• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Teknik Permainan Kulcapi Karo Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Teknik Permainan Kulcapi Karo Chapter III V"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

KULCAPI PADA MASYARAKAT KARO 3.1 Struktur kulcapi Karo

Untuk membantu dan mendukung proses mengamati teknik permainan

kulcapi pada objek penelitian maka penulis akan menjelaskan terlebih dahulu

bagian-bagian yang terdapat pada kulcapi tersebut.

(2)

Berdasarkan wawancara dengan bapak Pauzi Ginting, panjang kulcapi

sekitar 80 cm. Kayu yang biasa dipakai untuk kulcapi yaitu kayu tualang, kayu

nangka, kayu kembawang dan kayu juhar. Instrumen Kulcapi ini memiliki

bagian-bagian yang mempunyai fungsi masing-masing, antara lain :

a. Takal (kepala)

Kepala (Takal) adalah bagian kepala dari kulcapi ini adalah tempat dimana

setelan (cuping-cuping) akan dibuat. Biasanya bentuk kepala (takal) kulcapi

berbentuk seperti takal kayat. Namun, pada saat ini sudah banyak variasi yang

digunakan oleh pengrajin kulcapi untuk membentuk kepala (takal) pada kulcapi

tersebut.

Gambar 3.2 : Takal (kepala) kulcapi

(3)

b. Kerahung (leher)

Leher (Kerahung), adalah bagian badan dari kulcapi yang terletak di

bawah kepala kucapi, dimana pada bagian ini terdapat fret (tembuku)

kulcapi. Leher (kerahung) juga berfungsi untuk meletakkan ibu jari tangan

kiri pada saat posisi memainkan kulcapi.

Gambar 3.3 : Kerahung (Leher) kulcapi (Dokumentasi : Penulis)

c. Takkur (tutup)

Takkur (tutup) , merupakan bagian yang berada di bawah leher kucapi

yang merupakan bagian tutup lobang resonator dan pada bagian ini

terdapat bagian pengait senar (dekung) yaitu engguhna.

Gambar 3.4 : Takkur (tutup) kulcapi

(4)

d. Lubang Resonator

Lubang resonator, bagian dari kulcapi ini merupakan lubang yang terdapat

pada bagian bawah kulcapi yang berfungsi sebagai pengubah efek suara.

Gambar 3.5 : Lubang Resonator (Dokumentasi : Penulis)

Dalam mengklasifikasikan instrumen kulcapi, penulis mengacu pada teori

yang dikemukakan oleh Curt Sach dan Hornbostel (1961) yaitu:

”Sistem pengklasifikasian alat musik berdasarkan sumber penggetar utama

bunyinya. Sistem klasifikasi ini terbagi menjadi empat bagian yaitu:

Idiofon,(penggetar utama bunyinya adalah badan dari alat musik itu sendiri),

Aerofon, (penggetar utama bunyinya adalah udara), Membranofon, (penggetar

utama bunyinya adalah kulit atau membran), Kordofon, (penggetar utama

bunyinya adalah senar atau dawai)”.

Mengacu pada teori tersebut, maka kulcapi diklasifikasikan sebagai alat

musik kelompok kordofon karena sumber bunyi utamanya berasal dari senar.

(5)

3.2 Eksistensi Kulcapi Pada masyarakat Karo

Alat musik Kulcapi merupakan alat musik petik yang berasal dari suku

Karo dan keberadaannya masih ada hingga saat ini. Pada masyarakat Karo,

Kulcapi memiliki banyak fungsi, salah satunya adalah sebagai pembawa melodi

dalam Ensambel Gendang Telu sendalanen. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Balai Pustaka, 1991:253 bahwa eksistensi adalah keberadaan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa seniman Karo, bahwa salah satu

orang paling berpengaruh dalam perkembangan Kulcapi adalah Alm. Jasa

Tarigan. Pada awal tahun 1980, seorang musisi tradisional Karo, yaitu Jasa

Tarigan melakukan eksperimen dengan menggabungkan alat musik Kulcapi

dengan Gendang Lima Sendalanen dalam seni pertunjukan tradisional masyarakat

Karo, yaitu Gendang guro-guro aron. Awalnya, Kulcapi adalah alat musik

pembawa melodi dalam ensambel Gendang telu sendalanen, sementara itu alat

musik pembawa melodi dalam Gendang Lima Sendalanen adalah Sarune.

