• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pelayanan Pelanggan Dalam Meningkatkan Penjualan Makanan ( Studi Pada Pedagang Kaki Lima ‘Nasi Padang’ Plaza Milenium)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pelayanan Pelanggan Dalam Meningkatkan Penjualan Makanan ( Studi Pada Pedagang Kaki Lima ‘Nasi Padang’ Plaza Milenium)"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KERANGKA TEORI

Kerangka teori merupakan sesuatu yang dapat dijadikan acuan dalam

menginterpretasikan suatu permasalahan.Penelitian yang memenuhi standar

ilmiah haruslah menyertakan kajian teori atau perspektif teoritik yang dipandang

relevan untuk membantu memahami atau menjelaskan fenomena yang diteliti

(Bungin, 2003:45).Menurut Subagyo (2004:20) teori adalah sarana pokok untuk

menyatakan hubungan sistematik dalam gejala sosial maupun nature yang ingin

diteliti.Sedangkan menurut Snelbecker (dalam Moleong, 2006:55) teori adalah

seperangkat proposisi yang berinteraksi secara sintaksi yang berfungsi sebagai

wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati.Dari

beberapa penjelasan yang telah dipaparkan maka pada dasarnya teori yang

merangkai beberapa fenomena atau gejala sosial secara sistematis sehingga

terbentuk suatu ilmu yang mempunyai pengertian dalam menginformasikan suatu

pandangan.

Berdasarkan rumusan diatas maka penulis akan mengemukakan teori,

gagasan, dan pendapat yang memiliki relevansi dengan pembahasan dan akan

dijadikan titik tolak landasan berfikir dalam penelitian ini.

2.1. Strategi

Dunia usaha perlahan telah memasuki dimensi yang berbeda

dibandingkan dengan satu dekade sebelumnya. Era globalisasi yang dikemas

dalam kebijakan pasar persaingan sempurna menjadikan persaingan di dunia

(2)

dengan meningkatnya persaingan, terjadi pula perubahan perilaku konsumen

yang dikarenakan banyaknya pillihan yang tersedia sehingga semakin banyaknya

tuntutan dari pihak konsumen, baik mengenai kualitas, harga, maupun mengenai

pelayanan.

Dalam situasi yang penuh dengan dinamika ini, manajemen usaha harus

dapat menciptakan organisasi yang dapat memberikan pelayanan yang dapat

memuaskan pelanggan dan dalam saat yang bersamaan dapat pula bersaing

secara efektif dalam konteks lokal, regional bahkan dalam konteks global.

Dengan kata lain, suatu usaha kini dituntut untuk mengembangkan strategi yang

antisipatif terhadap kecenderungan-kecenderungan baru guna mencapai dan

mempertahankan posisi bersaingnya (Hari Purnomo,1996: 6).

Strategi telah didefinisikan dalam beragam cara oleh banyak penulis

(dalam Triton, 2007: 5-6) diantaranya :

1. Strategi adalah penetapan tujuan dasar jangka panjang dan sasaran

perusahaan dan penerapan serangkaian tindakan serta alokasi

sumberdaya yang penting untuk melaksanakan sasaran

(Chandler,1962).

2. Strategi adalah arah dan cakupan organisasi secara ideal untuk jangka

panjang, yang menyesuaikan sumberdayanya dengan lingkungan yang

berubah dan secara khusus, dengan pasarnya, dengan pelanggan, dan

kliennya untuk memenuhi harapan stakeholder (Jhonson dan Scholes,

1993).

3. Menurut Armstrong (2003:39-42) dalam kumpulan buku The Art of

(3)

a.Strategi merupakan deklarasi maksud yang mendefinisikan cara

untuk mencapai tujuan dan memperhatikan dengan

sungguh-sungguh alokasi sumber daya perusahaan yang penting untuk jangka

panjang dan mencocokan sumber daya dan kapabilitas dengan

lingkungan eksternal.

b.Strategi merupakan perspektif dimana isu kritis atau faktor

keberhasilan dapat dibicarakan, serta keputusan strategis bertujuan

untuk membuat dampak yang besar serta jangka panjang kepada

perilaku dan keberhasilan organisasi.

c.Strategi pada dasarnya mengenai penetapan tujuan (tujuan strategi)

dan mengalokasikan atau menyesuaikan suumberdaya dengan

peluang (strategi berbasis sumber daya) sehingga dapat mencapai

kesesuaian strategis antara tujuan strategis dan basis sumber

dayanya.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

strategi merupakan suatu perencanaan strategis dalam mencapai tujuan dan

sasaran dengan memperhatikan keunggulan kompetitif, komparatatif, dan sinergis

yang secara berkelanjutan dijadikan sebagai pedoman dan perspektif jangka

panjang yang ideal dari individu atau organisasi untuk menunjang keunggulan

bersaing dalam mencapai dan mempertahankan posisi strategis.

Menurut Rangkuti (2004:6), strategi dapat dikelompokkan berdasarkan 3

(tiga) tipe strategi, yaitu:

(4)

Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh manajemen

dengan orientasi pengembangan strategi secara makro misalnya, strategi

pengembangan produk, strategi penerapan harga, strategi pengembangan

produk, strategi akuisi, strategi pengembangan pasar, strategi mengenai

keuangan dan sebagainya.

2. Strategi Investasi

Strategi investasi merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi,

misalnya, apakah perusahaan ini melakukan strategi pertumbuhan yang agresif

atau berusaha mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi

pembangunan kembali suatu divisi baru atau strategi diiventasi, dan

sebagainya.

3. Strategi Bisnis

Strategi bisnis ini juga disebut strategi bisnis secara fungsional karena bisnis

ini berorientasi kepada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya strategi

pemasaran, strategi produksi atau operasional, strategi distribusi, strategi

organisasi, dan strategi-strategi yang berhubungan dengan keuangan.

