BAB III
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian merupakan suatu langkah yang akan dilakukan dalam
pengumpulan data dan informasi empiris untuk memecahkan permasalahan dan
menguji hipotesis penelitian. Penelitian Berasal dari Bahasa Inggris yaitu “Research”
atau riset adalah suatu pengumpulan data.pengolahan, penyajian, dan analisa data
yang dilakukan dengan metode ilmiah secara efesien dan sistematis dan hasilnya
berguna untuk mengetahui sesuatu keadaan dalam suaha pengembangan ilmu dan
pengetahuan untuk membuat keputusan dalam pemecahan masalah.(J.Supranto,1986)
3.1Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian evaluasi yang berfungsi untuk
menjelaskan fenomena dalam sutu kejadian yang akan dijelaskan secara deskriptif
dengan metode kualitatif. Menurut Nawawi dan Martini (1994), metode deskriptif
adalah metode yang melukiskan suatu keadaan objektif atau peristiwa tertentu
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana mestinya yang kemudian
diiringi dengan upaya pengambilan kesimpulan umum berdasarkan fakta-fakta
historis tersebut.
3.2Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada masyarakat yang menggunakan proyek bantuan dari
Kecamatan Sei Dadap Kabupaten Asahan.Waktu Penelitian ini dilakukan pada
bulan Februari 2017.
3.3Batasan Operasional
Dalam Penelitian ini, batasan masalah yang akan diteliti mencakup tentang
tingkat partisipasi masyarakat pada 3 tahapan pembangunan yaitu perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan dalam pembangunan di Kecamatan Sei Dadap dan
hubungan sosial ekonomi masyarakat(jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan,
penghasilan) terhadap tahapan partisipasi masyarakat.
3.4Defenisi Operasional
Variabel dalam penelitian ini yaitu partisipasi masyarakat dan variabel sosial
ekonomi masyarakat pada pembangunan di Kecamatan Sei Dadap Kabupaten
Asahan. Variabel partisipasi masyarakat dalam penelitian ini menggunakan
indikator pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan sebagai berikut:
1. Perencanaan, berupa keikutsertaan masyarakat Sei Dadap Kabupaten
Asahan dalam merencanakan pemangunan,seperti keaktifan dalam
mengikuti pertemuan, menyampaikan saran atau usulan dalam keterlibatan
dalam pengambilan keputusan.
2. Pelaksanaan, berupa keikutsertaan masyarakat Sei Dadap Kabupaten
Asahan dalam memberikan kontibusi guna menunjang pelaksanaan
3. Pengawasan, berupa kegiatan untuk melihat kesesuaian prasarana dengan
yang telah direncanakan,serta mengoreksi penyimpangan-penyimpangan
yang terjadi selama proses pembangunan di Desa Sei Dadap Kabupaten
Asahan.
4. Sosial Ekonomi Masyarakat, terdiri dari jenis kelamin,usia,pendidikan,dan
penghasilan masyarakat Sei Dadap Kabupaten Asahan.
3.5Populasi Dan Sampel 3.5.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sugiyono
(2008:115) .
Pemangunan yang dilakukan menggunakan Keungan Dana Desa Berupa
dranase,jembatan dan pembangunan di kecamatan sei dadap. Maka populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh rumah tangga yang telah mengunakan
proyek pembangunan melalui keuangan dana pedesaan di kecamatan sei
Dadap Kab.Asahan. Berikut jumlah rumah tangga dari tiap-tiap desa di
Tabel 3.5
Jumlah Rumah Tangga di Kecamatan Sei Dadap
No Desa Jumlah Rumah Tangga
1 Tanjung Alam 1.232
2 Perk.Sei Dadap ¾ 457
3 Bahung Sibatu-batu 803
4 Sei Halim Hassak 1.448
5 Perk. Sei Dadap ½ 461
6 Sei Kamah 2 712
7 Sei Kamah 1 523
8 Tanjung Asri 348
9 Sei Kamah Baru 822
10 Pasiran 468
Jumlah 7.274
Sumber : BPS Asahan
Daritabel 3.5 dapat dilihat bahwa dari Setiap Desa mempunyai jumlah rumah tangga
masing-masing sehingga didapatkan jumlah populasi sebesar 7.274 rumah tangga.
3.5.2 Sampel
Menurut Sugiyono(2008:116),sampel merupakan bagian dari jumlah dan
Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive Sampling. Metode ini dilakukan dengan mengambil orang-orang yang terpilih betul oleh peneliti menurut cirri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sampel
itu.(Nasution,2006).
Dalam penelitian ini, kriteria masyarakat yang dapat dijadikan responden
adalah masyarakat yang terdaftar sebagai penduduk kecamatan Sei Dadap.untuk
mengetahui jumlah sampel, teknik yang pertama digunakan adalah menggunakan
rumus Slovin ( Husein,2008 ) yaitu :
� = �
� (�)2+ 1
dimana:
n = jumlah responden
N = ukuran populasi
d = persentase kelonggaran karena ketidaktelitian dan kesalahan dalam
pengambilan sampel 10%
Dengan menggunakan rumus slovin tersebut maka diperoleh :
�= �
� (�)2+ 1
� =7.274 73,74
� = 99 �����
Dari perhitungan diatas, sampel yang akan diambil sebanyak 99 responden.
Setelah jumlah responden diketahui, pengambilan responden akan dibagi-bagi
berdasarkan jumlah masyarakat masing-masing kelurahan yang ada di Kecamatan
Sei Dadap. Untuk menentukan jumlah responden,peneliti terlebih dahulu
mengelompokkan jumlah masyarakat berdasarkan desa masing-masing.
Peneliti menggunakan rumus pengambilan jumlah responden yang kedua yaitu
Probability Sampling dengan menggunakan rumus Proportionate Stratified Random Sampling (sujarweni,2014) yaitu :
n = ����� ℎ��������� ������ ���������
�������� ��������� ×�����ℎ���������
dimana :
Tabel 3.6
Daftar Desa Kecamatan Sei Dadap
Desa Jumlah Rumah Tangga Responden
Tanjung Alam 1.232 ����
����x 99 = 17
Perk.Sei Dadap ¾ 457 ���
����x 99 = 6
Bahung Sibatu-batu 803 ���
����x 99 = 11
Sumber : BPS Asahan, diolah
Berdasarkan tabel 3.6, penelitiakan mengambil responden di Desa tanjung alam
sebanyak 17 responden,perk.sei dadap ¾ sebanyak 6 responden,bahung sibatu-batu
sebanyak 11 responden,sei halim hassak sebanyak 20 responden,perk.sei dadap ½
responden,Tanjung asri sebanyak 5 responden,Sei kamah baru sebanyak 11
responden dan Pasiran sebanyak 6 responden.
3.6Jenis Penelitian dan Analisis Pengumpulan Data 3.6.1 Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau
perseorangan seperti hasil wawancara/kuesioner yang dilakukan peneliti
(Husein,2008). Dalam penelitian ini,data primer diperoleh dengan cara
memberikan kuesioner kepada masyarakat Kecamatan Sei Dadap yang diambil
sebagai responden sebanyak 99 orang.
