• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Metode Konstruksi Dalam Mewujudkan Green Construction ( Studi Kasus: Pekerjaan Tanah Pada Proyek Jalan )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penerapan Metode Konstruksi Dalam Mewujudkan Green Construction ( Studi Kasus: Pekerjaan Tanah Pada Proyek Jalan )"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE KONSTRUKSI

DALAM MEWUJUDKAN

GREEN CONSTRUCTION

( STUDI KASUS: PEKERJAAN TANAH PADA PROYEK JALAN )

I Wayan Jawat1)

1) Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

ABSTRAK

Setiap proyek konstruksi selalu membutuhkan sumberdaya proyek(project resource) sebagai komponen input dalam proses konstruksi. Ada 5 (lima) sumber daya proyek, yaitu pekerja (man), material (material), metode ( methode ), alat (machine), uang (money). Material bangunan dan alat bersifat tetap pada bangunan yang merupakan faktor penting jika suatu proyek diharapkan termasuk proyek hijau (green construction).

Pemilihan metode konstruksi yang tepat akan menghasilkan keuntungan efisiensi proses konstruksi berupa keuntungan finansial. Dalam aspek lingkungan, efisiensi proses konstruksi berpotensi untuk memperpendek durasi konstruksi dan mereduksi waktu operasional berbagai peralatan yang terkait, sehingga konsumsi energi menjadi lebih sedikit dan berpengaruh pada menurunnya emisi CO2 ekivalen.

Dalam mewujudkan green construction sebagai bagian dari sustainable construction hendaknya memperhitungkan dampak terhadap operasional bangunan maupun proses desain berupa umpan balik (feed back) yang bersumber dari pengalaman konstruksi.

(2)

1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Tahap konstruksi merupakan tahap yang perlu mendapat perhatian agar tujuan utama menghasilkan proyek yang berkualitas dapat tercapai. Dalam tahap konstruksi, pengelola proyek hendaknya mempertimbangkan aspek positif dan negatif yang akan terjadi pada tahap berikutnya, yaitu tahap operasional.

Keuntungan kontraktor akan diperoleh bila tepat dalam menerapkan metode konstruksi di lokasi proyek. Berbeda metode konstruksi pasti berbeda pula kebutuhan sunberdayanya, limbah yang dihasilkan, dan hampir dapat dipastikan berbeda dalam capaian tujuan proyek dalam aspek biaya, mutu dan waktu.

Secara prinsip, metode pelaksanaan pekerjaan galian dan timbunan pada proyek pembangunan jalan menggunakan metode pelaksanaan pemindahan tanah mekanis yang dilakukan dengan menggunakan alat ± alat berat.

Tahap pelaksanaan konstruksi membutuhkan berbagai alat bantu dari yang sederhana hingga berteknologi tinggi sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Keberadaan peralatan konstruksi tidak lain adalah mendukung proses sehingga dimungkinkan tercapainya efisiensi yang baik guna mencapai target yang telah ditetapkan. Disadari atau tidak, keberadaan peralatan konstruksi ini ikut memberikan konstribusi terjadinya pemanasan global yang diakibatkan oleh buangan bahan bakar dari berbagai jenis peralatan yang digunakan dan dirasakan

berkontribusi pada ketidakseimbangan alam lingkungan sekitar.

Menurut Glavinich, sebagaimana dikutip Wulfram I.Ervianto:73, Green Construction adalah suatu perencanaan dan pengaturan proyek konstruksi sesuai dengan dokumen kontrak untuk meminimalkan pengaruh proses konstruksi terhadap lingkungan.

Elemen input yang secara tidak langsung mempengaruhi timbulnya emisi CO2 ekivalen adalah metode

konstruksi, yaitu cara yang akan digunakan untuk mewujudkan bangunan berdasarkan gambar rencana dan spesifikasi teknis. Pemilihan metode konstruksi yang tepat akan menghasilkan keuntungan efisiensi proses konstruksi berupa keuntungan finansial. Dalam aspek lingkungan, efisiensi proses konstruksi berpotensi untuk memperpendek durasi konstruksi dan mereduksi waktu operasional berbagai peralatan yang terkait, sehingga konsumsi energi menjadi lebih sedikit dan berpengaruh pada menurunnya emisi CO2 ekivalen.

1.2Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut, maka permasalahan yang penulis angkat DGDODK ³Bagaimanakah penerapan metode konstruksi pekerjaan tanah pada proyek jalan dalam mewujudkan green construction´.

1.3Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui penerapan metode konstruksi pekerjaan tanah pada proyek jalan dalam mewujudkan green constrction.

(3)

1.4Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis:

a. Meningkatkan pemahaman tentang penerapan metode konstruksi pekerjaan tanah pada proyek jalan dalam mewujudkan green construction.

b. Sebagai sumbangan dalam pengembangan ilmu pengetahuan tentang metode dan peralatan konstruksi dalam mewujudkan green construction dan merupakan informasi bagi mereka yang tertarik dengan penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis:

a. Sebagai sumbangan pemikiran bagi kontraktor dalam menentukan pemilihan metode dan peralatan konstruksi dalam rangka mendukung mewujudkan green construction.

b. Memberikan masukan terhadap hasil kajian yang dilakukan sebagai upaya peningkatan pemahaman tentang metode dan peralatan konstruksi yang mendukung mewujudkan green construction.

2 LANDASAN TEORI

2.1Tahap Kegiatan dalam Proyek

Konstruksi

Kegiatan konstruksi adalah kegiatan yang harus melalui suatu proses yang panjang dan didalamnya dijumpai banyak masalah uang harus

diselesaikan. Disamping itu, dalam kegiatan konstruksi terdapat suatu rangkaian yang berurutan dan berkaitan. Kegiatan membangun berakhir pada saat dimulainya penggunaan bangunan tersebut, sehingga tahapan dari pada kegiatan dalam proyek konstruksi (Wulfram I. Ervianto, 2002:13) adalah sebagai berikut:

1. Tahap Studi Kelayakan (feasibility study)

Tujuan dari tahap ini adalah untuk meyakinkan pemilik proyek bahwa proyek konstruksi yang mengusulkannya layak untuk dilaksanakan, baik dari aspek perencanaan dan perancangan, aspek ekonomi (biaya dan sumber pendanaan), maupun aspek lingkungannya.