Sebelumnya pada akhir tahun 1970an, Gendang Lima Sendalanen yang terdiri

dari alat musik: Sarune, Gendang singanaki, Gendang singindungi, Penganak dan

Gung masih merupakan ensambel musik tradisional masyarakat Karo yang biasa

digunakan dalam kesenian tradisional Karo. Selanjutnya, dengan kemampuan dan

kreativitas yang dimilikinya, Jasa Tarigan menggabungkan instrumen Kulcapi

dengan Gendang Lima Sendalanen dalam konteks Gendang guro-guro aron.

Dalam hal ini Kulcapi dimainkan secara bergantian dengan Sarune sebagai alat

musik pembawa melodi. Pergantian alat musik ini juga tidak bersifat permanen

(6)

pertunjukannya, kedua instrumen tersebut tetap akan dibawa dan penggunaannya

dimainkan secara berganti-gantian dalam membawakan melodi lagu. Dengan

digunakannya Kulcapi sebagai pembawa melodi dalam Gendang Lima

Sendalanen, maka konsep atau terminologi Gendang Lima Sendalanen sebagai

suatu ensambel musik tradisional Karo menjadi rancu, karena di depan telah

dijelaskan bahwa Gendang Lima Sendalanen terdiri dari instrumen: Sarune,

Gendang singanaki, Gendang singindungi, Penganak dan Gung, sementara Kulcapi memiliki ensembel dan konteks tersendiri, yaitu Gendang telu sendalanen dan konteksnya adalah Erpangir ku lau. Setelah lebih kurang sepuluh

tahun (1980-1990) Gendang Lima Sendalanen Plus Kulcapi digunakan sebagai

ensambel yang umum dalam Gendang guro-guro aron, di awal tahun 1991 Jasa

Tarigan kembali melakukan eksperimen pada musik pengiring Gendang

guro-guro aron, Ia menghadirkan alat musik Keyboard dan dimainkan secara

bersama-sama dengan Gendang Lima Sendalanen Plus Kulcapi dalam setiap

pertunjukannya. Berbeda dengan Kulcapi yang secara langsung digunakan -

secara bergantiganti dengan sarune - sebagai pembawa melodi lagu, di sini

Keyboard pada hanya dimanfaatkan sebagai alat musik tambahan (musik

pengiring) melalui bunyi-bunyi perkusif (ritmis) pada bagian akhir komposisi

Gendang salih yang dimainkan Gendang Lima Sendalanen Plus Kulcapi.

Bunyi-bunyi ritmis yang dimunculkan melalui alat musik Keyboard ini hanya pada saat

(7)

3.3 Fungsi Kulcapi pada Masyarakat Karo

Dalam menuliskan fungsi Kulcapi dalam kebudayaan masyarakat Karo,

maka penulis mengacu pada teori Alan P. Merriam, yaitu:

”use” then, refers to the situation in which is employed in human action: “function” concern the reason for its employment and particulary the brodader purpose which is serves(1964:210)

Dari kalimat di atas, dapat diartikan bahwa use (penggunaan) menitik

beratkan pada masalah situasi atau cara yang bagaimana musik itu digunakan,

sedangkan function (fungsi) yang menitik beratkan pada alasan penggunaan atau

menyangkut tujuan pemakaian musik itu mampu memenuhi kebutuhan manusia

itu sendiri.

Menurut Allan P. Merriam (1964:219-226) fungsi music dapat dibagikan

dalam 10 kategori yaitu

7. Fungsi yang berkaitan dengan reaksi social

8. Fungsi pengesahan lembaga sosial dan upacara keagamaan

9. Fungsi kesinambungan budaya

(8)

Kulcapi dapat dikategorikan dalam beberapa fungsi yaitu, fungsi pengungkapan

emosional, fungsi hiburan, fungsi komunikasi, fungsi reaksi jasmani, fungsi

pengesahan lembaga social dan upacara keagamaan, fungsi penghayatan estetis.

