ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR PERTANIAN DENGAN
SEKTOR-SEKTOR LAINNYA DALAM PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT1
Rahmatullah Rizieq2 Abstrak
This study analyses the linkage between agriculture sector and other economic sectors. The purpose of this study are to know how much linkage between agriculture sector and other sector and which sectors that have high linkage with agriculture sector. Secondary Data used in the form of input output table. Data obtained from Indonesia statistic released by Badan Pusat Statistik (BPS). Input Output analysis used in this study.
The Result shows there is low linkage between agriculture sector and other economic sectors. Agriculture sector is not a leading sector in Kalimantan Barat Economic. Agriculture sector is only supporting sector for other economic sectors.
The Implication of this research are government required to improved policy to make agriculture sector to be leading sectors and to arrange industry sector in the way to support agriculture sector.
Kata Kunci: Keterkaitan, Sektor.
PENDAHULUAN
Kajian mengenai hubungan antar sektor pertanian dengan sektor ekonomi lainnya sudah dilakukan sejak jaman physiokratis (Djojohadikusumo, 1991. Deliarnov, 1997. Gill, 1972. Ekelund, 1997). Pada tahun 1758, tokoh utama aliran physiokratis Francis Quesnay menulis ”Tableau Ecomique”, yang memberikan pemaparan sederhana tentang proses serkulasi dan proses produksi. Quesnay memilih satu faktor kunci dalam proses sirkulasi dan menganalisis efek dari berbagai kebijakan terhadap ekonomi secara keseluruhan. Faktor kunci tersebut adalah pertanian.
Pembahasan Pertama interaksi antara pertanian dan industri dalam pertumbuhan
ekonomi yang dianggap penting adalah perdebatan tentang pembiayaan ”Rencana Lima
Tahun” pertama negara Uni Soviet. Perdebatan di dalam partai Bolshevik membahas rancangan Kebijakan Ekonomi Baru (The New Economic Policy/NEP) pada tahun 1921. Tujuan dari NEP adalah mengarahkan pembangunan kapitalis ke dalam kapitalis negara. Pada saat itu ekonomiSoviet terdiri dari dua sektor utama. Sektor pertama adalah seluruh
aktivitas ekonomi swasta , yaitu pertanian dan perdagangan ;uar negeri. Sedangkan sektor kedua adalah ekonomi negara, yang didasari oleh kepemilikan kolektif terhadap industri. Pada tahun dimana NEP diperkenalkan, sektor swasta dipertimbangkan lebih menguntungkan untuk mengambil alih perekonomian mengantikan peran koperasi dan negara dalam mendistribusikan barang-barang industri. Dalam konteks ini Preobrazhensky (1965) menformulasikan proposisi ”Primitive Socialist Accumulation” yaitu kelebihan (surplus) yang dihasilkan dari pertanian menyediakan sumber (resources) untuk industrialisasi, dengan mengontrol harga hasil-hasil pertanian dan meningkatkan nilai mata uang domestik (storm, 1992).
Analisis Input-Output (I-O) sebagai model yang komprehensif yang memperlihatkan saling keterkaitan (inter-relationship) antar berbagai sektor ekonomi yang telah banyak memberikan kemudahan kepada perencana dan pembuat kebiakan. Hal ini dikarenakan metode I-O tidak hanya memberikan pemahaman yang lebih detail dan tepat mengenai kompleksitas jaringan produksi diantara industri-industri dalam suatu wilayah, tetapi juga menggambarkan dampak positif dan negatif terhadap output, tenaga kereja, pendapatan dan nilai tambah produksi suatu industri sebagai akibat perubahan variabel-variabel eksogen (Amstrong dan Taylor, 1993).
