• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SUKU BUNGA DEPOSITO DPK JUMLAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH SUKU BUNGA DEPOSITO DPK JUMLAH"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SUKU BUNGA DEPOSITO (DPK),

JUMLAH UANG BEREDAR (M2), DAN NILAI TUKAR

TERHADAP INFLASI DI INDONESIA

TIARA KUSUMA DEWI

Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Email : tiara.kusumadewi@ymail.com

Pembimbing

Tony S. Chendrawan, ST., SE., M.Si

Abstract

Inflation is one of the economic indicator growth is always monitored. Inflation is an increase in the level of prices of goods and services in general and continuously so that it will weaken the purchasing power which will have an impact on national income. This study discusses the “Analysis of Effect of Money Supply (M2), Third Party Deposits, and Exchange Rate Against Inflation in Indonesia Period June 2011-June 2013”, aims to determine the effect of Money Supply (M2), Third Party Deposits and Exchange Rate on Inflation in Indonesia. This research used time series data from June 2011 until June 2013 (monthly). The method that used is Ordinary Least Square (OLS). The the result of this study indicate that the Money Supply (M2) and Third Party Deposit positive and significant effect on the inflation rate in Indonesia. Meanwhile, Exchange Rate positif and not significant effect on the inflation rate in Indonesia.

Keyword : INFLATION RATE,THIRD PARTY DEPOSITS, MONEY SUPPLY (M2), EXCHANGE RATE

Pendahuluan

1.1.Latar Belakang

Inflasi berasal dari bahasa latin “inflance” yang

berarti meningkatkan. Secara umum inflasi adalah perkembangan dalam perekonomian, dimana harga dan gaji meningkat, permintaan tenaga kerja melebihi penawaran dan jumlah uang yang beredar sangat meningkat. Inflasi selalu ditandai dengan peningkatan harga-harga secara cepat (Ensiklopedia Indonesia: 1991, 445).

Inflasi merupakan proses kenaikan harga barang-barang secara umum dan berlaku terus menerus. Ini tidak berarti bahwa harga berbagai macam barang itu naik dengan persentase yang sama. Mungkin dapat terjadi

kenaikan harga umum barang secara terus-menerus selama periode tertentu, kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun dalam persentase yang cukup besar) bukan merupakan inflasi(Nopirin, 1992 : 25).

(2)

Negara lain yang pernah mengalami

hyperinflasi adalah Hongaria yang terjadi pada

Agustus 1945 sampai Juli 1946. Tingkat inflasi pengÖdengan 1 US Dollar pada waktu itu.

Di Asia, salah satu negara dengan perekonomian terkuat yaitu China juga pernah mengalami hyperinflasi. Negara ini mengalami

hyperinflasi pada Oktober 1947 hingga Mei

1949 dengan tingkat inflasi 14%. Kondisi ini membuat harga meningkat dua kali lipat setiap lima hari, 8 jam. Selain China, banyak negara-negara di Asia yang juga pernah mengalami

hyperinflasi, salah satunya adalah Indonesia.

Indonesia adalah salah satu negara di Asia Tenggara juga pernah mengalami

hyperinflasi pada tahun 1965. Saat itu inflasi di

Indonesia mencapai lebih dari 600 %. Penyebabnya ialah terlalu banyak uang dicetak untuk membiayai revolusi dan berbagai pengeluaran lainnya. Pada tahun 1997-1998 inflasi yang tinggi kembali terjadi hingga mencapai 72% saat krisis ekonomi dan mencapi 17% saat kenaikan harga minyak di tahun 2005.

Tahun 2008 lalu, saat krisis global melanda, harga minya dunia meningkat dan mendorong kenaikan BBM serta harga-harga dalam negeri. Namun inflasi unik tahun 2008 masih dapat dikendalikan pada tingkat 11,06%. Peningkatan laju inflasi terutama disebabkan oleh depresiasi nilai tukar rupiah, krisis ekonomi dan ekspektasi terhadap inflasi yang tinggi..