3.3.1 Fungsi Pengungkapan emosional

Berkenaan dengan fungsi kulcapi sebagai pengungkapan emosional dapat

dilihat pada waktu alat musik ini digunakan untuk mengungkapkan perasaan

seperti digunakannya alat musik ini sebagai alat untuk menghibur diri. Dorongan

emosional yang mengakibatkan kesedihan pada diri pemainnya terutama karena

kemelaratan dan dan penderitaan yang dialaminya. Dengan menuangkan

kesedihan melalui permainan kucapi, si pemain akan merasa lebih tenang dan

merasa bebannya sudah terbawa oleh nyanyian yang dituangkan melalui

permainan kulcapi.

3.3.2 Fungsi Hiburan

Kulcapi juga berfungsi dalam hiburan. Disamping untuk menghibur diri,

pada perkembangannya alat musik ini digunakan untuk menghibur orang lain. Hal

ini dapat dilihat dari penggunaan alat musik ini pada saat mengiringi tari dan juga

kolaborasi dengan alat musik lain dalam kegiatan seni pertunjukan atau kegiatan

(9)

3.3.3 Fungsi Komunikasi

Dalam banyak hal musik berfungsi sebagai alat atau media komunikasi.

Kulcapi berfungsi sebagai alat komunikasi dapat dilihat ketika alat ini digunakan

oleh anak perana (pemuda) untuk mengkomunikasikan perasaannya kepada

seorang gadis yang disukainya.

3.3.4 Fungsi Reaksi Jasmani

Kulcapi dalam ensambel oning-oningen yang digunakan untuk mengiringi

tarian yang sebagian gerakannya adalah gerakan yang dinamis yang kerap

membuat para penarinya bergerak indah. Kesinambungan antara bunyi musik

dapat menimbulkan reaksi jasmani dari si penari sehingga dapat menggerakkan

tubuhnya dengan indah.

3.3.5 Fungsi pengesahan lembaga sosial dan upacara keagamaan

Fungsi pengesahan lembaga sosial dan upacara agama dimana alat musik

kulcapi digunakan dalam upacara agama, upacara perkawinan, peresmian suatu

tempat, organisasi/lembaga maupun individu.

3.3.6 Fungsi Penghayatan Estetis

Suatu keindahan dapat dituangkan dalam bunyi-bunyian yang dihasilkan

dari melodi kulcapi yang dapat dinikmati oleh pemusik itu sendiri maupun

(10)

pemain kulcapi pada saat menghibur diri dapat terjadi ketika si pemain kulcapi

(11)

BAB IV

DESKRIPSI TEKNIK PERMAINAN KULCAPI KARO

4.1 Proses Belajar Kulcapi Karo

Proses belajar kulcapi pada masyarakat Karo dilakukan dengan tradisi lisan.

Tradisi lisan adalah sebuah tradisi yang proses belajarnya dengan cara melihat,

mendengar, menghapal , dan meniru. Dengan cara menghapal sebuah melodi lagu

yang dimainkan atau menyanyikannya kemudian memainkannnya ke dalam alat

musik kulcapi. Semakin sering mendengar lagunya dan semakin menghafal

melodinya, maka secara otomatis dapat memainkannya dalam alat musik kulcapi.

4.1.1 Posisi memainkan

Dalam teknik permainan kulcapi, posisi memainkan merupakan tahap awal dalam

proses belajar kulcapi. Seorang perkulcapi tidak akan bermain maksimal apabila

posisi memainkan kurang tepat. Posisi Kulcapi diletakkan tegak lurus dengan

badan, tangan kiri diposisikan di leher kulcapi, jari (kecuali ibu jari) menekan

senar ( leher kulcapi bagian depan) sedangkan ibu jari menekan leher kulcapi

bagian belakang kulcapi. Posisi tangan kanan tepatnya telapak tangan diletakkan

di bagian nggoh dari kulcapi, jari telunjuk dan ibu jari tangan kanan digunakan

untuk memegang kuir-kuir4, sedangkan jari yang lain diposisikan di bawah badan

kulcapi sebagai alat untuk memetik dekung5

4

Sejenis pick gitar yang digunakan untuk memetik senar kulcapi 5

Dekung adalah senar kulcapi

(12)

tempelkan pada perut sipemain dengan tujuan agar kulcapi dapat berada dalam

posisi yang kokoh.

