• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif (17)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif (17)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) untuk Meningkatkan Kemampuan Menentukan Unsur-Unsur

Paragraf Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 37 Pekanbaru

Aprilawati Siregar1, Hamizi2, Erlisnawati3

Abstract

Problem on this research was that students achievement the paragraph charateristic of students at grade four of SDN 37 Pekanbaru was still low. Students who completed 2 students (5,12%) and did not completed 37 students (94,87%) wiht means score of 80. This reseach has porpuse to increase the ability in determining paragraph charateristic of students in grade four SDN 37 Pekanbaru. This research was held on October 22nd 2012 to November 12nd 2012. From this reseach was obtained the ability to determine paragraph charateristic this of students from daily examination I on siclus I, and daily examination II on siclus II. For the first siclus, the average is 71,92 or incerasing as much as 56,92% and for the second siclus the average is 80,64 or incerasing as much as 75,95%. Data analysis result, teacher activity from siclus I meeting in the first is 58,33%, and for meeting second is 75% or incerasing as much as 16,67%. And for meeting second is 75% , meeting first siclus II is 91,66% or facing increase as much as 16,66%. Siclus II, meeting first is 91,66% and meeting second 95,83% or facing increase as much 4,17%. Students activity of meeting first is 54,16% and meeting second is 75% or increasing as much as 20,84%. Meeting first is 75% and meeting second is 87,5% or increasing as much as 12,5%. Siclus I meeting first is 87,5% and meeting second is 91,66% of facing increase as much as 4,16%. In conclusion, the implemention of cooperative type group investigation (GI) was able to improve students achievement to determine paragraph charateristic of students grade four SDN 37 Pekanbaru.

Keywords : Cooperative Type Group Investigation. Paragraph

PENDAHULUAN

Bahasa Indonesia adalah sebagai alat yang digunakan oleh lebih dari satu orang untuk berkomunikasi. Bahasa pada dasarnya sudah menyatu dengan kehidupan manusia. Aktivitas manusia sebagai anggota masyarakat sangat bergantung pada penggunaan bahasa masyarakat setempat. Gagasan, ide, pikiran, harapan dan keinginan disampaikan lewat bahasa

Menurut Hermandra (2008:1) Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang paling penting di negara ini. Ini dapat dibuktikan dalam bunyi sumpah pemuda dan pasal 36 bab XV dalam UUD 1945. Selain itu, ada beberapa faktor yang menyebabkan bahasa Indonesia adalah bahasa utama dari bahasa lain karena

1. Mahasiswa PGSD FKIP Universitas Riau, Nim 080513515I, e-mail april.wati90@gmail.com

2. Dosen pembimbing I, Staf pengajar program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,

081365611107

(2)

bahasa Indonesia memiliki hal yang mendasari untuk menjadi bahasa yang penting antara lain: jumlah penutur, luas penyebaran, dan peranan bahasa itu sendiri.

Keterampilan berbahasa adalah salah satu unsur penting yang menentukan kesuksesan mereka dalam berkomunikasi. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yaitu keterampilan membaca adalah keterampilan reseptif bahasa tulis, keterampilan menyimak adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat reseftif, keterampilan berbicara secara garis besar ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif, semiaktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya pergantuan anatara berbicara dan mendengarkan, dan juga memungkinkan kita meminta klarifikasi. Kemudian ada pula situasi berbicara yang semiaktif, misalnya dalam berpidato di hadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan bersifat noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau televisi, dan Keterampilan menulis adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam bidang tulis menulis sehingga tenaga potensial dalam menulis. Keempat keterampilan ini mempunyai hubungan yang erat dan sama pentingnya. Sebagai keterampilan berbahasa, menentukan suatu kemampuan menentukan paragraf juga penting bagi siswa. Pengajaran tentang paragraf di sekolah dasar tujuannya adalah agar siswa mampu menentukan paragraf dari sebuah teks bacaan atau cerita.

Menurut Tarigan dkk (1997:5.34) paragraf merupakan seperangkat kalimat yang berparagraf atau sekelompok kalimat yang secara bersama-sama membicarakan hanya satu pikiran. Pargaraf dikatakan juga sebagai satuan pengembengan terkecil dari suatu karangan. Sebagai satuan terkecil, paragraf mengandung satu pikiran pokok. Pikiran pokok ini tercantum dalam sebuah kalimat, namanya kalimat utama, kalimat ini diikuti oleh kalimat-kalimat pendukungnya, yang disebut kalimat penjelas.

