PENGARUH PERUBAHAN FRAKSI HARGA TERHADAP
LIKUIDITAS SAHAM DI
JAKARTA ISLAMIC INDEX
(JII)
SKRIPSI
Oleh:
RIZKI DINIHARI
NIM. C74212127
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGAM STUDI EKONOMI SYARIAH
SURABAYA
i
PENGARUH PERUBAHAN FRAKSI HARGA TERHADAP
LIKUIDITAS SAHAM DI JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)
SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Ilmu Ekonomi Syariah
Oleh : RIZKI DINIHARI NIM : C74212127
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Program Studi Ekonomi Syariah
Surabaya
v ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana pengaruh perubahan fraksi harga tahun 2007 dan tahun 2014 terhadap likuiditas saham di Jakarta Islamic Index (JII) serta apakah perubahan likuiditas saham karena adanya kebijakan fraksi harga pada tahun 2007 berbeda dengan perubahan likuiditas saham karena adanya kebijakan fraksi harga pada tahun 2014.
Pada penelitian ini likuiditas saham dengan adanya perubahan fraksi harga pada tahun 2007 dan tahun 2014 diukur dengan menggunakan average relative spread (ARS) dan average trading volume activity (ATVA). Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif komparatif yang kemudian diverifikasi berdasarkan teori. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 perusahaan pada kebijakan fraksi harga tahun 2007 dan 30 perusahaan pada kebijakan fraksi harga tahun 2014 yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII), dengan periode penelitian yaitu satu bulan sebelum dan satu bulan sesudah perubahan kebijakan fraksi harga. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji paired t-test, untuk menguji apakah terdapat perbedaan pada kondisi sebelum dan sesudah perubahan kebijakan fraksi harga, dan ujiIndependent t-test, untuk menguji perbedaan perubahan fraksi harga tahun 2007 dan tahun 2014.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat peningkatan likuiditas saham yang signifikan sesudah perubahan kebijakan fraksi harga tahun 2007, jika diukur dengan ARS. Sedangkan jika diukur dengan ATVA terdapat peningkatan likuiditas saham yang tidak signifikan sesudah perubahan kebijakan fraksi harga tahun 2007. (2) Terdapat peningkatan likuiditas saham yang signifikan sesudah perubahan kebijakan fraksi harga tahun 2014, jika diukur dengan ARS, demikian juga terdapat peningkatan likuiditas saham yang signifikan sesudah perubahan kebijakan fraksi harga tahun 2014, jika diukur dengan ATVA. (3) Perubahan likuiditas saham karena adanya kebijakan fraksi harga tahun 2007 berbeda dengan kebijakan fraksi harga tahun 2014, jika diukur dengan ARS. Namun jika diukur dengan ATVA, perubahan likuiditas saham karena adanya kebijakan fraksi harga tahun 2007 tidak berbeda dengan kebijakan fraksi harga tahun 2014.
Kata Kunci : Fraksi Harga, Relative Spread, Trading Volume Activity, Paired t-test, Independent t-test, Likuiditas Saham, Jakarta Islamic Index
viii DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR TRANSLITERASI ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Kegunaan Hasil Penelitian ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12
A. Landasan Teori ... 12
1. Pengertian dan Macam Pasar Modal ... 12
2. Pasar Modal Syariah ... 13
3. Jakarta Islamic Index (JII) ... 16
4. Mekanisme Perdagangan Saham... 18
5. Fraksi Harga dan Satuan Perdagangan Saham ... 20
6. Pengertian Likuiditas Saham... 21
7. Pengukuran Likuiditas Saham ... 22
8. Perubahan Fraksi Harga Tahun 2007, 2014 dan Likuiditas Saham ... 28
B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 31
ix
D. Hipotesis ... 37
BAB III METODE PENELITIAN... 38
A. Jenis Penelitian ... 38
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 39
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 39
D. Variabel Penelitian ... 40
E. Definisi Operasional... 40
F. Data dan Sumber Data ... 42
G. Teknik Pengumpulan Data ... 43
H. Teknik Analisis Data ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 48
A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 48
B. Analisis Data ... 53
1. Statistik Deskriptif ... 53
2. Uji Normalitas ... 54
3. Uji Hipotesis ... 56
BAB V PEMBAHASAN ... 62
A. Perubahan Kebijakan Fraksi Harga Tahun 2007 dan Pengaruhnya Terhadap Likuiditas Saham... 62
B. Perubahan Kebijakan Fraksi Harga Tahun 2014 dan Pengaruhnya Terhadap Likuiditas Saham... 64
C. Likuiditas Saham Pada Perubahan Kebijakan Fraksi Harga Tahun 2007 dan 2014 ... 68
BAB VI PENUTUP ... 73
A. Kesimpulan ... 73
B. Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 75
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1.1 Fraksi Harga Tahun 2014 ... 2 1.2 Perkembangan Perubahan Fraksi Harga di BEI ... 4 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 34 4.1 Kode dan Nama Perusahaan Perubahan Kebijakan Fraksi Harga
Tahun 2007 ... 48 4.2 Kode dan Nama Perusahaan Perubahan Kebijakan Fraksi Harga
Tahun 2014 ... 49 4.3 Perubahan Kebijakan Fraksi Harga di Bursa Efek Indonesia ... 52 4.4 Analisis Deskriptif ... 53 4.5 Uji Normalitas data tahun 2007 dengan Kolmogorov-Smirnov Test .... 55 4.6 Uji Normalitas data tahun 2014 dengan Kolmogorov-Smirnov Test .... 56 4.7 Hasil Pengujian ARS dan ATVA Kebijakan Fraksi Harga 2007 ... 57 4.8 Hasil Pengujian ARS dan ATVA Kebijakan Fraksi Harga 2014 ... 59 4.9 Hasil Pengujian Perubahan ARS dan ATVA Pada Kebijakan
Fraksi Harga Tahun 2007 dan 2014………. 60
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR TRANSLITERASI
Di dalam naskah skripsi ini banyak dijumpai nama dan istilah teknis
(technical term) yang berasal dari bahasa Arab ditulis dengan huruf Latin. Pedoman transliterasi yang digunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Transliterasi Huruf
No. Arab Latin No. Arab Latin
1 ا a 16 ط t}
2 ب b 17 ظ z}
3 ت t 18 ع ‘
4 ث th 19 غ gh
5 ج j 20 ف f
6 ح h} 21 ق q
7 خ kh 22 ك k
8 د d 23 ل l
9 ذ dh 24 م m
10 ر r 25 ن n
11 ز z 26 و w
12 s 27 ه h
13 ش sh 28 ء ’
14 ص s{ 29 y
15 ض d{
2. Vokal tunggal (monoftong) yang dilambangkan dengan harakat, ditranslitersikan sebagai berikut:
xiii
3. Vokal rangkap (diftong) yang dilambangkan secara gabungan antara harakat dan huruf, ditransliterasikan sebagai berikut :
a. Vokal rangkap (وا) dilambangkan dengan huruf aw, seperti: Maw‘id}ah, al-yawm.
b. Vokal rangkap )يا ) dilambangkan dengan huruf ay, seperti: laya>li>, shamsi>yah.
4. Vokal panjang (madd) ditransliterasikan dengan menuliskan huruf vokal disertai coretan horizontal (macron) diatasnya (a>-i>-u>), contoh: al-Ji>la>ni>,
nas}u>h}a>, dan sebagainya.
5. Shaddah ditransliterasikan dengan menuliskan huruf yang bertanda shaddah dua kali (dobel) seperti, kaffah, t}ayyi>b, sadd, zuyyin, dan sebagainya.
