BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Karya tulis mempunyai banyak ragam tergantung dari tujuan, manfaat, sumber penulisan, dan aspek-aspek lainnya. Berdasarkan sumbernya, secara umum karya tulis dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu, karya fiksi (tidak ilmiah), dan non fiksi (ilmiah). Oleh sebab itu, karya tulis mahasiswa yang notabene adalah karya tulisan ilmiah yang harus di dasarkan kepada prinsip-prinsip tertentu. Dimana metode penulisan karya ilmiahnya hasil dari telaah pustaka, yang di dasarkan pada penganalisaan fakta, data atau informasi, dan kemudian mensintesisnya menjadi sebuah konsep, temuan, ide/gagasan atau hipotesis. Namun hasil telaah sebuah pustaka ada yang masih perlu diuji lagi kebenarannya, tetapi ada juga yang tidak perlu lagi pembuktianya.
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, yang akan di bahas dalam makalah ini adalah. Apa langkah-langkah serta metode-metode yang baik dalam menghasilkan sebuah karya tulis ilmiah yang baik.
1.3. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari langkah-langkah serta metode-metode penulisan yang baik.
BAB II
2.1. Langkah-Lanngkah Dalam Memulai Menulis
2.1.1. Materi Penulisan
Suatu tulisan karya ilmiah hasil telaah pustaka pada dasarnya adalah menganalisis fakta, data atau infofmasi, dan kemudian mensintesiskan menjadi suatu konsep, materi tulisan karya hasil telaah pustaka antara lain dapat berupa hardcopy seperti buku, jurnal, majalah, prosiding dan lain-lain, dan dapat pula softcopy, atau dapat pula merupakan hasil komunikasi pribadi dengan para ahli, Focus Group Discussion (FGD) atau bentuk-bentuk lainnya. Bila diperlukan sebutkan secara lengkap spesifikasi sumber bacaan. Contoh untuk yang terakhir ini misalnya software, patent, program dan lain-lain. Baca sumber bacaan secara ringkas dan efisien. Pertama-tama baca judul, jika judul tulisan sesuai dengan apa yang di butuhkan barulah baca abstrak. Jika telah mendapat informasi yang cukup dengan membaca abstrak maka tidak perlu membaca isi tulisan seluruhnya. Jika memang perlu informasi lebih lanjut barulah membaca bagian-bagian lain yang di nilai penting dan dibutuhkan. Jadi tidak perlu semua isi tulisan yang dibaca. Ambil yang butuhkan. Dengan cara ini tidak banyak membuang waktu. Materi tulisan tersebut dapat pula berasal dari sumber primer, sekunder atau bahkan tersier. Untuk tulisan ilmiah dianjurkan untuk mengacu kepada sumber primer seperti jurnal ilmiah.
Beberapa keuntungan sumber primer antara lain adalah: a) Merupakan sumber bacaan termutakhir,
b) Dapat menarik intisari lebih akurat. Kekurangan sumber sekunder antara lain tidak dapat menarik intisari yang akurat sebab sudah ada penulis lain yang melakukannya.
mendapatkannya di perpustakaan. Meskipun tidak mutlak, alangkah baiknya jika mencantumkan perpustakaan tempat memperoleh sumber bacaan. Hal lain yang mungkin penting untuk dijelaskan adalah periode waktu sumber bacaan yang diambil. Sumber bacaan yang dianjurkan untuk digunakan sebagai bahan rujukan adalah sumber bacaan yang mutakhir. Batasan ini tidaklah kaku. Ada yang membatasinya lima tahun terakhir, dan ada pula yang sepuluh tahun terakhir. Ini bukan berarti sumber bacaan lebih dari sepuluh tahun tidak boleh disitasi. Kadang-kadang sumber bacaan yang lebih dari sepuluh tahun diperlukan untuk menelusur sejarah perkembangan suatu ilmu pengetahuan. Selama masih relevan dengan topik tulisan yang di buat dan kemudian dapat mensitasinya.
