• Tidak ada hasil yang ditemukan

T B.IND 1402468 Chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T B.IND 1402468 Chapter3"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

A. Metode Penelitian

Syamsuddin dan Vismaia (2006, hlm. 169) menjelaskan bahwa

“penelitian eksperimental merupakan suatu metode yang sistematis dan logis untuk melihat kondisi-kondisi yang dikontrol dengan diteliti, dengan memanipulasikan suatu perlakuan, stimulus atau kondisi-kondisi tertentu, kemudian mengamati pengaruh atau perubahan yang diakibatkan oleh manipulasi”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode kuasi eksperimen. Terdapat dua kelompok yang akan menjadi subjek penelitian yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Untuk kelompok eksperimen diberi perlakuan khusus yaitu pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe bercerita berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik pada proses pembelajaran bercerita, kemudian dilakukan tes awal dan tes akhir pada kelas tersebut untuk mengetahui sampai sejauh mana kemampuan bercerita siswa. Pada kelas kontrol, pembelajaran bercerita akan menggunakan model terlangsung kemudian dilakukan juga tes awal dan tes akhir untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bercerita.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, penelitian ini memiliki variabel bebas dan variabel terikat. Fraenkel, dkk. (2012, hlm. 266) mengemukakan bahwa “dalam sebuah studi eksperimental, para peneliti memiliki efek setidaknya satu variabel bebas dan satu atau lebih variabel terikat”. Sejalan dengan pendapat di atas Creswell (2012, hlm. 295) berpendapat bahwa

“eksperimen dilakukan ketika ingin mengetahui kemungkinan sebab dan akibat antara variabel bebas dan variabel terikat”. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model kooperatif tipe bercerita berpasangan dan kecerdasan kinestetik, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan bercerita.

(2)

hlm. 248). Untuk lebih jelasnya rancangan desain penelitian ini digambarkan sebagai berikut.

Tabel 3.1. Rancangan Penelitian Eksperimen

Treatment Group M1 O1 X Oa

Control Group M2 O2 C Ob

Keterangan:

M1: Sampel kelas eksperimen. M2: Sampel kelas kontrol.

O1: Tes awal kelas eksperimen sebelum perlakuan. O2: Tes awal kelas kontrol sebelum perlakuan.

X: Perlakuan pembelajaran keterampilan bercerita menggunakan model kooperatif tipe bercerita berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik. C: Perlakuan pembelajaran keterampilan bercerita menggunakan model

terlangsung.

Oa: Tes akhir kelas eksperimen setelah perlakuan. Ob: Tes akhir kelas kontrol setelah perlakuan.

Gambar 3.1. Pola Eksperimen Tes Awal dan Tes Akhir

A O1 X O2

R

B O3 C O4

Keterangan:

R: Pemilihan sampel dengan teknik sampling purposive.

A: Sampel kelas eksperimen menggunakan model kooperatif tipe bercerita berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik.

B: Sampel kontrol menggunakan model terlangsung. O1: Tes awal kelas eksperimen.

(3)

X: Pembelajaran bercerita menggunakan model kooperatif tipe bercerita berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik.

C: Pembelajaran berbicara (bercerita) menggunakan model terlangsung. Langkah-langkah rancangan desain penelitian sebagai berikut:

1. memilih sampel dengan teknik purposive sampling;

2. tes awal dilakukan sebelum proses pembelajaran, tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Tes ini diberikan pada kelas eksperimen untuk memperoleh hasil O1 dan pada kelas kontrol untuk memperoleh hasil O3;

3. memberikan perlakuan (treatment) pada kelas eksperimen dan implementasi pembelajaran dengan model terlangsung pada kelas kontrol;

4. tes akhir (postest) dilakukan setelah seluruh pembelajaran selesai, tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa. Tes ini diberikan pada kelas eksperimen untuk memperoleh hasil O2 dan pada kelas kontrol untuk memperoleh hasil O4;

5. menghitung rata-rata (mean) kelas eksperimen dan kelas kontrol; 6. menghitung rata-rata (uji t) kelas eksperimen O3 dan kelas kontrol O4; 7. menentukan dasar taraf signifikan (α) yaitu 0,05;

8. memeriksa t dari tabel pada taraf signifikan (α) dan dk = n-1; 9. menentukan beda rata-rata, apakah t hitung signifikan atau tidak.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011, hlm. 80). Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Cikoneng. Populasi dalam penelitan ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Cikoneng pada tahun ajaran 2015/2016 yang terdiri dari 9 kelas dengan jumlah 261 orang.

(4)

karena itu, peneliti akan menggunakan teknik sampling purposive untuk menentukan dua kelas sampel penelitian yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun pertimbangan yang menjadi dasar penentuan sampel tersebut adalah: 1. kemampuan setiap kelas berdasarkan nilai tes siswa yang diperoleh

sebelumnnya dalam pelajaran bahasa Indonesia khususnya pembelajaran bercerita;

2. jumlah siswa dalam setiap kelas.

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII A yang berjumlah 28 orang dan kelas VII C berjumlah 28 orang.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Wawancara

Wawancara digunakan untuk menunjang atau mengecek data yang diperoleh melalui teknik penelitian yang lain. Wawancara dilakukan terhadap guru bahasa Indonesia dan siswa.

2. Observasi

Observasi digunakan untuk memperoleh dua jenis data, yaitu:

a) data tentang profil pembelajaran bercerita dengan model terlangsung;

b) data tentang proses pembelajaran (kegiatan guru dan siswa) dengan menggunakan model kooperatif tipe bercerita berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik melalui video.

3. Angket

Angket digunakan untuk memperoleh data tentang respon siswa terhadap penggunaan model koopertif tipe bercerita berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik.

