• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buletin Ketenagalistrikan No.44 Vol.11 Desember 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Buletin Ketenagalistrikan No.44 Vol.11 Desember 2015"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN

Jalan HR Rasuna Said Blok X2, Kav.7-8, Kuningan

Jakarta Selatan 12950

Telp. (021) 5225180, Fax (021) 5256044

Direktorat Jenderal

Ketenagalistrikan

mendukung Zona Integritas

Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani

serta

(3)

Buletin Ketenagalistrikan

Edisi 44 Volume XIV| DESEMBER 2015 Pandu Satria Jati B Anggita Miftah Hairani

David F Silalahi Ahmad Amiruddin Novan Akhiriyanto Dina Andriani Hening Surya Bayu A.

Fanny Ristantono

Jalan HR Rasuna Said Blok X2, Kav.7-8, Kuningan Jakarta Selatan 12950

www.djk.esdm.go.id

Dari Redaksi

Pembaca yang budiman,

Menjelang akhir tahun 2015 ini, Kementerian ESDM mengeluarkan

Peraturan Menteri ESDM nomor 31 tahun 2015 tentang Penyediaan

Tenaga Listrik untuk Bangunan dalam Kawasan Terbatas. Dengan terbitnya

peraturan ini, pemilik dan pengguna rumah susun dan apartemen saat ini

tidak perlu bingung dengan aturan pembayaran listrik untuk bangunan

terbatas yang ditinggalinya. Aturan baru ini menunjukkan bahwa

pemerintah hadir untuk memperjelas aturan pembayaran listrik untuk

kawasan terbatas. Topik mengenai hal tersebut diulas dalam Tajuk Utama

Buletin Ketenagalistrikan pada edisi Desember ini.

Sementara itu, dalam Liputan Khusus dibahas mengenai peringatan Hari

Listrik Nasional ke-70 yang diperingati setiap tanggal 27 Oktober 2015.

Rangkaian peringatan ini diawali dengan fun walk, kemudian dilanjutkan

dengan seminar, cofee morning, untuk kemudian ditutup dengan pameran.

Topik lain yang dibahas dalam buletin edisi kali ini antara lain pemanfaatan

limbah PLTU Batubara untuk pembangunan infrastruktur, peluang usaha

penunjang ketenagalistrikan yang semakin terbuka, serta PLN yang diminta

untuk fokus pada distribusi dan transmisi listrik. Salah satu kegiatan

internal di Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan yang menjadi perhatian

edisi kali ini adalah kegiatan outing di Puncak yang mendekatkan jalinan

kebersamaan antar pegawai. Ini semua terekam dalam rubrik Galeri. Selain

itu, sosialisasi tentang pengendalian gratiikasi juga diliput untuk edisi ini.

Selamat membaca!

(4)

DAFTAR ISI

Dari Redaksi

Tajuk Utama

6 Listrik Untuk Apartemen Kini Ada Payung Hukumnya

Liputan Khusus

Hari Listrik Nasional ke-70

8 Fun Walk Pembuka Rangkaian Hari Listrik Nasional Ke-70

10 Upacara Peringatan Hari Listrik Nasional ke-70

12 Aksi Tim Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana PLN

13 Tantangan PLN di Hari Listrik Nasional

14 Skema Investasi dan Harga Menarik untuk Pembangkit EBT

16 Sistem Pendukung Program 35.000 MW Disiapkan

18 Peran MKI Perlu Terus Ditingkatkan

Warta Kita

22 Karya Anak Negeri Harus Diapresiasi

23 Pengelolaan Energi Butuh Partisipasi Rakyat

24 Pameran Kelistrikan Indonesian 2015

25 Stakeholder Ketenagalistrikan Harus Duduk Satu Meja dan Satu Visi

27 Kementerian ESDM Berpartisipasi Dalam IIICE 2015

28 PLN Diharapkan Fokus pada Distribusi dan Transmisi Listrik

29 Peluang Usaha Penunjang Ketenagalistrikan Semakin Terbuka

30 Program Lisdes dan Instalasi Listrik Gratis Efektif Percepat Angka RE

31 Mulai Januari 2016, Sertiikasi Usaha Jasa Penunjang Dilakukan

Secara Online

32 Proses Perizinan Ketenagalistrikan Diharapkan Dapat Lebih Ringkas

Xx

(5)

35 Komunikasi Stakeholder Ketenagalistrikan Perlu Terus Dijaga

36 Ditjen Ketenagalistrikan Selenggarakan Sosialisasi Pengendalian Gratiikasi

43 Insentif Sektor Ketenagalistrikan Dalam Paket Kebijakan Ekonomi III

Resensi Buku

33 Change Management dalam Reformasi Birokrasi

Galeri

38 Outing Pererat Jalinan Kebersamaan

Pojok Peraturan

42 Daftar Legislasi & Regulasi Terbaru Koleksi Perpustakaan DJK

Bulan Januari - November 2015

Tips

46 Cara Jitu Mengatur Anggaran Rumah Tangga

Inspirasi

48 Study Visit ke Perpustakaan di Malaysia

Kolom

51 Peran Perpustakaan dalam Repositori Institusi

Infograis

55 Satu Tahun Capaian Kementerian ESDM

12

Strategi Pemerintah untuk Dorong Program 35.000 MW

Outing Pererat Jalinan Kebersamaan

Limbah PLTU Batubara dapat

Dimanfaatkan untuk Pembangunan Infrastruktur

20

38

44

(6)

Tajuk Utama

Listrik untuk Apartemen

Kini Ada Payung Hukumnya

Pemilik dan pengguna rumah susun dan

apartemen saat ini tidak perlu bingung

dengan aturan pembayaran listrik untuk

bangunan terbatas yang ditinggalinya.

Permasalahan penyediaan listrik di

rumah susun saat ini telah memiliki

payung hukum yaitu Peraturan Menteri

ESDM nomor 31 tahun 2015 tentang

Penyediaan Tenaga Listrik untuk

Bangunan dalam Kawasan Terbatas.

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan

Kementerian ESDM Jarman dalam

pembukaan coffee morning

sosialisasi peraturan terbaru sektor

ketenagalistrikan, Jumat (13/11)

menyampaikan bahwa aturan baru ini

menunjukkan bahwa pemerintah hadir

untuk memperjelas aturan pembayaran

listrik untuk kawasan terbatas.

Coffee Morning yang diselenggarakan

Ditjen Ketenagalistrikan menghadirkan

beberapa asosiasi dan pemilik

apartemen atau rumah susun

sebagai peserta. Direktur Pembinaan

Pengusahaan Ketenagalistrikan

Satya Zulfanitra berkesempatan

menyampaikan sosialisasi aturan

tersebut.

Menurut Satya, penyediaan tenaga

listrik pada kawasan terbatas dapat

dilakukan dengan tiga skema, yaitu

sambungan langsung dari PLN ke

masing-masing satuan bangunan,

sambungan melalui Pengelola sebagai

Usaha Penjualan, serta sambungan

melalui kerja sama pengelola dengan

PLN. Skema sambungan melalui kerja

sama pengelola dengan PLN inilah yang

diatur dalam Permen ESDM Nomor 31

Tahun 2015. Menurut Satya, kondisi

di lapangan menunjukkan bahwa

penyaluran tenaga listrik di kawasan

terbatas seperti apartemen, rusun

dan strata title lainnya, umumnya

tidak bersifat bisnis atau usaha,

sehingga perlu pengaturan khusus

agar tidak terjadi perselisihan atau

dispute di masyarakat dan pemangku

kepentingan.

“Dalam hal pengelola meneruskan

seluruh biaya terkait dengan penyaluran

listrik kepada tenant termasuk listrik

untuk fasilitas umum dan fasilitas

sosial yang digunakan bersama tanpa

diperoleh margin keuntungan, maka

pengelola dikategorikan tidak menjual

listrik” ungkap Satya.

Namun menurut Permen ESDM tersebut

(7)

Tajuk Utama

jika pengelola meneruskan seluruh

biaya terkait dengan penyaluran listrik

kepada tenant termasuk listrik untuk

fasilitas umum dan fasilitas sosial yang

digunakan bersama dengan tambahan

margin keuntungan tertentu, maka

pengelola dikategorikan menjual listrik.

“Dan karenanya harus memiliki

penetapan wilayah usaha dari BKPM

dan memperoleh izin usaha penyediaan

tenaga listrik dari Gubernur” tegas

Satya.

Dalam Permen ESDM 31/2015

ini, pemilik atau penghuni berhak

mendapatkan informasi atas biaya

pemanfaatan tenaga listrik yang

dibayar kepada PLN dan data total

pemakaian tenaga listrik pada benda

bersama dan bagian bersama. Selain

itu Perhimpunan Pemilik dan Penghuni

atau Pengelola wajib menyampaikan

informasi kepada pemilik atau penghuni

Satuan Bangunan setiap bulan sesuai

permintaan.

Menurut Jarman, coffee morning ini

dilakukan untuk menerima masukan

dari peserta. Masukan dan usulan

bisa disampaikan melalui diskusi

atau secara tertulis kepada Ditjen

Ketenagalistrikan.

Menurutnya pemerintah juga

mengharapkan masukan dari

masyarakat baik pemilik apartemen

maupun pengelola untuk

menyempurnakan aturan ini.