Tabel I-O provinsi Kalimantan Barat 2000 merupakan salah satu instrumen data yang bersifat lengkap dan komprehensif. Tabel tersebut dapat memperlihatkan saling ketergantungan antara suatu sektor dengan sektor-sektor lainnya dalam suatu sistem perekonomian. Selain itu, Tabel I-O juga dapat memperlihatkan adanya beberapa kegiatan ekonomi seperti produksi, konsumsi , ekspor dan impor. Oleh karenanya dengan menggunakan Tabel I-O dapat dilakukan berbagai analisis baik menyangkut struktur produksi, nilai tambah, arus barang dan jasa (supplay-demand), analisis keterkaitan antar sektor dan beberapa analisis lainnya (Kantor Statistik Provinsi Kalimantan Barat, 2003).
industri penggergajian kayu dan bahan bangunan dari kayu, sektor restoran dan sektor industri minyak makan.
Posisi pertanian akan sangat strategis apabila kita mampu mengubah pola pikir masyarakat yang cenderung memandang pertanian hanya sebagai penghasil (output) komoditas menjadi pola pikir yang melihat multi-fungsi dari pertanian. Multi fungsi pertanian meliputi peran sebagai : a. Penghasil pangan dan bahan baku industri; b. Pembangunan daerah dan pedesaan; c. Penyangga dalam masa crisis; d. Penghubung sosial ekonomi antar masyarakat dari berbagai pulau dan daerah sebagai perekat persatuan bangsa; d Kelestarian sumberdaya lingkungan; e. Sosial budaya masyarakat usaha pertanian berkaitan erat dengan sosial budaya dan adat istiadat masyarakat; dan e. Kesempatan kerja, PDB, dan devisa.
Kalimantan Barat merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki lahan yang sesuai untuk budidaya pertanian, serta memiliki curah hujan > 2000 mm/tahun (Puslitbangtanak, 2001). Tabel 1 memperlihatkan lahan yang sesuai untuk pertanian di Kalimantan Barat.
Tabel 1. Kesesuaian Lahan di Kalimantan Barat
Penggunaan Lahan Dataran Rendah Dataran Tinggi Jumlah
Ha
Lahan basah (sawah) 566.543 - 566.543
Lahan kering
- Tanaman semusim - Tanaman tahunan
2.678.438 4.938.654
26.913 21.810
2.705.351 4.961.463
Perikanan air payau 603.412 - 603.412
Jumlah 8.788.046 47.723 8.835.769
Sumber : Puslitbangtanak, 2001
Kondisi kemiskinan, kemelaratan dan ketertinggalan juga terjadi pada petani di Propinsi Kalimantan Barat. Tabel 2 memperlihatkan PSRB/pekerja untuk tiap-tiap sektor ekonomi. Tampak jelas bahwa pada sektor pertanian PDRB/pekerja nya adalah yang paling rendah diantara sektor-sektor lainnya. Hal ini mungkin diperparah lagi kalau dimasukkan tanggungan per petani (misalnya rata-rata 2 orang)
Equilibrium sepeti metodw input-output mempunyai manfaat besar. Dalam perkembangannya, interaksi antar sektor muncul dalam kondisi lokal (daerah).
Tabel 2. Jumlah Pekerja, PDRB dan PDRB/Kapita Per sektor Ekonomi di Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2005
Sektor Pekerja
(Jiwa)
PDRB (Milyar Rupiah)
PDRB/Pekerja (Juta Rupiah)
Pertanian 1.799.487 5.981,73 3,324
Pertambangan dan Penggalian
56.469 285,30 5,052
Industri dan Pengolahan
137.677 4.568,31 33,181
Listrik, Gas & Air Bersih
5.647 106,33 18,829
Bangunan 81.477 1.847,28 22,672
Perdagangan, Hotel & Restoran
318.917 5.580,28 17,499
Pengangkutan & Komunikasi
77.175 1.602,12 20,760
Keuangan 11.294 1.142,55 101,160
Jasa-Jasa 200.869 2.335,84 11,629
Sumber : Kalimantan Barat Dalam Angka 2005 dab PDRB Kalimantan Barat 2001-2005, data diolah.
