• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemberian Ijin Cuti Menjelang Bebas Bagi Narapidana di Rumah Tahanan Klas II B Wonogiri T1 312008025 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemberian Ijin Cuti Menjelang Bebas Bagi Narapidana di Rumah Tahanan Klas II B Wonogiri T1 312008025 BAB I"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul

Pembaharuan sistem secara lebih manusiawi dengan tidak melakukan perampasan

hak-hak kemerdekaan warga binaan pemasyarakatan, melainkan hanya pembatasan

kemerdekaan yang wajar sesuai dengan Perundang-undangan yang berlaku dan

norma-norma yang ada di masyarakat, merupakan dasar pertimbangan sistem pemasyarakatan

yang bertujuan untuk mempersiapkan warga binaan pemasyarakatan agar lebih

berintegrasi dan bertanggungjawab di masyarakat.

Perlakuan terhadap warga binaan pemasyarakatan dengan sistem pembinaan

pemasyarakatan disamping untuk mencegah diulanginya kejahatan serta perlindungan

terhadap masyarakat, diharapkan dapat lebih menumbuhkan partisipasi dari masyarakat

demi keberhasilan sistem pembinaan.

Dalam rangka mewujudkan sistem pembinaan pemasyarakatan, salah satu upaya

yang ditempuh adalah pemberian cuti menejelang bebas, yang merupakan bagian dari

program pembinaan tahap akhir dari Rumah tahanan. Cuti menjelang bebas merupakan

bagian dari hak-hak warga binaan pemasyarakatan yang diatur dalam Peraturan

Pemerintah No 28 Tahun 2006 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah No 32

Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan

(2)

2

Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tatat Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan

Bersyarat dan Cuti Menjelang Bebas.

Apabila dicermati pada Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan, telah mencantumkan pasal yang mengatur tentang hak-hak narapidana, yaitu pasal 14 ayat (1), pasal 22 ayat (1) dan Pasal 29 ayat (1). Dalam pasal-pasal tersebut hak-hak warga binaan diatur dan dijamin, mengingat adanya pengakuan hak-hak asasi manusia dan nilai kemanusiaan mengharuskan mereka diperlakukan sebagai subjek, dimana kedudukannya sejajar dengan manusia lain. Maka melalui Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan dan beberapa ketentuan lainnya, telah diatur sebagai penunjang pelaksanaan dalam Undang- undang tesebut.

Berkaitan dengan hak – hak narapidana yang diatur dalam UU No 12 Tahun 1995 dalam skripsi ini, penulis hanya akan membahas salah satu hak yang dipilih narapidana yaitu untuk mendapatkan ijin cuti menjelang bebas, karena dalam penelitian di Rumah Tahanan Wonogiri masih terdapat narapidana yang telah mengusulkan ijin untuk mendapatkan cuti menjelang bebas akan tetapi masih ada narapidana yang belum diijinkan untuk mendapatkan cuti menejelang bebas, dan dari data awal yang diperoleh penulis, bahwa penulis tertarik untuk meneliti hal-hal tersebut untuk mengetahui lebih lanjut mengenahi bagaimana syarat, tata cara pemberian cuti menjelang bebas dan

(3)

3

Tema tentang pembinaan ini pernah dibahas sebelumnya oleh beberapa mahasiswa

Fakultas Hukum tetapi dengan berbagai perbedaan. Berikut ini perbandingan skripsi

penulis dengan skripsi penulis yang lain.

Tabel 1 koruptor di LP Klas IIB

Salatiga 5 Permasalahan Pemberian cuti

menjelang bebas dan

6 Unit amatan Narapidana,petugas bagian pembinaan

(4)

4

Berdasarkan alasan pemilihan judul diatas, penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan mengambil judul

“ Pemberian

Ijin Cuti Menjelang Bebas Bagi Narapidana Di Rumah

Tahanan Klas II B

Wonogiri ”

Untuk dapat memahami judul diatas, penulis perlu mendefinisikan dari konsep- konsep yang penulis gunakan sbb :

a. Cuti Menjelang Bebas adalah proses pembinaan narapidana diluar Lembaga

pemasyarakatan yang dilaksanakan setelah menjalani 2/3 dari masa pidananya

berdasarkan pasal 16 Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan pasal 14 dan 29

UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.

b. Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidanan hilang kemerdekaan di

