• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN ZAKAT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DALAM MENGATASI MASALAH KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 2002-2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN ZAKAT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DALAM MENGATASI MASALAH KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 2002-2013."

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN ZAKAT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DALAM

MENGATASI MASALAH KEMISKINAN DI INDONESIA

TAHUN 2002-2013

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagaian Syarat Memperoleh Gelar Magister dalam

Program Studi Ekonomi Syariah

Oleh :

Alfidhotul Fikriyah NIM. F14.213.196

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

 

ABSTRAK

Kemiskinan merupakan masalah ekonomi yang dialami oleh seluruh negara terutama negara-negara sedang berkembang. Indonesia menjadi salah satu negara yang sedang menghadapi masalah kemiskinan. Tesis ini bertujuan untuk mengetahui beberapa variabel yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Indonesia.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat kemiskinan sebagai variabel terikat dan zakat serta pertumbuhan ekonomi sebagai variabel bebas. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik yaitu data tahunan yang dimulai dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2013. Analisis data menggunakan regresi linier berganda dengan menggunakan program SPSS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan secara simultan antara zakat dan pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2002-2013. Secara parsial variabel zakat berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2002-2013, sedangkan variabel pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun tersebut.

(7)

 

ABSTRACT

Proverty is the economic problem which happening by countries especially developing countries. Indonesia is the one of country which happening this problem. This thesis is purpose to knows the variables are influence the proverty Indonesia

.

Variabel which used in this research are proverty stage as dependence variable and tithe and economics growth as independence variable. This research are used secondary data from BPS, that is time series data are started from 2002-2013. Analyse of data use the multiple linier regression with use SPSS programs.

The result of research show that tithe and economics growth all together are influenced to proverty in Indonesia at 2002-2013. In the partial test, tithe gave effect to proverty in Indonesia at 2002-2013. But economics growth didn’t gave significant effect to provert in Indonesia at 2002-2013.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Pernyataan Keaslian ... ii

Halaman Persetujuan ... iii

Pengesahan Tim Penguji ... iv

Kata Pengantar ... v

Abstrak ... viii

Abstract ... ix

Daftar Isi ... x

Daftar Tabel ... xiii

Daftar Gambar ... xiv

Daftar Lampiran ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Asumsi Penelitian ... 8

G. Kerangka Teoretik ... 8

H. Sistematika Pembahasan ... 10

I. Outline Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN TEORI ... 12

A. Tinjauan Pustaka ... 12

1. Kemiskinan ... 12

a. Pengertian ... 12

b. Penyebab kemiskinan ... 13

c. Ketimpangan dan Kemiskinan ... 15

(9)

2. Zakat ... 20

a. Pengertian ... 20

b. Golongan yang berhak menerima zakat ... 20

c. Tujuan zakat ... 22

d. Organisasi Pengelola Zakat ... 23

e. Dampak Ekonomis Aplikasi Zakat ... 25

f. Pengaruh Zakat Terhadap Kemiskinan ... 26

3. Pertumbuhan Ekonomi ... 31

a. Pengertian ... 31

b. GDP sebagai Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi ... 32

c. GDP Nominal dan Riil ... 34

d. Pertumbuhan Ekonomi Islam ... 34

e. Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan ... 39

B. Kerangka Pemikiran ... 41

C. Hipotesis ... 41

D. Penelitian Terdahulu ... 42

BAB III METODE PENELITIAN ... 50

A. Jenis Penelitian ... 50

B. Variabel dan Devinisi Operasional ... 50

C. Populasi dan Sampel ... 52

D. Teknik Pengumpulan Data ... 52

E. Teknik Pengolahan Data ... 53

F. Teknik Analisis Data ... 53

1. Analisis Deskriptif ... 53

2. Analisis Statistik ... 53

a. Analisis Regresi Linier Berganda ... 53

b. Uji Asumsi Klasik ... 54

c. Uji Hipotesis atau Uji Signifikansi ... 56

d. Koefisien Determinasi ... 57

(10)

A. Hasil Penelitian ... 58

1. Deskriptif Variabel Penelitian ... 59

a. Kemiskinan ... 59

b. Zakat ... 60

c. Pertumbuhan Ekonomi ... 63

2. Analisis Statistik ... 66

a. Analisis Regresi Linier Berganda ... 67

b. Uji Asumsi Klasik ... 68

c. Uji Hipotesis atau Uji Signifikansi ... 71

d. Koefsien Determinasi ... 73

e. Pembahasan ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 88

A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 89

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Angka Kemiskinan dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2002-2013 ... 4 Tabel 2.1 Mapping Penelitian Terdahulu ... 45 Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Miskin dan Tingkat Kemiskinan di Indonesia

Tahun 2002-2013 ... 59 Tabel 4.2 Perolehan dan Persentase Zakat yang Dihimpun Oleh Baznas

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Efek Multiplier Zakat ... 31 Gambar 2.2 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kemiskinan ... 40 Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran ... 41 Gambar 4.1 Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Indonesia sepanjang

tahun 2002-2013 ... 59 Gambar 4.2 Perkembangan Perolehan Zakat yang dihimpun oleh Baznas

sepanjang tahun 2002-2013 ... 62 Gambar 4.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kemiskinan merupakan masalah yang hingga saat ini masih dihadapi

oleh semua negara di dunia. Kemiskinan tidak bisa dianggap mudah untuk

dicarikan solusinya karena sudah ada sejak lama, dan menjadi kenyataan hidup

di tengah masyarakat. Persoalan kemiskinan senantiasa menarik dikaji karena

merupakan masalah serius yang menyangkut dimensi kemanusiaan.

Kemiskinan ditandai dengan adanya pengangguran, keterbelakangan, dan

kemudian meningkat menjadi ketimpangan. Hal ini menjadi penghambat bagi

negara berkembang untuk menjadi negara maju.

Kemiskinan dapat menjadi bahaya besar bagi umat manusia dan tidak

sedikit umat yang jatuh peradabannya hanya karena kefakiran. Karena itu

seperti sabda Nabi yang menyatakan bahwa kefakiran itu mendekati pada

kekufuran.1 Masalah kemiskinan menjadi perhatian dalam Quran. Surat

Al-Dariat ayat 19 menyatakan:

ِﰲَو

ِِْﳍاَﻮَْأ

ﱞﻖَ

ِِﺋﺎﱠﺴِّ

ِموُﺮْ َْاَو

١٩

Artinya:

Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan

orang miskin yang tidak mendapat bagian”.2

      

1 Abdurrachman Qadir, Zakat dalam Dimensi Mahdah dan Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2002), 24.

(14)

2

Ayat di atas menerangkan bahwa Islam sangat memperhatikan

penderitaan orang miskin. Ajaran Islam telah memberi solusi terhadap

persoalan kemanusiaan yang dihadapi manusia. Islam memiliki perhatian yang

besar terhadap masalah kemiskinan. Fakir miskin mendapatkan prioritas utama

dalam pembagian zakat. Ayat-ayat Al-Quran mengingatkan agar harta

kekayaan tidak hanya terbatas sirkulasinya pada sekelompok orang kaya saja.

Orang-orang bertakwa adalah mereka yang menyadari bahwa dalam harta

kekayaan yang mereka memiliki terdapat hak-hak orang lain di dalamnya.

Masalah penanggulangan kemiskinan menjadi tanggung jawab bagi

masyarakat yang mampu, yaitu melalui zakat. Zakat sebagai instrumen

pengaman sosial, yang bertugas untuk menjembatani transfer kekayaan dari

kelompok kaya kepada kelompok miskin. Dalam konteks yang lebih makro,

konsep zakat, infak dan sedekah ini diyakini akan memiliki dampak yang

sangat luar biasa.

Masalah kemiskinan sangat kompleks dan multidimensi, berkaitan

dengan aspek ekonomi, sosial, budaya, keragaman sumber daya dan lain-lain.

Hal ini mengakibatkan upaya pengentasan kemiskinan memerlukan perencanaan

dan penanganan yang matang. Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa negara

memiliki kewajiban untuk melaksanakan tugas dalam rangka mengatasi

kemiskinan. Tanggung jawab negara tidak cukup hanya memenuhi standar hidup

minimal, tetapi juga mengusahakan penduduk agar bisa hidup mandiri. Solusi

(15)

3

pengembangan lembaga zakat, kafarat (denda), sedekah, dan hibah oleh

pemerintah.3

Berkaitan dengan usaha pengentasan kemiskinan seperti yang dipaparkan oleh Ibnu Taimiyah, pemerintah membentuk Badan Amil Zakat Nasional (Baznas). Berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 2001 Baznas memiliki tugas dan fungsi menghimpun, mengelola dan menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional. Zakat yang dikelolah oleh Baznas memiliki dua sifat, yaitu bersifat bantuan artinya pendistribusian dana yang diberikan untuk kepentingan dan kegiatan yang bersifat produktif. Bersifat santunan artinya dana yang diberikan untuk kepentingan dan kegiatan yang bersifat konsumtif. Pendistribusian tersebut tetap diarahkan kepada peningkatan kualitas sumber daya umat, pemberdayaan ekonomi umat, dan penanggulangan masyarakat miskin.

