TESIS
HUBUNGAN KALSIUM ION SERUM DAN DOSIS KUMULATIF FUROSEMIDE DENGAN NILAI AMBANG PENDENGARAN
PADA ANAK SINDROM NEFROTIK
LAILA FITRI RAHMI
117041221/IKA
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK - SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HUBUNGAN KALSIUM ION SERUM DAN DOSIS KUMULATIF FUROSEMIDE DENGAN NILAI AMBANG PENDENGARAN
PADA ANAK SINDROM NEFROTIK
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinik (Anak) dalam Program Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Kesehatan Anak-Spesialis pada Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
LAILA FITRI RAHMI 117041221/IKA
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK-SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ii PERNYATAAN
HUBUNGAN KALSIUM ION SERUM DAN DOSIS KUMULATIF FUROSEMIDE DENGAN NILAI AMBANG PENDENGARAN
PADA ANAK SINDROM NEFROTIK
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dijadikan acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Agustus 2016
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur saya panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan
berkah serta telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Tesis ini dibuat untuk memenuhi
persyaratan dan merupakan tugas akhir pendidikan magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Ilmu Kesehatan Anak di FK-USU / RSUP H. Adam Malik Medan.
Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak di masa yang akan datang.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
1. Pembimbing utama DR. dr. Oke Rina R, M.Ked(Ped), Sp.A(K) dan Dr.
Hj. Melda Deliana, SpA(K) yang telah memberikan bimbingan, bantuan serta saran-saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian
dan penyelesaian tesis ini.
2. Prof. dr. H. Munar Lubis, Sp.A(K) selaku Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik
Medan yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian tesis ini. 3. Dr. Hj. Melda Deliana, SpA(K) selaku Ketua Program Studi Pendidikan
SpA(K), sebagai Sekretaris Program Studi yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan tesis ini.
4. Prof. Dr. dr. Abdul Rachman Saragih, Sp.THT-KL(K) dan dr. Nelly Rosdiana, M.Ked(Ped), Sp.A(K) yang sudah memberikan banyak saran kepada saya.
5. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan sumbangan
pikiran dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.
6. Teman-teman saya dr. Mazdalifah Wahab, dr. Erlita Wienanda Syarif, dan dr. Deasy Nediyanti yang telah membantu dalam pelaksanaan
penelitian ini.
7. Kepada seluruh pasien Divisi Nefrologi RSUP H. Adam Malik beserta
orang tuanya yang menjadi sampel dalam penilitian saya dan telah bersedia membantu saya dalam penelitian ini.
8. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang
telah memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta penulisan tesis ini.
Kepada yang sangat saya cintai dan hormati, kedua orang tua saya Drs. Darwis dan drg. Susanna Indra Rosmawati, serta bapak dan ibu mertua
vi
yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada suami tercinta dr. Debby dan anak saya Ghazi Asraf. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan
kepada adik saya Vivi Aiviani, Bobby, dan Maulidi Al Kahfi. Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Agustus 2016
DAFTAR ISI
Lembaran Persetujuan Pembimbing i
Lembar pernyataan ii
Lembar pengesahan tesis iii
Ucapan terimakasih iv
Daftar Isi vii
Lampiran x
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar singkatan dan lambang xiii
viii
2.4.3. Antibiotik Profilaksis 10
2.4.4. Pengobatan dengan kortikosteroid 10
2.5. Komplikasi 12
2.6. Pemeriksaan gangguan pendengaran 20
2.6.1. Audiometri nada murni 20
2.6.2. Otoacustic emmision 21
2.6.3. Brainstem evoked response audiometry 22
2.7. Kerangka Konseptual 23
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian 24
3.2. Tempat dan Waktu 24
3.3. Populasi dan Sampel 24
3.4. Perkiraan Besar Sampel 24
3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 26
3.5.1. Kriteria Inklusi 26
3.5.2. Kriteria Eksklusi 26
3.6. Persetujuan Setelah Penjelasan/ Informed Consent 27
3.7. Etika Penelitian 27
3.8. Cara Kerja 27
3.9. Alur Penelitian 28
3.10. Identifikasi Variabel 29
3.11. Defenisi Operasional 29
BAB 4. HASIL PENELITIAN
4. 1. Karakteristik Demografi dan Laboratorium 32 4. 2. Hubungan Ion Kalsium Serum dan Dosis Kumulatif
Furosemid dengan Nilai Ambang Pendengaran 34
BAB 5. PEMBAHASAN 39
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 45
RINGKASAN 46
SUMMARY 48
x LAMPIRAN
1. Personil Penelitian 53
2 Biaya Penelitian 53
3. Jadwal Penelitian 54
4. Naskah Penjelasan Kepada Orang Tua 55 5. Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) 56
6. Formulir Isian 57
7. Lembar persetujuan dari komite etik penelitian FK USU 60
8. Riwayat hidup 61
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Penyebab hipokalsemia 17
Tabel 2. Derajat gangguan pendengaran 23
Tabel 4.1 Karakteristik Demografi 32
Tabel 4.2 Karakteristik Laboratorium 33
