• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 692011052 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 692011052 Full text"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

i

Perancangan Buku

Pop Up

Legenda Batu Ular Dari

Cerita Rakyat Talaud Kepada Anak Umur 9-10 Tahun

Artikel Ilmiah

Haryati Margaret Basinung (692011052) Martin Setyawan, S.T., M.Cs.

Amelia Rukmasari, M.Sn.

Program Studi Desain Komunikasi Visual

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

(2)

ii

Perancangan Buku

Pop Up

Legenda Batu Ular Dari

Cerita Rakyat Talaud Kepada Anak Umur 9-10 Tahun

Artikel Ilmiah

Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi untuk memperoleh Gelar Sarjana Desain

Oleh :

Haryati Margaret Basinung NIM : 692011052

Program Studi Desain Komunikasi Visual

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)

1

Perancangan Buku

Pop Up

Legenda Batu Ular Dari Cerita

Rakyat Talaud Kepada Anak Umur 9-10 Tahun

1)

Haryati Margaret Basinung, 2) Martin Setyawan, 3)Amelia Rukmasari

Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga

Email: 1) haryatimargaret@mail.com,2) martin.setyawan@gmail.com,3) ameliarukmasari@gmail.com

Abstract

Folklore is one of local cultures in Indonesia thats need to be preserve as one of national treasure, one of them which need to be known is foklore of Talaud,from North Celebes. There is no foklore book of Talaud, which made most of children of Talaud not knowing about their own folkore. Children of Talaud should know and understand the foklores of Talaud so they aren’t going to extinct and could continue to be preserved. This research’s purpose is to design Pop Up book “Legend of Stone Snake” from Talaud foklore for children especially 9 – 10 year age using mixing method approach. The result of design like a Pop Up book dummy “Legend of Stone Snake” to make childrens be interesting to knowning the folkore.

Keywords: Folklore, Talaud,Legend of the Stone Snake, Dummy, Pop Up

Abstrak

Cerita rakyat merupakan salah satu budaya daerah Indonesia yang perlu dilestarikan, salah satunya adalah cerita rakyat yang berasal dari Talaud Sulawesi Utara. Tidak adanya media buku tentang cerita rakyat khusus daerah Talaud mengakibatkan anak-anak Talaud kebanyakan tidak mengetahui cerita rakyat di daerahnya. Anak-anak Talaud perlu mengenal cerita rakyat Talaud sehingga cerita rakyat ini tidak akan punah dan bisa terus dilestarikan. Penelitian ini bertujuan untuk merancang buku Pop Up “Legenda Batu Ular” dari cerita rakyat Talaud kepada anak umur 9-10 Tahun melalui pendekatan metode campuran (mixing method). Hasil perancangan berupa dummy buku Pop Up “Legenda Batu Ular”

untuk menarik minat baca anak-anak dalam mengenalkan cerita rakyat Talaud.

Kata Kunci: Cerita rakyat, Talaud, Legenda Batu Ular, Dummy, Pop Up

1

Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana

2

Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana

3

(11)

2

1. Pendahuluan

Negara Indonesia adalah negara yang kaya akan beragam budaya dan bahasa, dimana salah satu keberagaman budayanya adalah cerita rakyat. Cerita rakyat merupakan salah satu bagian dari folklore yang dapat di definisikan sebagai kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun temurun, diantara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat [1].

Menurut Direktur Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Diah Harianti, masih ada ribuan cerita rakyat di berbagai daerah belum teridentifikasi dan tercatat oleh pemerintah. Usaha untuk mencatat cerita rakyat itu sangat penting agar bisa terdokumentasi dengan baik.Menurut Diah Harianti cerita rakyat akan dilupakan dan hilang dari peradaban bila tidak dicatat. Saat ini pihaknya telah berhasil mencatat sekitar 4.000 cerita rakyat dari berbagai daerah. Sebagian cerita itu adalah cerita yang telah cukup dikenal oleh masyarakat seperti cerita Malin Kundang dari Sumatera Barat. Namun, sebagian cerita lagi ada yang mungkin masih asing di telinga masyarakat Indonesia, salah satunya adalah cerita rakyat Talaud [2].