4. Tes

(5)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2011, hlm. 102). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen perlakuan dan instrumen tes.

1. Instrumen Perlakuan

Instrumen perlakuan dalam penelitian ini merupakan alat yang digunakan dalam proses pengujicobaan model pembelajaran kooperatif tipe bercerita berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik untuk meningkatkan kemampuan bercerita. Bagian instrumen penelitian ini adalah rancangan model, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), wawancara, lembar observasi, dan angket.

a. Rancangan Model Kooperatif Tipe Bercerita Berpasangan berbasis

Kecerdasan Kinestetik dalam Pembelajaran Bercerita

1) Rasional

Dalam pembelajaran bahasa salah satu yang harus dikuasai siswa adalah keterampilan berbicara, melalui aktivitas ini seseorang mampu berkomunikasi dengan manusia lain. Salah satu jenis pembelajaran berbicara yaitu keterampilan bercerita, yang dilakukan seorang guru untuk melatih imajinasi, kreatifitas, dan keterampilan siswa salah satunya dengan bercerita.

Dalam proses pembelajaran, siswa harus dilibatkan secara aktif berupa kegiatan yang melibatkan banyak pancaindra sehingga dapat menambah pengalaman siswa. Inilah pentingnya pemahaman guru tentang peran model atau strategi pembelajaran dan penggunaan media dalam proses belajar. Penggunaan model atau strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi belajar siswa dan materi yang diajarkan, akan membantu guru untuk membuat siswa menjadi aktif.

(6)

Kecerdasan kinestetik akan mempunyai pengaruh pada kecerdasan intelektual siswa apabila guru mengarahkannya dengan tepat. Guru dapat memfasilitasi siswa yang memiliki kecerdasan ini dengan memberi kesempatan pada mereka untuk bergerak. Pembelajaran yang dapat dilakukan guru untuk melibatkan kecerdasan kinestetik dalam pembelajaran bercerita misalnya mengajak siswa berlatih melenturkan tubuh, cara tesebut dilakukan untuk melatih gestur siswa dalam bercerita. Garner & Hatch (1989) menjelaskan bahwa

“kecerdasan kinestetik merupakan kemampuan untuk menggunakan seluruh tubuh dalam menyampaikan ide dan perasaan, dan keterampilan menggunakan tangan

untuk menciptakan atau mengubah suatu bentuk”.

2) Tujuan Penggunaan Model Kooperatif Tipe Bercerita Berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik.

Tujuan model model kooperatif tipe bercerita berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik adalah untuk menumbuhkan sikap percaya diri dan berani pada diri siswa dalam mengembangkan kemampuan bercerita yang dimilikinya sehingga hasil belajarnya menjadi lebih baik. Joyce dkk. (2011, hlm. 302) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

a) sinergi yang ditingkatkan dalam bentuk kerja sama akan meningkatkan motivasi yang jauh lebih besar daripada dalam lingkungan kompetitif individual;

b) anggota-anggota kelompok kooperatif dapat saling belajar satu sama lain; c) interaksi antaranggota akan menghasilkan aspek kognitif misalnya

kompleksitas sosial, menciptakan sebuah aktivitas intelektual yang dapat mengembangkan pembelajaran ketika dibenturkan pada pembelajaran tunggal;

d) kerjasama meningkatkan perasaan positif terhadap satu sama lain, menghilangkan pengasingan dan penyendirian, membangun sebuah hubungan, dan memberikan sebuah pandangan positif mengenai orang lain; e) kerjasama meningkatkan penghargaan diri, tidak hanya melalui pembelajaran

(7)

f) siswa yang mengalami dan menjalani tugas serta merasa harus bekrjasama dapat meningkatkan kapasitasnya untuk bekerjasama secara produktif;

g) siswa, termasuk juga anak-anak bisa belajar dari beberapa latihan untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam bekerjasama.

Dengan adanya kelompok-kelompok kecil diharapkan dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa, saling menghargai, merasa dilibatkan, fokus untuk bekerjasama, meningkatkan tanggung jawab pribadi dan saling membantu ketika siswa lain mendapat kesulitan dalam pelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil pembelajaran dan keterampilan siswa. Ketika siswa ditugaskan dalam kelompok yang lebih besar siswa sudah terbiasa dan bisa saling menghargai pendapat temannya.

3) Elemen Dasar Model Kooperatif Tipe Bercerita Berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik.

Huda (2015, hlm. 46) mengemukakan bahwa ada beberapa elemen dasar yang membuat pembelajaran kooperatif lebih produktif yaitu sebagai berikut. a) Interpedensi Positif

Interpedensi positif atau yang sering disebut ketergantungan positif. Ketergantungan positif yaitu setiap anggota yang terlibat dalam kelompoknya meyakini bahwa mereka adalah satu untuk bersama. Interpedensi positif dapat membuat seseorang mempunyai tanggung jawab dalam mengerjakan tugasnya. Kualitas kerja sama sesama anggota sangat dibutuhkan untuk mencapai hasil yang maksimal.

b) Interaksi Promotif

Sesama anggota kelompok harus saling membantu anggota lain yang mendapat kesulitan, saling bertukar informasi, memberikan masukan kepada teman yang mungkin kurang baik, percaya satu sama lain, saling memberikan manfaat, dan saling menjaga emosi antara sesama anggota supaya tetap tercipta suasana yang nyaman.

c) Akuntabilitas Individu

(8)

kembali apa yang telah dikerjakannya untuk meningkatkan penampilannya supaya bisa berkontribusi dengan maksimal dalam kelompok tersebut.

d) Keterampilan Interpersonal

Keterampilan interpersonal seseorang tidak muncul secara langsung ketika dibutuhkan. Siswa harus mempelajari keterampilan sosial untuk bekerja sama dan mendapatkan motivasi untuk menerapkan keerampilan tersebut dalam kelompoknya.

e) Pemrosesan Kelompok.