(13)

Gambar 4.2 : Posisi ibu jari tangan kiri pada kulcapi (dok : penulis)

(14)

4.1.2 Cara memetik

Setelah mengetahui bagaimana posisi yang tepat saat memainkan kulcapi, tahap

selanjutnya adalah bagaimana cara memetik kulcapi. Pada saat memetik kulcapi,

tangan kanan diletakkan di bagian engguhna dari kulcapi.

(15)

jari telunjuk dan ibu jari tangan kanan digunakan untuk memegang kuis-kuis

untuk memetik dekung.

Gambar 4.5 : posisi jari memegang kuis-kuis kulcapi (dok : penulis)

Sedangkan jari yang lain, diantaranya jari tengah, jari manis dan jari kelingking

(16)

Tahap awal yang dilakukan untuk belajar memetik kulcapi adalah memetik

kedua senar kulcapi dengan menggunakan pick mengikuti irama gung dan

penganak dengan tempo peselukken dimana senar 1 dianggap sebagai penganak

sedangkan senar dua sebagai gung dan posisi jari kiri tidak menekan senar (open

string)6

4.1.3 Penjarian (fingering)

Pada umumnya terdapat 5 fret yang dipasang pada kulcapi, namun untuk

mencapai nada satu oktav kita harus memainkannya sampai pada fret 9 pada fret

transparent (yang tidak terpasang). Namun secara umum nada pada kulcapi karo

dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tangga nada mayor pada kulcapi .

C=DO

(17)

Gambar 4.6 : gambar tembuku (fret) kulcapi (dok : penulis)

Keterangan gambar Posisi jari pada Kulcapi

Senar (dekung) 1

1. Gambar 1 : Posisi jari untuk menghasilkan nada D adalah memetik senar 1

(18)

2. Gambar 2 : Posisi jari untuk menghasilkan nada E adalah memetik senar 1

dengan menekan senar pada fret 1.

3. Gambar 3 : Posisi jari untuk menghasilkan nada F adalah memetik senar 1

(19)

4. Gambar 4 : Posisi jari untuk menghasilkan nada F# adalah memetik senar

1 dengan menekan senar pada fret 3

5. Gambar 5 : Posisi jari untuk menghasilkan nada G adalah memetik senar 1

dengan menekan senar pada fret 4

(20)

6. Gambar 6 : Posisi jari untuk menghasilkan nada G# adalah memetik senar

1 dengan menekan senar pada fret 5

7. Gambar 7 : Posisi jari untuk menghasilkan nada A adalah memetik senar 1

(21)

8. Gambar 8 : Posisi jari untuk menghasilkan nada A# adalah memetik senar

1 dengan menekan senar pada fret 7

9. Gambar 9 : Posisi jari untuk menghasilkan nada B adalah memetik senar 1

(22)

10. Gambar 10 : Posisi jari untuk menghasilkan nada C adalah memetik senar 1

dengan menekan senar pada fret 9

Senar (dekung) 2

1. Gambar 11 : Posisi jari untuk menghasilkan nada G adalah memetik senar

(23)

2. Gambar 12 : Posisi jari untuk menghasilkan nada A adalah memetik senar

2 dengan menekan senar pada fret 1.

3. Gambar 13 : Posisi jari untuk menghasilkan nada A# adalah memetik

(24)

4. Gambar 14 : Posisi jari untuk menghasilkan nada B adalah memetik senar

2 dengan menekan senar pada fret 3.