Dalam menjalankan strategi terdapat proses ataupun tahapan yang disebut

proses manajemen strategis. Menurut Hari purnomo (1996:20-21) proses

manajemen strategis yaitu :

1. Analisis lingkungan

Analisis lingkungan merupakan proses awal dalam manajemen strategi yang

bertujuan untuk memantau lingkungan perusahaan. Secara garis besar analisis

lingkungan mencakup analisis lingkungan internal dan eksternal.Lingkungan

(5)

kompetensi inti yang ddimilkinya sedangkan lingkup eksternal mencakup

lingkungan umum dan industri.

Hasil dari analisis ini akan memberikan gambaran tentang kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman bagi perusahaan yang diperoleh dari analisis

SWOT (strengt, weaknes, opportunity, threat).

2. Menentukan dan menetapkan arah organisasi

Berdasarkan informasi dari analisis SWOT selanjutnya ditentukan dan

ditetapkan ke arah mana perusahaan hendak di arahkan. Pada dasarnya

terdapat dua cara dalam menentukan arah organisasi yaitu misi dan dan tujuan

organisasi. Misi ini berfungsi menjelaskan mengapa organisasi atau

perusahaan tersebut ada. Selain itu, misi diharapkan dapat memberikan

gambaran yang baik tentang pelanggan, pasar dan filosofi, citra yang

diinginkan masyarakat serta tekhnologi yang akan digunakan perusahaan.

Tujuan organisasi ditetapkan sebagai pedoman bagi suatu perusahaan dalam

menjalankan aktivitasnya yang biasanya merefleksikan target yang ingin

dicapai perusahaan.

3. Formulasi strategi

Merupakan proses merancang dan menyeleksi berbagai strategi yang pada

akhirnya menuntun pada pencapaian misi dan tujuan.

4. Implementasi strategi

Setelah strategi diformulasikan selanjutnya strategi tersebut dikembangkan

secara logis ke dalam bentuk tindakan.

(6)

Merupakan tahapan akhir dari proses manajemen strategis yang kegiatannya

berfokus pada pemantauan dan pengevalusian proses manajemen strategi,

dengan maksud untuk memperbaiki dan memastikan bahwa sistem tersebut

berfungsi sebagaimana mestinya.

2.2 Pelayanan

Menurut Supranto (2001 : 45) bahwa, pelayanan merupakan suatu kinerja

penampilan, tidak berwujud dan cepat hilang, lebih dapat dirasakan dari pada

dimiliki, serta pelanggan lebih dapat berpartisipasi aktif dalam proses konsumsi

jasa tersebut. Kepuasan pelanggan dapat didefenisikan sebagai seberapa jauh

perbedaan antara harapan para pelanggan atas layanan yang mereka terima.

Pelayan penting untuk menarik minat pelanggan, dan juga akan mempengaruhi

penjualan produk.

Selain itu Swastha (2001: 21) menyatakan bahwa, pelayanan adalah

perihal atau cara melayani yang semestinya atau kemudahan-kemudahan yang

diberikan sehubungan dengan jual beli barang dan jasa. Menurut Moenir (dalam

Majid 2011: 34), menyatakan pelayanan merupakan rangkaian kegiatan untuk

memenuhi kebutuhan pelanggan atas jasa yang mereka dapatkan dari suatu

perusahaan.

Menurut Sugiarto (dalam Majid 2011: 34), pelayanan adalah suatu

tindakan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan orang lain

(konsumen,pelanggan,tamu,penumpang,klien,pembeli,pasien, dan lain-lain) yang

tingkat pemuasannya hanya dapat dirasakan oleh orang yang melayani maupun

(7)

1. Sebuah kata kerja yang bersifat aktif bukan pasif, dinamis bukan statis,

proaktif bukan reaktif, tanggap dan peduli terhadap orang lain bukan cuek,

mau menolong orang lain bukan diam atau menghindar.

2. Suatu tindakan nyata dan segera untuk menolong orang lain (pelanggan,mitra

kerja,mitra bisnis, dan sebagainya), disertai dengan senyuman yang ramah dan

tulus.

Jika ditinjau dari aspek legal menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen (Dalam Majid, 2011 : 34) pelayanan atau

jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang

disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen.

Menurut Undang-Undang Nomor 8 Pasal 1 Ayat 4 Tahun tentang

Perlindungan Konsumen (Dalam Majid, 2011 : 34-35) barang (goods) adalah

setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak

bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat

diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh konsumen.

2.2.1. Prinsip-Prinsip Pelayanan

Perusahaan yang memberikan pelayanan yang baik akan menciptakan

barang dan jasa yang bermutu serta mampu meningkatkan jumlah pelanggan

ataupun konsumen. Jika perusahaan dapat mengendalikan tujuannya untuk

mendukung pelanggan, maka perlu memahami faktor-faktor yang mempengaruhi

intensitas layanan.Prinsip yang dapat diambil sebagai pedoman untuk dapat

melayani dengan baik dan dapat dijadikan contoh bagi semua karyawan.

(8)

1. Berilah kemudahan pada pelanggan untuk menghubungi orang yang dapat

menyelesaikan masalah dengan cepat.

2. Pelanggan harus tahu bahwa masalahnya akan diselesaikan secepat mungkin.

3. Pastikan bahwa anda mengharapkan kehadiran pelanggan secepat mungkin.

4. Pastikan bahwa anda telah membuat tanggapan secepat mungkin dan

menjelaskan apa yang akan terjadi dan kapan.

Ada beberapa dimensi atau atribut yang harus diperhatikan dalam upaya

memperbaiki atau meningkatkan mutu pelayanan, yaitu :

1. Ketetapan waktu pelayanan

2. Akurasi pelayanan

3. Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan

4. Tanggung jawab

5. Kelengkapan.

6. Kemudahan mendapatkan pelayanan

7. Variasi model pelayanan

8. Pelayanan Pribadi

9. Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan

2.2.2. Karateristik Pelayanan

Menurut Kotler (2000:429) dalam Hurriyati (2005:29), pelayanan

mempunyai empat ciri utama yang sangat mempengaruhi rancangan program

pemasaran yaitu intangibility, inseparability, variability, dan Perishability.