Potensi zakat menunjukkan angka yang sangat fantastis. Berdasarkan hasil penelitian IPB tahun 2012 yang bekerjasama dengan Baznas, Indonesia memiliki potensi 217 triliun dari hasil pengumpulan zakat setiap tahunnya. Potensi zakat yang sangat besar tersebut jika benar-benar dikelola dengan baik dan tepat sasaran akan mampu mengentaskan kemiskinan. Meskipun Indonesia memiliki potensi zakat hingga 217 trilun pertahunnya, namun faktanya pada tahun 2010 Baznas hanya mampu mengumpulkan sekitar 1,5 triliun saja dan meningkat pada tahun 2012 sebesar 1,7 triliun meskipun telah diprediksikan mencapai 2 triliun, namun hasil itu belum mencapai target.4

      

3 Abdul Azim Islahi, Konsep Ekonomi Ibnu Taimiyah, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1997), 229.

4 Miftahur Rahman, “Ternyata Indonesia Memiliki Potensi Zakat Terbesar di Dunia”, dalam

(16)

4

Selain zakat, banyak lagi solusi dalam menanggulangi kemiskinan,

salah satunya yaitu pertumbuhan ekonomi. Study ekonomi umum menyatakan

bahwa pengurangan kemiskinan bertalian erat dengan pertumbuhan ekonomi.

Secara prinsip, pertumbuhan ekonomi merupakan persyaratan pertama dari

pengentasan kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan merupakan

indikator penting untuk melihat keberhasilan pembangunan suatu negara.

Setiap negara akan berusaha keras untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang

optimal dan menurunkan angka kemiskinan. Di banyak negara di dunia syarat

utama bagi terciptanya penurunan kemiskinan adalah pertumbuhan ekonomi.

Gambaran angka kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia

antara tahun 2002 hingga 2013 tercermin pada tabel berikut:

Tabel 1.1 Angka Kemiskinan dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2002-2013

Tahun Persentase angka kemiskinan (dalam persen) GDP growth

2002 18,2 4,5

2003 17,4 4,8

2004 16,6 5,0

2005 15,9 5,7

2006 17,7 5,5

2007 16,5 6,4

2008 15,4 6,0

2009 14,1 4,6

2010 13,3 6,2

2011 12,3 6,5

2012 11,6 6,2

2013 11,4 5,3

Sumber: BPS dan TNP2K5

      

5 TNP2K, Penanggulangan Kemiskinan: Situasi Terkini, Target Pemerintah, dan Program

(17)

5

Tabel tersebut menunjukkan bahwa angka kemiskinan (poverty line)

sepanjang 2002 hingga 2013 mengalami kenaikan dan penurunan, sementara

gerak pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun tersebut mengalami

perkembangan di atas angka 4%. Perekonomian di Indonesia mengalami

pertumbuhan positif dalam kurun waktu tersebut.

Secara teoretis, upaya pengentasan kemiskinan mensyaratkan adanya

pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Pertumbuhan ekonomi yang

berkualitas dapat diwujudkan dengan kebijakan perluasan kesempatan kerja

(mengurangi tingkat pengangguran) dan memaksimalkan investasi yang

produkif di berbagai sektor ekonomi.

Namun yang menjadi persoalan selama ini adalah terjadinya paradoks

dalam pembangunan ekonomi Indonesia, di mana kenyataannya yang terjadi

di tengah-tengah masyarakat, berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekonomi

Indonesia tahun 2006 telah mencapai mencapai 5,5 persen, meningkat jika

dibandingkan tahun 2002 dan 2003 di mana angka pertumbuhannya masih

mencapai angka kurang dari 5 persen. Namun, kenaikan pertumbuhan

ekonomi ini ternyata belum mampu menurunkan jumlah penduduk miskin.

Pada tahun 2004 saat pertumbuhan ekonomi meningkat sebesar 5,0 persen

tingkat kemiskinan turun menjadi 16,6 persen. Namun pada tahun 2006 saat

pertumbuhan meningkat sebesar 5,5 persen tingkat kemiskinan naik hingga

17,7 persen.6 

      

(18)

6

Oleh sebab itu, mengacu dari latar belakang yang telah diuraikan di

atas, peneliti akan menganalisis masalah kemiskinan ini dengan judul

“PERAN ZAKAT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DALAM

MENGATASI MASALAH KEMISKINAN DI INDONESIA” dengan

mengambil sampel penelitian negara Indonesia sepanjang tahun 2002 hingga

2013.

B. Batasan Masalah

Batasan masalah penelitian ini meliputi:

1. Negara yang menjadi obyek penelitian adalah Indonesia.

2. Tahun obyek penelitian adalah 2002 sampai 2013.

3. Pertumbuhan ekonomi yang digunakan adalah data persentase kenaikan

GDP riil Indonesia tahun 2002-2013.

4. Data zakat yang digunakan adalah laporan zakat yang dihimpun badan

amil zakat nasional (Baznas) dan dipublikasikan di media massa.

5. Sumber data tingkat kemiskinan merupakan persentase penduduk miskin

Indonesia yang dipublikasikan oleh BPS.

C. Rumusan Masalah

Merujuk pada masalah dalam penelitian ini, maka

(19)

7

1. Apakah ada pengaruh secara simultan antara zakat dan pertumbuhan

ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia?

2. Apakah ada pengaruh secara parsial antara zakat dan pertumbuhan

ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh secara simultan zakat dan

pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh secara parsial antara zakat

dan pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Secara teori diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan

sumbangan pemikiran bagi ilmu ekonomi syari’ah dan menjadi bahan

perbandingan antara teori yang didapatkan dalam perkuliahan dan

kenyataan yang ada, serta menjadi rujukan penelitian berikutnya tentang

upaya penanggulangan kemiskinan.

2. Manfaat Praktis

Adapun bagi praktisi diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan

acuan bagi Baznas maupun pemerintah dalam rangka mengambil

(20)

8

F. Asumsi Penelitian

Dengan asumsi faktor lain yang mempengaruhi tingkat kemiskinan

ceteris paribus, maka tingkat kemiskinan dipengaruhi oleh zakat dan

pertumbuhan ekonomi.

G. Kerangka Teoretik

1. Zakat, pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan

Jika diperhatikan proses terjadinya kemiskinan dalam suatu

masyarakat selain dari faktor internal selain pemalas sebagai dari akibat

dari nilai-nilai dan budaya yang dianut oleh kaum miskin itu sendiri, juga

disebabkan karena tertahannya hak milik mereka di tangan orang-orang

kaya. Salah satu alat untuk memutusnya adalah zakat yag dapat dijadikan

modal usaha dalam mengantisipasi secara dini agar tidak terjatuh dalam

kemiskinan. Dengan sikap orang kaya yang menahan zakat tersebut,

maka modal dan kekayaan akan bertumpuk di lingkungan orang-orang

kaya saja. Hal tersebut merupakan salah satu faktor penyebab

kemiskinan. Dengan pengelolaan zakat yang baik diharapkan dapat

membantu mengurangi tingkat kemiskinan.

Jika melihat perkembangan pembangunan ZIS di tanah air, telah

tumbuh berbagai macam lembaga pengelola zakat yang berusaha

mengedepankan prinsip-prinsip manajemen modern dalam prakteknya.

Diantara lembaga yang menjadi pionirnya adalah Badan Amil Zakat

(21)

9

jaringan kerja yang sangat luas, meliputi provinsi di seluruh Indonesia.

Program-program yang ditawarkannya pun sangat variatif dan inovatif.

Zakat memiliki kontribusi dan solusi dalam rangka mengurangi

tingkat kemiskinan serta pemerataan pendapatan masyarakat suatu

negara. Zakat dalam bidang sosial bertindak sebagai alat khas yang

diberikan kepada Islam untuk menghapuskan kemiskinan dari

masyarakat dengan menyadarkan si kaya akan tanggung jawab sosial

yang mereka memiliki.7

Pengurangan tingkat kemiskinan juga bisa ditempuh dengan

memacu pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan pendapatan

nasional. Pendapatan yang semakin tinggi secara tidak langsung dapat

mengurangi tingkat kemiskinan.

Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator untuk melihat

keberhasilan pembangunan dan merupakan syarat bagi pengurangan

tingkat kemiskinan. Syaratnya adalah hasil dari pertumbuhan ekonomi

tersebut menyebar di setiap golongan masyarakat, termasuk golongan

penduduk miskin.8

H. Sistematika Pembahasan

Pembahasan dalam penelitian ini mencakup hasil analisis baik analisis

statistik maupun hasil uji hipotesis, kemudian dikaitkan dengan konsep dan

      

7 M Nur Rianto Al Arif, Efek Pengganda Zakat Serta Implikasinya terhadap Program Pengentasan

Kemiskinan, Jurnal Ekbisi Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Vol. 5, No. 1, (Desember 2010), 3.

8 Ahmad Khabhibi, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan, (Surakarta:

(22)

10

teori yang digunakan. Oleh karena itu, pembahasan ini akan mendiskripsikan

secara kesuluruhan hasil analisis dan hasil uji hipotesis, kemudian

dikomparasikan hasil analisis tersebut kaitannya dengan implikasi hasil

penelitian ini.

I. Outline Penelitian

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai tesis yang akan

penulis susun, maka akan dikemukakan outline penelitian sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini akan di uraikan latar belakang,

batasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, asumsi penelitian, kerangka teoretik,

sistematika pembahasan dan outline penelitian tesis.

BAB II :KAJIAN TEORETIK

Bab ini berisi tentang tinjauan pustaka yang membahas tentang

kemiskinan, konsep zakat, keterkaitan antara zakat dengan

kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, keterkaitan antara

pertumbuhan ekonomi dengan kemiskinan, kerangka

pemikiran, hipotesis, dan penelitian terdahulu.

BAB III : METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan di uraikan tentang jenis penelitian, variabel

(23)

11

pengumpulan data, teknik pengolahan data, teknik analisis

data, desain penelitian.

BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi tentang penyajian data dan deskriptif

variabel, laporan hasil analisis data, pengujian hipotesis dan

yang terakhir pembahasan hasil penelitian.

BAB V : PENUTUP

(24)

BAB II

KAJIAN TEORI

A.Tinjauan Pustaka

1. Kemiskinan

a. Pengertian

Menurut Chambers, kemiskinan dipahami sebagai keadaan

kekurangan uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup.

Dalam arti luas, mengatakan bahwa kemiskinan adalah suatu intergrated

concept yang memiliki lima dimensi, yaitu: 1) kemiskinan (proper), 2)

ketidakberdayaan (powerless), 3) kerentanan menghadapi situasi darurat

(state of emergency), 4) ketergantungan (dependence), dan 5)

keterasingan (isolation)baik secara geografis maupun sosiologis.1

Definisi menurut Cahyat, kemiskinan adalah suatu situasi di mana

seseorang atau rumah tangga mengalami kesulitan untuk memenuhi

kebutuhan dasar, sementara lingkungan pendukungnya kurang memberikan

peluang untuk meningkatkan kesejahteraan secara berkesinambungan atau

untuk keluar dari kerentanan.2

      

1Adit Agus Prastyo, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan, (Semarang:UNDIPPRESS, 2010), 18.

2 A. Cahyat, Gönner, C, and M Haug, Mengkaji Kemiskinan dan Kesejahteraan Rumah Tangga:

(25)

Secara umum kemiskinan dapat ditinjau dari dua sisi yaitu:

1) Kemiskinan absolut

Kemiskinan diukur dengan membandingkan tingkat

pendapatan orang dengan tingkat pendapatan yang dibutuhkan untuk

memperoleh kebutuhan dasarnya yakni makanan, pakaian dan

perumahan agar dapat menjamin kelangsungan hidupnya. Bank dunia

mendefinisikan kemiskinan absolut sebagai hidup dengan pendapatan

di bawah USD $1/hari dan kemiskinan menengah untuk pendapatan di

bawah $2/hari.

2) Kemiskinan relatif

Kemiskinan dilihat dari aspek ketimpangan sosial di mana

seseorang dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya tetapi masih

jauh lebih rendah dibanding masyarakat sekitarnya (lingkungannya).

Semakin besar ketimpangan antara tingkat penghidupan golongan atas

dan golongan bawah maka akan semakin besar pula jumlah penduduk

yang dapat dikategorikan miskin. Dengan kata lain, kemiskinan relatif

berkaitan erat dengan permasalahan distribusi pendapatan.3

b. Penyebab kemiskinan

Kemiskinan disebabkan oleh berbagai hal. Menurut Sharp, setelah

melakukan identifikasi, penyebab kemiskinan dari segi ekonomi adalah:

1) Kemiskinan secara makro lahir karena adanya ketidaksamaan pola

kepemilikan sumber daya, adanya sekelompok orang yang

      

(26)

memonopoli kepemilikan atas sumber daya dapat mengakibatkan

munculnya kemiskinan.

2) Kemiskinan muncul sebagai akibat perbedaan dalam kualitas sumber

daya manusia, hal ini terlihat bahwa kekurangan orang miskin

untuk maju adalah karena mereka tidak memiliki keilmuan,

pengetahuan dan keahlian seperti yang dimiliki oleh orang yang kaya.

3) Kemiskinan muncul sebagai akibat perbedaan akses dalam modal, hal

ini yang sering kali menjadi ketakutan orang apabila hendak

berwirausaha yaitu keterbatasan modal, sementara di sisi lain ada

sekelompok orang yang mampu memiliki akses terhadap

sumber-sumber permodalan yang ada. 4

Selain itu Todaro menambahkan tinggi rendahnya tingkat

kemiskinan suatu negara tergantung pada dua faktor utama, yaitu 1)

tingkat pendapatan nasional dan 2) lebar sempitnya kesenjangan dalam

distribusi pendapatan.5

Todaro dalam Kuncoro juga menjelaskan bawa adanya variasi

kemiskinan di negara berkembang disebabkan oleh beberapa faktor,

yaitu:

1) Luasnya negara

2) Perbedaan sejarah, sebagian dijajah oleh negara yang berlainan

      

4Mudrajad Kuncoro, Masalah, Kebijakan, dan Politik Ekonomika Pembangunan, (Jakarta:Erlangga, 1997), 80.

(27)

3) Perbedaan kekayaan sumber daya alam dan kualitas sumber daya

manusianya

4) Relatif pentingnya sektor publik dan swasta

5) Perbedaan struktur industri

6) Perbedaan derajat ketergantungan pada kekuatan ekonomi dan politik,

negara lain dan

7) Perbedaan pembagian kekuasaan, struktur politik dan kelembagaan

dalam negeri.6

c. Ketimpangan dan Kemiskinan

Kemiskinan menunjukkan tingkat pendapatan di bawah garis

kemiskinan tertentu. Sedangkan ketimpangan menunjukkan rentang

antara mereka yang berpendapatan tinggi (kaya) dan rendah (miskin).

Pada saat pertumbuhan ekonomi meningkat, diharapkan mampu

menurunkan tingkat kemiskinan. Namun apabila nilai ketimpangan

pendapatan meningkat, maka kemungkinan untuk terjadi penurunan

terhadap tingkat kemiskinan juga sangat kecil.7

Indikator yang sering digunakan untuk mengukur ketimpangan

pendapatan di suatu negara antara lain:

1) Indeks gini

Indeks gini merupakan alat ukur yang paling sering digunakan

sebagai indikator ketimpangan, karena menggunakan pendekatan

      

6 Mudrajad Kuncoro, Masalah, Kebijakan..., 37.

(28)

langsung terhadap ukuran ketidak merataan. Nilai indeks gini berkisar

antara 0 sampai 1. Nilai 0 menunjukkan bahwa seluruh pendapatan

terbagi secara merata terhadap seluruh unit masyarakat (perfect

equality), sedangkan nilai 1 berarti seluruh pendapatan hanya dimiliki

oleh satu orang atau 1 unit saja untuk keseluruhan distribusi (perfect

inequality). Ketimpangan yang rendah memiliki nilai indeks gini

sebesar 0,4 atau di bawahnya. Ketimpangan yang tinggi apabila

mempunyai indeks gini di atas 0,4 dalam distribusinya.