5. Gambar 15 : Posisi jari untuk menghasilkan nada C adalah memetik senar

(25)

6. Gambar 16 : Posisi jari untuk menghasilkan nada C# adalah memetik

senar 2 dengan menekan senar pada fret 5

7. Gambar 17 : Posisi jari untuk menghasilkan nada D adalah memetik senar

(26)

8. Gambar 18 : Posisi jari untuk menghasilkan nada D# adalah memetik

senar dengan menekan senar pada fret 7

7. Gambar 19 : Posisi jari untuk menghasilkan nada E adalah memetik senar

(27)

7. Gambar 20 : Posisi jari untuk menghasilkan nada F adalah memetik senar

dengan menekan senar pada fret 9

4.2 Pelarasan (tunning)

Di dalam sistem pelarasan (tuning) kulcapi dalam tradisi Karo telah memiliki

ukuran tersendiri, senar satu adalah nada sol dan senar dua adalah nada do. Sistem

pelarasan dalam alat musik ini tergantung dari perasaan si pemain walaupun

dalam kenyataan yang penulis temukan bahwa interval nada antara senar dua

dengan senar satu adalah kwint murni7.

7

(28)

A B

Gambar 4.7 : A (menyetem senar 2) & B (menyetem senar 1)

(dok : penulis)

4.3 Rengget pada Kulcapi

Dalam permainan musik masyarakat Karo dikenal ciri khas yang menjadi

nada istimewa yang dimainkan baik itu terdapat dalam beberapa permainan alat

musik tunggal Karo maupun nyanyian pada masyarakat Karo yaitu rengget.

Rengget merupakan sejenis nada melismatis yang dihasilkan untuk mengalunkan

nada sebelum dan setelahnya. Rengget inilah yang menjadi khas permainan musik

masyarakat Karo pada umumnya. Ada 3 rengget yang di transkripsikan oleh

penulis yaitu:

(29)

Rengget 2

Rengget 3

4.4 Tonggum pada Kulcapi

Tonggum adalah suatu teknik permainan Kulcapi dengan cara

mendekapkan seluruh/sebagian resonator (babah) Kulcapi ke badan pemain

Kulcapi secara berulang dalam waktu tertentu. Hal tersebut dilakukan untuk

mengubah warna bunyi (efek bunyi) pada kulcapi. Posisi badan saat memainkan

kulcapi adalah dengan duduk bersila dan setengah baju dibuka agar resonator

kulcapi bisa menempel langsung dengan perut si pemain.

(30)

Namun seiring dengan berkembangnya zaman, maka perubahan pun

terjadi. Kulcapi mulai menggunakan spul (pengeras suara). Dibagian lobang

resonator pada kulcapi sudah dipasang spul pengeras suara. Hal ini sudah dipakai

pada saat kulcapi digunakan dalam kegiatan budaya. Contohnya spul tersebut

digunakan pada kegiatan Gendang guro-guro aron. Hal ini digunakan untuk

pengeras suara pada kulcapi agar suaranya kuat dan sebanding dengan suara

keyboard yang sudah digunakan pada kegiatan budaya pada masyarakat Karo.

Gambar 4.9 : Gambar spul atau pengeras suara pada kulcapi

(31)

Gambar 4.10 : Lobang resonator kulcapi (dok : penulis)

Gambar 4.11 : Posisi diletakkannya spul di lobang resonator kulcapi

(32)

4.5 Analisis Melodi pada lagu Odak-odak

Lagu yang dimaksud adalah repetoar lagu Odak-odak. Alasan penulis memilih

lagu ini adalah karena lagu ini adalah lagu yang sering dimainkan untuk tujuan

pengiring tarian dan lagu ini merupakan lagu yang popular pada masyarakat Karo.

(33)
(34)

4.5.1 Tangga Nada (Scale)

Dalam mendeskripsikan tangga nada, penulis akan mengurutkan nada-nada yang

terdapat dalam melodi lagu odak-odak tersebut yang dimulai dari nada terendah

sampai nada yang tertinggi. Dari hasil analisa pada tangga nada lagu odak-odak,

maka diperoleh kesimpulan lagu tersebut menggunakan 5 nada, terdiri atas G, A,

C, D, dan E.

