1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanah sebagai media tumbuh tanaman mempunyai fungsi menyediakan
air, udara dan unsur-unsur hara untuk pertumbuhan tanaman, namun demikian kemampuan tanah menyediakan unsur hara sangat terbatas. Hal ini terbukti dengan pemakaian tanah yang terus menerus secara intensif tanpa penambahan
unsur hara mengakibatkan merosotnya produktivitas tanah, menurunnya hasil panenan dan rusaknya sifat fisik, kimiawi dan biologi tanah (kesuburan tanah).
Dengan usaha pertanian yang dilakukan manusia terjadi kehilangan unsur-unsur hara dari dalam tanah dalam bentuk penghanyutan hara (erosi) dan pencucian unsur-unsur hara. Kehilangan unsur hara dari tanah bersama
bagian-bagian tanaman yang dipanen oleh manusia juga sedikit. Hal-hal tersebut di atas mendorong manusia berfikir dan berusaha untuk melestarikan kesuburan tanahnya
supaya hasil panenan tidak terus menerus merosot. Salah satu dari usaha manusia untuk melestarikan kesuburan tanah ialah dengan penambahan bahan pupuk yang dikenal dengan istilah pemupukan. Pemupukan merupakan cara-cara atau metode
serta usaha-usaha yang dilakukan dalam pemberian pupuk atau unsur hara ke tanah atau tanaman yang sesuai yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman
yang normal (Damanik, dkk., 2010).
Pemupukan dibutuhkan oleh tanaman untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara, baik unsur hara makro maupun mikro. Penggunaan pupuk sudah lazim
dikenal oleh masyarakat umum terutama petani untuk perkembangan dan produktivitas tanaman dan hingga kini jenis pupuk yang beredar di pasaran sudah
2
aneka merek, sehingga sebagai patokan dalam membeli pupuk adalah dengan
melihat unsur yang dikandungnya.
Menurut Lingga dan Marsono (2001), pupuk dapat dibagi menjadi dua
berdasarkan asalnya, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Keanekaragaman pupuk anorganik sangat menguntungkan petani jika dipahami aturan pakainya, sifat-sifatnya dan manfaatnya. Keuntungan dari pupuk anorganik sehingga tetap
diminati orang sampai sekarang yaitu pemberiannya dapat terukur dengan tepat, kebutuhan tanaman akan hara dapat dipenuhi, tersedia dalam jumlah yang cukup,
dan mudah diangkut karena jumlahnya yang relatif sedikit jika dibandingkan dengan pupuk organik. Namun, pemakaian pupuk anorganik secara terus menerus dapat merusak tanah bila tidak diimbangi dengan pupuk kandang atau kompos.
Menurut Sutejo (2002), pupuk organik atau pupuk alami merupakan hasil-hasil akhir dari perubahan atau peruraian bagian-bagian atau sisa-sisa (seresah) tanaman dan binatang, misalnya pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, bungkil,
guano, tepung tulang, dan sebagainya. Pupuk organis berfungsi untuk menggemburkan lapisan tanah permukaan (top soil), meningkatkan populasi jasad
renik, mempertinggi daya serap, dan daya simpan air, yang keseluruhannya dapat meningkatkan kesuburan tanah.
Menurut Lingga dan Marsono (2001), kompos merupakan hasil dari
pelapukan bahan-bahan berupa dedaunan, jerami, alang-alang, rumput, kotoran hewan, sampah kota, dan sebagainya. Selain menjadi pupuk organik maka
kompos juga dapat memperbaiki struktur tanah, memperbesar daya ikat tanah berpasir, memperbesar kemampuan tanah dalam menyerap air dan menahan air
3
Pada penelitian ini, pembuatan kompos menggunakan limbah organik
yaitu limbah pelepah kelapa sawit. Hal ini dikarenakan pelepah kelapa sawit yang apabila setelah panen hanya dibiarkan di lahan dan banyak perkebunan rakyat,
perkebunan pemerintah, maupun perkebunan swasta tidak melakukan pengolahan lebih lanjut terhadap pelepah tersebut, yang akhirnya menumpuk menjadi limbah yang manfaatnya kurang dioptimalkan.
Pengomposan dalam penelitian mempergunakan mikroorganisme lokal (MOL) buah sebagai dekomposer untuk mengetahui pengaruh MOL terhadap
mutu kompos yang dihasilkan. Melalui pengomposan dari limbah pelepah kelapa sawit diharapkan dapat meningkatkan mutu produk kompos sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik dan memberikan nilai ekonomis.
Penelitian dengan metode ini sebelumnya telah pernah dilakukan di Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Samarinda oleh Nurul Puspita Palupi pada tahun 2015 untuk mengetahui mutu kompos tandan kosong kelapa sawit
dengan pemberian beberapa MOL dan memperoleh MOL yang memberikan hasil terbaik terhadap mutu kompos tandan kosong kelapa sawit. Menurut Palupi
(2015), kualitas kompos tandan kosong kelapa sawit dengan pemberian MOL asal limbah sayuran lebih baik daripada kontrol dalam parameter pH, N total, P total, dan K total.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemberian dekomposer
4
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan penulis untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan di program studi Keteknikan Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
2. Sebagai informasi pendukung bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pupuk kompos.
3. Sebagai informasi bagi masyarakat dalam pembuatan kompos.
Hipotesis Penelitian
Adanya pengaruh pemberian dekomposer terhadap mutu kompos yang dihasilkan.
Batasan Penelitian