• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Yurisdis mengenai Penanganan Perkara Terhadap Dokter Yang Tidak Memiliki Surat Izin Praktek ( Studi Putusan Nomor.110k Pid.Sus 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Yurisdis mengenai Penanganan Perkara Terhadap Dokter Yang Tidak Memiliki Surat Izin Praktek ( Studi Putusan Nomor.110k Pid.Sus 2012"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sejak lahir di dunia, manusia telah bergaul dengan manusia-manusia lain

didalam suatu wadah yang bernama masyarakat. Hubungan-hubungan antara

manusia serta antara manusia dengan masyarakat atau kelompoknya, diatur oleh

serangkaian nilai-nilai dan kaidah-kaidah dan perilakunya lama kelamaan

melembaga menjadi pola-pola. Kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang mengatur

kehidupan manusia dalam masyarakat, bermacam-macam ragamnya.

Kaidah-kaidah tersebut lah yang melahirkan peraturan-peraturan tertulis dan tidak

tertulis.1

Hukum merupakan pranata sosial yang diciptakan oleh manusia untuk

menciptakan tertibnya sendiri. Tertib itu ada dan dikehendaki atas kesepakatan

bersama sekelompok manusia, ia muncul secara alamiah sebagai kebutuhan

bersama. Realisasi tertib bersama diwujudkan terbentuknya pranata-pranata

hukum, baik subtansi, kelembagaan maupun budaya hukum. Keberadaannya

bersifat rooted, paculier dan base on society, artinya hukum itu hidup dan

berkembang sesuai dengan nilai-nilai masyarakatnya.2

Secara umum hukum pidana berfungsi untuk mengatur kehidupan

masyarakat agar dapat tercipta dan terpeliharanya ketertiban umum. Manusia

dalam usaha untuk memenuhui kebutuhan dan kepentingan hidupnya yang

1

Jusmadi Sikumbang, Mengenal Sosiologi dan Sosiologi Hukum,(Medan : Pustaka Bangsa Press, 2012) halaman 195

2

(2)

berbeda-beda terkadang mengalami pertentangan antara satu dengan yang lainnya,

yang dapat menimbulkan kerugian atau mengganggu kepentingan orang lain.

Agar tidak menimbulkan kerugian dan mengganggu kepentingan orang lain dalam

usaha memenuhui kebuttuhan hidupnya tersebut maka akan memberikan

aturan-aturan yang membatasi perbuatan manusia, sehingga ia tidak berbuat sekehendak

hatinya.

Lahirnya Undang-undang kesehatan bertujuan untuk melindungi

kepentingan-kepentingan pasien dan bertujuan lain seperti mengembangkan

kualitas profesi tenaga kesehatan. Hal ini bukan berarti bahwa

kepentingan-kepentingan pasien selalu harus diunggulkan: artinya adalah, adanya keserasian

antara kepentingan pasien dengan tenaga kepentingan tenaga kesehatan, misalnya

dokter, perawat, dan lain-lain.

Keserasian antara kepentingan pasien dengan kepentingan tenaga

kesehatan, merupakan salah satu penunjang keberhasilan pembangunan sistem

kesehatan. Oleh karena itu, pelindungan hukum terhadap

kepentingan-kepentingan itu harus diutamakan. Disatu pihak, pasien menerima kepercayaan

kepada kemampuan profesional tenaga kesehatan. Di lain pihak, karena adanya

kepercayaan itu, seyogianya tenaga kesehatan memberikan pelayanan kesehatan

menurut standar profesi dan berpegang teguh pada kerahasiaan profesi.3

3

(3)