Odak-odak

G

A

C D E

4.5.2 Nada Dasar

Nada dasar pada sebuah lagu/musik sangatlah berperan penting. Nettl (1964:147)

mengemukakan tentang metode atau pendekatan dalam menemukan nada dasar

pada sebuah lagu/musik. Ada enam yang diusulkan menjadi perhatian penting,

yaitu:

a. Melihat nada mana yang sering dipakai

b. Melihat nada mana yang memiliki ritmis (harga ritmis) yang besar

c. Melihat nada awal atau akhir suatu komposisi yang dianggap mempunyai

fungsi penting dalam penentuan tonalitas (nada dasar)

(35)

f. Pengenalan yang akrab dengan gaya musik

Dari hasil analisis transkripsi lagu odak-odak diatas, khususnya tangga nada dan

jumlah nada digunakan penulis sebagai acuan untuk menjawab ketujuh

pendekatan untuk menemukan nada dasar pada sebuah repotoar/lagu sehingga

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

a. Nada yang sering dipakai pada odak-odak adalah nada C

b. Nada yang memiliki ritmis (harga ritmis) yang besar pada odak-odak adalah

nada C

c. Nada awal komposisi pada odak-odak adalah nada C , dan nada akhirnya

adalah nada C

d. Nada paling rendah pada odak-odak adalah nada G , dan nada paling tengah

adalah nada C

e. Adanya tekanan ritmis pada odak-odak adalah nada C

f. Pengenalan yang akrab dengan gaya musik pada odak-odak Mayor adalah nada

C.

4.5.3 Wilayah Nada (Range)

Wilayah nada adalah daerah (ambitus) antara nada yang frekuensinya

paling rendah dengan nada yang frekuensinya paling tinggi dalam satu lagu.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Ellis dalam Malm (1977:35) tentang

perhitungan frekuensi nada dengan menggunakan cent, yaitu nada-nada yang

berjarak 1 laras sama dengan 200 cent, dan nada-nada berjarak ½ laras sama

dengan 100 cent. Dengan melihat nada-nada yang telah ditranskripsikan, maka

(36)

tertinggi) yang semua berjarak 4½ laras atau sama dengan 900 cent. Untuk lebih

jelas wilayah nada lagu odak-odak, dapat dilihat dari garis paranada di bawah ini.

Wilayah nada odak-odak

4.5.4 Jumlah Nada

Netll (1964:146) menyatakan dalam mentranskripsikan modus lagu paling

tidak menyebut nada mana yang yang berfungsi sebagi nada dasar , nada-nada

yang dianggap penting dalam lagu tersebut, serta nada-nada pendamping lainnya.

Lebih lanjut Netll mengatakan bahwa gambaran tangga nada dan modus biasanya

disampaikan lewat notasi (tangga nada) yang ditulis diatas garis paranada dengan

harga-harga yang menandai nada mana yang sering dipakai dan yang tidak.

Berikut jumlah nada-nada yang dipakai pada lagu odak-odak, setelah penulis

menyusun nada-nada tersebut pada garis paranada.

Jumlah nada odak-odak

(37)

4.5.5 Interval

Interval adalah jarak antara satu nada dengan nada berikutnya, naik

maupun turun (Manoff 1991 : 50). Pada suatu komposisi lagu interval adalah

penggarapan melodi yang dicapai melalui bangunan nada secara melangkah atau

melompat, turun , maupun mendatar. Manoff (1991:84) membuat pengukuran

yang lebih akurat terhadap interval dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Interval berkualitas mayor (M) bila dinaikkan setengah langkah, maka interval

tersebut akan berkualitas auqmented (Auq) dan jika diturunkan setengah langkah

akan berkualitas minor (m).

2. Interval berkualitas minor bila dinaikkan setengah langkah akan menjadi mayor

dan sebaliknya jika diturunkan setengah langkah akan menjadi diminished (dim).

3. Interval berkualitas perfect (P) bila dinaikkan setengah langkah akan menjadi

interval auqmented dan sebaliknya jika diturunkan setengah langkah akan menjadi

interval diminished.