Berdasarkan data yang diperoleh dari Ketua Dewan Adat Talaud, Drs. Ishak Tamaroba, saat ini Dewan Adat Talaud sedang berupaya untuk menghimpun cerita rakyat Talaud. Dalam penyusunannya baru beberapa cerita rakyat yang terkumpul dalam bentuk literatur seperti cerita rakyat Woi Taloda dan Ratu Asiare. Saat ini Dewan Adat Talaud masih berupaya untuk merangkum semua cerita rakyat Talaud, akan tetapi dikarenakan keterbatasan waktu, tenaga dan juga biaya sehingga cerita rakyat belum semuanya terhimpun hingga sekarang.

Menurut Bapak Jemri Maarende yang adalah salah seorang guru seni rupa di SMA Negeri I Melonguane, cerita rakyat Talaud belum dibukukan dan hanya tersimpan dalam sebuah makalah sejarah sebagai salah satu bentuk penugasan yang pernah diberikan kepada siswa, dan ada sekitar 99 cerita rakyat Talaud yang berhasil dikumpulkan, dari 99 cerita rakyat Talaud yang dikumpulkan ada satu cerita rakyat yang paling familiar di telinga masyarakat Talaud seperti cerita rakyat Legenda Batu Ular. Sangat disayangkan jika cerita rakyat Talaud ini tidak dilestarikan dalam media buku, sehingga banyak anak-anak Talaud yang tidak mengenal cerita rakyat di daerahnya sendiri, cerita rakyat Talaud hanya disampaikan dari mulut ke mulut saja. Padahal menurut Bascom dalam cerita anak-anak sebetulnya terkandung nilai-nilai luhur, terutama berkaitan dengan pendidikan [3].

(12)

3

jenis bacaan untuk anak SD kelas 3 dan 4 antara lain puisi, sastra tradisional dan cerita fantasi [4]. Cerita rakyat masuk dalam kategori sastra tradisional, sehingga cerita rakyat sangat cocok ditargetkan pada anak umur 9-10 tahun.

Berdasarkan pemaparan masalah dan data yang ada maka dirancanglah sebuah buku cerita rakyat Talaud untuk memperkenalkan cerita rakyat dalam bentuk buku Pop Up pada anak umur 9-10 tahun. Perancangan buku Pop Up ini bermanfaat untuk mengenalkan cerita rakyat Legenda Batu Ular, menarik minat baca anak dan dapat dijadikan bahan kepustakaan daerah di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Talaud sehingga bisa mengenalkan cerita rakyat Talaud sebagai bagian dari pelestarian budaya cerita rakyat di Indonesia.

2. Tinjauan Pustaka anak-anak. Buku cerita dibuat dengan teknik Pop Up agar anak-anak lebih tertarik dengan ceritanya. Warna yang digunakan adalah warna-warna cerah dengan ciri khas warna Cina yaitu warna merah, oranye, kuning, dan coklat.

Penelitian yang berjudul “Perancangan Visual Buku Pop Up “Dunia

Penyu” oleh Edbert Tjanggora pada tahun 2012 [6]. Hasil yang dicapai, ialah buku ini mampu merangsang minat baca anak untuk membaca dan memberikan informasi penting tentang penyu tanpa melalui pengamatan langsung ke lokasi karena buku ini sudah memberikan informasi yang cukup lengkap. Hasil yang di dapat anak-anak tertarik pada ilustrasi dengan pewarnaan yang cerah, serta menginginkan buku yang tidak terlalu banyak tulisan.

Kedua penelitian tersebut sama-sama merancang buku Pop Up tapi yang membedakannya dari penelitian yang dilakukan terletak pada asal usul cerita, karakteristik budaya dan alam Talaud yang ingin diangkat serta jumlah teknik Pop Up yang digunakan. Pada penelitian sebelumnya teknik yang digunakan kebanyakan menggunakan teknik V-fold dan lift the flap, sementara penelitian yang dilakukan menggunakan enam teknik dan modifikasi dari tiga teknik dasar yang ada. Selain itu cerita yang diangkat belum pernah dibukukan dan legenda cerita rakyat ini dianggap benar-benar terjadi oleh masyarakat dan menjadi legenda dari asal mula terbentuknya pulau Sarra besar dan Sarra kecil serta batu ular yang sampai sekarang masih ada di Talaud.

