• Tidak ada hasil yang ditemukan

KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM ERA OTONOMI DAERAH (Studi Kasus Pemerintah Daerah Kota Magelang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM ERA OTONOMI DAERAH (Studi Kasus Pemerintah Daerah Kota Magelang)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

(Riset Akuntansi Keuangan) http://jurnal.untidar.ac.id/index.php/RAK

wahyudi_arridho@yahoo.co.id P-ISSN: 2541-1209

evawulandari@untidar.ac.id E-ISSN: 2580-0213

KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

DALAM ERA OTONOMI DAERAH

(Studi Kasus Pemerintah Daerah Kota Magelang)

FINANCIAL REGIONAL FINANCIAL PERFORMANCE IN AUTONOMY REGIONAL ERA

(Case Study of Local Government of Magelang City)

Oleh: Muhamad Wahyudi1, Eva Wulandari2

1Jurusan Akuntansi FE UNTIDAR 2Jurusan Akuntansi FE UNTIDAR

Jl. Kapten S. Parman No. 39Magelang 56116 Indonesia

wahyudi_arridho@yahoo.co.id evawulandari@untidar.ac.id Info artikel Riwayat artikel Penyerahan Juli 2017 Diterima Serptember 2017 Diterbitkan Oktober 2017 Keywords: Financial Performance, Ratio, Share and Growth

Abstrak

Akuntabilitas Pemerintah Daerah ditunjukkan melalui pengelolaan anggaran daerah secara ekonomis, efisien dan efektif. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana kinerja dan kemampuan keuangan Pemerintah Kota Magelang dengan rasio keuangan dan analisisShare Growth. Data yang digunakan berupa Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2012 sampai dengan 2016. Menggunakan metode studi kasus dan pendekatan deskriptif. Metode analisis yang digunakan adalah metode statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja keuangan daerah belum konsisten, dimana mengalami trend positif dan trend

negatif. Kemandirian pemerintah dalam membiayai

kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat masih kurang.

Abstract

Local Government Accountability is demonstrated through the management of regional budgets in an economical, efficient and effective manner. The purpose of this study to determine how the performance and financial capacity of the Government of Magelang with financial ratios and Share Growth analysis. Data used in the Budget Realization Report of the 2012 Budget Year to 2016. Using case study method and descriptive approach. The method of analysis used is descriptive statistical method. The results showed that the financial performance of the region has not been consistent, which experienced a positive trend and negative trend. The independence of the government in financing government activities, development and service to the community is still lacking.

(2)

Pendahuluan

Menurut Mahmudi (2010: 2) terkait dengan tugas untuk menegakkan akuntabilitas dan keadilan, Pemerintah Daerah bertanggung jawab untuk mempublikasikan laporan keuangan kepada pemangku kepenting. Sularso & Restianto, (2011). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, laporan keuangan berperan untuk memberikan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan transaksi selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan Pemerintah Daerah juga berfungsi sebagai dasar pengambilan keputusan. Oleh sebab itu laporan harus dibuat secara sederhana agar mudah dipahami oleh pembaca. Meskipun laporan keuangan sudah bersifat general purposive, artinya dibuat lebih umum dan sesederhana mungkin untuk memenuhi kebutuhan informasi semua pihak, tetapi tidak semua pembaca laporan dapat memahami laporan tersebut dengan baik. Ketidakmampuan memahami dan menginterpretasikan laporan keuangan tersebut perlu dibantu dengan analisis laporan keuangan.

Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keuangan daerah yang disajikan dalam laporan keuangan perlu dilakukan analisa laporan keuangan dengan teknik-teknik tertentu. Salah satu teknik yang paling banyak digunakan untuk menganalisis laporan keuangan adalah Analisis Rasio Keuangan yaitu suatu ukuran untuk mengidentifikasi ciri-ciri keuangan berdasarkan laporan keuangan yang tersedia. Analisis Rasio Keuangan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dilakukan dengan cara mengitung Kinerja Keuangan Daerah dan Kemampuan Keuangan Daerah. Ada beberapa cara untuk menghitung Kinerja Keuangan Daerah, diantaranya adalah

dengan mengitung Rasio Kemandirian, Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal, Rasio Efektifitas, Rasio Efisiensi, dan Rasio Keserasian Belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Sedangkan untuk menghitung Kemampuan Keuangan Daerah, yaitu dengan cara menghitung