Dengan demikian, proses untuk memahami setiap materi pelajaran dari sumber tertulis akan dapat diperoleh dengan cepat dan tepat oleh siswa. melalui paragraf siswa akan mengetahui pikiran pokok atau letak kalimat utama dan kalimat penjelas. Hasil mengamati yang peneliti lakukakan di kelas IV SD Negeri 37 Pekanbaru, terdapat berbagai hambatan dalam menentukan unsur-unsur paragraf, antara lain:

1. masih banyak siswa yang kurang memahami cara menentukan unsur-unsur paragraf,

2. siswa kurang mampu menentukan unsur-unsur paragraf, sehingga terdapat pengulangan kalimat-kalimat yang sama, dan

3. siswa sulit untuk memahami letak-letak unsur-unsur paragraf.

Berikut adalah hasil pembelajaran siswa mata pelajaran bahasa Indonesia. Dari 39 siswa yang bisa menentukan unsur-unsur paragraf hanya 2 orang (5,12%) dan yang belum bisa ada 37 siswa (94,87%).

(3)

berpikir dalam proses pembelajaran. Karena setiap semua dalam satu kelas tidak mempunyai kemampuan yang sama dan kecepatan yang sama, karena itu diperlakukan secara bersama pula. Pada dasarnya, setiap siswa berbeda satu sama lain, baik dalam hal kemampuan maupun belajarnya. Kondisi seperti inilah yang menyebabkan adanya perbedaan kebutuhan pada setiap anak. Upaya untuk meningkatkan kemampuan anak, dan sikap menghargai perbedaan individu adalah pembelajaran koperatif.

Eggen & Kauchak (dalam Maimunah, 2005: 21) mengemukakan Group investigation adalah strategi belajar kooperatif yeng menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa metode GI mempunyai fokus utama untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik atau objek khusus. Langkah-langkah GI adalah memilih topic, perencanaan kooperatif, implementasi, analisis dan sintesis, persentasi hasil final, dan evaluasi. Adapun kelebihan GI menurut Santoso (2009) adalah pembelajaran dengan kooperatif model Group Investigation memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, penerapan metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa,

pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang, model pembelajaran group investigation melatih siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dan mengemukakan pendapatnya.

Dengan demikian pembelajaran kooperatif tipe GI diharapakan dapat meningkatkan kemampuan menentukan unsur-unsu paragraf siswa, sehingga materi bisa dikuasai dengan baik. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dapat meningkatkan kemampuan menentukan unsut-unsur paragraf siswa kelas IV SD Negeri 37 Pekanbaru?. Dan tujuan penelitian ini “Untuk meningkatkan kemampuan menentukan unsut-unsur paragraf siswa kelas IV SD Negeri 37 Pekanbaru dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation(GI)”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN 37 Pekanbaru. Waktu pelaksanaan penelitian pada semester ganjil bulan Oktober 2012. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 37 Pekanbaru, yang berjumlah 39 orang yang terdiri dari 21 laki-laki dan 18 orang perempuan. Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 kali pertemuan.

(4)

dari siswa. Teknik yang ketiga adalah dokumentasi, digunakan sebagai bukti dan pendukung dalam penelitian berupa foto-foto kegiatan dalam pembelajaran.

Untuk mengetahui peningkatan kemampuan dari siswa setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI, penulis melakukan analisa data dengan menggunakan

1. Aktivitas Guru dan Siswa

Aktivitas guru dan siswa dapat diukur dari lembar observasi guru dan siswa dan data diolah dengan rumus :

NR= ��

�� � 100 %

NR= Persentase rata-rata aktivitas guru/siswa JS = Jumlah skor aktivitas yang dilakukan SM= Skor dari aktivitas guru/siswa

Tabel 3.1

Interval dan kategori aktivitas Guru dan siswa

Interval (%) Kategori

81-100 70-80 51-60 < 50

Amat baik Baik Cukup Kurang baik

Sumber Purwanto (Syahrilfuddin, dkk, 2011: 82)

2. Ketuntasan Individu

Ketuntasan belajar siswa secara individu dalam kemampuan menetukan unsur-unsur paragraf, dikatakan tuntas apabila mencapai KKM yang telah ditentukan yaitu 80. Sedangkan siswa yang dikatakan tidak tuntas apabila dibawah dari nilai KKM.

