1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang penting dan
potensial, selain sumber penerimaan lainnnya yaitu penerimaan migas maupun
penerimaan bukan pajak.Dengan jumlah penduduk yang begitu besar dan wilayah yang
begitu luas, maka Indonesia memiliki sumber-sumber penerimaan pajak yang sangat
banyak.Penerimaan dari sektor pajak ini selanjutnya dimanfaatkan oleh pemerintah
untuk membangun sarana dan prasarana kepentingan umum.
Dengan kata lain, pendapatan Negara dari sektor pajak ini merupakan “motor
penggerak” kehidupan ekonomi masyarakat yang merupakan sarana nyata bagi
pemerintah untuk mampu menyediakan berbagai sarana dan prasarana kepentingan
umum.Pajak telah dianggap sebagai salah satu kewajiban dalam bernegara yaitu sebagai
sarana untuk ikut serta berpartisipasi dalam membantu pelaksanaan tugas kenegaraan
yang ditangani oleh pemerintah.
Dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
disebutkan bahwa Pemerintah Daerah memiliki sumber Pendapatan Asli Daerah, berasal
dari Pajak Daerah, hasil Retribusi Daerah, dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
yang dipisahkan dan Pendapatan Daerah lain-lain yang sah. Undang-Undang Nomor
2004 juga menjelaskan tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan
Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Pendapatan Asli Daerah yang antara lain
2
pembiayaan penyelenggaraan Pemerintah dan Pembangunan Daerah, untuk
meningkatkan dan meratakan kesejahteraan masyarakat.
Menurut Setiawan dan Musri ( 2006:349). Pajak daerah, yang selanjutnya
disebut pajak, adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang probadi atau badan kepada
daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipakasakan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
Tujuan pembangunan bangsa Indonesia adalah untuk mencapai masyarakat yang
adil, makmur dan merata baik secara spritual maupun material. Untuk mewujudkan
suatu pembangunan yang dicita-citakan, diperlukan sarana dan prasaran yang dapat
berupa sumber daya manusia, pengetahuan dan teknologi, situasi politik yang
mendukung dan dana yang memadai salah satu contoh penerimaan daerah. Salah satu
contoh penerimaan pemerintah berasal dari dalam negeri yang sangat penting dan
potensial untuk membiayai pembangunan nasional adalah dari sektor pajak.
Berdasarkan Ketentuan Pasal 2 UU Nomor 34 Tahun 2000, beberapa jenis pajak
daerah itu diserahkan masing-masing baik kepada daerah provinsi maupun daerah
kabupaten/kota. Adapun kepada daerah kabupaten/kota sumber pendapatan daerah dari
sector pajak daerah ini meliputi : Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak
Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Bumi dan Bangunan, Pajak Pengambil Bahan
Galian Golongan C dan Pajak Parkir.
Salah satu pajak daerah yang potensinya semakin berkembang seiring dengan
semakin diperhatikannya komponen sektor jasa dan pariwisata dalam kebijakan
pembangunan sehingga dapat menunjang berkembangnya bisnis rekreasi (pariwisata)
3
yang berkaitan dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Menurut Setiawan dan musri
(2006:351) Pajak hotel adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat
menginap/istirahat, memperoleh pelayanan, dan/atau fasilitas lainnya dengan dipungut
bayaran, termasuk bangunan lainnya yang menyatu, dikelola, dan dimliki oleh pihak
yang sama, kecuali untuk pertokoan dan perkantoran.
Pada prinsipnya sistem perpajakan di Indonesia menggunakan sistem
pemungutan Self Assessement System.Dalam sistem ini wajib pajak diberikan
kepercayaan untuk menghitung, membayar dan melaporkan kewajiban perpajakannya
sendiri.Namun mengingat jumlah objek pajak dan beragamnya tingkat pendidikan dan
pengetahuan wajib pajak terutama di pedesaan, maka wajib pajak belum sepenuhnya
melaksanakan kewajiban untuk mendaftarkan dan melaporkan pajaknya dengan
baik.Oleh karena itu untuk memberikan pelayanan yang lebih baik dilakukan pendataan
objek pajak dan subjek pajak hotel.
Untuk mengoptimalkan penerimaan Pajak Daerah, maka Dinas Pendapatan
Daerah (DISPENDA) Kota Medan senantiasa melakukan kegiatan intensifikasi dan
ekstensifikasi pemungutan pajak melalui kegiatan pengawasan yang dilakukan Dinas
Pendapatan Daerah setiap 3 bulan sekali terhadap wajib pajak. Menurut Mardiasmo
(2004:213) Pengawasan adalah mengacu pada tindakan atau kegiatan yang dilakukan
oleh puhak luar( yaitu masyarakat dan DPRD ) utnuk mengawasi kinerja pemerintah.