Hukum kesehatan tidak dapat dipisahkan dengan proses perkembangan

kesehatan sehingga perkembangan kesehatan sangat diperlukan bagi

permasalahan hukum kesehatan.4

Tanpa adanya sarana atau fasilitas tertentu, maka tidak mungkin

penegakan hukum akan berlangsung dengan lancar. Sarana atau fasilitas tersebut

antara lain mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi

yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup, dan seterusnya. Kalau

hal-hal ini tidak terpenuhui, maka mustahil penegakan hukum akan mencapai

tujuannya.5

Dalam pandangan hukum,pasien adalah subjek hukum mandiri yang

dianggap dapat mengambil keputusan untuk kepentingan dirinya.Oleh karena itu

adalah suatu hal yang keliru apabila menganggap pasien selalu tidak dapat

mengambil keputusan karena ia sedang sakit.Dalam pergaulan hidup normal

sehari-hari,biasanya pengungkapan keinginan atau kehendak dianggap sebagai

titik tolak untuk mengambil keputusan.Dengan demikian walaupun seorang

pasien sedang sakit,kedudukan hukumnya tetap sama seperti orang sehat.Jadi

secara hukum,pasien juga berhak mengambil keputusan terhadap pelayanan

kesehatan yang akan dilakukan terhadapnya,karena hal ini berhubungan erat

dengan hak asasinya sebagai manusia.Kecuali apabila dapat dibuktikan

4

Ns.Ta’adi, Hukum Kesehatan Sanksi dan Motivasi bagi Perawat, (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, 2013), halaman 1

5

(4)

bahwakeadaan mentalnya tidak mendukung keadaan mentalnya tidak mendukung

untuk mengambil keputusan yang diperlukan.6

Pelanggaran terhadap kewajiban pasien dapat digunakan sebagai alasan

pembelaan diri dokter,manakala pelanggaran kewajiban itu menyebabkan salah

diagnosis dokter dan atau salah terapi.Misalnya,pelanggaran kewajiban memberi

informasi yang lengkap dan jujur.Jujur artinya benar sesuai dengan yng

sebenarnya,tidak dikarang-karang,dan tidak disembunyikan.

Pelanggaran kewajiban pasien tersebut tidak serta merta dapat dijadikan

alasan pembelaan diri dokter.Masih harus diuji dan dilihat dari sifat dan keadaan

serta kewajaran yang berlaku.Keterangan pasien adakalanya tidak wajar.Dokter

wajib menilai wajar dan nyata keterangan pasien berdasarkan ilmu yang

dimilikinya.Dalam penilaian dokter bisa terjadi kelalaian,apabila seharusnya

dokter menilai keterangan pasien salah namun dokter mempercayainya sebagai

benar.

Sebaliknya, kesalahan doktertimbul sebagai akibat terjadinya tindakan

yang tidak sesuai,atau tidak memenuhui prosedur medis yang seharusnya

dilakukan.Kesalahan seperti ini kemungkinannya dapat terjadi karena faktor

kesengajaan.Menurut C.Berkhouwer dan L.D.Vortsman,suatu kesalahan dalam

melakukan profesi bisa terjadi karena faktor kurangnya pengetahuan,kurangnya

pengalaman,dan kurangnya pengertian.Ketiga faktor ini bisa menyebabkan

6

(5)

terjadinya kesalahan dalam mengambil keputusan atau menentukan penilaian,baik

pada saat diagnosa maupun pada saat berlangsungnya terapi terhadap pasien.7

Arti dari kesediaan untuk bertanggung jawab, adalah kesediaan untuk

melakukan apa yang harus dilakukan, dengan sebaik mungkin. Setiap tugas akan

kita laksanakan dengan sungguh sampai tuntas. Tugas tersebut tidak hanya

sekedar masalah dimana kita berusaha untuk menyelamatkan diri tanpa

menimbulkan kesan yang buruk, melainkan sesuatu yang harus kita pelihara.

Akhirnya, kesediaan untuk bertanggung jawab juga termasuk kesediaan untuk

membertikan pertanggungjawaban atas segala tindakan yang dilakukan

pelaksanaan tugas dan kewajiban tenaga medis maupun pasien.8

Pasien memiliki hak untuk melaporkan adanya dugaan tindak pidana

kepada pihak yang berwenang dan atau menggugat kerugian perdata ke

pengadilan UUPK Pasal 66 ayat (3).9

Untuk melihat sejauh mana tindakan seorang dokter mempunyai implikasi

yuridis jika terjadi kesalahanatau kelalaian terhadap dalam perawatan atau

pelayanan kesehatan,serta unsur-unsur apa saja yang dijadikan ukuran untuk

menentukan ada tidaknya kesalahan atau kelalian yang dilakukan oleh

dokter,tidak bisa terjawab dengan hanya mengemukakan sejumlah perumusan

tentang apa dan bagaimana terjadinya kesalahan.Tetapi penilaian mengenai

rumusan tersebut harus dilihat dari 2 sisi,yaitu yang pertama harus dinilai dari

sudut etik dan baru kemudian dilihat dari sudut hukum.