(9)

Pelayanan itu tidak berwujud oleh karena itu konsumen tidak dapat melihat,

mencium, meraba, mendengar dan merasakan hasilnya sebelum mereka

membelinya.

2. Inseparability (Tidak Terpisahkan)

Pelayanan tidak dapat dipisahkan dari sumbernya, yaitu perusahaan jasa

yangmenghasilkannya.Jasa diproduksi dan dikonsumsi pada saat bersamaan.

Jika konsumen membeli suatu jasa maka ia akan berhadapan langsung

dengansumber atau penyedia jasa tersebut, sehingga penjualan jasa lebih

diutamakanuntuk penjualan langsung dengan skala operasi terbatas.

3. Variability (Bervariasi)

Pelayanan yang diberikan sering kali berubah-ubah tergantung dari siapa

yangmenyajikannya, kapan dan dimana penyajian jasa tersebut

dilakukan.Inimengakibatkan sulitnya menjaga kualitas jasa berdasarkan suatu

standart.

2.2.3 Kualitas Pelayanan

Pelayanan pada dasarnya berfokus pada upaya pemenuhan kebutuhan dan

keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi

harapan pelanggan.Menurut Tjiptono (2005: 35) bahwa, kualitas pelayanan

merupakan tingkat kesempurnaan yang diharapkan dan pengendalian atas

kesempurnaan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan.

Menurut Lupyoadi (2001: 148) bahwa ada lima dimensi dalam

menentukan kualitas pelayanan, yaitu:

1. Kehandalan (reliability), yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang

(10)

2. Daya Tanggap (responsiveness), yaitu respon atau kesiagaan karyawan dalam

membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap

meliputi: kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan karyawan

dalam menangani transaksi, penanganan keluhan pelanggan.

3. Jaminan (assurance), meliputi kemampuan karyawan atas, pengetahuan

produk secara tepat, kualitas keramahtamahan, perhatian, dan kesopanan

dalam member pelayanan, keterampilan dalam memberikan informasi,

kemampuan dalam memberikan keamanan dan memanfaatkan jasa yang

ditawarkan, dan kemampuan dalam menanamkan kepercayaan pelanggan

terhadap perusahaan.

Dimensi kepastian atau jaminan ini merupakan gabungan dari dimensi :

1. Kompetensi (competence), artinya keterampilan dan pengetahuan yang

dimiliki oleh para karyawan untuk melakukan pelayanan.

2. Kesopanan (courtesy), yang meliputi keramahan, perhatian, dan sikap

karyawan.

3. Kredibilitas (credibility), meliputi hal-hal yang berhubungan dengan

kepercayaan kepada perusahaan, seperti reputasi, prestasi, dan sebagainya.

4. Empati (emphaty), yaitu perhatian individual yang diberikan perusahaan

kepada pelanggan seperti kemudahan untuk menghubungi perusahaan,

kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan pelanggan, dan usaha

perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan pelanggannya.

Dimensi ini merupakan penggabungan dari dimensi :

1. Akses, merupakan kemudahan untuk memanfaatkan jasa yang ditawarkan

(11)

2. Komunikasi, merupakan kemampuan melakukan komunikasi untuk

menyampaikan informasi kepada pelanggan atau memperoleh masukan dari

pelanggan

3. Pemahaman pada pelanggan, meliputi usaha perusahaan untuk mengetahui dan

memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan.

4. Bukti Langsung, meliputi penampilan fasilitas fisik seperti gedung dan

ruangan front office, tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapian, dan

kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi dan penampilan

karyawan.

Menurut Kasmir (2008 : 279), seorang custumer serviceharus memiliki

dasar-dasar pelayanan yang kokoh pasti akan mampu mengatasi setiap kebutuhan

dan keinginan pelanggan maupun calom pelanggan. Pelayanan yang diberikan

akan semakin berkualitas jika setiap customer service telah dibekali dasar-dasar

pelayanan. Berikut ini akan dijelaskan dasar-dasar pelayanan yang harus

dipahami dan dimengerti seorang CS.

1. Berpakaian dan Berpenampilan

Pakaian dan penampilan merupakan satu paket yang tidak dapat

dipisahkan.Artinya petugas CS harus mengenakan baju dan celana yang

sepadan dangan kombinasi yang menarik.CS juga berpakaian necis, tidak

kumal, dan baju lengan panjang tidak digulung sehingga pakaian yang

dikenakan benar-benar memikat konsumen.

2. Percaya diri, Bersikap Akrab, Penuh dengan Senyum

Dalam melayani pelanggan, petugas CSharus memiliki rasa percaya diri yang

(12)

seolah-olah sudah kenal lama.Dalam melayani pelanggan petugas CS harus murah

senyum dengan raut muka yang menarik hati, serta tidak dibuat-buat.

3. Menyapa dengan Lembut

Pada saat pelanggan atau calon pelanggan, petugas CS harus segera menyapa

dan kalau sudah pernah bertemu sebelumnya usahakan menyapa dengan

menyebutkan namanya. Namun, jika belum kenal dapat menyapa dengan

sebutan Bapak/Ibu, apa yang dapat kami bantu.

4. Tenang, Sopan, Hormat, dan Tekun

Usahakan pada saat melayani pelanggan dalam keadaan tenang, tidak

terburu-buru, sopan santun dalam bersikap.Kemuadian, tunjukkan sikap menghormati

pelanggan atau calon pelanggan, tekun mendengarkan, sekaligus berusaha

memahami keinginannya.

