• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, pengangguran, belanja pemerintah, dan ivestasi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, pengangguran, belanja pemerintah, dan ivestasi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014."

Copied!
188
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENGANGGURAN, BELANJA PEMERINTAH, DAN INVESTASI

TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 1995 - 2014

Seri Jefry Adil Waruwu Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, pengangguran, belanja pemerintah, dan investasi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014.

Jenis penelitian ini adalah expost facto. Pengumpulan data dengan teknik dokumentasi yaitu dengan mencari data yang didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI), BAPPENAS di Indonesia. Teknik analisis data yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda.

Analisis data menunjukkan bahwa: (1) pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014; (2) pengangguran berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014; (3) belanja pemerintah berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia 1995-2014; dan (4) investasi tidak berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014.

(2)

ABSTRACT

ANALYSIS THE EFFECT OF ECONOMIC GROWTH, UNEMPLOYMENT, GOVERNMENT EXPENDITURE, AND

INVESTMENT TO POVERTY RATE IN INDONESIA: 1995-2014 PERIOD

Seri Jefry Adil Waruwu Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

The research aims to analyze the effect of economic growth, unemployment, government expenditure, and investment to poverty in Indoenesia: 1994-2014 period.

This type of research is an ex post facto. Technical documentation was applied for searching the data from Statistics Central Board, Indonesia Bank, BAPPENAS in Indoenesia. Data analysis technique was Multiple Linear Regression.

Data analysis shows that: (1) there is negative influeces towards economic growth in the rate of Indonesian poverty in 1995-2014; (2) unemployment influeces positively in the rate of Indonesian poverty in 1995-2014; (3) government expenditure influeces negatively towards the rate of Indonesian poverty in 1995-2014; (4) investment does not influence towards the poverty rate of Indonesian in 1995-2014.

(3)

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI,

PENGANGGURAN, BELANJA PEMERINTAH, DAN

INVESTASI TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI

INDONESIA TAHUN 1995

2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Oleh :

SERI JEFRY ADIL WARUWU

NIM: 121324018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI,

PENGANGGURAN, BELANJA PEMERINTAH, DAN

INVESTASI TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI

INDONESIA TAHUN 1995

2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Oleh :

SERI JEFRY ADIL WARUWU

NIM: 121324018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini aku persembahkan untuk:

Allah Bapa, Yesus Kristus, Bunda Maria yang selalu memberi

kekuatan, rahmat yang berlimpah.

Orang Tua Tercinta

Adik-adikku tersayang

Melyda Agustini Rahman

Sahabat-sahabatku

(8)

v MOTTO

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan

mendapat; ketoklah maka pintu aka dibukakan bagimu” (Matius 7:7)

“Carilah dulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu

akan ditambahkan kepadamu” (Matius 6 :33)

"Dalam kehidupan ini kita tidak dapat selalu melakukan hal yang besar, tetapi kita dapat melakukan banyak hal kecil dengan cinta yang

besar " (Mother Teresa)

(9)
(10)
(11)

viii ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENGANGGURAN, BELANJA PEMERINTAH, DAN INVESTASI

TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 1995 - 2014

Seri Jefry Adil Waruwu Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, pengangguran, belanja pemerintah, dan investasi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014.

Jenis penelitian ini adalah expost facto. Pengumpulan data dengan teknik dokumentasi yaitu dengan mencari data yang didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI), BAPPENAS di Indonesia. Teknik analisis data yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda.

Analisis data menunjukkan bahwa: (1) pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014; (2) pengangguran berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014; (3) belanja pemerintah berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia 1995-2014; dan (4) investasi tidak berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014.

(12)

ix ABSTRACT

ANALYSIS THE EFFECT OF ECONOMIC GROWTH, UNEMPLOYMENT, GOVERNMENT EXPENDITURE, AND

INVESTMENT TO POVERTY RATE IN INDONESIA: 1995-2014 PERIOD

Seri Jefry Adil Waruwu Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

The research aims to analyze the effect of economic growth, unemployment, government expenditure, and investment to poverty in Indoenesia: 1994-2014 period.

This type of research is an ex post facto. Technical documentation was applied for searching the data from Statistics Central Board, Indonesia Bank, BAPPENAS in Indoenesia. Data analysis technique was Multiple Linear Regression.

Data analysis shows that: (1) there is negative influeces towards economic growth in the rate of Indonesian poverty in 1995-2014; (2) unemployment influeces positively in the rate of Indonesian poverty in 1995-2014; (3) government expenditure influeces negatively towards the rate of Indonesian poverty in 1995-2014; (4) investment does not influence towards the poverty rate of Indonesian in 1995-2014.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, Belanja Pemerintah, dan Investasi Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Indonesia

Tahun 1995 – 2014”.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Pendidikan Ekonomi, Universitas Sanata Dharma. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari mulai awal sampai pada penulisan skripsi ini selesai, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah bapa disurga, Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria yang memberi kekuatan dan rahmat yang berlimpah.

2. Bapak Drs. Johanes Eka Priyatna, M.Sc., Ph,D. selaku rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan belajar dan memperoleh pendidikan yang terbaik di Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak Ign. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahun Sosial.

5. Ibu Dra. Chatarina Wigati Retno Astuti, M.Si., M.Ed selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi.

6. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dengan sabar, selalu memotivasi dan mengarahkan dari awal saya menulis skripsi ini hingga selesai. Terimakasih banyak Pak.

7. Bapak Dr. C. Teguh Dalyono M.S. selaku dosen penguji skripsi. Terimakasih banyak Pak.

(14)

xi

9. Segenap dosen Program Pendidikan ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi yang telah banyak memberikan pengetahuan, mendidik dan membimbing saya selama perkuliahan.

10. Segenap dosen universitas Sanata Dharma.

11. Bapak Dr. Joko Wicoyo M.Si. yang membantu dan memeriksa abstrak. Terimaksih banyak ya Pak.

12. Sekretariat Pendidikan Ekonomi: Bu Titin yang telah banyak membantu dalam urusan kuliah.

13. Staf dan Karyawan USD yang telah memberikan bantuan selama menempuh kuliah.

14. Orang tuaku: Alm. Fatiziduhu Waruwu dan Sadima Zai, yang telah memberikan dukungan doa, motivasi, dan harapan.

15. Kekasih hati: Melyda Agustini Rahman yang selalu setia mendukung dan pemberi semangat.

16. Keluarga besar Pendidikan Ekonomi angkatan 2012 : Agus, Sisil, Rizky, Oliv,Cristi, Bima, Adit, Henri, Anggi, Yani, Mitri, Jatu, Putri, Vidia, Bruder Ivan, Fiber, Tus, Postin, Harini, Aldi, Erlin, Nur, Nina, Made, Cipluk, Sarni, Hesti, Dika, Daniel yang selalu mendukung, memberi semangat. Terimakasih teman-teman.

17. Teman seperjuangan Pendidikan Ekonomi angakatan 2012 dari Nias Barat : Postinus Gulo dan Fiberniat Lahagu yang selalu membantu selama perkuliahan.

18. Kepada teman-teman seperjuangan dari Nias Barat angakatan 2012 : Postin, Fiber, Poppy, Wasri, Silvester, Firminus, Risma, Rohani, Metina, Dewi, Sri, Frans, Timo, Petra, Legi, Ratih, Mariati, Sefin, dan Otami yang selalu memberikan semangat. Terimakasih teman-teman.