2) Indeks Theil dan indeks -L

Indeks Theil dan indeks -L digunakan karena memenuhi semua

kriteria bagi sebuah ukuran ketimpangan yang baik. Konsep entropi

Theil pada dasarnya merupakan aplikasi konsep teori informasi dalam

mengukur ketimpangan ekonomi dan konsentrasi industi. Nilai

ketimpangan bervariasi antara 0 dan ∞ di mana 0 berarti distribusi

merata dan nilai yang lebih tinggi berarti ketimpangan yang lebih

tinggi. 8

Masalah ketimpangan disebabkan karena adanya ketidak

merataan dalam distribusi pendapatan, sehingga kemiskinan tetap

meningkat walaupun pendapatan nasional meningkat. Oleh sebab itu,

dalam hal pengentasan kemiskinan ada empat pilihan bidang yang

terbuka bagi intervensi kebijakan pemerintah untuk memperbaiki kondisi

ditribusi pendapatan:

(29)

a) Perbaikan distribusi pendapatan nasional melaui serangkaian

kebijakan khusus untuk mengubah harga-harga faktor produksi.

b) Perbaikan distribusi melalui redistribusi kepemilikan aset-aset.

c) Pengalihan sebagian pendapatan golongan atas ke golongan bawah.

d) Peningkatan ukuran distribusi kelompok penduduk termiskin melalui

transfer secara langsung dan penyediaan barang dan jasa tanggungan

pemerintah.9

d. Kemiskinan dalam Islam

Dalam sudut pandang Islam, kemiskinan didefinisikan menjadi 3

tingkatan, yaitu:

1) Miskin iman, yang dimaksud dari miskin Iman adalah orang yang

jiwanya tidak ada kontak atau hubungan dengan Allah, atau jika ada

hubungan pun terlalu tipis, yaitu hanya ingat pada Allah saat susah

saja.

2) Miskin ilmu, miskin ilmu ini menjadi penyebab yang kedua mengapa

manusia miskin dan tidak tahu cara menyelesaikan masalah hidup.

Saat ini etos kerja umat muslim sangat rendah, mereka enggan untuk

mengkaji ilmu-ilmu Allah.

3) Miskin harta, para ulama mazhab seperti Malikiyah, Syafi’iyah, dan

Hanabilah mendefinisikan miskin adalah sebagai seseorang yang

masih memiliki kemampuan untuk bekerja berusaha dalam rangka

      

(30)

memperoleh harta dan menghidupi keluarganya secara halal tetapi

hasil yang didapat masih belum mencukupi bagi pemenuhan

kebutuhan dirinya dan keluarganya.10

Perhatian Islam terhadap masalah kemiskinan sangat besar sekali.

Dalam Al-Quran banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan masalah

kemiskinan, salah satu diantaranya dalam surat al-Dariyat ayat 19 yang

berbunyi:

ِﰲﺴو

ﺸِِﳍﺒﺴﻮﺸﺴأ

ﱞ ﺴ

ِِﺎ ِﺷ

ِموُﺮﺸ ﺴﺸﺒﺴو

١٩

Artinya:

Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang

meminta, dan orang miskin yang tidak meminta.11

Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam mewajibkan setiap

muslim untuk berpartisipasi menanggulangi kemiskinan sesuai dengan

kemampuannya. Bagi yang tidak memiliki kemampuan materi

diharapkan partisipasinya dalam bentuk merasakan, memikirkan, dan

mendorong pihak lain untuk berpartisipasi aktif. Al-Qur’an secara tegas

menggambarkan begi mereka yang tidak peduli kepada kaum miskin

sebagai orang yang telah mendustakan agama, sebagaimana tercantum

dalam surat al-Mau’un ayat 1-3 yang berbunyi:

ﺴ ﺸﺴأﺴﺜﺴأ

يِﺬ ﺒ

ُبِﺷﺬﺴ ُ

ِ ِﺷﺪ ِ

١

ﺴ ِﺴﺬﺴ

يِﺬ ﺒ

ﺤُﺪﺴ

ﺴ ِﺴﺸﺒ

ﺴﺴو

ُﺴﳛ

ﻰﺴﺴ

ِمﺎﺴﺴ

ِﲔِ ﺸ ِﺸﺒ

      
(31)

Artinya:

Tahukah kamu orang yang mendustakan agama?(1) Itulah orang yang menghardik anak yatim(2). Dan tidak menganjurkan memberi makan

orang miskin.(3)12

Qardawi menjelaskan, bagi mereka yang tidak memiliki

kemampuan materi, diharapkkan untuk berpartisipasi dalam bentuk

merasakan, memikirkan, dan mendorong pihak lain untuk berpartisipasi

aktif. Misalnya memaparkan sarana untuk mengentaskan kemiskinan,

seperti bekerja, jaminan sanak famili yang berkelapangan, dan zakat.

Orang-orang yang hidup di bawah garis kemiskinan perlu dicarikan

solusi agar mereka dapat hidup layak, sebab lebih jauh lagi kemiskinan

dapat mengakibatkan seseorang kehilangan keyakinan.

Menurut Daud Ali ada beberapa upaya yang dapat dilakukan

untuk mengatasi masalah kemiskinan menurut ajaran agama Islam,

diantaranya yaitu:

a) Bekerja, berusaha sendiri untuk mengatasi kemiskinan yang

menimpanya.

b) Bantuan keluarga atau kerabat dekat.

c) Bantuan tetangga dan masyarakat.

d) Bantuan negara dengan berbagai upaya yang dilakukan dalam rangka

melaksanakan tugas negara.13

      

12 al-Quran, 107: 1-3. 

(32)

2. Zakat

a. Pengertian

Zakat adalah salah satu pilar penting dalam ajaran Islam.

Secara etimologis, zakat memiliki arti kata berkembang (an-namaa),

mensucikan (at-thaharatu) dan berkah (albarakatu). Sedangkan

secara terminologis, zakat mempunyai arti bagian dari harta dengan

persyaratan tertentu di mana yang diwajibkan oleh Allah SWT

kepada pemiliknya untuk diserahkan kepada yang

berhak menerimanya.14

Dalam istilah ekonomi, zakat diartikan sebagai tindakan

pemindahan kekayaan dari golongan kaya kepada golongan tidak

punya.15

Pengertian zakat dapat disimpulkan sebagai kewajiban dari

Allah untuk memindahkan bagian harta kekayaan tertentu oleh

pemilik dari golongan kaya kepada golongan yang berhak

menerimanya dengan syarat tertentu.

b. Golongan yang berhak menerima zakat

Undang-undang Nomor 38 tahun 1999 pasal 1 ayat 2

menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan zakat adalah harta yang

wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh

      

(33)

orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan

kepada yang berhak menerimanya.16

Adapun golongan yang berhak menerima zakat telah diatur

dalam ajaran syariat Islam, yakni ada delapan golongan. Ketentuan

ini diatur dalam Al Qur’an surat At-Taubah ayat 60:

ﺎﺴﳕِﺐ

ُتﺎﺴﺴﺪ ﺒ

ﺌﺒﺴﺮﺴُﺸِ

ِﲔِ ﺎﺴ ﺴﺸﺒﺴو

ﺴﲔِِﺎﺴﺸﺒﺴو

ﺎﺴﻬﺸـﺴﺴ

ِﺔﺴ ﺴﺆُﺸﺒﺴو

ﺸُُﻮُُـ

ِﰲﺴو

ِبﺎﺴِﺷﺮﺒ

ﺴﲔِِﺜﺎﺴﺸﺒﺴو

ِﰲﺴو

ِ ِﺴ

ِﺷﻪﺒ

ِ ﺸﺒﺴو

ِ ِ ﺒ

ًﺔﺴ ِﺮﺴ

ﺴ ِﺷ

ِﺷﻪﺒ

ُﺷﻪﺒﺴو

ٌ ِﺴ

ٌ ِ ﺴ

ﺿ٠

Artinya:

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang,untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan,sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan

Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.17

Berdasarkan ayat di atas golongan yang berhak menerima

zakat dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Orang fakir: orang yang tidak mempunyai harta dan tenaga untuk

memenuhi penghidupannya.

2) Orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan

dalam keadaan kekurangan.

3) Pengurus zakat: orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan

dan membagikan zakat.

      

16 M. Ali Hasan, Zakat dan Infak. Salah Satu Solusi Mengatasi Problematika Sosial di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), 118-119.

(34)

4) Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang

yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah.

5) Memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan Muslim

yang ditawan oleh orang-orang kafir.

6) Orang berhutang: orang yang berhutang untuk kepentingan yang

bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya.

7) Pada jalan Allah (sabilillah): Yaitu untuk keperluan pertahanan

Islam dan kaum muslimin.

8) Orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat

mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.18

c. Tujuan zakat

Zakat tidak hanya sebatas mentransfer kekayaan dari

orang yang mampu kepada orang-orang yang berhak

menerimanya. Namun zakat memiliki tujuan yang lebih luas,

diantaranya:

1) Mengangkat derajat fakir-miskin dan membantunya keluar

dari kesulitan hidup serta penderitaan.

2) Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh para

gharimin, ibnussabil, dan mustahiq lainnya.

3) Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat

Islam dan manusia pada umumnya.

      

(35)

4) Menghilangkan sifat kikir pemilik harta.

5) Membersihkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial) dari

hati orang-orang miskin.

6) Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang

miskin dalam suatu masyarakat.

7) Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri

seseorang, terutama pada mereka yang mempunyai harta.

8) Mendidik manusia untuk berdisplin menunaikan kewajiban

dan menyerahkan hak orang lain yang ada padanya.19

d. Organisasi Pengelola Zakat

Organisasi pengelola zakat merupakan sebuah institusi yang

bergerak di bidang pengelolaan dana zakat, infaq, dan shadaqah.

Definisi menurut UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan

zakat pada Pasal 1 ayat 1 adalah: kegiatan perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap

pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.20

Hafidhuddin menyatakan bahwa zakat adalah satu-satunya

ibadah yang memiliki petugas khusus untuk mengelolanya,

sebagaimana dinyatakan secara eksplisit dalam QS Al-Taubah ayat

60. Ia mengatakan bahwa pengelolaan zakat melalui institusi amil

memiliki beberapa keuntungan, yaitu :

      

19 Proyek Pembinaan Zakat dan Wakaf, Pedoman Zakat (4), (Jakarta: Departemen Agama, 1982), 27.

(36)

1) Lebih sesuai dengan tuntunan syariah, shirah nabawiyyah dan

shirah para sahabat serta generasi sesudahnya.

2) Menjamin kepastian dan disiplin pembayar zakat.

3) Untuk menghindari perasaan rendah diri dari para mustahik

apabila mereka berhubungan langsung dengan muzakki

4) Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas pengelolaan dan

pendayagunaan zakat.

5) Sebagai syiar Islam dalam semangat pemerintahan yang Islami.

Ada banyak sekali organisasi atau lembaga zakat yang

berdiri di Indonesia. Salah satunya adalah Badan Amil Zakat

Nasional (Baznas). Baznas merupakan badan resmi dan

satu-satunya yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan

Presiden RI No. 8 Tahun 2002 yang memiliki tugas dan fungsi

menghimpun dan menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS)

pada tingkat nasional. Baznas dinyatakan sebagai lembaga

pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung

jawab kepada Presiden melalui Menteri Agama.

Baznas menjalankan empat fungsi, yaitu:

1) Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan

zakat.

2) Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan

(37)

3) Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan

pendayagunaan zakat.

4) Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan

zakat.

Penerimaan dana zakat yang dihimpun oleh Baznas berasal

dari zakat, infak/sedekah dan natura. Dana yang berasal dari zakat

antara lain bersumber dari zakat fitrah, zakat peternakan, zakat

pertanian, zakat emas perak dan uang, zakat perniagaan, zakat harta

galian, zakat profesi, zakat saham dan obligasi. Selain zakat

penerimaan Baznas dipelroleh dari infak/shadaqah dan natura.

Sementara itu, hasil dari zakat disalurkan oleh Baznas baik

secara langsung kepada mustahik ataupun melalui berbagai

program seperti pendanaan usaha kepada mustahik, kesehatan,

pendidikan, dan bantuan bencana alam.21

e. Dampak Ekonomis Aplikasi Zakat

Dalam implementasinya zakat memiliki efek domino dalam

kehidupan masyarakat. Di antara dampak yang ada adalah sebagai

berikut:

1) Produksi

Dengan adanya zakat fakir miskin dapat memenuhi

kebutuhan dasarnya. Permintaan yang ada di pasar akan

      

(38)

meningkat, sehingga produsen harus meningkatkan produksinya

untuk memenuhi permintaan yang ada.

2) Investasi

Dengan adanya alokasi zakat atas fakir dan miskin, hal

tersebut akan menambah pemasukan mereka, sehingga

konsumsi yang dilakukan akan bertambah. Peningkatan

konsumsi akan mendorong peningkatan produksi di mana hal

tersebut akan mendorong investasi.

3) Lapangan Kerja

Dengan adanya zakat, permintaan akan tenaga kerja akan

semakin bertambah dan akan mengurangi pengangguran. Seperti

dijelaskan di atas, zakat akan menaikkan produksi dan investasi

dalam dunia usaha, sehingga permintaan akan karyawan akan

semakin bertambah.22

f. Pengaruh Zakat Terhadap Kemiskinan

Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, zakat

mempunyai beberapa tujuan diantaranya mengangkat derajat

fakir-miskin dan membantunya keluar dari kesulitan hidup serta

penderitaan dan menjembatani jurang pemisah antara yang kaya

dengan yang miskin dalam suatu masyarakat.23

      

22 Said Saad Marthon, Ekonomi Islam; Di Tengah Krisis Ekonomi Glogal, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2007), 126.

(39)

Terlebih lagi fakir miskin menjadi golongan utama yang

diprioritaskan sebagai golongan yang berhak menerima zakat

sebagaimana tercantum dalam Al-Quran surat At-Taubah ayat 60.

Pramanik berpendapat bahwa zakat dapat memainkan peran

yang sangat signifikan dalam meredistribusikan pendapatan dan

kekayaan dalam masyarakat muslim. Dalam studinya, Pramanik

menyatakan bahwa dalam konteks makro ekonomi, zakat dapat

dijadikan sebagai instrumen yang dapat memberikan insentif untuk

meningkatkan produksi, investasi, dan untuk bekerja. Zakat adalah

mekanisme transfer terbaik dalam masyarakat.24

Selain itu Mannan menyatakan bahwa, zakat adalah poros

dan pusat keuangan Islam. Zakat dalam bidang sosial bertindak

sebagai alat khas yang diberikan kepada Islam untuk

menghapuskan kemiskinan dari masyarakat dengan menyadarkan si

kaya akan tanggung jawab sosial yang mereka memiliki, sedang

dalam bidang ekonomi zakat mencegah penumpukan kekayaan

yang mengerikan dalam tangan segelintir orang dan

memungkinkan kekayaan untuk disebarkan sebelum sempat

menjadi besar dan sangat berbahaya ditangan pemiliknya, maka

sebagian diberikan kepada yang berhak.25

      

24 Irfan Syauqi Beik, “Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi Kemiskinan: Studi Kasus Dompet Dhuafa Republika, Jurnal Pemikiran dan Gagasan, Vol. 2, (2009), 3.

(40)

Abdurrachman Qadir menyatakan bahwa salah satu cara

menanggulangi kemiskinan adalah dukungan orang yang mampu

untuk mengeluarkan harta kekayaan mereka berupa dana zakat

kepada mereka yang kekurangan. Zakat merupakan salah satu dari

lima nilai instrumental yang strategis dan sangat berpengaruh pada

tingkah laku ekonomi manusia dan masyarakat serta pembangunan

ekonomi umumnya.26

Tujuan zakat tidak sekedar menyantuni orang miskin secara

konsumtif, tetapi mempunyai tujuan yang lebih permanen yaitu

mengentaskan kemiskinan.”27

El-Din menganalisa fungsi alokatif dan stabilisator zakat

dalam perekonomian. Ia menyatakan bahwa fungsi alokatif zakat

diekspresikan sebagai alat atau instrumen untuk memerangi

kemiskinan. Namun demikian, hendaknya dalam pola

pendistribusiannya, zakat tidak hanya diberikan dalam bentuk

barang konsumsi saja melainkan juga dalam bentuk barang

produksi. Ini dilakukan ketika mustahik memiliki kapasitas dan

kemampuan untuk mengolah dan melakukan aktivitas produksi. Ia

pun mendorong distribusi zakat dalam bentuk ekuitas, yang

diharapkan akan memberikan dampak yang lebih luas terhadap

kondisi perekonomian.28

      

26 Ahmad M. Saefuddin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam, (Jakarta: CV Rajawali, 1987), 71.

(41)

Sementara itu, al-Qardhawi mengatakan bahwa tujuan

mendasar ibadah zakat itu adalah untuk menyelesaikan berbagai

macam persoalan sosial seperti pengangguran, kemiskinan, dan

lain-lain. Sistem distribusi zakat merupakan solusi terhadap

persoalan-persoalan tersebut dengan memberikan bantuan kepada

orang miskin tanpa memandang ras, warna kulit, etnis, dan

atribut-atribut keduniawian lainnya.29

Zakat juga memberi pengaruh terhadap upaya pengentasan

kemiskinan melalui efek pengganda zakat (efek multiplier).