5. Berbicara

Berbicara menggunakan bahasa yang baik dan benar. Artinya dalam

berkomunikasi dengan pelanggan gunakan bahasa Indonesia yang benar pula.

Suara yang digunakan harus jelas dalam arti mudah dipahami dan jangan

menggunakan istilah-istilah yang sulit dipahami oleh pelannggan.

6. Bergairah

Dalam melayani pelanggan, seorang CS hendaknya menunjukkan pelayanan

yang prima, seolah-olah memang sangat tertarik dengan keinginan dan

kemauan pelanggan.

7. Jangan Menyela

Pada saat pelanggan sedang berbicara, usahakan jangan menyela

(13)

sindiran yang dapat menyinggung perasaan pelangggan.Kalau terjadi sesuatu

usahakan jangan berdebat.

8. Mampu meyakini Pelanggan

Seorang CS harus mampu meyakinkan pelanggan dengan argument-argumen

yang masuk akal.Petugas CS juga harus mampu memberikan kepuasan atas

pelayanan yang diberikannya.

9. Jika Tidak Sanggup

Jika ada pertanyaan atau permasalahn yang tidak sanggup dijawab atau

dieselesaikan oleh petugas CS, usahakan meminta bantuan kepada petugas

yang mampu.

10.Bila belum Dapat Melayani

Bila petugas CS belum dapat melayani, beritahukan kapan akan dilayani.

Artinya jika pada saat tertentu, petugas CS sibuk dan tidak dapat melayani

salah satu pelanggan, beritahukan kepada pelanggan tersebut kapan akan

dilayani dengan simpatik.

2.3. Pelanggan

Menurut Yoeti (Dalam Majid, 2011 : 11), Pelanggan adalah yang

membeli produk dan jasa-jasa pada suatu perusahaan. Pelanggan tersebut dapat

berupa seseorang (individu) dapat pula sebagai suatu perusahaan. Lebih lanjut

dikatakan bahwa pelanggan terdiri atas dua jenis, Pertama yaitu internal customer

yang artinya orang-orang yang terlibat dalam proses produksi yang kita hasilkan,

Kedua eksternal customer adalah orang-orang yang berada diluar organisasi

perusahaan yaitu menerima dan menggunakan barang- barang atau jasa-jasa dari

(14)

Menurut Nasution (Dalam majid 2011 : 12), Pelanggan adalah semua

orang yang menuntut kita untuk memenuhi standar kualitas tertentu dan karena

itu akan memberikan pengaruh pada performa organisasi.

2.3.1. Jenis-jenis Pelanggan

Menurut Nasution (Dalam majid 2011 : 12), Pada dasarnya ada tiga jenis

pelanggan dalam sistem kualiatas modern yaitu :

1. Pelanggan Internal adalah orang yang berada dalam perusahaan dan memiliki

pengaruh pada performa pekerjaan (perusahaan). Bagian-bagian pembelian,

produksi, penjualan, pembayaran gaji, rekrutmen dan karyawan merupakan

contoh dari pelanggan internal.

2. Pelanggan Antara adalah mereka yang bertindak dan berperan sebagai

perantara bukan sebagai pemakai akhir produk.

3. Pelanggan Eksternal adalah pembeli atau pemakai akhir produk, sering disebut

sebagai pelanggan nyata. Pelanggan eksternal merupakan orang yang

membayar atau menggunakan produk yang dihasilkan.

2.3.2. Sifat-Sifat Pelanggan

Dalam melayani pelanggan sebaiknya harus mampu memahami dan

mengerti sifat masing-masing pelanggannya.Hal ini disebabkan masing-masing

pelanggan memiliki latar belakang yang berbeda-beda, misalnya daerah asal,

agama, pendidikan, pengalaman, dan budaya. Sementara itu, setiap pelanggan

memiliki keinginan yang sama, yaitu ingin dipenuhi kebutuhannya serta ingin

diperhatikan. Menurut Kasmir (2008 : 281), sifat-sifat pelanggan yang harus

(15)

1. Pelanggan dianggap sebagai raja

CS harus menganggap pelanggan sebagai raja yang harus dipenuhi semua

keinginan dan kebutuhannya.Pelayanan yang diberikan harus seperti

pelayanan yang diberikan kepada seorang raja, namun masih dalam

batas-batas etika dan moral dengan tidak merendahkan derajat perusahaan atau

derajat CS itu sendiri.

2. Mau dipenuhi keinginan dan kebutuhannya

Kedatangan pelanggan dan calon pelanggan ke perusahaan adalah agar hasrat

atau keinginannya agar terpenuhi, baik berupa informasi, pengisian aplikasi

atau keluhan-keluhan.

3. Tidak mau didebat dan tidak mau disinggung

Ada kecenderungan bahwa pelanggan tidak suka dibantah atau didebat.Usaha

setiap pelayanan dilakukan melalui diskusi yang santai dan rileks.Harus pandai

mengemukakan pendapat sehingga pelanggan tidak mudah tersinggung.

4. Pelanggan mau diperhatikan

Setiap pelanggan dan calon pelanggan yang dating ke perusahaan pada

hakikatnya ingin memperoleh perhatian.Oleh karena itu, petugas CS

hendaknya memberikan perhatian secara penuh sehinggan pelanggan

benar-benar merasa diperhatikan.

5. Pelanggan merupakan sumber pendapatan

Tujuan utama setiap perusahaan adalah untuk memperoleh pendapatan dan

laba yang maksimal.Perlu diketahui bahwa pendapatan utama perusahaan

adalah dari transaksi yang dilakukan oleh pelanggannya.Oleh karena itu, jika

(16)

2.4. Strategi Mempertahankan Pelanggan

Menurut Danang Sunyoto, setiap usaha dalam mempertahankan

pelanggan tidak hanya ingin memperbaiki hubungan dengan mitranya, tetapi

mereka juga ingin membangun ikatan dan loyalitas yang lebih kecil dengan

pelanggan akhirnya.