“Mudah-mudahan aturan ini bisa memberi

kepastian sehingga tidak lagi terjadi

masalah,” ungkap Jarman. Menurutnya

hal yang penting adalah prinsip

keterbukaan. Ia mengapresiasi

masukan dari peserta mengenai

perlunya pihak ketiga yang mengaudit

pelaporan pengelola rusun atau

aprtemen setiap bulannya. (PSJ)

Atas - Direktur Satya Zulfanitra menjelaskan pokok-pokok Permen 31/2015 Tengah - Peserta merupakan stakeholder yang terkait dengan topik mengenai listrik untuk apartemen, termasuk developer apartemen

(8)

Liputan Khusus

Hari Listrik Nasional

Hari masih sangat pagi, matahari belum sepenuhnya terbit

dari pucuk timur. Namun ratusan orang sudah mendatangi

halaman kantor pusat PT PLN (Persero) di kawasan Trunojoyo

Jakarta, Minggu (25/10). Keceriaan jelas terlihat dari

orang-orang yang berpakaian putih merah dan bertopi ini. Bersama

keluarga dan sahabat, mereka mendatangi tempat registrasi

dan siap mengikuti Fun Walk Hari Listrik Nasional (HLN)

ke-70.

Banyak diantara mereka membawa tongsis untuk berfoto

selie. Semakin siang, jumlah mereka semakin bertambah dan kepadatan orang-orang tak terhindarkan. Untungnya

panitia yang terdiri dari PT PLN (Persero) dan Masyarakat

Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) sigap mengatur

kerumunan orang.

Fun Walk

Pembuka Rangkaian

Hari Listrik Nasional Ke-70

Tepat pukul setengah tujuh pagi, Sekretaris Direktorat

Jenderal Ketenagalistrikan Sujatmiko mengibarkan bendera

start yang diiringi dengan pelepasan balon bertuliskan angka 70. Setelah bendera start berkibar, para peserta yang terdiri

dari karyawan keluarga besar PT PLN, MKI dan Kementerian

ESDM memulai berjalan kaki yang mengambil rute jalan

layang non tol Blok M- Antasari dan berputar di daerah

kemang.

Fun walk ini adalah pembukaan rangkaian acara HLN ke-70. Ketua Umum MKI Iwan Supangkat dalam sambutannya

selepas jalan santai menyampaikan bahwa rangkaian HLN

ke-70 masih akan dilanjutkan dengan upacara dan coffee morning pada tanggal 27 Oktober 2015 dan ditutup dengan pameran dan seminar tanggal 3 – 5 November 2015.

(9)

Hari Listrik Nasional

Iwan sangat senang karena dengan jalan santai ini semua

stakeholder dapat berkumpul dan bergembira bersama. Ia mengapresiasi kinerja dari panitia dan menyampaikan terima

kasih atas dukungan PLN dan Ditjen Ketenagalistrikan.

Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Tengah Nasri

Sebayang dalam sambutannya menyampaikan bahwa sektor

ketenagalistrikan mendapat tantangan yang tidak mudah

yaitu menyelesaikan program 35.000 MW dalam waktu lima

tahun. Hal ini menurutnya membutuhkan semangat dan

energi seluruh bangsa indonesia. Ia menyampaikan bahwa

tahun ini minimal 12.000 MW akan tandatangan kontrak dan

3.000 – 4.000 MW kapasitas listrik akan masuk ke sistem.

“Mari sama-sama ita menyatukan pendapat, dan energi,”

ajaknya. Menurutnya momentum 70 tahun listrik

indonesia dikelola oleh perusahaan nasional harus mampu

membangkitkan semangat karyawan PLN dan semua pihak

untuk mensukseskan program 35.000 MW. Jalan santai

ditutup dengan menikmati hiburan yang dipandu oleh

Ronal dan Tike sebagai MC. Sambil menunggu pembagian

doorprize, Chaplin Band tampil dan membangkitkan gelak tawa peserta. Meski berlangsung hingga siang hari, sebagian

besar peserta masih bertahan dan menikmati hiburan.

Selain itu dalam area fun walk juga dilaksanakan lomba menggambar untuk anak-anak, bazar dan photo booth.

(10)

Liputan Khusus

Upacara Peringatan

Hari Listrik Nasional ke-70

Tanggal 27 Oktober diperingati

sebagai Hari Listrik Nasional. Ditjen

Ketenagalistrikan bersama dengan

PT PLN (persero) dan Masyarakat

Ketenagalistrikan Indonesia (MKI)

menggelar upacara peringatan Hari

Listrik Nasional ke-70 di Plaza PLN

Pusat, Jakarta pagi ini (27/10). Staf

Ahli Menteri ESDM Bidang Komunikasi

dan Sosial Kemasyarakatan Ronggo

Kuncahyo selaku Pelaksana Harian (Plh.)

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan

menjadi pembina upacara.

Mengawali sambutan, Ronggo

menyampaikan bahwa Hari Listrik

Nasional bukanlah milik salah satu

instansi saja, namun juga milik seluruh

stakeholder dan masyarakat Indonesia.

Ronggo kembali mengingatkan

bahwa Program 35.000 MW yang

telah dicanangkan oleh Presiden Joko

Widodo pada awal Mei 2015 merupakan

suatu upaya untuk mempercepat dan

mendorong pembangunan infrastruktur

ketenagalistrikan di Indonesia.

“Program 35.000 MW bukanlah

proyek ambisius. Ini adalah hutang

Hari Listrik Nasional

pada masyarakat yang mengalami deisit listrik,” ujar Ronggo mengutip pernyataan Presiden.

Program ini juga memiliki multiplier effect yang besar bagi pertumbuhan ekonomi, yakni penyerapan tenaga

kerja secara langsung sebanyak

600.000 orang dan tiga juta tenaga

kerja secara tidak langsung. Oleh

karena itu, Ronggo mengharapkan

dukungan dari para stakeholder dan masyarakat untuk menyukseskan

Program 35.000 MW.

Terlebih lagi, Ronggo menambahkan,

akhir tahun ini Masyarakat Ekonomi

Asean (MEA), sudah akan mulai

diberlakukan.

“Untuk menghadapi MEA, sektor

ketenagalistrikan kita harus dapat

bersaing dengan negara-negara lain di

kawasan Asean,” ujar Ronggo.

Meskipun rasio elektriikasi Indonesia meningkat pesat dari 67.12% di tahun

2010 menjadi 86.36% di tahun 2015,

ini masih tertinggal dibanding

negara-negara tetangga seperti Singapura

(100%), Brunei Darussalam (99.7%),

dan Thailand (99.3%). Ronggo menutup

sambutanya dengan menyampaikan

bahwa target pemerintah untuk mencapai rasio elektriikasi 97.4% pada akhir 2019 menjadi tantangan

kita bersama.

Peringatan Hari Listrik Nasional

ke-70 dimeriahkan dengan penampilan

marching band, paduan suara, dan simulasi dari Tim Reaksi Cepat

Penanggulangan Bencana PLN. Ada

pula pemotongan tumpeng oleh

Ronggo Kuncahyo untuk kemudian

diberikan kepada Dirut PLN Sofyan

Basir. Rangkaian acara peringatan Hari

Listrik Nasional ke-70 diawali pada

Minggu (25/10) dengan acara jalan

santai.

Hari ini, setelah upacara ada acara

coffee morning yang mengambil tema “Kendala dan Solusi Jangka Pendek

Bagi Pengembang Energi Terbarukan”.

Pameran listrik nasional di BSD akan

menutup rangkaian peringatan Hari

Listrik Nasional ini. (AMH)

(11)

Liputan Khusus

Hari Listrik Nasional

Pemotongan tumpeng oleh Ronggo Kuncahyo

Tim Paduan Suara ikut meramaikan upacara dengan

membawakan lagu-lagu daerah

Ronggo Kuncahyo menyampaikan sambutan selaku

pembina upacara

Pembacaan doa dipimpin oleh Kabag Rencana dan Laporan

DJK Totoh Abdul Fatah

Sesditjen Ketenagalistrikan Sujatmiko dan Direktur

Pembinaan Program Ketenagalistrikan Alihuddin Sitompul

(12)

Hari Listrik Nasional

Liputan Khusus

AKSI TIM REAKSI CEPAT

PENANGGULANGAN BENCANA PLN

DALAM PERINGATAN HARI LISTRIK NASIONAL KE-70

Seusai upacara peringatan Hari Listrik Nasional ke-70 bertempat di Plaza PLN Pusat, Jakarta (27/10), Tim Reaksi Cepat

Penanggulangan Bencana PLN menunjukkan aksinya. Tim melakukan simulasi penyelamatan kebakaran dari lantai puncak

di Gedung PLN Pusat. Simulasi dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai peran dan fungsi tim

(13)

Tantangan PLN di Hari Listrik Nasional

PT PLN (persero) diberikan tugas besar

sehubungan dengan Program 42.000

MW (Program 35.000 MW ditambah

dengan 7000 MW dari sisa fast track

pertama) yang dilaksanakan dalam

waktu lima tahun ke depan. Tapi

dengan dukungan semua pihak, tugas

ini akan dijadikan tantangan. Demikian

disampaikan Dirut PLN Sofyan Basir

dalam sambutannya pada acara

coffe morning di Kantor Pusat PLN di Jakarta (27/10). Coffee

morning ini merupakan salah satu acara dalam

rangkaian peringatan

Hari Listrik Nasional

ke-70 yang dihadiri oleh

komisaris PLN, Masyarakat

K e t e n a g a l i s t r i k a n

Indonesia (MKI),

pimpinan perusahaan dan

stakeholder lainnya.

“Meskipun banyak diskusi,

dan bahkan sempat

memunculkan polemik tapi

kami sebagai perusahaan

yang ditugasi akan serius;

berpegang tangan erat satu

sama lain, baik internal

maupun dengan pihak lain.

Mudah-mudahan menjadi lebih ringan

tugas kami,” ujar Sofyan.

