• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Kedisiplinan dan Tanggung Jawab dengan Kemandirian Belajar dalam Pembelajaran Ekonomi di Kalangan Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Kristen YSKI Semarang T1 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Kedisiplinan dan Tanggung Jawab dengan Kemandirian Belajar dalam Pembelajaran Ekonomi di Kalangan Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Kristen YSKI Semarang T1 BAB II"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kemandirian Belajar

2.1.1 Definisi Kemandirian Belajar

Adapun secara terminologi (istilah), beberapa ahli mengemukakan definisi

kemandirian belajar menurut Tirtarahardja dan Sulo (2008 : 50) kemandirian belajar

adalah aktivitas belajar yang berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri,

pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri dari pembelajar. Seorang siswa dikatakan

mandiri dalam belajar apabila aktivitas belajar siswa tersebut didorong oleh kemauan,

pilihan, dan tanggung jawab dari pembelajar sendiri. Apabila siswa dengan inisiatif

sendiri melakukan kegiatan belajar, maka siswa tersebut merupakan siswa yang

mampu belajar mandiri.

Menurut Mudjiman (2011 : 9) dalam Wicaksari belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai sesuatu kompetensi guna mengatasi sesuatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki.

Belajar mandiri menjadi suatu hal penting bagi seorang siswa. Siswa yang

mampu belajar mandiri merupakan siswa yang memiliki keinginan belajar didorong

oleh niat atau motif untuk mencapai tujuan belajarnya. Seorang siswa harus

membiasakan dirinya belajar mandiri bahkan tanpa dipantau guru dan/atau orang tua.

Jadi, dari kedua definisi tersebut definisi yang pertama tampak lebih jelas.

Definisi yang pertama dipilih karena memuat kemandirian internal yakni didorong

oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri, sehingga sesuai

dengan penelitian ini.

Definisi Operasional Variabel (DOV) dalam penelitian ini menyatakan

kemandirian belajar adalah aktivitas belajar siswa Kelas XI IPS 3 SMA Kristen YSKI

Semarang dalam pembelajaran ekonomi yang didorong oleh kemauan dan tanggung

(2)

pada instrument diturunkan menjadi ordinal. Indikator yang digunakan untuk

mengukur variabel dalam pernyataan pada angket:

1) Dorongan dari dalam diri individu. Pada penelitian ini yang dimaksud

dorongan dari dalam diri individu merupakan keinginan pribadi siswa untuk

melakukan sesuatu terkait pembelajaran ekonomi.

2) Tanpa ada tekanan di luar dirinya. Pada penelitian ini yang dimaksud tanpa

ada tekanan di luar dirinya berupa inisiatif yang timbul dari diri siswa sendiri

yang memacu siswa untuk melakukan sesuatu terkait pembelajaran ekonomi.

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar menurut Syam (1999 :

10), terbagi dua factor.

Pertama, faktor internal yang ditandai dengan indikator tumbuhnya kemandirian belajar yang terpancar dalam fenomena antara lain:

1) Sikap bertanggung jawab untuk melaksanakan apa yang dipercayakan dan ditugaskan. 2) Kesadaran hak dan kewajiban siswa disiplin moral yaitu budi pekerti yang menjadi tingkah

laku.

3) Kedewasaan diri mulai konsep diri, motivasi sampai berkembangnya pikiran, karsa, cipta dan karya (secara berangsur).

4) Kesadaran mengembangkan kesehatan dan kekuatan jasmani, rohani dengan makanan yang sehat, kebersihan dan olahraga.

5) Disiplin diri dengan mematuhi tata tertib yang berlaku, sadar hak dan kewajiban, keselamatan lalu lintas, menghormati orang lain, dan melaksanakan kewajiban.

Faktor internal tersebut menyatakan bahwa kemandirian belajar dapat

dipengaruhi oleh sikap bertanggung jawab dan disiplin diri yang mana menjadi

variabel bebas dalam penelitian ini. Melihat faktor sikap bertanggung jawab dan

disiplin diri dalam kemandirian belajar, maka penelitian ini berfokus pada dua hal ini.