2. Data Sekunder
datasekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik
oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain misal dalam bentuk
tabel-tabel atau digram-diagram ( Husein,2008). Penelitian ini menggunakan data
sekunder yang di peroleh dari Badan Pusat Statistik,jurnal-jurnal penelitian
terdahulu,data kantor camat sei dadap,buku-buku pendukung dan penelusuran
3.6.2 Metode Pengumpulan Data
Metode dalam pengumpulan data yang digunkan penulis dalam penelitian
ini adalah dengan menggunakan beberapa metode, antara lain :
1. Studi Lapangan
Studi Lapangan adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh
secara langsung oleh peneliti yang datang langsung ke lapangan
terhadap objek yang diteliti dengan mempergunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut :
. Kuesiner
Menurut sugiyono (2008:119), kuesioner adalah suatu teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
efesien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan
tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner
juga cocok digunakan bila responden yang cukup besar dan tersebar di
wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan
tertutup atau terbuka,dapat diberikan kepada responden secara
langsung atau internet.
Penulis menggunakan kuesioner untuk memperoleh data yaitu
responden di desa tanjung alam, 6 responden di desa perk. sei dadap
¾, 11 responden di desa bahung sibatu-batu, 20 responden di desa sei
halim hassak, 6 responden di desa perk. sei dadap ½, 10 responden di
desa sei kamah 2, 7 responden di desa sei kamah 1, 5 responden di
desa tanjung asri, 11 responden di desa sei kamah baru dan 6
responden di desa pasiran.
. Wawancara (interview)
Menurut Sugiono (2008:194), wawancara adalah teknik pengumpulan
data, apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti
ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan
jumlah respondennya sedikit/kecil.
penulis menggunakan metode ini untuk pengumpulan data dan
informasi yang langsung penulis amati terhadap penelitian, yang
terkait dengan pembangunan yang di biayai oleh keuangan dana desa
di kecamatan sei dadap kabupaten asahan.
2. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan
mengamati,membaca,dan menulis data-data dari literatur yang
menggali dasar-dasar teori yang terkait dengan konsep partisipasi
masyarakat desa dalam pembbangunan yang dibiayai oleh keuangan
dana desa di kecamatan sei dadap kabupaten asahan.
3.7 Teknis Analisis Data
Menurut Sujarweni (2014),analisis data diartikan sebagai upaya data yang sudah
tersedia kemudian diolah dengan statistic sehingga dapat digunakan untuk
menjawab rumusan masalah dalam penelitian. Teknik analisis deskriptif dapat
diartikan sebagai teknik analisis yang dipakai untuk menganalisis data dengan
mendeskripsikan data-data yang sudah dikumpulkan kemudian disajikan dalam
bentuk tabel,grafik,persentase,frekuensi ataupun diagram. Adapun cara yang akan
digunakan untuk menjawab rumusan masalah :
1. masalah pertama,tingkat partisipasi masyarakat(perencanaan,pelaksanaan,dan
pengawasan)dalam pembangunan yang dibiayai oleh keuangan Dana Desa di
kecamatan Sei Dadap Kabupaten Asahan. Pada tahap ini akan dilakukan
dengan teknik deskriptif kualitatif berdasarkan data dari masyarakat. Dengan
menggunakan tabel distribusi frekuensi,maka dapat diketahui persentase
tingkat partisipasi masyarakat.
2. masalah kedua,hubungan kondisi sosial ekonomi masyarakat(jenis
pada tahap perencanaan,pelaksaan,pengawasan pembangunan di Kecamatan
Sei Dadap.
Untuk mengetahui hubugan ini,dapat dilakukan dengan menggunakan model
tabulsi silang. tabulasi silang adalah prosedur yang digunakan untuk mengetahui
kombinasi nilai-nilai yang bebeda dari dua variabel atau lebih dengan menghitung
harga-harga statistik beserta ujinya. Data dari tiap varibel dikelompokkan dalam
beberapa kategori,dimana dari setiap kategori tersebut diberi skor untuk
mempermudah perhitungan. Kemudian variabel-variabel yang akan diidentifikasi
hubugannya disusun dalam baris dan kolom. Selanjutya dilakukan perhitungan
koefesien kontingensi (contingency coefficient)yaitu koefesien yang digunakan
untuk melihat ada atau tidak,kuat atau lemahnya hubungan antara dua variabel.
Metode tabulasi silang yang akan mentabulasikan beberapa variabel yag
berbeda ke dalam suatu matriks,hasil tabulasi silang disajikan dalam bentuk suatu
tabel dengan variabel-variabel yang terusun sebagai kolom dan baris tabel
tersebut. Untuk mengamati dan menganalisa variabel-variabel tersebut dipakai
dengan tabel dua dimensi yang merupakan cara termudah. Selanjutnya dicari nilai
�
2=
∑
(0−E)² EDimana :
X² = Nilai Chi kuadrat
O = Frekuensi yang di observasi
E = Frekuensi yang diharapkan
Selanjutnya nilai Chi Square akan dibandingkan dengan nilai t tabel. Nilai t
tabel yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah nilai t tabel dengan df – 2,
pada tingkat kepercayaan 95% = 5,991. Adapun ketentuan/kriteria dalam
pembuktian adanya hubunan kondisi sosial ekonomi (jenis kelamin, usia,
pedidikan dan penghasilan) terhadap partisipasi masyarakat(tahap
perencanaan,pelaksanaan,dan pengawasan). Adalah jika X² hitung < X² tabel
maka (df k-1 x k-1) = 2, H0 diterima,dan jika X² hitung > X² tabel (df k-1 x k-1)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Umum Kecamatan Sei Dadap
Kecamatan Sei Dadap adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten
Asahan, Sumatera Utara. Kecamatan Sei Dadap mempunyai lus wilayah 6.581 Ha
(65,81 Km²). Alamnya berupa dataran rendah dengan keadaan iklim tropis yang
dipengaruhi dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Jarak dari kecamatan ke ibukota kabupaten ±19,2 km dengan waktu tempuh ±
47 menit. Kecamatan Sei dadap terdiri dari 10 desa, yaitu Tanjung alam Perk. Sei
dadap ¾, Bahung sibatu-batu, Sei halim hassak, Perk. Sei dadap ½, sei Kamah 2, sei
kamah 1, Tanjung Asri, Sei kamah baru dan Pasiran. Luas kecamatan Sei dadap dapat
dilihat pada tabel 4.1 :
Tabel 4.1
Luas Wilayah Kecamatan Sei Dadap
No Desa Luas (Km²)
1 Tanjung Alam 02,85
2 Perk. Sei Dadap ¾ 19,47
3 Bahung Sibatu-batu 04,66
4 Sei Alim Hassak 08,44
Berdasarkan Tabel 4.1 diatas, dapat diketahui luas masing-masing desa yang