6. Lam ta‘rif tetap ditransliterasikan mengikuti teks (bukan bacaan) meskipun
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal
mendefinisikan pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek. Pasar modal mempunyai peran yang strategis dalam
pembangunan nasional sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia
usaha dan wahana investasi bagi masyarakat.1
Untuk membuat pasar modal agar lebih bergairah lagi serta
mempertimbangkan risiko investasi yang cukup besar bagi investor, PT Bursa
Efek Indonesia mengambil kebijakan dengan mengubah satuan fraksi harga
yang dituangkan dalam Surat Keputusan PT Bursa Efek Indonesia Nomor :
Kep-00071/BEI/11-2013, perihal : perubahan satuan perdagangan dan fraksi
harga yang dikeluarkan pada tanggal 8 November 2013 dan diberlakukan
pada tanggal 6 Januari 2014. Motivasi Bursa Efek Indonesia menurunkan
fraksi harga yaitu:
Bahwa besaran satuan perdagangan dan fraksi harga merupakan komponen struktur mikro pasar yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan likuiditas saham. Perubahan tersebut dilakukan dalam rangka menciptakan perdagangan yang teratur, wajar dan efisien serta untuk lebih meningkatkan likuiditas dan kapitalisasi pasar serta meningkatkan daya saing, maka dipandang perlu untuk melakukan penyesuaian atas besaran satuan perdagangan dan fraksi harga, rentang
1
2
harga dan penggunaan fraksi harga (tick size) dalam saham di bursa efek Indonesia mulai berlaku sejak tanggal 6 Januari 2014.2
Berikut tabel 1.1 menjelaskan mengenai perubahan fraksi harga baru
yang berlaku di Bursa Efek Indonesia.
Tabel 1.1
Fraksi Harga di Bursa Efek Indonesia efektif mulai 6 Januari 2014
Harga Saham Fraksi Harga
Maksimal Jenjang Perubahan Harga
< Rp 500,- Rp 1,- Rp
20,-Rp 500,- < harga < 20,-Rp 5000,- Rp 5,- Rp
100,-≥Rp 5000,- Rp 25,- Rp
500,-Sumber: PT Bursa Efek Indonesia
Sistem fraksi harga di Bursa Efek Indonesia telah beberapa kali
mengalami perubahan. Sampai dengan 3 Juli 2000 Bursa Efek Indonesia
menetapkan fraksi tunggal untuk seluruh harga saham yaitu sebesar Rp
25,-(dua puluh lima rupiah). Bursa Efek Indonesia kemudian mengubah kembali
sistem fraksi harga dengan menurunkan fraksi harga tersebut menjadi Rp
5,-(lima rupiah) yang efektif berlaku sejak 3 Juli 2000 sampai dengan 19
Oktober 2000.
Pada 20 Oktober 2000, Bursa Efek Indonesia mulai menetapkan sistem
multi fraksi untuk harga saham di Bursa Efek Indonesia. Untuk kelompok
harga saham dibawah Rp 500,- (lima ratus rupiah), Bursa Efek Indonesia
menetapkan fraksi sebesar Rp 5,- (lima rupiah). Untuk kelompok harga
saham mulai Rp 500,- (lima ratus rupiah) sampai dengan Rp 5000,- (lima ribu
rupiah), fraksi harga ditetapkan sebesar Rp 25,- (dua puluh lima rupiah).
2
3
Untuk kelompok harga saham diatas Rp 5000,- (lima ribu rupiah), fraksi
harga yang ditetapkan adalah sebesar Rp 50,- (lima puluh rupiah).
Kemudian, sejak tanggal 3 Januari 2005, Bursa Efek Indonesia kembali
menurunkan fraksi harga saham dimana saham pada kelompok harga mulai
dari Rp 500,- (lima ratus rupiah) sampai dengan Rp 2000,- (dua ribu rupiah)
yang semula fraksinya berada pada Rp 25,- (dua puluh lima rupiah)
diturunkan menjadi Rp 10,- (sepuluh rupiah). Saham pada kelompok harga
lainnya yaitu pada kelompok harga dibawah Rp 500,- (lima ratus rupiah),
kelompok harga Rp 2000,- (dua ribu rupiah) sampai dengan Rp 5000,- (lima
ribu rupiah) dan kelompok harga diatas Rp 5000,- (lima ribu rupiah) tetap
menggunakan fraksi harga lama yang efektif berlaku sejak 20 Oktober 2000.
Dua tahun kemudian, Bursa Efek Indonesia kembali mengubah sistem
fraksi harga yang dibentuk menjadi 5 (lima) kelompok. Untuk kelompok
harga saham dibawah Rp 200,- (dua ratus rupiah) fraksi yang berlaku adalah
sebesar Rp 1,- (satu rupiah). Untuk kelompok harga saham mulai dari Rp
200,- (dua ratus rupiah) sampai dengan Rp 500,- (lima ratus rupiah) fraksi
yang diberlakukan adalah sebesar Rp 5,- (lima rupiah). Untuk Kelompok
harga saham dari Rp 500,- (lima ratus rupiah) sampai dengan Rp 2000,- (dua
ribu rupiah) Bursa Efek Indonesia menetapkan fraksi sebesar Rp
10,-(sepuluh rupiah). Untuk kelompok harga saham Rp 2000,- (dua ribu rupiah)
sampai dengan Rp 5000,- (lima ribu rupiah) fraksi yang ditetapkan adalah
4
puluh rupiah) ditetapkan untuk kelompok harga saham diatas Rp 5000,- (lima
ribu rupiah).
Tabel 1.2 berikut menjelaskan mengenai perkembangan perubahan fraksi
harga yang diberlakukan di Bursa Efek Indonesia.
Tabel 1.2
Perkembangan Perubahan Fraksi Harga Di Bursa Efek Indonesia
Harga Fraksi
Harga
Saham Sebelum 3 Juli– 20 3 Januari 2 Januari 6 Januari tanggal 3 19 Oktober 2005 2007 2014 Juli 2000 Oktober 2000 (Multi (Multi (Multi
(Fraksi 2000 (Multi fraksi) Fraksi) Fraksi) Tunggal) (Fraksi Fraksi)
Tunggal)
< Rp
1,-Rp
200,-Rp 200,- Rp 5,- Rp
5,-< harga 5,-< Rp 5,- Rp 1,-Rp
Rp
500,-< harga 500,-< Rp 25,- Rp 5,- Rp 10,- Rp 10,-Rp
2000,-Rp 2000,- Rp 25,- Rp
5,-< harga 5,-< Rp 25,- Rp 25,-Rp
5000,-≥ Rp 50,- Rp 50,- Rp 50,- Rp 25,-Rp
5000,-Sumber: PT Bursa Efek Indonesia
Kebijakan fraksi harga merupakan salah satu bentuk pengaturan
mekanisme perdagangan yang akan mengubah perilaku pembentukan harga.3
Timbulnya harga terjadi karena adanya transaksi perdagangan yang terjadi
atau match. Bertemunya harga permintaan dan penawaran serta ketersediaan
3
5
saham untuk diperjualbelikan turut mendukung terbentuknya harga yang
membuat transaksi perdagangan saling bertemu (match). Harga penawaran dalam pasar modal sering disebut dengan harga minat jual (offer/ask) sedangkan harga permintaan disebut dengan harga minat beli (bid). Selisih antara harga bid dan ask ini sering disebut dengan bid-ask spread yang merupakan indikator yang sering digunakan dalam mengukur likuiditas
saham. Spread minimum antara bid dan ask dikenal dengan nama tick size
(fraksi harga) yang menunjukkan perubahan harga minimum yang dapat
terjadi untuk setiap kali transaksi.4 Adapun fraksi harga disetiap bursa diatur
atau ditentukan oleh otoritas bursa.
Keadaan semakin kecilnya selisih harga bid dan harga ask (bid-ask spread) sampai harga tersebut pada akhirnya bertemu (match) dan menimbulkan transaksi perdagangan menunjukkan saham tersebut memiliki
likuiditas yang baik atau likuid karena bisa diperdagangkan pada saat trader
ingin melakukan transaksi perdagangan.5
Likuiditas menggambarkan bagaimana saham tersebut pada akhirnya
dapat diperdagangkan, sehingga merupakan faktor yang penting dalam
kegiatan transaksi di pasar modal. Salah satu yang mendukung terwujudnya
likuiditas adalah ukuran fraksi harga karena fraksi harga yang akan
mendekatkan dan mempertemukan hargabiddanofferpada sebuah transaksi.