7

Ibid, halaman 51

8

Danny Wiradharma, Tindakan Medis, (Jakarta:Penerbit Universitas Trisakti 2012), halaman 11

9

(6)

Jika ditinjau dari segi etika profesi,dengan memilih profesi di bidang

tenaga kesehatan saja,berarti sudah diisyaratkan adanya kecermatan yang

tinggi,demikian juga dengan berbagai ketetntuan khusus yang berlaku bagi

seorang dokter.Berarti dengan tidak mematuhui peraturan itu saja sudah dianggap

telah berbuat kesalahan.Dalam pelayanan kesehatan,masalah etika profesi telah

lama melekat pada setiap sikap dan tindakan seorang dokter.Hal ini disebabkan

karena kode etik dalam kehidupan hukum sangat memegang peranan,dalam

bahnyak hal yang berhubungan dengan hukum kesehatan,menunjukan bahwa

kode etik memberi makna yang positif bagi perkembangan hukum,misalnya

mengenai tindakan seorang dokter mengeluarkan “Surat Keterangan Dokter”

untuk kepentingan persidangan.Surat keterangan dokter dalam proses

pemeriksaan perkara,yang isinya menyatakan bahwa terdakwa sakit ternyata oleh

hukum diterima sebagai suatu kenyataan bahwa perkara tersebut harus ditunda

pemeriksaannya.10

Sikap hati-hati menuntut dokter sebelum berbuat,terlebih dahulu wajib

memperoleh data-data medis lengkap dan cukup dengan cara-cara yang benar dan

wajar menurut displin ilmu kedokteran.Contohnya sebelum tindakan penyuntikan

dengan streptomycim seharusnya dokter menyadari bahwa obat ini dapat

berpengaruh buruk pada pasien yang tidak tahan terhadap alaergi.Namun cara

mendapatlkan data medis dengan hanyamenanyakan saja pada pasien tentang

ketahanan tubuhnya terhadap alergi, tidaklah cukup dijadikan alasan untuk

menghilangkan sifat melawan hukum perbuatan penyuntikan oleh

10

(7)

dokter,manakala pasien adalah orang yang awam tentang obat.Keawaman pasien

ini sewajarnya diketahui oleh dokter pada saat wawancara.Kewajiban dokter

untuk mendapatkan fakta yang cukup mengenai diri pasien termasuk mengetahui

pengetahuan pasien tentang obat yang sedang digunakan pasien.11

Berdasarkan latarbelakang yang telah diuraikan diatas penulis tertarik

untuk membuat skripsi dengan judul : Analisis Yurisdis mengenai Penanganan

Perkara Terhadap Dokter Yang Tidak Memiliki Surat Izin Praktek ( Studi Putusan

Nomor.110k/Pid.Sus/2012.

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi Permasalahan dalam penulisan skripsi ini mengenai

adalah mengenai hal-hal berikut:

1. Bagaimana Pola Hubungan Antara Pasien Dengan Dokter?

2. Bagaimana Pengaturan HukumMengenai Perizinan Praktik Kedokteran di

Indonesia?

3. Bagaimana Penerapan Hukum Terhadap Dokter yang Melakukan Praktik

Kedokteran Tanpa Memiliki Surat Izin Praktek (Studi Kasus

Nomor.1110K/Pid.Sus.2012 Madiun?

C. Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan dalam skripsi ini dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hubungan pasien dan dokter serta hak dan kewajiban

profesi kedokteran dalam hukum Indonesia.

11

(8)

2. Untuk mengetahui pengaturan hukum perizinan dalam pelaksanaan pelayanan

kesehatan dan dokter.

3. Untuk mengetahui kebijakan hukum terhadap dokteryang melakukan praktik

namun tidak memiliki surat izin praktik.

D. Manfaat Penulisan

1. Secara Teoritis

Secara teoritis,skripsi ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi

perkembangan ilmu pengetahuan hukum terkhusus bagi para dokter yang

melaksanakan tugas keprofesiannya sebagai dokter,dan dapat menjadi bahan

acuan bagi masyarakat umum dan penegak hukum dengan menangani kasus

tindak pidana Kedokteran dan dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi para

akademisi maupun sebagai bahan perbandingan bagi penelitian lanjutan,serta

dapat menambah tulisan ilmiah di perpustakaan,khususnya di Jurusan Hukum

Pidana.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini secara Praktis, dapat menjadi sumbangan pengetahuan bagi

dokter yang melaksanakan tugas keprofesiannya sebagai dokter, agar dapat

mampu bertanggungjawab dalam melaksanakan tanggungjawabnya terhadap

profesinya maupun pasien,dan dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat

umum dan penegak hukum dalam menangani kasus tindak pidana kedokteran.