Untuk menanggulangi kondisi keterpurukan di atas, mau tidak mau harus dengan meningkatkan PDRB sektor pertanian secara khusus dan PDRB Kalimantan Barat secara umum. Peningkatan output sektor tertentu akan mendorong peningkatan output sektor-sektor lainnya yang mempunyai keterkaitan yang erat dalam perekonomian. Peningkatan output sektor-sektor lainnya tersebut dapat terlaksana melalui dua cara. Pertama peningkatan output sektor i akan meningkatan peningkatan input sektor i tersebut. Kedua peningkatan output sektor j akan meningkatkan permintaan input sektor i.
Sehingga perlu dilakukan suatu penelitian untuk menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut :
1. Sektor-sektor mana saja yang mempunyai keterkaitan yang besar dengan sektor pertanian.
2. Sektor mana saja dalam pertanian yang dapat dijadikan unggulan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Sektor-sektor mana saja yang mempunyai keterkaitan yang besar dengan sektor pertanian.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan analisis Input-Output. Analisis Input-Output (I-O) sebagai model yang komprehensif yang memperlihatkan saling keterkaitan (inter-relationship) antar berbagai sektor ekonomi yang telah banyak memberikan kemudahan kepada perencana dan pembuat kebijakan. Hal ini dikarenakan metode I-O tidak hanya memberikan pemahaman yang lebih detail dan tepat mengenai kompleksitas jaringan produksi diantara industri-industri dalam suatu wilayah, tetapi juga menggambarkan dampak positif dan negatif terhadap output, tenaga kerja, pendapatan dan nilai tambah produksi suatu industri sebagai akibat perubahan-perubahan variabel eksogen (Amstrong dan Taylor, 1993).
Analisis mengenai keterkaitan antar sektor merupakan analisis yang umum dilakukan dengan menggunakan model input-output. Analisis ini pada dasarnya melihat dampak terhadap output dari kenyataan bahwa pada dasarnya sektor-sektor dalam perekonomian tersebut saling pengaruh-mempengaruhi. Analisis keterkaitan antar sektor ini banyak digunakan untuk menentukan sektor unggulan atau andalan salam suatu perekonomian. Sektor dengan keterkaitan paling tinggi berarti memiliki potensi menghasilkan output produksi yang tinggi pula.
Dengan faktor konvensi tertentu dari output ke pendapatan rumah tangga dan angka pengganda lapangan pekerjaan, maka jelaslah sektor produksi dengan angka pengganda tinggi akan menghasilkan tambahan pendapatan rumah tangga dan tambahan lapangan pekerjaan tertinggi pula. Keterkaitan antar sektor itu sendiri dapat dikatagorikan menjadi sua. Yang pertama adalah keterkaitan kebelakang (backward lingkages), dan kedua adalah keterkaitan kedepan (foward lingkages).
harus juga ada peningkatan output sektor-sektor lainnya. Begiatu seterusnya, terjadi keterkaitan antar sektor-sektor lainnya. Begitu seterusnya, terjadi keterkaitan antar sektor-sektor industri tersebut. Keterkaitan antara sektor-sektor industri yang seperti itu disebut dengan keterkaitan ke belakang karena keterkaitannya bersumber dari mekanisme penggunaan input produksi.