Dari total 42.000 MW, 4500 MW

di antaranya berasal dari energi

terbarukan, yakni geothermal (1300

MW), hidro (1700 MW), mikrohidro

(700 MW), dan energi terbarukan

lainnya hingga 800 MW.

“Kami tahu kendala dan resikonya

terutama untuk geothermal. PLN

mendorong supaya kendala tersebut

dapat diatasi. Pengembangan energi

terbarukan diharapkan lebih serius,

terlebih kita punya geothermal yang

potensinya besar. Masalah harga dan

investasi yang cukup besar menjadi hal

lain yang juga perlu kita diskusikan.

Kami tidak menutup mata, pengusaha

dan pemerintah diharapkan bisa

sama-sama memahami potensi dan resiko

yang ada dalam bisnis ini,” ungkap

Sofyan.

Sofyan kemudian menyampaikan

permasalahan yang dihadapi oleh

PLN. Ia mencontohkan pemadaman di

beberapa tempat di Jabodetabek dalam

kurun waktu 3-4 bulan ke terakhir

diakibatkan oleh usia gardu dan trafo

yang sudah lanjut. Kabel bawah tanah

yang tua juga harus segera dirapikan.

Ini butuh perbaikan menyeluruh dalam

waktu 1-2 tahun ke depan.

Pembebasan lahan dan perijinan yang

tidak tuntas dalam kurun 5-10 tahun

ke belakang menjadi permasalahan

tersendiri. Sofyan mengatakan telah

berdiskusi dengan pemerintah supaya

mengeluarkan regulasi agar masalah

ini dapat ditangani lebih cepat dan

lebih mudah dengan kekuatan hukum

yang jelas.

Sebelumnya, Sofyan menyampaikan

PLN tengah berupaya meningkatkan

kualitas dengan mengurangi

pemadaman, meningkatkan pelayanan,

dan mempercepat permintaan

sambungan listrik. Ia menyampaikan

hal tersebut selepas upacara Hari

Listrik Nasional ke-70 di Plaza PLN

Pusat sebelum coffee morning. Sofyan juga sempat membahas

masalah subsidi listrik

untuk masyarakat

miskin namun tidak

mendapat subsidi, ia

dapat mengajukan

kartu miskin. Kartu

miskin adalah kriteria

dari pemerintah untuk

mendapat subsidi

listrik,” terang Sofyan.

Sofyan menyatakan pihaknya ingin

permasalahan subsidi ditertibkan agar elektriikasi meningkat dan pelayanan meningkat. Tanggal 1 Januari 2016,

pengaturan mengenai subsidi yang

baru akan dicanangkan namun

pelaksanaannya bertahap.

“Kalau tidak punya kartu miskin,

tidak dapat subsidi. Ini adalah untuk

kepentingan masyarakat yang lebih

luas. Jangan minta subsidi kalau tidak

layak dapat subsidi” tegas Sofyan.

(AMH) Dirut PLN Sofyan Basir menyampaikan tantangan yang dihadapi PLN

(14)

Hari Listrik Nasional

Liputan Khusus

Skema Investasi dan Harga Menarik untuk

Pembangkit EBT

Pemerintah terus mendorong pengembangan dan

pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT). Disamping

untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik, pengembangan

EBT juga terus dilakukan dalam rangka menurunkan tingkat

emisi CO2 dengan memberikan skema investasi yang

menarik dan harga jual tenaga listrik yang lebih kompetitif.

Hal tersebut disampaikan Pelaksana Harian Dirjen

Ketenagalistrikan Ronggo Kuncahyo saat menyampaikan

sambutan Dirjen Ketenagalistrikan pada coffee morning

Hari Listrik Nasional (HLN) ke-70 yang dilaksanakan setelah

upacara peringatan HLN ke-70, Selasa (27/10).

Menurut Ronggo Saat ini komposisi pembangkit listrik dari

air, panas bumi, dan energi terbarukan lain, baru mencapai

11 persen dari total pembangkit yang ada di Indonesia.

Komposisi pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP)

hingga akhir tahun 2014 ini sebesar 1.405 MW, pembangkit

listrik tenaga air (PLTA) sebesar 5.059 MW, pembangkit

listrik berbasis bioenergi, tenaga surya, angin, arus laut,

dan lain-lain sebesar 216 MW. Ronggo menambahkan bahwa

dalam pertemuan G20 di Pittsburgh, Pennsylvania, Amerika

Serikat, Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan

emisi gas rumah kaca sebesar 26% dari level “business as

usual” pada tahun 2020. “Atau 41% bila ada bantuan dari negara- negara maju,” ungkapnya.

Selain memenuhi target energy mix, pembangunan listrik berbasis EBT juga akan memberi ruang bagi badan usaha

ketenagalistrikan berskala kecil dan menengah untuk

berpartisipasi lebih luas. Hal ini telah didukung dengan

perbaikan feed in tariff yang progresif. Menurutnya pemerintah akan terus menyiapkan regulasi mengenai feed

in tariff pembangkit listrik berbasis EBT yang dapat menarik investor untuk berinvestasi di sektor pembangkit listrik EBT

di Indonesia.

Coffee morning sendiri menghadirkan beberapa pembicara seperti Ketua Umum Indonesian Geothermal Association

(INAGA) Abadi Poernomo yang memeparkan tentang

kendala & Usulan bagi Pengembangan dan Pembangunan

Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi. Materi kedua adalah

Kendala & Usulan bagi Pengembangan dan Pembangunan

Pembangkit Listrik Tenaga Air yang disampaikan oleh

Ketua Umum Asosiasi Pengembang PLTA (APPLTA ) M. Riza

Ronggo Kuncahyo menegaskan pemerintah terus mendorong

(15)

Husni. Selain itu Nur Pamudji selaku Kepala Unit Pelaksana

Program Pembangunan Ketenagalistrikan Nasional (UP3KN)

juga menyampaikan presentasinya. Terakhir Direktur

Bisnis Regional Jawa Bagian Tengah PT PLN (Persero) Nasri

Sebayang menyampaikan posisi PT PLN dalam mendukung

dan mengembangkan pembangkit listrik dari energi

terbarukan khususnya dari air dan panas bumi.

Coffee morning ini dilaksanakan oleh MKI dengan mengundang para pimpinan perusahaan, pelaku usaha,

akademisi dan masyarakat umum. Menurut Ketua Umum

MKI Iwan Supangkat, pihaknya selaku mitra pemerintah siap

mendukung program pemerintah dan memberikan

masukan-masukan berarti khususnya dalam mengembangkan

pembangkit listrik dari EBT. (PSJ)

Liputan Khusus

Hari Listrik Nasional

Peserta coffee morning merupakan stakeholder ketenagalistrikan. Coffee morning dilaksanakan seusai upacara peringatan HLN ke-70

(16)

Liputan Khusus

Hari Listrik Nasional

Sistem Pendukung Program 35.000 MW

Disiapkan

Program 35.000 MW merupakan suatu kebutuhan bagi

bangsa Indonesia. Untuk itu seluruh sistem pendukung

termasuk industri dan tenaga kerja harus dipenuhi. Industri

harus memenuhi target konten lokal sedangkan tenaga

kerja Indonesia harus kompetitif karena Indonesia akan

menghadapi persaingan regional.

Hal tersebut menjadi pembahasan inti yang mengemuka

dalam pembukaan Pameran dan Seminar Hari Listrik Nasional

ke-70 yang diselenggarakan di Indonesia Convention

Exhibition (ICE), BSD City Tangerang, Selasa (3/11). Diskusi

tersebut menghadirkan tiga pembicara yaitu Menteri Energi

dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said, Menteri

Perindustrian Saleh Husin, dan Menteri Tenaga Kerja

Muhammad Hanif Dhakiri. Hadir sebagai moderator diskusi

adalah Ketua Umum Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia

(MKI) Supangkat Iwan Santoso.

Saleh Husin mengajak mengajak MKI bersama PT PLN

(Persero) untuk berkoordinasi agar program 35000 MW yang

akan dibangun hingga tahun 2019 lebih memprioritaskan

tingkat komponen dalam negeri. “Mendorong perindustrian

berarti mendorong perekonomian nasional,” ajaknya. Ia

berpesan agar pelaku industri ketenagalistrikan menjaga

mutu dan time delivery agar program ini berjalan dengan lancar.

Hanif Dhakiri menyampaikan bahwa penyerapan tenaga

kerja untuk program 35.000 MW adalah 650 ribu sampai tiga

juta tenaga kerja. Menurutnya penyerapan itu sangat besar

dan membutuhkan perhatian khusus. Hanif menyampaikan

bahwa kebijakan Kementerian Ketenagakerjaan adalah

peningkatan potensi ketenagakerjaan. Namun hal itu tidak

dapat semata-mata dilakukan pemerintah. Ia mengajak

seluruh stakeholder seperti balai latihan kerja hingga pelaku industri meberikan perhatian pada aspek ketenagakerjaan.

“Salah satu poin penting adalah standar kompetensi tenaga

kerja,” ungkap Hanif. Menurutnya saat ini belum ada

clustering jabatan-jabatan di kelistrikan. Untuk menjadi

ahli kelistrikan menurutnya saat ini harus mendapat banyak sekali settiikat kompetensi.

“Indonesia hobi membisniskan yang printil-printil. Ini harus

diatur” tegasnya.

(17)

Pihaknya akan membuat sertiikasi untuk ahli ketenagalistrikan menjadi lebih sederhana. Hanif juga mengajak para pelaku

industri ketenagalistrikan memperhatikan aspek keselamatan

kerja. Ia berbagi pengalaman bagaimana suatu pengalaman

dan otodidak menjadi hal penting di luar pendidikan formal.