(3)

Selain faktor dari dalam, kemandirian belajar dapat menerima pengaruh dari

luar. Faktor keluarga menjadi faktor utama terbentuknya kemandirian belajar anak

mengingat semenjak lahir, anak diasuh dan dibesarkan oleh orang tuanya.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut penelitian ini berfokus pada faktor internal

karena kemandirian belajar siswa lebih dipengaruhi faktor dari dirinya sendiri,

sehingga sesuai dengan penelitian ini. Meskipun faktor eksternal juga dapat

mempengaruhi kemandirian belajar siswa, akan tetapi kemandirian belajar lebih

berdampak bila ada niat atau usaha dari dalam diri siswa. Sekalipun faktor eksternal

sudah berupaya maksimal akan percuma jika kemandirian belajar tidak timbul dari

siswa sendiri.

2.1.3 Aspek-aspek Kemandirian Belajar

Havighurst (Sutisna, 2010b) menyebutkan bahwa kemandirian terdiri dari beberapa aspek, yaitu:

1) Aspek intelektual, aspek ini mencakup pada kemampuan berfikir, menalar, memahami beragam kondisi, situasi dan gejala-gejala masalah sebagai dasar usaha mengatasi masalah. 2) Aspek sosial, berkenaan dengan kemampuan untuk berani secara aktif membina relasi sosial,

namun tidak tergantung pada kehadiran orang lain di sekitarnya.

3) Aspek emosi, mencakup kemampuan individu untuk mengelola serta mengendalikan emosi dan reaksinya dengan tidak bergantung secara emosi pada orang tua.

4) Aspek ekonomi, mencakup kemandirian dalam hal mengatur ekonomi dan kebutuhan-kebutuhan ekonomi tidak lagi bergantung pada orang tua.

Memperhatikan beberapa aspek tersebut diketahui bahwa aspek-aspek

tersebut saling terkait satu dengan lainnya, karena aspek tersebut mempunyai

hubungan yang sama kuat dan saling melengkapi dalam membentuk kemandirian

belajar dalam diri seseorang.

2.2 Kedisiplinan

2.2.1 Definisi Kedisiplinan

(4)

Seorang yang disiplin memiliki suatu sikap menghormati dan menghargai

peraturan yang berlaku. Ia berusaha untuk tidak melanggar tugas dan wewenang yang

dipercayakan pada dirinya. Apabila didapati melanggar peraturan yang berlaku, orang

yang disiplin pasti bersedia menerima sanksi atas apa yang dia lakukan.

Menurut Budiono (2006) kedisiplinan juga berarti suatu tuntutan bagi berlangsungnya kehidupan yang sama, teratur dan tertib,yang dijadikan syarat mutlak bagi berlangsungnya suatu kemajuan dan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik.

Kedisiplinan harus diwujudkan agar tercipta kehidupan yang teratur dan

tertib. Semua orang pasti senang dengan aktivitas kehidupan yang teratur dan tertib.

Namun sebagian orang menuntut berlangsungnya suatu kemajuan dalam

kehidupannya dan mengharapkan suatu perubahan yang lebih baik tanpa menyadari

bahwa dirinya terkadang masih melakukan pelanggaran atas aturan yang berlaku.

Jadi, dari kedua definisi tersebut definisi yang pertama tampak lebih jelas.

Definisi yang pertama dipilih karena memuat sikap menghormati suatu peraturan

yang berlaku, sehingga sesuai dengan penelitian ini.

Definisi Operasional Variabel (DOV) dalam penelitian ini menyatakan

kedisiplinan merupakan sikap menghormati dan menghargai peraturan yang berlaku

di SMA Kristen YSKI Semarang serta sanggup menjalankannya dan bersedia

menerima sanksi-sanksi yang diberikan kepada siswa yang melanggar. Variabel

kedisiplinan menggunakan skala interval yang pada instrument diturunkan menjadi

ordinal. Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel dalam pernyataan pada

angket:

1) Ketaatan terhadap tata tertib sekolah. Pada penelitian ini yang dimaksud

ketaatan terhadap tata tertib sekolah berupa kesediaan siswa dalam mentaati

tata tertib yang telah ditetapkan pihak sekolah dan berusaha untuk tidak

melanggar tata tertib tersebut sehingga terhindar dari sanksi yang ditetapkan

pihak sekolah.