Jika terjadi peningkatan output sektor i, katakan akibat peningkatan permintaan akhir sektor i, maka akan ada peningkatan penggunaan input produksi seketor i tersebut secara langsung. Peningkatan penggunaan input tersebut adalah peningkatan output karena total input ssama dengan total output. Jika terjadi peningkatan satu unit uang output sektor i, maka secara langsung akan meningkatkan input seperti yang ditunjukkan oleh kolom ke ke-i dari matriks teknologi A. Total input tambahan, yang sama dengan total output tambahan, adalah penjumlahan dari kolok ke-j matriks A tersebut. Total output tambahan yang seperti ini merupakan keterkaitan ke belakang langsung (direct backwward lingkages). Secara resmi, keterkaitan ke belakang langsung ini, yang
dinotasikan dengan B(d), dirumuskan sebagai berikut:
n i ij
j a
d B
1
) (
Selanjutnya, keterkaitan ke belakang tersebut tidak saja memiliki efek langsung seperti yang ditunjukkan di atas, namun juga memiliki efek tidak langsung dari penambahan output (secara eksogen), yang ditunjukkan oleh matriks kebalikan Leontief. Oleh karena itu, keterkaitan ke belakang total, yang memasukkan efek langsung dan tidak langsung dari keterkaitan ke belakang tersebut. Secara resmi keterkaitan ke belakang tidak langsung ini, yang dinotasikan dengan B(d+j), dirumuskan sebagai berikut:
n
i ij
j q
i d B
1
) (
ditunjukkan oleh penjumlahan baris dan matrik A. Oleh karena itu, keterkaitan ke depan langsung sektor j, hang dinotasikan dengan F(d), diformulasikan sebagai berikut:
n i ij
j a
d F
1
) (
Selanjutnya peningkatan tidak hanya berhenti di situ saja. Ada pula efek laju dari peningkatan output yang langsung tadi yaitu efek tidak langsung keterkaitan ke muka. Efek tidak langsung tersebut terekam dalam matrik kebalikan output (I-A)-1. Oleh karena itu, keterkaitan ke depan tidak langsung F(d+i), diformulasikan sebegai berikut:
n
i ij
j q
i d F
1
) (
Hasil dan Pembahasan
Tabel Input-Output (I-O) menyediakan data statistik yang secara komprehensif mampu menggambarkan hubungan timbal balik dan saling keterkaitan antar unit ekonomi di Indonesia. Tabel O menyajikan informasi dalam bentuk matriks. Baris pada Tabel I-O menunjukkan pengalokasian output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Baris pada Tabel I-O menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral. Secara umum, matriks pada Table I-O dikelompokkan menjadi tiga kuadran (sub matriks). Setiap sel pada kuadran I merupakan transaksi antara. Baris pada kuadran I memperlihatkan permintaan antara, sedangkan kolomnya memperlihatkan input antara.
Isian sel-sel pada Kuadran II terdiri dari dua jenis, yaitu (1) transaksi permintaan akhir dan (2) komponen penyediaan pada masing-masing sektor produksi. Permintaan akhir terdiri dari enam komponen, yaitu pengeluaran konsumsi rumah tangga (301), pengeluaran konsumsi pemerintah (302), pembentukan modal tetap bruto (303), perubahan stok (304), dan ekspor barang (305). Isian kuadaran III terdiri dari sel-sel nilai tambah bruto atau input primer. Nilai tambah bruto (209) terdiri dari Impor untuk Input Antara (200), upah dan gaji (201), surplus usaha (202) penyusutan (203), dan pajak tak langsung (204) dan subsidi (205).
harga produsen. Pada penelitian ini digunakan perhitungan transaksi dengan menggunakan harga produsen.
Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Barat tahun 2000 terdiri dari 50 sektor. Sektor-sektor tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Sektor-Sektor dalam Perekonomian Kalimantan Barat
Kode I - O
Nama Sektor Kode
I - O
Nama Sektor
1 Padi 26 Ind. Minyak
2 Jagung 27 Ind. Lainnya
3 Kacang Kedelai 28 Listrik
4 Jeruk 29 Air Bersih
5 Tabama lainnya 30 Bangunan
6 Karet Lateks 31 Perdagangan
7 Kelapa 32 Restoran
8 Kelapa Sawit 33 Hotel
9 Kopi 34 Pengangkutan darat
10 Lada 35 Pengangkutan laut
11 Tan.Perkeb.lainnya 36 Pengangkutan sungai
12 Unggas dan hasilnya 37 Pengangkutan udara 13 Peternakan lainnya 38 Jasa Penunjang Angkutan
14 Kayu 39 Pos
15 Hasil Hutan lainnya 40 Telkom
16 Perikanan Budidaya 41 Bank
17 Perikanan lainnya 42 Asuransi
18 Pertambangan dan Penggalian 43 Koperasi
19 Ind. Minyak Sawit 44 Lembaga Keuangan lainnya
20 Ind. Makanan 45 Pemerintahan dan Pertahanan
21 Ind. Perkayuan 46 Jasa Perusahaan
22 Ind. Kertas 47 Jasa Pendidikan
23 Ind. Karet dan Barang dari karet 48 Jasa Kesehatan
24 Ind. Kimia 49 Jasa Lainnya
25 Ind. Penggalian Non Logam 50 Kegiatan yang tak jelas batasannya Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Kalimantan Barat, 2000
Keterkaitan ke Belakang (Backward Lingkages)
sendiri, ada pula yang berasal dari sektor lain. Oleh karenanya, sektor tersebut akan meminta output sektor lain lebih banyak dari pada sebelumnya (untuk digunakan sebagai input proses produksi). Berarti, harus ada peningkatan output sektor lain. Peningkatan output sektor tersebut, pada gilirannya, akan meningkatkan permintaan input sektor itu sendiri, yang berarti harus ada peningkatan output sektor-sektor lainnya. Begitu seterusnya terjadi keterkaitan antar sektor-sektor industri tersebut. Keterkaitan antara sektor-sektor industri yang seperti itu disebut dengan keterkaitan ke belakang karena keterkaitannya bersumber dari mekanisme penggunaan input produksi.