4
Yakov Amihud dan Haim Mendelson, “Liquidity and Asset Price: Financial Management Implications”,Financial Management, No. 1, Vol. 17 (Maret, 1988), 13.
5
6
Beberapa penelitian terdahulu mengenai perubahan fraksi harga terhadap
bid ask spread6 dan volume perdagangan7 menunjukkan hasil yang berbeda. Sie Ting Lau dan Thomas H. McInish menemukan bid ask spread dan volume perdagangan justru mengalami penurunan setelah Stock Exchange of Singaporemenurunkan fraksi 50 sen menjadi 10 sen untuk saham berharga di atas 5 dollar Singapura yang dilakukan pada tanggal 18 Juli 1994.8 Tavy Ronen dan Daniel G. Weaver juga menemukan bahwa bid ask spread juga mengalami penurunan, sementara untuk volume perdagangan tidak
meningkat signifikan setelah adanya penurunan fraksi harga pada tahun
1997.9Jeffrey Bacidore, Robert Battalio dan Robert Jennings, Hee-Joon Ahn,
Charles Cao dan Hyuk Choe, serta Gregory MacKinnon dan Howard
Nemiroff, dalam penelitian lain meneliti penurunan fraksi harga pada tanggal
15 April 1996 dari 0.125 dollar Kanada menjadi 0.05 dollar Kanada untuk saham berharga di atas 5 dollar Kanada di Toronto Stock Exchange, menemukan bahwa bid ask spread menurun signifikan dan volume perdagangan meningkat.10
6
Bid/Ask Spreadadalah perbedaan harga beli dan jual pada suatu waktu tertentu. Jika spread semakin berkurang, maka semakin tinggi likuiditas keadaan pasar saat itu. Ellen May, Smart Trader Rich Investor, (Jakarta: Gramedia, 2013), 28.
7
Volume perdagangan adalah jumlah lembar saham yang diperdagangan pada periode tertentu. Semakin banyak dan semakin besar investor menginvestasikan modalnya pada saham akan menjadikan saham-saham yang diperdagangkan semakin likuid. Ibid., 35.
8Sie Ting Lau dan Thomas H. McInish, “Reducing Tick Size on Stock Exchange of Singapore”,
Pasific Basin Finance, No. 4, Vol. 3 (Desember, 1995), 495.
9
Tavy Ronen dan Daniel G. Weaver,The Effect of Tick Size on Volatility, Trader Behavior, and Market Quality, (Newark: Rutgers University, 1998), 28.
10
7
Ada dua hal yang membuat penelitian ini menjadi menarik. Pertama,
beberapa bukti empiris terdahulu mengenai perubahan kebijakan fraksi harga
terhadap bid ask spread dan volume perdagangan menunjukkan hasil yang berbeda. Kedua perubahan fraksi harga yang diikuti dengan perubahan satuan
perdagangan saham (lot) turut membuat fenomena ini menjadi menarik untuk diteliti. Peneliti yang mendukung fraksi lebih kecil antara lain Jeffrey Ricker,
Gregory MacKinnon dan Howard Nemiroff beranggapan bahwa fraksi harga
lebih kecil menurunkan bid ask spread yang berarti menurunkan biaya transaksi dan menguntungkan investor, akibatnya volume perdagangan dapat
meningkat.11 Di pihak lain Michael Goldstaein dan Kenneth Kavajecz
beragumentasi bahwa walaupun fraksi lebih kecil, tetapi liquidity provider
dan pedagang besar dirugikan yang berakibat biaya transaksi berskala besar
meningkat, dan volume perdagangan mungkin dapat menurun.12
Penelitian ini menguji pengaruh perubahan fraksi harga yang terjadi pada
tahun 2007 dan tahun 2014 terhadap likuiditas saham di Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada kelompok saham yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index
(JII). Alasan peneliti menguji penurunan fraksi harga tahun 2007 dan tahun
2014 yaitu selain untuk mengetahui apakah perubahan kebijakan fraksi harga
tahun 2007 dan tahun 2014 dapat meningkatkan likuiditas saham, juga untuk
HowardNemiroff, “Liquidity and Tick Size: Does Decimalization Matter?”,Financial Research, No. 3, Vol. 22 (Agustus, 1999), 296.
11Jeffrey P. Ricker, “Breaking the Eight: Sixteenths on the New York Stock Exchange”,
Working Paper(Maret, 1998), 17., Gregory MacKinnon dan Howard Nemiroff, “Liquidity and Tick Size: Does Decimalization Matter?”Financial Research, No. 3, Vol. 22 (Agustus, 1999), 298.
12
8
mengetahui diantara kebijakan fraksi harga tahun 2007 dan 2014, manakah
yang lebih berdampak pada peningkatan likuiditas saham. Menurut analis
Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Budi Frensidy aturan fraksi harga
tahun 2014 dinilai kurang memberikan keuntungan yang maksimal baik
kepada broker (perusahaan sekuritas) maupun investor saham dan mendesak
Bursa Efek Indonesia (BEI) agar mengubah ketentuan fraksi harga
dikembalikan menggunakan ketentuan yang lama yaitu fraksi harga tahun
2007.13
Penelitian ini dilakukan pada kelompok saham yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII), karena indeks ini dipandang sebagai modal awal dalam mendirikan pasar modal syariah. Jakarta Islamic Index (JII) digunakan sebagai tolok ukur (benchmark) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis syariah di Indonesia yang memiliki tingkat likuiditas
rata-rata perdagangan saham yang tinggi.14
Jakarta Islamic Index (JII) menjadi alternatif acuan investasi bagi investor yang mengedepankan prinsip syariah dalam berinvestasi. Performa
indeks ini setahun terakhir cukup menarik. Dalam rentang setahun, selama
2014, IHSG melesat 20,79%, dan JII naik 15,92%. Berlanjut, ketika IHSG
mencapai rekor tertinggi pada 6 Maret 2015 pada posisi 5.514,787 (naik
5,19% sejak awal 2015), JII ikut terkerek ke posisi 734,847 (naik 5,81% sejak
awal 2015). Melihat fakta tersebut, pergerakan indeks syariah berjalan seiring
13Dewi Rachmat Kusuma, “Broker Minta Fraksi Harga Saham Lama Diberlakukan Lagi”, dalam
http://finance.detik.com/read/2015/07/08/172146/2963856/6/broker-minta-fraksi-harga-saham-lama-diberlakukan-lagi, diakses pada 10 Oktober 2015.
14
9
dengan perkembangan IHSG. Hal ini juga menunjukkan, bahwa
saham-saham yang direkomendasikan secara resmi oleh Dewan Ekonomi Syariah ini
cukup mendapat respon dari para investor.15
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini menarik diteliti untuk
menguji dan mendapatkan bukti secara empiris bagaimana pengaruh fraksi
harga terhadap likuiditas saham yang diukur dengan menggunakan average relative spread dan average trading volume activitydi Jakarta Islamic Index
(JII) untuk menemukan simpulan yang tepat dan berguna bagi pihak yang
berkepentingan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan
yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat peningkatan rata-rata likuiditas saham sesudah
perubahan kebijakan fraksi harga dibanding dengan sebelum perubahan
kebijakan kebijakan fraksi harga pada tahun 2007?
2. Apakah terdapat peningkatan rata-rata likuiditas saham sesudah
perubahan kebijakan fraksi harga dibanding dengan sebelum perubahan
kebijakan kebijakan fraksi harga pada tahun 2014?
3. Apakah rata-rata perubahan likuiditas saham karena adanya kebijakan
fraksi harga pada tahun 2007 berbeda dengan kebijakan fraksi harga pada
tahun 2014?
15Bursa Efek Indonesia, “Kinerja Indeks Syariah di BEI”,
10
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang diharapkan
tercapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui peningkatan rata-rata likuiditas saham sesudah perubahan
kebijakan fraksi harga dibanding dengan sebelum perubahan kebijakan
fraksi harga pada tahun 2007.