S = R

N× 100

Keterangan:

S : Nilai individu

R : Jumlah skor dari item soal yang dijawab benar N : Skor maximum dari test tersebut

3. Ketuntasan klasikal

(5)

Ketuntasan Klasikal = jumlah siswa yang tuntas

jumlah seluruh sisiwa × 100%

Tabel 3.2 Ketuntasan Individu

% interval Kategori

85 – 100 70 – 84 50 – 69 0 –49

Amat baik Baik Cukup Kurang

4. Peningkatan Hasil Kemampuan Menentukan Unsur-unsur Paragraf

Untuk mengetahui peningkatan hasil kemampuan menentukan unsur-unsur paragraf digunakan rumus:

P =Posrate−Baserate

Baserate x 100%

Keterangan :

P = Persentase peningkatan

Posrate = Nilai sesudah diberikan tindakan

Baserate = Nilai sebelum tindakan. (Aqib, 2011: 53).

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 kali pertemuan, Setiap pertemuan dilaksanakan selama 2 jam pelajaran dengan waktu 2 x 35 menit. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI dan didukung oleh lembaran kerja siswa (LKS). Dan pada setiap akhir siklus I dan II diadakan ulangan harian (UH), yang hasilnya dipakai sebagai landasan untuk melakukan siklus berikutnya.

Pada siklus I perangkat pembelajaran yang dipersiapkan adalah silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebanyak dua rangkap untuk 2 kali pertemuan. Lembar kerja siswa (LKS), lembar soal evaluasi dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.

Pelaksanaan Tindakan Siklus I

a.Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari senin tanggal 22 oktober 2012 penyajian materi yaitu teks bacaan. Dengan RPP 1 model pembelajaran kooperatif tipe GI dan lembar kerja siswa.

(6)

pembelajaran berlangsung observer mengisi lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa dalam penerapan model pembelajaran koopertif tipe GI. Lembar observasi guru dan lembar observasi siswa.

Setelah kegiatan awal selesai, dilanjutkan dengan melaksanakan pembelajaran selanjutnya adalah guru menjelaskan materi pembelajaran, kemudian guru meminta siswa memilih topik, kemudian siswa yang sama topiknya digabungkan menjadi satu kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa dan siswa diminta untuk mempelajarinya dan mendiskusikan topik yang mereka pilih dengan panduan LKS dan bimbingan guru.

Setelah diskusi kelompok dilakukan, guru meminta kepada masing-masing kelompok untuk mengutus salah satu anggotanya untuk membacakan hasil diskusinya di depan kelas dan kelompok yang lain memperhatikan dan memberikan tanggapan kepada kelompok yang sedang mempersentasikan hasil diskusi dari kelompok mereka. Setelah kelompok selesai mempersentasikan hasil diskusi mereka, masing-masing kelompok kembali kelompoknya. Selanjutnya guru memberikan soal evaluasi. Setelah itu guru membantu siswa untuk menyimpulkan pelajaran. Kemuadian guru mangadakan tindak lanjut.

b. Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari senin tanggal 29 Oktober 2012 Penyajian materi yaitu teks bacaan dengan RPP 2 model pebelajaran kooperatif tipe GI dan lembar kerja siswa.

Kegiatan pembelajaran diawali dengan appersepsi dan guru bertanya kepada siswa “ apakah kalian tahu kalimat penjelas itu apa?”. Selanjutnya guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Kemudian guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe GI. Selama pembelajaran berlangsung observer mengisi lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa dalam penerapan model pembelajaran koopertif tipe GI. Lembar observasi siswa dan lembar observasi guru.

Setelah kegiatan awal selesai, dilanjutkan dengan melaksanakan pembelajaran selanjutnya adalah guru menjelaskan materi pembelajaran, kemudian guru meminta siswa memilih topik, kemudian siswa yang sama topiknya digabungkan menjadi satu kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa dan siswa diminta untuk mempelajarinya dan mendiskusikan topik yang mereka pilih dengan panduan LKS dan bimbingan guru.