“Banyak yang ahli listrik bukan karena sekolah,hal tersebut

menjadi perhatian” ujarnya. Hanif juga mengajak para pelaku

industri untuk lebih memperhatikan aspek keselamatan

kerja. Menurutnya K3 bukanlah beban namun suatu investasi

bagi perusahaan. Menteri ESDM dalam kesempatan tersebut

menyampaikan bahwa perizinan di sektor ESDM khususnya

ketenagalistrikan akan terus diperingkas dan dipercepat.

”Semakin banyak izin, semakin banyak interaksi, semakin

banyak transaksi,” tuturnya. “Saya mendorong segala

sesuatu lebih realistis dan down to earth” tegasnya.

Sudirman Said mengingatkan, ada sejumlah tantangan dalam

proyek 35.000 MW antara lain masalah pembebasan lahan,

perizinan, harga jual-beli listrik, serta masalah penegakan

hukum. Ia meminta semua pemangku kepentingan, baik

di pusat maupun daerah, bahu-membahu menuntaskan

program tersebut. (PSJ)

Liputan Khusus

Hari Listrik Nasional

Sesditjen Ketenagalistrikan Sujatmiko (depan pertama dari

kiri) menjelaskan kiosk ketenagalistrikan pada Menteri ESDM

Sudirman Said (depan kedua dari kiri)

Booth Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dalam

pameran HLN ke-70 di ICE, Tangerang

(18)

Peran MKI Perlu Terus Ditingkatkan

Sebagai mitra pemerintah, peranan Masyarakat

Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) diharapkan dapat terus

ditingkatkan. Sumbangan pemikiran MKI sangat dibutuhkan

pemerintah khususnya dalam mensukseskan program

pemerintah 35.000 MW. Hal tersebut disampaikan Direktur

Jenderal Ketenagalistrikan Jarman pada penutupan Pameran

Hari Listrik Nasional (HLN) ke-70 yang digelar MKI di ICE

BSD City Tangerang, Kamis (5/11).

Menurut Jarman, penyelenggaraan HLN ke-70 tahun 2015

ini diselenggarakan dengan sukses oleh MKI. Tahun ini MKI

yang sudah tiga kali menyelenggarakan Hari Listrik Nasional

bekerja dengan baik dan mampu memberikan semangat

tersendiri untuk sektor ketenagalistrikan. Kegiatan seminar

dan pameran yang dilaksanakan selama tiga hari sukses

menghadirkan tiga Menteri yaitu Menteri Energi dan Sumber

Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said, Menteri Perindustrian

Saleh Husin, dan Menteri Tenaga Kerja Muhammad Hanif

Dhakiri.

“Meski masih ada yang harus diperbaiki namun dari beberapa

segi penyelenggaraan HLN tahun ini berjalan dengan lancar

dan meriah,” ungkapnya.

Hari Listrik Nasional

Melalui penyelenggaraan pameran dan seminar ini Jarman

mengharapkan MKI mampu memberikan sumbangan

pemikiran kepada pemerintah dan PLN. “Seluruh stakeholder

diharapkan memberikan pemikiran-pemikiran kepada

pemerintah selaku regulator dan PLN selaku operator utama

sektor ini” jelasnya.

Ketua panitia HLN ke70 Sri Andini menyampaikan terima

kasih atas perhatian pemerintah, peserta pameran dan

sponsor yang ikut menyukseskan pameran ini. Ketua umum

MKI Supangkat Iwan Santoso juga mengapresiasi kinerja

panitia yang dalam waktu singkat mau bekerja siang dan

malam untuk lancarnya kegiatan ini.

Penutupan pameran HLN ini dihadiri oleh beberapa pimpinan

dan anggota MKI, peserta pameran dan pengunjung.

Jarman mengapresiasi keikutsertaan beberapa Perguruan

Tinggi dalam pameran HLN ini. Ia berharap di tahun-tahun

mendatang jumlah perguruan tinggi yang mengikuti pameran

semakin meningkat. “Selamat kepada panitia khususnya Bu

Sri andini selaku ketua panitia. Cukup jauh dari Jakarta tapi

banyak juga yang hadir,” ungkapnya. “Tahun depan saya

harapkan MKI akan lebih baik lagi” harapnya. (PSJ)

(19)
(20)

Warta Kita

Strategi Pemerintah untuk Dorong Program

35.000 MW

Sejak digaungkan, Program 35.000

MW banyak menarik minat investor

untuk turut andil dalam program yang

digagas oleh pemerintah ini. Untuk

memberikan pemahaman kepada

calon investor, Dirjen Ketenagalistrikan

Jarman menyampaikan paparan

mengenai Program 35.000 MW dalam

Executive Breakfast Meeting dengan tema Program 35.000 MW: Peluang

dan Tantangan Bagi Investor dan

Pemerintah, bertempat di The Plaza Ofice Tower (20/10).

Setelah pembukaan oleh Claudia Lauw

Lie Hoeng dari Deloitte Indonesia, diskusi

panel dilakukan dengan moderator

M.Ikhsan dari Universitas Indonesia.

Ikhsan membuka diskusi dengan

memberikan gambaran mengenai

kebutuhan listrik di Indonesia yang

sangat besar di masa mendatang. Ia

lalu mengajukan tiga pertanyaan untuk

Jarman terkait Program 35.000 MW,

yakni mengenai kebijakan pemerintah

secara umum untuk program ini,

solusi pemerintah untuk mengatasi

permasalahan pembebasan lahan serta

isu kehutanan untuk pembangkit panas

bumi, dan mengenai kebijakan tarif

dan subsidi.

Jarman menjelaskan bahwa pemerintah

telah mengeluarkan regulasi untuk

mendorong percepatan pembangunan

ketenagalistrikan. Di awal tahun ini,

Kementerian ESDM mengeluarkan dua

peraturan menteri (Permen), yakni

Permen ESDM Nomor 1/2015 dan

Permen ESDM Nomor 3/2015. Dalam

Permen Nomor 1/2015 dinyatakan

bahwa antar pemegang izin usaha

penyediaan tenaga listrik yang memiliki

wilayah usaha yang telah beroperasi,

dapat bekerja sama secara langsung

dan tidak memerlukan izin usaha

penyediaan tenaga listrik yang baru.

Sementara itu, Permen 3/2015

mengatur tentang prosedur pembelian

tenaga listrik dan harga patokan

pembelian tenaga listrik melalui

pemilihan langsung dan penunjukan

langsung. Dalam Permen itu ditetapkan

mengenai ceiling price (harga patokan) dimana jika harga sudah masuk dalam

ceiling price, maka bisa langsung dilakukan kerja sama tanpa harus

melewati persetujuan lagi dari Menteri.

Permen tersebut juga mensyaratkan

uji tuntas atas kemampuan teknis dan inansial pengembang untuk menjaga supaya pelaksanaan pembangunan

pembangkit listrik berjalan lancar. Ini

juga untuk menghindari kegagalan

(21)

Warta Kita

seperti pada Fast Track Programme

(FTP) I dan II yang memenangkan

lelang berdasarkan harga terendah.

Lebih lanjut, Jarman mengungkapkan

jika Direktorat Jenderal

Ketenagalistrikan (DJK) juga sudah

mengurangi perijinan. Sebagian besar

perijinan di bidang ketenagalistrikan

kini diserahkan ke Pelayanan Terpadu

Satu Pintu (PTSP) Badan Koordinasi

Penanaman Modal (BKPM). Jarman

meyakinkan jika proses perijinan akan

dilakukan dengan transparan.

Program 35.000 MW diperkirakan

menelan biaya hingga 1.100 triliun

rupiah. “Ini tentunya sangat berat bagi

PLN,” tutur Jarman. Oleh karenanya,

PLN hanya mendapat porsi 25% dalam

program ini sementara yang 75% akan

diserahkan ke Independent Power Producer (IPP). Pemerintah meminta PLN untuk lebih fokus membangun

jaringan transmisi listrik.

“Transmisi ini sangat penting dan

harus dikontrol oleh pemerintah,”

ujar Jarman. Terkait pembangunan

pembangkit listrik di hutan, Jarman

mengungkapkan sekarang sudah ada

regulasi yang mengatur hal tersebut.

Pada intinya, pembangkit listrik panas

bumi kini bisa dibangun di kawasan

hutan. Tarif untuk panas bumi juga

sudah dibuat menarik untuk investor

sehingga diharapkan mereka mau

berinvestasi untuk pembangkit listrik

panas bumi di Indonesia.

Sehubungan dengan masalah

pembebasan lahan, Jarman mengatakan

sudah ada Undang-Undang Nomor

2/2012 tentang Pengadaan Tanah

Bagi Pembangunan untuk Kepentingan

Umum. Ia mencontohkan PLTU

Batang yang awalnya lama terkendala

pembebasan lahan – lebih dari tiga

tahun – tapi kini lahan di sana sudah

mulai dibebaskan.

Subsidi juga menjadi hal yang dibahas

dalam pertemuan kali ini. Jarman

menyebutkan di awal ia menjadi

Dirjen, hampir semua pelanggan PLN

mendapatkan subsidi. Namun sekarang

pemerintah mengurangi subsidi dan

mulai memperkenalkan automatic tariff adjustment yang didasarkan pada tiga hal, yakni harga ICP (patokan harga

minyak Indonesia), kurs dollar, dan inlasi.

Subsidi nantinya akan memberikannya

kepada yang benar-benar

membutuhkan. “Mulai tahun 2016,

yang tidak mempunyai Kartu Miskin

dilarang menikmati subsidi listrik,”

tegas Jarman.

