Pengenalan
Biodiesel
• Bahan bakar mesin diesel yang berupa
ester metil/etil asam-asam lemak.
• Dibuat dari minyak-lemak nabati
dengan proses transesterifikasi dg.
produk-ikutan : gliserin.
• Atau dari asam lemak (bebas) dengan
proses esterifikasi dgn metanol/etanol
dg. produk-ikutan : air
• Kompatibel dengan diesel fossil
• Berdaya lumas lebih baik
• Berkadar belerang rendah,umumnya <
15 ppm.
• B
XX= camp. XX %-vol biodiesel
dengan (100 – XX) %-vol solar.
Contoh : B
5, B
20, B
100.
• Semakin terbatasnya cadangan
minyak bumi nasional maupun
internasional
• Kenaikan harga minyak bumi memicu
kenaikan harga bahan bakar
turunannya
• Ketahanan energi nasional yang harus
ditingkatkan
• Bahan bakar biodiesel adalah
termasuk energi terbarukan
• Pemberdayaan masyarakat dengan
perluasan lapangan kerja
• Pengentasan kemiskinan
• Lebih ramah lingkungan
Rudolf Diesel first demonstrated
his engine at the 1900 Paris World
Fair running on peanut oil.
The Cummins Corporation in the
1920s discovered that they could
modify the engine intake to accept
less viscous fuels, such as those
from petroleum.
Environmental concerns were not
given much consideration early on
and many see the diesel engine as
dirty, when modern diesels are
actually quite “green”.
KEKUATAN :
Potensi produksi m. nabati nasional
Indonesia produsen CPO No.2 dunia
Produksi 10 juta ton CPO di thn 2010
Ekspor 6,8 juta ton CPO di thn 2010
RUU energi : energi alternatif
Teknologi biodiesel dikuasai
Biodiesel ramah lingkungan
Energi terbarukan
ANCAMAN :
Adanya Kebijakan Subsidi BBM
Masuknya BBM impor
Secara nasional roda
pembangunan akan terganggu PELUANG :
Kebutuhan energi meningkat (cadangan dan kapasitas kilang migas terbatas)
Biodiesel sebagai energi pengganti
Pembangunan kilang biodiesel lebih murah dibanding kilang BBM
Peluang bisnis baru
Menghemat devisa
Pengembangan Biodiesel Regulasi Biodiesel
KELEMAHAN :
Harga masih lebih mahal
Belum ada regulasi biodiesel
Produksi biodiesel masih sangat terbatas di Indonesia
• Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2006 mengenai Bahan
Bakar Nabati
• Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 mengenai
Pemanfaatan Energi Nasional, yang mengarah pada
target pemakaian bahan bakar nabati sebesar 5% pada
tahun 2025
• Keputusan Presiden No. 10 Tahun 2006 mengenai
Pembentukan Tim Nasional Bahan Bakar Nabati
• Deklarasi 12 Menteri, Asosiasi Pemerintah Propinsi dan
Kab/Kota, Swasta, LSM dan Gerakan Koperasi tgl 12 Okt
2005 Tentang Gerakan Nasional Penanggulangan
Kemiskinan dan Krisis BBM Melalui Rehabilitasi dan
Reboisasi Lahan 10 juta Hektar Lahan Kritis Dengan
Tanaman Penghasil Energi Alternatif
• Untuk memperoleh
gambaran yang jelas dan
komprehenship tentang
potensi penyediaan dan
pemanfaatan biodiesel dari
minyak jarak
• Hasil point 1. digunakan
sebagai landasan untuk
mendukung pembuatan
kebijakan diversivikasi
penggunaan bahan bakar
minyak
Pada dasarnya semua minyak nabati dapat digunakan
sebagai umpan.
Pertimbangan pemilihan bahan baku adalah:
– Kualitas bahan baku; konsentrasi Triglyceride (TG), Asam Lemak Bebas (ALB), air, dsb.
– Ketersediaan bahan baku; harga, lokasi suplai, dsb.
Kandungan trigliserida (TG) dan asam lemak bebas (ALB)
dalam minyak nabati menentukan proses yang harus dilalui untuk menjadi FAME (Biodiesel)
Minyak nabati yang mengandung TG yang tinggi
(>70-90%) harus melalui reaksi transesterifikasi (CPO dan minyak jarak)
Reaksi Transesterifikasi :
TG + 3 Methanol 3 FAME + Glycerol.