Pemrosesan kelompok terjadi ketika kelompok tersebut melakukan refleksi proses kerja sama mereka.

4) Sintak Model Kooperatif Tipe Bercerita Berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik.

Tabel 3.2. Sintak Model Kooperatif Tipe Bercerita Berpasangan berbasis

kecerdasan kinestetik.

Tahap Tingkah Laku

Kegiatan Pembelajaran Model

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar.

 Siswa dicek kesiapannya oleh guru.

 Siswa mengetahui

kompetensi dasar, tujuan, dan manfaat yang akan dicapai.

 Siswa memperoleh

memotivasi dari guru.

 Siswa memperoleh gambaran pengetahuan tentang berbagai

Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan.

 Guru menyiapkan video bercerita.

Tahap 3

Mengorganisasikan

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya

(9)

Siswa ke dalam

Kelompok-kelompok Belajar

membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien.

masing-masing kelompok terdiri atas dua orang.

Tahap 4 pada saat mengerjakan tugas mereka.

 Siswa memperhatikan dan mencermati video bercerita yang ditayangkan guru.

 Siswa dibimbing guru untuk melakukan tanya jawab seputar video bercerita yang ditayangkan.

 Siswa dibimbing guru untuk berlatih tentang pelafalan dan intonasi dalam bercerita.

 Secara berkelompok siswa berlatih cara meniru berbagai suara, gestur, dan ekspresi atau mimik dengan memanfaatkan potensi gerak tubuh meraka.

 Guru mempersilakan siswa yang ingin menunjukkan hasil latihannya di depan kelas

 Siswa lain diarahkan untuk memperhatikan.

 Guru membagi cerita yang akan diberikan kepada siswa menjadi dua bagian.

 Siswa membaca cerita yang diberikan guru sesuai dengan bagian masing-masing.

 Siswa mencatat dan mendaftar pokok cerita yang ada dalam bagian masing-masing.

 Siswa saling menukar pokok cerita dengan pasangan masing-masing.

 Sambil mengingat-ingat bagian yang dibaca masing-masing siswa berusaha mengarang bagian lain yang belum diaca.

(10)

sebenarnya.

 Sebagai latihan, guru mempersilakan beberapa siswa untuk bercerita secara berkelompok di depan kelas.

 Kelompok lain mengamati kemudian mencatat kelebihan dan kekurangan kelompok yang sedang bercerita.

Tahap 5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau

masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya.

 Guru memulai evaluasi untuk melihat sejauh mana

pemahaman dan

keterampilan siswa.

 Siswa memilih cerita.

 Secara individu siswa bercerita di depan kelas.

 Setiap siswa diberi waktu kurang lebih 3 menit untuk bercerita.

 Siswa lain menilai kegiatan bercerita siswa yang sedang tampil pada lembar yang sudah disediakan oleh peneliti.

Tahap 6 Memberikan Penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

 Guru mengobservasi setiap kelompok yang dirancang.

 Guru memeriksa hasil kerja siswa secara individu dan kelompok.

 Guru memberikan penguatan dan merefleksi pembelajaran yang telah berlangsung.

 Siswa diberi kesempatan

bertanya atau

mengungkapkan pengalaman ketika mengikuti proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).

 Guru menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.

(11)

Tahap 1 (Menyampaikan Tujuan dan Memotivasi Siswa)

Tahap satu dilakukan pada kegiatan awal pembelajaran. Pada tahap ini untuk membuka pembelajaran dengan melakukan pengondisian terhadap siswa, penyampaian kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran, dan apersepsi.

Tahap 2 (Menyajikan Informasi)

Pada tahap ini guru memberikan materi pembelajaran yang harus dilakukan dan dipahami siswa baik secara individu maupun kelompok, yaitu guru melatih vokal, artikulasi, intonasi, dan gestur siswa dengan mengaktifkan gerakan tubuh dan melibatkan semua panca indera.

Tahap 3 (Mengorganisasikan Siswa ke dalam Kelompok-kelompok Belajar) Pada tahap ini siswa dibentuk kelompok kecil untuk berdiskusi dan menjalin keakraban dengan temannya.

Tahap 4 (Membimbing Kelompok Bekerja dan Belajar)

Pada tahap ini guru memberikan penjelasan tentang tugas apa yang harus dikerjakan siswa selama berkelompok maupun individu. Guru harus mengobservasi setiap kelompok untuk mengetahui apakah ada siswa yang belum mengerti mengenai tugas yang dikerjakannya.

Tahap 5 (Evaluasi)

Pada tahap ini siswa mengevaluasi kegiatan bercerita yang telah dilakukan secara keseluruhan baik individu maupun kelompok.

Tahap 6 (Memberikan Penghargaan)

Pada tahap ini guru menilai hasil kerja siswa baik secara individu maupun kelompok, kemudian memberi nilai tambah atau hadiah kepada beberapa siswa yang proses dan hasil belajarnya terjadi peningkatan.

5) Evaluasi

(12)

melalui observasi proses pembelajaran di kelas. Penilaian hasil pembelajaran dilakukan dengan cara menilai performa siswa dalam bercerita yang berkaitan dengan keruntutan pengungkapan, volume suara, pelafalan, intonasi, gestur, dan mimik dengan berpedoman pada aspek-aspek bercerita yang dikemukakan oleh Kosadi (1994).