ada di kecamatan Sei dadap yaitu Tanjung alam memiliki luas 02,85 Km², Perk. Sei
dadap¾ memiliki luas 19,47Km², Bahung sibatu-batu memiliki luas 04,66 Km², Sei
halim hassak memiliki luas 08,44 Km², Perk. Sei dadap ½ memiliki luas 20,32 Km²,
Sei kamah 2 memiliki luas 02,10 Km², Sei kamah 1 memiliki luas 02,50 Km², Tanjung
asri memiliki luas 01,12 Km², Sei kamah baru memiliki luas 02,05 Km², dan Pasiran
memiliki luas 02,30 Km². Total luas keseluruhan Kecamatan Sei Dadap adalah 65,81
Km². Kecamatan Sei dadap secara administratif berbatasan dengan wilayah-wilayah
sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Air joman dan Kisaran
Timur
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Air Batu
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tinggi Raja dan Kisaran
Barat
4.2Kependudukan
4.2.1 Jumlah Penduduk
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Sei Dadap
No Desa
Luas Penduduk (orang) Kepadatan penduduk Sumber: Kantor BPS ASAHAN
4.3 Kondisi Sarana Dan Lingkungan
4.3.1 Fasilitas Kesehatan
Pembangunan kesehatan di Kecamatan Sei Dadap pada saat ini masihterbatas,
seperti Fasilitas kesehatan berupa 1 unit Rumah Sakit Pemerintah, 1 unit puskesmas,
4 unit pustu, 3 unit balai pengobatan, dan 3 unit klinik yang terlihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.3
Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Sei Dadap
No Jenis Fasilitas Jumlah Persen ( % )
4.3.2 Tempat Ibadah
Sementara itu, untuk tempat ibadah di Kecamatan Sei Dadap terdiri dari
mesjid, langgar, gereja, vihara seperti tersaji pada tabel berikut :
Tabel 4.4
Tempat Ibadah di Kecamatan Sei Dadap No Tempat ibadah Jumlah Persen (%)
Industri yang ada di Kecamatan Sei Dadap berupa industri kecil dan kerajinan
Rumah Tangga, dan Perindustrian Besar/Sedang. Jumlah industri yang ada dapat
diihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5
Industri Menurut Jenisnya di Kecamatan Sei Dadap
No Jenis Industri Jumlah Persen (%)
1 Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga 18 85,7
2 Perusahaan Industri Besar/Sedang 3 14,2
Jumlah 21 100
Sumber: Kantor Balai Desa Kecamatan Sei Dadap
4.3.4 Pasar
Jenis pasar yang ada di Kecamatan Sei Dadap terdiri dari Pasar Pekan, Toko
Tabel 4.6
Jumlah Pasar Menurut Jenisnya di Kecamatan Sei Dadap
No Jenis Pasar Jumlah Persen (%)
1 Pasar Pakan 6 2,4
2 Toko 22 8,9
3 Kios 218 88,6
Jumlah 246 100
Sumber: Kantor Balai Desa Kecamatan Sei Dadap
4.4 Analisis Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang akan dianalisis dalam penelitian ini
terdiri dari jenis kelamin, usia, pendidikan, dan penghasilan. Hasil perhitungan
frekuensi selengkapnya tentang kondisi sosial ekonomi berdasarkan sampel di
Kecamatan Sei Dadap dapat di jelaskan sebagai berikut :
4.4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan kepada masyarakat tentang
partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang di biayai keuangan dana desa, dapat
dilihat jenis kelamin yang paling dominan berpartisipasi yaitu jenis kelamin laki-laki
sebanyak 76 orang, sedangkan perempuan sebanyak 23 orang. Berikut adalah tabel
distribusi responden berdasarkan jenis kelamin:
Tabel 4.7
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah Persen (%)
1 Laki-Laki 76 77,7
2 Perempuan 23 23,3
Jumlah 99 100
Berdasarkan hasil perhitungan distribusi frekuensi pada tabel diatas, terlihat
bahwa persentase jenis kelamin pria sebanyak 77,7% dan wanita sebanyak 23,3%.
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah partisipan laki-laki lebih banyak dari
perempuan.Hal ini disebabkan adanya system pelapisan sosial yang terbentuk dalam
masyarakat, yang membedakan kedudukan dan derajat antara laki-laki dan
perempuan. Perbedaan kedudukan dan derajat ini, akan menimbulkan hak dan
kewajiban antara laki-laki dan perempuan. Maka dari itu, ada kecenderungan
kelompok laki-laki lebih banyak berpartisipasi daripada kelempok perempuan.
4.4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan Hasil kuesioner yang di kategorikan dalam lima bagian,
diperoleh distribusi usia responden sebagai berikut :
Tabel 4.8
Distribusi Responden Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Persen (%)
Pada perhitungan distribusi frekuensi usia responden di atas, diperoleh bahwa
responden berusia 41 – 50 tahun mendominasikan dalam pelaksanaan partisipasi
pembangunan yang dibiayai keuangan dana desa. Dari perhitungan ini terlihat pula
partisipan terbanyak pada urutan kedua adalah pada golongan responden berusia 31 –
40.Hal ini menunjukkan adanya junior dalam berpartisipasi. Perbedan usia ini
mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat, karena dalam masyarakat terdapat
perbedaan kedudukan antara rentang usia, sehingga akan memunculkan golongan tua
dan muda. Menurut Slamet (1994), usia berpengaruh pada keaktifan seseorang untuk
bepartisipasi. Dalam hal ini golongan tua dianggap lebih berpengalaman daripada
yang muda, dan akan lebih banyak memberikan pendapat dalam hal menetapkan
keputusan.
4.4.3 Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan
Bardasarkan hasil kuesioner yang disebarkan kepada masyarakat tentang
partisipasi pembangunan, terlihat bahwa tingkat pendidikan responden yang paling
banyak adalah SMA berjumlah 54 orang.sementara yang paling kecil adalah pada
tingat Akademi berjumlah 3 orang.
Tabel 4.9
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Pendidikan Jumlah Persen (%)
Sumber: Diolah dari Kuesioner
Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa persentase tingkat
Sarjana 18,1%, SMP sebanyak 13,1%, SD sebanyak 11,1% dan Akademi sebanyak
3%. Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan di Kecamatan Sei
Dadap sangat bervariasi, timgkat pendidikan di desa ini tergolong baik dengan
mayoritas penduduknya menyelesaikan pendidikan dengan hingga jenjang yang
cukup tinggi yaitu SMP dan SMA, disamping itu banyak pula yang berpendidikan
hingga sarjana walaupun masih banyak juga yang hanya sampai tingkat SD.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa tinggi rendahnya
tingkat pendidikan masyarakat tidak memiliki hubungan dengan partisipasi
masyarakat, khususnya dalam ketiga tahapan partisipasi.