Minyak nabati yang mengandung ALB yang tinggi
(>70-90%) harus melalui reaksi esterifikasi (CPO parit dan limbah minyak goreng bekas)
Reaksi Esterifikasi :
Mengurangi komponen subsidi
energi dalam APBN
Mengurangi biaya impor BBM
Pemenuhan kebutuhan energi di
daerah
Percepatan kebijakan “Diversifikasi
Energi”
Mengurangi komponen subsidi
energi dan biaya impor BBM dalam
APBN
Percepatan pembangunan ekonomi
Nama Nama Latin Sumber Kadar, %-b kr P / NP
Jarak kaliki Ricinus communis Biji (seed) 45 – 50 NP
Jarak pagar Jatropha curcas Inti biji 40 – 60 NP
Kacang suuk Arachis hypogea Biji 35 – 55 P
Kapok/randu Ceiba pentandra Biji 24 – 40 NP
Karet Hevea brasiliensis Biji 40 – 50 NP
Kecipir Psophocarpus tetrag. Biji 15 – 20 P
Kelapa Cocos nucifera Daging buah 60 – 70 P
Kelor Moringa oleifera Biji 30 – 49 P
Kemiri Aleurites moluccana Inti biji (kernel) 57 – 69 NP
Kusambi Sleichera trijuga Daging biji 55 – 70 NP
Nimba Azadirachta indica Daging biji 40 – 50 NP
Saga utan Adenanthera pavonina Inti biji 14 – 28 P
Sawit Elais guineensis Sabut + Dg
Nama Nama Latin Sumber Kadar, %-b kr P / NP Akar kepayang Hodgsonia macrocarpa Biji 65 P Alpukat Persea gratissima Dg buah 40 – 80 P Cokelat Theobroma cacao Biji 54 – 58 P Gatep pait Samadera indica Biji 35 NP Kepoh Sterculia foetida Inti biji 45 – 55 NP Ketiau Madhuca mottleyana Inti biji 50 – 57 P Malapari Pongamia pinnata Biji 27 – 39 NP Nyamplung Callophyllum inophyllum Inti biji 40 – 73 NP Randu alas/agung Bombax malabaricum Biji 18 – 26 NP Seminai Madhuca utilis Inti biji 50 – 57 P Siur (-siur) Xanthophyllum lanceatum Biji 35 – 40 P Tengkawang tungkul Shorea stenoptera Inti biji 45 – 70 P Tengk. terindak Isoptera borneensis Inti biji 45 – 70 P Wijen Sesamum orientale Biji 45 – 55 P
Nama Nama Latin Sumber Kadar, %-b kr P / NP Bidaro Ximenia americana Inti biji 49 – 61 NP Bintaro Cerbera manghas/odollam Biji 43 – 64 NP Bulangan Gmelina asiatica Biji ? NP Cerakin/Kroton Croton tiglium Inti biji 50 – 60 NP Kampis Hernandia peltata Biji ? NP Kemiri cina Aleurites trisperma Inti biji ? NP Labu merah Cucurbita moschata Biji 35 – 38 P Mayang batu Madhuca cuneata Inti biji 45 – 55 P Nagasari (gede) Mesua ferrea Biji 35 – 50 NP Pepaya Carica papaya Biji 20 – 25 P Pulasan Nephelium mutabile Inti biji 62 – 72 P Rambutan Nephelium lappaceum Inti biji 37 – 43 P Sirsak Annona muricata Inti biji 20 – 30 NP
Nama Nama Latin Sumber Kadar, %-b kr P / NP Srikaya Annona squamosa Biji 15 – 20 NP Kenaf Hibiscus cannabinus Biji 18 – 20 NP Kopi arab (Okra) Hibiscus esculentus Biji 16 – 22 NP Rosela Hibiscus sabdariffa Biji 17 NP Kayu manis Cinnamomum burmanni Biji 30 P Padi Oryza sativa Dedak 20 P Jagung Zea Mays Germ 33 P Tangkalak Litsea sebifera Biji 35 P
? Taractogenos kurzii Inti biji 48 – 55 NP
? Vernonia anthelmintica Biji 19 NP
kr kering; P minyak/lemak Pangan (edible fat/oil), NP minyak/lemak Non-Pangan (nonedible fat/oil).