Lembaga Pemasyarakatan (Pasal 1 ayat 7 UU No. 12 Tahun 1995)

c. Rumah Tahanan adalah unit pelaksana teknis di bawah Kementerian Hukum dan

Hak Asasi Manusia (dahulu Departemen Kehakiman). Konsep pemasyarakatan

pertama kali digagas oleh Menteri Kehakiman Sahardjo pada tahun 1962, dimana

disebutkan bahwa tugas jawatan kepenjaraan bukan hanya melaksanakan

hukuman, namun tugas yang jauh lebih berat adalah mengembalikan orang-orang

yang dijatuhi pidana ke dalam masyarakat. Dengan jumlah penghuni lembaga

pemasyarakatan yang semakin tahun semakin bertambah menjadi salah satu

penyebab terjadinya over kapasitas, sehingga fungsi lembaga pemasyarakatan dan

(5)

5 B. Latar Belakang Masalah

Setiap Negara, Pemerintahan dengan berbagai kelembagaan didalamnya,

atau organisasi apapun dan segenap anggota masyarakat mengemban kewajiban

untuk mengakui, melindungi dan menegakkan hak-hak asasi manusia pada setiap

manusia, tanpa kecuali termasuk kepada narapidana dan atau pelaku tindak

pidana.

Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Rumah Tahanan, disamping dituntut untuk melaksanakan kewajiban- kewajiban dan tunduk atas segala peraturan yang berlaku didalamnya, dalam perkembangannya juga diiringi pemberian hak-hak yang bersifat melekat pada dirinya. Dalam memandang sistem pidana hilang kemerdekaan yaitu bagi narapidana yang mendapatkan perlakuan dengan kekerasan fisik maupun mental, maka digantikan dengan mendapat perlakukan layaknya seorang narapidana yang perlu adanya suatu pembinaan dan bimbingan dengan menempatkan seseorang yang menjalani hukuman atau penjara untuk mendapatkan perlakuan yang lebih manusiawi. Hal inilah yang kemudian mengantikan sistem kepenjaraan menjadi

sistem pemasyarakatan1

Istilah pemasyarakatan secara resmi mengantikan istilah kepenjaraan sejak

tanggal 27 April 1964 melalui amanat tertulis Presiden Soekarno di Lembang Bandung dalam rangka ‘retoling’ dan ‘reshaping’ dari sestem kepenjaraan yang

dianggap tidak selaras dengan ide pangayoman sebagai konsepsi hukum nasional

yang berkribadian Pancasila2

1 A. Widiada Gunakaya, Sejarah dan Konsepsi Pemasyarakatan, Armico, Bandung, 1988, hlm 10.

2 Adi Sujatno, Sistem Pemasyaakatan Indonesia , Direktorat Jenderal Pemasyaraktan Departemen Kehakiman dan

(6)

6

Konferensi Lembang tersebut di rumuskan prinsip-prinsip pokok yang

menyangkut perlakuan terhadap narapidana dan anak didik sebagai berikut :

1. ayomi dan berikan bekal hidup agar mereka dapat menjalankan peranan sebagai warga masyarakat yang baik dan berguna

2. penjatuhan pidana bukan tindakan balas dendam oleh Negara. Ini berarti bahwa tidak boleh ada penyiksaan terhadap narapidana dan anak didik, baik yang berupa tindakan, perlakuan, ucapan, cara perawatan ataupun penempatan. Satu-satunya derita yang dialami oleh narapidana dan anak didik hendaknya hanyalah dihilangkannya kemerdekaannya untuk bergerak dalam masyarakat bebas

3. berikan bimbingan, bukan penyiksaan, supaya mereka bertobat. Berikan kepada mereka pengertian mengenai norma-norma hidup dan kehidupan, dan sertakan mereka dalam kegiatan-kegiatan sosial untuk menumbuhkan rasa hidup kemasyarakatannya

4. negara tidak berhak membuat mereka menjadi lebih buruk atau lebih jahat daripada sebelumnya dijatuhi pidana, misalnya dengan mencampurbaurkan narapidana dan anak didik, yang melakukan tindak pidana berat dengan yang ringan, dan sebagainya

5. selama kehilangan kemerdekaan bergerak, para narapidana dan anak didik harus dikenalkan dengan dan tidak boleh diasingkan dari masyarakat. Antara lain kontak dengan masyarakat dapat terjelma dalam bentuk kunjungan hiburan kedalam Lembaga Pemasyarakatan dari anggota-anggota masyarakat bebas, dan kesempatan yang lebih banyak untuk berkumpul bersama sahabat dan keluarga