2. Mengetahui peningkatan rata-rata likuiditas saham sesudah perubahan
kebijakan fraksi harga dibanding dengan sebelum perubahan kebijakan
fraksi harga pada tahun 2014.
3. Mengetahui rata-rata perubahan likuiditas saham karena adanya
kebijakan fraksi harga pada tahun 2007 berbeda dengan kebijakan fraksi
harga pada tahun 2014.
D. Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang
berkepentingan khususnya mengenai pengaruh perubahan fraksi harga yang
berlaku di Bursa Efek Indonesia. Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran
untuk sumber referensi dan bahan masukan yang bermanfaat yang dapat
memberikan kontribusi pemikiran bagi penulis lain mengenai pengaruh
perubahan fraksi harga terhadap likuiditas saham.
11
a. Bagi PT Bursa Efek Indonesia sebagai tambahan informasi yang
berkaitan dengan perubahan yang terjadi akibat pelaksanaan
kebijaksanaan baru dalam tawar menawar saham.
b. Bagi investor dan calon investor dapat menggunakan informasi dari
penelitian ini untuk mengambil keputusan berinvestasi apabila terjadi
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian dan Macam Pasar Modal
Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat
utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun
instrumen lainnya.1 Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi
perusahaan maupun instansi lainnya (pemerintah) dan sarana bagi
kegiatan berinvestasi. Dana yang didapatkan dari pasar modal dapat
digunakan untuk pengembangan usaha, penambahan modal kerja dan
lain-lain. Menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pasar
modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.2
Jenis pasar modal dibagi menjadi 2 macam yaitu pasar perdana
(primary market) dan pasar sekunder (secondary market). Pasar perdana adalah pasar modal yang memperdagangkan saham-saham atau sekuritas
lainnya yang dijual untuk pertama kalinya (penawaran umum) sebelum
saham tersebut dicatatkan di bursa. Harga saham di pasar perdana
ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang akan go public,
1
Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab, (Jakarta: Salemba Empat, 2006), 1.
2
13
berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan. Pasar
sekunder adalah pasar modal untuk perdagangan saham setelah melewati
masa penawaran pada pasar perdana dan dapat diperjualbelikan secara
luas antar investor. Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh
permintaan dan penawaran antara pembeli dan penjual sekuritas.3
2. Pasar Modal Syariah
Pasar modal merupakan salah satu alternatif bagi masyarakat untuk
menginvestasikan hartanya. Konsep investasi dianjurkan bagi setiap
muslim. Adapun landasan investasi dijelaskan dalam surat Al-Hasyr ayat 18 sebagai berikut:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.4
Kata waltandzur nafsun maa qaddamat lighad dapat pula diartikan bukan saja memperhatikan kehidupan akhirat namun memperhatikan
kehidupan dunia karena kata ghad bisa berarti besok pagi, lusa atau waktu yang akan datang. Investasi akhirat dan dunia menjadi suatu hal yang
wajib bagi orang yang beriman kepada Allah dengan selalu bertaqwa
kepada-Nya.
3
Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi keenam (Yogyakarta: BFFE, 2006), 13.
4
14
Pada dasarnya ketentuan dalam sistem keuangan Islam memiliki
hikmah dan makna yang baik bagi kehidupan umat manusia. Sesuai
dengan kaidah fiqih dalam bermuamalah bahwa semua jenis muamalah diperbolehkan (mubah) kecuali ada dalil pengharamannya. Oleh karena itu, manusia diberi kebebasan bertanggung jawab dalam bermuamalah,
yaitu kebebasan yang dibatasi oleh tanggung jawab untuk menegakkan
prinsip-prinsip syariah Islam.
Pemahaman terhadap konsep dasar keuangan Islam menjadi
landasan dalam mendefinisikan pasar modal syariah. Definisi pasar modal
di Indonesia sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal (UUPM) adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi
yang berkaitan dengan efek. Berdasarkan definisi tersebut, terminologi
pasar modal syariah dapat diartikan sebagai kegiatan dalam pasar modal
sebagaimana yang diatur dalam UUPM yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah. Oleh karena itu, pasar modal syariah bukanlah suatu
sistem yang terpisah dari sistem pasar modal secara keseluruhan. Secara
umum kegiatan pasar modal syariah tidak memiliki perbedaan dengan
pasar modal konvensional, namun terdapat beberapa karakteristik khusus
15
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah, seperti terhindar dari unsur
riba’, gharar, judi (masyir), haram, dan syubhat.5
Kriteria pemilihan saham syariah didasarkan kepada Peraturan
Bapepam & LK No. II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek
syariah, pasal 1.b.7. Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa efek
berupa saham, yang diterbitkan oleh emiten atau perusahaan publik yang
tidak menyatakan bahwa kegiatan usaha serta cara pengelolaan usahanya
dilakukan berdasarkan prinsip syariah, sepanjang emiten atau perusahaan
publik tersebut:6
a. Tidak melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam angka
1 huruf b Peraturan Nomor IX.A.13 yang bertentangan dengan
prinsip-prinsip syariah antara lain:
1) Perjudian dan permainan yang tergolong judi
2) Perdagangan yang dilarang menurut syariah, antara lain:
a) Perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan
barang/jasa
b) Perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu
3) Jasa keuangan ribawi, antara lain:
a) Bank berbasis bunga
b) Perusahaan pembiayaan berbasis bunga
5
Ahmad Rodoni, Investasi Syariah (Jakarta:Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2009), 62.
6 OJK, “Pasar Modal Syariah”, dalam
16
4) Jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar) dan/atau judi (maisir), antara lain asuransi konvensional
5) Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan/atau
menyediakan antara lain:
a) Barang atau jasa haram zatnya (haram li-dzatihi)
b) Barang atau jasa haram bukan karena zatnya (haram li-ghairihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI.
6) Melakukan transaksi yang mengandung unsur suap (risywah) b. Memenuhi rasio-rasio keuangan sebagai berikut:
1) Total utang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total
ekuitas tidak lebih dari 82% (delapan puluh dua per seratus)
2) Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya
dibandingkan dengan total pendapatan usaha (revenue) dan pendapatan lain-lain tidak lebih dari 10% (sepuluh per seratus).
3. Jakarta Islamic Index (JII)
Pasar modal syariah mengalami perkembangan yang pesat. Dana
yang dimiliki oleh umat Islam atau pelaku pasar muslim di bursa efek di
seluruh dunia mencapai 1,3 triliun dolar AS. Adapun dana yang
terhimpun di pasar keuangan Islam di seluruh dunia diperkirakan sebesar
230 miliar dolar AS, dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 12%-15%
pertahun. Fakta tersebut menunjukkan beberapa hal, yaitu pertama potensi
dana yang dimiliki oleh umat Islam sangat besar. Kedua, potensi sumber
17
menerapkan prinsip syariah juga sangat besar. Ketiga, pertumbuhan pasar
keuangan syariah sangat tinggi, dimana hal ini juga didorong oleh
pembentukan berbagai macam lembaga keuangan tingkat internasional.
Melihat kondisi potensial ini yang kemudian memasuki tahun 2000, pasar
modal Indonesia mencatat sejarah baru dengan dikeluarkannya indeks
syariah yaitu Jakarta Islamic Index (JII).7
Jakarta Islamic Index (JII) pertama kali diluncurkan oleh Bursa Efek Indonesia bekerjasama dengan PT Danareksa Investment Management
pada tanggal 3 Juli 2000. Meskipun demikian, agar dapat menghasilkan
data historikal yang lebih panjang, hari dasar yang digunakan untuk
menghitung JII adalah tanggal 2 Januari 1995 dengan angka indeks dasar
sebesar 100. Metodologi perhitungan JII sama dengan yang digunakan
untuk menghitung IHSG yaitu berdasarkan Market Value Weigthed Average Index dengan menggunakan formula Laspeyres.
