KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
Jalan HR Rasuna Said Blok X2, Kav.7-8, KuninganJakarta Selatan 12950
Telp. (021) 5225180, Fax (021) 5256044
Direktorat Jenderal
Ketenagalistrikan
mendukung Zona Integritas
Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani
serta
Buletin Ketenagalistrikan
Edisi 44 Volume XIV| DESEMBER 2015 Pandu Satria Jati B Anggita Miftah Hairani
David F Silalahi Ahmad Amiruddin Novan Akhiriyanto Dina Andriani Hening Surya Bayu A.
Fanny Ristantono
Jalan HR Rasuna Said Blok X2, Kav.7-8, Kuningan Jakarta Selatan 12950
www.djk.esdm.go.id
Dari Redaksi
Pembaca yang budiman,
Menjelang akhir tahun 2015 ini, Kementerian ESDM mengeluarkan
Peraturan Menteri ESDM nomor 31 tahun 2015 tentang Penyediaan
Tenaga Listrik untuk Bangunan dalam Kawasan Terbatas. Dengan terbitnya
peraturan ini, pemilik dan pengguna rumah susun dan apartemen saat ini
tidak perlu bingung dengan aturan pembayaran listrik untuk bangunan
terbatas yang ditinggalinya. Aturan baru ini menunjukkan bahwa
pemerintah hadir untuk memperjelas aturan pembayaran listrik untuk
kawasan terbatas. Topik mengenai hal tersebut diulas dalam Tajuk Utama
Buletin Ketenagalistrikan pada edisi Desember ini.
Sementara itu, dalam Liputan Khusus dibahas mengenai peringatan Hari
Listrik Nasional ke-70 yang diperingati setiap tanggal 27 Oktober 2015.
Rangkaian peringatan ini diawali dengan fun walk, kemudian dilanjutkan
dengan seminar, cofee morning, untuk kemudian ditutup dengan pameran.
Topik lain yang dibahas dalam buletin edisi kali ini antara lain pemanfaatan
limbah PLTU Batubara untuk pembangunan infrastruktur, peluang usaha
penunjang ketenagalistrikan yang semakin terbuka, serta PLN yang diminta
untuk fokus pada distribusi dan transmisi listrik. Salah satu kegiatan
internal di Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan yang menjadi perhatian
edisi kali ini adalah kegiatan outing di Puncak yang mendekatkan jalinan
kebersamaan antar pegawai. Ini semua terekam dalam rubrik Galeri. Selain
itu, sosialisasi tentang pengendalian gratiikasi juga diliput untuk edisi ini.
Selamat membaca!
DAFTAR ISI
Dari Redaksi
Tajuk Utama
6 Listrik Untuk Apartemen Kini Ada Payung Hukumnya
Liputan Khusus
Hari Listrik Nasional ke-70
8 Fun Walk Pembuka Rangkaian Hari Listrik Nasional Ke-70
10 Upacara Peringatan Hari Listrik Nasional ke-70
12 Aksi Tim Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana PLN
13 Tantangan PLN di Hari Listrik Nasional
14 Skema Investasi dan Harga Menarik untuk Pembangkit EBT
16 Sistem Pendukung Program 35.000 MW Disiapkan
18 Peran MKI Perlu Terus Ditingkatkan
Warta Kita
22 Karya Anak Negeri Harus Diapresiasi
23 Pengelolaan Energi Butuh Partisipasi Rakyat
24 Pameran Kelistrikan Indonesian 2015
25 Stakeholder Ketenagalistrikan Harus Duduk Satu Meja dan Satu Visi
27 Kementerian ESDM Berpartisipasi Dalam IIICE 2015
28 PLN Diharapkan Fokus pada Distribusi dan Transmisi Listrik
29 Peluang Usaha Penunjang Ketenagalistrikan Semakin Terbuka
30 Program Lisdes dan Instalasi Listrik Gratis Efektif Percepat Angka RE
31 Mulai Januari 2016, Sertiikasi Usaha Jasa Penunjang Dilakukan
Secara Online
32 Proses Perizinan Ketenagalistrikan Diharapkan Dapat Lebih Ringkas
Xx
35 Komunikasi Stakeholder Ketenagalistrikan Perlu Terus Dijaga
36 Ditjen Ketenagalistrikan Selenggarakan Sosialisasi Pengendalian Gratiikasi
43 Insentif Sektor Ketenagalistrikan Dalam Paket Kebijakan Ekonomi III
Resensi Buku
33 Change Management dalam Reformasi Birokrasi
Galeri
38 Outing Pererat Jalinan Kebersamaan
Pojok Peraturan
42 Daftar Legislasi & Regulasi Terbaru Koleksi Perpustakaan DJK
Bulan Januari - November 2015
Tips
46 Cara Jitu Mengatur Anggaran Rumah Tangga
Inspirasi
48 Study Visit ke Perpustakaan di Malaysia
Kolom
51 Peran Perpustakaan dalam Repositori Institusi
Infograis
55 Satu Tahun Capaian Kementerian ESDM
12
Strategi Pemerintah untuk Dorong Program 35.000 MW
Outing Pererat Jalinan Kebersamaan
Limbah PLTU Batubara dapat
Dimanfaatkan untuk Pembangunan Infrastruktur
20
38
44
Tajuk Utama
Listrik untuk Apartemen
Kini Ada Payung Hukumnya
Pemilik dan pengguna rumah susun dan
apartemen saat ini tidak perlu bingung
dengan aturan pembayaran listrik untuk
bangunan terbatas yang ditinggalinya.
Permasalahan penyediaan listrik di
rumah susun saat ini telah memiliki
payung hukum yaitu Peraturan Menteri
ESDM nomor 31 tahun 2015 tentang
Penyediaan Tenaga Listrik untuk
Bangunan dalam Kawasan Terbatas.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan
Kementerian ESDM Jarman dalam
pembukaan coffee morning
sosialisasi peraturan terbaru sektor
ketenagalistrikan, Jumat (13/11)
menyampaikan bahwa aturan baru ini
menunjukkan bahwa pemerintah hadir
untuk memperjelas aturan pembayaran
listrik untuk kawasan terbatas.
Coffee Morning yang diselenggarakan
Ditjen Ketenagalistrikan menghadirkan
beberapa asosiasi dan pemilik
apartemen atau rumah susun
sebagai peserta. Direktur Pembinaan
Pengusahaan Ketenagalistrikan
Satya Zulfanitra berkesempatan
menyampaikan sosialisasi aturan
tersebut.
Menurut Satya, penyediaan tenaga
listrik pada kawasan terbatas dapat
dilakukan dengan tiga skema, yaitu
sambungan langsung dari PLN ke
masing-masing satuan bangunan,
sambungan melalui Pengelola sebagai
Usaha Penjualan, serta sambungan
melalui kerja sama pengelola dengan
PLN. Skema sambungan melalui kerja
sama pengelola dengan PLN inilah yang
diatur dalam Permen ESDM Nomor 31
Tahun 2015. Menurut Satya, kondisi
di lapangan menunjukkan bahwa
penyaluran tenaga listrik di kawasan
terbatas seperti apartemen, rusun
dan strata title lainnya, umumnya
tidak bersifat bisnis atau usaha,
sehingga perlu pengaturan khusus
agar tidak terjadi perselisihan atau
dispute di masyarakat dan pemangku
kepentingan.
“Dalam hal pengelola meneruskan
seluruh biaya terkait dengan penyaluran
listrik kepada tenant termasuk listrik
untuk fasilitas umum dan fasilitas
sosial yang digunakan bersama tanpa
diperoleh margin keuntungan, maka
pengelola dikategorikan tidak menjual
listrik” ungkap Satya.
Namun menurut Permen ESDM tersebut
Tajuk Utama
jika pengelola meneruskan seluruh
biaya terkait dengan penyaluran listrik
kepada tenant termasuk listrik untuk
fasilitas umum dan fasilitas sosial yang
digunakan bersama dengan tambahan
margin keuntungan tertentu, maka
pengelola dikategorikan menjual listrik.
“Dan karenanya harus memiliki
penetapan wilayah usaha dari BKPM
dan memperoleh izin usaha penyediaan
tenaga listrik dari Gubernur” tegas
Satya.
Dalam Permen ESDM 31/2015
ini, pemilik atau penghuni berhak
mendapatkan informasi atas biaya
pemanfaatan tenaga listrik yang
dibayar kepada PLN dan data total
pemakaian tenaga listrik pada benda
bersama dan bagian bersama. Selain
itu Perhimpunan Pemilik dan Penghuni
atau Pengelola wajib menyampaikan
informasi kepada pemilik atau penghuni
Satuan Bangunan setiap bulan sesuai
permintaan.
Menurut Jarman, coffee morning ini
dilakukan untuk menerima masukan
dari peserta. Masukan dan usulan
bisa disampaikan melalui diskusi
atau secara tertulis kepada Ditjen
Ketenagalistrikan.
Menurutnya pemerintah juga
mengharapkan masukan dari
masyarakat baik pemilik apartemen
maupun pengelola untuk
menyempurnakan aturan ini.