Sektor yang mempunyai keterkaitan langsung ke belakang tertinggi adalah sektor industri minyak sawit sebesar 0.80493. Hal ini berarti adanya kenaikan satu unit output sektor ini membutuhkan output sektor lainnya sebagai input sebesar 0.80493 unit. Dengan kata lain output tersebut akan digunakan oleh sektor industri minyak sawit sebagai input antara dalam proses produksinya. Hal ini kemudian secara simultan akan memicu peningkatan penggunaan output sekotor-sektor lain sebagai input sebesar 1.1364 unit. Sehingga secara total akan mengakibatkan peningkatan penggunaan output seluruh perekonomian sebesar 1.94132 unit. Besarnya keterkaitan ke belakang tersebut sangat terkait dengan banyaknya input yang diserap oleh sektor ini yaitu sebesar Rp. 47.316,40 juta. Biaya yang dikeluarkan untuk nilai tambah brutonya sebesar Rp. 62.491,40 juta.
Ini mengartikan bahwa biaya sebesar Rp. 109.807,80 juta atau 39,28 % digunakan untuk biaya antara. Untuk sektor-sektor ekonomi lainnya dapat diinterprestasikan dengan cara yang sama, nilai keterkaitan kebelakang untuk seluruh sektor dapat dilihat pada Lampiran 1.
Keterkaitan Ke Depan (Foward Linkages)
Dari hasil perhitungan mengenai keterkaitan langsung ke depan menunjukkan bahwa sektor yang memiliki keterkaitan langsung terbesar adalah sektor pertambangan dan penggalian. Nilai keterkaitan dari sektor ini sebesar 0.9998 yang mempunyai arti bahwa adanya peningkatan satu unit sektor ini akan meningkatkan output sektor lain yang menggunakan output sektor ini sebagai inputnya sebesar 0.9998. Dengan kata lain satu unit output ini digunakan sebagai input sektor lain sebesar nilai tersebut. Kemudian secara simultan peningkatan sektor pengguna tersebut memicu penggunaan output sektor pengguna sebagai input sektor-sektor lain sebesar 0.4622. Sehingga kenaikan satu unit output sektor ini akan meningkatkan permintaan total terhadap sektor perdagangan sebesar 1.46024 unit. Untuk sektor-sektor ekonomi lainnya dapat diinterprestasikan dengan cara yang sama, nilai keterkaitan ke depan (langsung dan tidak langsung) secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1.
Sektor-Sektor Unggulan
Setelah kita mengetahui hasil perhitungan dan pembahasan mengenai keterkaitan ke depan dan ke belakang maka selanjutnya dapat ditentukan sektor unggulan yang terdapat dalam perekonomian Propinsi Kalimantan Barat. Sektor unggulan adalah sektor-sektor yang memiliki nilai keterkaitan ke depan maupun ke belakang lebih tinggi dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Dengan menggunakan matrik kuadran dapat ditentukan sektor-sektor yang memiliki keterkaitan ke depan dan ke belakang tinggi. Begitu pula dapat diidentifikasi sektor-sektor yang hanya memiliki satu keterkaitan yang tinggi atau bahkan sektor dimana semua nilai keterkaitannya baik ke belakang maupun ke depan rendah.
