• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kausalitas Antara Bi Rate Dan Capital Inflow Di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kausalitas Antara Bi Rate Dan Capital Inflow Di Indonesia"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Semakin berkembangnya isu globalisasi ekonomi menyebabkan semakin

terbukanya perekonomian negara emerging marketseperti Indonesia dan memberikan kesempatan bagi modal asing mengalir deras kedalam perekonomian.

Capital inflowmerupakan salah satu efek dari isu globalisasi ekonomi tersebut

dimana investor selalu mencari celah dan kesempatan untuk mengalirkan uang

dan modalnya ke negara yang memberikan keuntungan lebih tinggi yang

tercermin dari tingginya tingkat suku bunga.

Kinerja perekonomian Indonesia selama beberapa tahun terakhir tidak

terlepas dari pengaruh perubahan dinamika perekonomian global. Pasca krisis

global 2008, perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi

dengan stabilitas yang relatif terjaga daripada perekonomian negara maju.

Perkembangan perekonomian tersebut tidak dapat dipisahkan dari dua tren global

yaitu membaiknya term of tradekarena kenaikan harga komoditas primer serta melimpahnya likuiditas global karena kebijakan moneter ekstra longgar negara

majudimana hal tersebut berpengaruh terhadap membaiknya kinerja perdagangan

(trade channel) dan pasar keuangan (financial market channel) Indonesia

Krisis Sub-Prime Mortgageyang terjadi di Amerika Serikat menyebabkan

The Federal Reserve (The FED) melaksanakan kebijakan moneter ekstra longgar

(unconventional monetary policy) untukmenyelamatkan perekonomian Amerika

(2)

Konsekuensi dari kebijakan tersebut adalah melimpahnya likuiditas global yang

ingin mencari peluang investasi di negara lain khususnya di sektor portofolio (hot

money). Berlimpahnya likuiditas global tersebut menyebabkan Indonesia menerima aliran modal masuk yang cukup deras.

Tren liberalisasi pasar modal di seluruh belahan dunia dan semakin

terintegrasinya perekonomian dunia menyebabkan hampir semua negara

(termasuk Indonesia) tidak dapat terlepas dari pengaruh perpindahan aliran modal

antarnegara. Dapat terlihat dari pertumbuhan investasiasing di Indonesia

khususnya di sektor portofolio yang semakin pesat, pada 2013 aliran net investasi

portofolio triwulanIV mencapai Rp.1,8 triliun. Dalam kurun waktu 2012-2013

terlihat adanya kenaikan investasi portofolio yang masuk ke Indonesia sebesar

Rp.1,782 triliun. Dapat terlihat bahwa terjadi kenaikan capital inflow di Indonesia

yang cukup signifikan selama periode tersebut.

(http://www.bi.go.id/web/id/publikasi/neraca+pembayaran+indonesia/)

Selain push factor seperti krisis keuangan negara maju dan kebijakan moneter ekstra longgar negara maju,tumbuhnya capital inflow juga turut dipengaruhi oleh kondisi domestik suatu negara (pull factor) seperti tingkat

pertumbuhan ekonomi yanglebih kuat dan tingkat suku bungayang lebih tinggi.

Kedua faktor tersebut sangat berperan dalam pergeseran aliran modal

internasional ke emerging market yang mempunyai tingkat pengembalian yang lebih baik dan didukung oleh kinerja ekonomi dan risiko yang membaik (IMF,

(3)

Selaindapat meningkatkan likuiditas domestik, arus modal asingjuga dapat

dimanfaatkan sebagai alternatif sumber pembiayaan investasi yang relatif lebih

murah serta dapat mendorong investasi dan perekonomian domestik.Seiring

dengan semakin kompleksnya permasalahan ekonomi Indonesia, ketergantungan

perekonomian terhadap mata uang asing (dollar Amerika) pun meningkat. Untuk

menghindari meningkatnya inflasi akibat politik anggaran

defisit,contohnya,masuknya modal asing dapat digunakan untuk hal pembiayaan

defisit APBN karena bantuan tersebut dapat mencegah pencetakan mata uang

baru.Peningkatan capital inflowmampu membantu Bank Indonesia dalam

pengendalian nilai tukar agar dapat mencapai sasaran yang sesuai dengan nilai

fundamentalnya (apresiasi rupiah) karena meningkatnya permintaan rupiah.

Kebijakan fiskal ekspansifdalam rangka meningkatkan pertumbuhan

ekonomi berdampak meningkatnya inflasi. Ketika inflasi menunjukkan

perkembangan yang tidak sesuai dengan sasaran, maka Bank Indonesia akan

melakukan penyesuaian BI rate. Pengumuman BI rate (turun ataupun naik) akan langsung berpengaruh terhadapchannel suku bunga yaitu pada kegiatan operasional perbankan dalam transaksi di Pasar Uang Antar Bank overnight

(PUAB O/N).BI rate merupakan acuan penetapan suku bunga untuk instrumenpenempatan dana bank umum di Bank Indonesia (deposit facility) dan

instrumen penyediaan dana oleh Bank Indonesia untuk bank umum (lending facility). Untuk menjaga agar suku bunga di transaksi PUAB O/N terjaga di sekitar BI rate, Bank Indonesia berupaya menjaga ketersediaan likuiditas

(4)

sebagai wujud penyesuaian akan naiknya suku bunga lending facilitypada operasi moneter standing facility Bank Indonesia.