E.Keaslian Penulisan

Untuk mengetahui keaslian penulisan,sebelum melakukan penulisan

(9)

Melakukan Praktik Kedokteran Tanpa Memiliki Izin Praktek ( Studi Kasus

Nomor.110 K/Pid.Sus Madiun).Pada dasarnya belum pernah ditulis menjadi judul

skripsi di Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara,meskipun terdapat judul

yang hampir sama dengan skripsi ini,akan tetapi subtansi pembahasannya

berbeda.Adapun skripsi terdahulu yang pernah ditulis sebelumnya dan memiliki

keterkaitan dengan judul penulis ini ialah Ariq Ablisar stambuk

2012”Pertanggungjawaban Pidana Dokter Yang Melakukan Malpraktek (Studi

Putusan Mahkamah Agung No.365K/PID/2012)”.

Pada dasarnya penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti tersebut

diatas tidak sama dengan penelitian ini,baik dari segi judul maupun pokok

permasalahan dibahas.Oleh karena itu secara akademik penelitian ini dapat

dipertanggungjawabkan keasliannya.

F. Tinjauan Kepustakaan

Pelayanan kesehatan (medis) merupakan hal yang penting yang harus

dijaga maupun ditingkatkan kualitasnya sesuai standar pelayanan yang

berlaku,agar masyarakat sebagai pasien dapat merasakan pelayanan yang

diberikan. Pelayaanan sendiri hakikatnya merupakan suatu usaha untuk membantu

menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan orang lain serta dapat memberikan

kepuasan sesuai dengan keinginan yang diharapkan oleh pasien.

Gronroos 91990) dalam Sutopo (2000), menyatakan bahwa terdapat enam

kriteria pokok kualitas pelayanan yang baik antara lain:

1. Profesionalisme dan keterampilan (profesionalisme and skill)

(10)

3. Mudah dicapai dan fleksibel(Accessibility and flexibility)

4. Reliabel dan terpercaya(Reliability and trusworwohiness)

5. Perbaikan (recovery)

6. Reputasi dan kredibilitas (reputations and credibility)

Tingkat keberkualitas pelayanan kesehatan dapat dipandang dari 3 subyek

yakni pemakai,penyelenggara dan penyandang dana pelayanan kesehatan. Bagi

pemakai jasa kesehatan,kualitas pelayanan lebih terkait pada dimensi ketangapan

petugas memenuhui kebutuhan pasien,kelancaran komunikasi petugas dengan

pasien, keprihatinan serta keramahtamaan petugas melayani pasien.Bagi

penyelanggara pelayanan kesehatan,lebih terkait pada dimensi kesesuaian

pelayanan yang diselengkarakan dengan perkembangan ilmu dan teknologi

mutakhir dan/atau otonomi profesi penyelenggaraan pelayanan kesehatan.

Sedangkan bagi penyandang dana pelayanan kesehatan,lebih terkait dengan

dimensi efesiensi pemakaian sumber dana,kewajaran pembiayaan

kesehatan,dan/atau kemampuan pelayanan kesehatan mengurangi kerugian

penyandang dana pelayanan kesehatan.12

1. Defenisi Profesi Kedokteran

Adapun profesi dalam KBBI dijelaskan pengertiannya yaitu bidang

pekerjaan yang dilandasi pekerjaan keahlian(keterampilan, kejujuran, dan

sebagainya). Pada umumnya, profesi dapat dilukiskan sebagai pekerjaan

pelayanan yang highly specialized intellectual. Jadi, profesi adalah pekerajaan

pelayanan yang dilandasi oleh persiapan atau pendidikan khusus yang formal dan

12

(11)

landasan kerja yang ideal serta didukung oleh cita-cita etis masyarakat. Adapun

ciri-ciri profesi yaitu merupakan pekerjaan pelayanan, didahului dengan

persiapam atau pendidikan khusus formal, keanggotaannya tetap dan mempunyai

cita-cita etis masyarakat. Profesi berbeda dengan pekerjaan lain yang tujuannya

memperoleh keuntungan semata. Profesi memusatkan perhatianya pada kegiatan

yang bermotif pelayanan. Profesi tidak selalu dibedakan dengan tajam dari

pekerjaan-pekerjaan lain. Peraturan mengenai profesi pada umumnya

mengandung hak-hak yang fundamental dan mempunyai peraturan-peraturan

mengenai tingkah laku atau perbuatan dalam melaksanakan profesinya yang

dituangkan dalam kode etik.