“Mudah-mudahan aturan ini bisa memberi
kepastian sehingga tidak lagi terjadi
masalah,” ungkap Jarman. Menurutnya
hal yang penting adalah prinsip
keterbukaan. Ia mengapresiasi
masukan dari peserta mengenai
perlunya pihak ketiga yang mengaudit
pelaporan pengelola rusun atau
aprtemen setiap bulannya. (PSJ)
Atas - Direktur Satya Zulfanitra menjelaskan pokok-pokok Permen 31/2015 Tengah - Peserta merupakan stakeholder yang terkait dengan topik mengenai listrik untuk apartemen, termasuk developer apartemen
Liputan Khusus
Hari Listrik Nasional
Hari masih sangat pagi, matahari belum sepenuhnya terbit
dari pucuk timur. Namun ratusan orang sudah mendatangi
halaman kantor pusat PT PLN (Persero) di kawasan Trunojoyo
Jakarta, Minggu (25/10). Keceriaan jelas terlihat dari
orang-orang yang berpakaian putih merah dan bertopi ini. Bersama
keluarga dan sahabat, mereka mendatangi tempat registrasi
dan siap mengikuti Fun Walk Hari Listrik Nasional (HLN)
ke-70.
Banyak diantara mereka membawa tongsis untuk berfoto
selie. Semakin siang, jumlah mereka semakin bertambah dan kepadatan orang-orang tak terhindarkan. Untungnya
panitia yang terdiri dari PT PLN (Persero) dan Masyarakat
Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) sigap mengatur
kerumunan orang.
Fun Walk
Pembuka Rangkaian
Hari Listrik Nasional Ke-70
Tepat pukul setengah tujuh pagi, Sekretaris Direktorat
Jenderal Ketenagalistrikan Sujatmiko mengibarkan bendera
start yang diiringi dengan pelepasan balon bertuliskan angka 70. Setelah bendera start berkibar, para peserta yang terdiri
dari karyawan keluarga besar PT PLN, MKI dan Kementerian
ESDM memulai berjalan kaki yang mengambil rute jalan
layang non tol Blok M- Antasari dan berputar di daerah
kemang.
Fun walk ini adalah pembukaan rangkaian acara HLN ke-70. Ketua Umum MKI Iwan Supangkat dalam sambutannya
selepas jalan santai menyampaikan bahwa rangkaian HLN
ke-70 masih akan dilanjutkan dengan upacara dan coffee morning pada tanggal 27 Oktober 2015 dan ditutup dengan pameran dan seminar tanggal 3 – 5 November 2015.
Hari Listrik Nasional
Iwan sangat senang karena dengan jalan santai ini semua
stakeholder dapat berkumpul dan bergembira bersama. Ia mengapresiasi kinerja dari panitia dan menyampaikan terima
kasih atas dukungan PLN dan Ditjen Ketenagalistrikan.
Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Tengah Nasri
Sebayang dalam sambutannya menyampaikan bahwa sektor
ketenagalistrikan mendapat tantangan yang tidak mudah
yaitu menyelesaikan program 35.000 MW dalam waktu lima
tahun. Hal ini menurutnya membutuhkan semangat dan
energi seluruh bangsa indonesia. Ia menyampaikan bahwa
tahun ini minimal 12.000 MW akan tandatangan kontrak dan
3.000 – 4.000 MW kapasitas listrik akan masuk ke sistem.
“Mari sama-sama ita menyatukan pendapat, dan energi,”
ajaknya. Menurutnya momentum 70 tahun listrik
indonesia dikelola oleh perusahaan nasional harus mampu
membangkitkan semangat karyawan PLN dan semua pihak
untuk mensukseskan program 35.000 MW. Jalan santai
ditutup dengan menikmati hiburan yang dipandu oleh
Ronal dan Tike sebagai MC. Sambil menunggu pembagian
doorprize, Chaplin Band tampil dan membangkitkan gelak tawa peserta. Meski berlangsung hingga siang hari, sebagian
besar peserta masih bertahan dan menikmati hiburan.
Selain itu dalam area fun walk juga dilaksanakan lomba menggambar untuk anak-anak, bazar dan photo booth.
Liputan Khusus
Upacara Peringatan
Hari Listrik Nasional ke-70
Tanggal 27 Oktober diperingati
sebagai Hari Listrik Nasional. Ditjen
Ketenagalistrikan bersama dengan
PT PLN (persero) dan Masyarakat
Ketenagalistrikan Indonesia (MKI)
menggelar upacara peringatan Hari
Listrik Nasional ke-70 di Plaza PLN
Pusat, Jakarta pagi ini (27/10). Staf
Ahli Menteri ESDM Bidang Komunikasi
dan Sosial Kemasyarakatan Ronggo
Kuncahyo selaku Pelaksana Harian (Plh.)
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan
menjadi pembina upacara.
Mengawali sambutan, Ronggo
menyampaikan bahwa Hari Listrik
Nasional bukanlah milik salah satu
instansi saja, namun juga milik seluruh
stakeholder dan masyarakat Indonesia.
Ronggo kembali mengingatkan
bahwa Program 35.000 MW yang
telah dicanangkan oleh Presiden Joko
Widodo pada awal Mei 2015 merupakan
suatu upaya untuk mempercepat dan
mendorong pembangunan infrastruktur
ketenagalistrikan di Indonesia.
“Program 35.000 MW bukanlah
proyek ambisius. Ini adalah hutang
Hari Listrik Nasional
pada masyarakat yang mengalami deisit listrik,” ujar Ronggo mengutip pernyataan Presiden.
Program ini juga memiliki multiplier effect yang besar bagi pertumbuhan ekonomi, yakni penyerapan tenaga
kerja secara langsung sebanyak
600.000 orang dan tiga juta tenaga
kerja secara tidak langsung. Oleh
karena itu, Ronggo mengharapkan
dukungan dari para stakeholder dan masyarakat untuk menyukseskan
Program 35.000 MW.
Terlebih lagi, Ronggo menambahkan,
akhir tahun ini Masyarakat Ekonomi
Asean (MEA), sudah akan mulai
diberlakukan.
“Untuk menghadapi MEA, sektor
ketenagalistrikan kita harus dapat
bersaing dengan negara-negara lain di
kawasan Asean,” ujar Ronggo.
Meskipun rasio elektriikasi Indonesia meningkat pesat dari 67.12% di tahun
2010 menjadi 86.36% di tahun 2015,
ini masih tertinggal dibanding
negara-negara tetangga seperti Singapura
(100%), Brunei Darussalam (99.7%),
dan Thailand (99.3%). Ronggo menutup
sambutanya dengan menyampaikan
bahwa target pemerintah untuk mencapai rasio elektriikasi 97.4% pada akhir 2019 menjadi tantangan
kita bersama.
Peringatan Hari Listrik Nasional
ke-70 dimeriahkan dengan penampilan
marching band, paduan suara, dan simulasi dari Tim Reaksi Cepat
Penanggulangan Bencana PLN. Ada
pula pemotongan tumpeng oleh
Ronggo Kuncahyo untuk kemudian
diberikan kepada Dirut PLN Sofyan
Basir. Rangkaian acara peringatan Hari
Listrik Nasional ke-70 diawali pada
Minggu (25/10) dengan acara jalan
santai.
Hari ini, setelah upacara ada acara
coffee morning yang mengambil tema “Kendala dan Solusi Jangka Pendek
Bagi Pengembang Energi Terbarukan”.
Pameran listrik nasional di BSD akan
menutup rangkaian peringatan Hari
Listrik Nasional ini. (AMH)
Liputan Khusus
Hari Listrik Nasional
Pemotongan tumpeng oleh Ronggo Kuncahyo
Tim Paduan Suara ikut meramaikan upacara dengan
membawakan lagu-lagu daerah
Ronggo Kuncahyo menyampaikan sambutan selaku
pembina upacara
Pembacaan doa dipimpin oleh Kabag Rencana dan Laporan
DJK Totoh Abdul Fatah
Sesditjen Ketenagalistrikan Sujatmiko dan Direktur
Pembinaan Program Ketenagalistrikan Alihuddin Sitompul
Hari Listrik Nasional
Liputan Khusus
AKSI TIM REAKSI CEPAT
PENANGGULANGAN BENCANA PLN
DALAM PERINGATAN HARI LISTRIK NASIONAL KE-70
Seusai upacara peringatan Hari Listrik Nasional ke-70 bertempat di Plaza PLN Pusat, Jakarta (27/10), Tim Reaksi Cepat
Penanggulangan Bencana PLN menunjukkan aksinya. Tim melakukan simulasi penyelamatan kebakaran dari lantai puncak
di Gedung PLN Pusat. Simulasi dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai peran dan fungsi tim
Tantangan PLN di Hari Listrik Nasional
PT PLN (persero) diberikan tugas besar
sehubungan dengan Program 42.000
MW (Program 35.000 MW ditambah
dengan 7000 MW dari sisa fast track
pertama) yang dilaksanakan dalam
waktu lima tahun ke depan. Tapi
dengan dukungan semua pihak, tugas
ini akan dijadikan tantangan. Demikian
disampaikan Dirut PLN Sofyan Basir
dalam sambutannya pada acara
coffe morning di Kantor Pusat PLN di Jakarta (27/10). Coffee
morning ini merupakan salah satu acara dalam
rangkaian peringatan
Hari Listrik Nasional
ke-70 yang dihadiri oleh
komisaris PLN, Masyarakat
K e t e n a g a l i s t r i k a n
Indonesia (MKI),
pimpinan perusahaan dan
stakeholder lainnya.
