjadi EU (European Union), suatu bukti bahwa integrasi telah berkembang dari bidang ekonomi menuju bidang politik dan sosial. Integrasi ekonomi Uni Eropa tidak terbentuk dalam waktu yang singkat dan instan. Biasanya suatu integrasi ekonomi melalui beberapa tahapan atau level, yaitu: (Appleyard & Alfred, 1998, p. 353- 355)

1. FTA (Free Trade Area)

Semua anggota menghapus tarif pada produk masing-masing, sementara pada saat yang sama setiap anggota mempertahankan kebebasannya dalam membuat kebijakan perdagangan dengan nonanggota. Dengan kata lain, anggota FTA dapat mempertahankan tarif individu dan hambatan perdagangan lain kepada negara non anggota.

2. CU (Custom Union)

Semua tarif antar anggota dihapus dan mereka mengadopsi kebijakan komersial eksternal bersama terhadap non anggota.

3. CM (Common Market)

Semua tarif antar anggota dihapus dan mereka mengadopsi kebijakan komersial eksternal bersama terhadap non anggota, dan semua hambatan untuk pergerakan faktor ekonomi antara negara-negara anggota dihapus. 4. EU (Economic Union)

Mencakup semua fitur dari CM tetapi juga menyiratkan persatuan lembaga ekonomi dan koordinasi kebijakan ekonomi seluruh negara anggota. Ketika Economic Union mengadopsi mata uang bersama, hal ini juga telah menjadi sebuah kesatuan moneter.

(3)

dimana free trade hanya berlaku untuk komunitas tertentu, dan perdagangan dilakukan utamanya pada coal dan steel. Pada tahap FTA (Free Trade Area), integrasi ekonomi di Eropa ditandai dengan terbentuknya EFTA (European Free

Trade Area). Negara-negara anggota sepakat untuk menghilangkan hambatan

dagang hanya untuk sesama negara angora EFTA, serta menggunakan tarif yang berbeda untuk negara non anggota EFTA. Tahap selanjutnya yaitu CU (Custom

Union) dimana mereka mulai menerapkan tariff yang sama untuk negara non

anggota AFTA dan penyeragaman pabean.

Pada tahap CM (Common Market), terjadi pergerakan bebas orang, barang, jasa dan modal diantara negara-negara anggota yang dikenal dengan istilah “four freedom of movements”. Itulah sebabnya orang-orang yang ingin melakukan perjalanan ke negara anggota lain tidak memerlukan visa. Pada tahap EU (Economic Union), European Union berusaha menerapkan EMU (Economic

and Monetary Union) yaitu penyeragaman kebijakan moneter dan fiskal antar

negara anggota. Tahapan inilah yang akhirnya membuat Uni Eropa meluncurkan mata uang tunggal yaitu Euro (€). Dalam hal ini, Perancis merupakan negara yang menginginkan monetary union, sedangkan Jerman lebih tertarik pada political

union. Kedua negara ini merupakan pelopor kesatuan Eropa dan mendominasi di

Uni Eropa.

Euro (€) adalah bukti nyata dari integrasi Eropa dimana common currency digunakan oleh 17 dari 28 negara anggota Uni Eropa. Manfaat common currency tersebut sangat jelas bagi orang-orang yang bepergian ke luar negeri atau belanja online di situs yang berbasis di negara-negara anggota Uni Eropa. Euro senidiri diluncurkan sejak 1 Januari 1999 sebagai mata uang virtual untuk pembayaran tunai dan tujuan akuntansi. Uang kertas dan koin diperkenalkan pada tanggal 1 Januari 2002. Lebih dari 332 juta orang di seluruh dunia menggunakan mata uang yang dipegkan ke Euro. Berikut adalah 17 dari 28 negara anggota EU yang dikenal sebagai Eurozone (www.europa.eu):

• Austria

• Belgia

• Siprus

• Estonia

• Finlandia

• Perancis

• Jerman

(4)

• Irlandia

• Itali

• Luxemburg

• Malta

• Belanda

• Portugal

• Slovakia

• Slovenia

• Spanyol

Pada akhir Perang Dingin, EU atau Uni Eropa dihadapkan pada empat masalah yang mengancam persatuan dan integrasi yang telah diciptakan, yaitu: (Balaam & Veseth, 2001, p. 245)

1. The Ever-Wider Union

Bagaimana mengakomodasi tuntutan baru untuk keanggotaan EU tanpa mengaleniasi anggota EU saat ini.

2. The challenge of the Regions

Apa yang harus dilakukan mengenai tuntutan otonomi daerah yang lebih besar dalam EU.

3. The Security Issue

Bagaimana menangani masalah kemanan secara efektif selain ancaman Soviet.

4. The German Problem

Bagaimana memastikan bahwa Jerman tetap berkomitmen pada kesatuan.