Profesi mengandalkan suatu keterampilan atau keahlian khusus,

dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama, serta dijadikan sebagai

sumber utama nafkah hidu, dan dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang

mendalam.13

Profesi dokter merupakan profesi yang berwibawa dan disegani oleh

masyarakat. Masyarakat secara umum beranggapan bahwa dokter dapat

menyembuhkan pasien yang sakit. Perannya yang begitu mulia ini kadang dalam

kenyataannya perlu di “ditata”. Dokter juga manusia biasa yang mungkin bisa saja

salah dan berprilaku tidak baik. Pekerjaan dokter yang kadang tidak pada satu

tempat namun pada tiga tempat lebih akan menguras konsentrasi dan tenaga

seorang dokter. Keadaan yang demikian menjadikan pelayanan terhadap pasien

menjadi kurang optimal.

13

(12)

Etika profesi dokter sebenarnya merupakan perilaku dokter yang diatur

berdasarkan berbagai norma yang ada disekitarnya. pelanggaran kode etik

kedokteran ditangani oleh Majelis Kehormatan Etik Kedoktean. Selain kode etik

kedokteran adapula displin dokter. Pelanggaran dispin dokter juga masuk dalam

kewenangan badan yang dibentuk KKI yaitu MKDI. Etika profesi yang dimaksud

termasuk dalam hal diplin dokter.14

2. Hak dan Kewajiban Dokter

Dokter yang melakukan praktik kedokteran pada pasien adalah dalam

rangka melaksanakan hak dan kewajiban dalam suatu hubungan hukum dokter

pasien. Hubungan hukum (rechtbetreking) adalah hubungan antar dua atau lebih

subjek hukum dan objek hukum yang berlaku dibawah kekuasaan hukum atau

diatur dalam hukum dan mengandung akibat hukum. Jelasnya, hubungan hukum

dibagi kedalam tiga kategori, yaitu:

a. Hubungan hukum antara dua subjek hukum orang dengan subjek hukum

orang, misalnya hubungan hukum dokter pasien.

b. Hubungan hukum antara subjek hukum orang dengan subjek hukum

badan, misalnya antara pasien dengan Rumah Sakit.

c. Hubungan hukum antara subjek hukum orang maupun badan dengan

objek hukum benda, ialah berupa hak kebendaan.

Hubungan hukum antara dua subjek hukum melahirkan hak dan

kewajiban. Demikian hubungan dokter-pasien, membentuk hak dan kewajiban

kedua belah pihak. Dalam melaksanakan kewajiban bagi dokter itulah yang dapat

14

(13)

menimbulkan malpraktik kedokteran dan dapat membenbani tanggungjawab

hukum terhadap akibat buruk bagi pasien.

Hubungan hukum dokter-pasien terdapat dalam apa yang disebut dengan

kontrak terapeutik. Suatu kontrak terapi atau penyembuhan, karena itu tunduk

pada Hukum Perdata tentang perikatan. Perikatan hukum adalah suatu ikatan

antara dua subjek hukum untuk melakukan sesuatu atau memberikan sesuatu

(Pasal 1313 junto Pasal 1234 BW) yang disebut prestasi. Untuk memenuhui

prestasi yang pada dasarnya adalah suatu kewajiban hukum bagi para pihak ysng

membuat perikatan hukum (pada perikatan hukum timbal balik).15

1. Hak Dokter

Sebagai manusia biasa doktermempunyai tanggungjawab terhadap pribadi

dan keluarga, disamping tanggungjawab profesinya terhadap masyarakat. Karena

itu dokter juga mempunyai hak-hak yang harus dihormati dan dipahami oleh

masyarakat sekitarnya.

Hak-hak dokter adalah sebagai berikut:16

a. Melakukan praktek dokter setelah memperoleh Surat Izin Dokter (SID)

dan Surat Izin Praktek (SIP)

b. Memperoleh informasi yang benar dan lengkap dari pasien/keluarga

tentang penyakitnya.Informasi tentang penyakit terdahulu dan

keluhan-keluhan pasien yang sekarang dideritanya, serta riwayat pengobatan

sebelumnya sangat membantu dokter untuk menegakkan diagnosis yang

pasti. Setelah diperoleh anamnesis,dokter berhak melanjutkan pemeriksaan

15

J. Hanafiah dan Amri Amar, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan (edisi 4), (Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2009), halaman 54