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP digunakan sebagai rambu-rambu dalam kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. RPP ini dibuat dengan mengacu pada silabus SMP Kelas VII yang merupakan penjabaran dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Terdapat tiga tahapan dalam proses pelaksanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan guru dan siswa selama proses pembelajaran bercerita. Ketiga tahapan yang dimaksud adalah sebagai berikut.

1) Perencanaan

Pada tahap perencanaan, ada tiga tahap pembelajaran yang dilakukan yaitu sebagai berikut.

a) Penelaahan materi pembelajaran

Penelaahan materi pembelajaran perlu dilakukan agar guru benar-benar menguasai materi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran. Materi pembelajaran yang akan disampaikan meliputi:

 penjelasan secara singkat tentang pengertian cerita dan bercerita;

 pemaparan tentang bentuk-bentuk cerita secara umum;

 pemaparan tentang langkah-langkah bercerita;

 pemaparan tentang syarat-syarat bercerita yang baik;

 penjelasan tentang hal-hal yang harus diperhatikan dalam bercerita. b) Model pembelajaran

Setelah menelaah materi pembelajaran, selanjutnya menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran bercerita. Dalam penelitian ini penulis telah menentukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi siswa dalam bercerita. Model yang dimaksud adalah model kooperatif tipe bercerita berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik.

(13)

Guru menentukan media yang cocok dengan materi pembelajaran dan model yang digunakan. Media yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk media audio visual yaitu berupa video bercerita.

d) Penyusunan rancangan pembelajaran 2) Pelaksanaan

Kegiatan pembelajaran bercerita dengan model kooperatif tipe bercerita berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik dilakukan dengan mengacu pada RPP yang sebelumnya telah disusun. RPP yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Sekolah SMP Negeri 1 Cikoneng

Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas/Semester VII/1

Standar Kompetensi Mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui kegiatan bercerita.

Kompetensi Dasar Bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi, gestur, dan mimik yang tepat.

Indikator  Bercerita dengan memperhatikan keruntutan pengungkapan.

 Bercerita dengan memperhatikan kenyaringan volume suara.

 Bercerita dengan memperhatikan ketepatan pelafalan.

 Bercerita dengan memperhatikan ketepatan intonasi.

 Bercerita dengan memperhatikan ketepatan gestur.

 Bercerita dengan memperhatikan ketepatan mimik. Alokasi Waktu 2 × 40 menit (4 x Pertemuan)

a) Tujuan Pembelajaran

Setelah memahami konsep bercerita yang dijelaskan oleh guru dan mendiskusikannya secara berkelompok diharapkan siswa mampu bercerita dengan memperhatikan keruntutan pengungkapan, kenyaringan volume suara, ketepatan pelafalan, ketepatan intonasi, ketepatan gestur, dan ketepatan mimik.

b) Karakter Siswa yang Diharapkan

 Keaktifan

 Kesungguhan

 Partisipasi

(14)

 Percaya Diri

 Kerjasama

c) Materi Pembelajaran

 Pengertian cerita dan bercerita

 Jenis-jenis cerita

 Langkah-langkah bercerita

 Syarat-syarat bercerita yang baik

 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam bercerita d) Metode Pembelajaran

Model : Kooperatif

Teknik : Bercerita Berpasangan berbasis Kecerdasan Kinestetik Media : Video Becerita

e) Langkah-langkah Pembelajaran Kegiatan Awal (Apersepsi)

 Guru memberikan salam dan pertanyaan berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya.

 Guru menyampaikan kompetensi dasar, tujuan, dan manfaat yang akan diperoleh siswa dalam pembelajaran bercerita.

 Guru memberi memotivasi pada siswa secara komunikatif tentang manfaat mempelajari kegiatan bercerita.

 Guru bertanya kepada siswa mengenai cerita dan kegiatan bercerita.

 Siswa memberikan ulasan mengenai berbagai bentuk cerita yang telah diketahuinya.

 Guru mempersiapkan beberapa bentuk cerita untuk menstimulus pemikiran siswa.

 Guru dan siswa bediskusi mengenai pembelajaran bercerita. Kegiatan Inti

 Guru menyiapkan video bercerita.

(15)

 Siswa memperhatikan dan mencermati video bercerita yang ditayangkan guru.

 Siswa dibimbing guru untuk melakukan tanya jawab seputar video bercerita yang ditayangkan.

 Siswa dibimbing guru untuk berlatih tentang pelafalan dan intonasi dalam bercerita.

 Secara berkelompok siswa berlatih cara meniru berbagai suara, gestur, dan ekspresi atau mimik dengan memanfaatkan potensi gerak tubuh meraka.

 Guru mempersilakan siswa yang ingin menunjukkan hasil latihannya di depan kelas.

 Siswa lain diarahkan untuk memperhatikan.

 Guru membagi cerita yang akan diberikan kepada siswa menjadi dua bagian.

 Siswa membaca cerita yang diberikan guru sesuai dengan bagian masing-masing.

 Siswa mencatat dan mendaftar pokok cerita yang ada dalam bagian masing-masing.

 Siswa saling menukar pokok cerita dengan pasangan masing-masing.

 Sambil mengingat-ingat bagian yang dibaca masing-masing siswa berusaha mengarang bagian lain yang belum dibaca.

 Versi karangan masing-masing siswa tidak harus sama dengan bahan sebenarnya.

 Sebagai latihan, guru mempersilakan beberapa siswa untuk bercerita secara berkelompok di depan kelas.

 Kelompok lain mengamati kemudian mencatat kelebihan dan kekurangan kelompok yang sedang bercerita.

 Guru memulai evaluasi untuk melihat sejauh mana pemahaman dan keterampilan siswa.

 Secara individu siswa bercerita di depan kelas.

 Setiap siswa diberi waktu kurang lebih 3 menit untuk bercerita.