Secara teori monetary union dianggap mampu memecahkan empat masalah tersebut dalam satu solusi. Hal ini didasarkan pada persepsi dimana sebuah mata uang tunggal akan membuat pasar Eropa menjadi lebih efisien dan ekonomi Eropa lebih dinamis. Dengan demikian masalah Jerman akan terselesaikan karena Jerman akan terikat oleh jaringan kemungkinan terkuat seluruh Uni Eropa yaitu uang dan akhirnya kerja sama politik akan dicapai (Balaam & Veseth, 2001, p. 247). Ini berarti Jerman akan mendapatkan political union yang diinginkan disaat Perancis mewujudkan monetary union.

(5)

memiliki lebih banyak pilihan. Sebuah mata uang tunggal juga mendorong orang untuk melakukan perjalanan dan berbelanja di negara-negara lain. Pada tingkat global, Euro memberikan Uni Eropa pengaruh lebih besar karena merupakan mata uang internasional kedua yang penting setelah dolar AS (www.europa.eu).

Di samping itu, Uni Eropa ingin mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS dimana dahulu Amerika Serikat memberi bantuan finansial setelah Eropa mengalami kehancuran akibat Perang Dunia II. Inilah yang membuat negara-negara Eropa tergantung pada perkenomian dan dolar AS, sehingga jika terjadi krisis yang mempengaruhi nilai dolar AS maka mereka juga akan menerima akibatnya. Selain mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS, perekonomian Eropa juga menjadi lebih stabil dan terhindar dari spekulan.

Eropa juga telah memiliki bank sentral yaitu European Central Bank (ECB) yang bertanggung jawab atas masalah moneter di Uni Eropa. Tujuan utamanya adalah untuk menjaga stabilitas harga. ECB juga menetapkan sejumlah suku bunga acuan untuk daerah Euro. Meskipun masih dikenakan pajak oleh negara-negara Uni Eropa dan setiap negara memutuskan anggarannya sendiri, pemerintah nasional telah merancang aturan umum pada keuangan publik untuk dapat mengkoordinasi kegiatan mereka untuk stabilitas, pertumbuhan dan lapangan kerja (www.europa.eu).

Euro memang terlihat sangat menjajikan, namun bukan berarti tidak ada permasalahan dalam mengadopsi Euro karena masih ada beberapa beberapa negara angggota EU yang tidak menggunakan Euro sebagai mata uang negaranya sehingga membuat monetary union menjadi tidak sempurna. Berikut ini adalah 10 negara anggota EU yang masih mempertahankan mata uang masing-masing:

• Bulgaria

• Republik Ceko

• Denmark

• Hungaria

• Latvia

• Kroasia

• Polandia

• Rumania

• Swedia

• Inggris

(6)

negara-negara di Eropa hingga memiliki mata uang tunggal. Hal ini setidaknya membutuhkan waktu lebih dari 50 tahun bagi Uni Eropa. Selain pertimbangan ekonomi, faktor sejarah dimana sebagian negara Eropa mengalami kepedihan dan menanggung akibat buruk dari Perang Dunia II membangkitkan semangat mereka untuk bersatu agar sejarah kelam masa lalu tidak terulang lagi, namun hal itu tidak cukup untuk membuat mereka semua menyetujui penggunaan mata uang tunggal.

Kesepuluh negara tersebut tentunya memiliki alasan masing-masing mengapa mereka tidak mau mengadopsi Euro. Negara yang memiliki perkonomian kuat seperti Inggris pun tidak mau mengadopsi Euro dan masih menggunaka poundsterling sebagai mata uangnya. Pertanyaannya adalah mengapa Inggris masih mempertahankan poundsterling sebagai mata uang resmi negaranya?

Pembahasan

A. Merkantilisme Inggris dalam Uni Eropa

Merkantilisme adalah sekumpulan pemikiran ekonomi yang muncul di Eropa selama periode 1500-1750. Negara memiliki tindakan yang sama terhadap aktivitas ekonomi domestik dan peran perdagangan internasional, tujuannya adalah untuk mendominasi ekonomi dan kebijakan pada masa itu. Merkantilisme sering dianggap sebagai political economy of state building. Pusat pemikiran merkantilisme adalah pandangan bahwa kekayaan nasional direfleksikan pada logam berharga yang dimiliki suatu negara yaitu emas. (Appleyard & Alfred, 1998, p.19-20).

(7)

1976, p. 7). Persamaannya adalah tiap negara adalah merkantilis yang berusaha mendapatkan emas sebanyak-banyaknya. Begitu pula dengan Inggris.