Jarman menambahkan, DJK dan PLN

akan mendatangi daerah-daerah di

Indonesia untuk memberikan sosialisasi

mengenai kebijakan yang rencananya

diberlakukan per Januari 2016 ini.

Sosialisasi juga akan dilakukan melalui

media cetak dan elektronik. Menurut

Jarman, subsidi listrik ini diharapkan

lebih bermanfaat dibanding jika dalam

bentuk uang. (AMH)

(22)

Warta Kita

Karya Anak Negeri Harus Diapresiasi

Program pembangunan pembangkit

listrik 35.000 MW yang akan dibangun

hingga tahun 2019 memberikan banyak

kesempatan kepada industri dalam

negeri. Dengan program ini sekitar

650.000 tenaga kerja langsung dan 3

juta orang tenaga kerja tak langsung

akan menerima manfaat. Penyerapan

Tingkat Komponen Dalam Negeri

diperkirakan akan menyentuh 40

persen (setara dengan Rp440 triliun)

dari total kebutuhan investasi. Untuk

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan

Jarman mengapresiasi langkah Majalah

Listrik Indonesia yang memberikan

penghargaan kepada

perusahaan-perusahaan dalam negeri yang mampu

memberikan kontribusi positif bagi

sektor kelistrikan Indonesia.

Dalam pembukaan Pameran Kelistrikan

Indonesia 2015 yang dilaksanakan di

Grand City Surabaya, Rabu (21/10),

Jarman menyampaikan bahwa

Electricity Award yang diberikan oleh Majalah Listrik Indonesia bekerjasama

dengan Majalah SWA adalah suatu

langkah positif menghargai karya

anak bangsa. Menurutnya pengelolaan

energi harus dikelola dengan baik dan

seimbang.

“Pihak asing punya penandaan, perlu

diundang (berinvestasi), tapi kita juga

perlu meningkatkan komponen dalam

negeri,” tegas Jarman. Dengan begitu

menurutnya Indonesia dapat mengejar

ketertinggalan dari negara-negara ASEAN baik dalam hal rasio elektriikasi maupun konsumsi listrik perkapita

nasional.

Pada pembukaan pameran ini

diserahkan pula penghargaan

Indonesia Best Electricity Award

(IBEA). Pada IBEA 2015 ini, kategori

penilaiannya meliputi Best Services, Best Independent Power Producers

(IPP), Best Operation & Maintenance

[O&M], serta 10 perusahaan terbaik.

Sebagai juri dalam pengharagaan

tersebut diantaranya Anggota Dewan

Energi Nasional (DEN) Tumiran,

Komisaris PT PLN (Persero) Milton

Pakpahan, serta redaksi dari Majalah

Listrik Indonesia, Majalah SWA dan

beberapa pakar kelistrikan lainnya.

Jarman sangat mengapresiasi kerja

panitia pameran kelistrikan indonesia

dan juri yang telah mempersiapjkan

penghargaan ini. Ia berharap

penghargaan ini mampu menginspirasi

perusahaan-perusahaan di sektor

ketenagalistrikan lainnya untuk bekerja

lebih baik ke depannya. Ia menitip

pesan agar perusahaan-perusahaan

tersebut meningkatan ketahanan

energi dengan menjaga kualitasnya.

“Ide penghargaan ini akan memacu

perusahaan-perusahaan lain untuk

menyediakan listrik yg berkualitas,”

ujarnya. Jarman juga mengajak

perguruan-perguruan tinggi yang

memiliki jurusan elektro untuk

bersama-sama membantu pemerintah

meningkatkan ketahanan energi. (PSJ)

(23)

Warta Kita

Pengelolaan Energi Butuh Partisipasi Rakyat

Energi merupakan hajat hidup rakyat

yang dikelola negara. Untuk itu

pemerintah terus bekerja memberikan

andil yang besar guna mewujudkan

target tambahan kapasitas pembangkit

listrik sebanyak 4,2 GW pada tahun

2019 nanti. Hal tersebut disampaikan

oleh Direktur Pembinaan Program

Ketenagalistrikan Alihuddin Sitompul

dalam Forum Kelistrikan yang

diselenggarakan dalam rangkaian

Pameran Kelistrikan Indonesia di Grand

City Surabaya, Rabu (21/10).

Upaya pemerintah tersebut disebutnya

melalui kebijakan perencanaan

program ketenagalistrikan hingga

pembuatan peraturan-peraturan

untuk mempercepat investasi

ketenagalistrikan. Meski dikelola

negara, Alihuddin mengharapkan

partisipasi aktif dari seluruh elemen

masyarakat mensukseskan program

35.000 MW.

Alihuddin mengajak peserta forum

untuk menyadari bahwa Indonesia

masih tertinggal dari negara-negara

tetangga dalam hal penyediaan

kelistrikan. Sebagai gambaran, saat ini rasio elektriikasi Indonesia masih mencapai 86,35% dimana masih ada

sekitar 40 juta penduduk Indonesia

belum mendapat listrik. Provinsi Jawa

Timur berdasarkan data Kementerian

ESDM juga masih 83,55%.

“Walaupun di Surabaya banyak listrik,

tapi di Jawa Timur masih banyak

yang belum mendapat listrik,” ungkap

Alihuddin. Menurutnya pemerataan

energi listrik menjadi perhatian penuh

pemerintah saat ini.

Mengingat kebutuhan listrik Indonesia

yang besar, Anggota Dewan Energi

Nasional Tumiran yakin bangsa ini

dapat mencapai target pembangunan

35.000 MW dalam lima tahun. Ia

juga optimistis bahwa pembangunan

tersebut dapat dilakukan oleh

tenaga-tenaga dalam negeri. Mantan

dekan Fakultas Teknik Universitas

Gadjah Mada ini mengharapkan

partisipasi aktif dari perguruan tinggi

di Indonesia yang memiliki jurusan

elektro untuk menyumbangkan saran

dalam pengelolaan energi khususnya

mewujudkan target program 35.000

MW.

Forum kelistrikan ini merupakan

rangkaian acara pameran kelistrikan

yang diselenggarakan Majalah Listrik

Indonesia. Pameran ini diikuti oleh

100 manufaktur lokal dan global, serta

melibatkan seluruh elemen pelaku

bisnis kelistrikan. Termasuk di dalamnya

subsektor pendukung, asosiasi

kelistrikan dari dalam dan luar negeri.

Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan

dan Direktorat Jenderal Energi Baru

Terbarukan dan Konservasi Energi juga

berpartisipasi dalam pameran tersebut

untuk mendekatkan diri ke stakeholder.

(PSJ)

(24)

Warta Kita

Pameran Kelistrikan

Indonesia 2015

Grand City Surabaya, 21-23 Oktober 2015

Pameran Kelistrikan diselenggarakan di Grand City, Surabaya pada tanggal 21-23 Oktober 2015. Melalui pameran yang

diselenggarakan oleh Listrik Indonesia ini, Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan (DJK) memberikan informasi pada

pengunjung mengenai Program 35.000 MW yang belakangan ini marak diperbincangkan. DJK juga menyediakan informasi

(25)

4

Warta Kita

Stakeholder

Ketenagalistrikan Harus

Duduk Satu Meja dan Satu Visi

Pengaturan kewenangan di bidang ketenagalistrikan

mengalami perubahan berdasarkan Undang-Undang Nomor

23/2014 tentang Pemerintahan Daerah. Jika dulu bupati/

walikota memiliki kewenangan masing-masing di bidang

ketenagalistrikan termasuk juga dalam hal pendanaan,

dengan Undang-Undang Nomor 23/2014 ini kewenangan

diserahkan ke pemerintah provinsi dalam hal ini gubernur.

Hal ini menjadi salah satu pokok bahasan dalam Sosialisasi

Peraturan Perundang-Undangan Bidang Ketenagalistrikan di

Bandung (22/10).

Selain memperjelas pembagian kewenangan pusat

dan daerah, Sekretaris Direktorat Jenderal (Sesditjen)

Ketenagalistrikan Sujatmiko mengharapkan sosialisasi

ini juga dapat menjadi ajang saling berkomunikasi

antara stakeholder ketenagalistrikan dalam menghadapi

tantangan ketenagalistrikan sehingga target 35.000 MW

dapat direalisasikan. Sosialisasi ini juga diharapkan dapat

membuka masalah-masalah di sektor ketenagalistrikan dan

cara penyelesaiannya.

“Tidak mungkin pemerintah, swasta, PLN, dan masyarakat

jalan sendiri-sendiri. Kita harus satu meja, satu visi dengan

tugas masing-masing,” ujar Sujatmiko.

Tantangan di bidang ketenagalistrikan memang tak ringan.

Sujatmiko mencontohkan sampai Juli 2015, penjualan listrik

untuk industri turun hingga 2,3%. Ia mengatakan kalau

konsumsi listrik rumah tangga yang turun, itu adalah pertanda

baik karena masyarakat menuruti anjuran pemerintah

untuk menghemat listrik. Namun kalau konsumsi industri

yang turun, itu artinya banyak mesin-mesin produksi yang

tidak terpakai maksimal sesuai kapasitasnya. Artinya pula,

output turun dan ada ini dapat berimbas pada tenaga kerja;

termasuk kemungkinan merumahkan para pekerja industri.

Inilah yang membuat pemerintah mengeluarkan Paket

Kebijakan Ketiga yang di antaranya adalah diskon listrik

industri hingga 30% dari pukul 23.00 sampai 08.00. Tarif

listrik untuk industri juga turun secara konsisten melalui

skema tariff adjustment yang didasarkan pada tiga hal yakni: ICP (Indonesian Crude Oil Price), kurs rupiah terhadap dollar, dan inlasi. PLN juga memberikan grace period untuk penundaan tagihan listrik industri. Paket

(26)

Warta Kita

kebijakan ini berdampak positif pada industri yang terlihat

dari peningkatan pemakaian listrik industri pada Agustus

2015.