(13)

4

perlengkapan upacara adat Talaud yang meliputi pakaian adat, pedang adat, dan ragam hias serta rumah adat Talaud [8].

Motif adalah suatu corak atau pola, motif dapat diartikan lagi secara khusus berdasarkan jenisnya, yaitu motif dasar, motif hiasan dan motif intrinsik [9]. Cerita rakyat merupakan salah satu bagian dari folklor yang dapat didefinisikan sebagai kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun temurun, diantara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat. Cerita rakyat sendiri dibagi menjadi tiga yaitu mite, legenda dan dongeng [10].

Pop Up didasarkan pada tiga ide sederhana. Tiga ide tersebut ialah V-Fold,

Parallelogram, dan 450 Fold. Tiga ide sederhana ini bisa dimodifikasi sehingga menghasilkan ide baru yang berpotensi untuk menggambarkan berbagai bentuk cerita, topik dan gagasan yang ingin dibuat. Pop Up juga memiliki kaitan dengan

slide, pull strip, dan rottating disks yang mana biasanya teknik ini umumnya digunakan pada buku Pop Up anak-anak. Sejak digunakannya kertas dalam pembuatannya, Pop Up umumnya disebut dengan Paper Engineering [11].

Ilustrasi adalah gambar yang memperjelas ide cerita atau narasi. Tujuan dari gambar ilustrasi adalah memperkuat, memperjelas, memperindah, mempertegas, dan memperkaya cerita atau narasi. Jenis-jenis dari gambar ilustrasi yaitu kartun, karikatur, komik, ilustrasi karya sastra dan vignette [12].

Story adalah keseluruhan jalinan/jalur cerita, mulai dari awal hingga akhir.

Story terkadang juga disebut dengan nama storyline. Story dapat diringkas menjadi sinopsis (synopsis), atau rangkuman keseluruhan cerita (rangkuman

storyline). Storyline mempunyai dinamika cerita yang biasanya melibatkan kesengsaraan, perjuangan, konflik dan ending dari perjalanan karakter [13].

Target audienceadalah “particular group of people, identified as intended

recipient of an advertisement or message. Also called target population”, yang artinya sekelompok orang tertentu, yang diidentifikasi sebagai target sebuah iklan atau pesan, juga disebut populasi target [14].

Warna didefinisikan secara subjektif (secara psikologis) atau secara obyektif. Secara subjektif, warna adalah bagian dari pengalaman indra penglihatan. Secara obyektif, warna merupakan hasil dari panjang gelombang cahaya yang dipancarkan [15].

(14)

5

3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode campuran (mixing method) yaitu suatu metode yang menggunakan pendekatan secara kualitatif dan kuantitatif, dimana pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definis atas suatu situasi tertentu (dalam keterikatan konteks tertentu) dan lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Sedangkan pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefinisikan dalam bentuk operasionalisasi masing-masing variabel agar dapat diukur. Selain itu pendekatan kuantitatif memerlukan adanya hipotesis dan pengujian yang kemudian akan menentukan tahapan-tahapan berikutnya, seperti penentuan teknik analisis dan formula statistik yang akan digunakan.

Metode campuran digunakan dalam penelitian ini guna memperoleh data empiris. Metode campuran yang digunakan hanya dibatasi pada teknik pengumpulan data saja, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Pengumpulan data secara kualitatif digunakan untuk memperoleh informasi yang jelas mengenai keberadaan buku cerita rakyat Talaud. Sedangkan pengumpulan data kuantitatif untuk mengetahui pengaruh ada dan tidaknya buku cerita rakyat Talaud bagi anak-anak, serta untuk mengetahui informasi lainnya yang dibutuhkan dalam perancangan buku cerita.