Merkantilisme di Inggris dimulai pada pemerintahan Henry VII (1485-1509) raja I dari keluarga Tudor (Hardjosoebroto, 1976, p. 8). Inggris menerapkan peraturan-peraturan yang bersifat merkantilis yang berusaha membuat negaranya untung dan secara tidak langsung merugikan negara lain, atau dikenal dengan istilah zero-sum game. Merkantilisme dalam hal ini adalah suatu cita-cita organisasi ekonomi yang dijalankan pemerintah (Hardjosoebroto, 1976, p.7). Pemerintah memiliki kontrol penuh terhadap penggunaan dan pertukaran logam berharga (emas), sering disebut sebagai bullionism (Appleyard & Alfred, 1998, p.20). Tidak ada individu yang boleh melakukan hal itu karena disini negara adalah aktor utama.

Merkantilisme Inggris dalam Uni Eropa terlihat sangat jelas dimana Inggris tetap

berusaha mencapai kepentingan nasionalnya dan tidak mau menyetujui kebijakan yang dianggap akan merugikan negaranya. Pada awalnya Inggris tidak mau berada dalam EEC karena beberapa alasan. Inggris khawatir akan hilangnya otonomi politik dan

ekonomi yang selalu menyertai integrasi ekonomi. Politisi Inggris dan mungkin sebagian

besar warga Inggris ragu-ragu untuk menyerahkan kekuasaan pengambilan keputusan

kepada orang lain atau untuk berbagi dengan Prancis dan Jerman. Inggris juga tidak mau

menyerahkan baik "preferensi impertial" nya – hubungan perdagangan preferensial

dengan negara-negara Persemakmuran - atau "hubungan khusus" dengan Amerika Serikat

yang begitu sangat dihargai (Balaam & Veseth, 2001, p. 238).

Teori merkantilisme menyatakan dengan jelas bahwa negara adalah aktor utama, segala hal dilakukan demi mencapai kepentingan nasionalnya. Inggris dan negara-negara lain di dunia saling berkompetisi untuk mendapatkan power dan kekayaan (wealth) yang merupakan dasar dari power tersebut. Inggris menyadari bahwasanya integrasi ekonomi akan menghalangi pencapaian kepentingan nasional dan mengurangi kontrol negara di bidang dometik. Pada titik tertentu, risiko masing-masing negara anggota adalah dipaksa untuk mengabaikan kepentingan nasional-politik, ekonomi, sosial, atau budaya - sebagai konsekuensi dari mempertahankan kewajiban internasional. (Balaam & Veseth, 2001, p. 236)

(8)

dalam integrasi ekonomi dan politik. Negara yang terlibat menyerahkan sebagian kedaulatannya atau otonomi politik nasional karena mereka tidak bisa lagi mengatur batasan perdagangannya sendiri (Balaam & Veseth, 2001, p. 233). Mereka kehilangan kemampuan untuk meregulasi pergerakan barang, jasa, orang, dan modal ke dalam negaranya. Oleh karena itu Inggris sangat defensive terhadap kebijakan Uni Eropa yaitu penyeragaman kebijakan moneter dan fiskal dimana Euro diluncurkan sebagai mata uang tunggal.

B. Keraguan Inggris Untuk Bergabung dalam Eurozone

Bergabung dalam Eurozone bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan oleh Inggris karena banyak pertimbangan dan kemungkinan yang akan terjadi bila Inggris memutuskan untuk menyetujui penyeragaman kebijakan moneter dan fiskal. Dalam Uni Eropa sendiri, Inggris termasuk negara yang cukup banyak menentang kebijakan EU, contoh konkretnya adalah Inggris tidak mau mengadopsi Euro. Inggris tidak mau terikat dengan hanya satu benua karena sepertinya Inggris memang ingin melebarkan pengaruhnya ke seluruh dunia. Seperti yang diungkapkan Winston Churchill dan kelompok Konservatif di House

of Commons. “We are with Europe, but not of it. We are linked, but not compromised. We are interested and associated, but not absorbed… We belong to no single Continent, but to all.” (Kaiser & Elvert, 2004, p. 10). Hal ini kemudian

dikenal dengan karakter Inggris yaitu “Britain’s semi-detached relationship with

continental Europe” pada tahun 1930, hubungan Inggris yang agak terpisah dari

benua Eropa.

Untuk melihat kemungkinan Inggris bergabung dalam Eurozone, Inggris telah melakukan tes ekonomi. Kemudian Pejabat Keuangan (Chancellor of the Exchequer) Inggris, Gordon Brown akan mengumumkan hasil dari lima tes ekonomi yang sudah dilakukan sejak Oktober 1999. Jika hasil tes menunjukkan bahwa Inggris akan bergabung dalam Eurozone, maka langkah selanjutnya adalah referendum umum untuk meminta pendapat rakyat mengenai keharusan Inggris bergabung dalam Eurozone.