Pelaksanaan ibadah zakat bila dilakukan secara sistematis dan

terorganisir akan memberikan efek multiplier yang tidak sedikit

terhadap peningkatan pendapatan, hal ini seperti digambarkan pada

hadis Rasulullah dan Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 261:

ُ ﺴ

ﺴ ِﺬ ﺒ

ﺴنﻮُِ ُ

ﺸُﺴﳍﺒﺴﻮﺸﺴأ

ِﰲ

ِ ِﺴ

ِﺷﻪﺒ

ِﺴﺴﺴ

ﺳﺔ ﺴ

ﺸ ﺴﺴـﺴأ

ﺴ ﺸﺴ

ﺴ ِﺎﺴﺴ

ِﰲ

ِﺷُ

ﺳﺔﺴُـ ُ

ُﺔﺴِﺷ

ﺳﺔ ﺴ

ُﺷﻪﺒﺴو

ُ ِ ﺎﺴ ُ

ﺴِ

ُﺌﺎﺴ ﺴ

ُﺷﻪﺒﺴو

ٌ ِ ﺒﺴو

ٌ ِﺴ

ﺻﺿ١

Artinya:

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha

Mengetahui”.30

و

ﻰ ﺴ

ِﷲ

ِلﺸﻮُ ﺴﺜ

ﺸ ﺴ

،ﺎﺴُﻬﺸـﺴ

ُﷲ

ِ ﺴﺜ

ِسﺎ ﺴ

ِ ﺸﺒ

ﺸ ﺴ

ِﺸِوﺸﺮﺴـ

ﺎﺴﺸِ

ﺸ ﺴﺴ

:

ﺴ ِﺴﺛ

ﺴﲔﺴ

ُﰒ

، ِتﺎﺴِﺷ ﺒﺴو

ِتﺎﺴﺴﺴﺸﳊﺒ

ﺴ ﺴﺴ

ﺴﷲ

نِﺐ

:

ﺴﱃﺎﺴﺴـﺴو

ﺴكﺴﺜﺎﺴﺴـ

ِِﺷﺴﺜ

ﺸ ﺴ

      

29 Ibid, 3.

(42)

ُﷲ

ﺎﺴﻬﺴـﺴـﺴ

ﺎﺴﻬﺴِﺴﺴـ

ﺎﺴِ

ﺸنِﺐﺴو

،ًﺔﺴِﺎﺴ

ًﺔﺴﺴ ﺴ

ُ ﺴﺪﺸِ

ﺎﺴﻬﺴـﺴـﺴ

ﺎﺴﻬﺸﺴﺸﺴـ

ﺸﺴﺴـ

ﺳﺔﺴﺴ ﺴِﲝ

ُ ﺴﺪﺸِ

ِﺔﺴﺎِِﺸﺴ

ﺴﱃِﺐ

ﺳتﺎﺴﺴ ﺴ

ﺴةﺴﺮﺸ ﺴ

ﺸﺴﺴـ

ﺳﺔﺴِﺷﺴ ِ

ﺸنِﺐﺴو

،ﺳةﺴﺸﲑِﺴ

ﺳﺧﺎﺴﺸ ﺴأ

ﺴﱃِﺐ

ﺳ ﺸ ِ

ًةﺴﺪِ ﺒﺴو

ًﺔﺴِﺷﺴ

ُﷲ

ﺎﺴﻬﺴـﺴـﺴ

ﺎﺴﻬﺴِﺴﺴـ

ﺎﺴِ

ﺸنِﺐﺴو

،ًﺔﺴِﺎﺴ

ًﺔﺴﺴ ﺴ

ُ ﺴﺪﺸِ

ُﷲ

ﺎﺴﻬﺴـﺴـﺴ

ﺎﺴﻬﺸﺴﺸﺴـ

يﺜﺎ ﺒ

ﺒوﺜ

]

[

ﺧوﺮﳊﺒ

ﺎ ﻬ

و

Artinya:

Dari Ibnu Abbas ra meriwayatkan dari Rasulullah saw beliau bersabda

menyampaikan apa yang diterimadari tuhannya Allah azza wajala, “Sesungguhnya Allah menetapkan kebaikan dan keburukan kemudian menjelaskannya; barangsiapa berniat melakukan kebaikan dan tidak jadi melakukannya, maka Allah mencatat di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Jika ia berniat melakukan kebaikan lalu ia benar-benar melakukannya maka Allah akan mencatat di sisi-Nya sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat bahkan masih dilipatgandakannya lagi. Jika ia berniat melakukan keburukan dan tidak jadi melakukan maka Allah mencatatnya sebagai satu kebaikan. Dan jika iaberniat melakukan keburukan lalu ia benar-benar melakukannya, maka Allah hanya mencatat di

sisi-Nya satu keburukan.” (HR Bukhari dan Muslim).31

Pada ayat dan hadis tersebut digambarkan secara implisit efek

pengganda dari zakat. Secara ekonomi, hal ini diasumsikan bantuan

zakat diberikan dalam bentuk konsumtif. Bantuan konsumtif yang

diberikan kepada mustahik akan meningkatkan daya beli mustahik

tersebut atas suatu barang yang menjadi kebutuhannya. Peningkatan

daya beli atas suatu barang ini akan berimbas pada peningkatan

produksi suatu perusahaan, imbas dari peningkatan produksi adalah

penambahan kapasitas produksi yang hal ini berarti perusahaan akan

menyerap tenaga kerja lebih banyak.

zakat daya beli

meningkat

      

(43)

mendorong

investasi

dana pajak

[image:43.595.145.524.109.533.2]

pembangunan

Gambar 2.1 Efek Multiplier Zakat

Berdasarkan mekanisme tersebut dapat terlihat bahwa

pengelolaan zakat yang tepat, profesional dan akuntabel akan mampu

mendayagunakan zakat serta akan memberikan efek pengganda yang

cukup signifikan dalam perekonomian terutama dalam membantu

pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan melalui

program-program pemberdayaan masyarakat.32

3. Pertumbuhan Ekonomi

a. Pengertian

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai pertumbuhan output

riil perekonomian sepanjang waktu. 33

Sedangkan dalam ekonomi modern pertumbuhan ekonomi

adalah perkembangan dalam perekonomian yang menyebabkan

barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat meningkat

      

32 Ibid, 5.

33 Christhoper Pass, Dictionary of Economic, (Jakarta: Erlangga, 1998), 175.

Produksi meningkat Pembangunan

meningkat

(44)

yang selanjutnya diiringi dengan peningkatan kemakmuran

masyarakat.34

Gambaran tentang keberhasilan pembangunan suatu negara

dapat dinilai dari pertumbuhan ekonominya. Semakin tinggi

pertumbuhan ekonominya, maka negara tersebut dinilai semakin

berhasil melaksanakan pembangunan. Dengan demikian yang menjadi

fokus pengukuran adalah produktifitas negara atau masyarakat negara

tersebut setiap tahunnya. Produktifitas ini diukur oleh Produk

Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP).

Pertumbuhan ekonomi yang diukur dari penambahan Gross

Domestic Product (GDP) dari tahun ke tahun, merupakan syarat

penting untuk mengentaskan masyarakat dari kemiskinan, walaupun

pertumbuhan ekonomi tidak bisa berdiri sendiri untuk mengentaskan

kemiskinan, tetap pertumbuhan ekonomi dapat dijadikan sebagai

faktor utama untuk mengentaskan kemiskinan.

b. GDP sebagai Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

Gross Domestic Product (GDP) pada umumnya digunakan

sebagai indikator baik buruknya perekonomian sebuah negara dan

sebagai tolok ukur kesejahteraan masyarakat. Perhitungan pendapatan

nasional memberikan informasi yang dapat digunakan untuk

memproyeksikan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.

      

(45)

Perhitungan tersebut memberikan informasi kinerja ekonomi terhadap

produksi yang dihasilkan dan pendapatan/pengeluaran yang

dialokasikan.35

GDP merupakan jumlah nilai tambah yang timbul dari

seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah tertentu, atau

merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh

seluruh unit ekonomi, sehingga pertumbuhan ekonomi merupakan

penambahan Gross Domestic Product (GDP), yang berarti

penambahan pendapatan nasional setiap tahunnya.

Perhitungan GDP menggunakan dua macam harga yaitu GDP

atas dasar harga berlaku dan GDP atas dasar harga konstan. GDP atas

dasar berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang

dihitung dengan harga yang be;rlaku setiap tahun, sedangkan PDB

atas dasar harga konstan dihitung dengan menggunakan harga yang

berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDB atas dasar

harga konstan digunakan untuk melihat pertumbuhan ekonomi. 36

Perhitungan GDP dapat dilakukan dengan cara:

1) Pendekatan pengeluaran

GDP merupakan seluruh konsumsi pemerintah dan

masyarakat, investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor

dikurangi impor.