4.4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Penghasilan
Berdasarkan hasil kuesioner yang dikategorikan dalam tiga bagian, sehingga
diperoleh distribusi penghasilan responden sebagai berikut :
Tabel 4.10
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Penghasilan
No Penghasilan Jumlah Persen (%)
1 < Rp 1.000.000 24 24,2
2 Rp 1.000.000 – Rp 5.000.000 71 71,7
3 > Rp 5.000.000 4 4
Jumlah 99 100
Sumber: Diolah dari Kuesioner
Pada perhitungan distribusi frekuensi penghasilan responden, diperoleh
informasi bahwa partisipasi responden paling tinggi adalah responden yang
mempunyai penghasilan Rp 1.000.000 – Rp 5.000.000 perbulan sebanyak 71,7%,
24,2%, sedangkan golongan yang berpenghasilan lebih tinggi yaitu > Rp 5.000.000
hanya sebesar 4%.
Menurut Turner dalam Panudju (1999), tingkat penghasilan ini akan
mempengaruhi kemampuan financial masyarakat untuk memberikan sumbangan.
Masyarakat hanya akan bersedia untuk mengerahkan semua kemampuannya apabila
hasil yang dicapaiakan sesuai dengan kenginan dan prioritas kebutuhan mereka.
4.5 Analisis Bentuk Partisipasi Masyarakat Pada Pembnagunan Yang dibiayai oleh Keuangan Dana Desa di Kecamatan Sei Dadap
4.5.1 Analisis Bentuk Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Perencanaan
Dari hasil kuesioner yang disebarkan kepada masyarakat desa berkaitan
dengan partisipasi pada tahap perencanaan pembangunan yang dibiayai oleh
keuangan dana desa,dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.11
Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Perencanaan
No Partisipasi Pada TahapPerencanaan Jumlah Persen (%)
1 Ikut berpartisipasi 89 89,9
2 Tidak ikut berpartisipasi 10 10,1
Jumlah 99 100
Sumber: Diolah dari Kuesioner
Pada tabel diatas, dapat diliha persentase masyarakat yang berpartisipasi pada
tahap perencanaan adalah sebesar 89,9% atau sebanyak 89 orang, sedangkan yang
Ada beragam alasan responden mengapa mereka tidak ikut berpartisipasi
diantaranya adalah cenderung masyarakat untuk melimpahkan kewenagan dengan
anggapan bahwa lebih baik program tersebut ditanganin oleh pihak-pihak yang terkait
saja, yaitu pemerintah melalui perangkat desa,fasilitator,kepala dusun ataupun ketua
kelompok masyarakat setempat didalam tahap perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasannya. Masyarakat hanya memberikan persetujuan saja dengan sosialisasi
program dan tinggal menunggu hasilnya.Sementara ada beberapa responden yang
tidak ikut berpartisipasi dengan alasan sibuk bekerja.
Menurut Slamet (1992), ada dua faktor yang menyebabkan orang kurang
berpartisipasi dalam suatu kegiatan, yaitu karena mereka mengetahui bahwa final
decision bukan pada mereka tetapi ada pada orang-orang yang mempunyai
kekuasaan, serta mereka tidak mempunyai kepentingan khusus yang
memperngaruhinya secara langsung. Bentuk partisipasi masyarakat dalam
perencanaan pembangunan yang dibiayai oleh keuangan dana desa dapat dilihat pada
tabel 4.12.
Tabel 4.12
Bentuk Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Perencanaan No Partisipasi Pada Tahap Perencanaan Jumlah Persen (%)
1 Aktif mengikuti Pertemuan 63 63,6
2 Aktif menyampaikan usulan/saran 18 18,1 3 Terlibat dalam mengambil keputusan 8 8
4 Tidak ikut berpartisipasi 10 10,1
Jumlah 99 100
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa bentuk partisipasi dengan aktif
mengikuti pertemuan adalah 63 responden.ke 63 responden ini adalah mereka yang
selalu hadir mengikuti pertemuan-pertemuan yang diadakan. Dari 63 responden
tersebut yang aktif menyampaikan usulan/saran ada 18 responden dan 8 responden
yang terlibat dalam pengambilan keputusan.Tingginya bentuk partisipasi responden
ini disebabkan pendapat bahwa kehadiran dalam mengikuti pertemuan dipandang
penting dalam tahap perencanaan.
Dalam penelitian ini, bentuk partisipasi responden dalam menyampaikan
usulan/saran dalam pertemuan hanya 18,1% saja. Angka ini menunjukkan bahwa
tidak semua responden yang mengikuti pertemuan ikut juga dalam pengambilan
keputusan.Hal ini disebabkan karena masyarakat banyak yang melimpahkan atau
memberikan kewenangan kepada golongan tertentu, yang dalam hal ini adalah
pimpinan kelompok ataupun para kepala dusun untuk diajukan dalam rapat.
menurut Slamet (1994), ada 3 kepemimpinan yang mempengaruhi
penyampaian usul/saran dalam sebuah program yaitu :
1. Kepemimpinan yang bersifat koordinatif, yaitu kepemimpinan yang lebih
memberikan kemungkinan kepada warga untuk lebih banyak berpartisipasi.
2. Kepemimpinan yang bersifat oligarcy, yaitu kepemimpinan dengan sifat
terbatas, dimana keputusan-keputusan yang diambil bukan merupakan
ini bukan merupakan kesalahan dari pimpinan tetapi memang keadaan
masyarakat sendiri yang memberikan kemungkinan untuk terjadinya system
ini.
3. Kepemipinan yang bersifat Paternalistis. Pada tipe kepemimpinan ini, bahwa
segalanya diserahkan kepada kehendak pimpinan. Keputusan tentang
perencanaan pembangunan tidak dicetuskan melalui rapat-rapat,tetapin rakyat
sudah menyerahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan pimpinan
setempat.
4.5.2 Analisis Bentuk Partisipsi Masyarakat pada Tahap Pelaksanaan
Jawaban dari responden berkaitan dengan pertanyaan apakah ikut
berpartisipasi pada tahap pembnagunan yang dibiayai oleh keuangan dana desa di
desa mereka, total jawaban menunjukkan bahwa 81% masyarakat terlibat dalam
kegiatan pelaksanaan pembangunan,selengkapnya dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.13
Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Pelaksanaan
No Partisipasi Pada Tahap Pelaksanaan Jumlah Persen (%)
1 Ikut berpartisipasi 83 83,8
2 Tidak ikut berpartisipasi 16 16,1
Jumlah 99 100
Sumber: Diolah dari Kuesioner
sebesar 89,9%, maka pada tahap pelaksanaan, partisipasi masyarakat
sedikitberkurang, terlihat dari banyaknya jumlah responden yang ikut berpartisipasi
sebesar
83,8% atau 83 orang. Hal ini disebabkan oleh anggapan masyarakat yang menyatakan
bahwa pada tahap pelaksanaan adalah urusan yang dominan dilakukan bagi
yangwarga di pilih atau duduk sebagai dewan kelurahan, namun dalam proses
pelaksanaannya merupakan kerja sama yang harus dilakukan oleh seluruh masyarakat
desa.