Berikut ini akan penulis jelaskan beberapa contoh interval yang ada pada

lagu odak-odak:

D-D = 1P (Prime Perfect)

(38)

E-D = 7 m (Septim minor)

4.5.6 Pola Kadensa (Cadence Patterns)

Kadensa adalah suatu rangkaian harmoni atau melodi sebagai penutup pada akhir

melodi atau di tengah kalimat, sehingga bisa menutup sempurna melodi tersebut

atau setengah menutup (sementara) melodi tersebut. Berikut ini adalah pola

(39)

4.5.7 Bentuk melodi

Dalam medeskripsikan bentuk melodi, ada tiga hal yang penting untuk

dibahas, yaitu bentuk, frasa, dan motif. Netll (1964:149-150) mengatakan bahwa

bentuk adalah hubungan diantara bagian-bagian dari sebuah komposisi, termasuk

hubungan diantara unsur-unsur melodis dan ritmis, atau dengan pemahaman

sederhana, bentuk merupakan suatu aspek yang menguraikan tentang organisasi

musikal. Frasa adalah suatu unit dari melodi di dalam komposisi. Sedangkan

motif adalah ide melodi sebagai dasar pembentukan melodi. Bentuk disimbolkan

dengan huruf A, B, C, dan seterusnya, sedangkan frasa dituliskan ke dalam

angka-angka.

1. Repetitive, yaitu bentuk nyanyian yang mengalami pengulangan.

2. Iteratif, yaitu suatu bentuk nyanyian yang menggunakan formula melodi

yang kecil dengan kecenderungan pengulangan-pengulangan di dalam

(40)

3. Reverting, yaitu suatu bentuk nyanyian apabila di dalam nyanyian terjadi

pengulangan pada frase pertama setelah terjadi penyimpangan melodis.

Namun pada lagu odak-odak tidak ditemukan bentuk (form) tersebut.

4. Strofic, yaitu bentuk nyanyian diulang dengan formalitas yang sama

namun menggunakan teks yang baru.

5. Progressive, yaitu bentuk nyanyian selalu berubah dengan menggunakan

materi melodi yang selalu baru. Namun dalam lagu odak-odak, bentuk

(form) ini tidak ada, karena semua bentuk melodinya selalu mengalami

pengulangan.

4.5.8 Kantur (Contour)

Kontur adalah garis atau melodi pada sebuah lagu (Malm 1964:8).

Defenisi yang sama, kontur adalah alur melodi yang biasanya ditandai dengan

menarik garis. Ada beberapa jenis kontur yang dikemukakan oleh Malm (Malm

dalam Jonson 2000: 76), antara lain:

1. Ascending, yaitu garis melodi yang sifatnnya naik dari nada rendah ke nada

(41)

2. Descending, yaitu garis melodi yang sifatnya turun dari nada yang tinggi ke

nada yang rendah, seperti gambar :

3. Pendulous, yaitu garis melodi yang sifatnya melengkung dari nada yang rendah

ke nada yang tinggi, kemudian kembali ke nada yang rendah. Begitu juga

(42)

4. Teracced, yaitu garis melodi yang sifatnya berjenjang seperti anak tangga dari

nada yang rendah ke nada yang lebih tinggi kemudian sejajar, seperti gambar:

(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya

maka beberapa kesimpulan yang didapat oleh penulis adalah sebagai berikut.

Secara umum, proses belajar alat musik tradisional Karo yaitu dengan cara oral

tradition (tradisi lisan), yang proses belajarnya dengan cara melihat, mendengar,

menghapal, dan meniru. Alat musik tradisional Karo pada umumnya digunakan

untuk mengiringi upacara adat, upacara ritual dan untuk hiburan. Sesuai dengan

objek penelitian utama penulis, bahwa kulcapi adalah alat musik tradisional Karo

yang keberadaannya masih ada hingga saat ini. Kulcapi berbentuk lute yang

terdiri dari dua buah senar (two-strenged fretted-necked lute). Selain dapat

digunakan secara ensambel, instrumen kulcapi juga dapat dimainkan secara

tunggal. Kulcapi adalah alat musik petik berbentuk lute yang terdiri dua buah

senar. Senarnya terbuat dari metal namun dulunya terbuat dari akar pohon aren

atau enau. Orang yang memainkan Kulcapi disebut dengan perkulcapi. Awalnya

kulcapi hanya dapat dimankan tunggal dan seiring dengan perkembangan perjalanan

kulcapi maka kemudian dimainkan pada ansambel dan kemudian dikolaborasikan dengan

alat musik keyboard. Sebelumnya kulcapi hanya dimainkan pada upacara ritual saja

namun kemudian kulcapi dimainkan pada acara hiburan yakni gendang guro-guro aron

diprakarsai oleh Alm. Djasa Tarigan. Untuk memainkan kulcapi tentunya

mempunyai teknik agar perkulcapi bisa bermain dengan maksimal dan

(44)

proses belajar kulcapi pada masyarakat Karo dilakukan dengan tradisi lisan.