(9)

kenyataan akankah Inggris dan pihak lainnya dapat menerima dengan senang hati tingkat suku bunga Euro pada basis permanen. Kedua, apakah ada fleksibilitas yang cukup untuk mengatasi apabila muncul suatu masalah. Ketiga, tes dilakukan berkaitan jika Inggris menyetujui EMU, apakah akan memberikan suatu kondisi yang lebih baik bagi perusahaan-perusahaan Inggris dalam membuat keputusan jangka panjang guna melakukan investasi di Inggris. Pertanyaan ini berkaitan dengan posisi Inggris yang secara geografis terpisah dari daratan Eropa. Pada tes keempat, tes juga dilakukan berkaitan dengan dampak yang akan terjadi, terutama berkaitan dengan kemampuan daya saing industri jasa keuangan dan yang paling utama pasar keuangan di London. Tes kelima adalah apakah akan lebih mendorong pertumbuhan ekonomi, stabilitas, dan pada akhirnya memberikan peluang lapangan kerja yang lebih luas di Inggris (Efrilia, 2008)

Tes Ekonomi di atas menimbulkan pro dan kontra antar aktor di Inggris. Sebagian besar ekonom Inggris mengatakan bahwa tes tersebut lebih banyak bernuansa politik dan menimbulkan makna ganda sehingga bisa memberikan jawaban yang berbeda-beda. Misalnya menyangkut tes apakah struktur ekonomi Inggris cocok dengan anggota zona euro lainnya, serta apakah cukup fleksibilitas dalam mengatasi persoalan yang muncul, jelas akan mengundang berbagai penafsiran dan interpretasi, terutama dari kacamata seorang politis. Mereka juga berpendapat tes ekonomi yang diadakan tahun 1997 ini jelas sudah tidak sesuai dengan kodisi saat ini. “Tahun 1997, jelas bukan hal bijaksana untuk bergabung,

nilai tukar tidak pas, kondisi perekonomian berbeda,” ujar Profesor Ray Barrell

dari Institut Nasional Riset Sosial dan Ekonomi (NIESR) sebagaimana dikutip AFP (Efrilia, 2008). Barrell juga mengatakan, tes ini merupakan ide yang bagus, namun jelas bermakna ganda. Terdapat tujuan politik yang tersembunyi dibaliknya dan karena itu tes ini akan memperoleh sejumlah jawaban yang berbeda-beda.

(10)

akan dihadapi perekonomian Inggris jika terus berada di luar Eurozone (zona euro) dan dalam surat itu, mereka mengatakan bahwa Pemerintah Inggris harus berani bergabung dalam Eurozone karena memberikan keuntungan jangka panjang. Mereka juga mendesak PM Blair agar segera mengumumkan referendum sebelum pemilu Inggris tahun 2006.

Salah satu kelompok kontra adalah sejumlah ekonom yang bergabung dalam Financial Hub, London. Dalam suatu jajak pendapat, mereka mengatakan dengan gamblang untuk menolak Inggris bergabung dalam Eurozone. Mereka tidak rela menggantikan mata uang poundsterling yang sudah berusia 1.200 tahun dengan Euro. Mereka juga khawatir bahwa independensi Inggris dalam kebijakan moneter dan suku bunga akan hilang, serta kepentingan ekonomi Inggris menjadi terabaikan karena harus mengutamakan kepentingan bersama dengan negara-negara Eropa lainnya yang bergabung dalam Eurozone (Efrilia, 2008)

Dalam beberapa berita, menyatakan bahwa Inggris semakin tertarik untuk bergabung dalam kelompok negara pengguna mata uang euro atau Eurozone. Presiden Komisi Eropa, Jose Manuel Barroso mengatakan bahwa sejumlah politisi Inggris sedang menimbang untuk bergabung dengan Eurozone, dalam sebuah wawancara pada November 2008. Ketidakpastian ekonomi akhir-akhir ini telah membuat mata uang euro menjadi pilihan yang lebih menarik. Namun Barroso menambahkan bahwa tindakan Inggris untuk menggunakan Euro tidak akan dilakukan dalam waktu dekat. “Saya tahu bahwa mayoritas warga Inggris masih

menentang, tetapi orang-orang berwenang di Inggris saat ini sedang memikirkannya,” kata Barroso (Kawilarang, R. & Adiati, H, 2008).

C. Perdebatan Sepuluh Aktor Berpengaruh di Inggris Mengenai Euro

(11)

menggunakan Euro sebagai mata uang tunggal, dan dalam hal ini poundsterling akan tergantikan.

Di dalam internal negara Inggris terdapat beberapa kelompok aktor yang berpengaruh dan memperdebatkan masalah penggunaan Euro sebagai mata uang resmi Inggris. Sepuluh aktor tersebut memiliki argumen masing-masing untuk untuk berada di posisi pro atau kontra terhadap masalah mata uang ini, dan sebenarnya di situlah mereka memasukkan kepentingan agar dapat tercapai. Tujuh dari sepuluh aktor tersebut menginginkan Inggris untuk mengadopsi Euro. Mereka inilah kelompok pro Euro yang terdiri dari: Labour government, Labour party,

Liberal Democrats, Bank of England, Confederation of British Industry, British Bankers’ Association, dan British Chember of Commerce. Sedangkan tiga

kelompok lain yang merupakan kelompok kontra, tetap ingin mempertahankan poundsterling sebagai mata uang Inggris. Mereka terdiri dari: Conservative Party,

Federation of Small Business, dan No-Campaign.