“Meskipun banyak diskusi,
dan bahkan sempat
memunculkan polemik tapi
kami sebagai perusahaan
yang ditugasi akan serius;
berpegang tangan erat satu
sama lain, baik internal
maupun dengan pihak lain.
Mudah-mudahan menjadi lebih ringan
tugas kami,” ujar Sofyan.
Dari total 42.000 MW, 4500 MW
di antaranya berasal dari energi
terbarukan, yakni geothermal (1300
MW), hidro (1700 MW), mikrohidro
(700 MW), dan energi terbarukan
lainnya hingga 800 MW.
“Kami tahu kendala dan resikonya
terutama untuk geothermal. PLN
mendorong supaya kendala tersebut
dapat diatasi. Pengembangan energi
terbarukan diharapkan lebih serius,
terlebih kita punya geothermal yang
potensinya besar. Masalah harga dan
investasi yang cukup besar menjadi hal
lain yang juga perlu kita diskusikan.
Kami tidak menutup mata, pengusaha
dan pemerintah diharapkan bisa
sama-sama memahami potensi dan resiko
yang ada dalam bisnis ini,” ungkap
Sofyan.
Sofyan kemudian menyampaikan
permasalahan yang dihadapi oleh
PLN. Ia mencontohkan pemadaman di
beberapa tempat di Jabodetabek dalam
kurun waktu 3-4 bulan ke terakhir
diakibatkan oleh usia gardu dan trafo
yang sudah lanjut. Kabel bawah tanah
yang tua juga harus segera dirapikan.
Ini butuh perbaikan menyeluruh dalam
waktu 1-2 tahun ke depan.
Pembebasan lahan dan perijinan yang
tidak tuntas dalam kurun 5-10 tahun
ke belakang menjadi permasalahan
tersendiri. Sofyan mengatakan telah
berdiskusi dengan pemerintah supaya
mengeluarkan regulasi agar masalah
ini dapat ditangani lebih cepat dan
lebih mudah dengan kekuatan hukum
yang jelas.
Sebelumnya, Sofyan menyampaikan
PLN tengah berupaya meningkatkan
kualitas dengan mengurangi
pemadaman, meningkatkan pelayanan,
dan mempercepat permintaan
sambungan listrik. Ia menyampaikan
hal tersebut selepas upacara Hari
Listrik Nasional ke-70 di Plaza PLN
Pusat sebelum coffee morning. Sofyan juga sempat membahas
masalah subsidi listrik
untuk masyarakat
miskin namun tidak
mendapat subsidi, ia
dapat mengajukan
kartu miskin. Kartu
miskin adalah kriteria
dari pemerintah untuk
mendapat subsidi
listrik,” terang Sofyan.
Sofyan menyatakan pihaknya ingin
permasalahan subsidi ditertibkan agar elektriikasi meningkat dan pelayanan meningkat. Tanggal 1 Januari 2016,
pengaturan mengenai subsidi yang
baru akan dicanangkan namun
pelaksanaannya bertahap.
“Kalau tidak punya kartu miskin,
tidak dapat subsidi. Ini adalah untuk
kepentingan masyarakat yang lebih
luas. Jangan minta subsidi kalau tidak
layak dapat subsidi” tegas Sofyan.
(AMH) Dirut PLN Sofyan Basir menyampaikan tantangan yang dihadapi PLN
Hari Listrik Nasional
Liputan Khusus
Skema Investasi dan Harga Menarik untuk
Pembangkit EBT
Pemerintah terus mendorong pengembangan dan
pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT). Disamping
untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik, pengembangan
EBT juga terus dilakukan dalam rangka menurunkan tingkat
emisi CO2 dengan memberikan skema investasi yang
menarik dan harga jual tenaga listrik yang lebih kompetitif.
Hal tersebut disampaikan Pelaksana Harian Dirjen
Ketenagalistrikan Ronggo Kuncahyo saat menyampaikan
sambutan Dirjen Ketenagalistrikan pada coffee morning
Hari Listrik Nasional (HLN) ke-70 yang dilaksanakan setelah
upacara peringatan HLN ke-70, Selasa (27/10).
Menurut Ronggo Saat ini komposisi pembangkit listrik dari
air, panas bumi, dan energi terbarukan lain, baru mencapai
11 persen dari total pembangkit yang ada di Indonesia.
Komposisi pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP)
hingga akhir tahun 2014 ini sebesar 1.405 MW, pembangkit
listrik tenaga air (PLTA) sebesar 5.059 MW, pembangkit
listrik berbasis bioenergi, tenaga surya, angin, arus laut,
dan lain-lain sebesar 216 MW. Ronggo menambahkan bahwa
dalam pertemuan G20 di Pittsburgh, Pennsylvania, Amerika
Serikat, Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan
emisi gas rumah kaca sebesar 26% dari level “business as
usual” pada tahun 2020. “Atau 41% bila ada bantuan dari negara- negara maju,” ungkapnya.
Selain memenuhi target energy mix, pembangunan listrik berbasis EBT juga akan memberi ruang bagi badan usaha
ketenagalistrikan berskala kecil dan menengah untuk
berpartisipasi lebih luas. Hal ini telah didukung dengan
perbaikan feed in tariff yang progresif. Menurutnya pemerintah akan terus menyiapkan regulasi mengenai feed
in tariff pembangkit listrik berbasis EBT yang dapat menarik investor untuk berinvestasi di sektor pembangkit listrik EBT
di Indonesia.
Coffee morning sendiri menghadirkan beberapa pembicara seperti Ketua Umum Indonesian Geothermal Association
(INAGA) Abadi Poernomo yang memeparkan tentang
kendala & Usulan bagi Pengembangan dan Pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi. Materi kedua adalah
Kendala & Usulan bagi Pengembangan dan Pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Air yang disampaikan oleh
Ketua Umum Asosiasi Pengembang PLTA (APPLTA ) M. Riza
Ronggo Kuncahyo menegaskan pemerintah terus mendorong
Husni. Selain itu Nur Pamudji selaku Kepala Unit Pelaksana
Program Pembangunan Ketenagalistrikan Nasional (UP3KN)
juga menyampaikan presentasinya. Terakhir Direktur
Bisnis Regional Jawa Bagian Tengah PT PLN (Persero) Nasri
Sebayang menyampaikan posisi PT PLN dalam mendukung
dan mengembangkan pembangkit listrik dari energi
terbarukan khususnya dari air dan panas bumi.
Coffee morning ini dilaksanakan oleh MKI dengan mengundang para pimpinan perusahaan, pelaku usaha,
akademisi dan masyarakat umum. Menurut Ketua Umum
MKI Iwan Supangkat, pihaknya selaku mitra pemerintah siap
mendukung program pemerintah dan memberikan
masukan-masukan berarti khususnya dalam mengembangkan
pembangkit listrik dari EBT. (PSJ)
Liputan Khusus
Hari Listrik Nasional
Peserta coffee morning merupakan stakeholder ketenagalistrikan. Coffee morning dilaksanakan seusai upacara peringatan HLN ke-70
Liputan Khusus
Hari Listrik Nasional
Sistem Pendukung Program 35.000 MW
Disiapkan
Program 35.000 MW merupakan suatu kebutuhan bagi
bangsa Indonesia. Untuk itu seluruh sistem pendukung
termasuk industri dan tenaga kerja harus dipenuhi. Industri
harus memenuhi target konten lokal sedangkan tenaga
kerja Indonesia harus kompetitif karena Indonesia akan
menghadapi persaingan regional.
Hal tersebut menjadi pembahasan inti yang mengemuka
dalam pembukaan Pameran dan Seminar Hari Listrik Nasional
ke-70 yang diselenggarakan di Indonesia Convention
Exhibition (ICE), BSD City Tangerang, Selasa (3/11). Diskusi
tersebut menghadirkan tiga pembicara yaitu Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said, Menteri
Perindustrian Saleh Husin, dan Menteri Tenaga Kerja
Muhammad Hanif Dhakiri. Hadir sebagai moderator diskusi
adalah Ketua Umum Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia
(MKI) Supangkat Iwan Santoso.
Saleh Husin mengajak mengajak MKI bersama PT PLN
(Persero) untuk berkoordinasi agar program 35000 MW yang
akan dibangun hingga tahun 2019 lebih memprioritaskan
tingkat komponen dalam negeri. “Mendorong perindustrian
berarti mendorong perekonomian nasional,” ajaknya. Ia
berpesan agar pelaku industri ketenagalistrikan menjaga
mutu dan time delivery agar program ini berjalan dengan lancar.
Hanif Dhakiri menyampaikan bahwa penyerapan tenaga
kerja untuk program 35.000 MW adalah 650 ribu sampai tiga
juta tenaga kerja. Menurutnya penyerapan itu sangat besar
dan membutuhkan perhatian khusus. Hanif menyampaikan
bahwa kebijakan Kementerian Ketenagakerjaan adalah
peningkatan potensi ketenagakerjaan. Namun hal itu tidak
dapat semata-mata dilakukan pemerintah. Ia mengajak
seluruh stakeholder seperti balai latihan kerja hingga pelaku industri meberikan perhatian pada aspek ketenagakerjaan.
“Salah satu poin penting adalah standar kompetensi tenaga
kerja,” ungkap Hanif. Menurutnya saat ini belum ada
clustering jabatan-jabatan di kelistrikan. Untuk menjadi
ahli kelistrikan menurutnya saat ini harus mendapat banyak sekali settiikat kompetensi.