19. Para Pamong di asrama Student Residence, Sanata Dharma. 20. Teman-teman di asrama Student Residence, Sanata Dharma.

(15)
(16)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian... 13

(17)

xiv BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori ... 15

1. Kemiskinan ... 15

a. Definisi Kemiskinan ... 15

b. Penduduk Miskin ... 18

c. Penyebab Kemiskinan ... 23

d. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Tingkat Kemiskinan .... 25

e. Ukuran Kemiskinan ... 27

f. Strategi atau Kebijakan dalam mengurangi Kemiskinan .... 37

2. Pertumbuhan Ekonomi ... ... 39

a. Definisi Pertumbuhan Ekonomi ... 38

b. Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 41

c. Pengukuran Pertumbuhan Ekonomi ... 54

d. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Tingkat Kemiskinan ... 55

3. Pengangguran ... 57

a. Definisi Pengangguran ... 57

b. Pengaruh Pengangguran terhadap Tingkat kemiskinan ... 61

4. Belanja Pemerintah ... 64

a. Definisi Belanja Pemerintah ... 64

b.Komponen Belanja Pemerintah ... 68

(18)

xv

5. Investasi ... 73

a. Definisi Investasi ... 73

b. Jenis Investasi ... 79

c. Manfaat Investasi ... 88

d. Proses Investasi ... 88

e. Pengaruh Investasi terhadap Tingkat Kemiskinan ... 92

B. Penelitian Terdahulu ... 95

C. Hipotesis dan Kerangka Berpikir ... 97

1. Kerangka Berpikir ... 97

2. Hipotesis ... 99

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 100

B. Sumber dan Jenis Data ... 100

C. Metode Pengumpulan Data ... 101

D. Teknik Analisis Data ... 101

E. Uji Prasyarat ... 103

1. Uji Normalitas ... 103

2. Uji Linearitas ... 104

F. Uji Asumsi Klasik ... 104

1. Uji Multikolinearitas... 104

2. Uji Heteroskedatisitas ... 105

(19)

xvi

G. Pengujian Hipotesis ... 105

1. Rumusan Hipotesis ... 106

2. Uji F ... 107

3. Uji T ... 108

4. Koefisien Determinasi ... 109

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 110

1. Deskripsi Data ... 110

2. Analisis Data ... 119

a. Uji Prasyarat ... 119

1) Uji Normalitas ... 119

2) Uji Linearitas ... 120

b. Uji Asumsi Klasik ... 121

1) Uji multikolinearitas ... 121

2) Uji Heteroskedatisitas ... 123

3) Uji Autokorelasi ... 124

c. Pengujian Hipotesis ... 127

1) Uji F ... 127

2) Uji T ... 129

3) Koefisien Determinasi ... 132

B. Pembahasan ... 133

(20)

xvii

2. Pengaruh pengangguran terhadap tingkat kemiskinan

di Indonesia tahun 1995-2014 ... 137

3. Pengaruh belanja pemerintah terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014 ... 139

4. Pengaruh investasi terhdap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014 ... 141

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 144

B. Saran ... 145

DAFTAR PUSTAKA ... 147

(21)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Lingkaran Setan Kemiskinan ... 24

Gambar 2.2 Investasi dan Kesejahteraan Masyarakat ... 94

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran ... 97

Gambar 4.1 Persentase Tingkat Kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014 ... 113

Gambar 4.2 Tingkat pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 1995-2014 ... 114

Gambar 4.3 Jumlah pengangguran di Indonesia tahun 1995-2014 ... 116

Gambar 4.4 Belanja pemerintah di Indonesia tahun 1995-2014 ... 117

Gambar 4.5 Investasi di Indonesia tahun 1995-2014 ... 118

Gambar 4.6 Uji Heteroskedatisitas ... 124

(22)

xix

DAFTAR TABEL

Halaman

(23)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

(24)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemiskinan merupakan masalah penting bagi semua negara yang ada di dunia, khususnya di Indonesia yang masih merupakan Negara Sedang Berkembang (NSB). Sejak negara ini merdeka, kemiskinan menjadi masalah yang serius di Indonesia. Masalah kemiskinan yang begitu kompleks berkaitan dengan banyak aspek, yaitu aspek sosial, budaya, ekonomi, dan aspek yang lainnya. Kemiskinan yang terjadi di dalam suatu negara harus diperhatikan sebagai masalah yang serius, karena kemiskinan membuat banyak masyarakat mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-sehari.

Kemiskinan di Indonesia merupakan salah satu penyakit dalam ekonomi, sehingga harus ada solusi atau kebijakan untuk mengurangi tingkat kemiskinan. Masasalah kemiskinan merupakan masalah yang rumit dan kompleks serta bersifat multidimensional. Oleh karena itu, kebijakan yang dibuat untuk pengentasan kemiskinan pun harus dilakukan secara menyeluruh dan terpadu. Istilah kemiskinan adalah ketika seseorang atau kelompok tidak mampu memenuhi kebutuhan atau kemakmuran ekonomi yang sesuai dengan standar hidup disuatu wilayah tertentu.

(25)

layak di kawasan tersebut. Individu yang hidup di bawah standar pengeluaran tersebut tergolong miskin. Ketika perekonomian berkembang di suatu kawasan (negara atau kawasan tertentu yang lebih kecil), terdapat lebih banyak pendapatan untuk dibelanjakan, yang jika terdistribusi dengan baik diantara penduduk kawasan tersebut akan mengurangi kemiskinan. Dengan kata lain, secara teoritis pertumbuhan ekonomi memainkan peranan penting dalam mengatasi penurunan kemiskinan.

Menurut Siregar & Wahyuniarti (2008:27), seseorang dikatakan miskin atau hidup dalam kemiskinan jika pendapatan atau aksesnya terhadap barang dan jasa relatif rendah dibandingkan rata-rata orang lain dalam perekonomian tersebut. Secara absolut, seseorang dinyatakan miskin apabila tingkat pendapatan atau standar hidupnya secara absolut berada dibawah subsisten. Ukuran subsistensi tersebut dapat diproksi dengan garis kemiskinan. secara umum, kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk mencapai standar atas setiap aspek kehidupan. Menurut Sen, 1999 (Siregar & Wahyuniarti 2008:27) kemiskinan lebih terkait pada ketidakmampuan untuk mencapai standar hidup tersebut dari pada apakah standar hidup tersebut tercapai atau tidak.

Untuk mengukur kemiskinan, BPS (Badan Pusat Statistik) menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai

(26)

miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita pernulan dibawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari garis kemiskinan makanan dan garis kemiskinan non makanan. Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dibawah garis kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin.

Adanya penurunan tingkat kemiskinan pada wilayah tersebut mengindikasikan bahwa pembangunan yang dilaksanakan telah membawa sebuah keberhasilan. Pembangunan ekonomi dapat diukur dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang dapat dilihat dari perkembangan PDB. Pertumbuhan PDB memiliki hubungan dengan kemiskinan baik secara agregat maupun disektor-sektor ekonomi secara individu. Menurut Kuncoro (2006:18), Indikator-indikator kunci pembangunan adalah : 1) Indikator ekonomi yaitu PNB dan PDB, dan laju pertumbuhan ekonomi, 2) Indikator sosial yaitu : Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Indekx.

(27)

dan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengakses baik kegiatan ekonomi maupun kegiatan sosial dalam kehidupannya (Todaro, 2004 :21).

Menurut Boedino (1988:1), pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan output perkapita. Disini jelas ada dua sisi yang perlu diperhatikan, yaitu: sisi totalnya (GDP) dan jumlah penduduknya. Output perkapita adalah output total dibagi jumlah penduduk dilain pihak. Jadi proses kenaikan output perkapita, tidak bisa tidak, harus dianalisasi dengan jalan melihat apa yang terjadi dengan output total disatu pihak, dan jumlah penduduk di lain pihak. Suatu teori pertumbuhan yang lengkap haruslah bisa menjelaskan apa yang terjadi dengan sejumlah penduduk. Dengan kata lain, teori tersebut harus mencakup teori mengenai pertumbuhan GDP total, dan teori mengenai pertumbuhan penduduk. Sebab hanya apabila kedua aspek tersebut bisa dijelaskan, maka perkembangan output perkapita bisa dijelaskan.

Ilmu pembangunan ekonomi harus berfokus untuk mengurangi mekanisme yang membuat keluarga, daerah, dan bahkan negara secara keseluruhan terus berada dalam perangkap kemiskinan, yakni ketika kemiskinan masa lalu menyebabkan kemiskinan dimasa depan dan menghasilkan strategi paling efektif untuk melepaskan diri dari perangkap itu (Todaro, 2011:10). Salah satu indikator kemajuan pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi. Negara kita mengalami pertumbuhan ekonomi yang fluktuasi tiap tahunnya, bahkan negara ini pernah dilanda krisis.