Conservative Party beranggapan bahwa dengan mengadopsi Euro sebagai

mata uang, maka Inggris akan kehilangan kontrol terhadap suku bunga. Jika suku bunga terlalu tinggi untuk pasar Inggris, maka akan menghalangi public

investment dan berakibat mengurangi kemampuan pasar untuk berkompetisi (less competitive market) yang berarti semakin sedikit perusahaan yang ada dan

semakin banyak yang akan kehilangan pekerjaan (unemployment). Dengan banyaknya unemployment, pemerintah harus meningkatkan pengeluaran publik untuk keamanan sosial, dan dengan meningkatnya pengeluaran publik, pemerintah Inggris akan meningkatkan pajak (Sukardi, 2005, p. 4).

Di tambah dengan regulasi EMU, Conservative Party percaya bahwa mengharmonisasi pajak dengan negara-negara Eurozone lainnya akan sangat pasti terjadi dan menghasilkan lebih banyak pajak. Selain itu, negara-negara anggota Eurozone harus mempertahankan budgetnya defisit pada level tertentu. Situasi ini akan menciptakan tendensi pemerintah Inggris untuk meningkatkan pajak.

Conservative Party sejak awal tidak menginginkan adanya integrasi. Aktor ini

berargumen bahwa adopsi Euro akan meningkatkan kemungkinan untuk EU menjadi lebih terintegrasi. Conservative party menolak kesatuan integrasi (EU

(12)

Kelompok anti-Euro yang bergabung dalam No Campaign British beranggapan bahwa ekonomi Inggris berbeda dan Inggris sudah memiliki peran yang bagus di luar Eurozone (Sukardi, 2005, p.5), sehingga tidak perlu mengadopsi Euro. Oleh karena itu, kelompok anti-euro yang bergabung dalam No

Campaign menegaskan bahwa dua pertiga dari para usahawan Inggris dalam jajak

pendapat September 2002 menghendaki tetap mempertahankan poundsterling. James Frayne, manajer kampanye dari No Campaign, mengatakan bahwa Ekonomi zona Euro kini mengalami angka pengangguran yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang lemah. Itulah mengapa sebagian besar usahawan Inggris menolak bergabung dalam Euro (Efrilia, 2008). Federation of Small

Business memiliki argumen sendiri. Mereka beranggapan bahwa dengan

mengadopsi Euro, kelompok bisnis kecil tidak mendapatkan keuntungan yang cukup dan membuat mereka membayar ekstra cost. Selain itu, Federation of Small

Business percaya bahwa suku bunga acuan akan menjadi terlalu tinggi. Berikut ini

adalah tabel daftar 10 aktor yang pro dan kontra mengenai penggunaan Euro sebagai mata uang Inggris beserta argumennya.

Tabel.1 Influential Actors and Their Arguments (Sukardi, 2005, p. 10)

Aktor Argumen

Labour government •

Sebagai negara anggota Uni Eropa, Inggris harus mengadopsi Euro.

• Perusahaan Inggris akan menikmati biaya transaksi yang lebih sedikit dalam Eurozone

• Dengan mata uang tunggal, tidak ada lagi volatilitas nilai tukar

• Euro akan mendorong perdagangan lintas negara

• Konsumer akan menikmati produk dengan harga yang lebih murah

Labour party • Inggris tidak bisa menghindari Euro lagi Inggris akan mempertahankan pengaruhnya dalam Eurozone Common currency akan meningkatkan pekerjaan, investasi,

dan perdagangan

Liberal Democrats • Euro membawa kepastian bagi importir dan eksportir Euro akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif

(13)

Bank of England • Tiga alasan bagi bank: inflasi rendah, inflasi rendah, dan inflasi rendah

Confederation of British Industry

• Dengan Euro, tidak ada lagi volatilitas nilai tukar • Euro akan mengundang lebih banyak investasi asing • Euro akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif • Dalam Euro, biaya transaksi berkurang

• Pasar akan dipenuhi produk yang lebih murah British Bankers’

Association

• Sektor bisnis akan memulai proses changeover setelah pemerintah mengadopsi Euro. Jika refendum gagal, banyak bisnis akan kehilangan uangnya

British Chember of Commerce

• Euro membawa lebih banyak kompetisi di pasar • Inggris akan dipenuhi oleh lebih banyak peraturan dari