Untuk mesin diesel berputaran cepat bahan bakar harus
memiliki spesifikasi khusus
Di Indonesia, standar untuk Biodiesel adalah SNI
04-7182-2006
Pemanfaatan konsumen akan maksimal
Kualitas
Produk
Daya Saing
TAHAPAN
STANDARD NASIONAL INDONESIA 04-7182-2006 (BIODIESEL)
No. Parameter Satuan Nilai Metode Uji
1 Massa jenis pada 40 °C kg/m3 850-890 ASTM D 1298
2 Viskositas kinematik pada 40 °C mm2/s 2,3 – 6,0 ASTM D 445
3 Angka setana min. 51 ASTM D 613
4 Titik nyala (mangkok tertutup) °C min. 100 ASTM D 93
5 Titik kabut °C maks. 18 ASTM D 2500
6 Korosi lempeng tembaga (3 jam pada 50 °C) maks. No. 3 ASTM D 130
7 Residu karbon %-massa maks. 0,05 ASTM D 4530
-dalam contoh asli, atau maks. 0,30
-dalam 10% ampas distilasi
8 Air dan sedimen %-vol. maks. 0,05 ASTM D 2709 atau ASTM D 1796
9 Temperatur distilasi 90% °C maks. 360 ASTM D 1160
10 Abu tersulfatkan %-massa maks. 0,02 ASTM D 874
11 Belerang mg/kg maks. 100 ASTM D 5453 atau ASTM D 1266
12 Fosfor mg/kg maks. 10 AOCS Ca. 12-55
13 Angka asam mg KOH/g maks. 0,8 AOCS Cd. 3d-63 atau ASTM D 664 14 Gliserol bebas %-massa maks. 0,02 AOCS Ca. 14-56 atau ASTM D 6584 15 Gliserol total %-massa maks. 0,24 AOCS Ca. 14-56 atau ASTM D 6584
16 Kadar ester alkil %-massa min. 96,5 dihitung
17 Angka Iodium %-massa maks. 115 AOCS Cd. 1-25
KEBUTUHAN
TOTAL
2006 2007 2008 2009 2010
BIOSOLAR B-5 1.08 5.75 11.5 20 25.68 FAME 0.05 0.29 0.58 1.00 1.28 BIOPREMIUM E-5 0.02 0.85 1.7 3.4 5.1 ETHANOL 0.00 1 0.04 0.09 0.17 0.26Sumber : PT. PERTAMINA (Persero)
Energi
Pemanfaatan potensi ekonomi setempat
Usaha penyediaan bahan bakar nabati
Menambah lapangan kerja, ketahanan energi,
dan peningkatan pendapatan Peningkatan daya beli dan
Kesejahteraan masyarakat
•Konsep •Teknologi
•Modal •Kelembagaan
• Ketersediaan bahan baku
– Perlu dibuat pengembangan perkebunan untuk bahan bakar nabati, terutama di lahan marginal dan kritis
– Keikutsertaan masyarakat maupun kebijakan daerah yang mendukung
• Kontinyuitas penyediaan
– Harus dibuat perencanaan pengembangan maupun produksi – Kekonsistenan program sangat dibutuhkan
• Teknologi
– Teknologi untuk pemrosesan biokerosene relatif mudah
– Teknologi untuk pemrosesan biodiesel masih membutuhkan alih teknologi yang cepat
• Biaya
– Harga bahan bakar nabati cukup menarik, sehingga secara ekonomi menguntungkan masyarakat dan ekonomi daerah
• Pasar
– Pasar masih sangat besar, baik secara nasional maupun internasional
– Pemanfaatan secara langsung untuk pengganti minyak tanah, baik dalam skala keluarga maupun desa, masih sangat terbuka
• Penetrasi pemerintah dalam bentuk penyediaan pembiayaan
maupun pendampingan teknis untuk pengembangan
perkebunan jarak pagar mutlak dibutuhkan
• Mekanisme pembiayaan akan lebih ditekankan untuk :
– Pengembangan lahan, terutama lahan kritis dan atau lahan
non produktif
– Penyediaan dan pengembangan bibit dan pohon
– Bimbingan teknis untuk pemupukan, penanaman, dan
pengolahan pasca panen
– Pembentukan jaringan distribusi dan pengolahan minyak
jarak
• Penetrasi pemerintah juga harus dilakukan untuk insentif bagi
pengembang biodiesel, termasuk juga pada kebijakan untuk
penyediaan bahan baku maupun pengembangan distribusi
bahan bakar nabati
Cakupan Pengembangan Biodiesel
-Pengembangan sisi hulu
(Penyediaan bahan baku)
- Pengembangan sisi tengah
(pembuatan)
- Pengembangan sisi hilir
(Pemanfaatan)
Biodiesel Pembangkit tenaga listrik skala desa.
Biodiesel Untuk
Transportasi, motor nelayan & Alat-alat Pertanian.
Pengganti Minyak Tanah Rumah
Tangga dan Minyak bakar serta
Industri kecil. Mesin Pengolahan
Minyak Mentah dan Biodiesel. Lahan
Pertanian, terutama Marginal.
Diharapkan pertumbuhan ekonomi pedesaan
meningkat secara bermakna, sehingga terjadi peningkatan pendapatan di pedesaan yang akan menuju DESA ENERGI MANDIRI.
Mengurangi Urbanisasi, menyerap tenaga
kerja terampil dan non terampil.
• Pendataan awal lahan kritis (tidak ditanami tanaman
produktif) agar memperoleh gambaran kondisi riil.
•Perhitungan kebutuhan pengadaan bibit, biaya
pengolahan lahan, penanaman, pemupukan serta biaya
tenaga kerja.
•Mengkaji kemampuan instansi atau perguruan tinggi
sebagai penyedia bibit minyak jarak.
•Data curah hujan pada lahan kritis digunakan untuk
menentukan pola tanam.
• Pola pikir masyarakat setempat yg berperan sebagai
petani jarak pagar tersebut. (Kesediaan petani untuk
menanam biji jarak, tuntutan dan jaminan yang diajukan
petani serta skenario penyelesaiannya)
• Bibit Jarak pagar :
- Bibit yang diperbanyak dari biji
(Berbuah mulai umur 1 – 2 tahun)
- Bibit yang diperbanyak dari stek
(Berbuah mulai umur 7 – 8 bulan)
•
Jarak pagar dapat tumbuh hampir di semua jenis dan kondisi lahan,
mulai dari lahan basah sampai lahan kering
•
Tanaman jarak pagar dapat tumbuh di lahan marginal dengan umur
produktif sampai 50 tahun, dengan masa panen yang relatif cepat
antara 8 – 12 bulan setelah ditanam dan bukan merupakan
tanaman konsumtif sehingga tidak menimbulkan persaingan bahan
pangan.
•
Tidak memerlukan perawatan yang intensif dan relative tahan
terhadap serangan hama dan penyakit sehingga bisa menekan
biaya produksi.
•
Hampir seluruh bagian dari tanaman jarak bisa dimanfaatkan, selain
untuk Bio Diesel, bagian lain dapat menghasilkan
by-product
seperti kompos, pengembangan ulat sutra, bahan bakar padat &
inti protein.
•
Merupakan sumber bahan bakar hayati yang beremisi rendah,
sehingga bisa mengurangi tingkat polusi udara dan titik beku
rendah, memiliki kadar oksigen tinggi serta memiliki angka
setana
yang tinggi
Untuk meningkatkan produksi jarak pagar persatuan luas, maka
diperlukan pengetahuan tentang jarak pagar dan cara tanamnya yang
meliputi :
•
Pemakaian bibit unggul
•
Penggarapan tanah sesuai dengan baku teknis yang ditentukan
•
Penanaman tepat waktu
•
Penggunaan pupuk secara tepat (jenis, jumlah, waktu, cara dan
tempat)
•
Perlindungan tanaman dari gulma, hama, penyakit yang
merugikan
•
Pengairan sesuai kebutuhan.
Agar tanaman jarak pagar dapat memberikan hasil yang optimal, harus diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhannya. Faktor-faktor tersebut adalah:
1. DAERAH PENYEBARAN
Penyebaran tanaman terletak antara 40o LS sampai 50o LU
Tinggi yang optimal adalah 0 – 2000 meter dari permukaan laut.
2. SUHU
Diperlukan iklim yang kering dan panas terutama pada saat berbuah. Suhu rendah pada waktu tanam dan pembungaan akan sangat merugikan karena akan tumbuh jamur. Tanaman jarak pagar tumbuh baik di daerah tropis dan subtropis. Suhu optimum 20o C sampai 35o C
3. KELEMBABAN
Kelembaban yang tinggi akan mendorong perkembangan penyakit yaitu tumbuhnya cendawan dan jamur.
4. LAMA PENYINARAN MATAHARI
Tanaman jarak pagar tergolong tanaman hari panjang, yaitu tanaman yang memerlukan sinar matahari langsung dan terus menerus sepanjang hari. Tanaman tidak boleh terlindung tanaman lainnya, yang berakibat akan menghambat pertumbuhannya.
5. CURAH HUJAN
Faktor utama yang berpengaruh terhadap tanaman adalah intensitas hujan, hari hujan perbulan, dan panjang bulan basah. Intensitas hujan yang tinggi dalam bulan-bulan basah akan mengakibatkan timbulnya serangan cendawan dan bakteri, baik pada bagian atas maupun didalam tanah.
Curah hujan yang optimal 300 – 1200 mm per tahun yang tersebar selama 4-6 bulan yaitu pada saat tanam. Pada saat berbunga dan berbuah membutuhkan bulan kering minimal 3 bulan.
6. TANAH
Tidak diperlukan tanah subur, tetapi lebih sesuai bila struktur tanahnya ringan. Umunya produksi maksimum dicapai pada tanaman yang tumbuh di tanah lempung berpasir dan mempunyai pH 5 – 6.5
Tanaman jarak sangat peka terhadap genangan air, karena itu drainasenya harus baik.
Lokasi tanah yang baik untuk pertumbuhan jarak
pagar adalah tanah yang berstruktur lempung
berpasir dan mempunyai drainase yang baik, karena
jarak pagar tidak tahan terhadap genangan air. Tanah
yang ditanami jarak harus bebas naungan sehingga
mendapatkan sinar matahari secara penuh.
Disamping itu bulan kering selama 3 bulan diperlukan
untuk memperoleh produski yang tinggi.
1. PENGOLAHAN TANAH
Karena sistem perakarannya yang banyak, diperlukan pengolahan tanah yang dalam supaya perakaran dapat mencapai persedian air di dalam tanah pada waktu musim kering. Dilakukan pembajakan guna membasmi gulma dan memutuskan akar-akar, agar volume perakaran lebih sempurna sehingga mampu bertahan di musim kemarau. Pembajakan untuk memecah bongkah-bongkah serta meratakan tanah.
2. SALURAN DRAINASE
Untuk menghindari genangan air yang dapat menganggu perakaran perlu dibuatkan saluran air/drainase
3. JARAK TANAM
Sistem monokultur : 2 X 2 meter populasi/ha 2.500 batang Sistem tumpangsari : 3 X 3 meter populasi/ha 1.100 batang Atau : 4 X 2 meter populasi/ha 1.250 batang
Tumpangsari sebaiknya dengan kacang hijau, kedelai dan kacang tanah atau jagung.
Anjuran : Penanaman dengan sistem tumpangsari hasilnya lebih baik dan berlipat ganda.
4. PENANAMAN
Cara menanam biji jarak sama dengan palawija lainnya yaitu menggunakan lugal.
Benih sebelum ditanam dicelupkan pada insektisida guna menghindari serangan hama awal pertumbahan.
Tanah dilubangi sedalam ± 3 cm, masukkan benih 1-2 butir kemudian ditutup tanah kembali.
Saat penanaman yang paling tepat adalah diakhir musim penghujan dan diharapkan saat pertumbuhan mendapat siraman hujan ± 1.5 bulan dan waktu pembungaan jatuh pada musim kemarau.
5. PENYULAMAN
Dilakukan setelah ± 1 minggu agar pertumbuhan dapat seragam. PENJARANGAN
Dilakukan setelah umur ± 1 minggu dengan meninggalkan 1 pohon yang paling baik pertumbuhannya.
6. KEBUTUHAN BENIH
Sistem monokultur : 3 kg/Ha Sistem tumpangsari : 1 kg/Ha
1. PENYIANGAN
Dilakukan pada umur ± 1 bulan dan diulang menurut keadaan 2. PEMBUBUHAN
Dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan pengairan (bila perlu) serta pembuatan drainase
3. PEMUPUKAN
Pemupukan diberikan 2 kali : pada saat tanam dan setelah tanaman berumur 3 – 4 minggu. Dipakai sistem hara berimbang (NPK) dosis pemakaian per hektar lahan 200 kg urea, 100 kg TSP, dan 50 kg KCl.
Tiap pohon memerlukan 50 gram campuran urea, TSP dan KCl 2:2:1 pada saat tanam dan 20 gram urea setelah 3-4 minggu.
Pemupukan dilakukan dengan melubangi tanah sedalam 5-7 cm disekitar pohon sejauh 5-10 cm, kemudian ditutup tanah kembali.
4. PEMANGKASAN
Bertujuan untuk memperoleh cabang yang banyak sehingga produksi bertambah, dilakukan saat ketinggian ± 90 cm atau 1 bulan sesudah tanam, sebelum pemupukan kedua dilakukan, dipangkas pucuknya dengan 2 daun dibawahnya.
5. PENGAMATAN HAMA
Pemanenan hasil dapat dilakukan setalah ± 6 bulan tanam. Buah
masak tidak serentak untuk tiap tandan, dan bisa dipanen apabila buah
yang sudah kering sekitar 60-70% buah atau sebagian besar buah
sudah kering dalam satu tandan yang sama. Buah diambil dengan
memotong tandan dengan pisau atau gunting yang tajam supaya tidak
merusak cabang lainnya. Tandan-tandan tersebut lalu dijemur dipanas
matahari dan dibolik-balik, dan biji akan terlepas sendiri setelah 2-3
hari. Biji dan buah dipisahkan dengan cara di tampi kemudian biji
dijemur lagi hingga kering dan siap diolah menjadi minyak jarak pagar.
Hasil panen tergantung dari kondisi tanah dan pemeliharaan. 1Satu
pohon jarak dapat menghasilkan 10-15 kg/tahun apabila tanaman
dipelihara dan diberi pemupukan dengan baik
Pengembangan Sisi Tengah
Pembuatan Biodiesel
• Unit Pemecahan Buah Jarak
• Unit Pemisahan Biji Jarak Dan Kulit Buah
• Unit Pemerasan Biji Jarak
• Unit Penyaringan Minyak Jarak Mentah
• Unit Transesterifikasi
Page 1
DIAGRAM ALIR PROSES PENGOLAHAN
BIJI JARAK PAGAR
RABU, FEBRUARI 28, 2007
Biji Jarak Kering
Pengepresan
Tangki Penampungan
Produk samping
Ampas
Penyaringan Dengan Press Hidrolik (Penyaringan Tahap I)
Produk samping
Ampas
Penyaringan Dengan Filter Press (Penyaringan Tahap II)
Produk samping
Ampas
Minyak Jarak Kasar Minyak Jarak Kasar
Minyak Jarak Hasil Penyaringan Tahap I
Minyak Jarak Hasil Penyaringan Tahap I
Minyak Jarak Hasil Penyaringan Tahap II
Minyak Jarak Hasil Penyaringan Tahap II
Proses Degumming
Produk samping
Gum
Gum > 60
Minyak Jarak Non Gum
Minyak Jarak Non Gum
ya tidak
A
A
ya
Produk samping Glicerin Proses Pemisahan Pada Tangki
Pemisah
Biodiesel Kotor Biodiesel Kotor Proses Transesterifikasi Pada
Tangki Reaktor
Proses Pencampuran Methanol dan Katalis
Proses Recovery methanol
Biodiesel non methanol Biodiesel non methanol
Produk Methanol Methanol Proses Pencucian Biodiesel Biodiesel
Produk samping Air dan katalis
Produk Akhir Biodiesel? tidak
Proses Deasidifikasi
Minyak Jarak Murni
Minyak Jarak Murni
Apakah FFA > 5% ya tidak Proses Esterifikasi B Proses Pemisahan Pada Tangki Pemisah
Minyak Jarak Murni dengan FFA < 5%
Minyak Jarak Murni dengan FFA < 5%
C
C
Produk samping
Impurities
Tahap III-C: Unit Pembuatan Biodiesel (Recovery Methanol dan Pencucian Proses)
Mixer Motor with Reducer Gear Box Air Pencuci U a p M e th a n o l Tangki Recovery Methanol dan Pencucian Condensor Electrical Heater D a ri T a n g k i P e n g e n d a p a n Gear Pump Menuju Tangki BIODIESEL Drain Air
Dingin HangatAir
Tangki Air
Methanol
Recovery Menuju Tangki Penyimpan Methanol TI dia. 1/2" dia. 1" dia. 1" dia. 1" dia. 1" dia. 1" dia. 1" dia. 1" dia. 1" dia. 1" dia. 1"
Lay out Biodiesel Plant
48 Biodiesel
49
Kapasitas : 100 kg biji jarak/jam
: 1000 kg biji jarak/hari (10 jam kerja) Dimensi : Panjang : 0.8 meter
Lebar : 0,8 meter Tinggi : 0.8 meter Sistim pengepresan : Rolling Press
bahan dinding : Plat
pemisahan hasil : Tidak langsung sistim penggerak : motor 0.5 HP
51 Biodiesel
52 Biodiesel
Kapasitas : 100 kg biji jarak/jam
: 1000 kg biji jarak/hari (10 jam kerja) Dimensi : Panjang : 0.8 meter
Lebar : 0,8 meter Tinggi : 0.8 meter sistim pemisahan : Vibrator screen
bahan dinding : Plat
pemisahan hasil : langsung
53 Biodiesel
55 Biodiesel
Kapasitas
: 40 kg biji jarak / jam
: 400 kg biji jarak / hari (10 jam kerja)
Dimensi
: Panjang
: 1,2 meter
Lebar
: 0,5 meter
Tinggi
: 1,1 meter
Sistim kerja
: Screw press expeller
Bahan
: Casing : Mild steel
Screw : Cast iron
Frame : UNP 80 mm
Penggerak
: Electrik motor with reducer gear
Daya : 2 Hp
Putaran : 40 rpm
Saringan
: Diameter lubang 1 mm
Putaran ulir
: 40 rpm
56 Biodiesel
57 Biodiesel
58 Biodiesel
Kapasitas : 10 lt / jam
: 100 kg biji jarak / hari (10 jam kerja) Dimensi : Panjang : 0,8 meter
Lebar : 0,8 meter Tinggi : 1 meter Filtering sistem : Gravitasi
Bahan kain saring : Dacroon
59 Biodiesel
60 Biodiesel
- Kapasitas : 100 It/hari
- Tipe : Tanki Vertikal non insulation - Vol. tangki : 120 lt
- Material : Stainless steel SUS 304 t = 3 mm - Dimensi : Diameter : 400 mm
Tinggi : 1000 mm
- Heater : 1000 watt/ 1 phase/220 Volt
- Termocouple : Type K
- Stirrer motor : ½ Hp/1 phase/220 v/ 50 rpm
- Stirrer mechanism : SUS 304 Asental
- Kelengkapan : - Sight glass for inspection - Tangki pencampuran katalis
61 Biodiesel
62 Biodiesel
63 Biodiesel
64 Biodiesel
65 Biodiesel
-
Bahan bakar dimasukkan kedalam tangki
- Beri tekanan udara secukupnya
- Ruang pemanasan awal dinyalakan untuk pemanasan
pipa minyak
- Udara tertekan mendorong minyak ke pipa pemanas
dan tungku bakar
- Karena dipanaskan, minyak berubah menjadi uap
- Uap minyak jarak dialirkan ke spuyer
- Uap disemburkan keluar melalui lubang spuyer yang
kecil
- Diudara bebas, uap minyak akan menyala jika disulut
api
Viskositas lebih tinggi
Nilai kalor lebih rendah
Waktu pemanasan awal lebih lama dibandingkan waktu
pemanasan awal minyak tanah (sekitar 3x )
Waktu untuk mencapai warna api biru lebih lama
dibandingkan kerosin (sekitar 3x )
Konsumsi bahan bakar lebih rendah dibandingkan
kerosin (sekitar 0,8x)
Waktu pendidihan air lebih lama dibandingkan kerosin
(sekitar 1,2x)
Burner kompor minyak tanah dapat dipakai untuk
minyak jarak dengan modifikasi spuyer dan tambahan
komponen pemanas awal
10 11 8 9 5 6 7 4 12 1 50 ml 3 2 1 2 4 3 9 8 7 6 5 12 11 10 18 17 16 15 14 13 3 2 1 18 17 16 15 14 13 12 1011 9 8 7 6 5 4 14 13 Keterangan:
1. Tangki bahan bakar
2. Filter bahan bakar
3. Gelas ukur
4. Pompa bahan bakar
5. Injektor
6. Pressure transduser
7. Filter udara
8. Air flow meter
9. Thermocouple 10. Gas analyser 11. Piston 12. Gear box 13. Coupling 14. Dynamometer