Seiring dengan perkembangan pasar modal syariah, respon investor
atas peluang investasi pada instrumen berbasis syariah semakin
meningkat. Jika melihat tren pergerakan indeks syariah, indeks JII
memperlihatkan performa cukup meyakinkan. Kehadirannya yang sudah
sekian lama semakin meyakinkan investor untuk menjadikannya sebagai
indeks acuan.8
Saham syariah yang menjadi konstituen JII terdiri dari 30 saham
yang merupakan saham-saham syariah paling likuid dan memiliki
7
Andri Soemitra, Masa Depan Pasar Modal Syariah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2014), 23
8Bursa Efek Indonesia, “Kinerja Indeks Syariah di BEI”,
18
kapitalisasi pasar yang besar. Bursa Efek Indonesia melakukan review JII setiap 6 bulan, yang disesuaikan dengan periode penerbitan Daftar Efek
Syariah (DES) oleh OJK. Setelah dilakukan penyeleksian saham syariah
oleh OJK yang dituangkan ke dalam DES, BEI melakukan proses seleksi
lanjutan yang didasarkan kepada kinerja perdagangannya.
Adapun proses seleksi JII berdasarkan kinerja perdagangan saham
syariah yang dilakukan oleh BEI adalah sebagai berikut:
a. Saham-saham yang dipilih adalah saham-saham syariah yang
termasuk ke dalam DES yang diterbitkan oleh OJK
b. Dari saham-saham syariah tersebut kemudian dipilih 60 saham
berdasarkan urutan kapitalisasi terbesar selama 1 tahun terakhir
Dari 60 saham yang mempunyai kapitalisasi terbesar tersebut,
kemudian dipilih 30 saham berdasarkan tingkat likuiditas yaitu urutan
nilai transaksi terbesar di pasar reguler selama 1 tahun terakhir.9
4. Mekanisme Perdagangan Saham
Suatu saham tercatat di bursa berarti saham tersebut dapat
diperjualbelikan di lantai bursa. Agar perusahaan tercatat dalam bursa,
perusahaan tersebut harus melalui proses penawaran perdana yang diawali
dengan penyampaian daftar emisi saham yang seringkali disebut Initial Public Offering (IPO). Setelah melalui penawaran perdana, selanjutnya
9 PT. Bursa Efek Indonesia, “
19
saham diperjualbelikan di lantai bursa. Harga saham ditentukan oleh
tingkat penawaran dan permintaan atas saham tersebut.
Mekanisme perdagangan di Bursa Efek Indonesia menggunakan
prinsip lelang. Pada proses lelang ini, harga saham dapat terjadi setelah
proses tawar menawar antara harga penjualan terendah dengan harga
pembelian tertinggi. Harga saham dapat berubah naik atau turun dalam
hitungan waktu yang begitu cepat. Hal ini disebabkan karena banyaknya
order yang dimasukkan ke dalam Jakarta Automated Trading System
(JATS). JATS merupakan sistem terkomputerisasi yang dimiliki oleh
Bursa Efek Indonesia untuk melakukan aktivitas jual beli saham.
Berikut gambar dari proses pelaksanaan perdagangan di bursa:10
[image:31.595.138.512.229.651.2]Gambar 2.1
Proses Pelaksanaan Perdagangan di Bursa
Gambar 2.1 menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan perdagangan di
bursa. Pertama investor menghubungi anggota bursa yang merupakan
10
20
perusahaan efek untuk membeli atau menjual saham. Order beli atau
order jual saham yang disampaikan investor, diteruskan petugas di perusahaan efek ke trader yang ada di lantai bursa. Trader di lantai bursa akan memasukkan order tersebut ke sistem perdagangan bursa (JATS). Jika order terpenuhi, trader akan memberitahukan ke anggota bursa untuk selanjutnya disampaikan kepada investor. Semua transaksi yang terjadi di
sistem JATS selanjutnya dikirim ke sistem komputer yang ada di KPEI
(Kliring dan Penjamin Efek Indonesia) untuk memasuki tahap penyelesaian transaksi (settlement). KPEI adalah lembaga yang memfasilitasi penyelesain transaksi perdagangan saham. Penyelesaian
transaksi saham membutuhkan waktu selama tiga hari kerja, sehingga
seorang investor akan mendapatkan haknya pada hari ketiga setelah
transaksi terjadi.
5. Fraksi Harga dan Satuan Perdagangan Saham
Fraksi harga adalah batasan nilai tawar menawar atas suatu efek
yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia. Penggunaan besaran fraksi
harga dan maksimum perubahan yang ditetapkan, dijadikan sebagai acuan
dalam tawar menawar saham di bursa yang berada dalam suatu rentang
harga tertentu, apabila harga penutupan suatu saham melampaui batasan
rentang harga yang ditetapkan, maka penggunaan fraksi harga dan
maksimum perubahan dapat mulai berlaku pada hari bursa berikutnya.
Perubahan kelompok fraksi harga sebagai akibat dari perubahan rentang
21
kelompok fraksi harga yang berlaku pada rentang harga tersebut. Dengan
demikian, harga saham yang menjadi patokan untuk menentukan fraksi
harga adalah harga penutupan hari sebelumnya.11
Dalam Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia terdapat istilah
lot. Lot adalah istilah bagi investor saham untuk satuan volume saham. Ketika seorang investor hendak melakukan order jual dan beli di pasar reguler harus dalam besaran lot. Pada investasi saham, investor dapat membeli minimal satu lot saham. Satu lot saham sama dengan 500 lembar saham. Untuk perubahan fraksi harga terbaru yang ditetapkan sekarang,
satu lot saham sama dengan 100 lembar saham.
6. Pengertian Likuiditas Saham
Menurut Richard Brealey, “Liquidity is the ability to sell an asset on short notice at close to the market price”.12 Menurut Jeff Madura,
“liquidity is the degree to which securities can easily be liquidated (sold) without loss of value”.13 Dari dua pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian likuiditas saham adalah kemampuan saham
perusahaan untuk dapat dijual dengan cepat atau sesegera mungkin
dengan harga yang wajar atau harga pasar tanpa mengakibatkan
penurunan harga yang berarti. Semakin banyak jumlah transaksi yang
11
Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab, (Jakarta: Salemba Empat, 2006), 88.
12
Richard Brealey, Fundamentals of Corporate Finance. Seventh Edition, (New York: McGraw-Hill Higher Education, 2012), 44.
13
22
melibatkan suatu saham akan membuat likuiditas saham tersebut juga
semakin meningkat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas suatu saham menurut
Robert Ang antara lain: jumlah saham tercatat, harga saham, faktor
fundamental emiten, kerterbukaan informasi (information disclosure), sentimen pasar dan kebijakan fraksi harga yang ditetapkan oleh otoritas
bursa.14
Investasi saham termasuk investasi yang lebih likuid dibandingkan
dengan investasi lainnya (deposito, obligasi, dan reksadana), sehinggga
mudah untuk diperjualbelikan dan dapat segera dikonversikan menjadi
kas. Selain itu, investor juga dapat memperoleh capital gain dan dividen.
Capital gain merupakan selisih antara harga beli saham dengan harga jual saham tersebut, sedangkan dividen yaitu pembagian keuntungan yang
diberikan oleh perusahaan yang menerbitkan saham atas keuntungan yang
dihasilkan perusahaan.15
7. Pengukuran Likuiditas Saham
Likuiditas saham dapat diukur dengan berbagai proksi, antara lain
berdasarkan volume perdagangan dan tingkat spread.16 Menurut Lawrence E. Harris, terdapat 4 dimensi dalam likuiditas:17
14
Robert Ang, Buku Pintar: Pasar Modal Indonesia (The Intelligent Guide to Indonesia Capital Market). First Edition, (Jakarta: Mediasoft Indonesia, 1997), 95.
15
Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi keenam, (Yogyakarta: BFFE, 2006), 49.
16Robert M. Conroy, Robert S. Harris dan Bruce A. Benet, “The Effect of Stock Splits on Bid
-Ask Spread”, Finance, Vol. 45 (September, 1990), 1286.