Partisipasi masyarakat dalam tahap pelaksanaan pembangunan yang di biayai
oleh keuangan dana desa di Kecamatan Sei Dadap berupa tenaga, sumbangan uang
yang dalam hal ini untuk konsumsi pada proses pembnagunan, tanah/pasir yang
diberikan masyarakat secara Cuma-Cuma untuk tempat pembangunan, dan keahlian
dalam membangun infrastruktur seperti masyarakat yang biasnya bekerja sebagai
tukang bangunan dan lainnya. Untuk golongan perempuan, sumbangan keahlian
ditunjukkan dengan kesediaan menjadi bendahara dalam mencatat dalam
pelaksanaan.
Bedasarkan hasil jawab para respoden, diketahui bahwa 56,5% responden
memberikan sumbangan dalam bentuk tenaga, 4% dalam bentuk uang, 2% dalam
bentuk tanah, dan 21,1% dala bentuk keahlian. Dari 83 responden tersebut, yang ikut
responden lain dalam bentuk lainnya. Hal ini disebabkan oleh adanya tanggapan dari
warga bahwa pembangunan prasarana tersebut berasal dari dana yang diberikan
pemerintah dan warga tidak perlu membayar apapun.
Tabel 4.14
Bentuk Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Pelaksanaan No Partisipasi Pada Tahap Pelaksanaan Jumlah Persen (%)
1 Tenaga 56 56,5
Sumber: Diolah dari Kuesioner
Tingginya tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan menunjukkan
bahwa dana yang berasal dari bantuan langsung dari pemerintah benar-benar
direalisasikan agar dapat disampaikan kepada masyarakat untuk pembangunan
infrastruktur yang memberikan manfaat sehingga memotivasi masyarakat semakin
kuat untuk berpartisipasi.
4.5.3 Analisis Bentuk Partisipasi Masyarakat pada Tahap Pengawasan
Dalam konsep partisipasi masyarakat, tidak hanya perencanaan dan
pelaksanaan dalam pembangunan saja yang dilakukan oleh masyarakat, namun harus
berlanjut keproses pengawasan/monitoringnya. Sehingga dalam pembangunan
infrastruktur, hasil yang diperoleh akan sesuai dengan apa yang diinginkan
apakah proyek tersebut udah sesuai dengan model (blue print) yang telah di tetapkan
(soekartawi,1990).
Jawaban dari responden berkaitan dengan keaktifan mereka dalam melakukan
kegiatan pengawasan menunjukkan bahwa 90,9% responden aktif dan yang tidak
aktif 9%
Tabel 4.15
Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Pengawasan
No Partisipasi Pada Tahap Pengawasan Jumlah Persen (%)
1 Ikut berpartisipasi 90 90,9
2 Tidak ikut berpartisipasi 9 9
Jumlah 99 100
Sumber: Diolah dari Kuesioner
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa rersponden yang aktif berpartisipasi
mengalmi peningkatan, yaitu dari 83 orang menjadi 90 orang pada tahap
pengawasan.Kenaikan ini disebabkan setelah pembangunan telah selesai
dilaksanakan, yang melakukan pengawasan hampir semua responden.
Pada tabel yang terlihat tidak aktif dalam tahap pengawasan beralasan bahwa
pengawasan sudah bukan tugas wajib lagi, melainkan merupakan tugas pihak-pihak
terkait yang biasanya dilakukan oleh pihak seperti camat,kepala desa,kepala
dusun,perangkat desa dan sebagainya. Sementara itu, bentuk partisipasi masyarakat
Tabel 4.16
Bentuk Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Pengawasan No Partisipasi Pada Tahap Pengawasan Jumlah Persen (%)
1 Kesesuaian bentuk prasarana dengan rencana 35 35,3
2 Daya guna 15 15,1
3 Hasil guna 40 40,4
4 Tidak ikut berpartisipasi 9 9
Jumlah 99 100
Sumber: Diolah dari Kuesioner
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh informasi bahwa kesesuaian bentuk
prasarana dengan rencana yaitu 35,3%. Penentuan jenis atau bentuk prasarana dan
lokasi didasarkan pada kebutuhan masyarakat yang dihimpun dan ditetapkan melalui
system perkumpulan yang ada pada masyarakat.Angka itu menunjukkan bahwa
masih ada beberapa hal yang menyebabkan masyarakat beranggapan bahwa bentuk
prasana tidak terlalu sesuai dengan yang diinginkan.Namun, hal ini sepenuhnya
disadari oleh masyarakat, bahwa dari banyaknya keinginan yang disampaikan
masyarakat memang tidak semuanya dapat ditampung dan direalisasikan dengan
sempurna. Pendapat Conyers (1994), yang menyatakan bahwa memang skala
prioritas masyarakat mungkin saja sangat berbeda dari skala prioritas yang dimiliki
oleh perencana itu sendiri.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui pula bahwa 15,1% dan 40,4%
responden telah merasakan daya guna dan hasil guna dari hasil pelaksanaan
4.6 Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat Pada Pembangunan Yang di Biayai Oleh Keuangan Dana Desa di Kecamatan Sei Dadap
Berdasarkan tabel-tabel diatas, diperoleh informasi bahwa pendapat
responden tentang partisipasi masyarakat pada pembangunan yang di biayai oleh
keuangan dana desa di Kecamatan Sei Dadap, semua berada diatas 50%. Tingginya
keikutsertaan responden dalam pembangunan ini dikarenakan bahwa infrastruktur
yang dibangun atas dasar kebutuhan masyarakat yang sangat tinggi. Persentase
partisipasi pada tahap perencanaan sebesar 89,9%, pada tahap pelaksanaan sebesar
83,8% dan pada tahap pengawasan sebesar 90,9%.
Pendapat Sherry Arnstein (1969), pada makalahnya yang termuat di journal of
the American Institute of Planners berjudul “A Ladder of Citizen Partisipation”, bahwa terdapat delapan anak tangga tingkat partisipasi berdasarkan kadar kekuatan
masyarakat dalam memberikan pengaruh perencanaan. Untuk itu, penulis akan
menganalisis bagaimana sebenarnya partisipasi masyarakat yang terjadi dan pada
tingkatan yang mana partisipasi masyarakat pada pembangunan yang di biayai oleh
4.7 Analisis Kondisi Sosial Ekonomi Terhadap Bentuk Partisipasi Pada Tahapan Pembangunan Yang di Biayai Oleh Keuangan Dana Desa
Sebelum melakukan uji statistic tentang hubungan sosial ekonomi,makaakan
di jelaskan terlebih dahulu perbandingan antara komdisi sosial ekonomi dengan
tahapan-tahapan pembangunan yang di biayai oleh keuangan dana desa di Kecamatan
Sei Dadap.