Metode perancangan desain yang digunakan pada penelitian ini adalah metode strategi garis lurus (Linear Strategy). Metode strategi garis lurus atau

linear strategy menetapkan urutan logis pada tahapan perancangan yang sederhana dan relatif sudah dipahami komponennya. Suatu tahap dimulai setelah tahap sebelumnya diselesaikan, dan demikian seterusnya [17]. Tahapan-tahapan dalam strategi perancangan buku Pop Up cerita rakyat talaud dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Tahapan perancangan buku Pop Up cerita rakyat Talaud

(15)

6

Tahap pertama yaitu pengumpulan data, data yang dikumpulkan pada tahap ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif menggunakan kuesioner sedangkan untuk data kualitatif dengan cara wawancara. Pengumpulan data dilakukan dengan mewawancarai narasumber untuk memperoleh data kualitatif mengenai cerita rakyat Talaud. Wawancara dilakukan dengan Ketua Adat Talaud, Bapak Ishak Tamaroba dan guru seni rupa SMA Bapak Jemri Maarende. Wawancara juga ditujukan kepada perwakilan guru wali kelas 3 dan 4. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui apakah buku cerita rakyat khusus daerah Talaud ada di perpustakaan sekolah atau tidak dan mengapa perlu ada buku cerita rakyat Talaud bagi anak-anak Talaud.

Sedangkan untuk pengumpulan data secara kuantitatif dilakukan melalui kuesioner terhadap anak SD kelas 3 dan 4 serta wali kelasnya, di salah satu sekolah SD di kecamatan Melonguane, yaitu SDN Inpres Melonguane sebagai perwakilan dari seluruh sekolah yang ada di Talaud.

Tahap kedua adalah tahap pengolahan data, data yang didapat baik secara kualitatif dan kuantitatif kemudian diolah guna mencapai hasil akhir yang maksimal dalam merancang buku Pop Up cerita rakyat Talaud yang akan dibuat pada tahap berikutnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua Dewan Adat Talaud, Bapak Ishak Tamaroba dan Jemri Maarende didapati bahwa belum ada media buku untuk cerita rakyat Talaud, kenyataannya cerita rakyat Talaud hanya disusun dalam bentuk literatur dan penugasan makalah di sekolah. Hasil yang diperoleh dari wawancara kepada guru SD wali kelas 3 dan 4 yaitu tidak adanya buku khusus cerita rakyat Talaud di perpustakaan. Guru menyatakan bahwa perlu adanya buku cerita rakyat Talaud sebagai pelestarian budaya Talaud agar anak-anak Talaud bisa mengenal budayanya sendiri lewat cerita rakyat Talaud.

Pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada 50 anak SD kelas 3 dan 4 di SDN Inpres Melonguane. Berdasarkan data yang diperoleh sebagian besar anak tidak mengetahui cerita rakyat Talaud sedangkan hanya sebagian kecil yang mengetahui cerita rakyat Talaud seperti

cerita rakyat “Legenda Batu Ular”, hal ini dikarenakan tidak adanya buku khusus

cerita rakyat Talaud. Anak-anak suka membaca buku cerita yang berwarna dan bergambar dengan gaya semirealis.

Tahap ketiga adalah tahap perancangan. Pada tahap ini langkah pertama yang dilakukan adalah membuat konsep perancangan buku Pop Up cerita rakyat Talaud sesuai dengan data yang diperoleh pada tahap sebelumnya, dimana konsep buku lebih menonjolkan karakteristik Talaud. Konsep ini disesuaikan dengan teknik Pop Up yang ada untuk menonjolkan ciri khas daerah Talaud dan peristiwa yang terjadi dalam cerita. Media yang akan dibuat berupa dummy buku Pop Up

berwarna dengan ukuran 23,5 x 16 cm. Ilustrasi yang digunakan adalah gaya semirealis yaitu jenis gaya kartun yang agak realis. Konten yang ada dalam buku seperti narasi, teknik Pop Up, informasi narasumber, dan tempat terjadi peristiwa

cerita rakyat “Legenda Batu Ular”.

Narasi berisi gambaran cerita Legenda batu Ular yang dibuat dalam bentuk

sinopsis. Cerita “Legenda Batu Ular” bermula dari Woi Wulabulen seorang

(16)

7

melihat padi yang sudah menguning, ia tertarik untuk mengambilnya dan ternyata perbuatannya itu mengakibatkannya bertemu dengan si Ular besar yang disebut

Atoan dan Woi Wulabulaen menerima hukuman atas perbuatannya itu yang melibatkan keselamatan anak-anaknya kedepan. Woi Wulabulaen dihukum untuk memberikan anaknya sudah besar. Setelah Woi Wulabulaen melahirkan dan anak-anaknya tumbuh besar ia berencana melarikan diri bersama dengan anak-anak-anaknya yang berjumlah delapan orang, diantaranya tujuh laki-laki, dan satu orang perempuan yang paling bungsu.