17
23
a. Immediacy, merupakan biaya untuk segera melakukan transaksi dalam jumlah dan tingkat harga tertentu.
b. Width, merupakan selisih minat jual terbaik dan minat beli terbaik. c. Depth, menunjukkan jumlah atau nilai transaksi yang dapat segera
diserap pasar tanpa mempengaruhi tingkat harga.
d. Resiliency menunjukkan seberapa cepat harga dapat kembali pada tingkat harga yang semestinya apabila pada suatu saat terjadi order flow (arus order) yang tidak seimbang.
Pengukuran dimensi width bertujuan untuk mengetahui seberapa lebar spread yang terbentuk di pasar. Selisih harga bid dan ask suatu saham dibandingkan dengan menggunakan bid ask-spread, yakni selisih antara harga ask terbaik dengan harga bid terbaik dibagi dengan rata-rata dari bid dan ask. Sementara itu, pengukuran dimensi immediacy lebih ditujukan apabila investor ingin bertransaksi dengan cepat, sehingga dapat
menggunakan market spread untuk memastikan terlaksananya transaksi. Kekurangan bid-ask spread untuk dijadikan acuan tingkat likuiditas adalah kurangnya informasi mengenai volume perdagangan yang diserap
oleh pasar (market depth) dan sejauh mana pergerakan harga saham dapat terjadi.18
Abbe Fransson juga mendefinisikan likuiditas saham sebagai
perbedaan dalam bid-ask spread dan jumlah yang diperdagangkan. Bid-ask spread berbanding terbalik dengan likuiditas saham. Jika likuiditas
18
24
suatu saham tinggi, bid-ask spread-nya rendah.19 Sementara itu Tarun Chordia, Richard Roll dan Avanindhar Subrahmanyam menyatakan
bahwa volume perdagangan lebih baik untuk mengukur likuiditas saham
daripada menggunakan bid-ask spread.20Bid ask spread merupakan jarak antara harga beli tertinggi dengan harga jual terendah, sementara volume
perdagangan berhubungan dengan volume transaksi saham. Indikasi
saham yang likuid adalah tingginya aktivitas perdagangan saham dan
rendahnya bid ask spread. Frank K. Reilly dan Keith C. Brown menyatakan bahwa “…more trading activity indicates a greater
probability that you can find someone to take other side of desired transaction. Another measure of market liquidity is the bid ask spread,
where a smaller spread indicates greater liquidity.”21
Pengertian bid ask spread adalah presentase selisih antara bid price
dengan ask price atau dikenal dengan istilah cost of transaction imediary to investor.22Bid price mempunyai arti harga tertinggi yang disetujui oleh pembeli, sedangkan ask price adalah harga terendah yang diterima oleh penjual. Frank Fabozzi dan Modigliani mengartikan bahwa bid ask spread
sebagai selisih harga yang ditawarkan oleh broker dengan harga terendah. Jadi, bid ask spread merupakan selisih antara harga beli tertinggi yang
19Abbe Fransson, “Reverse Stock Split: An Emprical Approach To The Signaling And Trading Range Hyphotheses On Swedish Stocks Subject To Reverse Split Between 1995 And 2004”,
Business, Vol. 10 (Agustus, 2005), 9.
20
Tarun Chordia, Richard Roll dan Avanindhar Subrahmanyam, “Commonality in Liquidity”, Financial Economics, No. 1, Vol. 56 (April, 2000), 21.
21
Frank K. Reilly dan Keith C. Brown, Investment Analysis and Portolio Management, 6th ed, (New York: Dryden Press, 2000), 292.
22 Sri Fatmawati dan Marwan Asri, “Pengaruh Stock Split Terhadap Likuiditas Saham Diukur
25
menyebabkan investor bersedia untuk membeli saham tertentu dengan
harga yang terendah yang menyebabkan investor bersedia untuk menjual
sahamnya.23
Pengukuran yang paling umum dalam menghitung likuiditas saham
adalah relative bid ask spread (relative spread). Relative spread lebih sering digunakan daripada rumus bid ask spread yang lain karena sudah tidak mengandung satuan mata uang, sehingga lebih mudah digunakan
untuk membandingkan likuiditas antar saham.24
Menurut Ekaputra dan Ahmad rumusan untuk menghitung relative bid ask spread adalah sebagai berikut:25
{( }
Keterangan:
: Relative spread saham i pada hari t
Ask price i, t : Harga jual terendah yang ditawarkan pihak yang akan menjual suatu saham i pada hari t
Bid price i, t : Harga beli tertinggi yang ditawarkan pihak yang akan membeli suatu saham i pada hari t
Setelah relative spread masing-masing saham diketahui, kemudian menghitung rata-rata relative spread saham sebelum dan sesudah
23
Frank Fabozzi dan Modigliani, Capital Markets: Institutions and Instruments, 3th ed, (New Jersey: Prentice Hall, 1996), 113.
24Irwan Adi Ekaputra dan Basharat Ahmad, “The Impact of Tick Size Reduction on Liquidity and
Order Strategy: Evidence from the Jakarta Stock Exchange (JSX)”, Economics Literature, No. 1, Vol. 55 (Mei, 2007), 96.
26
perubahan kebijakan fraksi harga. Rata-rata relative spread dihitung dengan cara membagi jumlah relative spread dengan jumlah hari dalam periode uji (n).26
∑
Keterangan :
: Average Relative Spread
RS i, t : Relative Spread saham i pada hari t : Jumlah hari periode uji
Dalam investasi pasar modal, volume perdagangan atau volume
transaksi saham menunjukkan jumlah lembar saham yang ditransaksikan
dalam tingkat harga yang disepakati oleh pihak penjual dan pembeli
selama periode transaksi.27 Penilaian investor mengenai saham yang
diperjualbelikan sangat mempengaruhi volume perdagangan. Apabila
investor memiliki harapan yang optimis, maka permintaan saham akan
meningkat, begitu pula sebaliknya apabila investor memiliki harapan yang
pesimis, maka permintaan saham akan menurun.
Thomas Copeland, berpendapat bahwa pengukuran tingkat likuiditas
saham dapat didasarkan atas volume perdagangan saham. Saham yang
likuid adalah saham dengan volume perdagangan yang tinggi. Saham
26
Ibid.
27
27
yang aktif di bursa saham mengindikasikan bahwa saham diminati oleh
banyak investor yang akan berinvestasi.28
Volume perdagangan merupakan tingkat aktivitas perdagangan
saham, yaitu rasio antara jumlah saham yang diperdagangkan dibagi
dengan jumlah saham yang beredar. Jumlah saham yang beredar dapat
mempengaruhi tingkat volume perdagangan. Jika suatu saham
mempunyai volume perdagangan yang besar, maka saham tersebut
dinyatakan sebagai saham aktif di pasar modal.29
Volume perdagangan saham dapat dirumuskan sebagai berikut:30
Keterangan :
: Volume perdagangan saham i pada hari t
: Jumlah saham i yang diperdagangkan pada hari t
: Jumlah sahami yang beredar di pasar pada hari t
Setelah masing-masing saham diketahui, kemudian menghitung
rata-rata saham sebelum dan sesudah perubahan kebijakan fraksi
harga. Rata-rata dihitung dengan cara membagi jumlah dengan
banyaknya hari periode uji (n).31
28Thomas E Copeland, “Liquidity Change Following Stock Splits”,
Blackwell Publishing for the American Finance Association, No. 1, Vol. 34 (Maret, 1979), 130.
29
Tarun Chordia, Richard Roll dan Avanindhar Subrahmanyam, “Commonality in Liquidity”, Financial Economics, No. 1, Vol. 56 (April, 2000), 19.
30Irwan Adi Ekaputra dan Basharat Ahmad, “The Impact of Ti
ck Size Reduction on Liquidity and Order Strategy: Evidence from the Jakarta Stock Exchange (JSX)”, Economics Literature, No. 1, Vol. 55 (Mei, 2007), 102.