Setelah diskusi kelompok dilakukan, guru meminta kepada masing-masing kelompok untuk mengutus salah satu anggotanya untuk membacakan hasil diskusinya di depan kelas dan kelompok yang lain memperhatikan dan memberikan tanggapan kepada kelompok yang sedang mempersentasikan hasil diskusi dari kelompok mereka. Setelah kelompok selesai mempersentasikan hasil diskusi mereka, masing-masing kelompok kembali kelompoknya. Selanjutnya guru memberikan soal evaluasi. Setelah itu guru membantu siswa untuk menyimpulkan pelajaran. Kemuadian guru mangadakan tindak lanjut.

c. Pertemuan Ketiga

(7)

Refleksi Siklus I

1. Pada siklus ini penguasaan kelas masih kurang sehingga kelas menjadi ribut

2. Pada siklus ini penguasaan materi masih kurang, dimana guru kurang menguasai materi pelajaran yang diajarkan

3. Guru kurang melakukan pendekatan kepada siswa selama dalam proses KBM, sehingga masih ada beberapa siswa yang tidak peduli terhadap kegiatan didalam kelas, sehingga kegiatan siswa didalam kelompok menjadi pasif, tidak mau bertanya dan lebih banyak diam.

Tindakan siklus II

Pada siklus II perangkat pembelajaran yang dipersiapkan adalah silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebanyak dua rangkap untuk 2 kali pertemuan. Lembar kerja siswa (LKS), lembar soal evaluasi dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.

Pelaksanaan Tindakan Siklus II

a. Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari senin tanggal 5 November 2012. Penyajian materi yaitu teks bacaan. Dengan RPP 3 model pembelajaran kooperatif tipe GI dan lembar kerja siswa.

Kegiatan pembelajarn diawali dengan appersepsi dan guru bertanya kepada siswa “ apakah kalian tahu pokok pikiran dan kalimat penjelas itu apa?”. Selanjutnya guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Kemudian guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe GI. Selama pembelajaran berlangsung observer mengisi lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa dalam penerapan model pembelajaran koopertif tipe GI. Lembar observasi siswa dan lembar observasi guru.

Setelah kegiatan awal selesai, dilanjutkan dengan melaksanakan pembelajaran selanjutnya adalah guru menjelaskan materi pembelajaran, kemudian guru meminta siswa memilih topik, kemudian siswa yang sama topiknya digabungkan menjadi satu kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa dan siswa diminta untuk mempelajarinya dan mendiskusikan topik yang mereka pilih dengan panduan LKS dan bimbingan guru.

Setelah diskusi kelompok dilakukan, guru meminta kepada masing-masing kelompok untuk mengutus salah satu anggotanya untuk membacakan hasil diskusinya di depan kelas dan kelompok yang lain memperhatikan dan memberikan tanggapan kepada kelompok yang sedang mempersentasikan hasil diskusi dari kelompok mereka. Setelah kelompok selesai mempersentasikan hasil diskusi mereka, masing-masing kelompok kembali kelompoknya. Selanjutnya guru memberikan soal evaluasi. Setelah itu guru membantu siswa untuk menyimpulkan pelajaran. Kemuadian guru mangadakan tindak lanjut.

b. Pertemuan Kedua

(8)

Kegiatan pembelajaran diawali dengan appersepsi dan guru bertanya kepada siswa “ apakah kalian tahu pokok pikiran dan kalimat penjelas itu apa?”. Selanjutnya guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Kemudian guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe GI. Selama pembelajaran berlangsung observer mengisi lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa dalam penerapan model pembelajaran koopertif tipe GI. Lembar observasi siswa dan lembar observasi guru.

Setelah kegiatan awal selesai, dilanjutkan dengan melaksanakan pembelajaran selanjutnya adalah guru menjelaskan materi pembelajaran, kemudian guru meminta siswa memilih topik, kemudian siswa yang sama topiknya digabungkan menjadi satu kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa dan siswa diminta untuk mempelajarinya dan mendiskusikan topik yang mereka pilih dengan panduan LKS dan bimbingan guru.