Keberadaan anak laki-laki Woi Wulabulen sesungguhnya tidak diketahui

Atoan, diam-diam Wonte Ratu Adio sebagai anak yang sulung memimpin rencana dan menyusun strategi untuk melarikan diri dari Atoan dan akhir berhasil. Namun dalam perjalanan, Atoan mengetahui kenyataan itu dan ia menjadi marah, menebaskan ekornya dan membelah pulau Sarra menjadi dua, hingga akhirnya

Atoan bertemu dengan Manntatta dan Daralos yang merupakan akhir dari pengejarannya, Atoan mati karena memakan batu panas yang dikiranya pinang, sirih dan tembakau. Cerita ini mengajarkan agar tidak mencuri karena setiap perbuatan yang dilakukan pasti ada akibatnya.

Setelah sinopsis disusun dibuatlah storyline yang berisi tentang alur cerita dengan tahap kesengsaraan, perjuangan, konflik dan ending. Sumber storyline

diambil dari penuturan cerita tua-tua adat Talaud yang diterjemahkan oleh Bapak Dantje Gumolung dan K. Pangemanan berdasarkan sumber dokumen yang telah diperoleh dalam bentuk literatur dan makalah. Tahap kesengsaraan dimulai ketika Woi Wulabulaen ketahuan mencuri padi si Ular Besar (Atoan) dan ia harus memperjuangkan kehidupan anak-anaknya setelah ia melahirkan agar tidak dibunuh dan diambil Atoan. Tahap perjuangan terjadi ketika Woiwulabulaen berserta anak-anaknya melarikan diri dari Atoan dan tahap klimaks terjadi ketika perkelahian sengit antara Wonte Ratu Adio dengan Atoan sampai Atoan membelah pulau Sarra menjadi dua. Tahap ending terjadi ketika Atoan memakan pinang, sirih dan tembakau yang diberikan oleh Mannatta dan Daralos sampai akhirnya ia mati dan menjadi batu.

Di dalam storyline juga dimasukkan gambaran teknik Pop Up yang akan digunakan sesuai dengan peristiwa penting yang terjadi, setelah itu dilanjutkan dengan pembuatan sketsa dimana dalam pembuatannya termasuk layout dan bentuk Pop Up yang digunakan. Sketsa yang dibuat yaitu sketsa karakter seperti

Atoan (Si Ular Besar), Woi Wulabulaen yang berperan sebagai ibu, ketujuh anak laki-laki Woi Wulabulaen yaitu Wonte Ratu Adio, Wonte Wulawan, Wonte Pera,

Wonte Tembaga, Wonte Salaa, Wonte Ulu, Wonte Bambolo dan anak bungsu perempuan yaitu Putri Errusuello. Selain itu dibuat juga sketsa ilustrasi halaman buku serta Pop Up yang akan digunakan. Ilustrasi yang dipilih berupa kartun tapi sedikit realistis. Kemudian sketsa yang sudah jadi dipindai ke komputer untuk diberi pewarnaan.

Pada waktu pewarnaan komposisi warna digital perlu diperhatikan agar tidak tabrakan dengan warna lainnya, selain itu pengaturan warna pada convert profil

(17)

8

halaman buku, dua diantaranya informasi narasumber cerita dan informasi keberadaan legenda batu ular, dan sisanya cerita rakyat legenda batu ular. Berikut merupakan sumber perancangan sketsa yang diperoleh dari penelitian Alffian Walukow, dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.