31
28
∑
Keterangan :
: Average trading volume activity
: Trading volume activity saham i pada hari t
: Jumlah hari periode uji
8. Perubahan Fraksi Harga Tahun 2007, 2014 dan Likuiditas Saham
Keputusan investasi yang dilakukan oleh para investor sangat
dipengaruhi oleh adanya suatu informasi dan saat yang tepat untuk
berinvestasi. Informasi tersebut akan mendorong para investor untuk
membeli atau menjual saham. Investor akan mengambil keputusan
membeli jika terdapat isyarat positif yang terkandung dalam infromasi
tersebut, begitu juga sebaliknya investor akan mengambil keputusan
menjual jika terdapat isyarat negatif yang terkandung dalam informasi
tersebut.32
Adanya sistem fraksi harga saham baru dianggap sebagai informasi
yang berarti bagi investor untuk mengambil keputusan investasi saham.
Dengan adanya sistem fraksi harga saham baru, diharapkan meningkatkan
likuiditas perdagangan saham, karena investor telah melakukan pembelian
terhadap saham-saham yang berharga tinggi, maupun berharga rendah
dengan fraksi harga yang relevan.
32
29
Perubahan fraksi harga saham tahun 2007 dilakukan untuk saham
dengan harga kurang dari Rp 200,- (dua ratus rupiah) ditetapkan fraksi
sebesar Rp 1,- (satu rupiah) dan untuk setiap jenjang perubahan harga,
maksimum yang diperkenankan adalah Rp 10,- (sepuluh rupiah).
Ketentuan ini mulai berlaku pada tanggal 2 Januari 2000. Perubahan
fraksi harga harga saham terbaru di tahun 2014 menetapkan bahwa satuan
perdagangan (lot) yang sebelumnya ditetapkan 500 lembar diubah menjadi 100 lembar saham. Pada dasarnya perubahan fraksi harga yang
mulai diterapkan di tahun 2014 ini kembali menjadi lebih kecil atau
menurun dari semula sebanyak 5 kelompok fraksi harga, menjadi 3
kelompok fraksi harga. Pada kelompok harga saham kurang dari Rp 500,-
(lima ratus rupiah) berlaku fraksi Rp 1,- (satu rupiah), untuk kelompok
harga saham antara Rp 500,- (lima ratus rupiah) sampai kurang dari Rp
5000,- (lima ribu rupiah) berlaku fraksi harga Rp 5,- (lima rupiah), dan
kelompok harga saham lebih dari Rp 5000,- (lima ribu rupiah) berlaku
fraksi harga Rp 25,- (dua puluh lima rupiah).
Penurunan fraksi harga saham memberikan keuntungan yang
berkaitan dengan likuiditas saham. Penurunan fraksi harga dapat membuat
variasi harga antara harga bid dan harga ask menjadi lebih kecil, sehingga investor dapat memasang harga penawaran dan permintaan menjadi lebih
beragam dan akan membuat order lebih banyak terealisasi. Hal ini akan meningkatkan aktivitas transaksi jual beli saham serta keuntungan dan
30
keberadaan fraksi harga membatasi persaingan antar investor. Investor
tidak dapat meningkatkan atau menurunkan harga order beli atau jual terbaik jika dibatasi oleh fraksi harga. Oleh karena itu, fraksi harga lebih
kecil akan mengarahkan bid ask spread yang lebih kecil. Penurunan bid ask spread mencerminkan turunnya biaya transaksi yang dihadapi oleh investor sehingga volume perdagangan diharapkan meningkat.33
Penelitian sebelumnya untuk fraksi lebih kecil (Jeffrey Ricker,
Gregory MacKinnon dan Howard Nemiroff), beragumentasi bahwa fraksi
lebih kecil menurunkan bid ask spread yang berarti menurunkan biaya transaksi dan menguntungkan investor, akibatnya volume perdagangan
meningkat.34 Selain itu perubahan kelompok fraksi harga menjadi lebih
kecil memberikan dampak positif bagi para investor kecil yang memiliki
modal terbatas. Perubahan fraksi harga saham dilakukan karena dengan
fraksi harga yang lebih tinggi banyak transaksi yang tidak terealisasi,
sehingga banyak order yang tidak match. Hal ini karena spread yang lebar antara bid price dengan ask price yang akan menurunkan likuiditas saham. Pendukung fraksi lebih besar (Michael Goldstein dan Kenneth A.
Kavajecz) berpendapat bahwa walaupun fraksi lebih kecil, tetapi liquidity provider dan pedagang besar dirugikan yang berakibat biaya transaksi
33 Lawrence E. Harris, “Minimum Price Variations, Discrete Bid
-Ask Spread, and Quotation Sizes”. Review of Financial Studies, No. 1, Vol. 7 (Mei, 1997), 170.
34Jeffrey P. Ricker, “Breaking the Eight: Sixteenths on the New York Stock Exchange”,
Working Paper(Maret, 1998), 17., Gregory MacKinnon dan Howard Nemiroff, “Liquidity and Tick Size:
31
berskala besar meningkat, dan volume perdagangan mungkin dapat
menurun.35
B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Studi mengenai pengaruh fraksi harga umumnya menaruh perhatian pada
perubahan ukuran-ukuran likuiditas pasar seperti bid-ask spread, depth
(jumlah lembar saham yang tersedia pada harga ask dan bid terbaik), dan volume perdagangan.
Berikut ini penelitian terdahulu yang diuraikan secara ringkas:
a. Hee-Joon Ahn, Charles Q Cao dan Hyuk Choe dengan penelitian yang
berjudul Tick Size, Spread and Volume dengan penelitiannya pada Toronto Stock Exchange mengubah satuan fraksi harga menjadi satuan desimal dan menurunkan fraksi harga dari $C 0.125 menjadi $C 0.05, untuk saham
yang berharga diatas $C 5. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah relative bid ask spread dan volume perdagangan. Metode penelitian yang digunakan adalah uji beda paired t–test. Hasil penelitian ini adalah
relative bid ask spread menurun signifikan sebesar 27% dan volume perdagangan mengalami kenaikan tidak signifikan.36
b. Michael A. Goldstein dan Kenneth A. Kavajecz dengan penelitiannya
yang berjudul Eights, Sixteenths and Market Depth: Change in Tick Sizes and Liquidity Provision on the NYSE dengan variabel penelitian spread,
35
Michael Goldstaein dan Kenneth Kavajecz, “Eights, Sixteenths, and Market Depth: Changes in Tick Size and Liquidity Provision on the NYSE”, Financial Economics, No. 1, Vol. 56 (April, 2000), 137.
36
32
depth, dan biaya perdagangan. Metode penelitian yang digunakan adalah uji beda paired t–test. Hasil penelitian ini adalah spread menurun dari $ 0.03 atau 14,3% dan nilai depth mengalami penurunan sebanyak 48,4%. Dan signifikan pada level 1% dan dengan menurunnya biaya perdagangan
akan menaikkan likuiditas pasar saham.37
c. Lukas Purwoto dengan penelitiannya yang berjudul Perubahan Fraksi
Harga di Bursa Efek Jakarta dengan mengambil variabel penelitian bid-ask spread, depth, dan trading volume. Penelitian ini menganalisis perubahan fraksi harga yang terjadi di Bursa Efek Indonesia pada tanggal sebelum 3
Juli 2000 yaitu menggunakan fraksi Rp 25,- (dua puluh lima rupiah) dan
antara tanggal 3 Juli sampai dengan 19 Oktober 2000 yaitu menggunakan
fraksi Rp 5,- (lima rupiah). Penelitian ini menggunakan data perdagangan
selama dua bulan hari bursa. Metode analisis yang digunakan adalah uji
beda paired t–test. Hasil penelitiannya adalah sistem fraksi harga saham baru membuat bid-ask spread dan depth mengalami penurunan, dan volume perdagangan mengalami penurunan.38
d. Lukas Purwoto dan Eduardus Tandelilin dengan penelitiannya yang
berjudul The Impact of The Tick Size Reduction On Liquidity: Empirical Evidence From Jakarta Stock Exchange. PT Bursa Efek Indonesia pada tanggal 3 Juli 2000 menetapkan fraksi tunggal Rp 5,- (lima rupiah), dan
menetapkan multi fraksi pada tanggal 20 Oktober 2000 pada perdagangan
37
Michael Goldstaein dan Kenneth Kavajecz, “Eights, Sixteenths, and Market Depth: Changes in Tick Size and Liquidity Provision on the NYSE”, Financial Economics, No. 1, Vol. 56 (April, 2000), 125.