Setelah diskusi kelompok dilakukan, guru meminta kepada masing-masing kelompok untuk mengutus salah satu anggotanya untuk membacakan hasil diskusinya di depan kelas dan kelompok yang lain memperhatikan dan memberikan tanggapan kepada kelompok yang sedang mempersentasikan hasil diskusi dari kelompok mereka. Setelah kelompok selesai mempersentasikan hasil diskusi mereka, masing-masing kelompok kembali kelompoknya. Selanjutnya guru memberikan soal evaluasi. Setelah itu guru membantu siswa untuk menyimpulkan pelajaran. Kemuadian guru mangadakan tindak lanjut

c. Pertemuan Ketiga

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 12 November 2012 selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit) pada pertemuan ini diadakan ulangan harian II, dengan jumlah soal 20 butir objektif.

Refleksi Siklus II

Pada siklus II, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan lebih baik dari siklus I. Siswa sudah mengerti dan terbiasa dengan pembelajaran Kooperetif Tipe GI sehingga tidak terlalu sulit mnegarahkan siswa untuk melaksanakan setiap tahapan yang akan dilaksanakan. Siswa sudah terbiasa berdiskusi dalam kelompok dan dapat mempertanggungjawabkan materi yang diberikan menurut tugas masing-masing kelompok sehingga dapat meningkatkan kemampuan menentukan unsur-unsur paragraf siswa.

Dengan demikian pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe GI dapat meningkatkan kemampuan menetukan unsur-unsur paragraf. Peneliti tidak mengalami kesulitan dalam memberikan bimbingan lagi karena sudah terbiasa dengan pembelajaran kooperatif tipe GI.

Aktivitas Guru Dalam Proses Pembelajaran GI

(9)

Tabel 3

Persentase Peninkatan Aktivitas Guru

Siklus Pertemuan Persentase Aktivity Kategori

I 1 persentase sebesar 58,33% kategori cukup, pada pertemuan pertama guru masih kurang memahami keseluruhan penerapan pembelajaran Kooperatif Tipe GI, meningkat pada pertemuan ke-2 menjadi persentase sebesar 75% kategori baik, pada pertemuan kedua guru mulai mengerti tentang pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe GI.

Peresentase aktivity guru pada penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe GI pada siklus II pertemuan 1 persentase sebesar 91,66% dengan kategori baik sekali, pada pertemuan pertama guru sudah memahami penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe GI. Meningkat pada pertemuan ke-2 dengan persentase sebesar 95,83% dengan kategori baik sekali, pada pertemuan kedua semakin meningkat karena guru sudah menguasai dan memahami penerapan model pembelajaran koperatif tipe GI

Aktivitas Siswa Dalam Proses Pembelajaran GI

Data hasil observasi tentang aktivitas belajar siswa pada siklus 1 dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini:

Tabel 4

Persentase Peningkatan Aktivitas Siswa

Siklus Pertemuan Persentase Aktivity Kategori

I 1 kategori cukup, pada pertemuan 1 dari aspek yang diamati persentasenya rendah karena masih banyak siswa yang belum mengerti tentang pelaksanan pembelajaran kooperatif tipe GI.

Pada pertemuan ke-2 meningkat sebesar 75% kategori baik , karena siswa sudah mulai bertanggung jawab terhadap materi yang diterima dan cukup baik dalam menjelaskan materi.

(10)

telah diberikan kepada mereka. Pada pertemuan ke-2 dengan sebesar 91,66% kategori baik sekali, karena siswa sudah menguasai semua aspek dari pembelajaran kooperatif tipe GI.