Share dan Growth, Peta Kemampuan

Keuangan Daerah, dan Indeks Kemampuan Keuangan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Perlunya analisa laporan keuangan pemerintah daerah digunakan untuk menilai akuntabilitas dan kemampuan keuangan daerah dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Kinerja keuangan adalah suatu ukuran kinerja yang menggunakan indikator keuangan. Menurut Halim (2008) analisis keuangan adalah usaha mengidentifikasi ciri-ciri keuangan berdasarkan laporan keuangan yang tersedia. Pengukuran kinerja keuangan untuk kepentingan publik dapat dijadikan evaluasi dan memulihkan kinerja dengan pembanding skema kerja dan pelaksanaannya. Selain itu dapat juga digunakan sebagai tolak ukur untuk peningkatan kinerja khususnya keuangan pemerintah daerah pada periode berikutnya.

METODE PENELTIAN

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Magelang Tahun Anggaran 2012 sampai dengan 2016. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan deskriptif. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik deskriptif. Dalam penelitian ini penulis menggambarkan hasil perhitungan dan grafik Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belaja Daerah Kota Magelang tahun Anggaran 2008-2012. Kemudian dari grafik tersebut ditarik kesimpulan berkenaan dengan kinerja

(3)

keuangan dan kemampuan keuangan Pemerintah Daerah Kota Magelang.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Magelang Tahun 2012-2016 yang Diukur Dengan Derajat Disentralisasi

Tabel 2. Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal APBD Kota Magelang Tahun Anggaran 2012-2018 (Dalam Rupiah) T.Agg R. PAD Total Pend Daerah Rasio DDF Kriteria DDF 2012 82.457.388.0 00 573.574. 040.000 1 4, 3 8 % Kurang 2013 107.739.838. 961 634.759. 985.140 1 6, 9 7 % Kurang 2014 164.927.631. 230 735.116. 114.407 2 2, 4 4 % Kurang 2015 186.677.410. 081 781.335. 799.509 2 3, 8 9 % Kurang 2016 178.121.571. 000 818.197. 644.000 2 1, 7 7 % Kurang Rata2 Rasio DDF 19,89 % Kurang Sumber: Ringkasan Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah Kota

Magelang Tahun Anggaran 2012-2016 (Data Diolah)

Gambar 2. Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal APBD Kota Magelang Tahun Anggaran 2012-2016

Berdasarkan data yang tercantum dalam tabel dan grafik, Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal Kota Magelang Tahun Anggaran 2012 sampai dengan tahun 2016 mengalami peningkatan setiap tahunnya, kecuali pada tahun 2016. Tahun 2016 Rasio

Derajat Desentralisasi Fiskal mengalami penurunan sebesar 2,12%. Rata-rata capaian rasio desentralisasi Fiskan APBD Kota Megelang 2012-2016 sebesar 19,89%. Dengan capaian tertinggi pada tahun 2015 sebesar 23,89%. Dengan jumlah tersebut, menurut Kriteria Derajat Desentralisasi Fiskal, Tingkat Derajat Desentralisasi Fiskal Pemerintah Daerah Kota Magelang dikatakan kurang. Hal ini menunjukkan bahwa, tingkat kewenangan dan tanggung jawab yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah cenderung kecil. Peningkatan PAD setiap periodenya menunjukkan peningkatan kinerja Pemerintah Daerah Kota Magelang. Akan tetapi, ketergantungan Pemerintah Daerah terhadap Pemerintah Pusat tergolong besar. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi PAD dalam menopang pendapatan daerah, serta peran PAD atau kemampuan keuangan daerah untuk membiayai pembangunannya sendiri kurang dari 20%, sehingga dapat disimpulkan bahwa kurangnya kemampuan Pemerintah Daerah Kota Magelang dalam melaksanakan penyelenggaraan desentralisasi. Atau dengan kata lain juga dapat disimpulkan bahwa pemerintah pusat pelimpahan wewenang kepada Kota Magelang tergolong rendah. Rasio desentralisasi ini berbanding lurus dengan rasio kemandirian. Semakin besar rasio kemandirian makan semakin besar pula rasio desentralisasi. Yang berarti bahwa semakin besar PAD yang diperoleh Kota Magelang maka akan diikuti semakin besar pula pelimpahan wewenang yang diberikan oleh pemerintah pusat.

Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Magelang Tahun 2012-2016 yang diukur dengan Rasio Kemandirian.

(4)

Tabel 3. Rasio Kemandirian Kota Magelang Tahun Anggaran 2012-2018 (Dalam Rupiah) T.A Realisasi PAD Sumber Dana Eksternal Rasio DDF Krite ria DDF 2012 82.457.388.000 488.402.845.132 16,88 Rendah 2013 107.739.838.961 527.020.146.179 20,44 Rendah 2014 164.927.631.230 561.180.543.171 29,39 Rendah 2015 186.677.410.081 594.626.907.896 31,39 Rendah 2016 178.121.571.000 613.654.914.000 29,03 Rendah

Rata-rata Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal 25,43 Kurang Sumber: Ringkasan Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah Kota Magelang Tahun Anggaran 2012-2016 (Data Diolah)

Gambar 3. Ringkasan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Magelang Tahun Anggaran 2012-2016 (Data Diolah)

Kinerja Pemerintah Kota Magelang yang diukur dengan rasio kemandirian menunjukkan bahwa, kemandirian Pemerintah Kota Magelang dalam menyelenggarakan pembangunan yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat kurun waktu lima tahun terakhir capaian tertinggi rasio kemandirian adalah 31,39% pada tahun 2016. Dengan rata-rata rasio sebesar 25,43 %. Kurun waktu tahun 2012 2015 rasio kemandirian mengalami peningkatan, namun mengalami penurun ditahun 2016. Data ini menunjukkan bahwa pembiayaan pembangunan Pemerintah Kota Magelang masih sangat tergantung dana dari pemerintah pusat atau sumber eksternal.

Dengan rata-rata rasio kemandirian mencapai 25% berarti Pemerintah Kota

Magelang lebih banyak mengandalkan bantuan dari pemerintah sebesar 75% dari anggaran belanja setiap tahunnya. Dengan besarnya ketergantungan terhadap dana dari pemerintah pusat, maka dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Kota Magelang dikatakan belum mandiri. Dalam konteks Otonomi Daerah maka pelaksanaan otonomi daerah di Kota Magelang belum berjalana efektif. Oleh sebab itu diperlukan upaya yang serius untuk meningkatkan penerimaan yang bersumber dari daerah (PAD). Sumber-sumber penerimaan yang masih potensial untuk dimaksimalkan harus dikelola dengan sungguh-sungguh seperti sektor pariwisata dan jasa. Sektor ini merupakan sektor utama pendapatan asli daerah yang menopang anggaran penerimaan Kota Magelang.

Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Magelang Tahun 2012-2016 yang diukur dengan Rasio Efektivitas

Tabel 4. Persentase Pelampauan dan Realisasi Pendapatan, Belanja PAD Pemda Kota Magelang Tahun 2012-2016.

Tahun Anggaran Pelampauan PAD Pendapatan Transfer Pelampauan Belanja 2012 110,74 101,07 83,54 2013 111,88 100,92 85,93 2014 132,53 102,85 83,51 2015 122,16 96,54 79,59 2016 111,57 98,92 85,68 Rata-rata 117,776 100,06 83,65

Sumber: LHP LKPD Kota Magelang Tahun 2012-2016, diolah (2017)

(5)

Gambar 4. Ringkasan Pelampauan Realisasi Anggaran Kota Magelang Tahun Anggaran 2012-2016 (Data Diolah)

Disisi lain pelampauan pencapaian rasio efektivitas ini juga bisa dimaknai sebagai rasio yang mencerminkan angka-angka prestise semata. Angka yang sengaja dipatok untuk mendapatkan penilaian publik bahwa pemerintah telah berkerja secara efektif. Hal ini juga dipertegas dengan data dari prosentase penerimaan dana transfer atau dana dari pemerintah pusat. Dengan prosentase rata-rata lebih dari 100% menjunjukkan pemerintah daerah lebih banyak mengandalkan bantuan pemerintah pusat dalam pembiayaan pembangunan daerah.