Gambar 4 Sketsa karakter dan pewarnaannya

Gambar 2 Laku Bali Rakyat biasa model kreasi baru, Laku Bali (Pakaian laki-laki) dan Laku Tepu (Pakaian perempuan) sekitar tahun 1920-an, dan baju perang

(18)

9

Gambar 4 merupakan sketsa dan pewarnaan tiap karakter dalam buku Pop Up

cerita rakyat Talaud. Gambar dari kiri ke kanan adalah Atoan, Mannata dan

Daralos, Woi Wulabulaen, Kadal, Biawak, dan terakhir yang dibawahnya adalah anak-anak Woi Wulabulaen. Teknik Pop Up yang digunakan dalam perancnagan ini, dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Teknik Pop Up dari kiri ke kanan V-fold, Parallelogram, 450 Fold , Miscelllaneous Mechanism, Slide, Pivot dan Hub

(19)

10

Gambar 6 merupakan sketsa pola halaman yang sudah diwarnai. Gambar kiri adalah pola-pola yang dalam perancangan dibentuk menjadi Pop Up, sedangkan gambar kanan merupakan lembaran halaman yang dilipat menjadi dua sebagai tempat direkatkannya pola-pola pada gambar disebelah kiri.

4. Hasil dan Pembahasan

Hasil desain berupa dummy buku Pop Up cerita rakyat Talaud “Legenda

Batu Ular”. Pengambilan judul buku Legenda Batu Ular didasarkan pada bukti legenda yang paling menonjol di Talaud seperti terbentuknya pulau Sarra dan

Puangkatoan (kepala ular) yang masih ada di Talaud sampai sekarang dan sebagai salah satu dari cerita rakyat yang di ketahui oleh sebagian kecil anak-anak Talaud dari data awal yang diperoleh. Pop Up dalam buku merupakan bagian yang berperan dalam menarik minat anak-anak untuk mengenal cerita rakyat Talaud Legenda Batu Ular selain dari tampilannya yang memiliki warna dan teknik penggambaran gaya semirealis untuk ilustrasi buku cerita.

Cover depan buku Pop Up cerita rakyat Talaud “Legenda Batu Ular”

memperlihatkan ilustrasi kepala naga atau yang disebut oleh orang Talaud sebagai ular besar (Atoan). Ilustrasi kepala Atoan ditonjolkan dalam cover buku ini agar menarik anak-anak untuk mengenal tokoh utama dalam cerita ini sebagai bagian cerita yang melegenda di Talaud. Ekspresi marah menunjukan sifat dari sang tokoh legenda ini. Ukuran font judul lebih besar dari sub judul dan ilustrator dengan maksud agar pembaca melihat dan membaca terlebih dahulu judul dan ilustrasi sebagai bagian utama yang hendak ditonjolkan dalam cerita rakyat ini. Pada cover buku terdapat motif hias kerawang sebagai motif hias yang biasa penempatan apabila buku akan dicetak dan diterbitkan. Warna dominan buku adalah ungu sebagai warna dominan daerah Talaud yang memiliki unsur religius berdasarkan data yang diperoleh dalam sejarah kebudayaan sangihe dan Talaud. Tampilan cover depan dan belakang dapat dilihat pada Gambar 6.

(20)

11

Isi buku berjumlah 14 halaman diantaranya halaman pertama berisi narasumber cerita, halaman kedua sampai tiga belas berisi cerita beserta Pop Up, dan halaman terakhir berisi informasi mengenai keberadaan legenda batu ular yang ada di Talaud. Jenis Pop Up yang terdapat pada halaman cerita menyesuaikan dengan ilustrasinya. Jenis Pop Up dibuat lebih banyak variasi agar menarik anak-anak untuk mengetahui kelanjutan cerita dengan kejutan-kejutan

Pop Up yang berbeda di tiap halamannya. Tata letak penulisan cerita rata-rata terletak di sudut halaman, hal ini dimaksudkan untuk menyeimbangkan tebal halaman pada Pop Up yang berpusat di tengah halaman dan agar supaya memudahkan dalam membaca dengan ruang yang cukup. Isi buku tidak hanya memperlihatkan keunikan Pop Up tapi juga ciri khas daerah Talaud seperti rumah adat, perahu, baju adat, burung endemik Talaud, dan kekayaan alam Talaud. Tampilan isi buku dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9.