Sejak beberapa dekade terakhir ini, bank sentral di seluruh dunia sangat ketat mengontrol inflasi, melalui, melalui kerangka kerja yang dinamakan Inflation Targeting Framework (ITF). Maksudnya adalah bank sentral mengelola tingkat inflasi pada level tertentu dan menjaganya agar tidak melonjak dari kisaran yang sudah ditentukan. Apabila inflasi

diperkirakan melampau target, Bank sentral harus siap meredam inflasi.

Secara umum inflasi menyebabkan timbulnya sejumlah biaya sosial yang harus ditanggung oleh masyarakat.

Pertama, inflasi menimbulkan dampak

negatif pada distribusi pendapatan. Masyarakat golongan bawah dan berpendapatan tetap akan menanggung beban inflasi dengan turunnya daya beli mereka. Sebaliknya, masyarakat menengah dan atas yang memiliki aset-aset finansial seperti tabungan dan deposito dapat melindungi kekayaannya dari inflasi, sehingga daya beli mereka relatif tetap.

Kedua, inflasi yang tinggi berdampak

negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Salah satu kebijakan dalam pengendalian inflasi adalah kebijakan moneter. Untuk kebijakan moneter, pada umumnya kebijakan yang dilakukan oleh pihak otoritas moneter untuk mempengaruhi variabel moneter, seperti jumlah uang beredar, tingkat suku bunga, terutama suku bunga simpanan pihak ketiga dan nilai tukar..

Jika suatu negara ingin mempertahankan laju inflasi yang rendah, tentunya pemerintah tersebut harus menekan kenaikan harga. Usaha untuk menekan harga ini dapat dilakukan dengan menekan laju kenaikan jumlah uang beredar misalnya dengan pembatasan pemberian kredit atau dengan menaikkan suku bunga pinjaman (tight money policy).

Tetapi dampak yang ditimbulkan adalah akan terjadi kelesuan investasi, dan meningkatnya pengangguran yang pada akhirnya akan menurunkan Pendapatan Nasional. Dengan fluktuasi tingkat suku bunga yang terjadi akan mempunyai implikasi yang penting terhadap sektor riil maupun sektor moneter dalam perekonomian.

(3)

dan tidak mengakibatkan pelarian modal ke luar negeri.

Faktor inflasi di Indonesia juga disebabkan oleh faktor luar negeri mengingat bahwa Indonesia adalah suatu negara dengan perekonomian terbuka yang di tengah-tengah perekonomian dunia. Dengan keadaan seperti itu maka implikasinya adalah adanya gejolak perekonomian di luar negeri akan berpengaruh terhadap perekonomian di dalam negeri. Bagi Indonesia dalam upaya membangun kembali perekonomiannya tingkat inflasi yang tinggi harus dihindari agar supaya momentum pembangunan yang sehat dan semangat dalam dunia usaha agar dapat tetap terpelihara.

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh Suku Bunga Deposito terhadap Tingkat Inflasi di Indonesia? 2. Bagaimana pengaruh Jumlah Uang Beredar

(M2) terhadap Tingkat Inflasi di Indonesia? 3. Bagaimana pengaruh Nilai Tukar (Kurs)

Rupiah terhadap Dollar US?

4. Bagaimana pengaruh Suku Bunga Deposito, Jumlah Uang Beredar (M2) dan Nilai Tukar (Kurs) terhadap Tingkat Inflasi di Indonesia?

Kerangka Teoritis dan

Tinjauan Pustaka

2.1. Teori Inflasi

Ada cukup banyak definisi mengenai inflasi. Sejak awal 1970-an para ahli ekonomi mengartikannya sebagai naiknya tingkat harga umum secara terus menerus.