GDP = C + I + G + (X-M)

      

(46)

2) Pendekatan pendapatan

GDP merupakan jumlah upah dan gaji, sewa tanag, bunga modal

dan keuntungan kotor perusahaan yang diterima oleh faktor-faktor

produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara

dalam waktu tertentu. Sayangnya data BPS tidak menyajikan data

perhitungan GDP dengan pendekatan pendapatan.

c. GDP Nominal dan Riil

Sebagai indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi

di suatu negara GDP dihitung atas harga berlaku (GDP nominal) dan

GDP konstan (GDP riil). GDP nominal menggambarkan nilai tambah

barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku

setiap tahunnya. Sedangkan GDP riil menunjukkan nilai tambah

barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada

satu tahun tertentu.

GDP atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat

pergeseran dan struktur ekonomi, sedangkan GDP harga konstan

dapat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun

ke tahun.

d. Pertumbuhan Ekonomi Islam

Dalam Islam pertumbuhan ekonomi mempunyai pengertian

yang berbeda. Pertumbuhan ekonomin harus berlandaskan nilai-nilai

(47)

dari segala nilai-nilai kemaksiatan dan perbuatan dosa. Hal tersebut

tidak menafikkan eksistensi usaha dan pemikiran untuk mengejar

segala ketertinggalan dan keterbelakangan yang disesuaikan dengan

prinsip syariah.37 Sebagaimana telah dijelaskan di dalam al-Quran

surat al-Baqarah ayat 60 dan 168 sebagai berikut:

ِﺛِﺐﺴو

ﻰﺴﺸ ﺴﺸ ﺒ

ﻰﺴﻮُ

ِِﺸﻮﺴِ

ﺎﺴﺸُﺴـ

بِﺮﺸ ﺒ

ﺴكﺎﺴ ﺴِﺷ

ﺴﺸﳊﺒ

ﺴﺮﺴ

ﺸتﺴﺮﺴ ﺴ ﺎﺴ

ُﺸِ

ﺎﺴﺴـﺸـﺒ

ﺴةﺴﺮﺸ ﺴ

ًﺎ ﺸﺴ

ﺸﺪﺴ

ﺴِﺴ

ُ

ﺳسﺴُأ

ﺸُﺴﺴﺮﺸ

ﺸﺒﻮُُ

ﺸﺒﻮُﺴﺮﺸ ﺒﺴو

ِ

ِﺨﺸزِﺷﺜ

ِﻪﺒ

ﺴ ﺴو

ﺸﺒﺸﻮﺴـﺸﺴـ

ِﰲ

ِضﺸﺜﺴﻷﺒ

ﺴ ِﺪِ ﺸُ

ﺿ٠

Artinya:

Makan dan minumlah rezki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.” [QS Al

Baqarah(2):60]38

ﺎﺴﻬـﺴأ

ُسﺎ ﺒ

ﺸﺒﻮُُ

ﺎ ِﳑ

ِﰲ

ِضﺸﺜﺴﻷﺒ

ً ﺴ ﺴ

ًﺎ ِﺷﺴ

ﺴ ﺴو

ﺸﺒﻮُِ ﺴـ

ِتﺒﺴﻮُ ُ

ِنﺎﺴ ﺸ ﺒ

ُ ِﺐ

ﺸ ُ ﺴ

ﱞوُﺪﺴ

ٌﲔِ

١ﺿ٨

Artinya:

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah

syaitan “[QS Al Baqarah(2):168]39

Indikasi pertumbuhan ekonomi dalam Islam antara lain:

1) Stabilitas ekonomi, sosial dan politik

Untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi, diperlukan

kondisi yang kondusif. Stabilitas keadaan merupakan faktor utama

dalam pertumbuhan ekonomi. Untuk mengembangkan

      

37 Said Saat Marthon, Ekonomi Islam..., 158.

(48)

pertumbuhan dan kesejahteraan ekonomi dibutuhkan stabilitas

politik dan sosial kemasyarakatan. Untuk itu dibutuhkan sebuah

peraturan dan undang-undang yang disesuaikan dengan latar

belakang dan kultur masyarakat. Hal ini telah diatur di dalam Islam

beberapa nilai, norma, dan etika yang dapat membangun nilai

stabilitas ekonomi, sosial dan politik.

2) Tingginya kegiatan investasi

Dalam kehidupan ekonomi, kegiatan produksi harus tetap

berjalan dengan cara memberdayakan sumber-sumber ekonomi

yang terdapat dalam masyarakat sehingga diperlukan investasi.

Investasi merupakan komponen yang dapat memacu pertumbuhan

ekonomi. Investasi yang tinggi memacu terpenuhinya kebutuhan

melalui kesempatan kerja penuh (full employment). Syariah

menganjurkan setiap manusia untuk memenuhi kebutuhan dasarnya

untuk kesejahteraan hidupnya. Pendayagunaan sumber daya alam

dan manusia merupakan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan

namun Islam melarang untuk menghambur-hamburkannya.40 Hal

ini telah dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-Maidah ayat 87-88

(49)

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezkikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya” [QS

Al Maidah(5):87-88]41

At-Tariqy menjelaskan, berdasarkan pendapat para ahli

ekonomi Islam dan para fuqaha’ bahwa, pertumbuhan ekonomi bukan

hanya aktivitas produksi material saja. Pertumbuhan ekonomi

merupakan aktivitas menyeluruh dalam bidang produksi yang terkait

erat dengan keadilan distribusi. Pertumbuhan ekonomi bukan hanya

diukur dari aspek ekonomi, melainkan aktivitas manusia yang

ditujukan untuk pertumbuhan dan kemajuan sisi material dan spiritual

manusia sekaligus.42

Dari pendapat para ulama di atas, dirumuskan beberapa asas

dalam pertumbuhan ekonomi. Adapun asas-asas pertumbuhan

ekonomi dalam Islam ada empat yaitu:

1) Tauhid rububiyah, yaitu menyatakan dasar-dasar hukum Allah

untuk selanjutnya mengatur model pertumbuhan yang berdasarkan

Islam.

2) Keadilan, yaitu pertumbuhan yang tidak pincang (senjang), tetapi

pertumbuhan ekonomi yang merata (growth with equity).

      

41 Ibid,  : ‐ . 

(50)

3) Khalifah, yang menyatakan bahwa manusia adalah wakil Allah di

muka bumi untuk memakmurkan bumi dan bertangung jawab

kepada Allah tentang pengelolaan sumberdaya yang diamanahkan

kepadanya.

4) Tazkiyah yaitu mensucikan manusia dalam hubugannya dengan

Allah., sesamanya dan alam lingkungan, masyarakat dan negara.43

Mekanisme pertumbuhan yang dipertimbangkan Islam adalah

dengan menetapkan peranan manusia yang dipusatkan sebagai wakil

tuhan di muka bumi (asas khalifah), sebagaimana yang tercantum

dalam Al-Quran surat al-Baqarah ayat 30:

ﺸﺛِﺐﺴو

ﺴلﺎﺴ

ﺴ ﺴﺜ

ِﺔﺴِﺴ ﺴﺸِ

ِﺷﱐِﺐ

ٌ ِ ﺎﺴ

ِﰲ

ِضﺸﺜﺴﻷﺒ

ًﺔﺴ ِﺴ

...

ﺼ٠

Artinya:

Dan (ingatlah) ketika tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “sesungguhnya aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi ini”...44

Dengan memelihara kedudukan manusia yang bermartabat,

Islam menyerukan betapa pentingnya peran manusia dalam

mengusahakan kesejahteraan hidup di muka bumi. Karena dalam

pandangan Islam, pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai

pertumbuhan terus-menerus dari faktor produksi secara benar yang

mampu memberikan konstribusi bagi kesejahteraan manusia, serta

mampu menegakkan keadilan dalam mekanisme pertumbuhan melalui

      

(51)

pemerataan pendapatan (asas keadilan) dengan menegakkan

dasar-dasar hukum Allah (asas tauhid rububiyah) untuk menjaga kesucian

manusia dalam hubugannya dengan Allah., sesamanya dan alam

lingkungan, masyarakat dan negara (asas tazkiyah).45

e. Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan

Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator untuk melihat

keberhasilan pembangunan dan merupakan syarat bagi pengurangan

tingkat kemiskinan. Syaratnya adalah hasil dari pertumbuhan

ekonomi tersebut menyebar disetiap golongan masyarakat, termasuk

di golongan penduduk miskin.46 Sebagaimana telah dijelaskan di

dalam al-Qur’an surat al-Hasyr ayat 7 berikut ini:

ﺌﺎﺴﺴأ

ُﻪﺒ

ﻰﺴﺴ

ِِﻮُ ﺴﺜ

ﺸ ِ

ِ ﺸﺴأ

ىﺴﺮُﺸﺒ

ِ ِﺴ

ِلﻮُﺮِﺴو

يِﺬِﺴو

ﺴﰉﺸﺮُﺸﺒ

ﻰﺴﺎﺴﺴـﺸﺒﺴو

ِﲔِ ﺎﺴ ﺴﺸﺒﺴو

ِ ﺸﺒﺴو

ِ ِ ﺒ

ﺸ ﺴ

ﺴنﻮُ ﺴ

ًﺔﺴوُد

ﺴﺸﲔﺴ

ﺌﺎﺴِﺸﺴﺸﻷﺒ

ﺸ ُ ِ

ﺎﺴﺴو

ُ ُ ﺴآ

ُلﻮُﺮﺒ

ُوُﺬُ ﺴ

ﺎﺴﺴو

ﺸ ُ ﺎﺴﺴ

ُﺸﺴ

ﺒﻮُﻬﺴـ ﺎﺴ

ﺒﻮُـ ﺒﺴو

ﺴﻪﺒ

نِﺐ

ﺴﻪﺒ

ُﺪ ِﺪﺴ

ِبﺎﺴِﺸﺒ

Artinya:

Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. [QS

Al-Hasyr(2):168]47

      

45Agustianto, “Pertumbuhan dan Pembangunan..., 6. 46 Ahmad Khabhibi, Analisis Faktor-Faktor..., 46.