“Indonesia hobi membisniskan yang printil-printil. Ini harus
diatur” tegasnya.
Pihaknya akan membuat sertiikasi untuk ahli ketenagalistrikan menjadi lebih sederhana. Hanif juga mengajak para pelaku
industri ketenagalistrikan memperhatikan aspek keselamatan
kerja. Ia berbagi pengalaman bagaimana suatu pengalaman
dan otodidak menjadi hal penting di luar pendidikan formal.
“Banyak yang ahli listrik bukan karena sekolah,hal tersebut
menjadi perhatian” ujarnya. Hanif juga mengajak para pelaku
industri untuk lebih memperhatikan aspek keselamatan
kerja. Menurutnya K3 bukanlah beban namun suatu investasi
bagi perusahaan. Menteri ESDM dalam kesempatan tersebut
menyampaikan bahwa perizinan di sektor ESDM khususnya
ketenagalistrikan akan terus diperingkas dan dipercepat.
”Semakin banyak izin, semakin banyak interaksi, semakin
banyak transaksi,” tuturnya. “Saya mendorong segala
sesuatu lebih realistis dan down to earth” tegasnya.
Sudirman Said mengingatkan, ada sejumlah tantangan dalam
proyek 35.000 MW antara lain masalah pembebasan lahan,
perizinan, harga jual-beli listrik, serta masalah penegakan
hukum. Ia meminta semua pemangku kepentingan, baik
di pusat maupun daerah, bahu-membahu menuntaskan
program tersebut. (PSJ)
Liputan Khusus
Hari Listrik Nasional
Sesditjen Ketenagalistrikan Sujatmiko (depan pertama dari
kiri) menjelaskan kiosk ketenagalistrikan pada Menteri ESDM
Sudirman Said (depan kedua dari kiri)
Booth Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dalam
pameran HLN ke-70 di ICE, Tangerang
Peran MKI Perlu Terus Ditingkatkan
Sebagai mitra pemerintah, peranan Masyarakat
Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) diharapkan dapat terus
ditingkatkan. Sumbangan pemikiran MKI sangat dibutuhkan
pemerintah khususnya dalam mensukseskan program
pemerintah 35.000 MW. Hal tersebut disampaikan Direktur
Jenderal Ketenagalistrikan Jarman pada penutupan Pameran
Hari Listrik Nasional (HLN) ke-70 yang digelar MKI di ICE
BSD City Tangerang, Kamis (5/11).
Menurut Jarman, penyelenggaraan HLN ke-70 tahun 2015
ini diselenggarakan dengan sukses oleh MKI. Tahun ini MKI
yang sudah tiga kali menyelenggarakan Hari Listrik Nasional
bekerja dengan baik dan mampu memberikan semangat
tersendiri untuk sektor ketenagalistrikan. Kegiatan seminar
dan pameran yang dilaksanakan selama tiga hari sukses
menghadirkan tiga Menteri yaitu Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said, Menteri Perindustrian
Saleh Husin, dan Menteri Tenaga Kerja Muhammad Hanif
Dhakiri.
“Meski masih ada yang harus diperbaiki namun dari beberapa
segi penyelenggaraan HLN tahun ini berjalan dengan lancar
dan meriah,” ungkapnya.
Hari Listrik Nasional
Melalui penyelenggaraan pameran dan seminar ini Jarman
mengharapkan MKI mampu memberikan sumbangan
pemikiran kepada pemerintah dan PLN. “Seluruh stakeholder
diharapkan memberikan pemikiran-pemikiran kepada
pemerintah selaku regulator dan PLN selaku operator utama
sektor ini” jelasnya.
Ketua panitia HLN ke70 Sri Andini menyampaikan terima
kasih atas perhatian pemerintah, peserta pameran dan
sponsor yang ikut menyukseskan pameran ini. Ketua umum
MKI Supangkat Iwan Santoso juga mengapresiasi kinerja
panitia yang dalam waktu singkat mau bekerja siang dan
malam untuk lancarnya kegiatan ini.
Penutupan pameran HLN ini dihadiri oleh beberapa pimpinan
dan anggota MKI, peserta pameran dan pengunjung.
Jarman mengapresiasi keikutsertaan beberapa Perguruan
Tinggi dalam pameran HLN ini. Ia berharap di tahun-tahun
mendatang jumlah perguruan tinggi yang mengikuti pameran
semakin meningkat. “Selamat kepada panitia khususnya Bu
Sri andini selaku ketua panitia. Cukup jauh dari Jakarta tapi
banyak juga yang hadir,” ungkapnya. “Tahun depan saya
harapkan MKI akan lebih baik lagi” harapnya. (PSJ)
Warta Kita
Strategi Pemerintah untuk Dorong Program
35.000 MW
Sejak digaungkan, Program 35.000
MW banyak menarik minat investor
untuk turut andil dalam program yang
digagas oleh pemerintah ini. Untuk
memberikan pemahaman kepada
calon investor, Dirjen Ketenagalistrikan
Jarman menyampaikan paparan
mengenai Program 35.000 MW dalam
Executive Breakfast Meeting dengan tema Program 35.000 MW: Peluang
dan Tantangan Bagi Investor dan
Pemerintah, bertempat di The Plaza Ofice Tower (20/10).
Setelah pembukaan oleh Claudia Lauw
Lie Hoeng dari Deloitte Indonesia, diskusi
panel dilakukan dengan moderator
M.Ikhsan dari Universitas Indonesia.
Ikhsan membuka diskusi dengan
memberikan gambaran mengenai
kebutuhan listrik di Indonesia yang
sangat besar di masa mendatang. Ia
lalu mengajukan tiga pertanyaan untuk
Jarman terkait Program 35.000 MW,
yakni mengenai kebijakan pemerintah
secara umum untuk program ini,
solusi pemerintah untuk mengatasi
permasalahan pembebasan lahan serta
isu kehutanan untuk pembangkit panas
bumi, dan mengenai kebijakan tarif
dan subsidi.
Jarman menjelaskan bahwa pemerintah
telah mengeluarkan regulasi untuk
mendorong percepatan pembangunan
ketenagalistrikan. Di awal tahun ini,
Kementerian ESDM mengeluarkan dua
peraturan menteri (Permen), yakni
Permen ESDM Nomor 1/2015 dan
Permen ESDM Nomor 3/2015. Dalam
Permen Nomor 1/2015 dinyatakan
bahwa antar pemegang izin usaha
penyediaan tenaga listrik yang memiliki
wilayah usaha yang telah beroperasi,
dapat bekerja sama secara langsung
dan tidak memerlukan izin usaha
penyediaan tenaga listrik yang baru.
Sementara itu, Permen 3/2015
mengatur tentang prosedur pembelian
tenaga listrik dan harga patokan
pembelian tenaga listrik melalui
pemilihan langsung dan penunjukan
langsung. Dalam Permen itu ditetapkan
mengenai ceiling price (harga patokan) dimana jika harga sudah masuk dalam
ceiling price, maka bisa langsung dilakukan kerja sama tanpa harus
melewati persetujuan lagi dari Menteri.
Permen tersebut juga mensyaratkan
uji tuntas atas kemampuan teknis dan inansial pengembang untuk menjaga supaya pelaksanaan pembangunan
pembangkit listrik berjalan lancar. Ini
juga untuk menghindari kegagalan
Warta Kita
seperti pada Fast Track Programme
(FTP) I dan II yang memenangkan
lelang berdasarkan harga terendah.
Lebih lanjut, Jarman mengungkapkan
jika Direktorat Jenderal
Ketenagalistrikan (DJK) juga sudah
mengurangi perijinan. Sebagian besar
perijinan di bidang ketenagalistrikan
kini diserahkan ke Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (PTSP) Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM). Jarman
meyakinkan jika proses perijinan akan
dilakukan dengan transparan.
Program 35.000 MW diperkirakan
menelan biaya hingga 1.100 triliun
rupiah. “Ini tentunya sangat berat bagi
PLN,” tutur Jarman. Oleh karenanya,
PLN hanya mendapat porsi 25% dalam
program ini sementara yang 75% akan
diserahkan ke Independent Power Producer (IPP). Pemerintah meminta PLN untuk lebih fokus membangun
jaringan transmisi listrik.
“Transmisi ini sangat penting dan
harus dikontrol oleh pemerintah,”
ujar Jarman. Terkait pembangunan
pembangkit listrik di hutan, Jarman
mengungkapkan sekarang sudah ada
regulasi yang mengatur hal tersebut.
Pada intinya, pembangkit listrik panas
bumi kini bisa dibangun di kawasan
hutan. Tarif untuk panas bumi juga
sudah dibuat menarik untuk investor
sehingga diharapkan mereka mau
berinvestasi untuk pembangkit listrik
panas bumi di Indonesia.
Sehubungan dengan masalah
pembebasan lahan, Jarman mengatakan
sudah ada Undang-Undang Nomor
2/2012 tentang Pengadaan Tanah
Bagi Pembangunan untuk Kepentingan
Umum. Ia mencontohkan PLTU
Batang yang awalnya lama terkendala
pembebasan lahan – lebih dari tiga
tahun – tapi kini lahan di sana sudah
mulai dibebaskan.