4.7.1Perbandingan Kondisi Sosial Ekonomi Responden pada Tahap Perencanaan
Berikut ini merupakan perbandingan kondisi sosial ekonomi responden pada
tahap perencanaan pembangunan yang di biayai oleh keuangan dana desa di
Kecamatan Sei Dadap:
Tabel 4.17
Perbandingan Jenis Kelamin Responden Dengan Bentuk Partisipasi Pada Tahap Perencanaan
No Bentuk Partisipasi Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
Sumber : Diolah dari Kuesioner
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa pada tahap perencanaan,
bentuk partisipasi yang ada, sebanyak 51 orang lakilaki aktif mengikuti pertemuan,
11 orang aktif menyampaikan usulan, 6 orang terlibat dalam pengambilan keputusan,
dan 8 orang yang tidak memberikan pilihan. Sementara, sebanyak 12 orang
perempuan aktif mengikuti pertemuan, 7 orang aktif menyampaikan usulan, 2 orang
terlibat dalam pengambilan keputusan dan hanya 2 orang yang tidak memberikan
pilihan:
Tabel 4.18
Perbandingan Usia Responden Dengan Bentuk Partisipasi Pada Tahap Perencanaan
No Bentuk Partisipasi Usia Jumlah
< 20 21-30 31-40 41-50 >50
Sumber : Diolah dari Kuesioner
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden yang aktif mengikuti
pertemuan direntang usia 31-40 sebanyak 23 orang, usia 41-50 sebanyak 22 orang,
usia >50 sebanyak 12 orang, usia 21-30 sebanyak 5 orang dan usia <20 hanya 1
orang. Responden yang aktif menyampaikan usulan/saran di usia 21-30 sebanyak 2
orang, usia 31-40 sebanyak 6 orang, usia 41-50 sebanyak 9 orang, dan usia >50 hanya
1 orang. Respoden yang terlibat dalam pengambilan keputusan di usia 21-30 hanya 1
orang, usia 41-50 sebanyak 4 orang, dan usia >50 sebanyak 3 orang. Usia 41-50
Tabel 4.19
Perbandingan Tingkat Pendidikan Responden Dengan Bentuk Partisipasi Pada Tahap Perencanaan
No Bentuk Partisipasi Tingkat Pendidikan Jumlah SD SMP SMA Akd Sarjana
1 Aktif mengikuti Pertemuan 7 9 36 2 9 63
2 Aktif menyampaikan usulan/saran - 2 13 - 3 18
3 Terlibat dalam pengambilan keputusan 1 1 3 1 2 8
4 Tidak memberikan pilihan 3 1 2 - 4 10
Jumlah 11 13 54 3 18 99 Sumber : Diolah dari Kuesioner
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden yang aktif mengikuti
pertemuan yang berpendidikan SD sebanyak 7 orang, SMP sebanyak 9 orang, SMA
sebanyak 36 orang, Akademi sebanyak 2 orang, dan Sarjana sebanyak 9 orang.
Responden yang aktif menyampaikan usulan/saran yang berpendidikan SMP hanya 2
orang, SMA sebanyak 13 orang, dan Sarjana sebanyak 3 orang. Reesponden yang
terlibat dalam pengambilan keputusan yang berpendidikan SD,SMP,Akademi hanya
1 orang, SMA sebanyak 3 orang dan Sarjana sebanyak 2 orang. Pada Tahap
perencanaan ini, responden yang lebih banyak berpartisipasi adalah yang
Tabel 4.20
Perbandingan Tingkat Penghasilan Responden Dengan Bentuk Partisipasi Pada Tahap Perencanaan
No Bentuk Partisipasi Jenis Kelamin Jumlah
<1 juta 1-5 juta >5 Juta
Sumber : Diolah dari Kuesioner
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden yang aktif mengikuti
pertemuan yang mempunyai penghasilan <1 juta sebanyak 15 orang, 1-5 juta 47
orang, dan >5 juta hanya 1 orang. Responden yang aktif menyampaikan usulan/saran
yang mempunyai penghasilan <1 juta hanya 2 orang, 1-5 juta sebanyak 14 orang dan
>5 juta sebanyak 2 orang. Responden yang terlibat dalam pengambilan keputusan
yang mempunyai penghasilan <1 juta sebanyak 3 orang, dan 1-5 juta sebanyak 5
orang.Pada tahap ini, responden yng lebih banyak berpartisipasi adalah yang
mempunyai penghasilan 1-5 juta.
4.7.2 Perbandingan Kondisi Sosial Ekonomi Responden pada Tahap Pelaksanaan
Berikut ini merupakan perbandingan kondisi sosial ekonomi responden pada
tahap pelaksanaan pembangunan yang di biayai oleh keuangan dana desa di
Tabel 4.21
Perbandingan Jenis Kelamin Responden Dengan Bentuk Partisipasi Pada Tahap Pelaksanaan
No Bentuk Partisipasi Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
Sumber : Diolah dari Kuesioner
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa pada tahap pelaksanaan,
laki-laki juga lebih mendominasikan dibandingkan dengan perempuan. Terlihat dari
jumlah laki-laki yang berpartisipasi melalui tenaga sebanyak 42 orang, uang sebanyak
2 orang, tanah 2 orang, dan keahlian sebanyak 20 orang. Sedangkan perempuan yang
berpartisipasi melalui tenaga sebanyak 14 orang, uang 2 orang, dan keahlian hanya 1
orang.
Tabel 4.22
Perbandingan Usia Responden Dengan Bentuk Partisipasi Pada Tahap Pelaksanaan
No Bentuk Partisipasi Usia Jumlah
< 20 21-30 31-40 41-50 >50
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden yang berpartisipasi
melalui keahlian di umur <20 hanya 1 orang saja. Responden yang berpartisipasi
melalui tenaga di usia 21-30 sebanyak 6 orang, usia 31-40 sebanyak 20 orang, usia
41-50 sebanyak 18 orang dan usia <50 sebanyak 12 orang. Responden yang
berpartisipasi melalui uang dari setiap umur sebanyak 4 orang.Responden yang
melalui tanah sebanyak 2 orang dari umur 31-40 dan 41-50. Responden yang
berpartisipasi melalui keahlian di usia 31-40 sebanyak 4 orang, usia 41-50 sebanyak
13 orang dan usia <50 sebanyak 3 orang. Rentang usia 41-50 tahun juga
mendominasikan pada tahap pelaksanaan.
Tabel 4.23
Perbandingan Tingkat Pendidikan Responden Dengan Bentuk Partisipasi Pada Tahap Pelaksanaan
No Bentuk Partisipasi Tingkat Pendidikan Jumlah SD SMP SMA Akd Sarjana Sumber : Diolah dari Kuesioner
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden yang berpartisipasi
melalui tenaga dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 7 orang, SMP 5 orang, SMA
32 orang, Akademi 2 orang dan Sarjana sebanyak 10 orang. Responden yang
berpartisipasi melalui uang hanya pada sarjana yang tidak berpartisipasi.Responden
responden yang berpartisipasi melalui keahlian dengan tingkat SD 2 orang, SMP 5
orang, SMA 13 orang, dan Sarjana hanya 1 orang.Pada tahap ini, responden yang
paling banyak berpartisipasi adalah responden dengan tingkat pendidikan SMA.