“Kita mempunyai semangat untuk terus memperbaiki eisiensi pembangkit dan distribusi sehingga harga listrik industri bisa turun. Ini tentunya akan menambah daya

saing industri kita,” tutur Sujatmiko dalam sambutannya. Ia

melanjutkan, “Listrik merupakan komponen dasar industri.

Kalau tidak kompetitif, ke depan akan berat.”

Sujatmiko juga mengungkapkan bahwa pemerintah sedang

membuat rancangan keputusan presiden (kepres) tentang

percepatan infrastruktur ketenagalistrikan. Regulasi ini

diharapkan dapat mempercepat PLN dalam pengadaan dan

pembebasan lahan, perijinan dan lainnya. Ia menyampaikan,

percepatan ini penting dilakukan karena sampai Agustus

2015, proyek-proyek transmisi di Jawa-Bali baru tercapai

9% dari target 100%. Capaian gardu induk baru 16%.

“Kalau tidak melakukan upaya luar biasa, kita khawatir target

35.000 MW di tahun 2019 tidak tercapai,” ungkapnya.

Terkait perijinan, Sujatmiko menyatakan bahwa nantinya

hanya akan ada tiga jenis perijinan di bidang ketenagalistrikan,

yakni ijin di bidang hulu (pembangkitan), ijin di bidang

hilir (pengusahaan), dan ijin penunjang (termasuk untuk

pemanfaatan jaringan). Hal lain seperti persetujuan harga,,

keselamatan kerja, masalah lingkungan dan lainnya akan

menjadi standar bagi pemohon ijin. Pemerintah hanya akan

mengeluarkan check list, jika standar terpenuhi, ijin akan

jalan terus dan tidak akan ditunda-tunda. Ia mengharapkan

pihak yang mengurusi perijinan dapat proaktif untuk

mengecek status perijinan di masing-masing instansinya.

Selain itu, Sujatmiko juga menyoroti pemberian subsidi listrik

bagi masyarakat tidak mampu. Jika dulu subsidi diberikan

pada mereka yang memasang daya berkapasitas 450 VA dan

900 VA, tahun depan hal tersebut akan berubah. Sujatmiko

menjelaskan, kenyataan di lapangan menunjukkan jika

mereka yang memasang daya 450 VA dan 900 VA tidak

serta-merta miskin. Subsidi listrik memang dipangkas dari

66 triliun tahun ini, turun menjadi 33,6 triliun di tahun 2016.

Sujatmiko menyampaikan pemerintah baik pusat maupun daerah dan PLN akan bekerja keras untuk mereklasiikasi kriteria masyarakat tidak mampu hingga mereka yang

benar-benar membutuhkan yang akan mendapatkan subsidi

listrik. (AMH) Atas - Narasumber sosialisasi berasal dari DJK, PLN, dinas

daerah

(27)

Kementerian ESDM Berpartisipasi

Dalam IIICE 2015

Kementerian ESDM berpartisipasi dalam pameran Indonesia International Infrastructure Convention dan Exhibiton (IIICE) 2015 di Jakarta Convention Center (JCC) pada tanggal 4-6 November 2015. Booth yang disediakan oleh Kementerian ESDM menampilkan beragam informasi mengenai sektor

energi dan sumber daya mineral termasuk peraturan

terbaru, dan juga menyediakan survey kepuasan publik

terhadap pelayanan informasi publik di Kementerian ESDM.

Ditjen Ketenagalistrikan sebagai unit di bawah Kementerian

ESDM juga turut menampilkan capaian dan regulasi di

bidang ketenagalistrikan dalam setahun terakhir ini dan

memberikan gambaran mengenai Program 35.000 MW.

IIICE 2015 merupakan salah satu acara dalam rangkaian

kegiatan tahunan Indonesia Infrastructure Week (IIW) 2015 yang diprakarsai oleh KADIN Indonesia. Wakil Presiden Jusuf

Kalla membuka IIW 2015 pada Rabu (4/11) di JCC.

“Bicara tentang infrastruktur tidak akan pernah berhenti.

Kebutuhan selalu meningkat baik dari segi kualitas maupun

jumlahnya. Tidak cukup dengan bicara, tapi harus dikerjakan

bersama-sama,” ujar Jusuf Kalla saat menyampaikan

sambutannya.

Warta Kita

Wakil Presiden menambahkan bahwa kebutuhan

infrastruktur Indonesia sangat besar. Hal ini dikarenakan

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah

penduduk yang jauh lebih besar dibanding negara-negara

ASEAN lainnya.

“Infrastruktur untuk negara kepulauan jauh lebih besar

dibanding negara daratan,” tambahnya.

Jusuf Kalla juga sempat membahas mengenai kebutuhan

listrik masyarakat Indonesia yang besar. Menurutnya,

dibutuhkan pembangunan yang lebih cermat dan investasi

yang besar untuk membangun infrastruktur ketenagalistrikan

di Indonesia.

Setelah membuka IIW 2015, Jusuf Kalla mengunjungi

pameran IIICE 2015. Booth Kementerian ESDM menjadi salah satu booth yang dikunjungi oleh Wakil Presiden. Program 35.000 MW termasuk topik yang paling banyak

diminati, ini terlihat dari banyaknya pertanyaan pengunjung

pameran mengenai program pemerintah yang dicanangkan

sejak Mei 2015 ini, tak terkecuali Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Petugas booth menjelaskan tentang capaian Program 35.000 dan capaian sektor ESDM secara umum dalam setahun

terakhir ini. (AMH) Wakil Presiden Jusuf Kalla mendengarkan penjelasan dari

salah satu staf DJK mengenai progres Program 35.000 MW

Pengunjung mengisi survey keterbukaan informasi publik

(28)

PLN Diharapkan Fokus

pada Distribusi dan

Transmisi Listrik

Pembangunan dan pengembangan infrastruktur listrik di

Indonesia sudah menjadi suatu kebutuhan yang harus

dilaksanakan karena masih banyak daerah di Indonesia yang

masih belum teraliri listrik. Untuk itu program pembangkit

listrik 35.000 MW harus bisa tercapai sesuai target.

Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Alihudin

Sitompul dalam konferensi pers di kantor Direktorat Jenderal

Ketenagalistrikan, Jakarta (6/11) mengatakan pemerintah

telah merencanakan siapa saja yang nantinya akan

men-supply power, yaitu 75% dari IPP (Independent Power Producer) dan 25% dari PT PLN (Persero).

“Ke depan PLN kita harapkan akan membangun gardu-gardu

untuk distribusi yang lebih luas dan lebih baik sehingga daya

energi yang diproduksi oleh IPP akan tersalurkan dengan

baik ke pelanggan,” ujar Ali. Jadi, pemerintah mengharapkan

ke depannya PLN hanya mengurus distribusi dan transmisi

listrik ke masyarakat dan tidak lagi terlalu memikirkan

tentang pembangkit.

Warta Kita

“Dengan demikian, rasio resiko kerugian

di dalam PLN akan semakin turun, dan

PLN akan mendapatkan untung yang lebih

baik untuk menjaga stabilitas sistem PLN

dalam menyediakan listrik ke masyarakat.

Jadi PLN tidak memikirkan pembangkit

lagi, tapi bagaimana distribusi dan

transmisi listrik ke masyarakat di seluruh

Indonesia menjadi lebih baik,” Ali kembali

menegaskan.

Mengenai revisi Rencana Umum

Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL)

yang baru, hingga saat ini PLN belum

memberikannya kepada pemerintah.

Revisi ini terkait dengan rencana awal

dimana PLN mengerjakan 10.000 MW

dari target program 35.000 MW, sekarang diganti menjadi

PLN hanya mengerjakan 5.000 MW saja. Karena belum

diserahkan ooleh PLN, maka saat ini PLN masih menggunakan

RUPTL yang lama.

“PLN belum selesaikan RUPTL untuk tahun ini. Pak Menteri

(Menteri ESDM Sudirman Said - red) sudah ngejar-ngejar

agar ada acuan ke depan untuk membangun pembangkit

listrik,” pungkas Ali. (UH) Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Alihuddin

Sitompul dalam konferensi pers di DJK, Jakarta (6/11)

Para wartawan menyimak paparan dari Alihuddin Sitompul

(29)

Warta Kita

Peluang Usaha Penunjang

Ketenagalistrikan Semakin Terbuka

Program 35.000 MW yang akan dibangun hingga tahun

2019 membuka kesempatan luas bagi sektor penunjang

ketenagalistrikan. Hal tersebut disampaikan Sekretaris

Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Sujatmiko saat

menghadiri peresmian beroperasinya pabrik panel listrik

tegangan menengah PT ABB di tangerang, Rabu (7/10).

Menurutnya dengan program 35.000 MW, Industri Indonesia

akan tumbuh karena 75.000 set tower transmisi dan 1.382

unit gardu induk akan dibangun. “Selain itu kita akan

menggunakan 301.500 km konduktor aluminium, 2.600 set trafo, serta 3,5 juta ton baja proil dan pipa luar pembangkit,” ungkapnya.

Menurut Sujatmiko, Program 35.000 MW juga akan membuka

lapangan kerja yang luas. Sekitar 650.000 tenaga kerja

langsung dan 3 juta orang tenaga kerja tak langsung akan

menerima manfaat dari program ini. Ia juga mengatakan

bahwa penyerapan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)

diperkirakan akan menyentuh 40 persen (setara dengan

Rp440 triliun) dari total kebutuhan investasi.

