Pola Masuk dan
Berkembangnya Islam di
Asia Tenggara
Posted on September 26, 2013
Oleh : Dra. Hj. Maryatin, M.Pd
A. Pendahuluan
Sejarah Asia Tenggara telah dimulai sejak zaman prasejarah. Masyarakat dan kebudayaan di Asia Tenggara, di kemudian hari berkembang menjadi beragam budaya dan bangsa yang berbeda-beda dan spesifik, dengan pengaruh dari budayaIndia dan budaya Tiongkok. Pada masa pra dan pasca kolonialisme, budaya Arabdan budaya Eropa juga memiliki pengaruh yang besar bagi masyarakat Asia Tenggara pada umumnya.
Sejarah masuknya Islam di Asia Tenggara sampai saat ini merupakan polemik panjang yang menimbulkan pro dan kontra antara sejarawan, agamawan, arkeolog, dan intelektual. Namun, yang menjadi referensi umum, masuknya Islam di Asia Tenggara adalah melalui proses perdagangan internasional yang berpusat di Selat Malaka melalui para pedagang muslim Persia dan Arab.
Tercatat pada abad VII dan VIII, banyak pedagang muslim Persia dan Arab yang turut berlayar dan berdagang di Selat Malaka. Sebab, Selat Melaka menjadi tempat strategis untuk menghubungkan antara Asia Timur Jauh, Asia Tenggara, dan Asia Barat. Melalui jalur perdagangan ini kemudian para muslim Persia dan Arab mulai mensyiarkan Islam di Asia Tenggara. Bahkan penyebaran Islam mulai merebah di daerah bagian Timur Asia, yaitu negeri China.
munculnya kerajaan yang bercorak Islam. Di sinilah Islam mendapatkan napas baru yang lebih segar (Saifullaah, hlm; 14).
Sesuai dengan perkembangannya, Islam kemudian berafiliasi dari satu negara ke negara lain di Asia Tenggara. Dengan demikian, Islam tidak hanya menjadi agama pedagang, tetapi agama yang mulai dipeluk oleh masyarakat pada umumnya. Bahkan, Islam bisa dikatakan sudah menjadi agama terbesar di Asia Tenggara dan Dunia.
Secara signifikan, Islam telah memberikan pandangan hidup (way
of life) baru bagi penduduk Asia Tenggara. Dikatakan demikian karena
penduduk yang pada mulanya tidak mempunyai embel-embel agama, sejak datangnya Islam, mereka kemudian mempunyai agama dan berketuhanan. Yang perlu diapresiasi adalah bahwa Islam datang di Asia Tenggara tidak serta merta menghilangkan budaya atau lokalitas penduduk. Islam justru menjadi bingkai dan turut mewarnai jalannya tradisi penduduk.
Namun, proses masuknya Islam di negara-negara bagian Asia Tenggara tidak sepenuhya sama. Semuanya memiliki karakteristik masing-masing dan budaya yang sama sekali berbeda. Ada juga negara yang sudah menggunakan tradisi Islam ala Persia dan Islam ala Arab. Di Malaysia misalnya, ajaran Islam atau tradisi Islam Arab sudah mulai merebah Malaysia. Bahkan, Malaysia merupakan salah satu negara di Asia yang ajaran keislamannya hampir mirip dengan Islam Arab.
Hingga sekarang, napak tilas Islam yang paling besar di Asia Tenggara adalah di dataran Indonesia. Bahkan, Indonesia bagi orang-orang Barat sering dinamakan sebagai negara Islam terbesar di Asia, karena secara kuantitas telah menunjukkan bahwa jumlah umat Islamnya menempati urutan pertama dari jumlah penduduk di Asia Tenggara yang memeluk agama Islam.
penggalan sejarah yang ditulis oleh Saifullah ini menjadi stimulus bagi pembaca agar menelisik lebih jauh sejarah Islam di Asia Tenggara.
Di tengah-tengah gemerlap dan hingar-bingar kehidupan masyarakat Asia Tenggara, saya semakin merasa yakin bahwa dakwah Islam tidak mengenal batas-batas geografis dan sekat-sekat nasionalisme yang banyak didengungkan oleh para pemimpin di akhir zaman ini. Dakwah Islam tak mengenal istilah lokal dan transnasional, atau konvensional dan modern. Sesungguhnya, Islam adalah agama yang peka jaman dan selalu rasional, dimana pun dan kapan pun masanya.