16

(14)

dan pengobatan walaupun untuk melakukan prosedur tertentu memerlukan

PTM.

c. Bekerja sesuai standar profesi. Dalam upaya memelihara kesehatan pasien,

seorang dokter berhak untuk bekerja sesuai standar (ukuran) profesinya

sehingga ia dipercaya dan diyakini oleh masyarakat, bahwa bekerja secara

profesional.

d. Menolak melakukan tindakan medik yang bertentangan dengan etika,

hukum, agama, dan hati nuraninya.Hak ini dimiliki dokter untuk menjaga

martabat profesinya. Dalam hal ini berlaku “ Science et sa conscince”, ya

ilmu pengetahuan dan ya hati nurani.

e. Mengakhiri hubungan dengan seorang pasien, jika menurut penilaiannya

kerjasama pasien dengannya tidak ada gunanya lagi, kecuali dalam

keadaan gawat darurat.Dalam hubungan pasien dengan dokter haruslah

saling harga menghargai dan salin percaya mempercayai. Jika instruksi

yang diberikan dokter, misalnya untuk meminum obat berkali-kali tidak

dipatuhui oleh pasien dengan alasan lupa, tidak enak dan sebagainya,

sehingga jelas bagi dokter bahwa pasien tersebut tidak kooperatif, maka

dokter mempunyai hak memutuskan kontrak terapeutik.

f. Menolak pasien yang bukan di bidang spesialisnya, kecuali dalam kedaan

gawat darurat atau tidak ada dokter lain yang mampu

menanganinya.Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya

menurut ukuran tertinggi. Dengan demikian seorang dokter yang telah

(15)

memberikan pelayanan kedokteran kedokteran dengan standar tinggi

kepada pasien yang bukan bidang spesialisanya. Karena itu dokter berhak

menolak pasien tersebut, namun untuk pertolongan pertama pada

kecelakaan ataupun untuk pasien-pasien gawat darurat setiap dokter

berkewajiban menolongnya, apabila tidak ada dokter laoin yang

menanganinya.

g. Hak atas “privacy” dokter.Pasien yang mengetahui kehidupan pribadi

dokter, perlu menahan diri untuk tidak menyebarluaskan hal-hal yang

bersifat pribadi dari dokternya.

h. Ketentraman bekerja.Seorang dokter memerlukan suasana tenteram, agar

dapat bekerja dengan baik. Permintaan yang tidak wajar yang

sering-sering diajukan oleh pasien/keluarganya, bahkan disetai tekanan psikis dan

fisik, tidak akan membantu dokter dalam memelihara keluhuran

profesinya. Sebaiknya juga dokter akan dapat bekerja dengan tentram, jika

dokter sendiri memegang teguh prinsip-prinsip ilmiah dan moral/etika

profesi.

i. Mengeluarkan surat-surat keterangan dokter.Hampir setiap hari kepada

dokter diminta surat ketrangan tentang kelahiran, kematian, kesehatan,

sakit, dan sebainya. Dokter berhak menerbitkan surat-surat keterangan

tersebutyang tentunya berlandaskan kebenaran.

j. Menerima imbalan jasa. Dokter berhak menerima imbalan jasa dan

pasien/keluarganya berkewajiban memberikan imbalan jasa tersebut sesuai

(16)

kasus-kasus tertentu, misaknya pasien tidak mampu, pertolongan pertama

pada kecelakaan, dari teman sejawat dan keluarganya dan lain-lain.

k. Menjadi anggota perhimpunan profesi. Dokter yang melakukan pekerjaan

profesi perlu menggabungkan dirimya dalam perkumpulan profesi atau

perhimpunan seminat, dengan tujuan untuk meningkatkan IPTEK dan

karya dalam bidang yang ditentekuninya serta menjalin keakraban antara

sesama anggota.

l. Hak membela diri. Dalam hal menghadapi keluhan pasien yang merasa

tidak puas terhadapnya, atau dokter bermasalah, maka dokter mempunyai

hak untuk membela diri dalam lembaga dimana ia bekerja (misalnya

rumah sakit), dalam perkumpulan dimana menjadi anggota (misalnya IDI),

atau di pengadilan jika telah dilakukan gugatan terhadap dirinya.