Kenaikan suku bunga kredit juga akan diikuti dengan kenaikan tingkat

suku bunga surat berharga(SUN dan SBI). Meningkatnya suku bunga

surat-surat berharga tersebut menarik minat investor domestik dan asinguntuk

membelikarena rentang suku bunga domestikmenjadi lebih tinggi dari suku

bungaUS Treasury Bill sehingga capital inflow pun dapat deras .

Dapat terlihat pada triwulan III 2013, ketidakpastian di pasar keuangan

global seiring perkembangan kondisi ekonomi Amerika Serikat menyebabkan

perlambatan arus modal masuk. Dalam mengantisipasi kondisi tersebut, Bank

Indonesia menaikkan BI rate 75 bps menjadi 7,25% untuk meredam kenaikan ekspektasi inflasi dan menjaga nilai tukar rupiah pada nilai fundamentalnya.

Koordinasi kebijakan tersebut dengan kebijakan lain berhasil mengembalikan arus

modal masuk yang sempat keluar dan berhasil menaikkan aliran masuk modal

asing dari USD 3,1 miliar pada triwulanII menjadi USD 3,6 miliar.

(http://www.bi.go.id/web/id/publikasi/neraca+pembayaran+indonesia/)

Pada periode 2013 triwulan IV, seiring dengan berkembangnya isu

tapering offThe FED mengakibatkan sentimen negatif dari investor sehingga terjadi penurunan arus modal masuk. Pada awal periode triwulan IV, arus modal

masuk pada sektor portofolio menurun dari USD2,6 miliar pada triwulan III

menjadi USD !,6 miliar. Sebagai respon atas kondisi tersebut, Bank Indonesia

menaikkan suku bunga kebijakan menjadi 7,5% dengan disertai koordinasi

(5)

sentimen negatif dari investor serta menjaga arus modal masuk pada instrumen

surat berharga sektor publik. Seiring dengan hal tersebut, kepemilikan asing pada

SUN mengalami peningkatan dari USD 24,0 miliar pada triwulan III menjadi

USD 25,1 pada triwulan IV.

(http://www.bi.go.id/web/id/publikasi/neraca+pembayaran+indonesia/)

Jumlah capital inflow melalui pembelian surat berharga SUN dan SBI tersebut menunjukkan adanya pola hubungan dimana BI rate yang lebih tinggi

dari suku bunga negara merupakan faktor penarik minat investor menanamkan

modalnya di Indonesia.Dari penjelasan diatas, dapat terlihat bahwa seiring dengan

meningkatnya performa ekonomi Indonesia (meningkatnya pertumbuhan

ekonomi) sebagai dampak dari defisit APBN menyebabkan kepercayaan investor

asing terhadap pasar surat berharga Indonesia membaik. Selain itu, kebijakan suku

bunga kebijakan antisipatif Bank Indonesiamelalui BI ratedipercaya mampu mengendalikan inflasi di satu sisi tetapi di sisi lain menyebabkan semakin

melebarnya rentang suku bunga BI rate dan Fed rate pada akhirnya menarik minat investor untuk membeli surat-surat berharga. Selain itu, Bank Indonesia

selalu berupaya menjaga hal-hal yang dapat menyebabkan sentimen negatif

investor asing dengan pertimbangan dampak buruk dari larinya modal asing

terhadap perekonomian. Kebijakan antisipatif seperti instumen BI rate dianggap

merupakan instrumen yang dapat meredam ekspektasi negatif dari tingkat inflasi.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis

(6)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang di atas,

maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti yaitu:

1. Apakah terdapat hubungan kointegrasi antara BI rate dengan Capital Inflowdi

Indonesia selama periode 2008-2013.

2. Apakah terdapat hubungan kausalitas antara BI rate dengan Capital Inflow di Indonesia selama periode 2008-2013..

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka yang

menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui hubungan kointegrasiantara BI rate terhadap denganCapital Inflow di Indonesia 2008-2013.

2. Untuk mengetahui hubungan kausalitas antara BI rate dengan Capital Inflowdi Indonesia 2008-2013.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil daripada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Penelitian ini dapat menambah wawasan kepada penulis, kalangan akademisi,

pengambil keputusan serta kepada khalayak umum tentang keterkaitan

kebijakan moneter dalam hal pengendalian tingkat inflasi dengan jumlah

(7)

2. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan Bank Indonesia dalam setiap

pengambilan kebijakan yang dilakukan dalam hal menjaga stabilitas

perekonomian di tengah derasnya capital inflow di Indonesia.

3. Sebagai referensi dan bahan pertimbangan kepada pemerintah bahwa Capital Inflow tidak perlu dibatasi tetapi pengendalian dan pemanfaatan yang tepat

akan memberikan dampak positif terhadap perekonomian Indonesia baik

Referensi

Dokumen terkait

6.Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara

Bahasa Inggris dan Bahasa Asing Lainnya 352 B3. Muatan Peminatan

KEEMPAT Dengan berlakunya Keputusan Bupati ini maka Keputusan Bupati Bantul Nomor 37 Tahun 2008 tentang Pembentukan Komunitas Intelijen Daerah (KOMINDA)

Frorn Frjendship to Partnership. Certificate

[r]

[r]

menyelesaikan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Savira pada tanggal 04 Juni – 13 Juli 2018 dengan baik.. Kegiatan PKPA bertujuan untuk meningkatkan

Setelah berakhirnya program KKN Tematik ini, diharapkan terjadi peningkatan dalam hal kesadaran akan kesehatan baik dari segi individu maupun dari