 Siswa lain menilai kegiatan bercerita siswa yang sedang tampil pada lembar yang sudah disediakan oleh peneliti.

(16)

Kegiatan Akhir

 Guru mengobservasi setiap kelompok yang dirancang.

 Guru memeriksa hasil kerja siswa secara individu dan kelompok.

 Guru memberikan penguatan dan merefleksi pembelajaran yang telah berlangsung.

 Siswa diberi kesempatan bertanya atau mengungkapkan pengalaman ketika mengikuti proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).

 Guru menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan berikutnya. 3) Evaluasi

Evaluasi terhadap pelaksanaan dan pencapaian model kooperatif tipe bercerita berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik harus dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal dan akhir siswa. Evaluasi tersebut mengacu pada instrumen tes bercerita.

c. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada guru bahasa Indonesia untuk memberikan gambaran mengenai proses pembelajaran dengan model kooperatif tipe bercerita berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik. Pertanyaan yang diajukan kepada guru adalah pertanyaan yang terkait dengan pelaksanaan model pembelajaran yang akan dilaksanakan, yaitu pengetahuan dan kesiapan melaksanakan model pembelajaran, manfaat model yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan bercerita. Pedoman wawancara yang dibuat adalah sebagai berikut.

1) Apakah bapak/ibu menganggap model kooperatif tipe bercerita berpasangan ini baik jika diterapkan dalam pembelajaran keterampilan bercerita?

2) Apakah bapak/ibu benar-benar memahami tahap-tahap pembelajaran model kooperatif tipe bercerita berpasangan?

3) Apakah bapak/ibu menemukan hambatan pada saat melaksanakan model kooperatif tipe bercerita berpasangan dalam keterampilan bercerita?

4) Apakah bapak/ibu merasa mendapatkan manfaat dari diterapkannya model kooperatif tipe bercerita berpasangan?

(17)

d. Observasi

Lembar observasi dalam penelitian adalah lembar observasi langkah-langkah pembelajaran model kooperatif tipe bercerita berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik. Adapun lembar observasi langkah-langkah pembelajaran adalah sebagai berkut.

Tabel 3.3. Observasi Proses Pembelajaran Bercerita dengan Model

Kooperatif tipe Bercerita Berpasangan Berbasis Kecerdasan Kinestetik

Sekolah : SMP Negeri 1 Cikoneng Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : VII/1

No. Kegiatan Pembelajaran Deskripsi

1. Menyampaikan Tujuan dan Memotivasi Siswa

a. Proses pembelajaran menanamkan secara langsung sikap percaya dan yakin pada siswa bahwa mereka dapat melaksanakan proses pembelajaran bercerita dengan baik.

b. Siswa mengetahui kompetensi dasar, tujuan, dan manfaat yang akan dicapai.

c. Proses pembelajaran menunjukkan motivasi kepada siswa.

d. Siswa memperoleh gambaran pengetahuan tentang berbagai bentuk cerita yang disampaikan oleh guru. e. Siswa memperoleh pokok bahasan dan

langkah-langkah pembelajaran yang dismpaikan oleh guru.

2. Menyajikan Informasi

a. Dalam proses pembelajaran, siswa mendapatkan pengalaman baru tentang kegiatan bercerita yang ditayangkan dari video.

3. Mengorganisasikan Siswa ke dalam

Kelompok-kelompok Belajar

a. Dalam proses pembelajaran, siswa membentuk kelompok secara berpasangan.

4. Membimbing Kelompok Bekerja dan Belajar

a. Siswa memperhatikan dan mencermati video bercerita yang ditayangkan guru.

b. Siswa dibimbing guru untuk melakukan tanya jawab seputar video bercerita yang ditayangkan.

(18)

d. Secara berkelompok siswa berlatih cara meniru berbagai suara, gestur, dan ekspresi atau mimik dengan memanfaatkan potensi gerak tubuh meraka. e. Proses pembelajaran menunjukkan keaktifan siswa,

serta minat dan perhatian yang tercermin dengan berani bercerita di depan kelas.

f. Dalam proses pembelajaran siswa harus saling menghargai ketika ada temannya yang sedang tampil bercerita.

j. Sambil mengingat-ingat bagian yang dibaca masing-masing siswa berusaha mengarang bagian lain yang belum diaca.

k. Versi karangan masing-masing siswa tidak harus sama dengan bahan sebenarnya.

l. Sebagai latihan, guru mempersilakan beberapa siswa untuk bercerita secara berkelompok di depan kelas. m. Kelompok lain mengamati kemudian mencatat

kelebihan dan kekurangan kelompok yang sedang bercerita.

5. Evaluasi

a. Secara individu siswa bercerita di depan kelas. b. Siswa memilih cerita yang disediakan guru.

c. Setiap siswa diberi waktu kurang lebih 3 menit untuk bercerita.

d. Siswa lain menilai kegiatan bercerita siswa yang sedang tampil pada lembar yang sudah disediakan oleh peneliti.

e. Dalam proses pembelajaran, penilaian dilaksanakan sesuai dengan tuntutan aspek kompetensi yang telah ditentukan.

6. Memberikan Penghargaan

a. Dalam proses pembelajaran penilaian dilakukan dengan objekif dan adil.

b. Dalam proses pembelajaran, guru memperlihatkan perhatian yang besar kepada siswa sehingga siswa merasa dikenal dan dihargai.

c. Siswa diberi kesempatan bertanya atau mengungkapkan pengalaman ketika mengikuti proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).

(19)

b. Angket

Angket yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan respon siswa mengenai pembelajaran bercerita dengan menggunakan model kooperatif tipe bercerita berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik. Adapun pernyataan dari angket tersebut adalah sebagai berikut.