Analisis ini pada dasarnya melihat dampak terhadap output dan kenyataan bahwa pada dasarnya sektor-sektor industri dalam perekonomian tersebut saling pengaruh mempengaruhi. Berdasarkan hasil matrik kuadran seperti yang terlihat pada Tabel 4, sektor unggulan yang memiliki nilai
Tabel 4. Sektor-Sektor Unggulan
Keterkaitan ke depan
Rendah Tinggi
K
et
er
ka
it
an k
e be
la
k
ang
T
inggi
Jeruk, Industri minyak sawit, Industri penggalian non logam, Listrik, Air bersih, Restoran, Hotel, dan Pos
Industri makanan, Industri perkayuan, Industri kertas, Industri karet dan barang dari karet, Industri kimia, Bangunan, Perdagangan, Pengangkutan sungai, Pengangkutan udara, Jasa penunjang angkutan, dan Telkom
R
enda
h
Jagung, Kacang kedelai, Tan. Bahan makanan lainnya, Kelapa, Kopi, Lada, Tanaman perkebunan lainnya, Unggas dan hasil-hasilnya, Peternakan lainnya, Hasil hutan lainnya, Perikanan budidaya, Perikanan lainnya, Industri minyak, Industri lainnya, Pengangkutan laut, Bank, Asuransi, Koperasi, Lembaga keuangan lainnya, Pemerintah dan pertahanan, Jasa perusahaan, Jasa pendidikan, Jasa kesehatan, Jasa lainnya, Kegiatan yang tak jelas batasnya.
Padi, Karet lateks, Kelapa sawit, Kayu, Pertambangan dan penggalian, dan Pengangkutan darat
Perdagangan, Pengangkutan sungai, Pengangkutan udara, Jasa penunjang angkutan, dan Telkom.
Analisis sektor unggulan ini memperihatkan bahwa tidak ada satupun sektor pertanian yang menjadi sektor unggulan. Yang menjadi sektor unggulan adalah industri pengolahan hasil-hasil pertanian. Sektor-sektor pertanian hanya mempunyai keterkaitan yang besar satu arah, ke belakang saja atau ke depan saja.
Sektor-sektor padi, kelapa sawit dan kayu hanya mempunyai keterkaitan ke depan yang tinggi. Sektor-sektor ini menjadi input bagi sektor-sektor Jeruk, Industri minyak sawit, Industri penggalian non logam, listrik, Air bersih, Restoran, Hotel, Pos, Industri makanan, Industri perkayuan, Industri kertas, Industri karet dan barang dari karet, Industri kimia, Bangunan, Perdagangan, Pengangkutan sungai, Pengangkutan udara, Jasa penunjang angkutan, dan Telkom yang mempunyai keterkaitan ke belakang yang tinggi.
Sedangkan sektor jeruk hanya mempunyai keterkaitan ke belakang yang tinggi. Sektor jeruk ini menggunakan input dari sektor-sektor yang mempunyai keterkaitan ke depan yang tinggi seperti sektor-sektor Padi, Karet lateks, Kelapa sawit, Kayu, Pertambangan dan penggalian, pengangkutan darat, Industri makanan, Industri perkayuan, Industri kertas, Industri karet dan barang dari karet, Industri kimia, Bangunan, Perdagangan, Pengangkutan sungai, Pengangkutan udara, Jasa penunjang angkutan, dan Telkom.