2. Kewajiban Dokter

Leenan membagi kewajiban-kewajiban dokter dalam tiga kelompok, yaitu:17

a) kewajiban yang timbul dari sifat perawatan medis dimana dokter harus

bertindak sesuai dengan standar profesi medis atau menjalankan praktek

kedokterannya secara lege artis.

b) Kewajiban untuk menghormati hak pasien yang bersumber dari

hak-hak asasi dalam bidang kesehatan.

c) Kewajiban yang berhubungan dengan fungsi sosial pemeliharaan

kesehatan. Dokter harus mempertimbangkan penulisan resep obat-obat

yang harganya terjangkau dengan khasiat yang kira-kira sama dan tidak

17

(17)

menulis resep obat yang tidak benar-benar diperlukan. Keputusan untuk

merawat pasien di rumah sakit dilakukan dengan antara lain melihat

keadaan sosial ekonomi pasien dan kebutuhan pasien-pasien lain yang lebih

memerlukan perawatan.

3. Praktik Kedokteran dan Izin Praktek Kedokteran

Pengertian praktik kedokteran diatur dalam Undang-Undang Republik

Indonesia No.29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran yang diatur dalam Pasal

1( ayat 1) yaitu Praktik Kedokteran adalah rangkaian yang dilakukan ileh dokter

dan dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan.

Untuk dapat menjalankan praktik kedokteran dan praktik kedokteran gigi,

setiap dokter dan dokter gigi harus memiliki surat izin praktik yang telah

memenuhui persyaratan untuk menjalankan praktik kedokteran. SIP sementara

diberikan kepada dokter dan dokter gigi yang menunda masa bakti atau dokter

spesialis dan dokter gigi spesialis yang menunggu penempatan dan menjalankan

praktik kedokteran di Rumah Sakit pendidikan dan jejaringnya berlaku untuk 6

(enam)bulan. SIP khusus diberikan kepada dokter dan dokter gigi secara kolektif

ke PPDS dan PPDGS yang menjalankan praktik kedokteran di RS pendidikan

dan jejaringnya serta sarana pelayanan kesehatan yang ditunjuk18

Izin praktek kedokteran diatur dalam Undang-undang Praktik Kedokteran

No.29 Tahun 2004:

18

(18)

Pasal 36

Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia

wajib memiliki surat izin praktik

Pasal 37

1. Surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 Dikeluarkan oleh

pejabat kesehatan yang berwenang di Kabupaten/Kota tempat praktik

kedokteran atau kedokteran gigi dilaksanakan.

2. Surat izin praktik dokter dan dokter gigi sebagaimana yang dimaksud ayat (1)

hanya diberikan untuk paling banyak tiga (3) tempat.

3. Satu surat izin praktik hanya berlaku untuk satu (1) tempat praktik

Pasal 38

1. Untuk mendapatkan surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36,

dokter atau dokter gigi harus

2. Memiliki surat tanda registrasi atau surat tanda dokter gigi yang masih berlaku

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, Pasal 31, dan Pasal 32

3. Mempunyai tempat praktik;

4. Memiliki rekomendasi dan organisasi profesi:

a. Surat izin praktik masih tetap berlaku sepanjang:

b. Surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi masih

berlaku;

c. Tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam surat izin

(19)

Ketentuan lebih lanjut mengenai surat izin praktik diatur dengan Peraturan

Menteri.

Surat izin yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan di Kabupaten/kota izin

hanya diberikan untuk 3 tempat pelayanan. Dalam undang-undang ini diatur pula

bahwa bila dokter atau dokter gigi berhalangan menjalankan praktik, ia harus

membuat pemberitahuan atau menunjuk dokter pengganti yang memiliki surat

izin praktik.19

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.20Pengertian penelitian

sendiri merupakan suatu kegiatan ilmiahyang berkaitan dengan analisa

kontruksi,yang dilakukan secara metodologis,sistematis dan konsisten.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum yuridis normatif

yaitu penelitian ini dilakukan atau ditujukan hanya pada peraturan-peraturan yang

tertulis atau bahan-bahan hukum yang lain.Sebagai penelitian perpustakaan

ataupun studi dokumen disebabkan penelitian ini lebih banyak dilakukan terhadap

data yang bersifat sekunder yang ada di perpustakaan.Penelitian perpustakaan

demikian dapat dikatakan pula sebagai lawan dari penelitian empiris(penelitian

lapangan).21

19

Ibid, 158 20

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, CV, 2010), Halaman: 2

21

(20)