2.1.2. Metode Penulisan
Ada beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam penulisan karya ilmiah hasil telaah pustaka yaitu:
a. Inventarisasi Ide atau Gagasan
tulisan dalam bentuk buku ide. Sebuah ide dapat dimunculkan melalui berbagai jalan antara lain dengan imajinasi, membaca, komunikasi pribadi dengan para ahli, focus group discussion, menghadiri seminar, atau cara-cara lain yang lebih spektrakuler seperti mimpi.
b. Memilih Ide atau Gagasan
Tidak semua ide dapat anda tulis. Banyak alasan untuk itu. Mungkin ide itu kurang hangat atau kurang menarik. Mungkin juga hangat dan menarik tetapi tidak mampu menulisnya. Atau sejumlah alasan lainnya. Oleh sebab itu, ide-ide yang tertuang dalam buku ide dapat di pilih. Lalu apakah ide yang tidak dipilih kita buang? Tentu saja tidak, simpan saja. Mungkin sewaktu-waktu akan membutuhkannya.
c. Ubah Ide Menjadi Topik dan Judul Tulisan
Ide terpilih itulah yang kemudian dijadikan topik tulisan. Ada beberapa syarat agar topik tulisan benar-benar dapat diangkat menjadi sebuah tulisan yang menarik, yaitu:
a) pertimbangkan apakah topik tersebut menarik baik bagi penulis maupun pembaca?;
b) apakah yakin mampu menulisnya?;
c) cukupkah sumber bacaan dari topik yang pilih? Ketiga pertanyaan tersebut harus di jawab sebelum menulis.
d. Buat Rancangan Tulisan
Setelah menentukan topik tulisan, sebaiknya membuat kerangka tulisan terlebih dahulu. Karena kerangka ini berguna sebagai pedoman agar tidak menulis sesuatu yang diluar topik tulisan yang ingin di buat. Sesuaikan kerangka dengan judul atau topik yang di pilih. Di bagian ini dapat merancang bagaimana sumber-sumber bacaan nantinya dikumpulkan dan disusun. Apakah akan menyajikannya dalam bentuk tabel, gambar, ilustrasi atau kombinasinya. Hal ini perlu di perhatikan agar mempunyai pedoman ketika menyusun tulisan ilmiah. Dengan cara ini seseorang yang ingin menulis akan menulis sebuah karya secara efisien dan efektif.
e. Berdasarkan Kerangka Tulisan, Himpun Sumber Bacaan yang Sesuai
Langkah selanjutnya adalah mencari bahan bacaan yang sesuai dengan topik tulisan yang telah dirangkum dalam bentuk kerangka tulisan. Baca sumber bacaan secara efisien agar tidak banyak kehilangan waktu hanya membaca bahan bacaan yang sebenarnya kurang begitu anda perlukan.
f. Buat Intisari-Intisari Sumber Bacaan yang Dapat Berupa Fakta, Data atau Informasi
dengan cara itu akan kehilangan kesempatan untuk berlatih membuat kalimat atau alinea dalam suatu tulisan yang utuh. Akibatnya, kreatifitas terganggu, yang pada akhirnya tidak akan mampu menghasilkan karya ilmiah yang baik. Orisinalitasnya rendah. Malah, cenderung plagiat. Disini seseorang dapat menyusun data, fakta atau informasi baru yang di intisarikan dari bahan bacaan. Data dapat di sajikan dalam bentuk tabel, gambar, ilustrasi, teks atau kombinasinya.
g. Susun Intisari-Intisari kedalam Sub Judul yang Sesuai pada Kerangka Tulisan Intisari-intisari yang telah di buat disusun ke dalam sub-sub judul yang sesuai dalam kerangka tulisan. Intisari tersebut dirangkai sehingga kalimat yang satu saling berkesinambungan. Demikian pula antar alinea harus sinambung. Tempatkan tabel, gambar atau ilustrasi ke dalam sub-sub judul yang sesuai. Jika mengalami kesulitan dalam memasukkan data ke dalam sub-sub judul, dapat menempatkannya sementara di sub judul yang di nilai paling mendekati.
h. Pengolahan Data, Fakta atau Informasi
atau content analysis. Disini seseorang dapat menafsirkan dan mengintisarikan suatu tulisan ilmiah. Pada tahap ini harus hati-hati menafsirkan sebuah tulisan. Tafsirkan tulisan secara seimbang dan sesuai fakta yang disajikan. Artinya harus menganalisis secara obyektif, bebas dari kepentingan sendiri alias subyektif. Tafsir dari suatu data mungkin sekali akan berbeda antar satu ilmuwan dengan ilmuwan lainnya. Itulah sebabnya dianjurkan untuk membaca sumber primer. Jika dalam menganalisis data penulis menggunakan program komputer tertentu, maka sebaiknya sebutkan spesifikasinya. Hasil analisis data tersebut di jelaskan secara singkat, padat dan akurat pada bagian analisis dan sintesis.
i. Metode analisis dan sintesis
informasi yang di peroleh. Bergantung pula kepada pertanyaan tulisan (perumusan masalah), hipotesis (jika ada) dan tujuan menulis.