Subsidi juga menjadi hal yang dibahas
dalam pertemuan kali ini. Jarman
menyebutkan di awal ia menjadi
Dirjen, hampir semua pelanggan PLN
mendapatkan subsidi. Namun sekarang
pemerintah mengurangi subsidi dan
mulai memperkenalkan automatic tariff adjustment yang didasarkan pada tiga hal, yakni harga ICP (patokan harga
minyak Indonesia), kurs dollar, dan inlasi.
Subsidi nantinya akan memberikannya
kepada yang benar-benar
membutuhkan. “Mulai tahun 2016,
yang tidak mempunyai Kartu Miskin
dilarang menikmati subsidi listrik,”
tegas Jarman.
Jarman menambahkan, DJK dan PLN
akan mendatangi daerah-daerah di
Indonesia untuk memberikan sosialisasi
mengenai kebijakan yang rencananya
diberlakukan per Januari 2016 ini.
Sosialisasi juga akan dilakukan melalui
media cetak dan elektronik. Menurut
Jarman, subsidi listrik ini diharapkan
lebih bermanfaat dibanding jika dalam
bentuk uang. (AMH)
Warta Kita
Karya Anak Negeri Harus Diapresiasi
Program pembangunan pembangkit
listrik 35.000 MW yang akan dibangun
hingga tahun 2019 memberikan banyak
kesempatan kepada industri dalam
negeri. Dengan program ini sekitar
650.000 tenaga kerja langsung dan 3
juta orang tenaga kerja tak langsung
akan menerima manfaat. Penyerapan
Tingkat Komponen Dalam Negeri
diperkirakan akan menyentuh 40
persen (setara dengan Rp440 triliun)
dari total kebutuhan investasi. Untuk
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan
Jarman mengapresiasi langkah Majalah
Listrik Indonesia yang memberikan
penghargaan kepada
perusahaan-perusahaan dalam negeri yang mampu
memberikan kontribusi positif bagi
sektor kelistrikan Indonesia.
Dalam pembukaan Pameran Kelistrikan
Indonesia 2015 yang dilaksanakan di
Grand City Surabaya, Rabu (21/10),
Jarman menyampaikan bahwa
Electricity Award yang diberikan oleh Majalah Listrik Indonesia bekerjasama
dengan Majalah SWA adalah suatu
langkah positif menghargai karya
anak bangsa. Menurutnya pengelolaan
energi harus dikelola dengan baik dan
seimbang.
“Pihak asing punya penandaan, perlu
diundang (berinvestasi), tapi kita juga
perlu meningkatkan komponen dalam
negeri,” tegas Jarman. Dengan begitu
menurutnya Indonesia dapat mengejar
ketertinggalan dari negara-negara ASEAN baik dalam hal rasio elektriikasi maupun konsumsi listrik perkapita
nasional.
Pada pembukaan pameran ini
diserahkan pula penghargaan
Indonesia Best Electricity Award
(IBEA). Pada IBEA 2015 ini, kategori
penilaiannya meliputi Best Services, Best Independent Power Producers
(IPP), Best Operation & Maintenance
[O&M], serta 10 perusahaan terbaik.
Sebagai juri dalam pengharagaan
tersebut diantaranya Anggota Dewan
Energi Nasional (DEN) Tumiran,
Komisaris PT PLN (Persero) Milton
Pakpahan, serta redaksi dari Majalah
Listrik Indonesia, Majalah SWA dan
beberapa pakar kelistrikan lainnya.
Jarman sangat mengapresiasi kerja
panitia pameran kelistrikan indonesia
dan juri yang telah mempersiapjkan
penghargaan ini. Ia berharap
penghargaan ini mampu menginspirasi
perusahaan-perusahaan di sektor
ketenagalistrikan lainnya untuk bekerja
lebih baik ke depannya. Ia menitip
pesan agar perusahaan-perusahaan
tersebut meningkatan ketahanan
energi dengan menjaga kualitasnya.
“Ide penghargaan ini akan memacu
perusahaan-perusahaan lain untuk
menyediakan listrik yg berkualitas,”
ujarnya. Jarman juga mengajak
perguruan-perguruan tinggi yang
memiliki jurusan elektro untuk
bersama-sama membantu pemerintah
meningkatkan ketahanan energi. (PSJ)
Warta Kita
Pengelolaan Energi Butuh Partisipasi Rakyat
Energi merupakan hajat hidup rakyat
yang dikelola negara. Untuk itu
pemerintah terus bekerja memberikan
andil yang besar guna mewujudkan
target tambahan kapasitas pembangkit
listrik sebanyak 4,2 GW pada tahun
2019 nanti. Hal tersebut disampaikan
oleh Direktur Pembinaan Program
Ketenagalistrikan Alihuddin Sitompul
dalam Forum Kelistrikan yang
diselenggarakan dalam rangkaian
Pameran Kelistrikan Indonesia di Grand
City Surabaya, Rabu (21/10).
Upaya pemerintah tersebut disebutnya
melalui kebijakan perencanaan
program ketenagalistrikan hingga
pembuatan peraturan-peraturan
untuk mempercepat investasi
ketenagalistrikan. Meski dikelola
negara, Alihuddin mengharapkan
partisipasi aktif dari seluruh elemen
masyarakat mensukseskan program
35.000 MW.
Alihuddin mengajak peserta forum
untuk menyadari bahwa Indonesia
masih tertinggal dari negara-negara
tetangga dalam hal penyediaan
kelistrikan. Sebagai gambaran, saat ini rasio elektriikasi Indonesia masih mencapai 86,35% dimana masih ada
sekitar 40 juta penduduk Indonesia
belum mendapat listrik. Provinsi Jawa
Timur berdasarkan data Kementerian
ESDM juga masih 83,55%.
“Walaupun di Surabaya banyak listrik,
tapi di Jawa Timur masih banyak
yang belum mendapat listrik,” ungkap
Alihuddin. Menurutnya pemerataan
energi listrik menjadi perhatian penuh
pemerintah saat ini.
Mengingat kebutuhan listrik Indonesia
yang besar, Anggota Dewan Energi
Nasional Tumiran yakin bangsa ini
dapat mencapai target pembangunan
35.000 MW dalam lima tahun. Ia
juga optimistis bahwa pembangunan
tersebut dapat dilakukan oleh
tenaga-tenaga dalam negeri. Mantan
dekan Fakultas Teknik Universitas
Gadjah Mada ini mengharapkan
partisipasi aktif dari perguruan tinggi
di Indonesia yang memiliki jurusan
elektro untuk menyumbangkan saran
dalam pengelolaan energi khususnya
mewujudkan target program 35.000
MW.
Forum kelistrikan ini merupakan
rangkaian acara pameran kelistrikan
yang diselenggarakan Majalah Listrik
Indonesia. Pameran ini diikuti oleh
100 manufaktur lokal dan global, serta
melibatkan seluruh elemen pelaku
bisnis kelistrikan. Termasuk di dalamnya
subsektor pendukung, asosiasi
kelistrikan dari dalam dan luar negeri.
Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan
dan Direktorat Jenderal Energi Baru
Terbarukan dan Konservasi Energi juga
berpartisipasi dalam pameran tersebut
untuk mendekatkan diri ke stakeholder.
(PSJ)
Warta Kita
Pameran Kelistrikan
Indonesia 2015
Grand City Surabaya, 21-23 Oktober 2015
Pameran Kelistrikan diselenggarakan di Grand City, Surabaya pada tanggal 21-23 Oktober 2015. Melalui pameran yang
diselenggarakan oleh Listrik Indonesia ini, Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan (DJK) memberikan informasi pada
pengunjung mengenai Program 35.000 MW yang belakangan ini marak diperbincangkan. DJK juga menyediakan informasi
4
Warta Kita
Stakeholder
Ketenagalistrikan Harus
Duduk Satu Meja dan Satu Visi
Pengaturan kewenangan di bidang ketenagalistrikan
mengalami perubahan berdasarkan Undang-Undang Nomor
23/2014 tentang Pemerintahan Daerah. Jika dulu bupati/
walikota memiliki kewenangan masing-masing di bidang
ketenagalistrikan termasuk juga dalam hal pendanaan,
dengan Undang-Undang Nomor 23/2014 ini kewenangan
diserahkan ke pemerintah provinsi dalam hal ini gubernur.
Hal ini menjadi salah satu pokok bahasan dalam Sosialisasi
Peraturan Perundang-Undangan Bidang Ketenagalistrikan di
Bandung (22/10).
Selain memperjelas pembagian kewenangan pusat
dan daerah, Sekretaris Direktorat Jenderal (Sesditjen)
Ketenagalistrikan Sujatmiko mengharapkan sosialisasi
ini juga dapat menjadi ajang saling berkomunikasi
antara stakeholder ketenagalistrikan dalam menghadapi
tantangan ketenagalistrikan sehingga target 35.000 MW
dapat direalisasikan. Sosialisasi ini juga diharapkan dapat
membuka masalah-masalah di sektor ketenagalistrikan dan
cara penyelesaiannya.
“Tidak mungkin pemerintah, swasta, PLN, dan masyarakat
jalan sendiri-sendiri. Kita harus satu meja, satu visi dengan
tugas masing-masing,” ujar Sujatmiko.
Tantangan di bidang ketenagalistrikan memang tak ringan.