Gambar 9 Hal 2-13 buku Pop Up cerita rakyat Talaud legenda batu ular

(21)

12

Tabel 1. Hasil pengujian kepada anak SD kelas 3 dan 4 SDN Inpres Melonguane di Talaud Pengujian hasil perancangan berupa pengujian kuantitatif dan pengujian kualitatif. Pengujian kualitatif ditujukan kepada dua orang guru wali kelas 3 dan 4, satu orang perwakilan dari Dinas Pariwisata dan budaya di Talaud serta salah satu tokoh masyarakat Talaud. Alasan pengujian terhadap Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dikarenakan cerita rakyat dan adat Talaud merupakan bagian dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Menurut wawancara dengan guru wali kelas di SDN Inpres Melonguane, buku Pop Up cerita rakyat Talaud unik dan menarik bagi anak-anak juga orang dewasa. Dengan adanya media buku ini anak-anak bisa mengenal cerita rakyat Talaud sebagai budaya daerahnya, selain itu buku ini juga bisa dijadikan bahan ajaran untuk pelajaran muatan lokal.

Menurut perwakilan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan di Talaud Bapak Marxison Gumolung, hasil perancangan sudah bagus dan menarik, cocok untuk bacaan anak-anak Paud sampai SD kelas 4 dilihat dari ilustrasi yang dibuat. Buku

Pop Up ini perlu untuk ditindaklanjuti agar dilipatgandakan dan didistribusikan ditiap-tiap sekolah yang ada di Talaud dengan persetujuan Bupati. Sebaiknya juga dilengkapi dengan dokumen HAKI sehingga bisa lebih meyakinkan untuk mempromosikan buku ini kedepan.

Menurut salah satu tokoh masyarakat Bapak Jemri Maarende perancangan buku Pop Up cerita rakyat Talaud sangat layak diterima anak-anak sebagai upaya untuk melestarikan cerita rakyat yang ada di Talaud. Pengujian kuantitatif ditujukan kepada anak-anak umur 9-10 tahun di sekolah SDN Inpres Melonguane dengan jumlah responden sebanyak 50 orang menggunakan kuesioner. Berikut merupakan hasil dari pengujian kepada anak-anak SD kelas 3 dan 4 dapat dilihat pada Tabel 1.

1 Apakah adik suka buku cerita rakyat Legenda

Batu Ular Talaud? 0 0 0 6 44

mengenal cerita rakyat Talaud “Legenda batu

Ular”? 0 0 0 18 32

5 Apakah setelah membaca buku ini, adik mendapatkan pesan moral daricerita rakyat Talaud

“Legenda Batu Ular”? 0 0 0 18 32

6 Apakah dengan membaca buku ini, adik tertarik untuk membaca buku Pop Up cerita rakyat Talaud lainnya ?

(22)

13

Jumlah poin 0 3 2 76 219

Total poin keseluruhan 0 + 3 + 2 + 76 + 219 = 300

Dari tabel tersebut dihitung persentase likert dengan rumus sebagai berikut:

Hasil perhitungan akhirnya ialah = Total skor / Y x 100

= 1411 / 1500 x 100

= 94.06% (masuk interval “sangat setuju”)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa anak-anak sangat menyukai buku Pop Up cerita rakyat Talaud, baik dari segi konten pewarnaan, tokoh, pesan moral yang diperoleh, dan versi cerita rakyat lainnya jika tersedia buku Pop Up

cerita rakyat Talaud lainnya, serta melalui perancangan ini anak-anak bisa

mengenal cerita rakyat Talaud “Legenda Batu Ular” berdasarkan hasil persentase

dari total keseluruhan yaitu sebesar 94,06 %.

5. Simpulan

Berdasarkan hasil pengujian terhadap Anak-anak SD Kelas 3 dan 4 dan wawancara kepada Guru, Dinas Pariwisata dan salah satu tokoh masyarakat maka perancangan buku Pop Up Cerita Rakyat Talaud “Legenda Batu Ular” telah berhasil memperkenalkan cerita rakyat Talaud kepada anak-anak dilihat dari ketertarikan murid-murid untuk membaca, dari segi konten yang disukai seperti gambar, warna, dan Pop Up didalamnya, juga pesan moral yang didapat anak-anak didik. Saran kedepan untuk pengembangan lebih lanjut buku Pop Up cerita rakyat Talaud yaitu Pemerintah Talaud dapat mendukung dan melipatgandakan buku Pop Upcerita rakyat Talaud “Legenda Batu Ular” guna melestarikan cerita

rakyat yang ada di Talaud. Sangat disarankan juga untuk membuat versi cerita rakyat Talaud lainnya dalam bentuk Pop Up untuk memperkaya wawasan generasi muda Talaud tentang budaya didaerahnya.