Venieris dan Sebold dalam Anton Hermanto Gunawan (1991), mendefinisikan inflasi sebagai kecenderungan yang terus menerus dari tingkat harga umum untuk meningkat setiap waktu. Kenaikan harga umum yang terjadi sekali waktu saja, menurut definisi ini, tidak dapat dikatakan sebagai inflasi.

Sedangkan menurut Ackley dalam Iswardono (1993), inflasi adalah suatu kenaikan harga yang terus menerus dari barang-barang

dan jasa secara umum (bukan satu macam barang saja dan sesaat).

Menurut definisi ini kenaikan harga yang sporadis bukan dikatakan sebagai inflasi. Sehingga menurut Venieris dan Sebold dalam Anton Hermanto Gunawan(1991) di dalam definisi inflasi tersebut tercakup tiga aspek, yaitu:

1. Adanya “kecenderungan” (tendency) harga-harga untuk meningkat, yang berarti mungkin saja tingkat harga yang terjadi aktual pada waktu tertentu turun atau naik dibandingkan dengan sebelumnya, tetapi tetap menunjukkan kecenderungan yang meningkat

2. Peningkatan harga tersebut berlangsung

“terus menerus” (sustained) yang berarti bukan terjadi pada suatu waktu saja, yakni akibat adanya kenaikan harga bahan baker minyak pada awal tahun saja misalnya. 3. Mencakup pengertian “tingkat harga umum”

(general level of prices), yang berarti tingkat

harga yang meningkat bukan hanya pada satu atau beberapa komoditi saja.

Menurut Nopirin (1992), Jenis inflasi menurut sifatnya dibagi menjadi 3, yaitu Inflasi merayap

(creeping inflation),

Inflasi menengah (galloping inflation) dan Inflasi tinggi (hyper inflation). Sedangkan, jenis inflasi menurut sebab terjadinya dibagi menjadi 2, yaitu Demand Pull Inflation dan Cost Push

Inflation(Dernburg, 1994).

Jenis inflasi menurut asal dari inflasi dibagi menjadi (Boediono, 1995):

a. Inflasi yang berasal dari dalam negeri

(domestic inflation)

Inflasi yang berasal dari dalam negeri timbul misalnya karena deficit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, panenan gagal dan sebagainya.

b. Inflasi yang berasal dari luar negeri

(imported inflation)

(4)

ekspor baik secara demand inflation maupun

cost inflation.

2.2. Suku Bunga Dana Deposito (DPK)

Menurut Kasmir dalam bukunya Manajemen Perbankan (2002:64), dana pihak ketiga adalah dana yang berasal dari masyarakat luas yang merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasional suatu bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasionalnya dari sumber dana ini.

Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasional bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasionalnya dari sumber dana ini. Menurut UU Perbankan No. 10 tahun 1998 sumber dana yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.

b. Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.

c. Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Deposito sejenis produk investasi/tabungan yang ditawarkan oleh bank kepada masyarakat. Kelebihan tabungan deposito adalah tingkat suku bunga bank yang diberikan lebih besar daripada produk tabungan biasa. Namun, uang yang telah disimpan hanya boleh ditarik nasabah setelah jangka waktu tertentu. Deposito biasa dikenal juga sebagai deposito berjangka.

Deposito sering juga disebut sebagai deposito berjangka merupakan produk bank sejenis jasa tabungan yang biasa ditawarkan kepada masyarakat. Suku Bunga serta dana dalam deposito diatur dan dijamin oleh pemerintah melalui Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dengan persyaratan tertentu.

2.3. Jumlah Uang Beredar (M2)

Uang Beredar Dalam Arti Luas (Broad money = M2)

Dalam arti luas, uang beredar merupakan penjumlahan dari M1 (uang beredar dalam arti sempit) dengan uang kuasi. Uang kuasi atau near money adalah simpanan masyarakat pada bank umum dalam bentuk deposito berjangka (time deposits) dan tabungan. Uang kuasi diklasifikasikan sebagai uang beredar, dengan alasan bahwa kedua bentuk simpanan masyarakat ini dapat dicairkan menjadi uang tunai oleh pemiliknya, untuk berbagai keperluan transaksi yang dilakukan.