2) Ketaatan terhadap kegiatan belajar di rumah. Pada penelitian ini yang

(5)

alokasi jam belajar di rumah secara konsisten sehingga siswa merasa kegiatan

belajar di rumah menjadi suatu rutinitas yang biasa dilakukan oleh siswa.

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan

Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin belajar menurut Suradi (2011) dijelaskan sebagai berikut.

1) Faktor instrinsik, meliputi:

Faktor psikologi, seperti minat, motivasi, bakat, konsentrasi, dan kemampuan kognitif.

Faktor fisiologis, yang termasuk dalam faktorfisiologis antara lain pendengaran, penglihatan, kesegaran jasmani,kekurangan gizi, kurang tidur dan sakit yang diderita.

2) Faktor yang kedua yaitu faktor ekstrinsik meliputi:

Faktor non-sosial, seperti keadaan udara,waktu, tempat, dan peralatan maupun media yang dipakai untuk belajar.

Faktor sosial, terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, danlingkungan masyarakat.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut penelitian ini berfokus pada faktor intrinsik

karena mengandung unsur kemampuan kognitif, sehingga sesuai dengan penelitian

ini.

2.2.3 Aspek-aspek dalam Kedisiplinan

Menurut Prijodarminto (1994 : 23-24), disiplin memiliki 3 (tiga) aspek. Ketiga aspek tersebut adalah:

1) Sikap mental (mental attitude) yang merupakan sikap taat dan tertibsebagai hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran danpengendalian watak.

2) Pemahaman yang baik mengenai sistem peraturan perilaku, norma,kriteria, dan standar yang sedemikan rupa, sehingga pemahaman tersebutmenumbuhkan pengertian yang mendalam atau kesadaran, bahwa ketaatanakan aturan. Norma, dan standar tadi merupakan syarat mutlak untukmencapai keberhasilan (sukses).

3) Sikap kelakuan yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati, untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib.

Melihat aspek-aspek tersebut diketahui bahwa sikap mental, pemahaman yang

baik terkait sistem peraturan, dan sikap kelakuan yang wajar menjadi aspek yang

penting dalam membangun kedisiplinan. Ketiga aspek tersebut saling berhubungan

bahkan sesuai dengan pernyataan dalam definisi.

2.3 Tanggung Jawab

2.3.1 Definisi Tanggung Jawab

(6)

terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Sikap bertanggung jawab termasuk salah satu faktor yang mempengaruhi

kemandirian belajar. Orang yang bertanggung jawab akan berusaha melaksanakan

tugas dan kewajibannya. Perilaku seseorang yang bertanggung jawab selalu berusaha

menghindari teguran atau sanksi apabila dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan

tugas dan kewajibannya.

Sedangkan pengertian bertanggung jawab menurut Magdalena (2011) adalah

suatu perbuatan untuk siap menanggung segala sesuatu hal yang muncul sebagai

akibat dari dilakukannya suatu aktivitas tertentu. Bertanggung jawab merupakan

suatu perbuatan yang timbul dari kesadaran atas suatu aktivitas tertentu yang

semestinya orang tersebut lakukan. Kesadaran inilah yang akhirnya menjadi patokan

bahwa orang tersebut dianggap layak disebut sebagai orang yang dewasa.

Jadi, dari kedua definisi tersebut definisi yang pertama tampak lebih jelas.

Definisi yang pertama dipilih karena memuat sikap dalam melaksanakan tugas yang

seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri, sehingga sesuai dengan penelitian ini.

Definisi Operasional Variabel (DOV) dalam penelitian ini menyatakan

tanggung jawab ialah sikap dan perilaku siswa kelas XI IPS 3 SMA Kristen YSKI

Semarang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya terhadap diri siswa. Variabel

tanggung jawab menggunakan skala interval yang pada instrument diturunkan

menjadi ordinal. Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel dalam

pernyataan pada angket:

1) Kemampuan mengelola waktu dengan baik. Pada penelitian ini yang

dimaksud kemampuan mengelola waktu dengan baik seperti kemampuan

siswa membuat jadwal belajar di rumah seefektif mungkin dan mampu

mencari waktu ketika jadwal belajarnya dirasa kurang optimal.