Hasil Kemampuan Menentukan Unsur-unsur Paragraf

Ketuntasan belajar siswa pada skor dasar, ulangan harian I dan ulangan harian II dilihat pada tabel 5 di bawah ini:

Tabel 5

Kemampuan Menentukan Unsur-unsur Paragraf Skor Dasar, Ulangan Siklus I dan Ulangan Siklus II

Pertemuan Jumlah siswa Rata-rata

Skor Dasar 39 45,83

Siklus I 39 71,92

Siklus II 39 80,64

(11)

membentu siswa untuk saling berinteraksi denga teman, belajar bertanggung jawab terhadap tugas yang dibebankan, berpikir kritis dan menngkatkan aktivitas belajar akan menghasilkan belajar yang baik.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI dapat membuat siswa menjadi lebh aktif berdiskusi dalam menyelesaikan LKS, tidak ada lagi siswa yang main-main atau tidak ikut mengerjakan tugas kelompoknya, para siswa sudah memilih topik yang akan mereka selidiki sendiri, telah meningkatkan tanggung jawab siswa terhadap diri pribadi satu kelompoknya. Dengan demikian pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan tanggung jawab terhadap tugas yang mereka terima. Sehngga dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI dapat meningkatkan kemampuan menentukan unsur-unsur paragraf siwa hal itu terjadi karena siswa telah memahami model pembelajaran kooperatif tipe GI yang dicirikan siswa memilih topik sendiri, siswa bertanggung jawab untuk mempersentasikan hasil diskusinya terlebih dahulu, siswa harus berdiskusi mengerjkan LKS. Supaya siswa dapat mempelajari, mendalami, memahami materi yang menjadi tugas akhr diskusi kelompok mereka. Menurut (Budimansyah, 2007: 7) Berdasarkan pandangan konstruktivistik, proses pembelajaran dengan model Group Investigation memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat secara langsung dan aktif dalam proses pembelajaran mulai dari perencanaan sampai cara mempelajari suatu topik melalui investigasi. Democratic teaching adalah proses pembelajaran yang dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi, yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung keadilan, menerapkan persamaan kesempatan, dan memperhatikan keberagaman peserta didik.Dari sini sudah terlihat bahwa siswa dituntut untuk menguasai materi secara mendalam sehingga penerapan model pembelajaran koopertif tipe GI sangat berperan dalam meningkatkan kemampuan menentukan unsur-unsur paragraf siswa kelas IV SDN 37 Pekanbaru.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh simpulan dan saran sebagai berikut:

Simpulan

Berdasarkan analisis data hasil penelitian yang diuraikan pada bab IV dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI dapat meningkatkan kemampuan menentukan unsur-unsur paragraf siswa kelas IV SDN 37 Pekanbaru. Hal ini dapat dilihat dari data berikut:

1. hasil kemampuan menentukan unsur-unsur paragraf secara klasikal sebelum tindakan (data awal) memperoleh nilai rata-rata 45,83. Rata-rata nilai ulangan harian siklus I sebesar 71,92, atau meningkat sebesar 56,92%. Rata-rata nilai ulangan harian siklus II sebesar 80,64, atau meningkat sebesar 75,95% dari data awal,

(12)

3. persentase aktivitas siswa dalam proses pembelajaran pada siklus I pertemuan pertama persentase aktivitas siswa sebesar 54,16% dan pada pertemuan kedua meningkat menjadi 75%. Pada siklus II pertemuan pertama persentase aktivitas siswa sebesar 87,5% dan pada pertemuan kedua meningkat menjadi 91,66%.

Saran

Melalui penulisan skripsi ini, peneliti mengajukan saran yang berhubungan dengan penerapan Model Pembelajaran Koopertif Tipe GI yaitu:

1. Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI harus didukung oleh pengelolaan kelas yang baik agar pembelajaran sessuai dengan yang diharapkan.

2. Sebaiknya guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia, dan penerapan pembelajaran model kooperatif ini juga dapat dijadikan masukan bagi kepala sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia, perbandingan untuk perbaikan pembelajaran bahasa Indonesia dan sebagai bukti bagi sekolah untuk mengingkatkan kualitas guru.

3. Penerapan model pembelajaran kooperatif dalam proses pembelajaran memerlukan banyak waktu, oleh karena itu guru yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI dalam proses pembelajaran dapat memperhitungkan dengan cermat waktu yang dibutuhkan dalam pengajaran suatu materi, agar sesuai dengan tujuan penerapan kooperatif itu sendiri yaitu, menumbuhkan kemampuan berpikir dan bekerja sama.

UCAPAN TERIMAKASIH

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak , maka pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih:

1. Dr. H.M Nur Mustafa, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau.

2. Drs. Zariul Antosa, M.Sn selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

3. Drs. Lazim, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau.

4. Drs. Hamazi S.Pd selaku dosen pebimbing I yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, masukan dan mengarahkan penulis sehinngga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Erlisnawati. M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan sehingga skripsi ini selesai.