Tabel 4.24
Perbandingan Tingkat Penghasilan Responden Dengan Bentuk Partisipasi Pada Tahap Pelaksanaan
No Bentuk Partisipasi Jenis Kelamin Jumlah
<1 juta 1-5 juta >5 Juta
Sumber : Diolah dari Kuesioner
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden yang berpartisipasi
melalui tenaga dengan penghasilan <1 juta sebanyak 15 orang, 1-5 juta sebanyak 39
orang, >5 juta sebanyak 2 orang. Respoden yang berpartisipasi melalui uang hanya
pada responden dengan penghasilan 1-5 juta sebanyak 4 orang.Responden yang
berpartisipasi dengan tanah hanya terdapat responden yang berpenghasilan 1-5 juta
sebanyak 2 orang. Dan Responden yang berpartisipasi melalui keahlian dengan
tingkat penghasilan <1 juta sebanyak 7 orang, 1-5 juta sebanyak 14 orang dan
berpenghasilan >5 juta sebanyak 2 orang. Pada tahap ini, responden yang paling
4.7.3 Perbandingan Kondisi Sosial Ekonomi Responden pada Tahap Pengawasan
Berikut ini merupakan perbandingan kondisi sosial ekonomi responden pada
tahap pengawasan pembangunan yang dibiayai oleh keuangan dana desa di
Kecamatan Sei Dadap :
Tabel 4.25
Perbandingan Jenis Kelamin Responden Dengan Bentuk Partisipasi Pada Tahap Pengawasan
No Bentuk Partisipasi Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 Kesesuaian bentuk prasarana dengan rencana 24 11 35
2 Daya guna 10 5 15
3 Hasil guna 37 3 40
4 Tidak memberikan pilihan 5 4 9
Jumlah 76 23 99
Sumber : Diolah dari Kuesioner
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa pada tahap pengawasan,
laki-laki juga lebih mendominasikan dibandingkan dengan perempuan. Terlihat dari
jumlah laki-laki yang berpartisipasi dalam mengawasi kesesuaian bentuk prasarana
dengan rencana yang ditetapkan sebanyak 24 orang, daya guna 10 orang, dan hasil
guna 37 orang. Sedangkan perempuan yang berpartisipasi dalam mengawasi
kesesuaian bentuk prasarana yang ditetapkan sebanyak 11 orang, daya guna 5 orang
Tabel 4.26
Perbandingan Usia Responden Dengan Bentuk Partisipasi Pada Tahap Pengawasan
No Bentuk Partisipasi Usia Jumlah
< 20 21-30 31-40 41-50 >50
1 Kesesuaian bentuk prasarana dengan
rencana di tetapkan 1 7 6 15 6 35
2 Daya guna - - 9 6 - 15
3 Hasil guna - - 15 16 9 40
4 Tidak memberikan pilihan - 1 3 3 2 9
Jumlah 1 8 33 40 17 99
Sumber : Diolah dari Kuesioner
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden yang berpartisipasi
melalui pengawasan kesesuaian bentuk prasarana dengan rencana yang ditetapkan di
usia<20 hanya 1 orang, usia 21-30 7 orang, uisa 31-40 6 orang, usia 41-50 15 orang
dan usia >50 6 orang. Daya guna di usia 31-40 sebanyak 9 orang dan usia 41-50
sebanyak 6 oang. Dan hasil guna usia 21-30 hanya 1 orang, usia 31-40 3 orang, usia
41-50 3 orang dan usia <50 2 orang.
Tabel 4.27
Perbandingan Tingkat Pendidikan Responden Dengan Bentuk Partisipasi Pada Tahap Pengawasan
No Bentuk Partisipasi Tingkat Pendidikan Jumlah SD SMP SMA Akd Sarjana
1 Kesesuaian bentuk prasarana dengan
rencana ditetapkan 4 3 19 2 7 35
2 Daya guna 2 2 7 1 3 15
3 Hasil guna 5 7 22 - 6 40
4 Tidak memberikan pilihan - 1 6 - 2 9
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden yang berpartisipasi
dalam mengawasi kesesuaian bentuk prasarana dengan rencana yang ditetapkan
tingkat pendidikan SD sebanyak 4 orang, SMP 3 orang, SMA 19 orang, Akademi 2
orang, dan Sarjana 7 orang. Daya guna dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 2
orang, SMP 2 orang, SMA 7 orang, Akademi 1 orang, dan Sarjana 3 orang. Dan hasil
guna dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 5 orang, SMP 7 orang, SMA 22 orang
dan Sarjana 2 orang. Pada tahap ini tingkat Pendidikan SMA yang paling banyak
berpartisipasi.
Tabel 4.28
Perbandingan Tingkat Penghasilan Responden Dengan Bentuk Partisipasi Pada Tahap Pengawasan
No Bentuk Partisipasi Jenis Kelamin Jumlah
<1 juta 1-5 juta >5 Juta
1 Kesesuaian bentuk prasarana dengan
rencana di tetapkan 10 22 3 35
2 Daya guna 3 12 - 15
3 Hasil guna 9 30 1 40
4 Tidak memberikan pilihan 2 7 - 9
Jumlah 24 71 4 99
Sumber : Diolah dari Kuesioner
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden yang berpartisipasi
dalam mengawasi kesesuaian bentuk prasarana dengan rencana yang ditetapkan
dengan penghasilan <1 juta sebanyak 10 orang, 1-5 jut 22 orang, dan >5 juta 3 orang.
Daya guna pada penghasilan <1 juta sebanyak 3 orang, dan 1-5 juta 12 orang. Dan
juta hanya 1 orang. Pada tahap ini, responden yang paling banyak berpartisipasi
adalah responden dengan penghasilan 1-5 juta.
4.8 Anlisis Hubungan Kondisi Sosial Ekonomi Terhadap Patrisipasi Masyarakat Pada Tahap Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pengawasan
Berdasarkan tabel-tabel diatas, diperoleh informasi bahwa dari ketiga tahapan
pembangunan yang dibiayai oleh keuangan dana desa beserta bentuk partisipasi yang
dilakukan, jenis kelamin laki-laki mendominasi dibandingkan dengan jenis kelami
perempuan. Hal ini cukup beralasan karena partisipasi yang diberikan oleh seorang
laki-laki dan perempuan dalam pembangunan adalah berbeda. Hal ini disebabkan
oleh adanya system pelapisan sosial yang terbentuk dalam masyarakat, yang
membedakan kedudukan dan derajat ini, akan menimbulkan perbedaan-perbedaan
hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan.