Terkait dengan hal tesebut, adapun cara lain untuk mempertahankan

pelanggan adalah memberikan kepuasan pelanggan yang tinggi sehingga akan

lebih sulit bagi pesaing untuk menerobos halangan dengan menawarkan harga

lebih murah atau rangsangan lain. Tugas menciptakan kesetian pelanggan ini

disebut pemasaran berwawasan hubungan.

2.5. Penjualan

Penjualan merupakan salah satu fungsi pemasaran yang sangat penting

bagi perusahaan dalam mencapai sebuah tujuan perusahaan yaitu memperoleh

laba untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan.Menurut Swastha (2004 :

403) penjualan adalah interaksi antara individu saling bertemu muka yang

ditujukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai atau mempertahankan

hubungan pertukaran sehingga menguntungkan bagi pihak lain. Penjualan dapat

diartikan juga sebagai usaha yang dilakukan manusia untuk menyampaikan

barang bagi mereka yang memerlukan dengan imbalan uang menurut harga yang

telah ditentukan atas persetujuan bersama.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa penjualan adalah suatu

proses pembuatan dan cara untuk mempengaruhi pribadi agar terjadi pembelian

(17)

disepakati oleh kedua belah pihak yang terkait baik dibayar secara tunai maupun

kredit.

Kemampuan organisasi dalam menjual produknya menentukan

keberhasilan dalam mencari keuntungan, apabila usaha tersebut tidak mampu

menjual makaakan mengalami kerugian. Menurut Swastha (2004 : 404) tujuan

umum penjualan dalam perusahaan yaitu :

1. Mencapai volume penjualan

2. Mendapatkan laba tertentu

3. Menunjang pertumbuhan perusahaan

Menurut Basu Swasta (2001:11) Terdapat beberapa jenis penjualan yang

bisa dikenal dalam masyarakat diantaranya adalah:

1. Trade Selling

Penjualan Yang terjadi bilamana produsen dan pedagang besar

memperhasilkan pengecer untuk berusaha memperbaiki distribusi produk

mereka. Hal ini melibatkan kegiatan promosi perdagangan, persediaan dan

produk yang baru, jadi titik beratnya adalah para penjual melalui penyalur

bukan pada penjualan ke pembeli akhir.

2. Missionary selling

Penjualan berusaha ditingkatkan dengan mendorong pembeli untuk membeli

barang.

3. Technical Selling

Berusaha Meningkatkan Penjualan dan pemberian saran dan nasihat kepada

pembeli akhir dari barang dan jasa.

(18)

Berusaha membuka transaksi baru dengan membuat calon pembeli menjadi

pembeli seperti halnya yang dilakukan perusahaan asuransi.

5. Responsive selling

Setiap tenaga penjual diharapkan dapat memberikan reaksi terhadap

permintaan pembeli melalui Roote driving and Retaining, jenis penjualan ini

tidak akan menciptakan penjualan yang besar, namun akan terjalin hubungan

pelanggan yang baik yang menjurus pada pembelian ulang.

Menurut Swasta (2001:129) Dalam kenyataanya sebuah kegiatan

penjualan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari dalam maupun dari

luar, beberapa faktor tersebut antara lain :

1. Kondisi dan Kemampuan Pasar

Disini penjual harus dapat meyakinkan pembeli agar berhasil mencapai

sasaran penjualan yang diharapkan untuk maksud tertentu, penjual harus

memahami masalah penting yang sangat berkaitan yaitu:

a. Jenis dan karakteristik barang yang ditawarkan

b. Harga Pokok

c. Syarat Penjualan Seperti pembayaran, Perantaraan garansi dan sebagainya.

2. Kondisi Pasar

Hal yang diperhatikan pada kondisi pasar antara lain :

a. Jenis pasarnya, apakah pasar konsumen, pasar industri, pasar pemerintah

atau pasar internasional

b. Kelompok pembeli dan segmen pasarnya

c. Daya beli

(19)

e. Keinginan Dan Kebutuhan

3. Modal

Apakah modal kerja perusahaan mampu untuk mencapai target penjualan

yangdianggarkan seperti untuk :

a. Kemampuan untuk membiayai penelitian pasar yang dilakukan

b. Kemampuan membiayai usaha-usaha untuk mencapai target penjualan

c. Kemampuan membeli bahan mentah untuk dapat memenuhi target

penjualan

4. Kondisi Organisasi

Pada perusahaan besar, biasanya masalah penjualan ditangani oleh bagian

penjualan. Lain halnya dengan perusahaan kecil, dimana masalah penjualan

ditangani oleh orang yang juga melakukan fungsi-fungsi lain.

5. Faktor-faktor lain

Faktor-faktor lain seperti periklanan, peragaan, kampanye, dan pemberian

hadiah sering mempengaruhi penjualan karenadiharapkan dengan adanya

faktor-faktor tersebut pembeli akan kembali membeli lagi barang yang sama.

2.5.1. Volume Penjualan

Volume penjualan merupakan hasil akhir yang dicapai perusahaan dari

hasil penjualan produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Volume

penjualan tidak memisahkan secara tunai maupun kredit tetapi dihitung secara

keseluruhan dari total yang dicapai. Seandainya volume penjualan meningkat dan

biaya distribusi menurun maka tingkat pencapaian laba perusahaan meningkat

tetapi sebaliknya bila volume penjualan menurun maka pencapaian laba

(20)

barang yang terjual dalam bentuk uang untuk jangka waktu tertentu dan

didalamnya mempunyai strategi pelayanan yang baik. Ada beberapa usaha untuk

meningkatkan volume penjualan, diantaranya adalah :

1. Menjajakan produk dengan sedemikian rupa sehingga konsumen

melihatnya

2. Menempatkan dan pengaturan yang teratur sehingga produk tersebut akan

menarik perhatian konsumen

3. Mengadakan analisa pasar

4. Menentukan calon pembeli atau konsumen yang potensial

5. Mengadakan pameran

6. Mengadakan discount atau potongan harga

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa volume

penjualan merupakan hasil dari kegiatan penjualan yang dilakukan perusahaan

dalam usahanya mencapai sasaran yaitu memaksimalkan laba.