1) Pembelajaran bercerita sangat penting.

2) Pembelajaran bercerita sangat bermanfaat bagi Saya. 3) Pembelajaran bercerita sangat menyenangkan.

4) Model kooperatif tipe bercerita berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik dapat membangkitkan motivasi dan rasa percaya diri dalam bercerita.

5) Model kooperatif tipe bercerita berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik yang digunakan guru membuat pembelajaran bercerita lebih menarik.

6) Langkah-langkah model kooperatif tipe bercerita berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik mempermudah Anda menguasai kemampuan bercerita. 7) Model kooperatif tipe bercerita berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik

dapat membantu Anda mengingat poin-poin penting dalam bercerita.

8) Model kooperatif tipe bercerita berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik dapat membuat Anda menghargai diri sendiri dan mengurangi perasaan malu, kaku, dan kurang percaya diri ketika bercerita.

9) Bekerja sama dengan orang lain dapat memperluas wawasan dan pengalaman.

10) Model kooperatif tipe bercerita berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik dapat menambah pengalaman kegiatan bercerita yang lebih baik.

2. Instrumen Tes

Instrumen tes merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data utama hasil tes kemampuan bercerita. Instrumen tes ini yaitu pedoman penilaian bercerita. Tes ini dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan untuk memperoleh data mengenai perbedaan kondisi awal dan kondisi akhir kemampuan siswa dalam bercerita. Berikut paparan pedoman penilaian kemampuan bercerita.

(20)

Komponen yang Dinilai Skala yang Dinilai Bobot Skor

1. Hubungan Isi dengan Topik 3

2. Struktur Isi Cerita 2

3. Pengembangan Isi Cerita 1

4. Kualitas Isi Cerita 1

Sumber: Hidayat, Kosadi dkk. (1994, hlm. 49) Tabel 3.5. Rubrik Penilaian Kemampuan Bercerita

No. Aspek yang

Dinilai Keterangan Skor

1. Pelafalan dan Intonasi

Sangat Baik, pelafalan sangat jelas tanpa adanya pengaruh bahasa daerah atau asing dan intonasi sangat tepat.

5

Baik, pelafalan jelas tanpa adanya pengaruh bahasa daerah dan intonasi mendekati sempurna atau mendekati sangat tepat.

4

Cukup, pelafalan cukup jelas tetapi adanya pengaruh bahasa daerah atau asing dan intonasi mendekati sempurna.

3

Kurang, pelafalan kurang jelas banyak terpengaruh bahasa daerah atau asing dan intonasi kurang tepat.

2

Sangat Kurang, pelafalan tidak jelas banyak terpengaruh bahasa daerah atau asing dan intonasi tidak tepat.

1

2. Pilihan Kata Sangat Baik, penggunaan kata-kata dan istilah sesuai dengan situasi, kondisi, dan status pendengar, terdapat variasi dalam pemilihan kata.

5

Baik, penggunaan kata-kata dan istilah sesuai dengan situasi, kondisi, dan status pendengar, kurang terdapat variasi dalam pemilihan kata.

4

(21)

sesuai dengan situasi, kondisi, dan status pendengar, tidak terdapat variasi dalam pemilihan kata.

Kurang, penggunaan kata-kata dan istilah kurang sesuai dengan situasi, kondisi, dan status pendengar, tidak terdapat variasi dalam pemilihan kata.

2

Sangat Kurang, penggunaan kata-kata dan istilah tidak sesuai dengan situasi, kondisi, dan status pendengar, tidak terdapat variasi dalam pemilihan kata

1

3. Struktur Bahasa

Sangat Baik, sangat cermat, tidak ada penyimpangan dari kaidah bahasa Indonesia yang berlaku.

5

Baik, pada umumnya sudah cermat, tidak ditemukan penyimpangan yang dapat dianggap merusak kaidah bahasa Indonesia.

4

Cukup, ada beberapa kesalahan atau penyimpangan, tetapi tidak terlalu merusak bahasa Indonesia.

3

Kurang, terdapat cukup banyak kesalahan yang dianggap merusak bahasa Indonesia.

2 Sangat Kurang, struktur bahasa Indonesia

kacau, mencerminkan ketidakpedulian.

serasi tetapi ada beberapa gangguan.

4 Cukup, gaya bahasanya cukup baik

meskipun masih ada beberapa hal yang kurang cocok.

3

Kurang, gaya bahasanya kurang cocok dengan isi cerita

2 Sangat Kurang, tidak menggunakan gaya

bahasa.

1 5. Hubungan Isi

dengan Topik

Sangat Baik, isi cerita sangat cocok dengan topik dan benar-benar mewakili topik.

5 umum masih cukup baik dan lumayan.

3

Kurang, lebih banyak ditemukan hal-hal yang tidak cocok sehingga ada kesan antara isi dengan topik kurang cocok.

2

Sangat Kurang, benar-benar dirasakan hampir tidak ada hubungan antara isi cerita dengan topik, banyak sekali penyimpangan

(22)

isi dari topik. 6. Struktur Isi

Cerita

Sangat Baik, bagian-bagian cerita tersusun sangat lengkap yaitu terdapat tahap perkenalan, tahap permasalahan, tahap puncak permasalahan, tahap pelarian dan tahap penyelesaian.

5

Baik, bagian-bagian cerita tersusun lengkap yaitu terdapat tahap perkenalan, tahap permasalahan, tahap pelarian dan tahap penyelesaian.

4

Cukup, bagian-bagian cerita tersusun cukup lengkap yaitu terdapat tahap perkenalan, tahap permasalahan, dan tahap penyelesaian.