Dengan cara menghapal sebuah melodi lagu yang dimainkan atau

menyanyikannya kemudian memainkannnya ke dalam alat musik kulcapi.

Semakin sering mendengar lagunya dan semakin menghafal melodinya, maka

secara otomatis dapat memainkannya dalam alat musik kulcapi.

Kulcapi memiliki beberapa teknik dalam memainkannya yaitu:

1. Cara memegang kulcapi

2. Cara memetik kulcapi

3. Penjarian pada kulcapi

Namun sebelum 3 hal tersebut dipelajari, posisi memainkan kulcapi sangat

berpengaruh saat memainkannya. Dalam teknik permainan kulcapi, posisi

memainkan merupakan tahap awal dalam proses belajar kulcapi. Seorang

perkulcapi tidak akan bermain maksimal apabila posisi memainkan kurang tepat

dan tujuannya agar kulcapi dapat berada dalamposisi yang kokoh.

5.2 Saran

Dari pembahasan dan beberapa kesimpulan yang telah diuraikan, ada

beberapa saran yang perlu dikemukakan untuk mengembangkan teknik permainan

kulcapi tersebut. Memperhatikan bagaimana teknik permainan kulcapi

sebelumnya, untuk itu dapat mendorong seluruh masyarakat terkhusus masyarakat

Karo untuk melestarikan salah satu keseniannya dengan melihat bagaimana teknik

permainan kulcapi tersebut. Dengan tulisan ini diharapkan dapat mendorong

(45)

terkhusus kesenian ini agar tetap terlestari di dalam masyarakatnya. Generasi

merupakan salah satu kunci utama dalam proses ini agar tetap berkembang dan

Gambar

Gambar 3.4 : Takkur (tutup) kulcapi
Gambar 3.5 : Lubang Resonator (Dokumentasi : Penulis)
Gambar 4.2 : Posisi ibu jari tangan kiri pada kulcapi (dok : penulis)
Gambar 4.6 : gambar tembuku (fret) kulcapi (dok : penulis)

Referensi

Dokumen terkait

Pulunama adalah teknik memainkan sarune Karo dengan cara menghirup udara melalui rongga hidung dan memasukkan udara ke rongga perut (diafragma), lalu mengeluarkan udara

Didalam gendang lima sendalanen, sarune Karo adalah salah satu alat musik karo yang berfungsi sebagai pembawa melodi dalam mengiringi suatu upacara adat di dalam masyarakat

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode ini untuk mengamati proses cara belajar penarune Karo dan teknik memainkan sarune didalam kebudayaan musik

suatu ensambel musik tradisional Karo yang terdiri dari lima buah alat musik, yaitu: (1).. sarune , (2) gendang singanaki , (3) gendang singindungi , (4) penganak, (5)

Improvisasi adalah sebuah penyimpangan nada yang sifatnya membuat atau menambah nuansa dari lagu atau melodi yang dimainkan, dengan menambah improvisasi pemain berharap

Hal tersebut dikarenakan nada dalam melodi asli dikembangkan dengan unsur-unsur nada yang terdapat pada akord yang sama, sehingga melodi asli dapat diubah dengan

Dalam variasi tersebut menggunakan tehnik counter melody hal tersebut dikarenakan nada dalam melodi asli di variasikan dalam unsur nada nada yang terdapat pada

Musik merupakan hasil suatu karya seni berbentuk lagu atau komposisi yang tercipta dari suara atau bunyi yang disusun sehingga menghasilkan nada, irama, melodi, harmoni,