2.5.2 Peningkatan Penjualan

Di dalam kehidupan sosial masyarakat terkadang cenderung mempunyai

salah pengertian terkait pemasaran dan penjualan. Persepsi yang terbangun

pemasaran dan penjualan memiliki pengertian yang sama. Padahal kedua istilah

tersebut memiliki ruang lingkup yang berbeda.Pemasaran meliputi kegiatan yang

luas sedangkan penjualan hanyalah merupakan suatu kegiatan saja di pemasaran.

Penjualan secara konkrit adalah upaya menjual suatu barang atau jasa.

Menjual adalah ilmu dan seni mempengaruhi pribadi yang di lakukan oleh

penjual untuk mengajak orang lain agar bersedia membeli barang atau jasa yang

(21)

semakin cepat pula mencapai sukses dalam tugas-tugasnya, sehingga tujuan yang

diinginkan akan segera terlaksana. Dalam segala bidang dan tingkatan,

diperlukan pula sebuah taktik penjualan agar pelayanan yang diberikan kepada

orang lain dapat memberikan kepuasan. Dengan kepuasan ini diharapkan mereka

dapat menjadi langganan, yang dapat menunjang meningkatnya penjualan.

Menurut Swasthu (2001:171-175), dalam penjualan terdapat beberapa

standar kinerja guna menjaga stabilitas penjualan dalam perusahaan.Standar kerja

yang dipakai dapat digolongkan menjadi dua yaitu standar kerja kuantitatif dan

standar kerja kualitatif.

1. Standar kerja kuantitatif

1. Kuota

Pada umumnya, kuota ini dipakai untuk menyatakan volume penjualan,

yang mana perusahaan harus memperkirakan permintaan yang akan datang

di daerah penjualan tertentu. Kuota dapat berupa rupiah atau unit produk.

2. Rasio biaya penjualan

Standar ini dipakai untuk mengendalikan hubungan antara biaya ppenjualan

dengan volume penjualan.Rasio ini banyak digunakan oleh perusahaan

yang menghasilkan barang industri karena pada umumnya mereka lebih

menekankan pada kegiatan personal selling.

3. Rasio marjin kotor atau laba bersih teritorial

Rasio antara marjn kotor atau laba bersih dengan penjualan masing-masing

daerah ini dipakai dengan menitikberatkan perhatian pengusaha pada

profitabilitas dari produk yang ditawarkan.

(22)

Manajemen dapat menentukan presentase pangsa pasar yang ditargetkan

untuk masing-masing daerah penjualan. Selanjutnya melihat perbandingan

penjualan perusahaan terhadap perusahaan lain sejenis.

5. Kunjungan per hari

Pada perusahaan yang menggunakan wiraniaga untuk melayani sejumlah

besar pembeli kunjungan per hari ini sering di pakai sebagai standar.

6. Rasio kunjungan pesanan

Rasio ini merupakan suatu cara untuk mengukur efektifitas wiraniaga dalam

mendapatkan pesanan. Rasio tersebut dapat dihitung dengan membagi

jumlah pesanan yang dicapai oleh seorang wiraniaga dalm periode waktu

tertentu dengan jumlah kunjungan yang dilakukan.

7. Biaya rata-rata per kunjungan

Biaya rata-rata per kunjungan ini dapat dipakai sebagai standar bilamana

manajer ingin menekankan pada pentingnya mengadakan kunjungan yang

menguntungkan.

8. Jumlah pesanan rata-rata

Tujuan utama penggunaan standar ini adalah untuk mengendalikan

frekuensi kunjungan bagi wiraniaga.Ada kemungkinan bahwa jumlah

pesanan rata-rata dari setiap golongan pembeli berbeda-beda.

2. Kriteria hasil kerja kualitatif

Terdapatnya beberapa perhatian dari perusahaan dalam efektifitas

penanganan masalah hubungan pembeli dan pengetahuan mereka tentang

produk yang ditawarkan, maka penggunaan kriteria kualitatif juga

(23)

jangka panjang.Namun, penilaian terhadap kriteria kualitatif cenderung sangat

bersifat subyektif. Terdapat beberapa faktor dalam penilaiannya yaitu :

1. Kondisi fisik dan mental wiraniaga

2. Keinginan untuk menjual

3. Kerjasama

4. Pengetahuan tentang produk yang ditawarkan dan kebijakan perusahaan

2.6. Sektor Informal

Istilah sektor informal biasanya digunakan untuk menunjukkan sejumlah

kegiatan ekonomi yang berskala kecil. Namun, menurut Safaria,dkk (2003: 4)

kalangan akademisi masih memperdebatkan teori dan konsep mengenai sektor

informal ini. Ada yang menganggap bahwa sektor informal muncul karena

terbatasnya kapasitas industri-industri formal dalam menyerap tenaga kerja yang

ada, sehingga terdapat kecenderungan bahwa sektor informal ini muncul di

pinggiran kota besar. Sebagian yang lain menganggap bahwa sektor informal ini

sudah lama ada. Ini adalah pandangan dari perspektif yang “dualistik”, yang

melihat sektor ”informal” dan “formal” sebagai dikotomi antara model ekonomi

tradisional dan modern.

Menurut Safaria, dkk (2003: 6) sektor informal dipandang sebagai

kekuatan yang semakin signifikan bagi perekonomian lokal dan global, seperti

yang dicantumkan dalam pernyataan visi WIEGO (Woman In Informal

Employment Globalizing and Organizing) yaitu mayoritas pekerja di dunia kini

bekerja di sektor informal dan proporsinya terus membengkak sebagai dampak

(24)

deregulasi pasar tenaga kerja mendorong semakin banyak pekerja ke sektor

informal.