3

Kurang, bagian-bagian cerita tidak tersusun lengkap hanya ada 2 tahap saja.

2 Sangat Kurang, bagian-bagian cerita tidak

teratur dan kacau.

1 7. Pengembangan

Ide cerita

Sangat Baik, pengembangan ide dalam bercerita sangat kreatif (terdapat latar tempat, waktu, dan penambahan dialog antar tokoh pada cerita).

5

Baik, pengembangan ide dalam bercerita kreatif (terdapat latar tempat, waktu, dan menambahkan dialog antar tokoh pada cerita).

4

Cukup, pengembangan ide dalam bercerita cukup kreatif (tidak terdapat latar tempat, waktu, namun menambahkan dialog antar tokoh pada cerita).

3

Kurang, pengembangan ide dalam bercerita kurang kreatif (terdapat latar tempat, waktu, namun tidak menambahkan dialog antar tokoh pada cerita).

2

Sangat Kurang, pengembangan ide dalam bercerita tidak kreatif (tidak terdapat latar tempat, waktu, dan tidak menambahkan dialog antar tokoh pada cerita).

1

8. Kualitas Isi Cerita

Sangat Baik, isi cerita sangat bermakna, mudah dipahami, dan alur terkonsep dengan jelas.

5

Baik, isi cerita bermakna, mudah dipahami, dan alur terkonsep dengan jelas tapi belum sampai tingkat istimewa.

4

Cukup, isi cerita cukup sesuai dan mudah dipahami alur terkonsep dengan cukup jelas.

3 Kurang, isi cerita kurang sesuai, mudah

dipahami tetapi alur cerita kurang terkonsep.

2 Sangat Kurang, isi cerita tidak sesuai, sulit

dipahami, alur tidak

(23)

terkonsep dengan sangat jelas. 9. Gestur dan

Mimik

Sangat Baik, gestur dan mimik tepat serta sangat serasi dengan isi cerita, tingkah laku wajar, tenang dan tidak grogi.

5

Baik, gestur dan mimik tepat serta sangat serasi dengan isi cerita, tingkah laku sesekali tidak wajar, tenang dan tidak grogi.

4

Cukup, gestur dan mimik cukup serasi dengan isi cerita, tingkah laku masih cukup wajar walaupun ditemukan beberapa kali tidak wajar, cukup tenang dan sedikit grogi.

3

Kurang, gestur dan mimik kurang tepat dengan isi cerita, kurang tenang dan grogi.

2 Sangat Kurang, gestur dan mimik tidak

ditampilkan sehingga mengurangi daya tarik bercerita, kurang tenang dan grogi.

1

10. Hubungan dengan Pendengar

Sangat Baik, seluruh perhatian pendengar benar-benar tertuju pada pencerita.

5

Baik, sedikit sekali pendengar yang kurang memperhatikan karena kurang tertarik mengikuti alur ceritanya.

4

Cukup, pendengar cukup tertarik tetapi tidak begitu antusias.

3 Kurang, pencerita kurang mampu menarik

perhatian pendengar.

2 Sangat Kurang, pencerita gagal menarik

perhatian pendengar. Kegiatan bercerita berlangsung seperti tanpa pendengar.

1

11. Volume Suara Sangat Baik, volume suara sangat jelas dan sangat cocok dengan kondisi, situasi, dan isi cerita.

masih banyak perlu penyesuaian.

3 Kurang, volume suara kurang jelas,

pencerita tidak tahu bagaimana harus mengatur suaranya.

2

Sangat Kurang, volume suara terlalu lemah dan tidak jelas sehingga sulit untuk mengikuti alur ceritanya karena tidak ada penyesuaian suara.

gangguan yang tidak berarti.

(24)

Cukup, bercerita cukup lancar walaupun ada gangguan.

3

Kurang, bercerita kurang lancar dan agak sering

berhenti.

2 Sangat Kurang, bercerita tidak lancar

banyak diam dan gugup.

1

Sumber: Hidayat, Kosadi dkk. (1994, hlm. 51-54) dengan dimodifikasi seperlunya

F. Prosedur Penelitian

1. Tahap perencanaan:

a. studi pendahuluan dengan melakukan wawancara pada guru bahasa Indonesia untuk memperoleh informasi tentang pelaksanaan pembelajaran bercerita, hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pembelajaran bercerita serta cara mengatasinya;

b. melakukan pengkajian literatur dan survei kepustakaan yang relevan dengan masalah penelitian berupa kemampuan bercerita. Langkah ini dilakukan untuk memahami dengan benar secara teoretis tentang masalah penelitian tersebut dan untuk memutuskan metode yang dirasa tepat;

c. membuat rencana penelitian yang didalamnya mencakup: 1) mengidentifikasi dan menentukan variabel yang relevan; 2) memilih rancangan penelitian yang tepat;

3) menentukan populasi dan sampel;

4) membuat instrumen dan memvalidasi instrumen;

5) mengidentifikasi prosedur pengumpulan data, pengolahan data, dan menentukan hipotesis.

2. Tahap pelaksanaan:

a. melakukan prates baik di kelas kontrol maupun eksperimen untuk melihat kemampuan siswa dalam bercerita. Melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe bercerita berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik;

(25)

tipe bercerita berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik dengan kelas kontrol yang menggunakan model terlangsung.

3. Tahap akhir:

a. mengolah data hasil penelitian;

b. menganalisis data dan membahas semua temuan yang didapat dari penelitian; c. menginterpretasikan hasil dan merumuskan kesimpulan.