Sujatmiko mencontohkan sampai Juli 2015, penjualan listrik
untuk industri turun hingga 2,3%. Ia mengatakan kalau
konsumsi listrik rumah tangga yang turun, itu adalah pertanda
baik karena masyarakat menuruti anjuran pemerintah
untuk menghemat listrik. Namun kalau konsumsi industri
yang turun, itu artinya banyak mesin-mesin produksi yang
tidak terpakai maksimal sesuai kapasitasnya. Artinya pula,
output turun dan ada ini dapat berimbas pada tenaga kerja;
termasuk kemungkinan merumahkan para pekerja industri.
Inilah yang membuat pemerintah mengeluarkan Paket
Kebijakan Ketiga yang di antaranya adalah diskon listrik
industri hingga 30% dari pukul 23.00 sampai 08.00. Tarif
listrik untuk industri juga turun secara konsisten melalui
skema tariff adjustment yang didasarkan pada tiga hal yakni: ICP (Indonesian Crude Oil Price), kurs rupiah terhadap dollar, dan inlasi. PLN juga memberikan grace period untuk penundaan tagihan listrik industri. Paket
Warta Kita
kebijakan ini berdampak positif pada industri yang terlihat
dari peningkatan pemakaian listrik industri pada Agustus
2015.
“Kita mempunyai semangat untuk terus memperbaiki eisiensi pembangkit dan distribusi sehingga harga listrik industri bisa turun. Ini tentunya akan menambah daya
saing industri kita,” tutur Sujatmiko dalam sambutannya. Ia
melanjutkan, “Listrik merupakan komponen dasar industri.
Kalau tidak kompetitif, ke depan akan berat.”
Sujatmiko juga mengungkapkan bahwa pemerintah sedang
membuat rancangan keputusan presiden (kepres) tentang
percepatan infrastruktur ketenagalistrikan. Regulasi ini
diharapkan dapat mempercepat PLN dalam pengadaan dan
pembebasan lahan, perijinan dan lainnya. Ia menyampaikan,
percepatan ini penting dilakukan karena sampai Agustus
2015, proyek-proyek transmisi di Jawa-Bali baru tercapai
9% dari target 100%. Capaian gardu induk baru 16%.
“Kalau tidak melakukan upaya luar biasa, kita khawatir target
35.000 MW di tahun 2019 tidak tercapai,” ungkapnya.
Terkait perijinan, Sujatmiko menyatakan bahwa nantinya
hanya akan ada tiga jenis perijinan di bidang ketenagalistrikan,
yakni ijin di bidang hulu (pembangkitan), ijin di bidang
hilir (pengusahaan), dan ijin penunjang (termasuk untuk
pemanfaatan jaringan). Hal lain seperti persetujuan harga,,
keselamatan kerja, masalah lingkungan dan lainnya akan
menjadi standar bagi pemohon ijin. Pemerintah hanya akan
mengeluarkan check list, jika standar terpenuhi, ijin akan
jalan terus dan tidak akan ditunda-tunda. Ia mengharapkan
pihak yang mengurusi perijinan dapat proaktif untuk
mengecek status perijinan di masing-masing instansinya.
Selain itu, Sujatmiko juga menyoroti pemberian subsidi listrik
bagi masyarakat tidak mampu. Jika dulu subsidi diberikan
pada mereka yang memasang daya berkapasitas 450 VA dan
900 VA, tahun depan hal tersebut akan berubah. Sujatmiko
menjelaskan, kenyataan di lapangan menunjukkan jika
mereka yang memasang daya 450 VA dan 900 VA tidak
serta-merta miskin. Subsidi listrik memang dipangkas dari
66 triliun tahun ini, turun menjadi 33,6 triliun di tahun 2016.
Sujatmiko menyampaikan pemerintah baik pusat maupun daerah dan PLN akan bekerja keras untuk mereklasiikasi kriteria masyarakat tidak mampu hingga mereka yang
benar-benar membutuhkan yang akan mendapatkan subsidi
listrik. (AMH) Atas - Narasumber sosialisasi berasal dari DJK, PLN, dinas
daerah
Kementerian ESDM Berpartisipasi
Dalam IIICE 2015
Kementerian ESDM berpartisipasi dalam pameran Indonesia International Infrastructure Convention dan Exhibiton (IIICE) 2015 di Jakarta Convention Center (JCC) pada tanggal 4-6 November 2015. Booth yang disediakan oleh Kementerian ESDM menampilkan beragam informasi mengenai sektor
energi dan sumber daya mineral termasuk peraturan
terbaru, dan juga menyediakan survey kepuasan publik
terhadap pelayanan informasi publik di Kementerian ESDM.
Ditjen Ketenagalistrikan sebagai unit di bawah Kementerian
ESDM juga turut menampilkan capaian dan regulasi di
bidang ketenagalistrikan dalam setahun terakhir ini dan
memberikan gambaran mengenai Program 35.000 MW.
IIICE 2015 merupakan salah satu acara dalam rangkaian
kegiatan tahunan Indonesia Infrastructure Week (IIW) 2015 yang diprakarsai oleh KADIN Indonesia. Wakil Presiden Jusuf
Kalla membuka IIW 2015 pada Rabu (4/11) di JCC.
“Bicara tentang infrastruktur tidak akan pernah berhenti.
Kebutuhan selalu meningkat baik dari segi kualitas maupun
jumlahnya. Tidak cukup dengan bicara, tapi harus dikerjakan
bersama-sama,” ujar Jusuf Kalla saat menyampaikan
sambutannya.
Warta Kita
Wakil Presiden menambahkan bahwa kebutuhan
infrastruktur Indonesia sangat besar. Hal ini dikarenakan
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah
penduduk yang jauh lebih besar dibanding negara-negara
ASEAN lainnya.
“Infrastruktur untuk negara kepulauan jauh lebih besar
dibanding negara daratan,” tambahnya.
Jusuf Kalla juga sempat membahas mengenai kebutuhan
listrik masyarakat Indonesia yang besar. Menurutnya,
dibutuhkan pembangunan yang lebih cermat dan investasi
yang besar untuk membangun infrastruktur ketenagalistrikan
di Indonesia.
Setelah membuka IIW 2015, Jusuf Kalla mengunjungi
pameran IIICE 2015. Booth Kementerian ESDM menjadi salah satu booth yang dikunjungi oleh Wakil Presiden. Program 35.000 MW termasuk topik yang paling banyak
diminati, ini terlihat dari banyaknya pertanyaan pengunjung
pameran mengenai program pemerintah yang dicanangkan
sejak Mei 2015 ini, tak terkecuali Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Petugas booth menjelaskan tentang capaian Program 35.000 dan capaian sektor ESDM secara umum dalam setahun
terakhir ini. (AMH) Wakil Presiden Jusuf Kalla mendengarkan penjelasan dari
salah satu staf DJK mengenai progres Program 35.000 MW
Pengunjung mengisi survey keterbukaan informasi publik
PLN Diharapkan Fokus
pada Distribusi dan
Transmisi Listrik
Pembangunan dan pengembangan infrastruktur listrik di
Indonesia sudah menjadi suatu kebutuhan yang harus
dilaksanakan karena masih banyak daerah di Indonesia yang
masih belum teraliri listrik. Untuk itu program pembangkit
listrik 35.000 MW harus bisa tercapai sesuai target.
Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Alihudin
Sitompul dalam konferensi pers di kantor Direktorat Jenderal
Ketenagalistrikan, Jakarta (6/11) mengatakan pemerintah
telah merencanakan siapa saja yang nantinya akan
men-supply power, yaitu 75% dari IPP (Independent Power Producer) dan 25% dari PT PLN (Persero).
“Ke depan PLN kita harapkan akan membangun gardu-gardu
untuk distribusi yang lebih luas dan lebih baik sehingga daya
energi yang diproduksi oleh IPP akan tersalurkan dengan
baik ke pelanggan,” ujar Ali. Jadi, pemerintah mengharapkan
ke depannya PLN hanya mengurus distribusi dan transmisi
listrik ke masyarakat dan tidak lagi terlalu memikirkan
tentang pembangkit.
Warta Kita
“Dengan demikian, rasio resiko kerugian
di dalam PLN akan semakin turun, dan
PLN akan mendapatkan untung yang lebih
baik untuk menjaga stabilitas sistem PLN
dalam menyediakan listrik ke masyarakat.
Jadi PLN tidak memikirkan pembangkit
lagi, tapi bagaimana distribusi dan
transmisi listrik ke masyarakat di seluruh
Indonesia menjadi lebih baik,” Ali kembali
menegaskan.
Mengenai revisi Rencana Umum
Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL)
yang baru, hingga saat ini PLN belum
memberikannya kepada pemerintah.
Revisi ini terkait dengan rencana awal
dimana PLN mengerjakan 10.000 MW
dari target program 35.000 MW, sekarang diganti menjadi
PLN hanya mengerjakan 5.000 MW saja. Karena belum
diserahkan ooleh PLN, maka saat ini PLN masih menggunakan
RUPTL yang lama.
“PLN belum selesaikan RUPTL untuk tahun ini. Pak Menteri
(Menteri ESDM Sudirman Said - red) sudah ngejar-ngejar
agar ada acuan ke depan untuk membangun pembangkit
listrik,” pungkas Ali. (UH) Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Alihuddin
Sitompul dalam konferensi pers di DJK, Jakarta (6/11)
Para wartawan menyimak paparan dari Alihuddin Sitompul
Warta Kita
Peluang Usaha Penunjang
Ketenagalistrikan Semakin Terbuka
Program 35.000 MW yang akan dibangun hingga tahun
2019 membuka kesempatan luas bagi sektor penunjang
ketenagalistrikan. Hal tersebut disampaikan Sekretaris
Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Sujatmiko saat
menghadiri peresmian beroperasinya pabrik panel listrik
tegangan menengah PT ABB di tangerang, Rabu (7/10).