Sektor-sektor di Kalimantan Barat yang memiliki keterkaitan ke belakang dan ke depan yang rendah meliputi Jagung, Kacang kedelai, Tan. Bahan makanan lainnya, Kelapa, Kopi, Lada, Tanaman perkebunan lainnya, Unggas dan hasil-hasilnya, Peternakan lainnya, Hasil hutan lainnya, Perikanan budidaya, Perikanan lainnya, Industri minyak, Industri lainnya, Pengangkutan laut, Bank, Asuransi, Koperasi, Lembaga keuangan lainnya, Pemerintah dan pertahanan, Jasa perusahaan, Jasa pendidikan, Jasa kesehatan, Jasa lainnya, Kegiatan yang tak jelas batasnya.
pembangunan sektor pertanian dengan sektor-sektor lainnya. Akibatnya sektor pertanian menjadi tertinggal kalau dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Dari hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: a. Sektor-sektor pertanian tidak termasuk ke dalam sektor unggulan di Kalimantan Barat
jika kita analisis berdasarkan Tabel I – O. Sektor-sektor unggulan adalah sektor-sektor industri adalah sektor-sektor-sektor-sektor Industri makanan, Industri perkayuan, Industri kertas, Industri karet dan barang dari karet, Industri kimia, Bangunan, Perdagangan, Pengangkutan sungai, Pengangkutan udara, Jasa penunjang angkutan, dan Telkom. b. Beberapa sektor pertanian hanya mempunyai keterkaitan ke belakang atau ke depan
yang erat dengan sektor-sektor lainnya. Artinya sektor pertanian hanya sebagai pendukung atau pasar dari sektor-sektor unggulan. Sektor pertanian yang mempunyai keterkaitan ke belakang yang erat adalah sektor jeruk. Sedangkan sektor-sektor pertanian yang memiliki keterkaitan ke depan yang kuat adalah sektor-sektor Jagung, Kacang kedelai, Tan. Bahan makanan lainnya, Kelapa, Kopi, Lada, Tanaman perkebunan lainnya, Unggas dan hasil-hasilnya, Peternakan lainnya, Hasil hutan lainnya, Perikanan budidaya, dan Perikanan lainnya.
c. Rendahnya keterkaitan sektor-sektor pertanian dengan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian di Kalimantan Barat menunjukkan bahwa sektor-sektor pertanian masih tertinggal pembangunannya dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya.
Beberapa rekomendasi yang dapat diberikan berkenaan dengan hasil analisis di atas adalah sebagai berikut:
a. Pemerintah memformulasikan kembali kebijakan pertanian yang telah di ambil dengan lebih memposisikan petani sebagai subjek dari pembangunan pertanian bukan hanya sebagai objek.
Daftar Pustaka
Djojohadikusumo, Sumitro. 1991. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Yayasan
Obor Indonesia. Jakarta.
Deliarnov. 1997. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Rajawali Pers. Jakarta.
Ekelund, Robert B. Jr. 1997. A History of Economics Theory and Method. The McGraw-Hill Companies, Inc. Singapura
Gill, Richard T. 1972. Evolution Of Modern Economics. Prentice-Hall. New Delhi. Kantor Statistik Provinsi Kalimantan Barat. 2006. Kalimantan Barat Dalam Angka
2005. Pontianak.
Kantor Statistik Provinsi Kalimantan Barat. 2006. PDRB Kalimantan Barat 2001-2005. Pontianak.
Meir, Gerald M. 1995. Leading Issues in Economic Development. Sixth Edition. Oxford University Press. New York.
Storm, Servaas. 1992. “Macroeconomic Considerations in The Choice of an
Agricultural Policy, A study into sectoral interdependence with Reference to India. Desertasi. Thesis Publishers. Amsterdam.
Todaro, Michael P. 1998. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi Keenam. Erlangga. Jakarta.
Syahnur, Sofyan. 2004. Analisis Keterkaitan Sektor-Sektor Ekonomi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Bahan Seminar Internasional. “Asean’s Competitiveness in Economic and Business Toward and Are of Glabalization”
Bengkulu.
Lampiran 1. Nilai Keterkaitan ke Belakang (Backward Linkage) dan Ke depan
Kode I-O
Nama Sektor Ke belakang Ke depan Langsung Tidak
Tan. Bahan Makanan lainnya Karet Lateks
Ind. Karet & Barang dari Karet Ind. Kimia
28