2. Tahap Penjelasan (Breifing) Tujuan dari tahap ini adalah untuk memungkinkan pemilik proyek menjelaskan fungsi proyek dan biaya yang diizinkan, sehingga konsultan perencana dapat segera secara tepat menafsirkan keinginan pemilik proyek dan membuat tafsiran yang diperlukan.

3. Tahap Perancangan (Design) Tujuan tahap ini adalah untuk melengkapi penjelasan proyek dan menentukan tata letak, rancangan, metode konstruksi, dan taksiran biaya agar mendapat persetujuan dari pemilik proyek dan pihak berwenang yang terlibat, untuk mempersiapkan informasi pelaksanaan yang diperlukan, termasuk gambar rencana dan spesifikasi serta untuk melengkapi semua dokumen tender.

(4)

4. Tahap Pengadaan/Pelelangan (Procurement/Tender)

Tujuan dari tahap ini adalah untuk menunjukan kontraktor sebagai pelaksana atau sejumlah kontraktor sebagai sub-kontraktor yang akan melaksanakan kostruksi dilapangan.

5. Tahap Pelaksanaan (construction)

Tujuan dari tahap ini adalah untuk mewujudkan bangunan yang dibutuhkan oleh pemilik proyek yang sudah dirancang oleh konsultan perencana dalam batasan biaya dan waktu yang telah disepakati, serta dengan mutu yang disyaratkan.

6. Tahap Pemeliharaan dan Persiapan Penggunaan (maintenance and start up) Tujuan dari tahap ini adalah untuk menjamin agar bangunan yang telah selesai sesuai dengan dokumen kontrak dan semua fasilitas bekerja sebagaimana mestinya. Selain itu, pada tahap ini juga dibuat suatu catatan mengenai konstruksi berikut petunjuk operasinya dan melatih staf dalam menggunakan fasilitas yang tersedia.

2.2Tahap ± Tahap Pelaksanaan

(construction)

Pada waktu proyek memasuki tahap pelaksanaan (construction), maka pekerjaan pada tahap ini adalah mewujudkan bangunan yang dibutuhkan oleh pemilik proyek yang sudah dirancang oleh konsultan perencana sehingga memenuhi variabel Biaya-Mutu-Waktu-Safety, yang telah

disyaratkan. Sebagaimana diketahuai secara tradisional bahwa variabel tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini :

1. Perencanaan penyusunan Jabaran Kegiatan/Work Breakdown Structure (WBS), termasuk dalam menentukan Metode Konstruksinya.

2. Perencanaan penyusunan Tabel Analisis Organisasi Proyek/Organization Analisis Table (OAT).

3. Perencanaan dan pengendalian jadwal waktu pelaksanaan. 4. Perencanaan dan pengendalian

tenaga kerja.

5. Perencanaan dan pengendalian material

6. Perencanaan dan pengendalian alat.

7. Perencanaan dan pengendalian biaya.

Tujuan dari pada tahap pelaksanaan (construction), adalah untuk mewujudkan bangunan yang dibutuhkan oleh pemilik proyek yang sudah dirancang oleh konsultan perencana dalam batasan biaya dan waktu yang telah disepakati, serta dengan mutu yang disyaratkan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, (Wulfram I. Ervianto, 2002:16)

1. Perencanaan dan pengendalian metode kerja.

2. Perencanaan dan pengendalian organisasi lapangan.

3. Perencanaan dan pengendalian jadwal waktu pelaksanaan. 4. Perencanaan dan pengendalian

(5)

5. Perencanaan dan pengendalian material

6. Perencanaan dan pengendalian alat.

7. Perencanaan dan pengendalian biaya.

2.3Pengertian Metode Pelaksanaan

Pekerjaan

Metode pelaksanaan konstruksi pada hakekatnya adalah penjabaran tata cara dan teknik ± teknik pelaksanaan pekerjaan, merupakan inti dari seluruh kegiatan dalam sistem manajemen konstruksi.

Metode pelaksanaan konstruksi merupakan kunci untuk dapat mewujudkan seluruh perencanaan menjadi bentuk bangunan fisik. Pada dasarnya metode pelaksanaan konstruksi merupakan penerapan konsep rekayasa berpijak pada keterkaitan antara persyaratan dalam dokumen pelelangan (dokumen pengadaan), keadaan teknis dan ekonomis yang ada dilapangan, dan seluruh sumber daya termasuk pengalaman kontraktor.

Kombinasi dan keterkaitan ketiga elemen secara interaktif membentuk kerangka gagasan dan konsep metode optimal yang diterapkan dalam pelaksanaan konstruksi. Konsep metode pelaksanaan mencakup pemilihan dan penetapan yang berkaitan dengan keseluruhan segi pekerjaan termasuk kebutuhan sarana dan prasarana yang bersifat sementara sekalipun (Istimawan Dipohusodo: 1996:363).

Teknologi konstruksi (construction technology) mempelajari metode atau teknik yang digunakan untuk mewujudkan bangunan fisik dalam

lokasi proyek. Technology berasal dari kata techno dan logic, dapat diartikan sebagai urutan dari setiap langkah kegiatan (prosedur), misalkan kegiatan X harus dilaksanakan lebih dahulu kemudian baru kegiatan Y, dan seterusnya; sedangkan techno adalah cara yang harus digunakan secara logic (Wulfram I. Ervianto, 2002:1).

Metode pelaksanaan pekerjaan atau \DQJ ELVD GLVLQJNDW µ&0¶ Construction Method), merupakan urutan pelaksanaan pekerjaan yang logis dan teknik sehubungan dengan tersedianya sumber daya yang dibutuhkan dan kondisi medan kerja, guna memperoleh cara pelaksanaan yang efektif dan efisien.

Metode pelaksanaan pekerjaan tersebut, sebenarnya telah dibuat oleh kontraktor yang bersangkutan pada waktu membuat ataupun mengajukan penawaran pekerjaan. Dengan demikian µ&0¶ Construction Method) tersebut minimal WHODK µWHUXML¶ VDDW GLODNXNDQ µNODULILNDVL¶ DWDV GRNXPHQ WHQGHUQ\D atau terutama Construction Method (CM)-nya. Namun demikian, tidak tertutup kemungkinan, bahwa pada waktu menjelang pelaksanaan atau selama pelaksanaan pekerjaan ada ketidaksesuaian. Jika demikian Construction Method (CM) tersebut perlu atau harus dirubah.

Metode pelaksanaan pekerjaan yang ditampilkan dan diterapkan merupakan cerminan dari profesionalitas sang pelaksana proyek tersebut, atau profesionalitas dari tim pelaksana proyek, yaitu MANAJER PROYEK dan perusahaan yang bersangkutan.

Karena itu dalam penilaian untuk menentukan pemenang tender,

(6)

penyajian metode pelaksanaan pekerjaan PHPSXQ\DL µERERW¶ SHQLOLDLDQ \DQJ tinggi. Yang diperhatikan bukan rendahnya nilai penawaran harga, meskipun kita akui bahwa rendahnya nilai penawaran merupakan jalan untuk memperoleh peluang ditunjuk menjadi pemenang tender/pelelangan. (Mahendra Sultan Syah, 2004).

2.4Dokumen Metode Pelaksanaan

Pekerjaan

Dokumen metode pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi (Mahendra Sultan Syah:2004:113), pada umumnya terdiri dari:

1. Project plant, dimana dokumen ini memuat antara lain :

a. Denah fasilitas proyek (jalan kerja, bangunan fasilitas, dan lain- lain),

b. Lokasi pekerjaan c. Jarak angkut d. Komposisi alat

e. Kata ± kata singkat (bukan kalimat panjang), dan jelas mengenai urutan pekerjaan 2. Sket atau gambar bantu,

merupakan penjelasan pelaksanaan pekerjaan

3. Uraian pelaksanaan pekerjaan, yang meliputi :

a. Urutan pelaksanaan seluruh pekerjaan dalam rangka penyelesaian proyek (urutan secara global)

b. Urutan pelaksanaan per pekerjaan atau per kelompok pekerjaan, yang perlu penjelasan lebih detail. Biasanya yang ditampilkan adalah pekerjaan penting atau pekerjaan yang jarang ada,

atau pekerjaan yang mempunyai nilai besar, pekerjaan dominan (volume kerja besar). Pekerjaan yang ringan atau umum dilaksanakan biasanya cukup diberi uraian singkat

mengenai cara

pelaksanaannya saja. Tapi perhitungan kebutuhan alat dan tanpa gambar/sket penjelasan cara pelaksanaan pekerjaan.

4. Perhitungan kebutuhan tenaga kerja dan jadwal kebutuhan tenaga kerja (Mandor, Pekerja, Tukang, Kepala Tukang)

5. Perhitungan kebutuhan material/bahan dan jadwal kebutuhan material/bahan. 6. Perhitungan kebutuhan peralatan

konstruksi dan jadwal kebutuhan peralatan.

7. Dokumen lainnya sebagai penjelasan dan pendukung perhitungan kelengkapan yang lain.

Apabila metode pelaksanaan pekerjaan merupakan dokumen yang terpisah (tersendiri), maka harus dilengkapi dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan.

2.5Metode Pelaksanaan Pekerjaan

Yang Baik

Metode pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi yang baik apabila memenuhi persyaratan (Mahendra Sultan Syah: 2004: 114), yaitu:

1. Memenuhi persyaratan teknis, yang memuat antara lain :

a. Dokumen metode pelaksanaan pekerjaan proyek

(7)

konstruksi lengkap dan jelas memenuhi informasi yang dibutuhan.

b. Bisa dilaksanakan dan efektif c. Aman dilaksanakan, terhadap

bangunan yang dibangun, para tenaga kerja, bangunan lainnya, dan lingkungan sekitarnya.

2. Memenuhi persyaratan ekonomis, yaitu biaya murah, wajar dan efisien.

3. Memenuhi pertimbangan nonteknis lainnya, yang memuat antara lain :

a. Dimungkinkan untuk diterapkan di lokasi proyek dan disetujui atau tidak ditentang oleh lingkungan setempat.

b. Rekomendasi dan policy dari pemilik proyek.

c. Disetujui oleh sponsor proyek atau direksi perusahaan, apabila hal itu merupakan alternatif pelaksanaan yang istimewa atau riskan.

4. Merupakan alternatif/pilihan terbaik dari beberapa alternatif yang telah diperhitungkan dan dipertimbangkan. Masalah metode pekerjaan banyak sekali variasinya, sebab tidak ada keputusan engineer. Jadi pilihan terbaik yang merupakan tanggung jawab manajemen, dengan tetap mempertimbangkan engineering economies.

5. Manfaat positif Construction Method.

a. Memberikan arahan dan pedoman yang jelas atas

urutan dan fasilitas penyelesaian pekerjaan. b. Merupakan acuan/dasar pola

pelaksanaan pekerjaan dan menjadi satu kesatuan dokumen prosedur pelaksanaan pekerjaan di proyek.

2.6Hal ± Hal Yang Mempengaruhi

Metode Pelaksanaan Pekerjaan

Dalam melaksanakan pekerjaan, biasanya dimungkinkan dengan berbagai metode. Beberapa alternatif metode pelaksanaan yang ada, tentunya akan menghasilkan beberapa alternatif biaya juga. Dalam hal ini, alternatif metode pelaksanaan yang harus dipilih tentunya yang menghasilkan biaya yang paling rendah. Pemilihan ini dilakukan oleh pihak Owner selaku pengguna jasa maupun pihak Kontraktor selaku penyedia jasa, dengan maksud yang sama, yaitu menurunkan biaya, hanya tujuannya saja yang berbeda. Bagi owner selaku pengguna jasa tujuannya agar nilai kontrak proyek, yang akan merupakan investasi menjadi rendah, sedangkan bagi pihak Kontraktor selaku penyedia jasa, bukan untuk menurunkan nilai kontrak, tetapi untuk menurunkan biaya pelaksanaan.

Dimana metode pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi, dalam pengembangan alternatifnya, dipengaruhi oleh hal- hal sebagai berikut:

1. Design bangunan. 2. Medan/lokasi pekerjaan.

3. Ketersediaan tenaga kerja, bahan, dan peralatan.

(8)

2.7Peranan Metode Pelaksanaan Pekerjaan

Peranan metode pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi adalah untuk menyusun cara ± cara kerja dalam melaksanakan suatu pekerjaan dan suatu cara untuk memenuhi, menentukan sarana ± sarana pekerjaan yang mendukung terlaksananya suatu pekerjaan misalnya : menetapkan, memilih peralatan yang akan digunakan dalam pekerjaan yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang efektif dan efisien dalam biaya operasi. Cara kerja juga dapat membantu dalam menentukan urutan pekerjaan, menyusun jadwalnya sehingga dapat menentukan penyelesaian suatu pekerjaan.

Peranan metode pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi akan mempengaruhi perencanaan konstruksi (Nono Tisnawardono: 2002: 11) antara lain :

1. Jadwal pelaksanaan.

2. Kebutuhan dan jadwal tenaga kerja.

3. Kebutuhan dan jadwal meterial/bahan.

4. Kebutuhan dan jadwal alat. 5. Penjadwalan anggaran (Arus

kas/cash-flow).

6. Jadwal prestasi dengan metode kurva ± S (S-Curve).

7. Cara ± cara pelaksanaan pekerjaan.

Dalam penyusunan metode pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi, perlu pembahasan/diskusi. Oleh karena itu dianjurkan pada perusahaan kontraktor yang telah mempunyai banyak tenaga kerja dari berbagai disiplin dan agar membuatan

metode pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi, dengan melibatkan berbagai pihak yang ahli bidangnya, misal:

1. Menguasai peralatan konstruksi. 2. Mengetahui sumber ± sumber

material/bahan.

3. Mengerti masalah angkutan. 4. Mengerti masalah jenis ± jenis

pekerjaan.

5. Menguasai bahasa perbankan.

2.8Penentuan Metode Pelaksanaan

Pekerjaan

Tahap pertama sebelum memulai suatu pelaksanaan proyek konstruksi, harus ditentukan terlebih dahulu suatu metode untuk melaksanakannya. Dalam skala organisasi suatu proses perencanaan pelaksanaan proyek konstruksi, sangatlah penting untuk menentukan metode konstruksi terlebih dahulu, karena setiap jenis metode konstruksi akan memberikan karakteristik pekerjaan berbeda. Penentuan jenis metode konstruksi yang dipilih akan sangat membantu menentukan jadwal proyek.

Metode konstruksi yang berbeda akan memberikan ruang lingkup pekerjaan dan durasi yang berbeda pula, yang sudah barang tentu juga mempunyai pertimbangan finansial dalam bentuk biaya. Ada faktor ± faktor yang mempengaruhi jenis ruang lingkup pekerjaan yang dilakukan, sehingga perlu diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu:

1. Sumber daya manusia dengan skill yang cukup untuk melaksanakan suatu metode pelaksanaan konstruksi.

(9)

2. Tersedianya peralatan penunjang pelaksanaan metode konstruksi yang dipilih.

3. Material cukup tersedia.

4. Waktu pelaksanaan yang maksimum dibanding pilihan metode konstruksi lainnya. 5. Biaya yang bersaing.

Oleh karena faktor ± faktor yang mempengaruhi metode pelaksanaan seperti : Design bangunan, Medan/lokasi pekerjaan, dan ketersediaan dari tenaga kerja, bahan, dan peralatan, seperti sudah dijelaskan diatas, maka kadang ± kadang metode pelaksanaan hanya memiliki alternatif yang terbatas.

3 PEMBAHASAN

3.1Metode Pelaksanaan Pekerjaan

Galian Tanah

Pada proyek perencanaan pembangunan jalan pengerjaan galian dilakukan secara mekanis yaitu dengan

menggunakan alat berat berupa bulldozer. Data teknis alat Bulldozer:

Merk : Komatsu

Horse power : 155/1800 rpm Lebar blade : 3.5 meter Tinggi blade : 0.6 meter Lebar traktor : 3 meter Kecepatan maju (F) : 3.2

km/jam Kecepatan mundur (R) : 4 km/jam Waktu tetap : 0.10

menit Faktor ketersediaan mesin : 0.9 Efisiensi waktu : 0.9 Efisiensi kerja : 0.75 Efisiensi operator : 0.8 Blade factor : 0.85

Pemilihan alat ini dilakukan karena dalam galian pada proyek ini tidaklah begitu dalam seperti terlihat pada potongan memanjang jalan (Gambar 1 Gambar 2 dan Gambar 3) berikut:

INTERSECTION KETEWEL STA. 0+000 FG=12.642 20 0+000 0+050 0+100 0+150 0+200 0+250 0+300 0+350 0+400 0+450 0+500 0+550 0+600 0+650 0+700 0+750 0+800 0+850 0+900 0+950 12.467 12.445 12.345 11.890 11.866 11.693 11.511 11.540 11.236 11.070 10.929 10.643 10.514 10.409 10.363 10.312 10.125 9.948 9.966 9.759 9.585 9.407 9.783 9.895 10.015 9.869 9.730 9.655 9.513 9.472 9.567 9.017 8.670 8.250 8.124 7.715 7.577 7.365 7.438 4.354 70.0000m VC K = 569.083 A.D. = 0.123 PVI ELEV = 11.913 PVI STA = 0+102.206

BVCS: 0+067.206BVCE: 12.163 EVCS: 0+137.206EVCE: 11.706

12.108 11.939 11.780 -0.715% 12.644 12.465 12.286 70.0000m VC K = 94.400 A.D. = 0.742 PVI ELEV = 9.700 PVI STA = 0+476.384 LOW POINT STA = 0+497.224 LOW POINT ELEV = 9.742

BVCS: 0+441.384BVCE: 9.907 EVCS: 0+511.384EVCE: 9.752

9.860 9.768 9.742 -0.592% 11.631 11.483 11.335 11.187 11.039 10.891 10.743 10.595 10.448 10.300 10.152 10.004 90.0000m VC K = 68.556 A.D. = -1.313 PVI ELEV = 10.000 PVI STA = 0+676.384 HIGH POINT STA = 0+641.668 HIGH POINT ELEV = 9.940

BVCS: 0+631.384BVCE: 9.932 EVCS: 0+721.384EVCE: 9.477 9.935 9.859 9.692 0.150% 9.773 9.810 9.848 9.885 9.923 70.0000m VCK = 58.856 A.D. = 1.189 PVI ELEV = 7.500 PVI STA = 0+891.384 LOW POINT STA = 0+924.822 LOW POINT ELEV = 7.509

BVCS: 0+856.384

BVCE: 7.907 EVCS: 0+926.384EVCE: 7.509

7.720 7.561 7.509 -1.163% 9.435 9.144 8.853 8.563 8.272 7.981 7.516 7.522 12.642 EXISTING SYPHON INLET LEVEL=9.657 (L) OUTLET LEVEL=9.305 (R) LENGTH=38.50m EXISTING SYPHON INLET LEVEL=9.336 (L) OUTLET LEVEL=8.364 (R) LENGHT=37.976m EXISTING SYPHON INLET LEVEL=7.799 (L) OUTLET LEVEL=7.487 (R) LENGTH=35.449m EXISTING SYPHON INLET LEVEL=7.445 (L) OUTLET LEVEL=7.200 (R) LENGTH=40.595m EXISTING SYPHON INLET LEVEL=7.532 (R) OUTLET LEVEL=7.141 (L) LENGTH=52.451m STA.0+071 STA.0+125 STA.0+419 STA.0+600 STA.0+714 STA.0+349 Proposed RCP Ø 0.60m, L = 16 m Inlet Level + 9.280 Outlet level + 9.120 STA.0+500 Proposed RCP Ø 0.60 m, L = 17 m Inlet Level + 8.370 Outlet level + 8.200 STA.0+825 Proposed RCP Ø 0.60 m, L = 17 m Inlet Level + 6.920 Outlet level + 6.750 0+975

(10)

1+000 1+050 1+100 1+150 1+200 1+250 7.5 75 7.4 26 7.3 96 7.3 10 7.3 67 7.2 59 7.4 04 7.3 49 7.3 03 7.3 82 7.1 76 0.027% 7.5 29 7.5 35 7.5 42 7.5 49 7.5 55 7.5 62 7.5 69 7.5 75 7.5 82 7.5 89 7.5 95 EXISTING SYPHON INLET OUT=5.658 (R) OUTLET IN=5.526 (L) LENGTH=40.115m STA.1+102

Gambar 2. Potongan Memanjang Jalan (Sta 1+000 ± Sta 1+250)

1+300 1+350 1+400 1+450 1+500 1+550 1+600 1+650 1+700 1+750 1+800 1+850 1+900 1+950 2+000 6.732 7.417 7.266 7.275 7.238 7.345 7.403 7.587 7.810 8.194 8.374 8.894 9.315 9.827 10.382 11.234 11.642 12.159 12.119 12.860 13.147 13.653 13.902 14.367 14.594 15.190 15.478 15.980 15.815 15.811 70.0000m VC K = 39.092 A.D. = 1.791 PVI ELEV = 7.650 PVI STA = 1+456.384 BVCS: 1+421.384BVCE: 7.641 EVCS: 1+491.384 EVCE: 8.286 7.643 7.753 8.023 7.602 7.608 7.615 7.622 7.628 7.635 150.0000m VCK = 83.284 A.D. = -1.801 PVI ELEV = 16.100 PVI STA = 1+921.384 BVCS: 1+846.384BVCE: 14.737 EVCS: 1+996.384EVCE: 16.112 14.802 15.208 15.539 15.795 15.975 16.081 1.817% 8.443 8.897 9.351 9.805 10.260 10.714 11.168 11.623 12.077 12.531 12.986 13.440 13.894 14.349 16.113 EXISTING BOX CULVERT 3.5x2.5m

INLET LEVEL=6.251 (R) OUTLET LEVEL=5.920 (L) LENGTH=53.066m

EXISTING BOX CULVERT 2.2x2.3m INLET LEVEL=10.600 (R) OUTLET LEVEL=9.005 (L) LENGTH=54.672m

EXISTING BOX CULVERT 3.1x1.0m INVERT OUT=14.700 (L) INVERT IN=14.476 (R) LENGTH=38.00 m

EXISTING PIPE CULVERT Ø 0.25m INLET LEVEL=15.538 (L) OUTLET LEVEL=15.000 (R) LENGTH=52.00 m STA.1+530 STA.1+745 STA.1+950 STA.1+965 STA.1+567 Proposed RCP Ø 0.60 m, L = 18 m Inlet Level + 8.150 Outlet level + 7.970 STA.1+770 Proposed RCP Ø 0.60 m, L = 17 m Inlet Level + 11.830 Outlet level + 11.660

Gambar 3. Potongan Memanjang Jalan (Sta 1+275 ± Sta 2+000)

(11)

Gambar 5. Cara Kerja Bulldozer Adapun metode yang dipilih dalam

pengerjaan galian tanah dengan menggunakan bulldozer adalah metode slot dozing yaitu dengan melakukan beberapa lintasan dan membiarkan tanah berceceran di kiri ± kanan dozer. Untuk lebih jelas mengenai cara operasi bulldozer dengan metode slot dozing, dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5.

Pada Gambar 5 kedudukan A, bulldozer mula ± mula atau dalam berhenti, pisau sedikit masuk ke dalam tanah dengan tujuan untuk menggali / menggusur. Dalam kedudukan yang demikian ini traktor mulai dijalankan maju, biasanya harus dalam gigi terendah.

Kedudukan B adalah keadaan menggusur / mengangkut tanah dengan kecepatan tetap, jika dipandang perlu traktor dapat menambah kecepatan dengan pindah gigi, dan hal ini akan memerlukan waktu tetap yang disebut dengan fixed time.

Kedudukan C adalah posisi membuang muatan pada akhir jalan angkut, pisau diangkat naik sehingga tanah dapat lewat di bawah pisau. Apabila tanah didepan pisau sudah habis tertinggal, traktor dihentikan kemudian dalam posisi pisau masih terangkat traktor dijalankan mundur menuju kedudukan A.

3.2Metode Pelaksanaan pada

Pengangkutan Tanah

Tanah yang dimaksudkan disini adalah tanah hasil galian yang tidak digunakan lagi ataupun tanah yang didatangkan dari tempat lain untuk keperluan pembentukan badan jalan. Apabila hasil galian harus dipindahkan/dibuang keluar lokasi proyek, perlu dipertimbangkan cara pemindahan yang tidak menimbulkan polusi dengan:

1. Cara tanah dimuat ke dalam truk. 2. Menutup tanah dalam truk

menggunakan terpal agar tidak tercecer di sepanjang jalan dan tidak menimbulkan polusi udara. 3. Mencuci ban kendaraan

kendaraan pengangkut sebelum keluar dari lokasi proyek di washing bay yang telah disediakan.

4. Memilih lokasi pembuangan yang tidak terlalu jauh dari lokasi proyek.

Adapun metode yang digunakan pengangkutan tanah ini adalah metode V loading yang cara pemuatannya dengan lintasan seperti bentuk huruf V dengan menggunakan kombinasi alat antara Wheel loader dengan dump truk.

Data teknis alat wheel loader:

(12)

Model : W.60 Kapasitas bucket : 1.4 m3 Cara operasi : V loading

dengan torque flow Kecepatan maju : 7.6 km/jam Kecepatan mundur : 7.6 km/jam Jarak angkut : 5 m Kondisi menejemen & medan : 0.75

BF : 0.9

Data teknis dump truk:

Merk : HINO, KL-231 Kapasitas Vessel : 4 m3 Kecepatan angkut : 40 km/jam Kecepatan kembali : 30 km/jam Dengan alat pemuat whell loader dengan kapasitas bucket 1,4 m3

Cycle time : 0.4

Kondisi operasi : sedang Jarak Angkut : 1 km Machine availability factor : 0.9 Efisiensi waktu : 0.83 Efisiensi operator : 0.85 Efisiensi kerja : 0.8 Bucket factor : 0.85

Untuk lebih jelas mengenai metode V loading dapat dilihat pada Gambar 6 berikut:

Gambar 6. Loading

(13)

Cara operasinya (Gambar 7) adalah sebagai berikut:

1. Pada kedudukan 1 merupakan proses loading (pemuatan) tanah. 2. Pada kedudukan 2 merupakan

proses hauling road (pergi). 3. Pada kedudukan 3 merupakan

proses dumping ( pembuangan) muatan.

4. Pada kedudukan 4 merupakan proses returning (kembali) ke kedudukan 1.

3.3Metode Pelaksanaan Timbunan

Tanah

Pekerjaan timbunan tanah ini dapat berupa tanah dari hasil penggalian ataupun yang didatangkan dari tempat lain asalkan memenuhi ketentuan yang disyaratkan. Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan

disebarkan. Penumpukan tanah timbunan untuk persediaan biasanya tidak diperkenankan, terutama selama musim hujan.

Pada pekerjaan timbunan tanah, hal yang perlu diperhatikan di sini adalah timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan, dan pemadatan tidak boleh dilaksanakan setelah hujan atau bilamana kadar air bahan berada di luar rentang yang disyaratkan. Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar dalam lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal lapisan yang disyaratkan. Bilamana timbunan dihampar lebih dari satu lapis, lapisan-lapisan tersebut sedapat mungkin dibagi rata sehingga sama tebalnya. Cara penimbunan tanah dapat ditunjukan pada Gambar 8 berikut:

Gambar 8. Penimbunan Tanah dengan Truk

Apabila suatu lapisan belum mencapai kepadatan yang disyaratkan, maka harus diadakan perbaikan. Adapun perbaikan terhadap timbunan yang tidak memenuhi ketentuan atau tidak stabil antara lain:

5.Timbunan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui atau toleransi permukaan yang disyaratkan harus diperbaiki dengan menggemburkan permukaannya dan membuang

(14)

atau menambah bahan sebagaimana yang diperlukan dan dilanjutkan dengan pembentukan kembali dan pemadatan kembali.

6. Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal batas-batas kadar airnya yang disyaratkan, harus diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut, dilanjutkan dengan penyemprotan air secukupnya dan dicampur seluruhnya dengan menggunakan motor grader atau peralatan lain yang disetujui. 7. Timbunan yang terlalu basah

untuk pemadatan, seperti dinyatakan dalam batas-batas kadar air yang disyaratkan, harus diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut dengan menggunakan motor grader atau alat lainnya secara berulang-ulang dengan selang waktu istirahat selama penanganan, dalam cuaca cerah. Alternatif lain, bilamana pengeringan yang memadai tidak dapat dicapai dengan menggaru dan membiarkan bahan gembur

tersebut, bahan tersebut dikeluarkan dari pekerjaan dan diganti dengan bahan kering yang lebih cocok.

8. Timbunan yang telah dipadatkan dan memenuhi ketentuan yang disyaratkan, menjadi jenuh akibat hujan atau banjir atau karena hal lain, biasanya tidak memerlukan pekerjaan perbaikan asalkan sifat-sifat bahan dan kerataan permukaan masih memenuhi ketentuan.

3.4Metode Pelaksanaan Perataan

Tanah

Metode perataan tanah yang dimaksud adalah metode perataan tanah hasil timbunan (spreading) dan timbunan tanah yang dimaksud disini adalah bekas dumping dari truk untuk pengisisan jarak jauh atau stock pile dari hasil timbunan yang lain. Adapun metode yang digunakan pada pelaksanaan perataan tanah ini yaitu dilakukan secara mekanis dengan menggunakan alat berat berupa bulldozer seperti pada Gambar 9 berikut:

(15)

Gambar 10. Cara Perataan Hasil Timbunan Tanah dengan Bulldozer Cara kerjanya (Gambar 10) adalah

sebagai berikut:

1. Kedudukan A, bulldozer mula ± mula atau dalam keadaan berhenti dimana kedudukan dozer blade (pisau dozer) cukup tinggi diatas tanah asal agar tidak terambil terlalu banyak muatan sekaligus. Dalam kedudukan yang demikian ini traktor mulai dijalankan maju, biasanya harus dalam gigi terendah.

2. Kedudukan B adalah keadaan perataan tanah dengan kecepatan tetap, jika dipandang perlu traktor dapat menambah kecepatan dengan pindah gigi, dan hal ini akan memerlukan waktu tetap yang disebut dengan fixed time.

3. Kedudukan C, didepan blade sudah tidak cukup banyak muatan, maka traktor dihentikan dan dijalankan mundur untuk mengambil muatan baru, sisa muatan dari pass yang lalu didorong dengan pass yang berikutnya. Hal ini dilakukan untuk memelihara produktivitas dozer yang hanya dicapai dengan

mendorong muatan yang maksimal.

Dalam melaksanakan ini tiap kali harus pindah jalur pada waktu menjalankan masing ± masing pass yang berurutan, sehingga tanggul ± tanggul yang terjadi pada lintas ± lintas sebelumnya tidak terlalu berat untuk diratakan kemudian. Naik turunnya blade pada kebanyakan dozer adalah hal yang sukar dikendalikan, terutama bagi operator yang belum cukup pengalaman. Maka sebaiknya jika terjadi punuk ± punuk diatas permukaan tanah, lebih baik dozer dihentikan dan mundur mengulangi pass yang sedang dijalani. Untuk pekerjaan akhir (final grading) perataan tanah digunakan alat yang berupa motor grader.

Data teknis alat motor grader:

Merk : Komatsu

Model : GD

650R-1 Panjang blade : 4,01

meter Sudut blade : 60° (lihat

Tabel 2) Kecepatan operasi : 4 km/jam Jumlah lintasan : 1 kali Kondisi menejemen * medan : 0,75 Panjang jalan : 100 meter

(16)

Gambar 11. Finishing Penghamparan Tanah dengan Motor Garder

3.5Metode Pelaksanaan Pemadatan

Tanah

Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan. Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1% di atas kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-1989. Jenis alat yang digunakan

untuk pemadatan tanah adalah vibrator roller.

Data teknis vibrator roller:

Merk : DYNA

PAC

Model : SP-54

Berat alat : 7 ton Lebar efektif roda gilas (L) : 120 cm Kecepatan operasi (V) : 2 km/jam

JM : 0.75

Jumlah lintasan / pass (N) : 8 kali Adapun metode pelaksanaan pemampatan/pemadatan tanah ini dilakukan secara mekanis dengan menggunakan vibration roller seperti terlihat pada Gambar 12.

(17)

Yang perlu diperhatikan disini, pekerjaan pemadatan harus dilakukan lapis demi lapis. Timbunan dipadatkan setiap lapis mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah sumbu jalan

sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha pemadatan yang sama. Untuk lebih jelas mengenai cara kerja vibration roller dapat dilihat pada Gambar 13 berikut:

Gambar 13. Pola Penggilasan dengan Vibration Roller

Pada Gambar 13 kiri seluruh lebar jalan dapat dijalani dalam 8 pass (lintasan). Pass ke 9 roller kembali menuju ke jalur yang pertama. Pengulangan ini dilakukan terus menerus sampai jumlah pass yang diperlukan untuk mencapai pemampatan yang dikehendaki tiap jalur sudah terpenuhi. Overlap dalam arah memanjang (A) juga perlu diberikan, karena dalam arah belok, roller ini jumlah pass yang diberikan lebih sedikit dari pada yang di bagian lurus.

Pada Gambar 13 kanan adalah pola penggilasan pada tikungan jalan, pass pertama dimulai dari bagian bawah (bagian lintasan yang dalam) menuju ke bagian atas (bagian lintasan luar). Untuk lintasan ± lintasan berikutnya, diulang mulai dari lintasan pertama lagi.

Adapun ketentuan kepadatan untuk timbunan tanah adalah sebagai berikut:

1. Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi

tanah dasar harus dipadatkan sampai 95 % dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai SNI 03-1742-1989. Untuk tanah yang mengandung lebih dari 10 % bahan yang tertahan pada ayakan ô´ NHSDGDWDQ kering maksimum yang diperoleh harus dikoreksi terhadap bahan yang berukuran lebih (oversize) tersebut.

2. Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar harus dipadatkan sampai dengan 100 % dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.

3. Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang dipadatkan sesuai dengan SNI 03-2828-1992 dan bila hasil setiap pengujian menunjukkan kepadatan kurang dari yang disyaratkan maka

(18)

Kontraktor harus memperbaiki. Pengujian harus dilakukan sampai kedalaman penuh pada lokasi berselang-seling setiap jarak tidak lebih dari 200 m. Untuk penimbunan kembali di sekitar struktur atau pada galian parit untuk gorong-gorong, paling sedikit harus dilaksanakan satu pengujian untuk satu lapis penimbunan kembali yang telah selesai dikerjakan.

4. Untuk timbunan, paling sedikit 1 rangkaian pengujian bahan yang lengkap harus dilakukan untuk setiap 1.000 m3 bahan timbunan yang dihampar.

4 SIMPULAN DAN SARAN

4.1Simpulan

1. Proyek konstruksi merupakan sebuah sistem yang terdiri dari berbagai unsur yang terkait mulai dari proses disain, pengadaan, konstruksi, operasi dan perawatan, dan dekonstruksi dengan berbagai jenis sumber daya.

2. Green construction sebagai bagian dari sustainable construction tentunya akan berdampak terhadap operasional bangunan maupun proses desain berupa umpan balik (feed back) yang bersumber dari pengalaman konstruksi.

3. Metode konstruksi adalah jawaban atas bagaimana pekerjaan suatu proyek akan dikerjakan, sehingga dibutuhkan cara penyajian yang dapat segera dimengerti oleh yang berkepentingan.

4. Proses penyusunan metode konstruksi merupakan hasil pembahasan, brainstorming, diskusi, referensi dari berbagai macam sumber, dan dituangkan dalam bentuk gambar kerja serta urutan pelaksanaan pekerjaan (procedure, work instruction) yang menjadi acuan dalam setiap pekerjaan perbaikan (improvement), inovasi, serta kreativitas (sebagai unsur utama inovasi) dalam pembuatan metode konstruksi sehingga dapat memberikan nilai tambah (add value) bagi tercapainya sasaran, baik mutu, waktu, biaya maupun safety.

4.2Saran

1. Oleh karena proyek konstruksi merupakan sebuah sistem, maka sistem ini harus dikelola untuk mencapai prinsip ± prinsip dalam sustainable construction.

2. Dalam mewujudkan green construction sebagai bagian dari sustainable construction hendaknya memperhitungkan dampak terhadap operasional bangunan maupun proses desain berupa umpan balik (feed back) yang bersumber dari pengalaman konstruksi.

3. Penerapan metode konstruksi hendaknya memperhatikan cara penyajian yang mudah dimengerti oleh yang berkepentingan dalam pelaksanaan proyek.

(19)

5 DAFTAR PUSTAKA

Abrar Husen, 2010, Manajemen Proyek, Yogyakarta, Andi Offset Asiyanto. 2010. Manajemen Produksi

untuk Jasa Konstruksi. Jakarta : Penerbit PT.Pradnya Paramita. Asiyanto. 2007. Manajemen Alat Berat

untuk Konstruksi. Jakarta : Penerbit PT.Pradnya Paramita.

Dipohusodo, Istimawan. 1996. Manajemen Proyek dan Konstruksi. Jilid 1 & 2. Yogyakarta. Penerbit Kanisius.

Ervianto, W. I. 2004. Teori ± Aplikasi

Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta: Penerbit ANDI

Ervianto, W. I. 2005.Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta: Penerbit ANDI

Ervianto, W. I. 2012. Selamatkan Bumi Melalui Konstruksi Hijau, Perencanaan, Pengadaan, Konstruksi dan Operasi. Yogyakarta: Penerbit ANDI

http://www.google.co.id/search?q=Alat berat dalam Konstruksi

Imam Soeharto,I. 1995. Manajemen Proyek Konstruksi. Dari Konseptual sampai Operasional. Jakarta : Penerbit Erlangga Jakarta. Komatsu, 1978, Specification and

Application Hand Book. Third edition.

Mahendra Sultan Syah. 2004. Manajemen Proyek Kiat Sukses Mengelola Proyek, Cetakan Pertama, Pt. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Peurifoy, 1979. Construction Planning Equipment, Int Student Edition, Mc Graw ± Hill, New York.

Rochmanhadi, 1992, Alat ± Alat Berat

dan Penggunaannya, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

Rochmanhadi, 1985, Perhitungan Biaya Pelaksanaan Pekerjaan dengan Menggunakan Alat ± Alat

Berat, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

Rochmanhadi, 1992, Kapasitas dan Produksi Alat Berat, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta

Susy Fatena Rostiyanti, 2008, Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi, Edisi Kedua, PT.Rineka Cipta, Jakarta.

The Asphalt Institute. 1983. Asphalt Technology and Construction

3UDFWLFHV ,QVWUXFWXU¶V *XLGH.

Second Edition January 1983. Team Lokakarya Dosen Perguruan

Tinggi Swasta Seluruh Indonesia Program Studi Teknik Sipil Bidang Pemindahan Tanah Mekanis.Juli 1997. Pemindahan Tanah Mekanis,Cisarua Bogor.

« Manual Supervisi Lapangan untuk Staf Pengendali Mutu pada Kontrak Pemeliharaan dan Peningkatan Jalan Dokumen Rujukan RD. 641 Central Quality & Monitoring Unit, Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Jakarta. ...Spesifikasi Umum Buku III,

Departemen Pekerjaan Umum, Dirjen Bina Marga, Direktorat Bina Program Jalan.

(20)

Wedhayanto, Sony.2009. Alat Berat & Pemindahan Tanah Mekanis (Diktat kuliah untuk Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil UM). Diunduh

dari :

URL:http:www.google.co.id/search? q=Alat berat.

Gambar

Gambar 1. Potongan Memanjang Jalan (Sta 0+000 ± 0+975)
Gambar 3. Potongan Memanjang Jalan (Sta 1+275 ± Sta 2+000)
Gambar 5. Cara Kerja Bulldozer
Gambar 6. Loading
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan File Server Menggunakan Samba dan Ldap Di U’budiyah Indonesia [7], penelitian dari Rhisky Sambayu yang berjudul Pengembangan Samba Server Sebagai Primary Domain

PEMBUATAN CINCAU DENGAN MENGGUNAKAN TAMBAHAN AGAR-AGAR, GELATIN DAN JELI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

KONSEP PENDIDIKAN ANAK DALAM ALQURAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

Dalam contoh ini faktor D (pekerja laboratorium) dijadikan sebagai pembangkit rancangan yang merupakan interaksi dari faktor-faktor sebelumnya (D=ABC). Dalam tabel 4.7 dapat

SMA PGRI 1 SRAGEN have poor vocabulary and do not like reading text. Objective of

[r]

[r]

Berdasarkan fakta lapangan yang telah peneliti secara induktif dapat dimaknai bahwa kemampuan pemahaman konsep Pythagoras aspek memahami diamati dari