(52)

Ayat di atas menjelaskan tentang pentingnya pemerataan

distribusi pendapatan. Di mana kekayaan yang dihasilkan oleh negara

tidak boleh hanya berputar di kalangan orang-orang kaya saja, tetapi

harus menyebar keseluruh penduduk termasuk penduduk miskin

sehingga tidak terjadi ketimpangan pendapatan.

Komponen yang dapat memacu pertumbuhan antara lain

adalah terpenuhinya kebutuhan melalui kesempatan kerja penuh (full

employment).48Artinya perekonomian dalam keadaan full employment

menjadikan masyarakat mampu memenuhi seluruh kebutuhannya.

Produksi barang meningkat dalam rangka memenuhi permintaan

masyarakat. Keadaan seperti ini mendorong terjadinya pertumbuhan

ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi terus menerus dapat

mendorong peningkatan output, sehingga dapat mensejahterakan

masyarakat dan mengurangi tingkat kemiskinan.

Output meningkat

pengangguran menurun

[image:52.595.169.511.497.676.2]

kebutuhan terpenuhi

Gambar 2.2 PengaruhPertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan

      

48 M. Umer Chapra, Alquran Menuju Sistem Moneter yang Adil, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf,

Kesempatan kerja penuh

Produksi meningkat

Kemiskinan berkurang Pertumbuhan

(53)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Arius Jonaidi dan

Chairul Nizar dkk menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif

antara pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemiskinan. Artinya

pertumbuhan ekonomi mampu menurunkan tingkat kemiskinan.

Hubungan ini menunjukkan pentingnya mempercepat pertumbuhan

ekonomi untuk menurunkan tingkat kemiskinan.

B.Kerangka pemikiran

Berdasarkan tinjauan pustaka, maka dapat dijelaskan kerangka

[image:53.595.131.499.290.556.2]

pemikiran teoretis, sebagai berikut:

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran

C. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, hipotesis dalam penelitian

ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Ada pengaruh signifikan secara simultan antara zakat dan

pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun

2002-2013.

2. Ada pengaruh signifikan secara parsial antara zakat dan pertumbuhan

ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2002-2013. Zakat (X1)

Kemiskinan (Y) Pertumbuhan

(54)

D.Penelitian Terdahulu

Penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian-penelitian

sebelumnya. Oleh sebab itu, penting untuk memaparkan

penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan tesis ini.

Sejumlah riset yang dilakukan diberbagai negara telah

membuktikan pengaruh zakat dalam perekonomian, terutama terkait

dengan upaya pengentasan kemiskinan.

Penelitian tentang zakat dilakukan oleh Patmawati (2006) tentang

peran zakat dalam menanggulangi masalah kemiskinan di Selangor

Malaysia. Penelitian tersebut menganalisis tentang peran lembaga

pengelola zakat dalam mendistribusikan dana zakat untuk mengurangi

kemiskinan melaui pemerataaan pendapatan masyarakat berdasarkan

kajian kurva Lorenz dan indeks Atkinson.

Hasil penelitian berdasarkan kajian kurva Lorence dan indeks gini

menunjukkan zakat memberikan sumbangan positif dalam mengatasi

masalah ketidakseimbangan pendapatan. Berdasarkan indeks Atkinson

menunjukkan bahwa zakat mampu mengurangi kadar kemiskinan,

memperkecil jurang kemiskinan dan selanjutnya dapat mengurangi

tekanan kemiskinan di masyarakat. Dalam penelitiannya ia menemukan

bahwa 10% kelompok masyarakat terbawah menikmati 10% kekayaan

karena zakat. Angka ini meningkat dari 0,4 persen ketika transfer zakat

tidak terjadi. Sedangkan 10 persen kelompok teratas masyarakat

(55)

posisi sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa kesenjangan antar kelompok

dapat dikurangi. Ia pun menyimpulkan bahwa zakat mampu mengurangi

jumlah keluarga miskin, mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan

kemiskinan di Selangor.

Selanjutnya penelitian tentang zakat telah dilakukan oleh Nur

Rianto (2009) yang menganalisis efek multiplier zakat dan pengaruhnya

terhadap tingkat pendapatan di Propinsi DKI Jakarta serta membandingkan

efek multiplier zakat terhadap tingkat pendapatan dengan efek multiplier

dari suatu perekonomian tanpa memasukkan unsur zakat. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa perekonomian dengan adanya unsur zakat di

dalamnya menghailkan besaran multiplier sebesar 2,0679, sementara pada

perekonomian tanpa ada unsur zakat menghasilkan nilai multiplier

terhadap pendapatan sebesar 3,3239. Hal ini memperlihatkan bahwa zakat

yang dikelola oleh bazis DKI Jakarta masih belum mampu memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian.

Syauqi Beik (2008) dalam penelitianya tentang peran zakat dalam

mengurangi kasus kemiskinan di daerah DKI Jakarta dengan mengambil

studi kasus Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas) Dompet Dhuafa

Republika. Penelitian ini menggunakan sejumlah alat analisa, yaitu

headcount ratio, untuk mengetahui berapa jumlah dan persentase keluarga

miskin; rasio kesenjangan kemiskinan dan rasio kesenjangan pendapatan,

yang digunakan untuk mengetahui tingkat kedalaman kemiskinan; dan

(56)

digunakan untuk mengukur tingkat keparahan kemiskinan. Hasil analisa

menunjukkan bahwa zakat mampu mengurangi jumlah dan persentase

keluarga miskin, serta mengurangi kedalaman dan keparahan kemiskinan.

Penelitian tentang pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap

kemiskinan telah dilakukan oleh Arius Jonaidi (2012). Penelitian tersebut

menggunakan data panel dengan menggunakan model persamaan

simultan. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan ekonomi

berpengaruh signifikan terhadap pengurangan angka kemiskinan, terutama

di daerah perdesaan yang banyak terdapat kantong-kantong kemiskinan.

Kemiskinan berkorelasi negatif tehada

Gambar

Tabel 1.1  Angka Kemiskinan dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2002-
Gambar 2.1 Efek Multiplier Zakat ..............................................................
Gambaran angka  kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia
Tabel tersebut menunjukkan bahwa angka kemiskinan (poverty line)
+6

Referensi

Dokumen terkait

a. Variabel pertumbuhan ekonomi memiliki koefisien Beta sebesar -0,527, artinya jika pertumbuhan ekonomi naik satu satuan, maka tingkat kemiskinan menurun sebesar

Berardi dan Marzo (2015) misalnya menemukan bahwa pertumbuhan ekonomi yang dilihat secara sektoral memiliki pengaruh langsung terhadap penurunan jumlah kemiskinan

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum, Tingkat Pengangguran Terbuka dan Inflasi Terhadap Kemiskinan di Indonesia Tahun 2009 –

Bagaimana pengaruh tingkat pengangguran, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Kota Tasikmalaya selama tahun 2002-2015, baik secara

Hasil uji simultan menunjukkan bahwa inflasi, tingkat suku bunga SBI, pendapatan per kapita dan ekspor memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai tukar Rupiah dan

Tujuan penelitian ini menguji dan menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi regional, pengangguran, dan tingkat kemiskinan baik secara parsial maupun simultan terhadap

Dalam model ketiga pada wilayah Luar Jawa, secara simultan variabel pembangunan SDM dan pertumbuhan ekonomi menunjukkan pengaruh yang signifikan tetapi dengan arah

Selanjutnya zakat sebagai variabel intervening dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan menggunakan konsumsi dan investasi sebagai variabel dependen, menunjukkan bahwa