Mengingat pentingnya pajak hotel untuk kelangsungan dan kelancaran
pembangunan, maka perlu penanganan dan pengelolaan yang lebih intensif.Penanganan
dan pengelolaan tersebut diharapkan mampu menuju administrasi yang lebih tertib dan
mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembiayaan pembangunan.Untuk
4
prosedur dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh satu instansi pemerintahan untuk
membantu memastikan bahwa transaksi-transaksi telah diperiksa dan dicatat secara
layak.Melalui pengawasan ini terciptanya suatu aktivitas yang berkaitan erat dengan
penentu atau evaluasi mengenai sejauh mana pelaksanaan kerja pegawai sudah
dilaksanakan, dan juga sejauh mana kebijakan pimpinan dijalankan dan sampai sejauh
mana permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja dan pengawasan tersebut.
Dalam penelitian ini peneliti mengambil salah satu pajak daerah yaitu pajak
hotel, berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
dilihat dari Perkembangan Realisasi dan Target Pajak Hotel Tahun 2010 s/d Tahun
2014. Kriteria Pengujian :
1. Diatas 100% = Sangat Efektif
2. 90,1% - 100% = Efektif
3. 80,1% - 90% = Cukup Efektif
4. 60,1% - 80% = Kurang Efektif
5. <60% = Tidak Efektif
Table 1.1
Realisasi dan Target Pajak Hotel Kota Medan Tahun 2010-2014 Tahun
Anggaran
Target Pajak Hotel (a)
(Rp)
Realisasi Pajak Hotel (b)
(Rp)
Efektif ( �
�x 100%)%
Keterangan
2010 46.427.842.000,00 41.803.881.972,36 90,04 Efektif
2011 66.903.789.500,00 58.245.232.239,69 87,06 Cukup efektif
2012 81.000.000.000,00 64.862.031.019,68 80,08 Kurang efektif
2013 81.000.000.000,00 76.944.413.767,08 94,99 Efektif
5
Dari tabel 1.1 di atas dapat dilihat bahwa Pendapatan Asli Daerah dari sektor
Pajak Hotel pada tahun anggaran 2010 memiliki persentase sebesar 90,04%, persentase
ini sudah bisa di katakan efektif, sedangkan pada tahun anggaran 2011 memili
persentase sebesar 87,06%, pesentase ini belum tercapai target. Maka dari tahun 2010
ke 2011 mengalami penurunan sebesar 2,98% dan kemudian mengalami penurunan
lagi di tahun berikutnya yaitu tahun anggaran 2012 sebesar 80,08% persentase ini
disebut dengan kurang efektif. Pendapatan Asli Daerah Pajak Hotel tahun anggaran
2013 memiliki persentase sebesar 94,99% , prsentase ini mengalami kenaikan dari
tahun sebelumnya dengan selisih kenaikan sebesar 14,01%, persentase pada tahun ini
dikatakan efektif. Sedangkan pada tahun anggaran 2014 persentase mengalami kenaikan
yang menakjubkan yaitu sebesar 100,68%.
Berdasarkan keterangan tabel di atas penulis tertarik untuk mmengamati
masalah-masalah yang berkenaan dengan efektifitas pengawasan penerimaan pajak hotel dengan
judul “ Efektifitas Pengawasan Pajak Hotel Dalam Penerimaan Pajak Daerah
Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan “
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang diatas, maka perumusan masalah yang akan diteliti
dalam penelitian ini yaitu :“ Bagaimana efektifitas pengawasan pajak hotel
terhadap peningkatan pendapatan daerah kota Medan ? “.
1.3TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui Efektifitas pengawasan pajak hotel dalam peningkatan
6
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat dilakukannya penelitian ini yaitu :
1. Bagi Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan Sebagai salah satu
masukan bagi pemerintah daerah tentang efektifitas pengawasan pajak hotel
dalam peningkatan penerimaan pajak daerah kota Medan.
2. Bagi penulis sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan di Universitas
Sumatera Utara Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Diploma III
Manajemen Keuangan dan juga dapat memberikan pengalaman praktis dan
pemebelajaran dalam memahami dan menetapkan teori yang telah diterima
dalam bidang Manajemen keuangan.
3. Bagi pembaca sebagai masukan dan pertimbangan yang bermanfaat sebagai
referensi bagi rekan-rekan mahasiswa dalam membuat paper yang berkaitan