Hal yang cukup kontras jika rasio efektivitas dibandikan dengan prosentase pelampauan anggaran belanja. Kinerja pemerintah Kota Magelang dapat dikatakan biasanya saja. Hal ini dapat dilihat dari prosentase pelampauan belanja dimana dalam kurun waktu lima tahun terakhir hanya mampu menyerap rata-rata sebesar 83% dari APBD yang direncanakan. Ini berarti ada sekitar 17% anggaran yang tidak terserap. Oleh sebab itu perlu kiranya pemerintah melakukan evaluasi yang menyeluruh atas kinerja dari masing-masing SKPD.

Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Magelang Tahun 2012-2016 yang diukur dengan Rasio Keserasian Belanja

Tabel 5. Persentase Rasio Keserasian Belanja Daerah Pemerintah Kota Magelang Tahun 2012-2016. Tahun Angga ran Realisasi Belanja Langsung Total Belanja Rasio Keserasian Belanja 2012 273.309.643.0 00 536.346.689.40 2 50,96% 2013 291.754.005.0 00 630.850.717.35 7 46,25% 2014 327.599.023.0 00 682.223.870.40 7 48,02% 2015 373.785.178.0 00 735.860.862.15 0 50,80% 2016 454.035.623.0 00 881.415.644.00 0 51,51%

Rata-rata Rasio Keserasian 49,51%

Sumber: LHP LKPD Kota Magelang Tahun 2012-2016, diolah (2017)

Gambar 5. Ringkasan Prosentase Keserasian Anggaran Kota Magelang Tahun Anggaran 2012-2016 (Data Diolah)

Kinerja keuangan pemerintah Kota Magelang yang diukur dari rasio keserasian anggaran dengan rata-rata rasio mencapai 49%. Ini berarti 50% anggaran belanja Kota Magelang kurun waktu lima tahun terakhir dialokasikan untuk belanja tidak langsung. Yakni belanja yang tidak secara langsung dirasakan oleh masyarakat. Jika dihubungkan dengan rasio serapan anggaran sebagaimana dalam tabel 3 di atas diamana rata-rata rasio pelampuan belanja daerah hanya sebesar 83%. Maka dapat dimaknai bahwa kinerja dari sektor ini dikatan tidak efektif. Keserasian anggaran belum mencerminkan keberpihakan anggaran yang disusun pemerintah Kota Magelang terhadap kesejahteraan masyarakat masih minim. Perlu kiranya pemerintah daerah memperbaiki kebijakan penganggaran dengan mengalokasikan prosesntase belanja langsung yang lebih besar dibandingkan dengan belanja tidak langsung.

Analisa Kemampuan Keuangan Pemerintah Kota Magelang tahun 2012-2016

(6)

Tabel 6. Ringkasan Prosentase Pertumbuhan PAD Pemerintah Kota Magelang Tahun 2012-2016

Tahun Anggar an

PAD Total Belanja Nilai

2012 82.457.388.000 536.346.689.402 15,37%

2013 107.739.838.961 630.850.717.357 17,08%

2014 164.927.631.230 682.223.870.407 24,18%

2015 186.677.410.081 735.860.862.150 25,37%

2016 178.121.571.000 881.415.644.000 20,21%

Rata-rata Rasio Keserasian 20,44%

Sumber: LHP LKPD Kota Magelang Tahun 2012-2016, diolah (2017)

Gambar 6. Ringkasan Nilai Share PAD terhadap Total Belanja Pemerintah Kota Magelang Tahun 2012-2016

Share merupakan rasio PAD terhadap belanja rutin dan belanja pembangunan daerah. Rasio ini mengukur seberapa jauh kemampuan daerah membiayai kegiatan rutin dan kegiatan pembangunan. Jika memperhatikan data pada tabel 5 dan gambar 6 diatas. Diketahui bahwa kemampuan PAD Kota Magelang dalam membiayai belanja daerah selama kurun waktu lima tahun terakhir hanya mampu menyumbang rata-rata sebesar 20%, yang bisa dimkanai sangat kurang. Dengan kata lain Kota Magelang masih mengandalkan bantuan dari pemerintah pusat untuk membiayai pembangunan di daerah. Hal ini relevan jika dikomparasikan dengan prsosentase pertumbuhan PAD selama kurun waktu lima tahun terakhir yang hanya mencapai rata-rata 23% pertahuannya.