Masalah

Identifikasi Masalah

Kajian Teori Model Kooperatif tipe Bercerita Berpasangan,

Kecerdasan Kinestetik, Berbicara, Bercerita Penelitian Terdahulu

Studi Lapangan, Wawancara, Observasi,

Angket

Model Kooperatif tipe Bercerita Berpasangan berbasis Kecerdasan Kinestetik

Model Pembelajaran Terlangsung

Penyususnan Instrumen Penelitian

Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian

Validasi Instrumen Penelitian

(26)

Bagan 3.1. Prosedur Penelitian

G. Analisis Data Penelitian

Pengolahan data dilakukan dengan cara menghitung dengan menggunakan statistik, seperti uji persyaratan data dan uji hipotesis. Setelah hasil statistik didapat selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan untuk ditafsirkan maknanya. Data kuantitatif dalam penelitian ini diolah dengan bantuan program software SPSS.16. Berikut ini merupakan langkah-langkah pengolahan data dalam penelitian.

1. Hasil tulisan siswa yang telah dinilai, dicari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai terendah (minimum), dan nilai tertinggi (maximum) setelah itu dideskripsikan.

2. Melakukan uji persyaratan data yang mencakup uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji normalitas data ini bertujuan untuk menguji apakah data yang diuji itu berdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan uji distribusi Kolmogorov-Simirnov atau Saphiro Wilk, untuk dapat uji komparatif (uji-t) maka data harus normal. Jika terdapat data yang tidak berdistribusi normal maka pengujian dengan uji-t tidak dapat dilakukan. Hipotesis pengujian uji normalitas adalah sebagai berikut.

H0: angka signifikan (sig) < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal. H1: angka signifikan (sig) > 0,05 maka data berdistribusi normal. Rumus Uji Normalitas Saphiro Wilk adalah sebagai berikut. W = (∑ �� ��

�= )

∑��= ��−�̅

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Analisis Data, Interpretasi, dan

(27)

Keterangan: n = jumlah sampel

�� = statistik tatanan x(1), x(2), ...x(n)

ai = konstanta yang dibangkitkan dari mean, variance, dan covariance sampel statistik tatanan sebesar n dari tabel distribusi normal.

b. Santoso (2003, hlm. 47) mengemukakan bahwa uji homogenitas pada dasarnya untuk menguji apakah sebuah grup (kategori data) mempunyai varian yang sama diantara grup tersebut. Tingkat homogenitas dapat diketahui dengan membandingkan angka signifikan (sig) lebih besar dari � (0,05) maka H0 ditolak, sebaliknya jika angka signifikan (sig) lebih kecil dari � (0,05) maka H0 diterima. Hipotesis pengujian uji homogenitas adalah sebagai berikut.

H0: sig > 0,05 maka kedua varian tidak homogen. H1: sig < 0,05 maka kedua varian homogen. Rumus Uji Homogenitas adalah sebagai berikut. SX2 = √�.∑ � − ∑ �

� �−

c. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas data, selanjutnya dipilih alat analisis yang tepat untuk menguji pengaruh model kooperatif tipe bercerita berpasangan berbasis kecerdasan kinestetik terhadap kemampuan bercerita sesuai dengan kesimpulan hasil uji normalitas. Apabila data tidak berdistribusi normal, statistik yang digunakan adalah Mann-Whitney test (uji nonparametrik), dan apabila data berdistribusi normal maka statistik yang digunakan uji-t dua sampel independen (uji parametrik). Adapun hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut.

H0: sig > 0,05 maka perbedaan kedua data tidak signifikan. H1: sig < 0,05 maka perbedaan kedua data signifikan. Rumus Uji Mann-Whitney adalah sebagai berikut. U1 = n1h2 + � � + - ∑ �

(28)

Keterangan:

U1 = Statistik uji U1 U2 = Statistik uji U2 R1 = jumlah rank sampel 1 R2 = jumlah rank sampel 2 n1 = banyaknya anggota sampel 1 n2 = banyaknya anggota sampel 2

Rumus Uji T-Test adalah sebagai berikut. t = �̅− �

� / √�

Keterangan: t : t hitung

�̅ : rata-rata sampel

� : rata-rata spesifik / rata-rata tertentu � : standar deviasi sampel

Gambar

Gambar 3.1. Pola Eksperimen Tes Awal dan Tes Akhir
Tabel 3.2. Sintak Model Kooperatif Tipe Bercerita Berpasangan berbasis
Tabel 3.3. Observasi Proses Pembelajaran Bercerita dengan Model
Tabel 3.5. Rubrik Penilaian Kemampuan Bercerita

Referensi

Dokumen terkait

Algoritma backtracking dapat diterapkan dalam game word search puzzle, sehingga pemain dapat dengan mudah menemukan kata yang dicari pada luar matriks,

Secara umum langkah analisis dengan pendekatan model ekonometrika untuk data time series yang dilakukan dalam penelitian ini mengikuti pola seperti pada Gambar 9.. Gambar 9

Terhadap usulan pemberian fasilitas Pajak Penghasilan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2015 tentang Fasilitas dan Kemudahan di Kawasan Ekonomi Khusus

20 Urusan Wajib Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Organisasi : 1. 01

dihilangkan yang penyajian menyimpang jauh dari pedoman yang dikeluarkan oleh dewan tersebut, dan auditor tidak dapat melengkapi prosedur audit yang berkaitan

Peningkatan pertumbuhan dan kandungan reserpin Rauvolfia verticillata dapat dilakukan secara in vitro dengan cara memanipulasi media tumbuh yaitu dengan penambahan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan monotes rapid test HIV didapat- kan hasil bahwa remaja dengan memiliki latar belakang pondok pesantren di Surabaya

Hal ini terdapat ketidaksesuaian pada teori yang seharusnya tegangan permukaan menurun seiring dengan menurunnya konsentrasi karena solute yang penambahnnya ke