Brussels

• Kemungkinan besar bagi bisnis untuk membayar pajak yang

lebih besar setelah Euro

Conservative Party

• Sterling adalah simbol nasional

• Euro adalah langkah pertama untuk Uni Eropa sebagai

single state

• Lebih banyak peraturan dari Brussels

Federation of Small Business

• Tidak cukup keuntungan bagi usaha kecil

• Adaptasi Euro akan membuat usaha kecil membayar biaya

tambahan

• Tingkat bunga umum terlalu tinggi No-Campaign • Economi Inggris berbeda

• Keadaan Inggris baik-baik saja di luar Euro

D. Poundsterling Merupakan Kebanggaan Rakyat Inggris

(14)

berkata “tidak yakin”. Pada Januari 2002, 31% orang berkata mereka akan memilih ya untuk bergabung, dan 56% memilih tidak (BBC News, 2009)

Selain dari hasi survei, masyarakat Inggris mempertahankan poundstersling karena merupakan simbol negara. Conservative Party adalah kelompok anti-Euro yang menyatakan bahwa Poundsterling adalah simbol nasional Inggris. Mata uang poundsterling sudah ada sekitar 1200 tahun yang lalu, jauh lebih lama dibandingkan mata uang lainnya bahkan mata uang negara-negara yang sekarang bergabung dalam Eurozone. Sterling adalah mata uang tertua dunia yang masih dipakai (Rendall, 2007). David Sinclair, penulis buku “The Pound” yang mengisahkan sejarah panjang mata uang Inggris, berargumen bahwa sangat tepat jika warga Inggris memiliki hubungan emosional dan komitmen yang sangat dalam dengan poundsterling (Efrilia, 2008). Rakyat Inggris tidak ingin poundsterling yang merupakan suatu kebanggan, lenyap begitu saja. lnggris punya alasan bahwa poundsterling tidak hanya sekadar mata uang bagi Inggris, tetapi juga kebanggaan Imperium Inggris, yakni Britania Raya (SBM, 2005).

E. Kepercayaan terhadap Poundsterling

Inggris merasa bahwa tanpa bergabung dengan Uni Eropa, perekonomian Inggris akan tetap baik-baik saja. Lagipula pada kenyataannya, Inggris menolak beberapa kebijakan yang dikeluarkan Uni Eropa. Sama halnya dengan mata uang, Inggris tidak mau mengadopsi Euro sebagai mata uang negaranya. Hal itu dikarenakan Inggris masih ingin mempertahankan poundsterling dan percaya bahwa Euro tidak lebih baik daripada poundsterling. Di samping itu, Inggris masih yakin poundsterling tetap akan menjadi mata uang kuat dunia (hard

currency) yang bisa bertahan terhadap segala goncangan krisis ekonomi dan

moneter (SBM, 2005). Misalnya saja Krisis Yunani yang terjadi saat ini sangat mempengaruhi mata uang Euro. Inggris yang menggunakan poundsterling tidak terlalu mendapat dampak yang signifikan seperti yang dialami negara-negara Eurozone.

(15)

standar rendah (subprime loans) dan transaksi derivatif yang sangat besar. Sementara Krisis Yunani tidak dipicu oleh krisis perbankan, tetapi karena krisis utang pemerintah. Yunani terlalu banyak meminjam pada masa lalu untuk membiayai pengeluaran yang besar. Sebagai anggota Uni Eropa, Yunani dapat meminjam dengan bunga murah karena memiliki peringkat utang relatif baik karena ditunjang oleh kekuatan ekonomi Jerman dan Perancis. Di samping itu, banyak bank investasi yang membujuk Yunani untuk terus meminjam, bila perlu Yunani melakukan pinjaman off balance sheet. Akibatnya, utang Yunani semakin besar (115 persen produk domestik bruto/ PDB) dan kemudian baru diketahui laporan keuangannya banyak rekayasa. Akibatnya, peringkat dan harga surat utang Yunani jatuh, padahal banyak bank Eropa memiliki surat utang Pemerintah Yunani sekitar US$429 (Ramli, 2010).

Krisis yunani menyebabkan kurs Euro dan harga saham Eropa jatuh. poundsterling terhindar dari penderitaan karena teraniaya seperti yang dialami Euro karena krisis hutang yang dialami Yunani (Harvest International Future, 2011). Sebelum Krisis Yunani, Euro terlalu kuat, pernah mencapai 1,5 dollar AS/Euro sehingga membuat negara-negara Eropa yang ekonominya relatif lemah semakin tidak kompetitif. Memang memiliki mata uang yang kuat membanggakan, tetapi jika uang kuat sebelum waktunya dan tidak didukung oleh fundamental, justru sangat merugikan. Dilema itulah yang dihadapi oleh negara-negara PIGS (Portugal, Italy, Greece, Spain). Mereka terperangkap dalam mata uang Euro yang kuat. Seandainya mereka melepaskan diri dari Euro, mereka akan mampu meningkatkan daya saing dan pertumbuhan ekonomi akan lebih tinggi (Ramli, 2010). Euro kembali terpuruk di sesi perdagangan seiring dengan meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap krisis utang Zona Euro. Kekhawatiran tersebut dipicu oleh beberapa kabar terutama mengenai Yunani. (Detikfinance, 2011)

(16)

perlu memusingkan masalah Euro seperti yang terjadi pada Jerman. Duta besar Jerman untuk Yunani berjanji bahwa Jerman tidak akan membiarkan Yunani jatuh (VOANews, 2010). Karena itulah Jerman ikut memberi dana talangan kepada Yunani untuk menstabilkan mata uang Euro.