Dalam sistem moneter di Indonesia, uang beredar dalam arti luas ini (M2) sering disebut dengan likuiditas perekonomian..

Jumlah Uang Beredar tidak hanya ditentukan oleh kebijakan bank Sentral, tetapi juga oleh pelaku rumah tangga (yang memegang uang) dan bank (di mana uang disimpan). Kita mulai dengan mengingat bahwa jumlah uang beredar meliputi mata uang asing di tangan publik dan deposito di bank-bank yang bisa digunakan rumah tangga untuk bertransaksi, seperti rekening koran. Yaitu, dengan M menyatakan jumlah uang beredar, C mata uang asing, dan D rekening giro (demand deposit), dan dapat ditulis:

(5)

Teori Permintaan Uang Keynes

Keynes menyatakan, bahwa permintaan uang kas untuk tujuan transaksi dan berjagajaga tergantung dari pendapatannya. Makin tinggi tingkat pendapatan, maka besar keinginan akan uang kas untuk transaksi dan berjaga-jaga. Seseorang atau masyarakat yang tingkat pendapatannya tinggi, biasanya melakukan transaksi yang lebih banyak dibanding seseorang masyrakat yang pendapatannya rendah.

Menurut keynes terjadinya inflasi disebabkan oleh permintaan agregat ini tidak hanya karena ekspensasi bank sentral, namun dapat pula disebabkan oleh pengeluaran investasi baik oleh pemerintah, maupun oleh swasta dan pengeluaran konsumsi pemerintah yang melebihi penerimaan (defisit anggaran belanja negara) dalam kondisi full employment.

Secara garis besar keynes menyebutkan bahwa inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya

2.4. Nilai Tukar

Menurut Hamdy (2008) nilai tukar adalah harga mata uang lokal terhadap mata uang asing. Jadi, nilai tukar merupakan nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain. Misalnya nilai tukar rupiah terhadapDolar AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen, dan lain sebagainya.

Kurs sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasarsaham maupun di pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi. Menurunnya kurs rupiah terhadap mata uang Asing khususnya Dollar AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal (Sitinjak dan Kurniasari,2003).

Sistem Kurs Mata Uang

Pada dasarnya terdapat lima jenis system kurs utama yang berlaku (Kuncoro,2003) yaitu: sistem kurs mengambang (floating

exchang rate), kurs tertambat (pegged exchange

rate), kurs tertambat merangkak (cra wling

pegs), sekeranjang mata uang (basket of

currencies), kurs tetap (fixed exchange rate).

a. Sistem kurs mengambang

Kurs ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa adanya campur tangan pemerintah dalam upaya stabilisasi melalui kebijakan moneter apabila ada terdapat campur tangan pemerintah maka system ini termasuk mengambang terkendali (managed floating exchange rate).

b. Sistem kurs tertambat

Suatu negara menambatkan nilai mata uangnya dengan sesuatu atau sekelompok mata uang Negara lainnya yang merupakan negara mitra dagang utama dari negara yang bersangkutan, ini berarti mata uang negara tersebut bergerak mengikuti mata uang dari negara yang menjadi tambatannya.

c. Sistem kurs tertambat merangkak

Di mana negara melakukan sedikit perubahan terhadap mata uangnya secara periodic

dengan tujuan untuk bergerak ke arah suatu nilai tertentu dalam rentang waktu tertentu. Keuntungan utama dari sistem ini adalah negara dapat mengukur penyelesaian kursnya dalam periode yang lebih lama jika di banding dengan system kurs terambat.

d. Sistem sekeranjang mata uang

Keuntungannya adalah sistem ini menawarkan stabilisasi mata uang suatu negara karena pergerakan mata uangnya disebar dalam sekeranjang mata uang. Mata uang yang di masukan dalam keranjang biasanya ditentukan oleh besarnya peranannya dalam membiayai perdagangan negara tertentu.