j. Hasil analisis dan sintesis
Hasil analisis dan sintesis tersebut kemudian disimpulkan yang dapat merupakan data, fakta atau informasi, konsep, ide, gagasan, hipotesis, temuan dan lain-lain, yang baru dan yang berbeda dengan karya-karya yang telah ada. Hasil analisis dan sintesis ini bisa jadi merupakan sumber hipótesis yang masih memerlukan pembuktian, atau sesuatu yang tidak memerlukan pembuktian karena memang kebenarannya tidak perlu lagi pembuktian. Cara menyimpulkan sebuah karya perlu dijelaskan secara singkat, tepat dan padat pada bagian metode penulisan ini.
k. Sistematika Penulisan
Pada dasarnya ada tiga sistematika yang biasa digunakan dalam karya ilmiah hasil telaah pustaka, yaitu :
1. Sistematika pertama berupa: halaman judul, abstrak, pendahuluan, isi, simpulan, ucapan terima kasih, daftar pustaka dan lampiran (jika diperlukan).
2. Sitematika kedua berupa: halaman judul, abstrak atau ringkasan, pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penulisan, hasil dan pembahasan, simpulan, ucapan terima kasih, daftar pustaka, dan lampiran (jika diperlukan).
Sistematika mana yang digunakan bergantung kepada format yang diminta. Selain sistematika, yang perlu di perhatikan adalah format karya tulis yang diminta. Sering kali suatu karya ilmiah yang berbobot ditolak oleh dewan redaksi atau tidak dimenangkan oleh dewan juri disebabkan hanya oleh karena format yang tidak sesuai. Untuk itu, seorang penulis perlu meneliti format yang diminta dan kemudian memedomaninya.
2.1.3. Contoh Metode Penulisan Karya Tulis Bidang Eksakta Berikut adalah metode penulisan karya tulis :
a. Jenis Data
Jenis data, fakta atau informasi yang dikumpulkan terutama berupa data, fakta atau informasi primer yang berasal dari jurnal ilmiah, komikasi pribadi dan focus group discussion (FGD). Data sekunder yang berupa buku, majalah atau lainnya digunakan apabila sumber primer tidak diperoleh. Beberapa artikel ilmiah ditelusur dengan menggunakan jasa penelusuran, yaitu melalui LIPI, sedangkan sebagian besar artikel ilmiah diperoleh dari perpustakaan Universitas Bengkulu dan internet. Untuk menjaga kemutakhiran data, fakta atau informasi maka hanya sumber-sumber bacaan lima tahun terakhir yang dijadikan acuan dalam penulisan karya ilmiah ini.
b. Rancangan Penulisan
c. Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dari sumber-sumber bacaan berupa jurnal, majalah, buku, artikel ilmiah di internet, komunikasi pribadi dan sumber-sumber lain yang relevan dengan topik yang dibahas. Pada tahap ini data, fakta dan informasi dicari dan diidentifikasi. Data diseleksi, yang sesuai dengan topik tulisan dipisahkan dari yang tidak sesuai. Data yang sesuai dengan topik tulisan dipisahkan berdasarkan kesesuaiannya dengan sub-sub judul dalam kerangka tulisan.
d. Teknik Pengolahan Data
Data, fakta atau informasi yang diperoleh kemudian diolah dengan cara tabulasi untuk data kuantitatif dan untuk informasi kualitatif dianalisis dengan analisis deskriptif dalam bentuk teks. Data yang telah diolah kemudian ditafsirkan dengan menggunakan metode analisis isi.
e. Teknik Analisis dan Sintesis
Disini, penulis juga mengemukakan argumentasi untuk mendukung alternatif pemecahan masalah yang penulis kemukakan.
f. Teknik Penarikkan Simpulan
2.2. Menulis Kreatif, Kreatif Menulis...
Kata baru dalam bahasa Indonesia dari karya tulis, atau memasukkan idiom yang tren di masyarakat. Penulisan kreatif sangat berteman akrab dengan eksplorasi bahasa, kosa kata, yang dilakukan penulisnya. Bahkan kadang, ada pembaca tertentu yang tergila-gila dengan penulis tertentu, karena penulis ini memiliki perbendaharaan kata yang luar biasa komplet, metafora yang tidak pernah dipikirkan orang sebelumnya. Sebagai contoh, penulis senior yang sudah almarhum, Rosihan Anwar, dikenal sebagai tookoh pers Indonesia, sejarahwan, sastrawan, penulis dan pengusung “gerakan” kosa kata baru. Lalu muncullah kata “gengsi” yang kita kenal sekarang, yang merupakan padanan kata “prestige” dalam bahasa Inggris. Kata “gengsi” ia gunakan pertama kali tahun 1949, yang diadopsi dari Kreatif dalam kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI dijabarkan sebagai memiliki daya cipta; kemampuan untuk menciptakan, bersifat (mengandung) daya cipta: pekerjaan yang – menghendaki kecerdasan dan imajinasi. Berpijak dari sini, maka bila kita berbicara soal Penulisan Kreatif (Creative Writing), maka secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah kegiatan menciptakan tulisan yang bermuatan imajinasi dan memanfaatkan kecerdasaan dalam proses penciptaannya. Lebih kurang seperti itu. Aspek dalam kreatif sendiri bisa berupa di luar kebiasaan, otentik, orisinil, khas, berkarakter, out of the box, dan lain sebagainya.