6. pekerjaan yang diberikan kepada narapidana dan anak didik tidak boleh bersifat sekedar pengisi waktu. Juga tidak boleh diberikan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan jawatan atau kepentingan negara pada waktu-waktu tertentu saja. Pekerjaan yang diberikan harus satu dengan pekerjaan yang terdapat di masyarakat, dan yang menunjang pembangunan, umpamanya menunjang usaha meningkatkan produksi pangan

7. bimbingan dan didikan yang diberikan kepada narapidana dan anak didik harus berdasarkan Pancasila. Antara lain ini berarti bahwa kepada mereka harus ditanamkan jiwa kegotongroyongan, jiwa toleransi, jiwa kekeluargaan, disamping pendidikan kerokhanian dan kesempatan untuk menunaikan ibadah agar memperoleh kekuatan spiritual

(7)

7

9. narapidana dan anak didik hanya dijatuhi pidana hilang kemerdekaan sebagai satu-satunya derita yang dapat dialaminya

10.disediakan dan dipupuk sarana-sarana yang dapat mendukung fungsi

rehabilitatif, korektif dan edukatif dalam sistem pemasyarakatan3

Dalam Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan,

yang dimaksud dengan pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan kegiatan pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem

pemidanaan dalam tata peradilan pidana4 yang bertujuan untuk mengembalikan

warga binaan pemasyarakatan terhadap kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh warga binaan serta merupakan penerapan dan bagian yang tak terpisahkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut sistem pemasyarakatan berusaha menitikberatkan kegiatan pada usaha-usaha perawatan, pembinaan, pendidikan dan bimbingan bagi warga binaan yang bertujuan untuk memulihkan hubungan yang asasi antara individu warga binaan dengan masyarakat. Menurut Suhardjo Negara yang telah mengambil kemerdekaan seseorang dan yang pada waktunya akan dikembalikan kepada masyarakat lagi, mempunyai kewajiban terhadap terpidana dan terhadap masyarakat.

Secara umum Hak – hak narapidana ini telah tertuang dalam

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan yaitu: 1. melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya 2. mendapat perawatan baik rohani maupun jasmani

3. mendapatkan pendidikan dan pengajaran

4. mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak 5. menyampaikan keluhan

3

Departemen Kehakiman, Dari sangkar ke sangkar suatu komitmen pengayoman, Jakarta, 1979, hlm 9

4 Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Himpunan Peraturan

(8)

8

6. mendapatkan bahan bacaan dan siaran media massa lainnya yang tidak dilarang 7. mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan

8. menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum, atau orang tertentu lainnya 9. mendapatkan pengurangan masa pidana

10. mendapatkan kesempatan berasimilasi ternasuk cuti mengunjungi keluarga 11. mendapatkan pembebasan bersyarat

12. mendapatkan cuti menjelang bebas

13.mendapatkan hak-hak Narapidana sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku5

Salah satu hak narapidana dalan Undang-undang Pemasyarakatan adalah

pembinaan yang melalui tahapan-tahapan hingga narapidana dikembalikan kepada

masyarakat dengan harapan tidak mengulangi perbuatannya lagi, maka dalam

progam tahap akhir yaitu cuti menjelang bebas (CMB) diberikan sebagai hak

kepada setiap narapidana dengan tujuan narapidana tidak dibina lagi di lembaga

pemasyarakatan tetapi dibina ditengah-tengah masyarakat dengan harapan tidak

ada lagi gambaran negatif dari masyarakat terhadap mantan narapidana. Tujuan

pembinaan berkaitan dengan tujuan akhir dari pemidanaan menurut Wirjono

Prodjodikoro, yaitu :

a. Untuk menakut-nakuti orang jangan sampai melakukan kejahatan baik secara menakut-nakuti orang banyak (generals preventif) maupun menakut-nakuti orang tertentu yang sudah melakukan kejahatan agar dikemudian hari tidak melakukan kejahatan lagi (speciale preventif), atau

b. Untuk mendidik atau memperbaiki orang-orang yang melakukan kejahatan agar menjadi orang-orang yang baik tabiatnya sehingga bermanfaat bagi

masyarakat6

5 Pasal 1 ayat 1 UU No 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan 6

(9)

9

Tujuan pemidanaan itu sendiri diharapkan dapat menjadi sarana

perlindungan masyarakat, rehabilitasi dan resosialisasi, serta aspek psikologi

untuk menghilangkan rasa bersalah bagi yang bersangkutan.