e. Sistem kurs tetap

(6)

Berdasarkan teori diatas model yang digunakan:

Inflasi = f(Kurs)

2.4. Kerangka Pemikiran

Kerangka Pemikiran

Berdasarkan latar belakang permasalahan dan kerangka teoritis yang

diajukan, maka diperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi, antara lain

jumlah uang beredar, Suku Bunga DPK (Deposito), dan Nilai Tukar (Kurs RP/Dollar US)

Hipotesa

1. Adanya pengaruh positif inflasi dengan Jumlah Uang Beredar (M2).

2. Adanya pengaruh positif inflasi dengan Suku Bunga Deposito.

3. Adanya pengaruh positif inflasi dengan Nilai Tukar (Kurs)

Metodologi Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah Tingkat Suku Bunga Deposito (Dana Pihak Ketiga), Jumlah Uang Beredar (M2) dan Tingkat Kurs sebagai variabel bebas, dan inflasi sebagai variabel terikat.

Sumber data berasal dari data sekunder yang diperoleh dari Bank Indonesia mengenai Laporan Tingkat Inflasi/bulan, M2/bulan, data Simpanan Pihak Ketiga/ bulan, jurnal-jurnal ilmiah dan literatur-literatur lain yang berkaitan

dengan topik penelitian ini. Referensi studi kepustakaan diperoleh melalui jurnal-jurnal penelitian terdahulu. Tempat penelitian ini adalah di Indonesia dengan pengambilan data bulanan melalui Bank Indonesia untuk pengambilan data penelitian. Waktu penelitian adalah dari Juni 2011 sampai dengan Juni 2013.

Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif dan diproses dengan pengumpulan data yaitu mengunjungi website Bank Indonesia terkait untuk mengambil data sekunder.

Metode Analisis Regresi Berganda

Untuk menganalisis hubungan antara variabel dependen dan independen, maka pengolahan data dilakukan dengan metode analisis regresi berganda. Dalam analisis ini dilakukan dengan bantuan program Eviews Untuk menganalisis hubungan antar variabel dependen dan independen, maka pengelolaan data dilakukan dengan metode analisis dengan model Ordinary

Least Square (OLS). Metode OLS digunakan

untuk memperoleh estimasi parameter dalam menganalisis pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Metode OLS dipilih karena merupakan salah satu metode sederhana dengan analisis regresi yang kuat dan popular, dengan asumsi-asumsi tertentu (Gujarati, 2003).

Adapun persamaan regresi yaitu:

Inflasi = α+ β1 JUB + β2 SBDep + e

Dimana: Inflasi = Inflasi

JUB = Jumlah Uang Beredar (M2) SBDep = Suku Bunga Deposito

α= Konstanta/ Intercept β = Koefisien Regresi

e = Standar Eror

M2 (X1)

SBDep (X2)

Inflasi (Y)

(7)

Model dalam penelitian ini adalah:

Inflasi = f{JUB(M2), SBDep}

Dalam penelitian ini meliputi pengujian serempak (uji-f), pengujian individu (uji-t) dan pengujian ketepatan perkiraan (R2) dan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.

Variabel Pengukuran

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah empat variable yang terdiri dari : Jumlah Uang Beredar (M2), Suku Bunga Deposito, Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar

(Exchangerate), dan Tingkat Inflasi.

Adapun variable tersebut adalah:

1. Tingkat Inflasi dilambangkan sebagai variabel tidak bebas (dependentvariable).

2. Jumlah Uang Beredar (M2) dilambangkan sebagai variabel bebas (independent variable). 3. Suku Bunga Deposito dilambangkan sebagai variabel bebas (independent variable).