Menurutnya dengan program 35.000 MW, Industri Indonesia
akan tumbuh karena 75.000 set tower transmisi dan 1.382
unit gardu induk akan dibangun. “Selain itu kita akan
menggunakan 301.500 km konduktor aluminium, 2.600 set trafo, serta 3,5 juta ton baja proil dan pipa luar pembangkit,” ungkapnya.
Menurut Sujatmiko, Program 35.000 MW juga akan membuka
lapangan kerja yang luas. Sekitar 650.000 tenaga kerja
langsung dan 3 juta orang tenaga kerja tak langsung akan
menerima manfaat dari program ini. Ia juga mengatakan
bahwa penyerapan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)
diperkirakan akan menyentuh 40 persen (setara dengan
Rp440 triliun) dari total kebutuhan investasi.
Sujatmiko mengatakan bahwa pembangunan pabrik usaha
penunjang ketenagalistrikan seperti ini perlu diapresiasi
karena merupakan suatu komitmen dalam menyediakan
layanan yang lebih cepat kepada perusahaan ketenagalistrikan
maupun industri lainnya. Ia berharap ke depan, usaha
penunjang dapat terus membangun pabrik-pabrik yang
menghasilkan produk dalam negeri untuk mendukung
program-program pemerintah di sektor ketenagalistrikan.
Perusahaan-perusahaan penunjang ketenagalistrikan
melihat bahwa Indonesia adalah negara dengan populasi
terbesar keempat di dunia dan memiliki kekuatan ekonomi
yang terus berkembang dan diperhitungkan secara
global. Switchgear yang diproduksi di pabrik baru ini akan mendukung distribusi energi listrik secara eisien dan andal dalam rangka memenuhi kebutuhan energi listrik.
Fasilitas produksi seluas 3.700 meter persegi yang
terletak di Tangerang inimemproduksi rangkaian produk
AIS tegangan sedang, seperti UniSwitch, UniSec, UniGear
dan UniGear Digital. Pabrik semi otomatis ini dirancang untuk menjalankan proses produksi yang eisien dengan kapasitas mencapai 4.000 panel switchgear per tahun.
Fungsi switchgear dalam sebuah sistem energi listrik adalah mengendalikan, melindungi dan mengisolasi peralatan listrik
untuk menjaga kestabilan suplai listrik. (PSJ)
Sekretaris Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Sujatmiko menyampaikan sambutan pada peresmian Pabrik ABB
Program Lisdes dan Instalasi Listrik Gratis
Efektif Percepat Angka RE
Saat ini masyarakat Indonesia masih banyak yang bermimpi
menikmati listrik. Dua program pemerintah yaitu program
listrik perdesaan (lisdes) dan program instalasi listrik
gratis untuk masyarakat tidak mampu dinilai efektif untuk
mempercepat akses masyarakat dalam menikmati listrik. Hal
tersebut disampaikan Direktur Jenderal Ketenagalistrikan
Jarman saat mendampingi kunjungan kerja Komisi VII DPR RI
di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Senin (9/10).
Menurutnya dua
program pemerintah
tersebut mampu
menaikkan angka Rasio Elektriikasi
(RE) dengan signiikan dalam lima
tahun terakhir.
Hingga akhir semester
I tahun 2015, rasio elektriikasi Indonesia mencapai 86,36%.
Angka ini meningkat
19,21% dibandingkan
tahun 2010 yang
baru mencapai
67,15%. Angka rasio elektriikasi Provinsi DIY sendiri saat ini
berdasarkan data
Dinas Pekerjaan
Umum Perumahan dan ESDM Provinsi DIY mencapai 86,28%.
Penghitungan RE menjadi salah satu fokus perhatian Komisi
VII DPR RI. Dalam pembahasan tersebut agar tidak terjadi
redudansi data, disepakati bahwa PT PLN (Persero) hanya
akan mengeluarkan jumlah pelanggan.
“Sedangkan yang akan menghitung RE adalah pemerintah
dalam hal ini Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan,” ungkap
Jarman.
Kunjungan kerja Komisi VII dalam masa reses akhir tahun
2015 ini dilaksanakan di dua tempat yaitu Provinsi DIY
dan Provinsi Bangka Belitung. Ketua Komisi VII Kardaya
Warnika sebagai pimpinan rombongan diterima oleh Sekda
Warta Kita
Provinsi DIY yang dihadiri perwakilan dari Kementerian
ESDM, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
Kementerian Riset-Dikti, Pertamina, SKK Migas, BPH Migas,
PT PLN, dan PT PGN.
Selain mendengarkan aspirasi masyarakat Yogyakarta,
Komisi VII juga ingin meninjau langsung pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Samas, Bantul DIY.
Pembangunan PLTB
dan pembangkit listrik
tenaga sampah yang
dikembangkan di
Yogyakarta menarik
perhatian Komisi VII DPR
RI. Menurut anggota
Komisi VII DPR RI dari
Fraksi Nasdem Kurtubi,
pihaknya ingin menjadikan
PLTB di Yogyakarta sebagai
percontohan untuk
konstituennya di Nusa
Tenggara Barat (NTB).
Kunjungan ke PLTB Samas
sendiri dilaksanakan
Selasa (10/10) yang
dihadiri Komisi VII DPR
RI dan Dirjen EBTKE
Rida Mulyana. Sekretaris
Dirjen Ketenagalistrikan
Sujatmiko juga hadir dalam kunjungan lapangan mewakili
jarman yang harus kembali ke Jakarta karena ada agenda
Mulai Januari 2016, Sertiikasi Usaha Jasa
Penunjang Dilakukan Secara Online
Dalam coffee morning yang diselenggarakan Jumat (13/11), Ditjen Ketenagalistrikan memperkenalkan sistem database
Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik. Menurut Direktur
Jenderal Ketenagalistrikan Jarman, prinsip pertama dari
sistem ini adalah bersifat relaksasi yaitu memberi kelonggaran
dan kemudahan sekaligus memberi kepastian. Selanjutnya
menurutnya database ini bersifat self-assesment.
“Jika data-data yang diberikan sudah benar maka sistem
akan meregister dan memberikan nomor registrasi bagi
seluruh badan usaha
jasa penunjang,”
ungkap Jarman.
Sistem database Usaha
Jasa Penunjang Tenaga
Listrik ini merupakan
sistem database
ketiga di sektor
k e t e n a g a l i s t r i k a n
setelah sebelumnya
Ditjen Ketenagalistrikan
meluncurkan Sistem
database Registrasi Sertiikat laik Operasi (SLO) dan Sertiikasi Kompetensi
Tenaga Teknik
K e t e n a g a l i s t r i k a n
(SISKTTK). Sistem secara online ini akan diterapkan mulai
1 Januari 2016.
“Mulai saat ini hingga Januari nanti akan diterapkan
transformasi dari data-data manual ke sistem online,” jelas Jarman. ”Tidak ada lagi sertiikasi yang diterbitkan oleh kantor kami secara manual, semua melalui sistem,”
lanjutnya.
Menurut Jarman, jika semuanya sudah dalam kondisi
online yang tertata baik, Ditjen Ketenagalistrikan
akan mengintegrasikan keseluruhan sistem yang ada.
Menurut Jarman nantinya SLO tidak akan terbit jika
yang melaksanakannya tidak punya registrasi dari SBU.
Sedangkan SBU tidak terbit jika tidak ada penanggung jawab
dari tenaga komptensi. Menurutnya para pelaku usaha nanti
ke kantor Ditjen Ketenagalistrikan bukan untuk mengajukan
izin karena semua sudah dilakukan secara online, tapi untuk
rapat atau mediasi jika ada permasalahan. Menurutnya SLO
yang rata-rata 10.000 aplikasi per hari bisa diselesaikan
dengan baik, maka SBU yang tidak terlalu banyak juga akan
dapat diselesaikan dengan baik.
Presentasi mengenai Sertiikasi Usaha Jasa Penunjang sendiri dipaparkan oleh Direktur Teknik dan Lingkungan
Ketenagalistrikan Munir Ahmad. Menurut Munir untuk Sertiikasi jenis usaha Pembangunan dan
Pemasangan, penerbit
SBU sudah dilakukan
oleh PT AK Lima dan PT
Sertikolindo. Sedangkan
untuk jenis usaha lain
seperti Konsultansi
dalam bidang Instalasi
Penyediaan Tenaga Listrik, serta Sertiikasi
Kompetensi Tenaga
Teknik Ketenagalistrikan masih diterbitkan oleh Ditjen Ketenagalistrikan. Ia berharap lembaga sertiikasi badan usaha segera menyiapkan diri secara baik untuk bisa
menerbitkan SBU.