6. Daftar Pustaka

[1] Danandjaja, James, 1984 , Folklor Indonesia; Ilmu Gosip, dongeng, Dan Lain-lain, Jakarta : PT Pustaka Utama Grafiti.

[2] Pambudi, Agung, 2014, Ribuan cerita rakyat belum tercatat. http://www.antaranews.com/berita/465006/ribuan-cerita-rakyat-belum-tercatat, (diakses pada tanggal 29 November 2014).

[3] Endraswara, Suwardi, 2009, Metodologi Penelitian Foklor (Konsep, Teori dan Aplikasi), Yogyakarta : MedPress.

[4] Zuchdi, Darmiati dan Budhiasih, 1997, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah, Jakarta : Depdikbud.

(23)

14 Pembentukan Kabupaten Kepulauan Talaud, Jakarta : Lembaran Negara RI Tahun 2002, No. 21, Sekretariat Negara.

[8] Walukow, Allfian, 2009, Kebudayaan Sangihe, Lenganeng : tidak diterbitkan.

[9] Pusat Bahasa Depdiknas, 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga), Jakarta : Balai Pustaka.

[10] Danandjaja, James, 1984, Folklor Indonesia; Ilmu Gosip, dongeng, Dan Lain-lain, Jakarta : PT Pustaka Utama Grafiti.

[11] Birmingham, Duncan, 2006, Pop Up! A Manual of Paper Mechanism, United Kingdom : Tarquin Publication.

[12] Kurikulum 2013, 2014, Seni Budaya untuk SMP/MTs Kelas VIII Semester I, Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

[13] Gumelar, M. S., 2011, Comic making, Jakarta : Indeks.

[14] Kamus bisnis, Definisi Target Audience, businessdictionary.com, (diakses pada tanggal 4 Juni 2015).

[15] Soewignjo, Santosa, 2013, Seni Mengatur Komposisi Warna Digital.

Yogyakarta : TAKA Publisher.

[16] Hendratman, Hendi, 2006, Tip & Trix Computer Graphic, Bandung : Informatika.

Gambar

Gambar 1.
Gambar 2 Laku Bali Rakyat biasa model kreasi baru, Laku Bali (Pakaian laki-laki) dan Laku
Gambar 5 Teknik Pop Up dari kiri ke kanan V-fold, Parallelogram, 450 Fold ,
Gambar 7 Cover buku Pop Up cerita rakyat Talaud legenda batu ular
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dengan dibuatnya Tugas Akhir ini diharapkan dapat membantu pengembang aplikasi dalam mengetahui bugs dari aplikasi Pemantauan Kegiatan Siswa dan mengurangi bugs

◦ Diversional : maksudnya berusaha memecahkan masalah dan mengalihkan perhatian (menghindari neurosis), terutama bagi individu yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan...

Sebagai kesimpulan, kondisi ekologi ekosistem mangrove di Desa Bahoi dikategorikan baik, dan disadari bermanfaat bagi masyarakat dalam fungsi ekologis sebagai pencegah abrasi

perusahaan. Firm size tidak berpengaruh pada manajemen laba. Perusahaan besar tentu akan lebih mendapatkan perhatian oleh masyarakat, dengan demikian membuat perusahaan

Faktor-faktor yang berhubungan signifikan dengan status gizi balita adalah tinggi badan ibu, tingkat kecukupan energi dan protein balita dan panjang badan lahir

Kemudian penelitian ini juga menguji pengaruh moderasi variabel kepemilikan manajerial terhadap hubungan antara diversifikasi dan kinerja perusahaan.. Penelitian ini menggunakan

Sumber: Hasil Analisis, 2018 Gambar 5.24 Diagram Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Faktor Harga Responden Kecamatan Bukit Raya sangat mempertimbangkan harga lahan,

Pilihan tersebut pula didasarkan kepada kemampuan dan kesesuaian komponen berkenaan untuk memungkinkan ilmu atau pemikiran (dalam bentuk wacana yang