2. Sifat Penelitian

Berdasarkan atas sifat-sifat masalah, penelitian ini dapat digolongkan

menjadi penelitian deskriptif. Adapun penelitian deskriptif ini bertujuan untuk

membuat pecandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta

dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Secara harfiah, penelitian deskriptif

adalah penelitian yang bermaksud membuat pencandraan (deskripsi) mengenai

situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Dalam arti ini penelitian deskriptif itu

adalah akumulasi data dasar dalam cara deskriptif semata-mata tidak perlu

mencari atau menerangkan saling hubungan, mentest hipotesis membuat ramalan,

atau mendapatkan makna dan implikasi, walaupun penelitian yang bertjuan untuk

menemukan hal-hal tersebut dapat mencakup juga metode-metode deskriptif.22

3. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini menngunakan

data sekunder.Data sekunder merupakan data yang telah tersedia dari bahan

pustaka sehingga muda mencari dan mengumpulkan data-data yang tersedia.Data

sekunder dapat diperoleh dari:23

a. Bahan hukum Primer,yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri

dari Undang-Undang Dasar NRI 1945,Undang-Undang,Peraturaran

Pemerintah dan berbagai hukum nasional yang mengikat.

b. Bahan Hukum Sekunder,yaitu sebagai sumber/bahan dapat merupakan

bahan hukum primer dan penjelasan dari bahan hukum primer,misalnya

22

Sumadi Suryabrata, metodologi Penelitia, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2013), halaman 75.

23

(21)

karya-karya ilmiah,rancangan Undang-Undang,dan juga hasil-hasil suatu

penelitian.

c. Bahan Hukum Tersier,yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk

maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan

sekunder,contohnya:bibliografi,kamus dan lain-lainnya.

4. Tehnik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah data sekunder. Data

sekunder adalah data yang diperoleh dari kepustakaan. Data sekunder merupakan

data utama yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pengumpul data

utama yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data

primer atau pihak lain.

5. Analisis Data

Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif

dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif subjek) lebih

ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai

pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu

landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar

penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan

mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan

penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan

teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”24

24

(22)

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, maka akan diberikan gambaran

ringkas mengenai uraian dari bab ke bab yang berkaitan satu dengan yang lainnya.

Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab I: Merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain memuat Latar

Belakang, Pokok Permasalahan, Tujuan dan Mamfaat Penulisan,

Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian, dan Sistematika

Penulisan.

Bab II: Pada bab ini akan dibahas mengenai hubungan hukum antara

pasiendengan dokter serta tanggung jawab dokter terhadap pasien.

Bab III: Pada bab ini akan dibahas mengenai pengaturan hukum mengenai

perizinan praktik kedokteran di Indonesia yang diatur dalam

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang

Kesehatan, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun

2004 Tentang Praktik Kedokteran, Peraturan Menteri Kesehatan

No.51/MenKes/Per/IV.2007

Bab IV: Pada bab ini akan dibahas mengenai analis yuridis mengenai

penanganan perkara terhadap dokter yang melakukan praktik

kedokteran tanpa memiliki surat izin praktik (Studi kasus

Nomor.110 K/Pid.Sus/2012 Madiun)

Bab V: Bab ini merupakan bab terakhir, yaitu sebagai bab penutup yang

Referensi

Dokumen terkait

Arsitektur ini dibangun untuk memudahkan proses transformasi informasi dari teknologi standar ke teknologi awan Metoda yang digunakan adalah metoda transisi dan

Kedua, Terdapat 5 karakteristik dari putusan konstitusional bersyarat, yaitu: (1) Mahkamah memberikan tafsir atau syarat tertentu agar norma yang diuji tetap konstitusional

Kitab Kisah Para Rasul memberikan data yang sangat kuat serta sempurna tentang perjalanan kegerakan Injil yang mengakibatkan banyak gereja mulai berdiri di

Berdasarkan hasil Analisis SWOT dengan mengkombinasikan Strategi SO, WO, ST dan WT dapat diketahui strategi yang harus dilakukan perusahaan. Strategi SO: a) tetap

Selain dua hal tersebut, banyak hal lain yang cukup mengganggu masyarakat di Selain dua hal tersebut, banyak hal lain yang cukup mengganggu masyarakat di sekitar perusahaan, yang

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana aturan-aturan hukum internasional tentang pemanasan global, bagaimana perangkat hukum Internasional mengatur tentang

Saleke (1994) menyimpulkan bahwa penilaian dengan informasi akuntansi dalam ketidakpastian lingkungan rendah akan menyebabkan manajer berperilaku positif, sedangkan

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan sebagai bahan masukan dalam suatu bahan penyusunan suatu karya ilmiah sehingga