4. Nilai Tukar Rp/US$ (KURS) dilambangkan sebagai variabel bebas (independent variable).

Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Jumlah Uang Beredar (M2)

Variabel ini merupakan jumlah uang beredar di masyarakat dalam arti luas (M2) meliputi penjumlahan dari M1 (uang beredar dalam arti sempit) dengan uang kuasi. Uang kuasi atau near money adalah simpanan masyarakat pada bank umum dalam bentuk deposito berjangka (time deposits) dan tabungan.

2. Suku Bunga Deposito

Suku Bunga Deposito merupakan suku bunga Simpanan Pihak Ketiga yang dinyatakan dalam persentase (digunakan data bulanan). Variabel ini dalam kebijakan moneter merupakan instrument moneter dalam pengendalian tingkat inflasi. Suku Bunga Deposito tersebut akan menyerap kelebihan uang

primer yang ada di masyarakat. Variabel ini dinyatakan dalam persen.

3. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Variabel ini merupakan nilai tukar rupiah terhadap dollar karena mekanisme penukaran valas tersebut. Variabel ini dinyatakan dengan satuan rupiah per dollar.

4. Tingkat Inflasi

Variabel ini merupakan hasil dari tingkat harga barang jasa. Variabel ini dinyatakan dengan satuan persen.

1.

Hasil dan Pembahasan

Estimasi Model Penelitian

Dependent Variable: INFLASI Method: Least Squares Date: 06/20/15 Time: 00:50 Sample: 1 25

Included observations: 25

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.632977 5.709882 -0.110856 0.9128

M2 4.35E-06 1.23E-06 3.541524 0.0019

NILAI_TUKAR -0.001286 0.000748 -1.720971 0.1000

SBDEP 0.694044 0.244475 2.838914 0.0098

R-squared 0.400778

Mean dependent

var 4.653200

Adjusted R-squared 0.315175 S.D. dependent var 0.630553

S.E. of regression 0.521809 Akaike info criterion 1.682617

Sum squared resid 5.717980 Schwarz criterion 1.877637

Log likelihood -17.03271

Hannan-Quinn

criter. 1.736707

F-statistic 4.681820 Durbin-Watson stat 0.800490

(8)

Uji Normalitas

Nilai probability 0,941279 dengan tingkat α 5%. Yang berarti nilai probability 0,941279 lebih

besar dari α 0,05 yang berarti error term terdistribusi normal.

Uji Serial Korelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 3.125806 Prob. F(2,19) 0.0671

Obs*R-squared 6.189320

Prob.

Chi-Square(2) 0.0453

Dengan menggunakan metode Serial Correlation LM Test untuk melihat ada tidaknya serial korelasi, diketahui nilai probability Obs*R-Squared 0,0671 lebih besar dari α 0,05 yang berarti terdapat tidak terdapat serial korelasi pada model regresi.

Uji Autokorelasi

Berdasarkan hasil regresi diatas, nilai durbin Watson sebesar 0.832 yang berarti model tidak mengandung autokorelasi.

Uji Linearitas

Ramsey RESET Test:

F-statistic 3.744822 Prob. F(1,21) 0.0666

Log likelihood ratio 4.102345 Prob. Chi-Square(1) 0.0428

Berdasarkan hasil regresi diatas, nilai probabilitas log likelihood ratio sebesar 0,0428 lebih kecil dari 0,05 berarti model tidak

Dengan menggunakan metode white untuk melihat ada tidaknya heteroskedastisitas diketahui nilai probability Obs*R-Squared 0,1120 lebih besar dari α 0,05 yang berarti tidak terdapat heteroskedastisitas pada model regresi.

Uji Multikolinearitas

INFLASI M2 NILAI_TUKAR SBDEP

INFLASI 1 0.40740 0.33301 -0.12840

M2 0.40740 1 0.98075 -0.87134

NILAI_TUKAR 0.33301 0.98075 1 -0.89813

SBDEP -0.12840 -0.87134 -0.89813 1

Berdasarkan output yang dihasilkan terdapat variable yang mempunyai nilai lebih dari 0,8 yang berarti data tersebut mengandung multikolinearitas.