Menurut ILO (Internasional Labour organization) dalam Yustika

(2000:193) yang dimaksud sektor informal adalah aktivitas-aktivitas ekonomi

yang antara lain ditandai dengan mudah untuk dimasuki, bersandar pada sumber

daya lokal, usaha milik sendiri, operasinya dalam skala kecil, padat karya

danteknologinya bersifat adaptif, ketrampilan diperoleh dari luar sistem sekolah

formal, dan tidak terkena langsung oleh regulasi dan pasarnya bersifat kompetitif.

Menurut Breman (dalam Manning, Eds.1991: 139) bahwa sektor informal

merupakan suatu istilah yang mencakup dalam istilah “usaha sendiri”, merupakan

jenis kesempatan kerja yank kurang terorganisir, sulit di cacah, sering dilupakan

dalam sensus resmi, persyaratan kerjanya jarang dijangkau oleh aturan hukum.

Mereka adalah kumpulan pedagang, pekerja yang tidak terikat dan tidak terampil,

serta golongan-golongan lain dengan pendapatan rendah dan tidak tetap,

hidupnya serba susah dan semi kriminal dalam batas-batas perekonomian kota.

Kemudian menurut Hart ( dalam Manning, Eds. 1991: 76) mereka yang

terlibat dalam sektor informal pada umumnya miskin, kebanyakan dalam usia

kerja utama (prime age), bependidikan rendah, upah yang diterima di bawah upah

minimum, modal usaha rendah, serta sektor ini memberikan kemungkinan untuk

mobilitas vertikal. Menurut Breman (dalam Manning, Eds. 1991:142) sektor

informal memiliki ciri-ciri sebagai berikut: padat karya, tingkat produktivitas

yang rendah, pelanggan yang sedikit dan biasanya miskin, tingkat pendidikan

(25)

keluarga dan pemilik usaha oleh keluarga, gampangnya keluar masuk usaha, serta

kurangnya dukungan dan pengakuan pemerintah.

2.6.1. Jenis-Jenis Sektor Informal

Menurut Hart (dalam Manning, Eds.1991: 79) ada dua macam

kesempatan memperoleh penghasilan yang informal, antara lain adalah sebagai

berikut:

1. Kesempatan memperoleh penghasilan yang sah, meliputi:

a. Kegiatan-kegiatan primer dan sekunder, pertanian, perkebunan yang

berorientasi pasar, kontraktor bangunan, pengrajin usaha sendiri dan

lainlain.

b. Usaha tersier dengan modal yang relatif besar, perumahan, transportasi,

usaha-usaha untuk kepentingan umum, kegiatan sewa-menyewa dan

lain-lain.

c. Distribusi kecil-kecilan seperti pedagang kaki lima, pedagang pasar,

pedagang kelontong, pedagang asongan dan lain-lain.

d. Transaksi pribadi seperti pinjam-meminjam, pengemis.

e. Jasa yang lain seperti pengamen, penyemir sepatu, tukang cukur, pembuang

sampah dan lain-lain.

2. Kesempatan memperoleh penghasilan yang tidak sah, meliputi:

a. Jasa: kegiatan dan perdagangan gelap pada umumnya: penadah

barangbarang curian, lintah darat, perdagangan obat bius, penyelundupan,

pelacuran dan lain-lain.

b. Transaksi: pencurian kecil (pencopetan), pencurian besar (perampokan

(26)

2.7. Pedagang Kaki Lima

Pengertian pedagang secara etimologi adalah orang yang berdagang atau

biasa juga disebut saudagar.Jadi pedagang adalah orang-orang yang melakukan

kegiatan-kegiatan perdagangan sehari-hari sebagai mata pencaharian

mereka.Menurut Bromley (dalam manning, Eds. 1991: 228) pedagang kaki lima

(street trading) adalah salah satu pekerjaan yang paling nyata dan penting

dikebanyakan kota di Afrika, Asia, Timur Tengah atau Amerika Latin. Namun,

meskipun penting pedagang-pedagang kaki lima hanya sedikit saja memperoleh

perhatian akademik dibandingkan dengan kelompok pekerjaan utama yang lain.

Pedagang kaki lima biasanya digambarkan sebagai perwujudan pengangguran

tersembunyi atau setengah pengangguran yang luas dan pertumbuhan yang luar

biasa dari jenis pekerjaan sektor tersier yang sederhana di Kota di Dunia Ketiga.

Yustika (2000) menggambarkan pedagang kaki lima adalah kelompok

masyarakat marjinal dan tidak berdaya. Mereka rata-rata tersisih dari arus

kehidupan kota dan bahkan tertelikung oleh kemajuan kota itu sendiri dan tidak

terjangkau dan terlindungi oleh hukum, posisi tawar rendah, serta menjadi obyek

penertiban dan peralatan kota yang represif.

Menurut Alisyahbana (2005:43-44) berdasarkan penelitianya di kota

Surabaya telah mengkategorikan pedagang kaki lima menjadi 4 tipologi.

Keempat tipologi tersebut adalah:

1. Pedagang kaki lima murni yang masih bisa dikategorikan pedagang kaki lima

adalah dengan skala modal terbatas, dikerjakan oleh orang yang tidak

mempunyai pekerjaan selain pedagang kaki lima, ketrampilan terbatas, tenaga

(27)

2. Pedagang kaki lima yang hanya berdagang ketika ada bazar (pasar

murah/pasar rakyat, berjualan di Masjid pada hari Jumat, halaman

kantor-kantor).