Adapun narapidana yang memperoleh hak - hak sampai akhir bulan

November tahun 2012 sebagai berikut :

Tabel 2

Hak yang diperoleh Narapidana di Rutan Klas IIB Wonogiri

Masa pidana Jumlah

Hak –hak yang diberikan kepada narapidana di Rumah Tahanan, meskipun

telah dijamin namun tidak diperoleh secara otomatis. Untuk memperoleh beberapa hak yang diberikan, narapidana harus memenuhi syarat, tata cara dan kriteria tertentu. Proses narapidana dalam memperoleh hak-nya untuk mendapatkan cuti

menjelang bebas harus memenuhi syarat subtantif yaitu telah menjalani 2/3 (dua

pertiga) dari masa pidananya dan jangka waktu cuti sama dengan remisi terakhir paling lama 6 (enam) bulan7

Selain syarat subtantif harus memenuhi syarat administratif, yaitu Kutipan putusan hakim (ekstra vonis), Laporan penelitian kemasyarakatan yang dibuat oleh Pembimbing Kemasyarakatan atau laporan perkembangan pembinaan Narapidana yang dibuat oleh Wali Pemasyarakatan, Surat Pemberitahuan ke Kejaksaan Negeri tentang rencana pemberian Cuti Menjelang Bebas terhadap Narapidana yang bersangkutan, Salinan register F (daftar yang memuat tentang pelanggaran tata tertib yang dilakukan Narapidana selama menjalankan masa pidana dari Kepala LAPAS atau Kepala RUTAN, Salinan daftar perubahan atau

7

(10)

10

pengurangan masa pidana, seperti grasi, remisi dan lain-lain dari Kepala Lapas atau Kepala Rutan, Surat pernyataan kesanggupan dari pihak yang akan menerima Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan seperti pihak keluarga, sekolah, Instansi Pemerintah atau Swasta dengan diketahui oleh Pemerintah Daerah setempat serendah-rendahnya Lurah atau Kepala Desa8

Berdasarkan syarat- syarat diatas yang dapat mengajukan hak cuti

menjelang bebas hanya yang dijatuhkan pidana lima belas bulan atau lebih dari

tiga tahun, mengingat syarat dari cuti menjelang bebas narapidana harus menjalani

2/3 dari masa pidana atau tidak kurang dari 9 bulan. Dan dari tabel diatas

menunjukan bahwa pemberian hak – hak narapidana khususnya tentang

pemberian cuti menjelang bebas kurang efektif dan optimal, dikarenakan tidak

banyak narapidana yang telah menjalani pidana dengan memenuhi syarat minimal

dalam memperoleh cuti menjelang bebas. Minimnya jumlah narapidana yang

hanya terdapat empat orang narapidana saja yang diberikan cuti menjelang bebas

menggambarkan kepada penulis bahwa terdapat kendala/hambatan dalam

pelaksanan pemberian cuti menjelang bebas.

C. Rumusan Masalah

Dari pemaparan diatas, maka penulis merumuskan permasalahan mengenai hal

tersebut sebagai berikut :

a. Bagaimanakah pelaksanaan pemberian ijin cuti menjelang bebas bagi narapidana di

Rumah Tahanan Klas II B Wonogiri ?

b. Apakah yang menjadi hambatan dalam pemberian ijin cuti menjelang bebas tersebut ?

8

(11)

11 D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dibuat untuk meneliti beberapa hal, dengan tujuan yang ingin

dicapai adalah:

a. Untuk mengetahui pelaksanaan pemberian ijin cuti menjelang bebas bagi narapidana

di Rutan Klas IIB Wonogiri.

b. Untuk mengetahui hambatan dalam pemberian ijin cuti menjelang bebas bagi

narapidana di Rutan Klas IIB Wonogiri.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

a. Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan

hukum pada umumnya dan pada khususnya yang berhubungan dengan sistem

pembinaan narapidana.

b. Dapat menambah literatur, bahan penelitian ilmiah dan sumbangan pemikiran di

(12)

12

2. Manfaat praktis

a. Untuk memberikan penjelasan pada pihak yang tertarik dan berkepentingan

mengenahi pemberian cuti menjelang bebas bagi narapidana.

b. Dapat mengungkapkan permasalahan yang terjadi yang berkaitan dengan

pemberian cuti menjelang bebas bagi narapidana.