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 62/2012 tentang Usaha
Jasa Penunjang Tenaga Listrik, dalam menerbitkan izin usaha
jasa penunjang tenaga listrik, pemerintah daerah provinsi
seharusnya mensyaratkan SBU sebagaimana diamanatkan
dalam pasal 18 ayat (4) PP Nomor 62/2012 tentang Usaha
Jasa Penunjang Tenaga Listrik. Selain itu Pemerintah
Daerah dan PT PLN (Persero) hendaknya mensyaratkan
SBU Ketenagalistrikan dan izin usaha jasa penunjang
tenaga listrik dalam pengadaan barang/jasa elektrikal dan
mekanikal. (PSJ)
Dalam coffee morning pada Jumat (13/11), Dirjen Ketenagalistrikan
Jarman memperkenalkan sistem database Usaha Jasa Penunjang
Proses Perizinan Ketenagalistrikan
Diharapkan Dapat Lebih Ringkas
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Badan Koordinasi Penanaman
Modal (PTSP BKPM) dalam satu tahun terakhir telah
menyederhanakan proses perizinan bidang ketenagalistrikan
dari 52 jenis izin menjadi 25 jenis izin dan 923 hari menjadi
256 hari. Meski kinerjanya diapresiasi, PTSP BKPM diharap
melakukan kajian pada proses perizinan ketenagalistrikan
sehingga perizinan ketenagalistrikan hanya menyisakan
lebih sedikit prosedur dan singkatnya waktu perizinan. Hal
tersebut mengemuka dalam diskusi kedua pelaksanaan
coffee morning sosialisasi Peraturan Menteri ESDM No. 31 Tahun 2015 yang diselenggarakan Direktorat Jenderal
Ketenagalistrikan hari Jumat (13/11).
Diskusi yang menghadirkan Deputi Bidang Perencanaan
Penanaman Modal BKPM Tamba P. Hutapea sebagai pembicara
ini banyak memberikan informasi kepada para pelaku usaha
sub sektor ketenagalistrikan yang hadir pada coffee morning
tersebut. Menurut Tamba, permasalahan perizinan adalah
banyaknya jenis perizinan dan saling mempersyaratkan,
sehingga perlu penyederhanaan untuk mempersingkat
waktu, terutama perizinan lahan/pertanahan, lingkungan,
dan daerah.
“Metode yang digunakan untuk penyederhanaan perizinan
adalah Hapus, Gabung, Sederhanakan dan Limpahkan
(HGSL) serta penyederhanaan administrasi proses perizinan,”
ungkap Tamba. Menurutnya BKPM telah melakukan
perubahan Permen Baru dari Kementerian/Lembaga untuk
mendukung PTSP Pusat Ketenagalistrikan dari sektor agraria,
sektor kehutanan dan sektor perhubungan.
Warta Kita
Dalam paparannya Tamba menyampaikan kemajuan
investasi sektor ketenagalistrikan. Per tanggal 5 November
2015 sebanyak 96 perusahaan Penanaman Modal Asing
(PMA) telah memperoleh Izin Prinsip dari BKPM untuk
sektor ketenagalistrikan dengan total kapasitas 25.006
MW dan nilai investasi sebesar US$ 34 Milyar. Selain itu
77 perusahaan Pananaman Modal Dalam Negari (PMDN)
dengan total kapasitas 4.973 MW dan nilai investasi sebesar
Rp 110,9 Triliun. Dari catatan PTSP BKPM 52 perusahaan
telah memperoleh Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
Sementara (IUPTL-S) dari PTSP Pusat dengan total kapasitas
6.026,1MW. Sementara itu 34 perusahaan telah memperoleh
IUPTL dari PTSP Pusat dengan total kapasitas 809,3 MW.
Menurut Tamba, anggaran pemerintah pusat dan daerah
hanya mampu menutup 50% dari total kebutuhan investasi.
Menurutnya hal ini merupakan peluang besar untuk partisipasi
investasi swasta, termasuk Public Private Partnership (PPP) sebanyak 141 Miliar USD atau 1.692 triliun rupiah. Tamba
menyampaikan tiga prioritas utama BKPM saat ini adalah
percepatan pelayanan perizinan, penciptaan iklim investasi
yang kondusif, serta debottlenecking permasalahan investasi.
“Tujuan PTSP Pusat adalah tercapainya proses perizinan yang
cepat, sederhana, transparan dan terintegrasi,” ungkapnya.
Konsep PTSP Pusat menurutnya adalah investor cukup
datang ke BKPM sebagai penyelenggara PTSP Pusat untuk
mengurus perizinan investasi, tidak perlu lagi berkeliling
kantor Kementerian/Lembaga. Selain itu investor dapat
memonitor proses perizinan secara online serta memperoleh
kepastian mengenai tenggat waktu perizinan.
Menteri ESDM sendiri telah mendelegasikan wewenang
penerbitan 10 izin usaha ketenagalistrikan kepada Kepala
BKPM Sesuai Permen ESDM No. 35 Tahun 2014, yaitu Izin
Usaha Penyediaan Tenaga Listrik, Izin Operasi, Penetapan
Wilayah Usaha, Izin Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik,
Izin Jual Beli Tenaga Listrik Lintas Negara, Izin Pemanfaatan
Jaringan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Telekomunikasi,
Multimedia, dan Informatika, Penugasan Survei Pendahuluan
Panas Bumi, Izin Panas Bumi, Persetujuan Usaha Penunjang
Panas Bumi, serta Izin Penggunaan Gudang Bahan Peledak
Panas Bumi. (PSJ) Tamba P. Hutapea dalam coffee morning (13/11)
Resensi Buku
Change Management
dalam Reformasi Birokrasi
Oleh: Ernawaty/Pustakawan Madya
Judul buku
:
Change Management
dalam Reformasi Birokrasi
Penulis
: A. Qodri A. Azizy
Penerbit
: Gramedia, 2007
Tebal
: xvii + 142 halaman
Buku Change Management dalam reformasi birokrasi ini di dalamnya memuat banyak ide segar dan orisinal, bahkan
dalam beberapa hal, cukup agresif dan provokatif dalam
pengertian yang positif. Analisisnya cukup radikal dan
mendasar. Sekalipun demikian, penuturannya tidak
meledak-ledak dan bukan merupakan ungkapan protes atau frustasi.
Istilah yang digunakan dalam judul buku ini pun sungguh
menarik, yaitu change management birokrasi. Istilah ini tidak biasa dalam dunia birokrasi.
Dengan kajiannya ini, penulis ingin mentransformasikan
birokrasi bukan lagi sebagai sosok yang kaku, lamban,
ketinggalan terus, selalu menunggu petunjuk, dan otoriter.
Birokrasi hendak “disulap” menjadi sosok yang dinamis,
kreatif, inovatif, progresif, dan selalu berorientasi ke depan,
serta komit pada tanggung jawab.
Penulis membahas birokrasi mulai dari akar munculnya
konsep dan tori dari pencetusnya, Max Weber, sampai
perkembangan mutkhir di Barat yang popular dengan
istilah New Public Management (NPM). Namun, penulis juga wanti-wanti dan sekaligus mengkritik mereka yang silau
dengan konsep NPM di Barat, khususnya berkaitan dengan
“mewirausahakan birokrasi”.
Kajiannya bersifat multidisipliner, perpaduan dari ilmu politik,
ilmu pemerintahan, manajemen, dan tidak ketinggalan
teori-teori perubahan. Namun, tampaknya ia lebih menekankan
pendekatan manajemen. Pendekatan ini pula yang ia
gunakan ketika membahas soal bersih dari KKN, bukan
pendekatan hukum.
Ide-ide segar yang ditawarkan dalam buku ini sangat kita
dukung, namun kita menyadari bahwa hasil pemikiran belum
seluruhnya dapat dilakukan bersama-sama sekarang ini,
karena ada nya beberapa kendala. Buku ini sangat inspiratif,
baik untuk masa sekarang maupun untuk masa yang akan
datang. Buku ini sangat perlu dijadikan bahan diskusi oleh
para akademisi, khususnya mereka yang berkecimpung di
perguruan tinggi. Dan seharusnya juga menjadi buku wajib
bagi mereka yang telah atau yang akan menduduki jabatan
eselon satu dan eselon dua. Ada banyak tips dan sekaligus
kritik untuk para pejabat tersebut.
Kehidupan kita berbangsa dan bernegara tidak dapat
dilepaskan dari peran birokrasi sebagai salah satu
penyangga utamanya. Dan kita ditantang serta termotivasi
untuk mewujudkan kinerja birokrasi yang mampu membawa
Komunikasi
Stakeholder
Ketenagalistrikan Perlu Terus
Dijaga
Warta Kita
Komunikasi antara semua pemangku kepentingan di
subsektor ketenagalistrikan harus terus dijaga agar
hal-hal yang menjadi kendala bisa diselesaikan dengan baik.
Demikian disampaikan oleh Direktur Pembinaan Pengusahaan
Ketenagalistrikan Satya Zulfanitra saat membuka Sosialisasi
Bidang Investasi dan Perizinan Usaha Penyediaan Tenaga
Listrik di Banjarmasin (16/11).
Selain untuk menjaga komunikasi, sosialisasi juga
diselenggarakan untuk memberikan informasi terbaru
terkait kebijakan ketenagalistrikan. Satya mendorong
peserta sosialiasi yang berasal dari pemerintah daerah, PT
PLN (persero), dan swasta untuk tak ragu bertanya pada
narasumber terutama mengenai peraturan baru yang
dikeluarkan oleh pemerintah pusat. Satya menyampaikan
pemerintah telah melakukan terobosan-terobosan guna
mendorong percepatan pembangunan pembangkit
listrik, antara lain dengan memangkas perizinan dan
melimpahkannya pada Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)
di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).