2) Kesediaan menyelesaikan tugas. Pada penelitian ini yang dimaksud kesediaan

(7)

menyelesaikannya tepat waktu atau sebelum batas waktu yang telah

ditetapkan oleh guru ekonomi.

2.3.2 Aspek-aspek Tanggung Jawab

Josepshon, Peter, dan Dowd (2003 : 103) dalam Pariwara menjelaskan bahwa tanggung jawab mempunyai beberapa aspek yang dapat diuraikan sebagai berikut:

Berani Menanggung Konsekuensi

Remaja yang bertanggung jawab adalah remaja yang berani menanggung risiko atas pilihannya, termasuk berani menghadapi akibat buruk jika ia tidak mampu menyelesaikan tugasnya atau melakukan perbuatan tertentu yang mempunyai risiko tidak enak baginya.

Ia tahu dan sadar bahwa hal baik maupun buruk pasti menyertai setiap tindakan dan pilihan yang diambilnya serta mau menanggung konsekuensi dari tindakan dan pilihannya. Clemen dan Bean (2001 : 89) menyebutkan bahwa remaja yang bertanggung jawab itu berani untuk mengakui kesalahan tanpa alasan yang dibuat-buat dan iapun mau menanggung konsekuensi dari perbuatannya.

Kontrol Diri

Kontrol diri berarti mengendalikan pikiran dan tindakan agar dapat menahan dorongan dari dalam maupun dari luar diri sehingga dapat bertindak dengan benar (Borba, 2008 : 95). Remaja yang bertanggung jawab memiliki kontrol diri yang kuat, ia mampu mengatakan “tidak” pada hal-hal yang dapat merugikan dirinya dan melakukan hal yang benar. Sebagai contoh, ketika teman-teman mengajak dirinya untuk pergi jalan-jalan dan nonton, ia mampu mengolah dirinya dan mau berkata tidak karena ia lebih memilih mengerjakan tugas rumah (PR) dan belajar untuk mempersiapkan pelajaran esok harinya. Selain itu, remaja yang bertanggung jawab mampu mengontrol tindakan dan emosinya di saat memiliki masalah dan mampu mengendalikan diri.Misalnya, gagal mendapatkan nilai baik dalam ulangan, tidak membuat dia lemah dan malas untuk belajar tetapi hal itu dapat memacunya agar lebih giat dalam belajar.

Menentukan Tujuan dan Membuat Perencanaan

Menentukan tujuan merupakan sebuah langkah penting yang harus kita buat sebelum kita melangkah, karena dengan menentukan tujuan lebih dahulu kita menjadi tahu hal-hal apa saja yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan kita.

Setelah memiliki tujuan yang jelas langkah berikutnya ialah membuat perencanaan agar tujuan yang telah ditentukan dapat tercapai. Perencanaan berarti mencari tahu sebelum waktunya, bagaimana cara mengerjakan sesuatu dengan efisien (Lewis 2004 : 338).

Memilih Sikap Positif

Remaja yang bertanggung jawab akan memilih sikap positif, seperti: antusias, jujur, murah hati, optimis, gigih, mau berusaha, dan kreatif daripada sikap negatif, seperti: putus asa, mencari jalan pintas, pesimis, tidak jujur, dan lain sebagainya. Sikap-sikap positif ini dapat mendukung perilaku-perilakunya yang bertanggung jawab.

Mandiri

Mandiri menjadi bagian dari sikap yang bertanggung jawab. Ketika remaja berlatih untuk mengerjakan hal-hal yang berkaitan dengan dirinya maupun yang berkaitan dengan orang lain, hal ini akan menumbuhkan sikap rasa percaya diri sehingga dapat mengambil keputusan dengan tepat dan dapat mempertanggungjawabkan atas perbuatannya.