(28)

perekonomian suatu wilayah, akan tetapi belum pasti tingginya pertumbuhan ekonomi menunjukkan tingginya tingkat kesejahteraan rayatnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa pertumbuhan ekonomi sangat berarti bagi pengentasan kemiskinan dan pembangunan ekonomi. Menurut Siregar & Wahyuniarti (2008 :27), pertumbuhan ekonomi memang merupakan syarat keharusan (necessary condition) untuk mengurangi kemiskinan. Adapun syarat

kecukupan (sufficient condition) ialah bahwa pertumbuhan tersebut efektif mengurangi kemiskinan. Artinya, pertumbuhan ekonomi tersebut hendaklah menyebar secara merata disetiap golongan penapatan, termasuk golongan penduduki miskin (growth with equity). Secara langsung, hal ini berarti pertumbuhan ekonomi itu perlu dipastikan terjadi disektor-sektor dimana penduduk miskin bekerja (pertanian atau sector yang padat karya). Adapun secara tidak langsung, hal itu berarti diperlukan pemerintah yang cukup efektif meredistribusi manfaat pertumbuhan yang bias diwujudkan melalui kebijakan seperti sekotor jasa dan manufaktur yang padat modal.

(29)

produksi. Menurut M. Kuncoro, 2003 (Dwi 2010 : 32) suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau berkembang apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi dari apa yang dicapai sebelumnya. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat maka sebuah Negara dapat mencapai kemakmuran dan kesejahteraan ekonomi. Semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi menggambarkan bahwa semakin menigkatnya produksi suatu Negara tersebut. Sehingga masyarakat bias memenuhi kebutuhan sehari-sehari dengan cepat. Sehingga peningkatan pertumbuhan ekonomi ini dapat mengurangi kemiskinan di suatu Negara.

Menurut Todaro, 1995 (Kuncoro, 2006 : 226), sejarah mencatat bahwa pembangunan ekonomi di Negara-negara Eropa Barat dan Amerika Utara yang sering dideskripsikan sebagai transfer manusia dan aktivitas ekonomi secara terus menerus dari daerah perdesaan ke daerah perkotaan. Hal ini terjadi karena dua faktor, yakni : 1) ekspansi industri perkotaan yang menimbulkan penciptaan kesempatan kerja baru, 2) kemajuan teknologi yang bersifat menghemat tenaga kerja disektor pertanian sehingga menurunkan kebutuhan angkatan kerja di daerah perdesaan.

(30)

penduduk terbesar ke empat di dunia setelah Tiongkok, India dan Amerika Serikat (Sumber: Wikipedia.org). Indonesia berpenduduk sekitar 255,461,700 jiwa. Berdasarkan data BPS, pada tahun 2014 jumlah pengangguran 7,24 juta orang dengan tingkat pengangguran terbuka sebesar 5,94 % (www.bps.go.id).

Menurut Sukirno (2004:28), pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja, yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat tertentu, tetapi tidak memperoleh pekerjaan yang diinginkan. Sedangkan Menurut Mankiw (2006: 154), pengangguran adalah masalah makro ekonomi yang mempengaruhi manusia secara langsung dan merupakan masalah yang paling berat. Bagi kebanyakan orang, kehilangan pekerjaan berarti penurunan standar kehidupan dan tekanan psikologis. Jadi tidaklah mengejutkan jika pengangguran menjadi topik yang sering dibicarakan dalam perdebatan politik dan para politisi seiring mengklaim bahwa kebijakan yang mereka tawarkan akan membantu menciptakan lapangan pekerjaan. Menurut Sukirno (2004), efek dari pengangguran adalah mengurangi pendapatan masyarakat yang pada akhirnya mengurangi tingkat kemakmuran yang telah dicapai seseorang. Semakin turunnya kesejahteraan masyarakat karena menganggur tentunya akan meningkatkan peluang mereka terjebak dalam kemiskinan karena tidak memilki pendapatan.

(31)

tinggi di suatu daerah menunjukkan kurang berhasilnya pembangunan dan menyebabkan kemiskinan.

Menurut Yacob (2012:176), upaya menurunkan tingkat pengangguran dan tingkat kemiskinan adalah sama pentingnya. Secara teori, jika masyarakat tidak menganggur berarti mempunyai pekerjaan dan penghasilan, dan dengan penghasilan yang dimiliki dari bekerja diharapkan dapat memenuhi kebutuhan hidup. Jika kebutuhan hidup terpenuhi, maka tidak akan miskin. Sehingga dikatakan dengan tingkat pengangguran rendah (kesempatan kerja tinggi) maka tingkat pengangguran juga rendah.

Di negara manapun, selalu ada campur tangan atau intervensi pemerintah dalam perekonomian. Tidak ada pemerintahan yang dalam peraturan ekonomi negerinya berperan semata-mata hanya sebagai “wasit” atau “polisi”, yang hanya berfungsi membuat undang-undang dan peraturan,

(32)

Perkembangan kegiatan pemerintah dari tahun ke tahun, tampak bahwa peranan pemerintah selalu meningkat hampir di dalam semua macam sistem perekonomian. semakin meningkatnya peranan pemerintah ini, semakin besarnya pengeluaran pemerintah dalam proporsinya terhadap pendapatan nasional. Pengeluaran pemerintah dalam arti riil dapat dipakai sebagai indikator besarnya kegiatan pemerintah, yang dibiayai oleh pengeluaran pemerintah itu. Semakin besar dan banyak kegiatan pemerintah semakin besar pula pengeluaran pemerintah yang bersangkutan. Tetapi hendaknya kita sadari bahwa proporsi pengeluaran pemerintah terhadap Pendapatan Nasioanal Bruto (GNP) adalah suatu ukuran yang sangat kasar terhadap kegiatan/peranan pemerintah dalam suatu perekonomian (Suparmoko 2003:22).

Pengeluaran Pemerintah dapat bersifat “exhaustive” yaitu merupakan

pembelian barang-barang dan jasa dalam perekonomian yang dapat langsung dikonsumsi maupun dapat pula untuk menghasilkan barang lain lagi. di samping itu pengeluaran pemerintah dapat pula bersifat “transfer” saja yaitu

berupa pemindahan uang kepada individu-individu untuk kepentingan sosial, kepada perusahaan-perusahaan sebagai subsidi mungkin pula kepada negara lain sebagai hadiah (Suparmoko 2003:22). Dari penjelasan diatas dapat dijelaskan bahwa pengeluaran pemerintah merupakan salah satu komponen untuk mengatasi kemiskinan yang ada dinegara kita.

(33)

pengeluaran. Pemerintah membuat beberapa program yaitu BOS ( Bantuan Operasional Sekolah) bagian pendidikan, Raskin (Beras Miskin), BLT (Bantuan Langsung Tunai), PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri), BLSM ( Bantuan Langsung Sementara Masyarakat), Kartu Sakti Jokowi (Kartu Sehat, Pintar, dan Sejahtera), Dana Desa, dan masih banyak lagi program pemerintah yang bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan di negara ini.

Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan dimasa mendatang. Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu : investasi pada financial assets dan investasi pada real assets. Investasi pada financial assets

dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang, dan lainnya. Atau dilakukan di pasar modal,

misalnya berupa saham, obligasi, waran, opsi dan lainnya. Sedangkan investasi pada real assets diujudkan dalam bentuk pembelian assets produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan, dan lainnya (Halim 2003 : 2).

(34)

dan invstasi swasta. Investasi pemerintah dapat dijalankan melalui salah satu instrument kebijakan, yaitu pengeluaran pemerintah untuk investasi sedangkan investasi swasta dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri (asing). Dengan adanya investasi lowongan pekerjaan terbuka, sehingga kemiskinan akan berkurang.

Dengan adanya investasi, suatu negara dapat mengembangkan produk-produk barang dan jasa yang bernilai sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan di daerah tersebut. Terserapnya tenaga kerja pada lapangan pekerjaan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Sehingga dengan meningkatnya pendapatan masyrakat, masyarakat sendiri akan mampu mengakses layanan pendidikan dan kesehatan. Dengan demikian, perkembangan investasi dapat mengurangi jumlah masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan (Wati : 2015:5)

(35)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas dapat dikemukakan masalah yang ingin di sampaikan, yaitu :

1. Apakah ada pengaruh tingkat pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014 ?.

2. Apakah ada pengaruh pengangguran terhadap terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014 ?.

3. Apakah ada pengaruh belanja pemerintah terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014 ?.

4. Apakah ada pengaruh investasi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014 ?.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini disertai dengan tujuan penelitian, yaitu :

1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh tingkat pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014.