6. Bapak / Ibu Dosen Program Studi PGSD FKIP UR yang memberikan bekal ilmu pengetahuan selama penulis mengikuti perkuliahan.

(13)

8. Kedua Orangtua yang tercinta, yang telah berjuang dan berkorban untuk membesarkan, mendidik dan tidak lupa mendoakan sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan studi di UR Pekanbaru.

9. Abang, kakak dan adikku yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis.

10. Semua rekan-rekan seperjuangan mahasiswa PGSD angkatan 2008 FKIP UR.

11. Semua pihak yang telah terlibat dalam membantu menyelesaikan penyusunan skripsi ini

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal, dkk.2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:Utama Media Arikunto, Dkk.2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Bumi Aksara

Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Budimansyah. 2004. Belajar Kooperatif Model Penyelidikan Kelompok dalam

Pembelajaran Membaca Pemahaman untuk Meningkatkan

Keterampilan Membaca Siswa Kelas V SD. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program studi pendidikan Bahasa dan Sastra SD, Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Mulyasa. 2010. Praktek Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosda Karya,

Hermandra. 2008. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, Pekanbaru: Cendikia Insani Pekanbaru.

Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya.

Siska, Fitria. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN 025 Bukit Raya Pekanbaru: Tidak Diterbitkan.

Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning Teori, Riset Praktis. Jakarta: Nusa Media.

http://www.Alanhendrawan.com/2012/01/menentukan-unsur-unsur-paragraf-ide.html, 12 September 2012

http://www.Budisantoso.com/ 2009. Model-Pembelajaran-Group-Investigation -ide.html, 15 September 2012

Maimunah. 2005. Pembelajaran Volume Bola dengan Belajar Kooperatif Model GI pada Siswa Kelas X SMA Laboratorium UM. tidak diterbitkan. Malang: Pascasarjana Universitas Negeri Malang.

Suprijono Agus. 2009. Cooperative Learning. Surabaya : Pustaka Pelajar.

Syarillfudin, dkk. 2011. Bahan Ajar Penelitian Tindakan Kelas. Pekanbaru:PGSD Tarigan Djago dkk. 1997. Kependidikan Keterampilan Berbahasa .Jakarta:

Universitas Terbuka

Trianto. 2007. Model--Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Gambar

Tabel 3.2  Ketuntasan Individu
Tabel 3  Persentase Peninkatan  Aktivitas Guru

Referensi

Dokumen terkait

(1), (2) Teknologi yang digunakan untuk literasi digital sumber penelitian Evaluasi pelaksanaan kegiatan berdasarkan hasil wawancara sekitar 80% mengatakan bahwa kegiatan yang

Kemudian suasana pada unsur penunjang juga terdapat suasana damai dan tenang Sifat-sifat seperti inilah yang seharusnya yang ada pada perempuan di Minangkabau

Ketentuan ini berlaku bagi Anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah, anggota Badan Perwakilan Anggota, Tenaga Ahli, atau Tenaga

Kesadaran untuk hidup rukun dikombinasi dengan tidak menjadikan agama sebagai kesadaran penting dalam kehidupan sosialnya membuat masyarakat Bojonegoro memiliki kekenyalan

dirawat klien bekerja sebagai supir angkutan kota. Klien mengatakan sekolah hanya sampai SMP. Ketika ditanya apakah klien merasa puas dirinya sebagai laki-laki klien

Dalam percobaan ini akan dikaji tentang unjuk kerja generator HHO ganda meliputi: kenaikan temperatur, daya yang digunakan, produksi gas HHO dan lama waktu

Apabila perusahaan atau suatu entitas tidak dapat menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan peraturan tersebut, maka akan dikenakan sanksi yang ditetapkan oleh

DAGADU IDENTIK DENGAN JOGJA // DEMIKIAN PULA SEBALIKNYA / JOGJA TERASA KURANG LENGKAP TANPA DAGADU // BEGITU KIRA-KIRA GAMBARAN YANG TEPAT UNTUK PRODUK OLEH-OLEH