Dari proses ini maka terlihat hasil-hasil karya tulis yang imajinatif, mengandung hal-hal baru, di luar logika, menghibur, menggugah, menginspirasi, dan lain sebagainya. Meskipun mengandung aspek imajinatif, bukan berarti karya-karya tulis dari proses ini melulu soal fiksi. Namun, bisa jadi juga akan berbicara soal karya non-fiksi. Dalam karya fiksi, mungkin kita akan menemukan aspek imaginatif ini dalam hal kebaruan tema, cerita yang benar-benar baru, karakter yang berbeda, ide dasar yang unik, dan lain sebagainya. Maka dalam naskah non fiksi pun hal ini bisa dilakukan dalam hal pengambilan angle-angle tulisan yang tidak mainstream, dan memiliki karakter tulisan yang lain dari yang lain, meskipun dalam hal isi naskah adalah fakta.
kadang datang mengucur bak hujan di bulan Januari, tanpa henti. Bagi beberapa lainnya, ide datang seperti air PDAM yang mengalir satu icrit dua icrit, bahkan kadang tidak mengalir sama sekali. Lalu adakah teknik untuk memancing ide? Atau setidaknya membuat sebuah tulisan tanpa harus menunggu datangnya ide atau inspirasi?
Cara berikut ini mungkin saja bisa berlaku bagi seorang penulis:
a. Bergerak dari hal kecil, buat draf kasar, lakukan brainstorming dengan diri Anda sendiri.
Cara ini adalah cara paling mudah, yaitu ambil kertas, pena, atau laptop, lalu tulis cerita kasar, apapun itu. Cerita ini ini bisa muncul dari brainstorming diri sendiri. Jangan terlalu terbebani apakah tulisan akan menjadi bagus, menarik, atau bahkan spektakuler. Kalaupun hasilnya seperti itu, tentu lebih bagus, tapi kalau tidak bukan menjadi alasan untuk berhenti menulis. Ada contoh menarik, salah satu pembaca yang terobsesi untuk menulis novel. Dan iya membebani dirinya dengan “harus bisa membuat trilogi”, di saat dia bahkan belum pernah menghasilkan buku satu pun. Atau pembaca yang lain, sangat terobsesi menulis artikel perjalanan di media internasional. Persamaan keduanya? Tidak pernah mengupdate blog-nya, tidak melatih skill menulisnya, dan sibuk dengan mimpi besarnya. Jatuhnya, keduanya lebih focus ke tujuan, tetapi tidak pernah focus pada proses. Bagaimana seseorang bisa membuat karya besar, kalau tidak bisa menyelesaikan yang kecil? Pesan moralnya: lakukan apapun yang bisa, saat ini juga. Kalau sekarang baru bisa menulis yang jelek, sederhana, lakukan saja, dan latih terus.
Brainstorming dengan diri sendiri bisa dilakukan dengan membuat daftar pada coretan kertas. Misalnya,ketika akan menentukan tema cerita, maka tulislah dalam kertas. Ide sejelek apapun itu, tuliskan semua. Buat list sebanyak-banyaknya. Pada akhirnya nanti akan terkejut karena menemukan ide bagus dari salah satu daftar itu.
b. Baca Ulang, Lakukan Revisi
c. Finishing
Tahap akhir, dari revisi itu, kembali baca ulang, lakukan lagi revisi bila perlu, mengurangi dan menambah bukan hal tabu. Sampai merasa cukup percaya diri untuk mem-publish di blog, atau bila perlu, naskah di print, minta beberapa orang lain untuk membaca dan memberikan penilaian. Jangan takut dikritik, posisikan orang yang membaca adalah calon pembaca-pembaca kita. Dan ingat, sebuah karya sastra itu memiliki kebutuhan untuk dibaca orang, dan bukan menjadi ajang masturbasi bagi penulisnya.
Nah, proses di atas adalah salah satu proses sederhana yang bias di lakukan untuk memancing ide dan membuat tetap semangat menulis meskipun merasa tulisan itu jelek. Lakukan berulang-ulang, dan skill menulis akan terasah dengan sendirinya.