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Kalsium, Ion Kalsium serum, Dosis Kumulatif Furosemide, dan NA Dengar Telinga Kanan
dan Kiri 33
Tabel 4.4 Perbedaan NA Pendengaran berdasarkan
Frekuensi Audiometri 35
Tabel 4.5 Hubungan ion Kalsium Serum dan Dosis Kumulatif Furosemide dengan NA Pendengaran pada SN Remisi
dan Relaps 36
Tabel 4.6 Hubungan Kalsium Ion Serum dan Dosis Kumulatif
Furosemid dengan NA Pendengaran Telinga Kanan pada
SN Remisi dan Relaps 36
Tabel 4.7 Hubungan Ion Kalsium Serum dan Dosis Kumulatif Furosemide dengan NA Pendengaran Telinga Kiri pada
xii DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pengobatan Inisial dengan Kortikosteroid 11 Gambar 2. Diagram skematik biokonversi vitamin D untuk
mempertahankan homeostasis kalsium 14
Gambar 3. Distribusi kalsium dalam berbagai kompartemen tubuh 15
Gambar 4. Reabsorbsi kalsium pada nefron 16
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
SN : Sindrom nefrotik
FRNS : Frequently relapsing nephrotic syndrome
SDNS : Steroid dependent nephrotic syndrome
SRNS : Steroid resistant nephrotic syndrome
HSP : Henoch- Schonlein Purpura
SLE : Systemic Lupus Erythematosus
SNKM : Sindrom Nefrotik Kelainan Minimal GSFS : Glomerulosklerosis Fokal Segmental
GNPMD : Glomerulonefritis Proliferatif Mesangial Difus GNMP : Glomerulonefritis Membranoproliferatif
SNSS : Sindrom Nefrotik Sensitif Steroid SNRS : Sindrom Nefrotik Resisten Steroid
ISKDC : The International study of kidney disease in children
Cm : Centimeter
mmHg : Millimeter air raksa
LDL : Low-density lipoprotein
VLDL : Very-low-density lipoprotein
HDL : High-density lipoprotein
Hz : Hertz
dB : Decibel
RDA : Recommended dietary allowances
MEP : Malnutrisi energi protein
HIV : Human Immunodeficiency Virus
OAE : Otoacustic emission
BERA : Brainstem evoked response audiometry
xiv ABSTRAK
Latar Belakang. Sindrom nefrotik (SN) adalah penyakit glomerulopati yang paling umum terjadi pada anak. Anak-anak dengan NS memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadinya gangguan pendengaran karena penggunaan loop diuretik, gangguan biokimia, dan gangguan elektrolit.
Tujuan. Untuk mengetahui hubungan antara ion kalsium serum dan dosis kumulatif furosemid dengan ambang pendengaran pada sindrom nefrotik.
Metode. Sebuah penelitian cross-sectional telah dilakukan dari bulan Februari sampai Juni 2016 di Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan. 42 subjek dengan remisi dan relaps SN. Dosis kumulatif furosemid dihitung dan ion kalsium serum diperiksa. Audiometri nada murni dilakukan dengan menggunakan The Triveni TAM-25 Audiometer. Analisis statistika dengan menggunakan uji Mann-Whitney.
Hasil. Dari 42 subjek, ada 4 subyek dengan kadar ion kalsium <1 mmol / L dan 2 subjek yang mendapat dosis kumulatif dosis tinggi furosemid. Di telinga kanan didapati adanya perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata ambang pendengaran pada frekuensi 2000 Hz, ambang pendengaran pada kelompok subyek SN relaps lebih tinggi dari pada remisi (p = 0,003). Sedangkan pada telinga kiri rata-rata nilai ambang pendengaran lebih tinggi pada frekuensi 500 Hz (p = 0,025) dan 2000 Hz (p = 0,001).
Kesimpulan. Hubungan antara ambang pendengaran dengan ion kalsium dan dosis kumulatif furosemid tidak menunjukkan konsistensi yang sama pada kedua telinga. Namun, ada hubungan yang signifikan antara rata-rata nilai ambang pendengaran pada frekuensi 2000 Hz.
ABSTRACT
Background. Nephrotic syndrome (NS) is the most common glomerulopathy disease in child. Children with NS had higher risk for the occurrence of hearing loss due to the used of loop diuretics, biochemical impairments, and electrolyte disorders.
Objective. To determine the relationship between serum calcium ion and cumulative dose of furosemide with the hearing thresholds in nephrotic syndrome.
Methods. A cross-sectional study had been conducted from February to June 2016 at Haji Adam Malik Hospital, Medan. There was 42 subjects with remission and relapse NS. Cumulative dose of furosemide was calculated and serum calsium was examined. Pure tone audiometry was done using The Triveni TAM-25 Audiometer. Statystical analysis was performed by using Mann-Whitney test.
Results. Of 42 subjects, there are 4 subjects with levels of calcium ions <1 mmol/L and 2 subjects that received high cumulative dose of furosemide. In the right ear there is significant differences between the mean values of hearing threshold at a frequency of 2000 Hz, the hearing threshold in the group of subjects NS relapse is higher than remission (p = 0.003). Whereas, on the left ear the mean value of hearing threshold higher at a frequency of 500 Hz (p = 0.025) and 2000 Hz (p = 0.001).
Conclusion. The relationship between hearing threshold with calcium ion and cumulative dose furosemide did not show the same consistency on both ears. However, there was a significant relationship between the average threshold of hearing at a frequency of 2000 Hz.