Jerman yang merupakan negara dengan ekonomi terkuat di zona euro akan menjadi kontributor terbesar dalam pemberian dana talangan ini. Banyak orang Jerman yang marah karena hasil pembayaran pajak mereka digunakan untuk menalangi Yunani. Mereka beranggapan tidak ada gunanya menalangi negara yang sudah melakukan kecurangan akuntansi keuangan negara dan membuat masalahnya menyebar ke negara lain. Sementara itu, di Jerman, Kanselir Jerman Angela Merkel, mempertimbangkan akan meminta pengesahan dari parlemen atas kontribusi Jerman memberi talangan kepada Yunani senilai 8,4 miliar Euro. Merkel mengharapkan persetujuan parlemen sudah didapatkan pada Jumat akhir pekan ini. ”Saya rasa ini adalah satu-satunya cara agar kita dapat membuat

Euro stabil kembali. Ini merupakan program yang berkesinambungan, dapat berjalan selama beberapa tahun,” katanya. (Kompas, 2010)

Yunani sendiri akan menerima dana talangan dari Uni Eropa dan Dana Moneter Internasional agar tidak terjadi gagal bayar atas utang sebesar 9 miliar euro yang akan jatuh tempo pada 19 Mei 2010. Total dana talangan yang diberikan sejumlah 110 miliar Euro. Sebagai kompensasi, Yunani menghemat anggarannya dengan memangkas tunjangan pegawai negeri. Pengeluaran yang dapat dihemat sekitar 30 miliar Euro dalam tiga tahun (Bataviase, 2011).

Kesimpulan

Keputusan untuk bergabung dalam Eurozone bukanlah hal yang sederhana. Banyak terjadi pro dan kontra mengenai masalah ini. Beberapa aktor mengatakan keputusan bergabung dalam Eurozone adalah yang terbaik karena dapat meningkatkan perekonomian, di sisi lain ada yang berpendapat sebaiknya Inggris tetap berada di luar Eurozone. Mereka yang menolak penggunaan Euro ini tergabung dalam tiga kelompok yaitu Conservative Party, Federation of Small

Business, dan No-Campaign. Perdebatan telah terjadi sejak lama namun hingga

(17)

memilih untuk mempertahankan mata uangnya yaitu poundsterling. Sebagian besar rakyat Inggris yang memilih untuk tetap menggunakan poundsterling dan menolak untuk mengadopsi Euro. Di Inggris, poundsterling sendiri bukan hanya merupakan mata uang, melainkan simbol nasional Inggris. Mata uang poundsterling sudah ada sekitar 1200 tahun yang lalu dan menjadi mata uang tertua dunia yang masih dipakai. Selain itu poundsterling juga adalah kebanggaan Imperium Inggris sehingga rakyat Inggris tidak ingin poundsterling lenyap begitu saja karena tergantikan oleh Euro.

Inggris merupakan negara yang memiliki ekonomi kuat di Eropa. Dengan kekuatannya itulah Inggris merasa lebih baik berada di luar Eurozone. Inggris juga percaya bahwa poundsterling bisa lebih bertahan terhadap segala goncangan krisis ekonomi dan moneter daripada Euro. Hal itu dibuktikan dengan adanya Krisis Yunani yang melanda Eropa dan memberi dampak buruk terhadap perekonomian negara-negara pengguna Euro (Eurozone) lainnya. Inggris juga tidak perlu menghawatirkan nilai Euro yang jatuh dan terbebani oleh pikiran untuk mengatasi krisis yunani ini. Berbeda dengan Jeman yang merupakan negara dominan di Uni Eropa dan pengguna Euro. Jerman tidak suka dengan kondisi Euro yang terpuruk sehingga berusaha untuk membuat Euro stabil kembali. Salah satu cara adalah dengan memberi dana talangan kepada Yunani senilai 8,4 miliar Euro.

(18)

Daftar Pustaka

BUKU

Appleyard, D. R., dan Field, A. J. 1998. International Economics: Trade Theory

and Policy. Singapore: McGraw-Hill.

Balaam, D. N., dan Veseth, M. 2001. Introduction to International Political

Economy. New Jersey: Upper Saddle River.

Burchill, S., dan Linklater, A. 2009. Teori-teori Hubungan Internasional. Bandung: Nusa Media.

Ellsworth, P.T., dan Leith. J. C. 1009. The International Economy. New York: Macmillan Publishing Company.