3. Pedagang kaki lima yang sudah melampaui ciri pedagang kaki pertama dan

kedua, yakni pedagang kaki lima yang telah mampu mempekerjakan orang

lain. Ia mempunyai karyawan, dengan membawa barang daganganya dan

peraganya dengan mobil, dan bahkan ada yang mempunyai stan lebih dari satu

tempat. Termasuk dalam tipologi ini adalah pedagang kaki lima yang

berpindah-pindah tempat dengan menggunakan mobil bak terbuka.

4. Pedagang kaki lima yang termasuk pengusaha kaki lima. Mereka hanya

mengkoordinasikan tenaga kerja yang menjualkan barang-barangnya.

Termasuk pedagang kaki lima jenis ini yaitu : pedagang kaki lima yang

mempunyai took, dimana tokonya berperan sebagai grosir yang menjual

barang dagangannya kepada pedagang kaki lima tidak bermodal dan barabg

yang diambil baru dibayar setelah barang tersebut laku.

Ciri pedagang kaki lima yang juga sangat menonjol adalah bersifat

subsistensi. Mereka berdagang hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari.Apa yang diperoleh hari ini digunakan sebagai konsumsi hari yang sama

pula bagi semua anggota keluarganya dengan demikian kemampuan untuk

menabung juga rendah. Kondisi ini menyebabkan para pedagang kaki lima

menjadi sangat khawatir tehadap berbagai tindakan aparat yang dapatr

menganggu kehidupan subsistensinya.

Menurut Limbong (2006:92) alasan mengapa seseorang menjadi

(28)

berdagang yang dinyatakan oleh 67,3% responden, kemudian ada alasan lain

yang cukup signifian yaitu karena mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK),

yang dinyatakan oleh 12,7% responden. Hal ini berarti kegiatan berdagang

sebagai pedagang kaki lima pada sektor informal dapat sebagai solusi atau

jawaban sebagai pengganti hilangnya pekerjaan di sektor formal. Berdasarkan

pengamatannya, kondisi usaha pedagang kaki lima di Kota Medan adalah sebagai

berikut:

1. Bahwa pedagang kaki lima melakukan kegiatan berdagang umumnya di

tempat-tempat umum, seperti di sisi jalan, trotoar jalan, perempatan jalan,

dekat dengan pasar umum atau

tradisional.Sekitarperkantoran/pertokoan/supermall maupun di sekitar blok

perumahan.

2. Para pedagang kaki lima tidak memiliki izin untuk berdagang dan berdagang

dimana saja, tetapi tidak termasuk pelaku tindak criminal.

3. Tidak dikenai pajak, tetapi dikenai retribusi keamanan dan retribusi

kebersihan.

4. Usaha dimiliki secara perseorangan dengan tenaga kerja sendiri atau oleh

anggota keluarga.

5. Tenaga usaha dalam kegiatan usaha kaki lima tidak dilindungi dengan jaminan

social atau standart upah/gaji, juga tidak dilindungi dengan jaminan tunjangan

hari tua.

6. Melakukan usaha dagang dengan modal terbatas dan umumnya modal berasal

(29)

7. Melakukan usaha disuatu tempat secara menetap pada suatu tempat yang

disediakan ataupun tidak oleh pemerintah setempat, kemudian ada juga yang

melakukan usaha secara bergerak baik dengan menggunakan alat transportasi

seperti kereta dorong, sepeda dan kendaraan bermotor ataupun yang dijajahkan

secara keliling.

8. Manajemen usaha dilakukan dengan cara sederhana.

Demikian beberapa pengertian tentang pedagang kaki lima, dimana

pedagang kaki lima adalah salah satu jenis pekerjaan di sektor informal yang

mempunyai tempat kerja yang tidak menetap di jalan, tidak memiliki izin usaha

dan manajemen usaha sangat sederhana. Mereka berpindah dari satu tempat ke

tempat yang lain sepanjang hari. Pedagang kaki lima banyak dijumpai di semua

sektor kota, terutama ditempat-tempat pemberhentian sepanjang jalur bus atau

trotoar jalan dan pusat-pusat hiburan dan tempat strategis lainnya yang dapat

menarik sejumlah besar penduduk untuk membeli.

2.8 Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan penulisan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

BAB 1 : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

maanfaat penelitian.

BAB 2 : KERANGKA TEORI

Berisikan Bentuk teori dan sistematika penulisan.

(30)

Bab ini berisikan bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan

penelitian, defenisi konsep, teknik pengumpulan data dan teknik

analisi data.

BAB 4 : HASIL PENYAJIAN

Pokok bahasan penelitian yang berisikan penyajian data yang didapat

dan berkaitan dengan permasalahan penelitian.

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. Dan juga

berisikan saran – saran dari penulis untuk memberikan masukan guna

Referensi

Dokumen terkait

Maka Pejabat Pengadaan Dinas Perhubungan Komunikasi Informasi dan Telematika Aceh Tahun Anggaran 2016 menyampaikan Pengumuman Pemenang pada paket tersebut diatas sebagai berikut

Dengan teridentifikasinya konsep diri anak usia dini khususnya melalui kegiatan menggambar, diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi guru, orang tua maupun sekolah

pengalaman 4 tahun terakhir pengadaan dilingkungan pemerintah/swasta untuk pekerjaan yang sama/sejenis yaitu pada subbidang Alat Laboratorium / Alat Kesehatan /

Seeking a challenging career with a progressive organization that provides an opportunity to capitalize my technical skills & abilities in the field of information

Apabila dokumen asli sedang dipergunakan untuk kepentingan lain sehingga tidak dapat dibawa/ditunjukkan, maka wajib membawa Copy/Rekamannya yang telah

Bila dalam waktu tersebut tidak ada sanggahan dari peserta lelang, maka keputusan ini dinyatakan sah dan tidak dapat diganggu gugat.. Demikian pengumuman ini di sampaikan,

Communications Engineering (2010 – 2015) Rizal Technological University Boni Avenue, Mandaluyong City.  President,

[r]