Berdasarkan rentang usia, dapat dilihat bahwa usia 41-50 tahun
mendominasikan pada setiap tahapan pelaksanaan pembngunan, baik dilihat dari
bentuk partisipasi yang diberikan maupun dari jumlah keseluruhan responden. Usia
tersebut merupakan usia produktif. Penduduk usia produktif secara riil berarti
penduduk produktif yang pada umumnya masuk dalam kelompok telah siap bekerja
atau bisa bekerja, dimana pada usia ini sangat berpengaruh pada keaktifan seseorang
Untuk tingkat pendidikan yang paling banyak memberikan bentuk partisipasi,
baik pada tingkat perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan adalah tingkat SMA,
diikuti dengan jenjang pendidikan yang selisihnya tidak terlalu jauh. Menurut Litwin
(2000), bahwa semakin tinggi latar belakang pendidikan seseorang, tentunya
mempunyai pengetahuan yang luas tentang pembangunan dan bentuk serta tata cara
partisipasi yang dapat diberikan. Namun, dari penelitian ini terjadi perbedaan, dapat
dilihat bahwa tinggi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat tidak memiliki
hubungan dengan partisipasi masyarakat dalam ketiga tahapan partisipasi dalam
pembangunan yang dibiayai oleh keuangan dana desa. Bukti menunjukkan bahwa
masyarakat dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah malah lebih banyak
berpartisipsi diandingkan dengan berpendidikan tinggi.
Menurut Barros (1993), bahwa penduduk yang lebih kaya kebanyakan
membayar pengeluaran tunai dan jarang melakukan kerja fisik sendiri. Sementara
dengn penduduk yang berpenghasilan pas-pasan cenderung berpartisipasi dalam hal
tenaga. Dari tabel penghasilan yang telah dijelaskan, terlihat bahwa penghasilan
responden yang paling banyak memberikan bentuk partisipasi, baik pada tingkar
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan adalah mereka yang memiliki
penghasilan 1-5 juta. Sedangkan yang memberikan partisipasi paling sedikit pada
tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan adalah mereka yang berpengasilan
Berikut adalah hasil uji statistik hubungan sosial ekonomi dengan bentuk
partisipasi masyarakat pada pembangunan yang dibiayai oleh keuangan dana desa
dengan ketentuan : jika X² hitung < X² tabel (df k-1xk-1) = 2, H0: diterima, dan jika
X² hitung > X² tabel (df k-1 x k-1) = 2, H1: diterima (H0 ditolak), pada tingkat
kepercayaan 95% = 5,991
Tabel 4.29
Hubungan Bentuk Partisipasi Responden Dengan Kondisi Sosial Ekonomi Pada Tahapan Pembangunan yang di Biayai Oleh Keuangan Dana Desa No
Bentuk Partisipasi Pada Pembangunan
yang dibiayai oleh keuangan dana desa
Nilai X² Kondisi Sosial ekonomi Responden Nilai X² g, tanah dan keahlian)
10,006 15,610 15,931 7,987 5,991
3 Tahap pengawasan ( kesesuaian prasarana dgn rencana, daya guna dan hasil guna
9,998 12,216 9,663 4,388 5,991
Sumber : Hasil Analisis SPSS
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa pada tahap perencanaan nilai
X² hitung Usia (16,890) dan tingkat pendidikan (23,585) lebih besar dari nilai X²
tabel (5,991). Dengan demikian diketahui bahwa terdapat hubungan antara bentuk
partisipasi dengan kondisi sosial responden. Dengan kata lain, faktor yang paling
dibiayai oleh keuangan dana desa di Kecamatan Sei Dadap adalah usia dan tingkat
pendidikan.
Pada tahap pelaksanaan dapat diketahui bahwa nilai X² hitung jenis kelamin
(10,006), usia (15,610), pendidikan (15,931), dan penghasilan (7,987) lebih besar dari
nilai X² tabel (5,991). Dengan kata lain, bahwa ada pengaruh bentuk partisipasi
responden dengan kondisi sosial ekonomi pada tahap pelaksanaan pembangunan yang
dibiayai oleh keuangan dana desa di Kecamatan Sei Dadap yaitu jenis kelamin, usia,
tingkat pendidikan, dan penghasilan.
Pada tahap pengawasan, diketahui bahwa nilai X² hitung jenis kelamin (9,998)
usia (12,216), dan tingkat pendidikan (9,663) lebih besar dari X² tabel (5,991).
Dengan demikian terdapat hubungan antara bentuk partisipasi responden dengan
kondisi sosial ekonomi. Dengan kata lain, bahwa ada pengaruh bentuk partisipasi
responden dengan kondisi sosial ekonomi pada tahap pengawasan pembangunan
yang dibiayai oleh keuangan dana desa di Kecamatan Sei Dadap yaitu jenis kelamin,
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan tentang partisipasi masyarakat dalam pembangunan
yang dibiayai oleh keuangan dana desa di Kecamatan Sei Dadap yang telah dianalisis
secara deskriptif, maka peneliti menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh
selama melakukan penelitian. Adapun kesimpulannya yaitu :
1. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang dibiayai oleh keuangan dana
desa di Kecamatan Sei Dadap berada dalam kategori baik, hal ini terlihat dari
keikutsertaan masyarakat serta bentuk partisipasi yang tinggi dalam setiap
tahapan pembangunan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan maupun
pengawasan.
2. Berdasarkan tangga partisipasi, tingkat partisipasi masyarakat dalam
pembangunan yang dibiayai oleh keuangan dana desa di Kecamatan Sei
Dadap berada pada tingkat partnership. Pada tingkat ini pemerintah melalui
perangkat desa telah melakukan kerja sama yang baik dengan masyarakat.
Mereka memperlakukan masyarakat selayaknya rekan kerja, dan mereka
bermitra dalam merancang dan mengimplementasikan berbagai macam
keputusan sehingga dapat diterima semua pihak.
3. Berdasarkan pengujian bentuk partisipasi masyarakat dengan kondisi sosial
dengan tingkat partisipasi masyarakat (perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan ). Dimana tahap perncanaan, bentuk partisipasi dipengaruhi oleh
usia dan tingkat pendidikan. Pada tahap pelaksanaan, bentuk partisipasi
dipengaruhi oleh jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan penghasilan. Dan
pada tahap pengawasan, bentuk partisipasi dipengaruhi oleh jenis kelamin,
usia, dan tingkat pendidikan.
5.2 Saran
1.Untuk Pemerintah, Sosialisasi program yang ditekankan pada tujuan dan
prinsip-prinsip keuangan dana desa harus terus dilakukan secara intensif dan menyentuh
seluruh lapisan sehingga dapat diimplementasikan pada berbagai program-program
dan kegiatan pembangunan selanjutnya. Untuk lebih meningkatkan bentuk partisipasi
masyarakat dalam setiap tahapan dalam pelaksanaan pembangunan selanjutnya,
pemeritah setempat hendaknya memberikan pelatihan, penyuluhan atau peningkatan
kemampuan masyarakat merasa benar-benar terlibat dalam program pembangunan
yang telah dilaksanakan.
2. Untuk Masyarakat, sebaiknya lebih menyadari bahwa partisipasi itu sangat
berpengaruh dalam suatu proses pembangunan. Masyarakat harus lebih koperatif
terhadap program-program pemerintah yang bertujuan untuk kesejahteraan
masyarakat.Dari hasil penelitian ini mereka dapat melihat bahwa tingkat partisipasi
3. Bagi peneliti selanjutnya adalah perlu dikaji lebih mendalam tentang faktor-faktor
yang menjadi pendorong maupun penghambat dari partisipasi masyarakat pada