F. Metode Penelitian

Agar dapat memperoleh keterangan yang lengkap serta dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya, maka dalam suatu pelaksanaan penelitian

diperlukan adanya suatu metodologi penelitian.

Adapun langkah-langkah dan teknis penelitian yang penulis gunakan adalah

sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang ditunjukan

untuk memberikan data yang seteli mungkin tentang manusia, keadaan atau

gejala-gejala lainnya9, dalam hal ini berkaitan dengan tindakan – tindakan yang

dilakukan Rumah Tahanan dalam pemberian ijin cuti menjelang bebas bagi

narapidana di Rumah Tahanan klas II B Wonogiri.

9

(13)

13

2. Pendekatan Masalah

Pendekatan yuridis normatif dimaksudkan sebagai penelahan dalam tataran

konseptional tentang arti dan maksud berbagai peraturan perundang-undangan

yang berkaitan dengan syarat dan prosedur dalam pengajukan ijin cuti menjelang

bebas10

3. Jenis Data

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari objek penelitian. Data primer berupa

keterangan langsung yang diperoleh dari hasil wawancara dengan petugas Rumah

Tahanan dan dengan para narapidana sebagai responden.

b. Data sekunder, yaitu data yang mendukung dan melengkapi data primer,

diantaranya mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil

penelitian yang berwujud laporan, data – data dari internet dan seterusnya yang

terkait dengan masalah yang akan diteliti.

4. Metode Pengumpulan data

Untuk memperoleh data primer maka teknik pengumpulan data dilakukan dengan

cara sebagai berikut:

10

(14)

14

a. Wawancara dilakukan dengan tanya jawab dengan para pihak yang terkait dengan

penelitian antara lain :

1. Petugas bagian pembinaan warga binaan

2. Narapidana

b. Observasi

Observasi adalah suatu studi yang dilakukan dengan sengaja/terencana dan

sistematis melalui penglihatan/pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala

spontan yang terjadi saat kegiatan sedang dilangsungkan. Pengamatan yang

dilakukan penulis secara langsung dengan mendatangi Rumah Tahanan Klas II B

Wonogiri untuk melihat kondisi yang sebenarnya

c. Studi kepustakaan

Pengumpulan data dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari buku,

literatur, peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian

diantaranya:

1. Undang – undang nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan

2. Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2006 tentang perubahan Peraturan

Pemerintah republik Indonesia Nomor 32 tahun 1999 Tentang Syarat dan

(15)

15

3. Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI NO.01.PK.04.10 Tahun 2007 Tentang

Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan asimilasi, pembebasan bersyarat dan cuti

menjelang bebas.

5. Unit Amatan

Di dalam penulisan ini yang ditempatkan sebagai unit amatan adalah Peraturan

Menteri Hukum dan HAM RI NO.01.PK.04.10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan

Tata Cara Pelaksanaan asimilasi, pembebasan bersyarat dan cuti menjelang bebas.

6. Unit Analisis

Pemberian ijin cuti menjelang bebas bagi narapidana di Rumah Tahanan Klas II B

Gambar

Tabel 1               Perbandingan Skripsi
Tabel 2 Hak yang diperoleh Narapidana di Rutan Klas IIB Wonogiri

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap pada tanah yang belum bersertifikat berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Negara

Permainan Fish Hunter Terpopuler dan Deposit Murah Agen Jakarta Selatan – Bagi anda yang tidak percaya bisa bergabung untuk membuktikan bahwa yang saya jelaskan adalah benar dan

ini adalah Untuk mendeskripsikan penerapan metode pembelajaran snowball throwing yang dapat meningkatkan prestasi belajar matematika materi pokok.

Hutama Karya (Persero) sebagai pengguna jasa melakukan pembayaran terhadap apa yang telah dikerjakan oleh penyedia jasa dengan jangka waktu sesuai yang telah disepakati antara para

setelah menyelesaikan akad kredit dan tanpa dikurangi biaya-biaya apapun oleh Bank Rakyat Indonesia. Bank Rakyat Indonesia adalah suku bunga yang relatif rendah yang

Di BKD Kabupaten Cilacap tidak terlepas dari permasalahan yang timbul akibat kurangnya pemahaman pegawai terkait dengan pekerjaannya. Peraturan yang tidak tetap dan

[r]

Seharusnya kalau ditinjau dari Pasal 4 ayat (1) Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 10 TAHUN 2009 Baku Mutu Udara Ambien Dan Emisi Sumber Tidak Bergerak Di