7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Biodiesel
Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan karena diproduksi
dari sumber daya alam. Biodiesel umumnya diproduksi secara transesterifikasi minyak
nabati atau lemak hewan dengan alkohol seperti metanol atau etanol dengan adanya katalis
asam atau katalis alkali [10].Biodiesel dianggap sebagai sumber energi terbarukan untuk
menggantikan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi dan telah menarik begitu banyak
perhatian karena keramahan terhadap lingkungan dan dapat diperbaharui [20]. Biodiesel
yang merupakan pengganti bahan bakar, terbuat dari monoalkil ester rantai panjang asam
lemak yang disiapkan dari minyak sayuran terbarukan atau lemak hewan, telah mampu
menjadi pertimbangan menarik sebagai sebuah bahan bakar terbarukan alternatif untuk
mesin diesel [21]. Berikut adalah tabel syarat mutu biodiesel sesuai standar SNI 04 – 7182-
2006 [22].
Tabel 2.1Syarat Mutu Biodiesel sesuai standar SNI 04 – 7182- 2006
Properties Nilai
Massa jenis 850 – 890 kg/m3
2.2
Waste Cooking Oil (Minyak Goreng Bekas / Jelantah)
Minyakgoreng bekasmerupakan salahsatu bahan bakuyangmemiliki peluang
untukpembuatan biodiesel, karenaminyakinimasihmengandung trigliserida, di samping
asam lemak bebas [24].Dari sejumlah pengujian awal yang dilakukan, diperoleh bahwa
biodiesel hasil dari minyak jelantah ini dapat digunakan sebagai substitusi langsung minyak
solar dengan pengurangan performa yang tidak signifikan, hanya 5 -7 % terhadap daya dan
torsi pada putaran maksimum [23].
Data statistikmenunjukkan bahwaterdapatkecenderungan
peningkatanproduksiminyakgoreng.Dari2,49juta tonpadatahun 1998,menjadi
4,53jutatontahun 2004 dan5,06 jutatonpadatahun2005.Selain ketersediaannya yangrelatif
berlimpah,minyakgoreng bekasmerupakan limbahsehinggaberpotensi
mencemarilingkungan berupanaiknyakadarCOD (Chemical Oxygen Demand) dan
BOD(Biology OxygenDemand)dalam perairan,selainitujuga
menimbulkanbaubusukakibatdegradasi biologi.Oleh karena itu
perludilakukanusaha-usahapemanfaatan minyakgoreng bekastersebut.Salahsatunyaadalah
sebagaibahanbakudalampembuatanbiodiesel [5].Berikut adalah tabel sifat fisika dan kimia
dari waste cooking oil [23].
Tabel 2.2sifat fisika dan kimia waste cooking oil (WCO) yang digunakan sebagai
pembuatan biodiesel.
Sifat Kimia dan Fisik Minyak Jelantah Nilai
Viskositas (40 0C) 49,442
Asam Lemak Bebas (FFA,%) 1,836
Total Acid Number (TAN, mlKOH/gr) 2,92
Bilangan Penyabunan (ml KOH/gr) 115,723
2.3 Transesterifikasi
Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi antara trigliserida dengan alkohol yang
mana bertujuan untuk mengubah asam – asam lemak dari trigliserida kedalam bentuk ester
gliserin dariminyak dan mereaksikanasam lemak bebasnyadenganalkohol menjadi alkohol
ester (Fatty AcidMethyl Ester) atau biodisel[3].
Adapun proses transesterifikasi secara umum dapat dilihat dalam gambar berikut [25]
:
Gambar 2.1 Skema proses transesterifikasi
Pada prosestransesterifikasiini terdiri terjadi tiga
urutanreaksiberturut-turutdanreversibelyaitu mengubahtrigliseridamenjadidigliserida, kemudian
menjadimonogliserida, dan akhirnyamenjadigliserindanmetil ester asam lemak [26].
NBB(National Biodiesel Board) mendeskripsikan keuntungan produksi biodiesel dari
segi produsen yakni [27] :
•
Produsenbiodieselsudahmenyediakanbahan bakar yang sangatberkelanjutan.
Produksi biodiesel membuat kita tumbuhsebagaiindustri,
dan
terusmeningkatkankualitas hidup,
menjagalingkungan,
dan
memperkuatekonomi.
•
Meningkatkankualitas udara, sifatnya dapat terbarukan, dan pembuatan
biodiesel inimenciptakanlapangan pekerjaan masyarakat.