38 Lukas Purwoto, “Perubahan Fraksi Harga di Bursa Efek Jakarta”,
33
saham di Bursa Efek Indonesia. Variabel penelitian yang diteliti adalah bid ask-spread, depth, dan volume perdagangan dengan periode pengamatan selama 2 bulan perdagangan bursa dengan menggunakan 193 saham.
Metode analisis yang digunakan adalah uji beda paired t–test. Hasil penelitiannya adalah pengaruh sistem fraksi harga saham baru membuat
spread menurun, depth menurun dan volume perdagangan mengalami peningkatan.39
e. Michael Aitken dan Carole Comerton-Forde dengan penelitiannya yang
berjudul Do Reductions in Tick Sizes Influence Liquidity? di Australia Stock Exchange. Australia Stock Exchange menurunkan fraksi harganya pada harga di bawah $A 0.50 dan di atas $A 10 dengan periode penelitian
selama dua bulan sebelum dan sesudah penurunan fraksi harga. Variabel
dalam penelitian ini adalah bid-ask spread, depth, dan volume perdagangan. Metode analisis yang digunakan adalah paired t–test. Hasil penelitiannya adalah bid ask spread tidak signifikan mengalami perubahan, depth tidak signifikan mengalami perubahan, dan volume perdagangan mengalami kenaikan.40
f. Kee H. Chung dan Kenneth A. Kim dengan penelitiannya yang berjudul
Liquidity And Quote Clustering In A Market With Multiple Tick Sizes di
Kuala Lumpur Stock Exchange (KLSE). Dalam penelitian ini menganalisis tentang likuiditas yang diukur dengan variabel spread, depth, volume
39 Lukas Purwoto dan Eduardus Tandelilin, “The Impact Of Tick Size Reduction Liquidity: Empirical Efidence From Jakarta Stock Exchange”, Gadjah Mada International Journal of Bussiness, No. 2, Vol. 6 (Mei, 2004), 18.
40
34
perdagangan, return volatility, turn over rate, dan harga saham. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan model uji beda paired t–test. Hasil penelitian ini adalah spread, depth signifikan menurun, dan volume perdagangan mengalami peningkatan, sedangkan return volatility, return over rate, dan harga saham signifikan mengalami kenaikan.41
Penelitian terdahulu yang membahas tentang pengaruh sistem fraksi
harga terhadap likuiditas sahamditunjukkan secara ringkas pada tabel 2.1
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu No Peneliti
(Tahun)
Judul Variabel Metode Analisis
Hasil 1 Hee-Joon Ahn,
Charles Q Cao dan Hyuk Choe (1996) Tick Size, Spread and Volume Relative bid ask spread dan volume perdagangan
Paired t-test Relative bid ask spread menurun signifikan sebesar 27% dan volume perdagangan mengalami kenaikan tidak signifikan. 2 Michael A.
Goldstein dan Kenneth A. Kavajecz (1998) Eights, Sixteenths and Market Depth: Change in Tick Sizes and Liquidity Provision on the NYSE
Spread Depth, Biaya perdagangan
Paired t-test Spread menurun, depth menurun, biaya perdagangan menurun sehingga meningkatka likuiditas. 3 Lukas Purwoto
(2003)
Perubahan Fraksi Harga di Bursa Efek Jakarta Bid-ask spread Depth Trading volume
Paired t-test Bid-ask spread menurun, depth menurun dan trading 41
[image:46.595.129.522.272.724.2]
35
volume mengalami penurunan. 4 Lukas Purwoto
dan Eduardus Tandelilin (2004)
The Impact Of The Tick Size Reduction On Liquidity: Empirical Evidence from Jakarta Stock Exchange Bid ask spread,dept dan volume perdagangan
Paired t-test Pengaruh sistem fraksi harga saham baru membuat spread menurun, depth menurun, dan volume perdagangan mengalami peningkatan. 5 Michael
Aitken dan Carole Comerton-Forde (2005) Do Reductions in Tick Sizes Influence Liquidity Exchange? Bid-ask spread, depth dan volume perdagangan .
Paired t-test Bid-ask spread tidak signifikan mengalami perubahan, depth tidak signifikan mengalami perubahan, dan volume perdagangan mengalami kenaikan. 6 Kee H. Chung
dan Kenneth A. Kim (2005)
Liquidity And Quote Clustering In A Market With Multiple Tick Sizes Spread, depth, volume perdagangan , return volatility, turn over rate dan harga saham
Paired t-test spread, depth signifikan menurun, dan volume perdaganga mengalami peningkatan, sedangkan return volatility, returnover rate, dan harga saham signifikan mengalami kenaikan. Sumber: Dari berbagai jurnal
Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu sama-sama
36
saham. Sedangkan yang membedakan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya yaitu penelitian ini menguji perubahan fraksi harga yang terjadi
pada tahun 2007 dan tahun 2014 di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
kelompok saham yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII).
C. Kerangka Konseptual
Berdasarkan kajian pustaka dan hasil dari penelitian terdahulu serta
permasalahan yang telah dikemukakan, maka kerangka konseptual dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.2
Skema Kerangka Konseptual Perubahan Kebijakan Fraksi Harga
Likuiditas Saham Sebelum Fraksi Harga Tahun 2007 dan 2014
Likuiditas Saham Sesudah Fraksi Harga Tahun 2007 dan 2014
Relative Spread
Trading Volume Activity
Relative Spread
Trading Volume Activity
[image:48.595.132.514.236.644.2]
37
D. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah, kajian pustaka dan penelitian terdahulu
maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Terdapat peningkatan rata-rata likuiditas saham sesudah perubahan
kebijakan fraksi harga dibanding dengan sebelum perubahan kebijakan
fraksi harga pada tahun 2007.
2. Terdapat peningkatan rata-rata likuiditas saham sesudah perubahan
kebijakan fraksi harga dibanding dengan sebelum perubahan kebijakan
fraksi harga pada tahun 2014.
3. Terjadi rata-rata perubahan likuiditas saham karena adanya kebijakan
fraksi harga tahun 2007 berbeda dengan kebijakan fraksi harga tahun
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian deskriftif komparatif
yang kemudian diverifikasi berdasarkan teori. Penelitian deskriptif diartikan
sebagai suatu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu fenomena atau
peristiwa sesuai dengan apa adanya.1 Adapun yang dideskripsikan pada
penelitian ini adalah fenomena perubahan kebijakan fraksi harga di Bursa
Efek Indonesia dan pengaruhnya terhadap likuiditas saham. Selanjutnya
dikatakan verifikatif karena penelitian ini dilakukan terhadap populasi atau
sampel tertentu dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.2
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk menjawab
rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya. Pemilihan pendekatan ini
berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu variabel penelitian dapat
teridentifikasi, hubungan antara variabel yang dapat diukur dan kesesuaian
dengan rumusan masalah. Dalam pendekatan ini penelitian lebih ditekankan
pada pengujian hipotesis dengan data terukur untuk menghasilkan kesimpulan
yang dapat digeneralisasikan.
B. Waktu Dan Tempat Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti tidak melakukan observasi langsung ke
Bursa Efek Indonesia, tetapi melalui media perantara seperti literatur yang
1
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung:Alfabeta, 2009), 7
2
39
berhubungan dengan penelitian ini, karangan ilmiah, serta sumber lain yang
berhubungan dengan penelitian. Adapun penelitian ini mulai dilakukan pada
tanggal 2 Oktober sampai 23 Desember 2015.
C. Populasi Dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di
Jakarta Islamic Index (JII). Sampel penelitian ini ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu non-probability sampling
yang memilih objek penelitian berdasarkan batasan-batasan yang telah
ditentukan oleh peneliti. Batasan-batasan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Perusahan go public