Interpretasi Hasil Regresi

Inflasi = -0.632977 + 4.35E-06M2 + 0.694044SBDep + -0.001286Kurs

Pada model diqatas nilai konstanta sebesar -0.632977 dapat diartikan bahwa apabila variabel lain konstan atau tidak mengalami perubahan, maka tingkat inflasi yang terjadi sebesar -0.632977.

Jumlah Uang Beredar (M2) memiliki nilai koefisien sebesar 4.35E-06 yang berarti bahwa setiap kenaikan Jumlah Uang Beredar (M2) akan meningkatkan inflasi apabila variabel lain dianggap konstan.

Tingkat Suku Bunga Deposito mempunyai nilai koefisien sebesar 0.694044 yang berarti bahwa Suku Bunga Deposito berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap inflasi. Artinya, apabila terjadi inflasi maka pemerintah akan menaikkan suku bunga deposito agar masyarakat menabung dan mengurangi jumlah uang beredar di masyarakat.

0

Skewness 0.106797

Kurtosis 3.265647

Jarque-Bera 0.121032

(9)

Tingkat Kurs mempunyai nilai koefisien sebesar -0.001286 yang berarti bahwa kurs mempunyai pengaruh positif terhadap inflasi. Artinya, apabila kurs naik sebesar Rp 1/$ maka inflasi akan naik sebesar -0.001286

Pengujian Secara Parsial (Uji t)

Uji t-statistik dilakukan untuk menguji apakah Jumlah Uang Beredar (M2), dan Suku Bunga Deposito secara parsial berpengaruh nyata terhadap Inflasi di Indonesia,.

1. Jumlah Uang Beredar (M2) a. Df = 25-1-3 = 21

α = 5%

T-tabel = 2,079614 T-hitung = 3.541524

b. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa t-hitung > t-tabel (3.541524 > 2,079614). Hal ini menunjukan bahwa Jumlah Uang Beredar (M2) mempunyai pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap Inflasi di Indonesia

2. Suku Bunga Deposito a. Df = 25-1-3 = 21

α = 5%

T-tabel = 2,079614 T-hitung = 2.838914 b. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui

bahwa t-hitung > t-tabel (2.838914 > 2,079614). Hal ini menunjukan bahwa tingkat suku bunga deposito mempunyai pengaruh yang signifikan secara statistik pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) terhadap Inflasi di Indonesia.

3. Kurs

a. Df = 25-1-3 = 21

α = 5%

b. T-tabel = 2,079614 , T-hitung -1.720971 c. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui

bahwa t-hitung > t-tabel (-1.720971 > 2,079614). Hal ini menunjukan bahwa tingkat kurs mempunyai tidak berpengaruh signifikan secara statistik

pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05)

terhadap Inflasi di Indonesia.

Pengujian Secara Simultan (Uji F)

Dependent Variable: INFLASI Method: Least Squares Date: 06/20/15 Time: 00:50 Sample: 1 25

Included observations: 25

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.632977 5.709882 -0.110856 0.9128

M2 4.35E-06 1.23E-06 3.541524 0.0019

NILAI_TUKAR -0.001286 0.000748 -1.720971 0.1000

SBDEP 0.694044 0.244475 2.838914 0.0098

R-squared 0.400778

Mean dependent

var 4.653200

Adjusted R-squared 0.315175 S.D. dependent var 0.630553

S.E. of regression 0.521809 Akaike info criterion 1.682617

Sum squared resid 5.717980 Schwarz criterion 1.877637

Log likelihood -17.03271

Hannan-Quinn

criter. 1.736707

F-statistic 4.681820 Durbin-Watson stat 0.800490

Prob(F-statistic) 0.011754

Berdasarkan hasil estimasi diatas dapat dijelaskan pengaruh variabel Jumlah Uang Beredar (M2) dan Tingkat Suku Bunga Deposito secara simultan berpengaruh terhadap Inflasi. Nilai F-statistik yang diperoleh 4.681820 sedangkan F-tabel 3.072467 . Dengan demikian F-statistik lebih besar dari F-tabel yang artinya bahwa Jumlah Uang Beredar (M2), Suku Bunga Deposito dan Nilai Tukar (Kurs) secara bersama-sama atau simultan berpengaruh signifikan terhadap inflasi.