•
Biodieselmemiliki"keseimbangan energi" yang sangat tinggi
Akan tetapi, pada saattransesterifikasiminyak nabatimemilikimasalah
besarkarenamembentuksabunsebagaiproduk sampinganyang tidak diinginkan, di
manajumlahlimbahyangdihasilkan besar, korosif, danmembutuhkan waktulebih
lamauntukproses pemisahan [28].
2.4 Katalis
Penggunaan katalis dalam proses pembuatan biodiesel sangat diperlukan, karena
diharapkan dapat meningkatkan produksi biodiesel baik dari segi kuantitas maupun
kualitasnya.Adanya katalis asam diharapkan dapat membantu dalam reaksi esterifikasi dan
Katalis digunakan untuk transesterifikasi mungkin homogen atau
heterogen.Transesterifikasi homogen adalah metode yang paling mudah namun sangat
kompleks pada pemisahan antara produk dan langkah pemurnian karena sifat homogen
campuran, dan juga cenderung membentuk sabun yang memerlukan air lebih untuk mencuci
sehingga mengakibatkan biaya produksi yang lebih tinggi. Oleh karena
itu,katalisheterogenlebih disukai. Transesterifikasi heterogen lebih murah dan proses yang
lebih simpel. Transesterifikasi heterogen memilikiproses
pemisahansederhanasebagaikatalisdalam faseberbeda
antarareaktandenganprodukdaneliminasipembentukansabunsehingga yang paling sering
digunakan dan disukai adalah katalis heterogen [30].
Adapun mekanisme katalis basa pada proses transesterifikasi dapat dilihat pada
gambar di bawah ini [32]:
Gambar 2.3 Mekanisme katalis basa transesterifikasi
Penggunaankatalisheterogen dalamreaksi esterifikasi dapat
menghindariadanyamasalah seperti: korosiinstrumen,timbulan
sampahdariprosesnetralisasiasam, dan kesulitanpemisahanproduk yang terkait dengan
penggunaancairanhomogenasam sepertiasam sulfat, danhal ini sangatpenting
dalammengembangkanproses yang lebihramah lingkungandan ekonomis [33].
2.5 Kulit Kakao
Pada penelitian ini, katalis yang digunakan yaitu kulit kakao (K2CO3).Kulit kakao
karbonat (K2CO3).K2CO3dariabuCPH (Cocoa Pod Husk ) dianalisismengandungsekitar
142mg/g karbonat, 3,7 mg / g nitrat, 1,23 mg / g fosfat dan beberapa jejak silikat dan sulfat.
Kalium darikulit kakao memiliki potensi sebagai sumber katalis basa heterogen, dimana kulit
kakao merupakan limbah terbarukan dan ramah lingkungan untuk produksi biodiesel yang
berkelanjutan[11].Pada treatment kalsinasi dari katalis ini di lakukan untuk mendekomposisi
dari potassium karbonat yang terkandung di dalamnya[12].
K2CO3 K2O + CO2
Gambar 2.2 Hasil Kalsinasi dari K2CO3
Abu dari kulit kakao memiliki titik leleh 8910C, kepadatan 2,29 g/cm3, kelarutan
standar 105,5 g/100g air dan pH 11,4 – 12 [11].
2.6 Metanol
Untuk membuat biodiesel, ester dalam minyak nabati perlu dipisahkan dari gliserol.
Selama proses transesterifikasi, komponen gliserol dari minyak nabati digantikan oleh
alkohol. Alkohol yang paling umum digunakan adalah metanol karena memiliki berat
molekul paling rendah sehingga kebutuhan untuk proses transesterifikasi relatif sedikit,
harganya lebih murah, daya reaksinya lebih tinggi dan lebih stabil dibandingkan dengan
alkohol berantai panjang [34].
Metanolmerupakanpelarut yang bersifat universal yang dapat menarik sebagian besar
senyawa kimia dalam tanaman [7]. Metanol juga merupakan bentuk alkohol yang paling
sederhana, cairan yang mudah menguap,tidak berwarnadengan bau yang khas.Methanol
dapat digunakan sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan
additif bagi etanol industri.Methanol diproduksi alami oleh metabolisme anaerobik oleh
bakteri [35].Metanol secara umum telah digunakan sebagai pelarut atau agen esterifikasi
maupun transesterifikasi dalam pembuatan biodiesel dibawah kondisi supercritical karena
sifatnya yang memiliki titik didih rendah dan tekanan yang rendah pula [8].Alkohol
sepertimetanolatau etanol,bila digunakansebagaiaditifbahan bakarsecara
efektifdapatmenurunkankeseluruhanviskositascampuran bahan bakardan