Hardjosoebroto, S. 1976. Pengantar Sejarah Perekonomian Dunia: Akhir Abad

Pertengahan Sampai Perang Dunia II. Yogyakarta: BPFE.

Jackson, R & Georg Sorensen. 2009. Pengantar Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jonung, L. (2004). ’The Political Economy of Monetary Unification: The Swedish Euro Referendum’. Cato Journal. Retrieved February 8, 2005.

Kaiser, W., dan Elvert, J. 2004. European Union Enlargement: A Comparative

History. London dan New York: Routledge.

Soelistyo. 1981. Ekonomi Internasional: Teori Perdagangan Internasional. Yogyakarta.

Sukardi, S. 2005. Ten Actors Blowing Their Trumpets: Understanding a

Constellation for the Labour Government to Secure the Euro Adaptation.

White, L. (2003). ‘Currency Competition and Consumer-Driven Unification’.

Cato Journal, 23(1), 139-145.

SITUS

The euro/monetary union

<http://europa.eu/about-eu/basic-information/money/euro/index_en.htm> diakses pada 14 Juli 2013 Peneliti CARE IPB Bogor, & Dosen Fakultas Ekonomi Unsyiah Univ. Syiah

Kuala, 2009, ‘Keberhasilan UE, Bagaimana ASEAN?’, 17 Agustus,

<http://aceh.tribunnews.com/news/view/11740/keberhasilan-ue-bagaimana-asean> diakses pada 14 Juli 2013

Anonim, 2010, ‘G20 Sambut Baik Bailout Keuangan Yunani, Bataviase, 5 Mei, < http://bataviase.co.id/node/198216> diakses pada 14 Juli 2013

Anonim, 2011, ‘Krisis Utang Memburuk, Euro Terpuruk’, Detik Finance, 23 Mei, <http://finance.detik.com/read/2011/05/23/105038/1644505/6/krisis-utang-memburuk-euro-terpuruk?nd9911043> diakses pada 14 Juli 2013

(19)

Anonim, 2009, ‘Most Britons Still Oppose Euro', BBC News, 1 Januari, <http://news.bbc.co.uk/2/hi/uk_news/7806936.stm> diakses pada 14 Juli 2013

Efrilia, 2008, ‘Perekonomian Inggris’, 11 Maret,

<http://efriliainggris.wordpress.com/2008/03/11/perekonomian-inggris/> diakses pada 14 Juli 2013

Harvest International Future, Sterling terhindar dari krisis Yunani tetapi dihadapkan dengan masalah sendiri, <http://hif.co.id/en/news-and-analysis/news/284-sterling-.html> diakses pada 14 Juli 2013 Joe, 2010, ‘Yunani Dapat Dana Talangan’, Kompas, 4 Mei,

<http://otomotif.kompas.com/read/2010/05/04/03284161/Yunani.Dapat.Dan a.Talangan> diakses pada 14 Juli 2013

Kawilarang, R. & Adiati, H. 2008, ‘Inggris Kian Tertarik Pakai Euro’, Viva News, 1 Desember, <http://dunia.vivanews.com/news/read/12798-inggris_kian_tertarik_pakai_euro> diakses pada 14 Juli 2013 Ramli, Rizal, 2010, Krisis Utang Yunani, Kompas, 31 Mei,

<http://cetak.kompas.com/read/2010/05/31/02453033/krisis.utang.yunani> diakses pada 14 Juli 2013

Rendall, R. 2007, ‘Economic Terms Explained’, BBC News, 12 November, <http://news.bbc.co.uk/2/hi/programmes/bbc_parliament/7090665.stm> diakses pada 14 Juli 2013

Referensi

Dokumen terkait

Palvelutarpeen arviointia on tehty Lapin maakunnan ja kuntien väestötasolla. Palvelutar- peen arvioinnissa on myös kartoitettu nykyisen palvelujärjestelmän tilanne, minkä yhteydes-

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) efikasi diri berpengaruh terhadap komitmen profesional guru, (2) Resiliensi berpengaruh terhadap komitmen profesional guru, (3) budaya

Power supply merupakan komponen komputer yang berfungsi untuk memberikan daya ke komponen-komponen komputer seperti hardisk, motherboard, CD Room dan komponen yang lain

Voltage Oriented Control merupakan metode MPPT yang digunakan dalam tugas akhir ini. Metode ini merupakan metode yang tersusun atas dua bagian loop pengaturan yang

Mengacu pada Pedoman KNKG (2006) prinsip dasar yang berkaitan dengan prinsip Responsibilitas, yaitu perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta

Islamisasi sains yang diidentifikasi Nidhal merupakan Model i‘jâz tidak bisa dikembangkan karena terlalu integrasi agama dan sains modern yang ditawarkan Nidhal

Apabila, selama Periode Pertanggungan, pada saat Tertanggung melakukan suatu Perjalanan, Tertanggung harus menanggung suatu kewajiban kepada suatu pihak ketiga, maka Perusahaan

Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap