• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Domba Ekor Tipis Muda yang Diberi Pakan dengan Level dan Sumber Protein Berbeda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pertumbuhan Domba Ekor Tipis Muda yang Diberi Pakan dengan Level dan Sumber Protein Berbeda"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional Dalam Rangka Dies Natalis UNS Ke 43 Tahun 2019

“Sumber Daya Pertanian Berkelanjutan dalam Mendukung Ketahanan dan Keamanan Pangan Indonesia pada Era Revolusi Industri 4.0”

Pertumbuhan Domba Ekor Tipis Muda yang Diberi Pakan dengan Level dan Sumber

Protein Berbeda

Rafi Permono Jati, V. Restitrisnani, Sri Mawati, C. M. Sri Lestari dan A. Purnomoadi Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang

Jalan drh. Soejono Koesoemo wardjojo, Tembalang, Semarang - 50275 Email : cmslest@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian pakan dengan level dan sumber protein yang berbeda terhadap pertumbuhan domba ekor tipis (DET) muda. Materi penelitian yaitu 20 ekor DET jantan muda umur 3-4 bulan dengan rata-rata bobot badan awal 13,03 ± 2,30 kg. Domba diberi pakan komplit dalam bentuk pelet yang disusun dari tepung gaplek, pucuk tebu, kulit singkong, mineral mix, molases, bungkil kedelai sebagai sumber protein nabati dan tepung ikan sebagai sumber protein hewani. Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola Faktorial 2 × 2, faktor pertama yaitu level protein dan faktor kedua yaitu sumber protein pakansehingga terdapat 4 kombinasi ransum perlakuan yaitu T1P1 (Sumber protein bungkil kedelai dengan kandungan protein kasar (PK) 13,36%), T1P2 (Sumber protein bungkil kedelai, PK 15,20%), T2P1 (Sumber protein tepung ikan, PK 13,36%), dan T2P2 (Sumber protein tepung ikan, PK 15,20%). Apabila terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan untuk mengetahui letak perbedaan tersebut. Parameter yang diukur adalah pertambahan bobot badan harian (PBBH) dan ukuran-ukuran tubuh meliputi pertambahan tinggi pundak harian (PTPH), pertambahan panjang badan harian (PPBH), pertambahan lingkar dada harian (PLDH), pertambahan lebar dada harian (PLeDaH) dan pertambahan dalam dada harian (PDDH). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara level protein dengan sumber protein terhadap semua parameter yang diukur (P>0,05). Level protein yang berbeda berpengaruh nyata terhadap PBBH, PPBH dan PLDH (P<0,05). Pertambahan bobot badan harian, PPBH dan PLDH pada level protein 13% berturut-turut sebesar 83,73 g/hari, 0,09 cm/hari dan 0,10 cm/hari lebih rendah dibandingkan PBBH, PPBH dan PLDH pada level protein 15% yaitu 130,42 g/hari, 0,12 cm/hari dan 0,15 cm/hari. Sumber protein yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati (P>0,05). Rata-rata PBBH sebesar 107,08 g PPBH 0,11 cm, PTPH 0,09 cm, PLDH 0,12 cm PleDaH 0,05 cm dan PDDH 0,05 cm. Disimpulkan bahwa pemberian level protein 15% meningkatkan pertambahan bobot badan, panjang badan dan lingkar dada dibandingkan level protein 13%, namun pemberian pakan dengan sumber protein yang berbeda memberikan pertumbuhan DET muda yang relatif sama.

(2)

Pendahuluan

Domba ekor tipis (DET) merupakan salah satu domba lokal Indonesia yang populasinya tinggi dan banyak dipelihara peternak. Populasi DET yang tinggi dikarenakan domba memiliki keunggulan yaitu daya adaptasi yang baik terhadap lingkungan. Keunggulan lain domba ekor tipis yaitu mudah untuk dipelihara, produktivitas tinggi dan tahan terhadap beberapa penyakit (Haryono

et al., 2011).

Salah satu tolok ukur produktivitas DET adalah pertumbuhan. Pertumbuhan didefinisikan sebagai bertambahnya jumlah dan ukuran sel di seluruh bagian tubuh yang dapat diukur dengan satuan tertentu (Owens et al., 1993). Menurut Lopez-Carlos et al. (2010) pertumbuhan ternak dapat diukur melalui PBBH dan perubahan ukuran-ukuran tubuh. Pertumbuhan ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor, namun faktor yang paling dominan adalah kualitas pakan (Parakkasi, 1999). Vosooghi-poostindoz et al. (2013) menyatakan bahwa kualitas pakan akan mempengaruhi konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan efisiensi pakan pada ternak. Kualitas pakan erat kaitannya dengan kandungan nutrien pakan, terutama protein. Kandungan protein pakan yang diperlukan oleh domba muda sangatlah tinggi karena domba masih dalam masa pertumbuhan. Jika pemberian protein kurang dari kebutuhan maka akan dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan, oleh karena itu kandungan protein dalam pakan harus diperhatikan. Berdasarkan penelitian Prima et al. (2016), DET yang diberi pakan dengan level protein 14%, 16% dan 18% menghasilkan PBBH yang tidak berbeda nyata, sehingga penggunaan level protein 14% untuk DET muda sudah mencukupi kebutuhan dengan PBBH sebesar 177,39 g/hari. Selain level protein, kualitas pakan dapat diketahui dari sumber proteinnya. Protein pada pakan dapat bersumber dari nabati dan hewani. Salah satu contoh sumber protein nabati ialah bungkil kedelai dan sumber protein hewani adalah tepung ikan. Menurut Hartadi et al. (1997) kandungan PK pada bungkil kedelai sebesar 48-54%, tetapi pada tepung ikan sebesar 52–67% . Siregar et al. (2015) menyatakan bungkil kedelai dan tepung ikan memiliki kandungan protein yang sama tinggi, tetapi memiliki tingkat degradasi protein berbeda di dalam rumen sehingga menghasilkan produktivitas ternak yang berbeda. Tingkat degradasi protein bungkil kedelai dalam rumen sebesar 65%, tetapi tepung ikan sebesar 40% (Jurgens 1993). Perbedaan tingkat degradasi protein dalam rumen diduga dapat mempengaruhi pemanfaatan protein. Protein yang terdegradasi di dalam rumen akan memberikan lebih sedikit sumbangan protein untuk tubuh dibandingkan protein by pass. Banyak sedikitnya protein yang dimanfaatkan tubuh akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak.

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengkaji pengaruh pemberian pakan dengan level dan sumber protein yang berbeda terhadap pertumbuhan DET jantan muda yang diukur dari PBBH dan

(3)

perubahan ukuran-ukuran tubuh. Manfaat dari penelitian adalah memperoleh informasi mengenai level dan sumber protein yang baik untuk DET jantan muda.

Metodologi

Materi penelitian yaitu 20 ekor DET jantan muda umur 3-4 bulan dengan rata-rata bobot badan awal 13,03 ± 2,30 kg. Pakan yang diberikan berupa pakan komplit dalam bentuk pelet yang disusun dari tepung gaplek, pucuk tebu, kulit singkong, mineral, molasses dan bungkil kedelai sebagai sumber protein nabati, atau tepung ikan sebagai sumber protein hewani.

Peralatan penelitian adalah timbangan gantung merk Cosco® dengan kapasitas 50 kg dan ketelitian 0,01 kg untuk menimbang domba, timbangan analitik merk SF 400® dengan kapasitas 10 kg dan ketelitian 0,001 kg untuk menimbang pakan dan sisa pakan domba , pita ukur merk

Butterfly® dengan ketelitian 1 mm untuk mengukur lingkar dada domba dan tongkat ukur dengan

ketelitian 1 mm untuk mengukur ukuran tubuh.

Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola Faktorial 2 × 2. Faktor pertama yaitu level protein kasar dan faktor kedua yaitu sumber protein sehingga terdapat 4 kombinasi ransum yaitu T1P1 (Sumber protein bungkil kedelai, PK 13,36%), T1P2 (Sumber protein bungkil kedelai, PK 15,20%), T2P1 (Sumber protein tepung ikan, PK 13,36%) dan T2P2 (Sumber protein tepung ikan, PK 15,20%). Pakan dan air minum diberikan secara adlibitum. Parameter yang diukur pada penelitian adalah PBBH, PTPH, PPBH, PLDH, PDDH dan PLeDaH. Sebagai data pendukung diukur pula konsumsi bahan kering (BK) dan PK. Data yang diperoleh disidik ragam (analisys of

variance) dengan uji F pada taraf signifikansi 5%. Apabila terdapat perbedaan yang nyata

dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan untuk mengetahui letak perbedaan tersebut (Steel dan Torrie, 1991).

Penelitian dilakukan dalam 4 tahap yaitu tahap persiapan (3 minggu), tahap adaptasi (3 minggu), tahap pendahuluan (1 minggu) dan tahap perlakuan (9 minggu). Tahap persiapan dilakukan untuk mempersiapkan kandang, pengadaan peralatan penelitian, pakan dan pengacakan ternak yang akan digunakan. Persiapan kandang yaitu dengan merenovasi kandang yang rusak dan membersihkan bagian-bagian kandang. Pengadaan peralatan penelitian yaitu dengan pembuatan dan pembelian peralatan yang berhubungan dengan penelitian. Persiapan pakan meliputi pembelian bahan pakan, analisis kandungan nutrien bahan pakan dan penyusunan ransum.

Tahap adaptasi berlangsung selama 3 minggu dengan tujuan untuk penyesuaian ternak dengan kondisi lingkungan yang baru dan adaptasi terhadap pakan yang diberikan. Tahap adaptasi ternak terhadap lingkungan dan pakan, dilakukan dengan cara menempatkan ternak ke kandang yang akan digunakan untuk penelitian, memberikan pakan berupa pellet secara bertahap sampai

(4)

ternak dapat mengkonsumsi pellet sesuai kebutuhan. Selain itu, pada tahap adaptasi ternak diberi obat anti parasit (Ivomex) sebanyak 0.2 ml/ekor untuk mencegah ternak dari serangan parasit dan diberikan vitamin B komplex sebanyak 2 ml/ekor untuk memulihkan kondisi ternak dan menambah nafsu makan. Akhir tahap adaptasi dilakukan pengacakan ternak dengan mengacak ternak ke dalam 4 perlakuan pakan dan penempatan ternak dalam kandang.

Tahap pendahuluan berlangsung selama 1 minggu yang bertujuan menghilangkan pengaruh pakan sebelumnya dan membiasakan ternak untuk mengkonsumsi pakan yang telah disusun. Pada tahap pendahuluan ternak diberikan pakan dan air minum secara ad libitum. Sisa pakan dan air minum ditimbang setiap pagi pada hari berikutnya sebelum pakan diberikan, untuk mengetahui konsumsi pakan dan minumnnya. Sanitasi kandang dilakukan setiap pagi dan sore hari. Tahap akhir pendahuluan dilakukan penimbangan ternak untuk menentukan bobot awal perlakuan.

Pengambilan data dilakukan setiap minggu sekali pada pagi hari sebelum ternak diberikan pakan. Data yang dikur meliputi bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh ternak yaitu tinggi pundak, panjang badan, lingkar dada, lebar dada dan dalam dada. Penimbangan ternak dilakukan menggunakan timbangan gantung. Tinggi pundak diukur menggunakan tongkat ukur dari titik tertinggi pundak secara tegak lurus sampai kaki. Panjang badan diukur menggunakan tongkat ukur dari siku (humerus) sampai benjolan tulang duduk (tuber ischii) secara lurus. Lingkar dada diukur menggunakan pita ukur dengan cara melingkarkan pita ukur pada bagian dada tepat di belakang siku kaki depan. Lebar dada diukur menggunakan tongkat ukur dari tulang dada bagian samping kanan ke bagian samping kiri yaitu pada tulang humerus. Dalam dada dilakukan di bagian pundak sampai dasar dada tepat di belakang kaki depan. Cara pengukuran bagian-bagian tubuh domba terdapat pada Gambar 1.

Gambar 1. Pengukuran bagian tubuh domba (Soenarjo, 1988)

Data dari parameter yang diperoleh kemudian dihitung untuk mendapatkan pertambahan tiap harinya menggunakan rumus sebagai berikut :

1. Pertambahan bobot badan harian (PBBH)

PBBH =Bobot Badan Akhir-Bobot Badan Awal Lama Pemeliharaan

(5)

2. Pertambahan tinggi pundak harian (PTPH)

PTPH =Tinggi Pundak Akhir - Tinggi Pundak Awal

Lama Pemeliharaan 3. Pertambahan panjang badan harian (PPBH)

PPBH =Panjang Badan Akhir - Panjang Badan Awal

Lama Pemeliharaan 4. Pertambahan lingkar dada harian (PLDH)

PLDH =Lingkar Dada Akhir - Lingkar Dada Awal

Lama Pemeliharaan 5. Pertambahan lebar dada harian (PleDaH)

PLeDaH =Lebar Dada Akhir - Lebar Dada Awal Lama Pemeliharaan

6. Pertambahan dalam dada harian (PDDH)

PDDH =Dalam Dada Akhir–Dalam Dada Awal

Lama Pemeliharaan

Hasil dan Pembahasan

Tabel 1. Pertambahan Bobot Badan dan Ukuran Tubuh DET muda Selama 9 minggu

Parameter Sumber Level Rata-rata

13% 15% PBBH (g) Bungkil kedelai Tepung ikan 78,46 89,01 129,53 131,31 103.99 110.16 Rata-rata 83.73b 130.42a PPBH (cm) Bungkil kedelai Tepung ikan 0,10 0,08 0,13 0,12 0,12 0,10 Rata-rata 0,09b 0,12a PTPH (cm) Bungkil kedelai Tepung ikan 0,09 0,09 0,10 0,09 0,10 0,09 Rata-rata 0,09 0,10

PLeDaH (cm) Bungkil kedelai Tepung ikan 0,05 0,04 0,05 0,05 0,05 0,04 Rata-rata 0,04 0,05 PDDH (cm) Bungkil kedelai Tepung ikan 0,05 0,05 0,06 0,05 0,06 0,05 Rata-rata 0,05 0,05 PLDH (cm) Bungkil kedelai Tepung ikan 0,11 0,10 0,15 0,14 0,13 0,12 Rata-rata 0,10b 0,15a Keterangan :

-a,bSuperskrip huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P<0,05)

- PBBH = pertambahan bobot badan harian ,PTPH = pertambahan tinggi pundak harian, PPBH = pertambahan panjang badan harian, PLDH = pertambahan lingkar dada harian, PLedaH = pertambahan lebar dada harian, PDDH = pertambahan dalam dada harian.

(6)

Hasil penelitian mengenai pertambahan bobot badan harian dan pertambahan ukuran-ukuran tubuh harian DET muda masing-masing perlakuan ditampilkan pada Tabel 1. Analisis statistik menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara level protein dengan sumber protein (P>0,05). Level protein berpengaruh nyata terhadap beberapa parameter yang diamati (P<0,05), sedangkan sumber protein tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang amati (P>0,05).

Pertambahan Bobot Badan Harian

Pemberian pakan dengan level protein yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap PBBH (P<0,05). Berdasarkan data pada Tabel 1. diketahui bahwa DET muda yang diberi pakan dengan level protein 15% memperoleh PBBH yang lebih tinggi dibandingkan dengan domba ekor tipis yang diberi pakan dengan level protein 13%. Tarmidi (2004) menyatakan laju pertumbuhan yang cepat membutuhkan kandungan protein yang tinggi. Hal ini dikarenakan semakin tinggi kandungan protein pada pakan akan meningkatkan konsumsi pakan pada ternak. Dapat diketahui meskipun konsumsi BK yang diberi pakan dengan level protein berbeda relatif sama (Tabel 2.) namun, konsumsi PK pada domba yang diberi pakan dengan level protein 15% lebih tinggi dibandingkan dengan domba yang diberi pakan dengan level protein 13% (P<0,05). Konsumsi yang tinggi mengakibatkan nutrisi yang terserap tubuh juga tinggi, sehingga meningkatkan pembentukan otot dan tulang dalam tubuh. Menurut Damshik (2001) tingginya kandungan protein pakan dapat meningkatkan konsumsi bahan kering yang akan digunakan untuk pembentukan otot dan meningkatkan pertambahan bobot badan.

Pemberian pakan dengan sumber protein yang berbeda tidak memberikan pengaruh nyata terhadap PBBH (P>0,05). Tabel 1. menunjukkan bahwa DET muda yang diberi pakan dengan sumber protein yang berbeda memiliki PBBH yang relatif sama dengan rata-rata PBBH sebesar 107,08 g. Pertambahan bobot badan DET muda dipengaruhi oleh jumlah konsumsi pakan. Konsumsi BK dan PK pada DET muda yang diberi pakan sumber protein berbeda tidak berbeda nyata (Tabel 2), sehingga PBBH yang dihasilkan juga tidak berbeda nyata. Parakkasi (1999) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada ternak yaitu konsumsi pakan.

Tabel 2. Data konsumsi Bahan Kering dan Protein Kasar

Parameter Sumber Level Rata-rata

13% 15%

Konsumsi BK (g) Bungkil kedelai Tepung ikan 792,735 678,773 804,429 816,847 798.58 747.81 Rata-rata 735.75 810.64

Konsumsi PK (g) Bungkil kedelai Tepung ikan 104,09 92,18 122,27 124,16 113.18 108.17 Rata-rata 98.13b 123.22a

(7)

Pertumbuhan Ukuran-Ukuran Tubuh

Pemberian pakan dengan level protein yang berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap PBBH, PPBH dan PLDH (P<0,05). Pemberian pakan dengan level protein 15% memperoleh PBBH, PPBH dan PLDH lebih tinggi dibandingkan level protein 13%. Pertambahan lingkar dada berbanding lurus dengan pertambahan bobot badan. Pertambahan lingkar dada disebabkan karena adanya perkembangan otot pada bagian dada sehingga meningkatkan ukuran lingkar dada. Malewa (2009) menyatakan bahwa pertumbuhan lingkar dada mengikuti pertambahan bobot badan. Pertumbuhan lingkar dadad disebabkan adanya sintesis jaringan pada bagian dada atau rusuk sehingga lingkar dada juga semakin tinggi. Pertambahan panjang badan juga memiliki korelasi positif dengan bobot badan. Menurut Lawrence dan Fowler (2002) pertambahan bobot badan memiliki hubungan dengan panjang badan, semakin panjang ukuran tubuh ternak maka dapat memaksimalkan rogga untuk deposisi saat pertambahan bobot badan. Ukuran tubuh yang paling erat kaitannya dengan bobot badan adalah lingkar dada dan panjang badan yang umumnya digunakan untuk mengestimasi bobot badan pada ternak (Ashari, et al., 2015).

Pemberian pakan dengan sumber protein yang berbeda tidak memberikan pengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati (P>0,05). Berdasarkan data pada Tabel 1. diketahui bahwa DET muda pada masing-masing perlakuan memiliki pertumbuhan ukuran-ukuran tubuh yang relatif sama. Pertambahan tinggi pundak harian dan PPBH selama penelitian rata-rata sebesar 0,09 cm/hari dan 0,11 cm/hari. Perbedaan pertambahan tinggi pundak dan panjang badan menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi pundak sudah mengalami kecepatan pertumbuhan lebih dulu dari panjang badan. Hal ini diduga karena pada pertumbuhan tulang, alat gerak seperti tinggi pundak merupakan bagian yang awal tumbuh sesuai dengan fungsinya sebagai penyangga tubuh, kemudian akan diikuti dengan pertumbuhan tulang ke belakang yaitu panjang badan. Menurut Tillman et al. (1998) pertumbuhan tulang dimulai dari bagian depan yaitu pada bagian tulang kepala dan tulang kaki yang pertama tumbuh setelah ternak dilahirkan, kemudian diikuti oleh tulang bagian belakang seperti panjang badan. Pertambahan lebar dada harian dan PDDH selama penelitian rata-rata sebesar 0,05 cm/hari dan 0,05 cm/hari. Pertambahan lebar dada dan lingkar dada menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan tulang rusuk serta organ dalam seperti jantung dan paru-paru. Menurut Frandson (1992) pertumbuhan lebar dan dalam dada gambaran dari pertumbuhan tulang pada tulang rusuk dan perkembangan organ didalamnya.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian pakan dengan sumber protein yang berbeda memberikan pertumbuhan DET muda yang relatif sama dan pemberian level

(8)

protein 15% meningkatkan pertambahan bobot badan, panjang badan dan lingkar dada dibandingkan level protein 13%. Disarankan agar dalam pemeliharaan DET dapat menggunakan sumber protein tepung ikan atau bungkil kedelai dengan kandungan protein 15% karena dapat menghasilkan pertumbuhan yang lebih tinggi.

Daftar Pustaka

Ashari, M., R. R. A. Suhardiani dan R. Andriati. 2015. Tampilan bobot badan dan ukuran linier tubuh domba ekor gemuk pada umur tertentu di Kabupaten Lombok Timur. J. Ilmu dan

Teknologi Peternakan Indonesia. 1 (1) : 20-25.

Damshik, M. 2001. Produktivitas Kambing Kacang yang Mendapat Ransum Penggemukan dengan

Kandungan Protein yang Berbeda. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor (Tesis

Magister Ilmu Ternak).

Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi ke-4. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh B. Srigandono dan K. Praseno).

Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo dan A. D. Tillman. 1997. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia.

Cetakan ke-1. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Haryono, B. Tiesnamurti, B. Setiadi, S.P. Ginting dan C. Talib. 2011. Penyediaan bibit unggul ruminansia kecil yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian. Prosiding Diversifikasi Pangan

Daging Ruminansia Kecil. Jakarta, 15 Oktober 2011. Puslitbang Peternakan, Bogor. 3-16.

Jurgens. M. H. 1993. Animal Feeding and Nutrition. Edisi Ke-7. Kendall/Hunt Publishing Company, Dubuque.

Lawrence, T. L. J. dan V.R. Fowler. 2002. Growth of Farm Animal. Edisi Ke-2. CABI Publishing, London.

Lopes-Carlos, M. A., R. G. Ramirez, J. I. Aguilera-Soto, C. F. Arechiga dan H. Rodriguez. 2010. Size and shape analyses in hair sheep ram lambs and its relationships with growth performance. Livestock Science. 131 (2): 203-211.

Malewa, A. 2009. Penaksiran bobot badan berdasarkan lingkar dada dan panjang badan Domba Donggala. J. Agroland. 16 (1): 91-97.

Owens, F. N., P. Dubeski dan C. F. Hanson. 1993. Factors that alter the growth and development of ruminant. J. Animal Science 71 :3138-3150.

Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Cetakan ke-1. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Siregar, A. A. S., C. M. S. Lestari, R. Adiwinarti, W. S. Dilaga dan A. 2015. Purnomoadi. Pola pertumbuhan kambing kacang jantan yang diberi pakan dengan sumber protein berbeda.

Prosiding Seminar Nasional Peternakan Berkelanjutan 7. Jatinangor 11 November 2015.

Universitas Padjajaran, Bandung. Hal 354-360.

Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie.1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Edisi Ke-2. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Soenarjo. 1988. Buku Pegangan Kuliah Ilmu Tilik Ternak. CV. Baru, Jakarta.

Tarmidi, A. R. 2004. Pengaruh pemberian ransum yang mengandung ampas tebu hasil biokonversi oleh Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) terhadap performans Domba Priangan. J. Ilmu

Ternak dan Veteriner. 9 (3) :157-163.

Tillman A. D., H. Hartadi, S.Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo dan S. Lepdosoekojo. 1998. Ilmu

Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-3. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Vosooghi-poostindoz, V., A.R. Foroughi, A. Delkhoroshan, M.H. Ghaffari, R. Vakili dan A.K. Soleimani. 2013. Effect of different levels of protein with or without probiotics on growth performance and blood metabolite rensponse during pre- and post-weaning phases in male Kurdi lambs. Small Ruminant Research. 117 : 1-9.

Gambar

Gambar 1. Pengukuran bagian tubuh domba (Soenarjo, 1988)
Tabel 1. Pertambahan Bobot Badan dan Ukuran Tubuh DET muda Selama 9 minggu
Tabel 2. Data konsumsi Bahan Kering dan Protein Kasar

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 5 adalah grafik Sum Square Error (SSE) proses learning Jaringan saraf tiruan (JST) yang digunakan pada sistem ini menggunakan jenis multi layer perceptron.. Lapisan

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, khususnya di Kantor Kepolisian Resort Kota Besar Makassar, dengan menggunakan metode kepustakaan

puas dengan penyajian materi buku panduan dengan persentase capaian 28% dan mereka merasa puas dengan capaian 72%. Kemudian hasil persentase penyajian materi pelatihan

Sama halnya seperti yang terjadi kepada keseluruhan informan, walaupun mereka menyaksikan sinetron dengan adegan yang sama, yaitu aksi-aksi yang terkesan negatif

Baiknya Peranan Bidang Humas pada Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Provinsi Bengkulu dapat ditunjukkan oleh terlaksananya sebagian besar dari rangkaian

Penelitian yang dilakukan oleh Septianingrum (2016) berjudul “Konjungsi dalam Kalimat Majemuk Siswa Kelas X SMK (Studi Kasus Multisitus).” Persamaan penelitian

On kuitenkin huomattava, että niiden innovaatiot tulivat pian myös Britannian ja Saksan merivoimien käyttöön, joten niiden rajaamisella tutkimuksen ulkopuolelle ei menetetä