Melakukan Kewajiban

Menjadi remaja yang bertanggung jawab berarti ia tahu apa yang menjadi kewajibannya dan melakukan kewajiban itu dengan sebaik-baiknya, sekalipun itu bukan tugas yang menyenangkan baginya.Ia akan tetap berusaha meskipun mengalami kesulitan, ia mempunyai komitmen untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.

(8)

menggunakan sebagian besar waktunya untuk belajar, maka ia akan belajar sebaik-baiknya tanpa harus diminta dan diawasi oleh orang tua maupun gurunya.

Mencapai Hasil yang Baik

Remaja yang bertanggung jawab itu tidak minimalis dan asal-asalan dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Kesadaran akan tugas-tugasnya mampu mendorong dirinya untuk menggunakan seluruh kemampuan yang ada dalam diri untuk mencapai hasil yang baik.

Bersikap Proaktif

Proaktif berarti menyadari bahwa kita bertanggung jawab atas pilihan-pilihan kita dan memiliki kebebasan untuk memilih berdasarkan prinsip dan nilai, dan bukan berdasarkan suasana hati dan kondisi di sekitar (Covey, 2006 : 223). Remaja yang proaktif akan mengambil inisiatif untuk meningkatkan kemampuan yang ada dalam dirinya. Sikap proaktif ini mendorongnya untuk melakukan apa yang menjadi tugasnya, ia tidak menunggu orang lain meminta untuk mengerjakannya.

Tekun

Tekun berarti rajin, bersungguh-sungguh, tetap berpegang teguh. Ketekunan akan sangat mendukung seorang remaja dalam menampakkan perilaku yang bertanggung jawab. Ketekunan membuat seseorang tidak mudah beralih ke hal-hal yang lebih menarik perhatiannya saat in harus mengerjakan tugasnya, sehingga apa yang menjadi tugasnya dapat dikerjakan dengan baik.

Lewis (2004 : 35) mengemukakan ciri-ciri remaja yang tekun yaitu: ia bersungguh-sungguh dalam mengerjakan sesuatu, ia tidak mudah meninggalkan pekerjaannya yang belum selesai dan beralih ke hal-hal yang menarik perhatiannya.

Reflektif

Sikap reflektif sangat dibutuhkan untuk membantu seseorang bisa menunjukkan perilaku yang bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari. Seorang remaja yang bertanggung jawab akan mencari waktu agar dapat melihat kembali apa yang sudah dilakukannya sehingga ia tidak mudah jatuh pada sikap suka menyalahkan keadaan atau orang lain.

Berdasarkan beberapa aspek tersebut maka diketahui aspek tanggung jawab

dalam penelitian ini memiliki hubungan terkait satu dengan lain. Ketujuh aspek

tersebut saling melengkapi sesuai dengan definisi dan indikator tanggung jawab.

2.4 Studi Terdahulu

Tidak ada perbedaan kemandirian remaja akhir ditinjau dari urutan

kelahiran. Tidak adanya

(9)

Sumber:

Selanjutnya, dari hasil penelitian ini terbukti bahwa subjek dalam status sosial ekonomi dengan kemandirian remaja akhir. Kemungkinan hal ini disebabkan jumlah subjek yang relatif kecil, alat ukur status sosial ekonomi yang sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini, dan dalam diri subjek telah terbentuk kelima unsur kemandirian, yakni adanya inisiatif, rasa percaya pada diri sendiri, dapat mengerjakan tugas rutin sendiri, dapat memecahkan masalah sendiri, dan adanya pengendalian dalam diri atau locus of control.

Table studi terdahulu yang terpampang pada table 2.1, maka dapat dikatakan

bahwa penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang pertama oleh karena

penelitian ini mengkaji kemandirian. Selain itu, secara garis besar, bentuk metodologi

yang dipakai juga sama. Dapat dikatakan demikian sebab penelitian ini memakai

pendekatan kuantitatif. Walaupun demikian, penelitian pertama tersebut memiliki

perbedaan pada variabel bebasnya yang mana pada penelitian ini mengangkat

variabel kedisiplinan dan tanggung jawab.

Melihat kajian tersebut, kaitannya dengan penelitian saat ini yakni penelitian

tersebut memberikan cukup banyak informasi yang dapat dijadikan referensi sebagai

(10)

informasi yang cukup mendalam tentang jenis metode yang sesuai dengan penelitian

ini yaitu penelitian jenis korelasi.

2.5Model Hipotetis

Masih rendahnya kemandirian belajar dalam pembelajaran ekonomi di

kalangan siswa kelas XI IPS 3SMA Kristen YSKI Semarang tampak menjadi gejala

problematika di dunia pendidikan yang tidak berdiri sendiri, diduga kedisiplinan dan

tanggung jawab merupakan dua faktor yang paling berhubungan signifikan dengan

kemandirian belajardalam pembelajaran ekonomi di kalangan siswa kelas XI IPS 3

SMA Kristen YSKI Semarang.

Pada penelitian ini, variabel independen (variabel bebas atau stimulus atau

predictor atau antecedent) diberi notasi X1 yaitu Kedisiplinan dan X2 yaitu Tanggung

Jawab. Sedangkan variabel dependen (variabel terikat atau output atau kriteria atau

konsekuen) diberi notasi Y yaitu Kemandirian Belajar.

Berdasarkan uraian yang dikemukakan, maka model hipotetis kerangka

berpikir sebagai berikut:

Model HipotetisProses Penelitian Kuantitatif

Keterangan:

X1= Kedisiplinan

X2= Tanggung Jawab

Y= Kemandirian Belajar

= menunjukkan hubungan asosiatif

2.6Hipotesis Penelitian

Pemikiran Sugiyono (2015 : 96) hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian. X1

X2

(11)

Berdasarkan pada perumusan masalah, maka hipotesis dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Hipotesis Kerja:

Kedisiplinan berhubungan positif dan signifikan dengan kemandirian belajar

dalam pembelajaran ekonomi di kalangan siswa kelas XI IPS 3 SMA Kristen

YSKI Semarang.

Hipotesis Statistik: H0: ρX1Y = 0 H1: ρX1Y > 0 2. Hipotesis Kerja:

Tanggung jawab berhubungan positif dan signifikan dengan kemandirian

belajar dalam pembelajaran ekonomi di kalangan siswa kelas XI IPS 3 SMA

Kristen YSKI Semarang.

Hipotesis Statistik: H0: ρ X2Y = 0 H1: ρ X2Y > 0 3. Hipotesis Kerja:

Kedisiplinan dan tanggung jawab berhubungan positif dan signifikan dengan

kemandirian belajar dalam pembelajaran ekonomi di kalangan siswa kelas XI

IPS 3 SMA Kristen YSKI Semarang.

Gambar

Tabel SOTA (State Of The Art)Tabel 2.1
Table studi terdahulu yang terpampang pada table 2.1, maka dapat dikatakan

Referensi

Dokumen terkait

Faktor dorongan tersebut pada umumnya berkaitan dengan ciri habitat: ini termasuklah kebergantungan mereka kepada persekitaran fizikal sehingga membentuk kearifan

There were two of holticulture classifications student’s holticulture terminology was still difficult for students at SMKN Pertanian terpadu provinsi Riau was in using

Rédigé afin d’accomplir l’une des conditions Pour l’obtention du diplôme de Master en Pédagogie.

Pembentukan modal sosial untuk mengurangi angka konflik merupakan salah satu bentuk tindakan yang dapat dilakukan oleh perusahaan melalui program-program CSR

Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dibahas pada bab sebelumnya, maka penulis dapat memberikan kesimpulan mengenai tingkat kepuasan mahasiswa terhadap kualitas pelayanan

badan hukum?Karena dengan bentuk badan hukum, bank memiliki kepastian hukum yang salah satunya adalah jaminan perlindungan hukum oleh negara, dalam hal ini melindungi

Hasil dari pengamatan struktur permukaan pada spesimen komposit yang berbabahan utama abu terbang, serbuk besi, dan resin polyester pada spesimen 3 dengan

Hal tersebut menujukan bahwa balas jasa dalam penerapan disiplin pada PT Jasaraharja Putera sudah dinilai sangat baik oleh karyawan perusahaan, karna pimpinan