2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014.

3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh belanja pemerintah terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014.

(36)

D. Manfaat Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan teori, minimal menguji teori-teori ekonomi yang berkaitan dengan pengaruh tingkat pertumbuhan ekonomi, pengangguran belanja pemerintah, dan investasi terhadap tingkat kemikinan di Indonesia.

2. Kegunaan Praktis

Secara praktis, manfaat yang diharapkan dapat diperoleh melalui temuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemerintah sebagai pembuat kebijakan ekonomi makro. Pemerintah mendapatkan informasi yang memadai dalam rangka mengurangi tingkat kemiskinan.

b. Bagi penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis dan dapat menerapkan ilmu-ilmu yang telah didapat dari bangku kuliah. c. Bagi Fakultas

(37)

E. Variabel dan Definisi Operasional

1. Tingkat Kemiskinan (Y) : Persentase kemiskinan di Indonesia Tahun 1995-2014. yang dinyatakan hidup di bawah standar hidup layak (garis kemiskinan), dalam satuan persen.

2. Pertumbuhan Ekonomi (X1): tingkat Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia, dinyatakan dalam persen. Data diambil dari Badan Pusat Statistik.

3. Pengangguran (X2) : jumlah orang yang termasuk dalam angakatan kerja, tetapi tidak mempunyai pekerjaan atau sedang mencari pekerjaan. Indikator pengukurannya adalah jumlah penduduk yang merupakan pengangguran. Data diambil dari BPS yang dinyatakan dalam satuan juta orang.

4. Belanja Pemerintah (X3): pengeluaran pemerintah menurut dari angka APBN, dinyatakan dalam miliyar rupiah.

(38)

15 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Kemiskinan

a. Definisi Kemiskinan

Kemiskinan adalah fenomena yang seringkali dijumpai dalam kehidupan bermasyarakat. Kemiskinan juga seringkali dipandang sebagai gejala rendahnya tingkat kesejahteraan semata padahal kemiskinan merupakan gejala yang bersifat kompleks dan multidimensi. Berbagai program dan kebijakan untuk mengatasi masalah kemiskinan ini, tetapi statistik angka kemiskinan cenderung semakin tinggi seiring dengan meningkatnya tingkat kebutuhan masyarakat. Rendahnya tingkat kehidupan dijadikan sebagai alat ukur kemiskinan hanyalah merupakan salah satu rantai dalam lingkaran kemiskinan.

(39)

bermacam-macam, maka kemiskinan pun memiliki banyak aspek. Dilihat dari kebijakan umum, maka kemiskinan meliputi aspek primer yang berupa miskin akan asset, organisasi sosial politik, dan pengetahuan, serta keterampilan. Dan aspek sekunder yang berupa miskin akan jaringan sosial, sumber-sumber keuangan dan informasi. Dimensi kemiskinan tersebut termanifestasikan dalam bentuk kekurangan gizi, air, perumahan yang sehat, perawatan kesehatan yang kurang baik, dan tingkat pendidikan yang rendah (Arsyad 2004 : 237).

(40)

Dengan lain, kemiskinan setidaknya dapat dilihat dari dua sisi, yaitu: pertama Kemiskinan absolut, dimana pendekatan ini diidentifikasi jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan tertentu. Kedua, kemiskinan relatif, yaitu pangsa pendapatan nasional yang diterima oleh masing-masing golongan pendapatan. Dengan kata lain kemiskinan relatif amat erat kaitannya dengan masalah distribusi pendapatan.

(41)

Kemiskinan didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi standar hidup minumum. Definisi tersebut menyiratkan tiga dasar pertanyaan dasar, yaitu: bagaimanakah mengukur standar hidup? Apa yang dimaksudkan standar hidup minimum? Indikator sederhana yang bagaimanakah yang mampu mewakili masalah kemiskinan yang begitu rumit?

b. Penduduk Miskin

Indonesia merupakan negara berpenduduk terbayak ke-3 setelah China dan AS. Menurut Jingan, 2003 (Astuti 2015: 26), jumlah penduduk yang terlalu banyak atau kepadatan penduduk yang terlalu tinggi akan menjadi penghambat pembangunan ekonomi di negara berkembang. Pendapatan per kapita yang rendah dan tingkat pembentukan modal yang rendah dan tingkat pembentukan modal yang rendah semakin sulit bagi negara berkembang untuk menopang ledakan jumlah penduduk. Sekalipun output meningkat sebaga hasil teknologi yang lebih baik dan pembentukan modal, peningkatan ini akan ditekan oleh jumlah penduduk yang terlalu banyak. Alhasil, tidak ada perbaikan dalam laju pertumbuhan nyata dalam perekonomian.

Pada tahun 1798 Reverend Thomas Malthus mengemukakan teorinya tentang hubungan antara pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi. Dalam tulisannya yang berjudul Essay on the Principle of Population ia melukiskan konsep hasil yang menurun

(42)

umum penduduk suatu negara untuk tumbuh menurut deret ukur yaitu menjadi dua kali lipat setiap 30-40 tahun. Sementara itu pada saat yang sama, karena hasil yang menurun dari faktor produksi tanah, persediaan pangan hanya tumbuh menurut deret hitung (Arsyad 2004: 270). Oleh karena pertumbuhan persediaan pangan tidak bisa mengimbangi pertumbuhan penduduk yang sangat cepat dan tinggi, maka pendapatan per kapita (dalam masyarakat tani didefinisikan sebagai produksi pangan per kapita) akan cenderung turun menjadi sangat rendah, yang menyebabkan jumlah penduduk yang tidak pernah stabil, atau hanya sedikit di atas tingkat subsisten.

(43)

Menurut Sukirno (1981:203), akibat buruk yang mungkin ditimbulkan oleh perkembangan penduduk terhadap pembangunan akan tercipta apabila produktivitas sektor produksi sangat rendah sekali dan dalam masyarakat terdapat banyak pengangguran. Dengan berlakunya kedua keadaan ini maka pertambahan penduduk tidak akan menaikkan produksi, dan yang lebih buruk lagi, masalah pengangguran akan menajadi bertambah serius. Disamping itu produktivitas rendah akan menyebabkan perkembangan produksi hasil pertanian yang sangat rendah. Hal ini mungkin menimbulkan penurunan dalam tingkat pendapatan per kapita.

(44)

Beberapa ahli ekonomi telah membuat analisa mengenai pengaruh buruk yang mungkin ditimbulkan oleh pertambahan penduduk terhadap pembangunan ekonomi. Berbagai analisa tersebut dapat dibedakan dalam dua golongan. Analisa-analisa yang termasuk dalam golongan pertama merupakan analisa yang secara langsung menunjukkan perkaitan di antara tingkat perkembangan penduduk dengan tingkat perkembangan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan analisa-analisa yang termasuk dalam golongan kedua lebih menekankan kepada menelaah pengaruh perkembangan penduduk terhadap beberapa faktor yang akan menentukan lajunya pertambahan pendapatan nasional (Sukirno 1981 :204).

(45)

Menurut Dumairy (1996:68), alasan penduduk dipandang sebagai pengahambat pembangunan, dikarenakan jumlah penduduk yang besar dan dengan pertumbuhan tinggi, dinilai hanya menambah beban pembangunan. Jumlah penduduk yang besar akan memperkecil pendapatan perkapita menimbulkan masalah ketenagakerjaan.

Menurut teori Malthus (Todaro 2006:232) pertumbuhan penduduk yang pesat pada suatu negara akan menyebabkan terjadinya kemiskinan kronis. Malthus melukiskan suatu kecenderungan universal bahwa jumlah populasi di suatu negara akan meningkat sangat cepat menurt deret ukur. Sementara itu, karena adanya proses pertambahan hasil yanag semakin berkurang disuatu faktor produksi yang jumlahnya tetap yaitu tanah, maka persediaan pangan hanya akan meningkat menurut deret hitung. Karena pertumbuhan pengadaan pangan tidak dapat berpacu secara memadai atau mengimbangi kecepatan perkapita (dalam masyarakat agraris, pendapatan perkapita diartikan sebagai produksi pangan perkapita) cenderung mengalami penurunan sampai sedemikian rendahnya sehingga segenap populasi harus bertahan pada kondisi sedikit diatas tingkat subsisten.

(46)

secara absolut berada dibawah subsisten. Ukuran subsistensi tersebut dapat diproksi dengan garis kemiskinan. Secara umum, kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk mencapai standar atas setiap aspek kehidupan. Menurut Sen, 1999 (Menurut Siregar & Wahyuniarti (2008) kemiskinan lebih terkait pada ketidakmampuan untuk mencapai standar hidup tersebut dari pada apakah standar hidup tersebut tercapai atau tidak.

c. Penyebab Kemiskinan

Menurut Todaro (1995: 37), menyatakan bahwa kemiskinan di negara berkembang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: 1) perbedaan geografis, jumlah penduduk, dan tingkat pendapatan, 2) perbedaan sejarah, sebagian dijajah oleh negara berlainan, 3) perbedaan kekayaan sumber daya alam dan kualitas sumber daya manusianya, 4) perbedaan peranan sektor swasta dan negara, 5) perbedaan struktur industri, 6) perbedaan derajat ketergantungan pada kekuatan ekonomi dan politik dan kelembagaan dalam negeri.

(47)

yang rendah berarti produktivitas rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya kualitas sumber daya manusia ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau karena keturunan. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal. Ketiga penyebab kemiskinan ini bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of poverty). Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya pendapatan yang mereka terima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi. Rendahnya pendapatan berakibat pada keterbelakangan, dan seterusnya. Logika berpikir ini dikemukakan oleh Ragnar Nurkse, ekonom pembangunan ternama, di tahun 1953, yang mengatakan “a poor

[image:47.595.85.518.211.728.2]

country is poor because it is poor”, (negara miskin itu miskin karena dia miskin).

Gambar 2.1 : Lingkaran Setan Kemiskinan

Sumber : Ragnar Nurkse dalam Kuncoro (2006) Ketidaksempurnaan pasar, keterbelakangan,

ketertinggalan

Kekurangan modal

Produktivitas Rendah

Pendapatan rendah Tabungan

(48)

d. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Tingkat Kemiskinan

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Indonesia, yaitu :

1. Pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi berupa Produk Domestik Bruto (PDRB) merupakan keseluruhan nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu. Produk Domestik Bruto berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan, semakian meningkatnya PDB menunjukkan produktivitas yang meningkat sehingga akan menyebabkan pendapatan masyarakat yang meningkat, kebutuhan masyarakat bisa terpenuhi sehingga akan mengurangi tingkat kemiskinan (Jundi : 2014).

2. Pengangguran

(49)

3. Belanja Pemerintah

Menurut William A. McEachern: 2000 (dalam Barika: 2013), kebijakan fiskal menggunakan belanja pemerintah, pembayaran tranfer, pajak dan pinjaman untuk mempengaruhi variabel makroekonomi seperti tenaga kerja, tingkat harga, dan tingkat GDP. Dalam Penelitian Barika : 2013, belanja pemerintah mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Semakin besar pengeluaran pemerintah, maka semakin turun tingkat kemiskinan. Dengan demikian, pemerintah perlu meningkatkan pengeluarannya terutama pada alokasi belanja modal ataupun pengembangan infrastruktur, sehingga tingkat kemiskinan bisa berkurang.

4. Investasi

Peningkatan Investasi dapat mengurangi pengangguran melalui penciptaan lapangan kerja. Peningkatan investasi juga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, akan mengurangi masyarakat yang berada di garis kemiskinan. Dengan demikian, masyarakat yang berada di garis kemiskinan dapat meningkatkan gizi, pendidikan bagi anak-anak dan dapat menabung untuk masa depan (Adventuna, 2012).

(50)

e. Ukuran Kemiskinan

Menurut Kuncoro (2006: 113), semua ukuran kemiskinan dipertimbangkan pada norma tertentu. Pilihan norma tersebut sangat penting terutama dalam hal pengukuran kemiskinan yang didasarkan pada konsumsi. Garis kemiskinan yang didasarkan pada konsumsi (consumption-based poverty line) terdiri dari dua elemen, yaitu : 1)

pengeluaran yang diperlukan untuk membeli standar gizi minimum dan kebutuhan mendasar lainnya, dan 2) jumlah kebutuhan yang lain yang sangat bervariasi, yang mencerminkan biaya partisipasi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Bagian pertama relatif jelas. Biaya untuk mendapatkan kalori minimum dan kebutuhan lain dihitung dengan melihat harga-harga makanan yang menjadi menu golongan miskin. Sedangkan yang kedua sifatnya lebih subyektif.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengukur kemiskinan dengan menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (Basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang

sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan diukur dari sisi pengeluaran. Jadi penduduk miskin adalah penduduk yang memilki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan.

1. Garis Kemiskinan

(51)

(GKNM). Penduduk yang memilki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dibawah garis kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin.

Garis Kemiskinan Makanan (GKM) adalah nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kilokalori perkapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dan lain-lain).

Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan jenis komoditi di perdesaan. Rumus perhitungan garis kemiskinan (BPS) adalah :

GK = GKM + GKNM

Keterangan : GK = Garis Kemisikinan, GKM = Garis Kemiskinan Makanan, GKNM = Garis Kemiskinan Non Makanan.

(52)

dengan rupiah. Selanjutnya, 2.100 kilokalori per kapita perhari akan disetarakan dengan rupiah ketika pengkuran kemiskinan dilakukan di tiap daerah/propinsi dengan menyesuaikan harga yang berlaku pada suatu daerah/propinsi tertentu. Sehingga pengukuran kemiskinan pada daerah/propinsi akan menggunkan satuan rupiah dengan menyesuaikan harga pada tiap-tiap daerah tertentu. Misalnya Garis kemiskinan di Propinsi DKI Jakarta pada tahun 2014 sebesar Rp 459.560,00 berbeda dengan garis kemiskinan di Propinsi D.I. Yogyakarta sebesar 333.561 (www.bps.go.id).

Teknik Perhitungan GKM (Garis Kemiskinan Makanan)

Tahap pertama adalah menentukan kelompok referensi (refence

population) yaitu 20 persen penduduk yang berada diatas Garis

Kemiskinan Sementara (GKS). Kelompok referensi ini didefinisikan sebagai penduduk kelas marginal. GKS dihitung berdasarkan GK periode sebelumnya yang di-inflate dengan inflasi umum (IHK). Dari penduduk referensi ini kemudian dihitung Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM).

 Garis Kemiskinan Makanan (GKM) adalah jumlah nilai

(53)

rata-rata kalori dari ke-52 komoditi tersebut. Formula dasar dalam menghitung Garis Kemiskinan Makanan adalah :

 Keterangan : GKMj = Garis Kemiskinan Makanan daerah j

(sebelum disetarakan menjadi 2.100 kilokalori), Pjk = Harga komoditi k di daerah j, Qjk = rata-rata kuantitas komoditi k yang dikonsumsi di daerah j, Vjk = nilai pengeluaran untuk konsumsi komoditi k di daerah j, j = daerah (perkotaan atau perdesaan). Selanjutnya GKMj tersebut disetarakan dengan 2.100 kilokalori dengan mengalikan 2.100 terhadap harga implisit rata-rata kalori menurut daerah j dari penduduk referensi, sehingga :

 Keterangan : kalori dari komoditi k di daerah j, HKj = harga

rata-rata kalori di daerah j.

(54)

 Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) merupakan

penjumlahan nilai kebutuhan minimum dari komoditi-komoditi non-makanan terpilih yang meliputi perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Pemilihan jenis barang dan non makanan mengalami perkembangan dan penyempurnaan dari tahun ke tahun disesuaikan dengan perubahan pola konsumsi penduduk. Sejak tahun 1998 terdiri dari 27 sub kelompok (51 jenis komoditi) di perkotaan dan 25 sub kelompok (47 jenis komoditi) di perdesaan. Nilai kebutuhan minimum perkomoditi/sub kelompok non makanan dihitung dengan menggunakan suatu rasio pengeluaran komoditi/sub kelompok tersebut terhadap total pengeluaran komoditi/sub kelompok yang tercata dalam susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) modul konsumsi. Nilai kebutuhan minimum non makanan secara matematis dapat difomulasikan sabagai berikut :

(55)

Persentase Penduduk Miskin

Persentase penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan (GK) dengan rumus perhitungan :

Keterangan : α = 0, z =garis kemiskinan, yi = rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan (i=1,,2,3,...q), yi < z, q = banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan, n =jumlah penduduk.

Kemiskinan mempunyai pengertian yang luas dan memang tidak mudah untuk mengukurnya. Ada dua macam ukuran kemiskina yang umum digunakan yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif (Arsyad 2004: 238).

1. Kemiskinan Absolut

(56)

antara keadaan miskin dengan tidak miskin atau sering disebut sebagai garis batas kemiskinan. Konsep ini disebut dengan kemiskinan absolut. Konsep ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik terhadap makanan, pakaian, dan perumahan utnuk menjamin kelangsungan hidup (Todaro 1997 dalam Arsyad 2004 : 238).

Kesulitan utama dalam konsep kemiskinan adalah menentukan komposisi dan tingkat kebutuhan minimum karena hal tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh adat kebiasaan saja, tetapi juga oleh iklim, tingkat kemajuan suatu Negara, dan beberapa faktor ekonomi lainnya. Walaupun demikian, untuk dapat hidup layak, seseorang membutuhkan barang-barang dan jasa untuk memnuhi kebutuhan fisik dan sosialnya (Arsyad 2004:239).

Kebutuhan dasar dapat dibagi 2 golongan yaitu kebutuhan dasar yang diperlukan sekalai untuk mempertahankan hidupnya dan kebutuhan lain yang lebih tinggi. United Nation Research Institute fo Social Development (UNRISD) menggolongkan kebutuhan dasar

(57)

dasar tidak hanya meliputi kebutuhan orang dan keluarga, tetapi juga meliputi kebutuhan fasilitas lingkungan kehidupan manusia, seperti yang dikemukakan oleh International Labor Organization (ILO, 1976) : Kebutuhan dasar meliputi dua unsur, pertama,

kebutuhan yang meliputi tuntutan minimum tertentu dari suatu keluarga sebagai konsumsi pribadi seperti makanan yang cukup, tempat tinggal, pakaian, juga peralatan, dan perlengkapan rumah tangga yang dilaksanakan. Kedua, kebutuhan meliputi palayanan sosial yang diberikan oleh dan untuk masyarakat seperti air minum yang bersih, pendidikan dan kultural (Arsyad 2004: 239).

2. Kemiskinan Relatif

Tidak selalu orang yang sudah mempunyai tingkat pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum tidak selalu berarti “tidak miskin”. Ada ahli berpendapat bahwa walaupun pendapatan

sudah mencapai tingkat kebutuhan dasar minimum, tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan keadaan masyarakat disekitarnya, maka seseorang tersebut masih berada dalam keadaan miskin. Ini terjadi karena kemiskinan lebih banyak ditentukan oleh keadaan sekitarnya, dari pada lingkungan orang yang bersangkutan (Milner, 1971 dalam Arsyad 2004 :239).

(58)

sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yag diukur dari sisi pengeluaran. Jadi penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari garis kemiskinan makanan dan garis kemiskinan non makanan. Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dibawah garis kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin.

Menurut Gilarso (2004: 238), ada beberapa tolak ukur yang dikembangkan untuk mengukur kemiskinan masyarakat yakni, 1) setara dengan beras, 2) Kebutuhan Fisik Minimum (KFM), 3) Ukuran kemiskinan reltif, 4) Badan Pusat Statistik tolak ukur dari Bank Dunia.

[image:58.595.85.513.223.703.2]

Setara dengan beras yaitu batasan atau ukuran kemiskinan yang diajukan oleh Prof. Sayogyo (1997) dan sesuaikan dengan perkembangan zaman oleh Sucipto Warasarjana (1991) mengunakan tingkat konsumsi atau pengeluaran setara sejumlah kg beras per orang per tahun.

Tabel 2.1 : Batas Kemiskinan Kota dan Desa (Kg)

Batas Kemiskinan Kota (kg) Desa (kg)

Miskin 480-600 320-480

Sangat Miskin 360-480 240-360

(59)

Standar internasional yang biasa dipakai Bank Dunia adalah pendpatan kurang dari dua dollar AS per hari, tetapi ada juga yang memakai satu dollar perhari.

Garis kemiskinan Profesor Sajogyo, dalam studi selama bertahun –tahun mengunakan suatu garis kemiskinan yang didasarkan pada harga beras. Sajogyo mendefinisikan batas garis kemiskinan sebagai tingkat konsumsi per kapita setahun yang sama dengan beras (Kuncoro 2006:118)

Kebutuhan Fisik Minimum (KFM), adalah kebutuhan hidup (makanan, minuman, pakaian, rumah, dan sebagainya) selama satu bulan bagi seorang pekerja, yang diukur dalam uang berdasarkan jumlah kalori, protein, vitamin dan bahan mineral lainnya yang diperlukan untuk hidup layak, yang dinyatakan dalam rupiah. Angka ini juga dari waktu ke waktu dan dari daerah ke daerah perlu disesuaikan. Tolak ukur ini sering dipakai oleh instansi pemerintah dan organisasi buruh untuk menilai wajar tidaknya tingkat upah karyawan. Ukuran kemiskinan relatif (tingkat ketimpangan distribusi pendapatan atau reltive inequality) yang paling banyak digunakan adalah Indeks Gini,

(60)

f. Strategi atau Kebijakan dalam Mengurangi Kemiskinan

Menurut Arsyad (2004:242), ada beberapa startegi atau kebijakan dalam mengurangi kemiskinan yaitu sebagai berikut :

1. Pembangunan Pertanian

Sektor pertanian berperan penting dalam pembagunan ekonomi dari pengurangan kemiskinan di Indonesia. Aspek dari pembangunan pertanian yang telah memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pengurangan kemiskinan terutama diperdesaan. Kontribusi terbesar bagi peningkatan pendapatan perdesaan dan pengurangan kemiskinan perdesaan dihasilkan dari adanya revolusi teknologi dalam pertanian padi, termasuk pembangunan irigasi. Kontribusi lainnya adalah dari program pemerintah untuk meningkatkan produksi tanaman keras. Misalnya petani (di luar jawa) dibantu untuk menanam karet, kelapa, dan sawit. Dan akhirnya pembangunan luar Jawa juga berperan mengurangi kemiskinan di Jawa melalui pembangunan pertanian di daerah-daerah transmigrasi. 2. Pembangunan Sumber Daya Manusia

(61)

meningkatkan produktivitas golongan miskin tersebut. Pada waktu yang sama, pelayanan-pelayanan tersebut secara langsung memuaskan konsumsi pokok yang dibutuhkan yang merupakan suatu sasaran kebijakan penting pula.

Pelayanan-pelayan pokok seperti air bersih, tempat pembuangan sampah,perumahan dan lain-lainnya penting bagi golongan miskin. Tanpa kemajuan dan perbaikan akses golongan miskin terhadap pelayanan-pelayanan pokok tersebut, efektivitas dari setiap pelayanan sosial, seperti pendidikan, dan kesehatan bisa terganggu. Oleh karena itu dibutuhkan kebijakan-kebijakan pembangunan yang mengakomodasi penduduk yang sedang meningkat terutama kelompok yang berpendapatan rendah, seperti penyediaan air bersih, pengelolaan pembuangan sampah, program perbaikan kampung, dan penyediaan perumahan yang murah bagi kelompok miskin.

3. Peranan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

(62)

2. Pertumbuhan Ekonomi

a. Definisi Pertumbuhan Ekonomi

Teori pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor apa saja yang menentukan kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut sehingga terjadi proses pertumbuhan (Boedino: 1999). Output perkapita adalah output total dibagi dengan jumlah penduduk.

(63)

berkesinambungan, ini adalah suatu kondisi yang sangat diperlukan, tetapi tidak cukup itu saja (jadi di samping perkembangan atau kemajuan teknologi, masih dibutuhkan faktor-faktor lain), 3) guna mewujudkan potensi pertumbuhan yang terkandung di dalam tekonoogi baru, maka perlu diadakan serangkaian penyesuaian kelembangaan, sikap, dan ideologi. Inovasi di bidang teknologi tanpa dibarengi dengan inovasi sosial sama halnya dengan lampu pijar tanpa listrik (potensi ada, akan tetapi tanpa input komplementernya makan hal itu tidak bisa hasil apa pun).

(64)

b. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Perkembangan teori pembangunan sejak pertama kali dikemukakan oleh Adam Smith dan mengalami puncak kejayaannya dengan lahirnya teori pertumbuhan yang dikemukakan oleh Rostow. (Kuncoro 2006:46).

1) Teori pertumbuhan Adam Smith

(65)

perekonomian modern yang kapitalistik. Meningkatnya kompleksitas aktivitas ekonomi dan kebutuhan hidup masyarakat, mengharuskan masyarakat untuk tidak lagi melakukan semua pekerjaan secara mandiri, namun lebih ditekankan pada spesialisasi untuk menggeluguti bidang tertentu.

Menurut Adam Smith, proses pertumbuhan akan terjadi secara simultan dan memilki hubungan keterkaitan satu dengan yang lain. Timbulnya peningkatan kinerja pada satu sektor akan meningkatkan daya tarik bagi pemupukan modal, mendorong kemajuan tekologi, meningkatkan spesialisasi, dan memperluas pasar. Hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi semakin pesat. Proses pertumbuhan ekonomi sebagai suatu fungsi tujuan pada akhirnya harus tunduk terhadap fungsi kendala yaitu keterbatasan sumber daya ekonomi.

(66)

2)Teori Pembangunan Karl Marx

Karl Marx dalam bukunya “Das Kapital” membagi evolusi perkembangan masyarakat menjadi tiga, yaitu dari feodalisme, kapitalisme, an kemudian yang terakhir adalah sosialisme. Evolusi perkembangan masyarakat ini akan sejalan dengan proses pembangunan yang dilaksanakan. Masyarakat feodalisme mencerminkan kondisi dimana perekonomian yang ada masih bersifat tradisional. Dalam tahap ini tuan tanah merupakan pelaku ekonomi yang memilki tawar menawar tertinggi relatif terhadap pelaku ekonomi lain. Perkembangan teknologi yang ada menyebabkan terjadinya pergeseran disektor ekonomi, dimana masyarakat yang semula agraris-feodal kemudian mulai beralih menjadi masyarakat industri yang kapitalis.

(67)

kunci bagi upaya peningkatan pendapatan yang lebih besar dimasa yang akan datang. Sejalan dengan perkembangan teknologi, para pengusaha yang menguasai faktor produksi akan berusaha memaksimalkan keuntungannya dengan menginvestasikan akumulasi modal yang diperolehnya pada input modal yang bersifat pada kapital. Eksploitasi terhadap kaum buruh dan peningkatan pengangguran yang terjadi akibat substitusi tenaga manusia dengan input modal yang padat kapital, akhirnya akan menyebabkan revolusi sosial yang dilakukan oleh kaum buruh. Fase ini merupakan tonggak baru bagi munculnya suatu tantanan sosial alternatif di samping tata masyarakat kapitalis, yaitu tata masyarakat sosialis.

(68)

3)Teori Pertumbuhan Rostow

Teori pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan oleh Walt Whitman Rostow merupakan garda depan dari linear stage of grwth theory. Pada dekade 1950-1960, teori Rostow banyak

mempengaruhi pandangan dan persepsi para ahli ekonomi mengenai strategi pembangunan yang harus dilakukan. Teori Rostow didasarkan pada pengalaman pembangunan yang telah dialami oleh negara-negara maju terutama di Eropa.

Rostow membagi proses pembangunan ekonomi suatu negara menjadi lima tahap yaitu:

a) Tahap perekonomian tradisional

(69)

b) Prakondisi Tinggal Landas

Tahap kedua dari proses pertumbuhan Rostow ini pada dasarnya merupakan proses transisi dimana prasyarat-prasyarat pertumbuhan swadaya dibangun atau diciptakan manusia-manusia baru dengan semangat baru yang mau bekerja keras muncul memasuki sektor ekonomi, mereka bersedia mengambil resiko untuk mengejar keuntungan. Pada tahap ini telah muncul perusahaan manufaktur yang menggunakan metode baru, sehingga kegiatan mereka mengarah pada industrialisasi. Industrialisasi dapat dipertahankan jika dipenuhi prasyarat sebagai beikut: pertama, peningkatan investasi di sektor infrastruktur/prasarana terutama prasarana transportasi, kedua, terjadi revolusi teknologi dibidang pertanian untuk memenuhi peningkatan permintaan penduduk kota yang semakin besar, ketiga, perluasan impor, termasuk impor modal, yang dibiayai oleh produksi yang efesien dan pemasaran sumber alam untuk diekspor.

c) Tinggal Landas

(70)

satu atau beberapa sektor manufaktur penting dengan laju pertumbuhan tinggi, c) hadirnya secara cepat kerangka politik, sosial, dan institusional yang menimbulkan hasrat ekspansi disektor modern, dan dampak eksternalnya akan memberikan daya dorong pada pertumbuhan ekonomi.

d) Tahap Menuju Kedewasaan

Tahap ini ditandai dengan penerapan secara efektif teknologi modern terhadap sumber daya yang dimiliki. Tahapan ini merupakan tahapan jangka panjang di manaproduksi dilakukan secara swadaya. Tahapan ini juga ditandai dengan munculnya beberapa sektor penting yang baru. Pada saat negara berada pada tahap kedewasaan teknologi, terdapat tiga perubahan pentig yang terjadi: a) tenaga kerja berubah dari tidak terdidik menjadi terdidik, b) perubahan watak pengusaha dari pekerja keras dan kasar berubah menjadi manajer efesien yang halus dan sopan, c) masyarakat jenuh terhadap industrialisasi dan menginginkan perubahan lebih jauh.

e) Tahap Konsumsi Massa Tinggi

(71)

besar-besaran ini (Jhingan, 1998:188 dalam Kuncoro 2006:55), a) Penerapan kebijakan nasional guna meningkatkan kekuasaan dan pengaruh melampaui batas-batas nasional, b) ingin memiliki satu negara kesejahteraan dengan pemerataan pendapatan nasional yang lebih adil melalui pajak progresif, peningkatan jaminan sosial dan fasilitas hiburan bagi para pekerja, c) keputusan untuk membangun pusat perdagangan dan sektor penting seperti mobil, jaringan rel kereta api, rumah murah, dan berbagai peralatan rumah tangga yang menggunakan listrik dan sebagainya.

4) Teori Pertumbuhan Neo-Klasik (Solow-Swan)

Teori pertumbuhan ekonomi Neo-Klasik berkembang sejak tahun 1950-an. Teori ini berkembang berdasarkan analisis-analisis mengenai pertumbuhan ekonomi menurut pandangan Klasik. Ekonom yang menjadi perintis dalam mengembangkan teori tersebut adalah Robert Solow dan Trevor Swan. Solow ini memenangkan hadiah Nobel Ekonomi tahun 1987 atas karyanya tentang teori pertumbuhan ekonomi ini (Arsyad 2004 : 62)

(72)

pengerjaan penuh (full employment) dan kapasitas peralatan modal akan tetap sepenuhnya digunakan sepanjang waktu. Dengan kata lain, sampai dimana perekonomian akan berkembang tergantung pada pertambahan penduduk, akumulasi kapital dan kemajuan tekonologi (Arsyad 2004:62).

5) Model Pertumbuhan Harrod-Domar

Setiap perekonomian harus menabung bagian tertentu dari pendapatannya, untuk sekadar mengganti barang-barang modal yang habis atau rusak (gedung, peralatan, dan bahan-bahan). Akan tetapi, untuk bisa tumbuh diperlukan adanya investasi yang merupakan tambahan neto ke dalam persediaan modal. Jika kita mengansumsikan adanya hubungan ekonomi langsung antara jumlah total persediaan modal, K, dan total GDP, Y – misalnya, jika S$ dari modal selamanya diperlukan untuk menghasilkan tambahan neto pada persediaan modal dalam bentuk investasi baru akan menghasilkan kenaikan dalam arus output nasional (national output), GDP (Todaro 1999 : 136).

Misalkan hubungan ini, yang dalam ilmu ekonomi dikenal sebagai rasio modal output (capital-output ratio), kira-kira adalah 3 berbanding 1. Jika kita andaikan juga bahwa rasio tabungan neto (net savings ratio), s,adalah bagian tetap output nasional

(73)

ekonomi sebagai barikut: 1) Tabungan neto (S) adalah bagian tertentu, s, dari pendapatan persamaan sederhana : S = sY, 2) investasi neto (I) ditetapkan sebagai perubahan yang terjadi dalam persediaan modal, K, dan dapat diwakili dengan ɅK sehingga : I= ɅK, 3) Akhirnya, karena tabungan nasional, S, harus sama dengan

investasi neto, I, kita dapat menulis persamaan ini sebagai S=I (Todaro 1999 : 137).

6) Teorti Schumpeter

Teori Schumpeter ini pertama kali dikemukakan dalam bukunya yang berbahasa Jerman pada tahun 1911 yang dikemukakan pada tahun 1934 diterbitkan dalam bahasa Inggris dengan judul The Theory of Economic Development. Kemudian Schumpeter

menggambarkan teorinya lebih lanjut tentang proses pembangunan dan faktor utama yang menentukan pembangunan dalam bukunya yang diterbitkan pada tahun 1939 dengan judul Business Cycle. Salah satu pendapat Schumpeter yang penting adalahh landasan teori pembangunannya, keyakinan bahwa sistem kapitalisme merupanan sistem yang paling baik untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang pesat. (Arsyad 2004 :69).

(74)

adanya inovasi oleh para enterpreuner. Dan kemajuan ekonomi tersebut diartikan sebagai peningkatan output total masyarakat. Menurut Schumpeter (Arsyad 2004:70), pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi masyarakat tanpa adanya tekonologi produksi itu sendiri. Misalnya kenaikan output yang disebabkan oleh pertumbuhan stok modal tanpa perubahan terknologi produksi yang lama. Inovasi mempunyai pengaruh yaitu : 1) diperkenalkan tekonologi baru, 2) menimbulkan keuntungan lebih(keuntungan monopolistis) yang merupakan sumber dana penting bagi akumulasi modal, 3) inovasi akan diikuti oleh timbulnya proses peniruan yaitu adanya pengusaha-pengusaha lain yang meniru teknologi baru tersebut.

7) Teori Arthur Lewis atau Teori Transformasi Struktural

Teori ini berfokus pada mekaniskina yang membuat negara-negara miskin dan berkembang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan cara mentransformasi struktur perekonomiannya dari yang semula sektor pertanian yang bersifat tradisional menjadi dominan ke sektor industri manufaktur yang lebih modern dan sektor jasa-jasa.

(75)

industri manufaktur. Sektor pertanian adalah sektor tradisonal dengan marginal produktivitas tenaga kerjanya nol. Dengan kata lain, apabila tenaga kerjanya dikrangi tidak akan mengurangi output dari sektor pertanian. Sektor industri modern adalah sektor modern dan outputnya dari sektor akan bertambah bila tenaga kerja dari sektor pertanian berpindah ke sektor modern ini. Masuknya tenaga kerja ke sektor modern akan meningkatkan produktivitas dan meningkatkan output.

(76)

pertumbuhan ekonomi. Artinya, semakin banyak angkatan kerja semakin produktif tenaga kerja, sedangkan semakin banyak penduduk akan meningkatkan potensi pasar domestiknya. 3) Kemajuan teknologi disebabkan oleh teknologi cara-cara baru dan cara-cara lama yang diperbaiki dalam pekerjaan-pekerjaan tradisional. Ada 3 klasifikasi kemajuan teknologi, yakni :a) kemajuan teknologi bersifat netral, terjadi tingkat output yang dicapai lebih tinggi pada kuantitas dan kombinasi-kombinasi input yang sama, b) kemjuan teknolgi bersifat hemat tenaga kerja (labor saving), yaitu tingkat output lebih tinggi bisa dicapai dengan jumlah tenaga kerja atau input modal yang sama, c) Kemajuan teknologi yang meningkatkan modal, terjadi jika penggunaan teknologi tersebut memungkinkan kita memanfaatkan barang modal yang ada secara lebih produktif.

(77)

c. Pengukuran Pertumbukan Ekonomi

Pengukuran akan kemajuan sebuah perekonomian memerlukan alat ukur yang tepat, beberapa alat ukur pertumbuhan ekonomi antara lain yaitu (Nugaraheni dalam Kristanto 2014).

1. Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk domestik Bruto (PDB) atau di tingkat regional Bruto (PDRB), merupakan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam suatu perekonomian dalam satu tahun yang dinyatakan dalam harga pasar. Baik PDB atau PDRB merupakan ukuran yang global sifatnya, dan bukan merupakan alat ukur ekonomi yang tepat, karena belum dapat mencerminkan kesejahteraan penduduk yang sesungguhnya, padahl sesungguhnya kesejahteraan harus dinikamati oleh setiap penduduk di negara atau daerah yang bersangkutan.

2. Produk Domestik Bruto per Kapita/Pendapatan per Kapita

(78)

negara manapun didaerah yang bersangkutan, atau dapat disebut juga sebagai PDB atau PDRB rata-rata.

d. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Kemiskinan

Menurut Sukirno (2000:14), pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan PDB/PDRB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil. Selanjutnya pembanunan ekonomi tidak semata-mata diukur berdasarkan PDB atau PDRB secara keseluruhan, tetapi harus memperhatikan sejauh mana distribusi pendapatan telah menyebar kelapisan masyarakat serta siapa yan telah menikmati hasil-hasilnya. Sehingga menurunnya PDRB suatu daerah berdampak pada kualitas konsumsi rumah tangga. Apabila tingkat pendapatan penduduk sangat terbatas, banyak rumah tangga miskin terpaksa merubah pola makanan pokoknya kebarang yang paling murah dengan jumlah barang yang berkurang.

(79)

secara teoritis pertumbuhan ekonomi memainkan peranan penting dalam mengatasi penurunan kemiskinan.

Menurut Todaro (2000:211), perlunya peninjauan kembali terhadap prioritas pembangunan di seluruh Negara berkembang, yak

Gambar

Gambar 2.1 : Lingkaran Setan Kemiskinan
Tabel 2.1 : Batas Kemiskinan Kota dan Desa (Kg)
Gambar 2.2 : Investasi dan Kesejahteraan Masyarakat (Noor (2015).
Tabel 2.2 : Ringkasan Penelitian Terdahulu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Way Berulu adalah :Dalam menentukan perolehan tanaman, biaya-biaya yang dikeluarkan merupakan hasil dari kapitalisasi biaya

Penulisan ilmiah ini menjelaskan cara membuat website Fashion's Boutique dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP (PHP Hypertext Preprocessor), HTML (Hypertext Markup Language),

Growth rates (linear skeletal extension) and the timing of skeletal band formation were measured in eight specimens of the massive coral Porites lutea at

Faktor Penghambat partisipasi politik pemilih pemula dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah tahun 2015 di Desa Kendalrejo Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek adalah

Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cembung atau cekung). Setelah guru memberikan rangsangan untuk berpikir, siswa dapat

Gambar 1 menunjukkan jumlah peserta didik kelas X TKJ/MM sebanyak 27 orang. Hasil pada gambar tersebut menunjukkan, rata-rata nilai keterampilan menulis teks

Mata kuliah memberi pemahaman bagaimana dibahas perubahan social sebagai gejala umum, keterkaitan antara perubahan social dan perubahan kebudayaa,

• Penetrasi pemerintah juga harus dilakukan untuk insentif bagi pengembang biodiesel, termasuk juga pada kebijakan untuk penyediaan bahan baku maupun pengembangan distribusi