Sujatmiko mengatakan bahwa pembangunan pabrik usaha

penunjang ketenagalistrikan seperti ini perlu diapresiasi

karena merupakan suatu komitmen dalam menyediakan

layanan yang lebih cepat kepada perusahaan ketenagalistrikan

maupun industri lainnya. Ia berharap ke depan, usaha

penunjang dapat terus membangun pabrik-pabrik yang

menghasilkan produk dalam negeri untuk mendukung

program-program pemerintah di sektor ketenagalistrikan.

Perusahaan-perusahaan penunjang ketenagalistrikan

melihat bahwa Indonesia adalah negara dengan populasi

terbesar keempat di dunia dan memiliki kekuatan ekonomi

yang terus berkembang dan diperhitungkan secara

global. Switchgear yang diproduksi di pabrik baru ini akan mendukung distribusi energi listrik secara eisien dan andal dalam rangka memenuhi kebutuhan energi listrik.

Fasilitas produksi seluas 3.700 meter persegi yang

terletak di Tangerang inimemproduksi rangkaian produk

AIS tegangan sedang, seperti UniSwitch, UniSec, UniGear

dan UniGear Digital. Pabrik semi otomatis ini dirancang untuk menjalankan proses produksi yang eisien dengan kapasitas mencapai 4.000 panel switchgear per tahun.

Fungsi switchgear dalam sebuah sistem energi listrik adalah mengendalikan, melindungi dan mengisolasi peralatan listrik

untuk menjaga kestabilan suplai listrik. (PSJ)

Sekretaris Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Sujatmiko menyampaikan sambutan pada peresmian Pabrik ABB

(30)

Program Lisdes dan Instalasi Listrik Gratis

Efektif Percepat Angka RE

Saat ini masyarakat Indonesia masih banyak yang bermimpi

menikmati listrik. Dua program pemerintah yaitu program

listrik perdesaan (lisdes) dan program instalasi listrik

gratis untuk masyarakat tidak mampu dinilai efektif untuk

mempercepat akses masyarakat dalam menikmati listrik. Hal

tersebut disampaikan Direktur Jenderal Ketenagalistrikan

Jarman saat mendampingi kunjungan kerja Komisi VII DPR RI

di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Senin (9/10).

Menurutnya dua

program pemerintah

tersebut mampu

menaikkan angka Rasio Elektriikasi

(RE) dengan signiikan dalam lima

tahun terakhir.

Hingga akhir semester

I tahun 2015, rasio elektriikasi Indonesia mencapai 86,36%.

Angka ini meningkat

19,21% dibandingkan

tahun 2010 yang

baru mencapai

67,15%. Angka rasio elektriikasi Provinsi DIY sendiri saat ini

berdasarkan data

Dinas Pekerjaan

Umum Perumahan dan ESDM Provinsi DIY mencapai 86,28%.

Penghitungan RE menjadi salah satu fokus perhatian Komisi

VII DPR RI. Dalam pembahasan tersebut agar tidak terjadi

redudansi data, disepakati bahwa PT PLN (Persero) hanya

akan mengeluarkan jumlah pelanggan.

“Sedangkan yang akan menghitung RE adalah pemerintah

dalam hal ini Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan,” ungkap

Jarman.

Kunjungan kerja Komisi VII dalam masa reses akhir tahun

2015 ini dilaksanakan di dua tempat yaitu Provinsi DIY

dan Provinsi Bangka Belitung. Ketua Komisi VII Kardaya

Warnika sebagai pimpinan rombongan diterima oleh Sekda

Warta Kita

Provinsi DIY yang dihadiri perwakilan dari Kementerian

ESDM, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,

Kementerian Riset-Dikti, Pertamina, SKK Migas, BPH Migas,

PT PLN, dan PT PGN.

Selain mendengarkan aspirasi masyarakat Yogyakarta,

Komisi VII juga ingin meninjau langsung pembangunan

Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Samas, Bantul DIY.

Pembangunan PLTB

dan pembangkit listrik

tenaga sampah yang

dikembangkan di

Yogyakarta menarik

perhatian Komisi VII DPR

RI. Menurut anggota

Komisi VII DPR RI dari

Fraksi Nasdem Kurtubi,

pihaknya ingin menjadikan

PLTB di Yogyakarta sebagai

percontohan untuk

konstituennya di Nusa

Tenggara Barat (NTB).

Kunjungan ke PLTB Samas

sendiri dilaksanakan

Selasa (10/10) yang

dihadiri Komisi VII DPR

RI dan Dirjen EBTKE

Rida Mulyana. Sekretaris

Dirjen Ketenagalistrikan

Sujatmiko juga hadir dalam kunjungan lapangan mewakili

jarman yang harus kembali ke Jakarta karena ada agenda

(31)

Mulai Januari 2016, Sertiikasi Usaha Jasa

Penunjang Dilakukan Secara Online

Dalam coffee morning yang diselenggarakan Jumat (13/11), Ditjen Ketenagalistrikan memperkenalkan sistem database

Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik. Menurut Direktur

Jenderal Ketenagalistrikan Jarman, prinsip pertama dari

sistem ini adalah bersifat relaksasi yaitu memberi kelonggaran

dan kemudahan sekaligus memberi kepastian. Selanjutnya

menurutnya database ini bersifat self-assesment.

“Jika data-data yang diberikan sudah benar maka sistem

akan meregister dan memberikan nomor registrasi bagi

seluruh badan usaha

jasa penunjang,”

ungkap Jarman.

Sistem database Usaha

Jasa Penunjang Tenaga

Listrik ini merupakan

sistem database

ketiga di sektor

k e t e n a g a l i s t r i k a n

setelah sebelumnya

Ditjen Ketenagalistrikan

meluncurkan Sistem

database Registrasi Sertiikat laik Operasi (SLO) dan Sertiikasi Kompetensi

Tenaga Teknik

K e t e n a g a l i s t r i k a n

(SISKTTK). Sistem secara online ini akan diterapkan mulai

1 Januari 2016.

“Mulai saat ini hingga Januari nanti akan diterapkan

transformasi dari data-data manual ke sistem online,” jelas Jarman. ”Tidak ada lagi sertiikasi yang diterbitkan oleh kantor kami secara manual, semua melalui sistem,”

lanjutnya.

Menurut Jarman, jika semuanya sudah dalam kondisi

online yang tertata baik, Ditjen Ketenagalistrikan

akan mengintegrasikan keseluruhan sistem yang ada.

Menurut Jarman nantinya SLO tidak akan terbit jika

yang melaksanakannya tidak punya registrasi dari SBU.

Sedangkan SBU tidak terbit jika tidak ada penanggung jawab

dari tenaga komptensi. Menurutnya para pelaku usaha nanti

ke kantor Ditjen Ketenagalistrikan bukan untuk mengajukan

izin karena semua sudah dilakukan secara online, tapi untuk

rapat atau mediasi jika ada permasalahan. Menurutnya SLO

yang rata-rata 10.000 aplikasi per hari bisa diselesaikan

dengan baik, maka SBU yang tidak terlalu banyak juga akan

dapat diselesaikan dengan baik.

Presentasi mengenai Sertiikasi Usaha Jasa Penunjang sendiri dipaparkan oleh Direktur Teknik dan Lingkungan

Ketenagalistrikan Munir Ahmad. Menurut Munir untuk Sertiikasi jenis usaha Pembangunan dan

Pemasangan, penerbit

SBU sudah dilakukan

oleh PT AK Lima dan PT

Sertikolindo. Sedangkan

untuk jenis usaha lain

seperti Konsultansi

dalam bidang Instalasi

Penyediaan Tenaga Listrik, serta Sertiikasi

Kompetensi Tenaga

Teknik Ketenagalistrikan masih diterbitkan oleh Ditjen Ketenagalistrikan. Ia berharap lembaga sertiikasi badan usaha segera menyiapkan diri secara baik untuk bisa

menerbitkan SBU.

Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 62/2012 tentang Usaha

Jasa Penunjang Tenaga Listrik, dalam menerbitkan izin usaha

jasa penunjang tenaga listrik, pemerintah daerah provinsi

seharusnya mensyaratkan SBU sebagaimana diamanatkan

dalam pasal 18 ayat (4) PP Nomor 62/2012 tentang Usaha

Jasa Penunjang Tenaga Listrik. Selain itu Pemerintah

Daerah dan PT PLN (Persero) hendaknya mensyaratkan

SBU Ketenagalistrikan dan izin usaha jasa penunjang

tenaga listrik dalam pengadaan barang/jasa elektrikal dan

mekanikal. (PSJ)

Dalam coffee morning pada Jumat (13/11), Dirjen Ketenagalistrikan

Jarman memperkenalkan sistem database Usaha Jasa Penunjang

(32)

Proses Perizinan Ketenagalistrikan

Diharapkan Dapat Lebih Ringkas

Pelayanan Terpadu Satu Pintu Badan Koordinasi Penanaman

Modal (PTSP BKPM) dalam satu tahun terakhir telah

menyederhanakan proses perizinan bidang ketenagalistrikan

dari 52 jenis izin menjadi 25 jenis izin dan 923 hari menjadi

256 hari. Meski kinerjanya diapresiasi, PTSP BKPM diharap

melakukan kajian pada proses perizinan ketenagalistrikan

sehingga perizinan ketenagalistrikan hanya menyisakan

lebih sedikit prosedur dan singkatnya waktu perizinan. Hal

tersebut mengemuka dalam diskusi kedua pelaksanaan

coffee morning sosialisasi Peraturan Menteri ESDM No. 31 Tahun 2015 yang diselenggarakan Direktorat Jenderal

Ketenagalistrikan hari Jumat (13/11).