Setiap penulis memiliki gaya berbeda dalam memancing ide, dan ini sangat subyektif. Beberapa dari mereka akan mendapatkan ide dengan duduk di tengah keramaian, coffee shop, mall, dan lain sebagainya. Tetapi model-model penulis lama, mereka biasanya mencari tempat pelarian, di gunung, pantai, menyepi, dan sebagainya, untuk mendapatkan ide.Ada juga yang menemukan ide dari kesenangan dalam menonton film, dengerin musik, atau sekadar mampir ke toko buku. Proses ini bukanlah proses menjiplak, tetapi justru mendapatkan sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada. Misalnya, saat menonton film dan kecewa dengan ceritanya atau ending-nya, maka pikiran liar akan membuat ide cerita itu sendiri. Atau saat menemukan judul buku di toko buku dan membaca sinopsisnya, kadang-kadang akan muncul kegilaan dalam pikiran.
kaget. Ide awalnya adalah dari pertanyaan “Bagaimana jika…?” lalu akan memunculkan pertanyaan dari orang “Bagaimana bisa?” dan akhirnya mereka akan menjawab pertanyaan mereka sendiri dengan membeli buku yang sudah di buat sendiri. Itu contoh keliaran ide dalam naskah non fiksi. Naskah fiksi akan jauh lebih mudah. Fiksi akan memberikan ruang terluar dalam dunia kreativitas. Bebaskan pikiran hingga hal-hal yang tidak logis sekalipun. Harry Potter juga tidak masuk akal bukan? Tapi ini karya tulis yang fenomenal yang muncul dari keliaran dan kegilaan ide seorang JK Rowling.
Penulisan kreatif juga memberi peluang kepada kita untuk menemukan gaya-gaya penulisan baru, yang segar, bahkan beyond the imagination itu sendiri, membuat gemas orang dan lain sebagainya. Jangan takut untuk memulai kata pertama, dan mewujudkan ending tulisan sendiri. Jangan berpikir soal gaya baku penulisan, harus subyek predikat obyek, atau apapun, semua mengalir saja selama itu bisa dibaca, menarik, menghibur dan lain sebagainya. Ini adalah dunia kreatif. Dalam dunia menulis, kita sudah dibatasi aturan agama, hukum, sosial-moral, dan lain sebagainya. Jangan sampai kita dikukung lagi dengan aturan redaksional. Bahkan bukan tidak mungkin Anda adalah orang yang akan menghadirkan kosabahasa remaja di Minangkabau. Rosihan pula yang pertama kali menggunakan kata “Anda” dalam tulisannya, sebagai ganti orang kedua. Jadi sekali lagi, beri kebebasan diri untuk mengekplorasi bahasa, kosa kata, dan mengolah ide menjadi tulisan yang benar.
Buat yang benar-benar baru dalam dunia penulisan dan ingin memulai, ini adalah beberapa tips kecil buat seorang yang ingin memulai menulis:
1. Mulailah menulis apa saja. Buku harian, catatan kecil, blog, dan lain sebagainya adalah sarana yang bisa gunakan.
2. Temukan konektivitas ide tulisan dengan orang lain. Jangan banyak curhat dalam tulisan, kecuali curhat sebuah masalah yang orang lain juga mengalami. Artinya, ada kepentingan orang untuk membaca tulisan itu. Lalu mereka akan berkomentar “Duh…tulisan ini gue banget!” Maka mereka akan menunggu tulisan berikutnya. Atau misalnya, buatlah blog yang bermanfaat bagi orang lain, dan bukan hanya blog keluh kesah. Percayalah, orang tidak ingin tahu masalah yang menulis, dan lebih memilih peduli dengan kepentingan mereka sendiri.
4. Sering-sering pergi ke toko buku, tidak perlu membeli, tetapi toko buku akan membuat kita semangat untuk menghasilkan karya kita sendiri. Dari mulai menemukan cover buku keren saja sudah membuat kita berimajinasi, “Wah…kalau aku punya buku, covernya akan seperti ini,” atau imajinasi lainnya. Atau bayangkan, saat di dekat kasir toko buku kemudian bertemu orang yang membeli buku yang di buat sendiri?
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Jural Urip Santoso(2008).”Metode Penulisan Komptisi Karya Tulis
Mahasiswa.”http://uripsantoso.wordpress.com/2008/04/28/Metode-penulisan-kompetisi-karya-mahasiswa/.(22 Desember 2014).
a journo(2011).”Menulis kreatif,Kretif menulis..”http://a