Analisis Koefisien Determinasi

(10)

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

1. Variabel Jumlah Uang Beredar (M2), memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap inflasi dengan nilai koefisien sebesar 4,35E-06 yang artinya bahwa apabila variabel lain konstan, maka setiap kenaikan SBI akan menaikkan inflasi sebesar 4,35E-06.

2. Variabel Suku Bunga Deposito memiliki hubungan positif dan namun tidak signifikan terhadap inflasi dengan nilai koefisien 0,694044 artinya apabila variabel independen lain konstan, maka setiap kenaikan tingkat Suku Bunga Deposit akan menaikkan inflasi sebesar 0,694044.

3. Variabel kurs memiliki hubungan positif dan namun tidak signifikan terhadap inflasi dengan nilai koefisien -0,001286 artinya apabila variabel independen lain konstan, maka setiap kenaikan tingkat kurs sebesar satu rupiah akan menaikkan inflasi sebesar -0,001286.

Saran

Pemerinah diharap lebih bijak mengambil keputusan sehingga laju inflasi dapat terkendali, terutama kebijakan yang menyangkut faktor-faktor yang dibahas dalam penelitian ini yaitu, Jumlah Uang Beredar (M2), Suku Bunga Deposito, dan bisa mengangani Nilai Tukar Rupiah agar tidak menurun terhadap Dollar/US. Serta merumuskan kebijakan yang lebih berpihak pada masyarakat.

Referensi

http://www.online.fe.trisakti.ac.id/publikasi_ilmi ah/Jurnal%20Media%20Ekonomi/Vol.%2018% 20No.%202%20AGST%202010/HERU%20PE RLAMBANG.pdf

http://logammulia.wordpress.com/2008/11/11/se jarah-hiper-inflasi-di-jerman/

htpp://vienovidelusion.blogspot.com/2014/04/ne gara-negara-yang-hiperinflasi.html?m=1

agungsadar.blogspot.com/2013/12/inflasi-hongaria.html?m=1

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil perhitungan fuzzy tsukamoto untuk setiap wilayah kota dan kabupaten bogor di dapat nilai z untuk kota bogor 0,1 sampai dengan 0,39 sedangkan nilai z untuk kabupaten

yang menjadi preferensi siswa memilih ke SMP, 2) Untuk menganalisis aspek-aspek eksternal yang menjadi preferensi siswa memilih ke SMP, 3) Untuk mengetahui

Dalam aspek relevansi (relevancy) diperoleh skor rata-rata 3.55, berdasarkan tabel kriteria motivasi siswa nilai tersebut berada pada rentang 3.50 – 4.49 (Baik), hal ini berarti

Universitas Kristen Maranatha PT Honda Istana Bandung Raya Motor (PT IBRM) yang merupakan salah satu dealer resmi untuk penjualan dan servis untuk mobil Honda khususnya

2.9.5 Jika ruang lingkup yang ditambahkan mempunyai metoda atau sistem yang sama dengan ruang lingkup yang telah diakreditasi, Sekretariat KAN hanya akan melakukan

Terdapat 2 jenis pompa yang dibutuhkan pada sistem kali ini, yaitu pompa yang digunakan untuk mendinginkan air menuju ke chiller , dan pompa yang digunakan

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik dan berkeinginan untuk melakukan penelitian tentang “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata

Bagi kegiatan SBSV, secara umum upaya publikasi dilakukan selain melalui media cetak, berdasarkan data dan hasil wawancara peneliti menganalisa bahwa Departemen CSR