Diskusi yang menghadirkan Deputi Bidang Perencanaan

Penanaman Modal BKPM Tamba P. Hutapea sebagai pembicara

ini banyak memberikan informasi kepada para pelaku usaha

sub sektor ketenagalistrikan yang hadir pada coffee morning

tersebut. Menurut Tamba, permasalahan perizinan adalah

banyaknya jenis perizinan dan saling mempersyaratkan,

sehingga perlu penyederhanaan untuk mempersingkat

waktu, terutama perizinan lahan/pertanahan, lingkungan,

dan daerah.

“Metode yang digunakan untuk penyederhanaan perizinan

adalah Hapus, Gabung, Sederhanakan dan Limpahkan

(HGSL) serta penyederhanaan administrasi proses perizinan,”

ungkap Tamba. Menurutnya BKPM telah melakukan

perubahan Permen Baru dari Kementerian/Lembaga untuk

mendukung PTSP Pusat Ketenagalistrikan dari sektor agraria,

sektor kehutanan dan sektor perhubungan.

Warta Kita

Dalam paparannya Tamba menyampaikan kemajuan

investasi sektor ketenagalistrikan. Per tanggal 5 November

2015 sebanyak 96 perusahaan Penanaman Modal Asing

(PMA) telah memperoleh Izin Prinsip dari BKPM untuk

sektor ketenagalistrikan dengan total kapasitas 25.006

MW dan nilai investasi sebesar US$ 34 Milyar. Selain itu

77 perusahaan Pananaman Modal Dalam Negari (PMDN)

dengan total kapasitas 4.973 MW dan nilai investasi sebesar

Rp 110,9 Triliun. Dari catatan PTSP BKPM 52 perusahaan

telah memperoleh Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik

Sementara (IUPTL-S) dari PTSP Pusat dengan total kapasitas

6.026,1MW. Sementara itu 34 perusahaan telah memperoleh

IUPTL dari PTSP Pusat dengan total kapasitas 809,3 MW.

Menurut Tamba, anggaran pemerintah pusat dan daerah

hanya mampu menutup 50% dari total kebutuhan investasi.

Menurutnya hal ini merupakan peluang besar untuk partisipasi

investasi swasta, termasuk Public Private Partnership (PPP) sebanyak 141 Miliar USD atau 1.692 triliun rupiah. Tamba

menyampaikan tiga prioritas utama BKPM saat ini adalah

percepatan pelayanan perizinan, penciptaan iklim investasi

yang kondusif, serta debottlenecking permasalahan investasi.

“Tujuan PTSP Pusat adalah tercapainya proses perizinan yang

cepat, sederhana, transparan dan terintegrasi,” ungkapnya.

Konsep PTSP Pusat menurutnya adalah investor cukup

datang ke BKPM sebagai penyelenggara PTSP Pusat untuk

mengurus perizinan investasi, tidak perlu lagi berkeliling

kantor Kementerian/Lembaga. Selain itu investor dapat

memonitor proses perizinan secara online serta memperoleh

kepastian mengenai tenggat waktu perizinan.

Menteri ESDM sendiri telah mendelegasikan wewenang

penerbitan 10 izin usaha ketenagalistrikan kepada Kepala

BKPM Sesuai Permen ESDM No. 35 Tahun 2014, yaitu Izin

Usaha Penyediaan Tenaga Listrik, Izin Operasi, Penetapan

Wilayah Usaha, Izin Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik,

Izin Jual Beli Tenaga Listrik Lintas Negara, Izin Pemanfaatan

Jaringan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Telekomunikasi,

Multimedia, dan Informatika, Penugasan Survei Pendahuluan

Panas Bumi, Izin Panas Bumi, Persetujuan Usaha Penunjang

Panas Bumi, serta Izin Penggunaan Gudang Bahan Peledak

Panas Bumi. (PSJ) Tamba P. Hutapea dalam coffee morning (13/11)

(33)

Resensi Buku

Change Management

dalam Reformasi Birokrasi

Oleh: Ernawaty/Pustakawan Madya

Judul buku

:

Change Management

dalam Reformasi Birokrasi

Penulis

: A. Qodri A. Azizy

Penerbit

: Gramedia, 2007

Tebal

: xvii + 142 halaman

Buku Change Management dalam reformasi birokrasi ini di dalamnya memuat banyak ide segar dan orisinal, bahkan

dalam beberapa hal, cukup agresif dan provokatif dalam

pengertian yang positif. Analisisnya cukup radikal dan

mendasar. Sekalipun demikian, penuturannya tidak

meledak-ledak dan bukan merupakan ungkapan protes atau frustasi.

Istilah yang digunakan dalam judul buku ini pun sungguh

menarik, yaitu change management birokrasi. Istilah ini tidak biasa dalam dunia birokrasi.

Dengan kajiannya ini, penulis ingin mentransformasikan

birokrasi bukan lagi sebagai sosok yang kaku, lamban,

ketinggalan terus, selalu menunggu petunjuk, dan otoriter.

Birokrasi hendak “disulap” menjadi sosok yang dinamis,

kreatif, inovatif, progresif, dan selalu berorientasi ke depan,

serta komit pada tanggung jawab.

Penulis membahas birokrasi mulai dari akar munculnya

konsep dan tori dari pencetusnya, Max Weber, sampai

perkembangan mutkhir di Barat yang popular dengan

istilah New Public Management (NPM). Namun, penulis juga wanti-wanti dan sekaligus mengkritik mereka yang silau

dengan konsep NPM di Barat, khususnya berkaitan dengan

“mewirausahakan birokrasi”.

Kajiannya bersifat multidisipliner, perpaduan dari ilmu politik,

ilmu pemerintahan, manajemen, dan tidak ketinggalan

teori-teori perubahan. Namun, tampaknya ia lebih menekankan

pendekatan manajemen. Pendekatan ini pula yang ia

gunakan ketika membahas soal bersih dari KKN, bukan

pendekatan hukum.

Ide-ide segar yang ditawarkan dalam buku ini sangat kita

dukung, namun kita menyadari bahwa hasil pemikiran belum

seluruhnya dapat dilakukan bersama-sama sekarang ini,

karena ada nya beberapa kendala. Buku ini sangat inspiratif,

baik untuk masa sekarang maupun untuk masa yang akan

datang. Buku ini sangat perlu dijadikan bahan diskusi oleh

para akademisi, khususnya mereka yang berkecimpung di

perguruan tinggi. Dan seharusnya juga menjadi buku wajib

bagi mereka yang telah atau yang akan menduduki jabatan

eselon satu dan eselon dua. Ada banyak tips dan sekaligus

kritik untuk para pejabat tersebut.

Kehidupan kita berbangsa dan bernegara tidak dapat

dilepaskan dari peran birokrasi sebagai salah satu

penyangga utamanya. Dan kita ditantang serta termotivasi

untuk mewujudkan kinerja birokrasi yang mampu membawa

(34)

Komunikasi

Stakeholder

Ketenagalistrikan Perlu Terus

Dijaga

Warta Kita

Komunikasi antara semua pemangku kepentingan di

subsektor ketenagalistrikan harus terus dijaga agar

hal-hal yang menjadi kendala bisa diselesaikan dengan baik.

Demikian disampaikan oleh Direktur Pembinaan Pengusahaan

Ketenagalistrikan Satya Zulfanitra saat membuka Sosialisasi

Bidang Investasi dan Perizinan Usaha Penyediaan Tenaga

Listrik di Banjarmasin (16/11).

Selain untuk menjaga komunikasi, sosialisasi juga

diselenggarakan untuk memberikan informasi terbaru

terkait kebijakan ketenagalistrikan. Satya mendorong

peserta sosialiasi yang berasal dari pemerintah daerah, PT

PLN (persero), dan swasta untuk tak ragu bertanya pada

narasumber terutama mengenai peraturan baru yang

dikeluarkan oleh pemerintah pusat. Satya menyampaikan

pemerintah telah melakukan terobosan-terobosan guna

mendorong percepatan pembangunan pembangkit

listrik, antara lain dengan memangkas perizinan dan

melimpahkannya pada Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)

di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Referensi

Dokumen terkait

Struktur sosial yang berperan terhadap pembentukan DPL di Bondalem adalah pihak pemerintah dalam hal ini diwakili oleh Dinas Kelautan dan Perikanan, LSM (Reef

Pembentukan Air Asam Tambang (AAT) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan "Acid Mine Drainage (AMD)" atau " Acid Rock Drainage (ARD)" terbentuk saat mineral sulfida

Penelitian ini ditujukan untuk membuat perancangan sebuah sistem akuisisi data berbasis arduino untuk pengenalan ciri sinyal suara paru dan jantung menggunakan wavelet

Hal ini terlihat dari R Square X terhadap Y 0,052 maka dapat disimpulkan bahwa bakat khusus teridentifikasi mempunyai pengaruh 52 % terhadap hasil belajar

Hasil analisis keragaman pertambahan berat badan sapi Aceh jantan yang diberi pakan berbasis rumput alam, rumput gajah dan eceng gondok fermentasi menunjukkan

Pada Model 1 mekanisme corporate governance yang terdiri dari proporsi komisaris independen, jumlah anggota dewan direksi, persentase kepemilikan institusional, kepemilikan

Berupa analisis jalannya program dan pemilihan model yang sesuai untuk diimplementasikan pada data masing-masing kriteria. Subsistem ini berperan dalam

Pada gambar 8 tampak sebelum menggunakan skat titik separasi terjadi di sekitar 52% Chord, pada permukaan atas sedangkan pada permukaan bawah aliran diperlambat pada awal