Tabel 7. Ringkasan Prosentase Pertumbuhan PAD Pemerintah Kota Magelang Tahun 2012-2016

Tahun

Anggaran PAD Pertumbuhan

2012 82.457.388.000 2013 107.739.838.961 131% 2014 164.927.631.230 153% 2015 186.677.410.081 113% 2016 178.121.571.000 95% Rata-rata pertumbuhan 123%

Sumber: LHP LKPD Kota Magelang Tahun 2012-2016, diolah (2017)

Gambar 7. Ringkasan Prosentase

Pertumbuha PAD Pemerintah Kota Magelang Tahun 2012-2016

Bahkan jika memperhatikan gambar 7, terlihat bahwa pertumbuhan PAD Kota Magelang cenderung mengalami penurunan pertumbuhan dalam waktu tiga tahun terakhir. Perlu kiranya dilakukan evaluasi mengapa terjadi penurunan pertumbuhan. Karena dalam konteks otonomi daerah, dimana semangat dari otonomi daerah adalah kemandirian daerah dalam mengelola sumber daya. Maka dari itu tugas pemerintah daerah adalah memaksimalkan potensi sumber-sumber PAD menjadi penopang utama anggaran daerah tersebut.

Dari perhitungan Share dan Growth

terhadap ringkasan Laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Magelang tahun 2012-2016, maka diperoleh Share sebesar rata-rata 20,44% dan Growth sebesar 123%, kemudian dengan pemetaan kemampuan keuangan daerah berdasarkan metode Kuadran, Kota Magelang berada pada Kuadran IV, yaitu kondisi yang paling tidak ideal, dimana Peran

(7)

PAD belum mengambil peran yang besar dalam Total Belanja, dan daerah belum mempunyai kemampuan mengembangkan potensi lokal. Sumbangan PAD terhadap Total Belanja dan pertumbuhan PAD terhadap Total Belanja dan pertumbuhan PAD rendah

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa, rata-rata kinerja keuangan daerah yang belum stabil atau belum begitu baik. Dimana hasil perhitungan setiap tahun mengalami trend yang positif dan trend yang negatif. Hal ini disebabkan Pemerintah Kota Magelang masih kurang mampu dalam menciptakan kemandirian dan kemampuan pemerintah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat. Ini dapat dijelaskan dari hasil penelitian yang mengguanakan beberapa rasio keuangan antara lain rasio kemandirian, rasio derajat desentrali fiskal, rasio efektifitas, rasio efisiensi, rasio keserasian belanja, serta dengan analisis kemampuan keuangan daerah.

Adapun saran yang diajukan oleh peneliti adalah diharapkan Pemerintah Kota Magelang dapat meningkatkan PAD dengan mengoptimalkan penerimaan dari sektor jasa dan perdagangan sebagai ujung tombak perekonomian Kota Magelang, untuk mengurangi tingkat ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat.

DAFTARPUSTAKA

Afiyah M, Nur & Yuyun Wiendyawati. (2012). Analisis PDRB Kota Magelang Tahun 2013, Magelang: Badan Pusat Statistik Kota Magelang. Andita Puspita Wardhani. (2011). “Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Salatiga Tahun 2005-2010”. Skripsi. Universitas Kristen Satya Wacana. Aulia Zhufinsa Nur Rahmatina. (2011).

“Analisis Rasio Keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Bandung Tahun Anggaran

20052009”. Skripsi. Institut Manajemen Telkom Bandung.

BAPPENAS. 2003. Peta Kemampuan Keuangan Provinsi Dalam Era Otonomi Daerah. Direktorat Pengembangan Otonomi Daerah. Ekonomi, Sosial, dan Politik, Yogyakarta:

Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN Bisma, I Dewa Gde & Hery Susanto.

(2010). “Evaluasi Kinerja Keuangan Daerah Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun Anggaran 2003–2007”. Jurnal. GaneÇ Swara Edisi Khusus Vol. 4 No.3, Mataram. Halim, Abdul. (2007). Akuntansi Keuangan

Daerah-Akuntansi Sektor Publik, Jakarta: Salemba Empat.

Halim, Abdul & Muhammad Syam Kusufi. (2012). Akuntansi Keuangan DaerahAkuntansi Sektor Publik, Jakarta: Salemba Empat.

Harahap, Sofyan Syafri. (2011). Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Jakarta: Rajawali Pers.

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. (2010). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Mahmudi. (2010). Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah-Panduan Bagi Eksekutif, DPRD, dan Masyarakat Dalam Pengambilan Keputusan Ekonomi, Sosial, dan Politik, Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.

Mahsun, Moh., Firma Sulistyowati & Heribertus Andre Purwanugraha. (2011). Akuntansi Sektor Publik, Yogyakarta: BPFE.

Martani, Dwi. (2011). PSAK 1 Penyajian Laporan Keuangan Revisi 2013. Departemen Akuntansi FE UI.

Diakses dari

http://staff.blog.ui.ac.id/martani pada 8 September 2014 jam 10.30 WIB. Halim, Abdul. (2008). Akuntansi Keuangan

Daerah-Akuntansi Sektor Publik, Jakarta: Salemba Empat.

(8)

Halim, Abdul & Muhammad Syam Kusufi. (2012). Akuntansi Keuangan DaerahAkuntansi Sektor Publik, Jakarta: Salemba Empat.

Mahmudi. (2010). Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah-Panduan Bagi Eksekutif, DPRD, dan Masyarakat Dalam Pengambilan Keputusan

Menteri Dalam Negeri. 2014. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2014 Tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015. Pemerintah Kota. Visi dan Misi Kota

Magelang. Diakses dari http://www.magelangkota.go.id/direkt ori/kategori/sekilas-kota/visi-danmisi pada 30 Juni 2014, jam 07.22 WIB. Republik Indonesia. 1975. Pasal 30

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1975. Akuntansi Keuangan Daerah-Akuntansi Sektor Publik.

. 1975. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1975. Akuntansi Keuangan Daerah-Akuntansi Sektor Publik. Sarwono, Jonathan. (2006). Metode

Penelitian kuantitatif & kualitatif, Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu. Ulum, Ihyahul. (2009). Audit Sektor

Publik, Jakarta: PT Bumi Aksara. Yin, Robert K. (2006). Studi Kasus-Desain

& Metode, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Gambar

Tabel  4.  Persentase  Pelampauan  dan  Realisasi  Pendapatan,  Belanja  PAD  Pemda Kota Magelang Tahun 2012-2016
Gambar 4. Ringkasan Pelampauan Realisasi  Anggaran  Kota  Magelang  Tahun  Anggaran  2012-2016  (Data Diolah)
Gambar  6.  Ringkasan  Nilai  Share  PAD  terhadap  Total  Belanja  Pemerintah  Kota  Magelang  Tahun 2012-2016

Referensi

Dokumen terkait

Pengangkutan Sampah dari Sumbernya dan/atau lokasi pembuangan 2.800.000.000,00 sementara ke lokasi pembuangan/pembuangan akhir

[r]

dengan televisi terutama film India dapat terjadi ketika penonton film yang berlebihan dibarengi dengan ketergantungan dan dorongan emosi yang hampir sama dengan yang

- Memberikan wewenang kepada Dewan Komisaris Perseroan untuk menunjuk Akuntan Publik dan/atau Kantor Akuntan Publik, dengan kriteria Independen dan terdaftar di

Lalu kita juga akan selalu menemukan orang yang melakukan pekerjaan yang tidak sebaik kita dan itu membuat kita bangga dan bermegah diri.. Kedua hal ini akan mengacaukan

 Kiranya dapat disampaikan himbauan agar para wajib zakat fitri untuk bisa menyegerakan mengeluarkan zakat fitri atau tidak terlalu dekat dengan hari raya Idul Fitri,

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor wood Indonesia di negara Cina, Singapura, dan Malaysia terdiri dari faktor harga ekspor riil, harga substitusi (harga ekspor

Peraturan Daerah yang dibentuk Pemerintah Daerah Kota Magelang yaitu Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 13 Tahun 2013 tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki