A WEB-BASED DECISION SUPPORT SYSTEM
FOR QUALITY OF BIODIESEL
Eva Arifah*, Dwi Setyaningsih*, and Marimin*
*Department of Agroindustrial Technology, Faculty of Agricultural Technology
Bogor Agricultural University, Dramaga Campus, PO BOX 220, Bogor,
West Java, Indonesia
Phone 0813 205 178 48, e-mail: evaarifah@gmail.com
ABSTRACT
The main objectives of this research is to create a model of decision support systems for small industrial biodiesel that can be easier for processors biodiesel to manufacture biodiesel in accordance with the standards. A web based decision support systems for quality of biodiesel has four models, namely the determination of the model that produces the best decision for biodiesel processing in accordance with the characteristics of raw materials, the calculation model needs an additional ingredient in the treatment process that produces the decision to the needs of the process, determine the model that produces biodiesel product quality decisions in accordance with quality standards, and model analysis on the incompatibility of biodiesel quality that generates suggestions for the user. Decision support systems programme using the method of decision tree and rules based. The main conclusions of this research is produces a web based decision support systems for quality of biodiesel output of the simulation system that aims to facilitate the processing of biodiesel, especially small industries in producing biodiesel and biodiesel can be produced in accordance with standard (SNI).
1
I.
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Dalam usaha memenuhi kebutuhannya, manusia senantiasa membutuhkan bahan bakar sebagai energi dalam berbagai aspek kehidupan, seperti transportasi, industri, dan rumah tangga yang masing-masing mengkonsumsi bahan bakar minyak berturut-turut sebesar 37,70%; 36,16%; dan 26,05%. Namun seperti diketahui bersama, bahan bakar yang tersedia saat ini umumnya merupakan bahan bakar tak terbarukan (unrenewable). Bahan bakar tersebut dapat berupa batu bara maupun minyak bumi. Bahan bakar tersebut berasal dari fosil sisa kehidupan jutaan tahun lalu yang ketersediaannya di bumi semakin hari semakin berkurang (Indrajaya 2005).
Indonesia mempunyai ketergantungan yang sangat tinggi terhadap minyak bumi sebagai bahan bakar. Tahun 2005 Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Instruksi Presiden No. 10 tahun 2005 mengenai penghematan penggunaan energi termasuk dalam hal ini penggunaan bahan bakar dan Instruksi Presiden No 1 Tahun 2006 serta Instruksi Presiden No. 5 tahun 2006 mengenai energi terbarukan. Berbagai kebijakan tersebut mendorong pada penggunaan sumber energi alternatif termasuk dalam hal ini bahan bakar biodiesel. Biodiesel dalam pengertian ilmiah berarti bahan bakar yang digunakan untuk mesin diesel yang dibuat dari sumber daya hayati.
Untuk mengolah biodiesel ini banyak sumber yang dapat dijadikan sebagai bahan baku seperti kelapa sawit, jarak pagar, kelapa, minyak jelantah, biji nyamplung dan lainnya. Setiap bahan baku tersebut memiliki karakteristik yang berbeda seperti massa jenis, viskositas, bilangan asam, asam lemak bebas, angka setana, titik awan/kabut, kadar air dan sedimen, dan titik tuang. Sifat-sifat ini nantinya akan berpengaruh terhadap mutu biodiesel yang dihasilkan. Selain bahan baku faktor yang juga sangat berpengaruh terhadap mutu adalah proses pengolahan. Beberapa proses pengolahan biodiesel diantaranya adalah transesterifikasi (satu tahap), esterifikasi (dua tahap), degumming dengan proses satu tahap, dan degumming dengan proses dua tahap.
Saat ini banyak industri-industri kecil yang berkembang dalam bidang bioenergi seperti biodiesel. Hal ini merupakan dampak dari meningkatnya perhatian masyarakat terhadap energi terbarukan. Dalam pemenuhan kebutuhan biodiesel terdapat kendala, salah satunya adalah mutu produk yang dihasilkan oleh industri kecil sebagian besar tidak memenuhi standar yang bisa diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan dan sarana informasi yang lengkap mengenai biodiesel. Mengetahui karakteristik bahan baku yang dimiliki untuk mengetahui proses paling tepat dalam pengolahan biodiesel merupakan salah satu cara agar biodiesel dapat terpenuhi mutunya.
Adanya sistem pengendali mutu yang baik dan terkendali akan menghasilkan produk yang aman dan dapat memenuhi keinginan konsumen serta meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk tersebut. Banyak faktor yang terlibat dan mempengaruhi mutu biodiesel, mulai proses pengolahan seperti bahan baku, metode proses yang digunakan, akurasi pengukuran pada mesin serta lingkungan sehingga menghasilkan mutu biodiesel berbahan baku minyak nabati yang sesuai spesifikasi yang diinginkan. Dalam hal ini diperlukan sistem yang mampu mempermudah proses pengolahan biodiesel dan menghasilkan biodiesel yang sesuai dengan standar mutu, sehingga dapat meningkatkan efesiensi dan efektifitas pelaksanaan produksi serta pengendalian mutu biodiesel (Gaspersz 1998)
2
tepat, dan cepat. Sistem ini juga diharapkan dapat membantu industri kecil biodiesel dalam mengambil keputusan untuk menetapakan proses pengolahan biodiesel sesuai dengan bahan baku yang dimilki agar produk yang dihasilkan dapat memenuhi standar mutu dan memberi pedoman serta pengarahan bagi pengolah apabila biodiesel yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar mutu.1.2
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menghasilkan model sistem penunjang keputusan untuk industri kecil biodiesel sehingga para pengolah biodiesel dapat lebih mudah dalam memproduksi biodiesel yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).
2. Memberikan alternatif proses pengolahan untuk mutu yang tidak sesuai dengan standar.
3. Memberikan informasi lengkap mengenai bahan baku, teknologi proses pengolahan, prosedur analisis mutu, dan standar mutu yang berlaku baik di Indonesia maupun nergara lain .
1.3
RUANG LINGKUP PENELITIAN
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menyediakan informasi mengenai jenis bahan baku, proses pengolahan, dan analisis mutu produk dan alternatif proses yang berupa saran terhadap produk yang tidak sesuai standar.
2. Analisis dan penentuan proses pengolahan yang tepat sesuai dengan bahan baku yang dimiliki dari berbagai alternatif bahan baku.
3. Penentuan perhitungan kebutuhan bahan tambahan dalam proses pengolahan biodiesel.
4. Analisis dan penentuan kesesuaian produk dengan standar
5. Analisis dan penentuan masalah ketidaksesuaian produk dengan standar
1.4
MANFAAT PENELITIAN
3
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN
Menurut Eriyatno (1996), sistem penunjang keputusan adalah suatu pendekatan secara ilmiah dalam menentukan teknologi yang tepat untuk mengembil keputusan. Sistem penunjang keputusan merupakan konsep spesifik yang berhubungan dengan sistem komputerisasi informasi dengan para pengambil keputusan. Sistem penunjang keputusan dimaksudkan untuk memaparkan secara rinci elemen-elemen sistem sehingga dapat menunjang proses pengambilan keputusan. Karakteristik pokok yang melandasi teknik sistem penunjang keputusan yaitu:
1. Interaksi langsung antara komputer dengan pengambil keputusan 2. Adanya dukungan menyeluruh (holistic) dari keputusan bertahap ganda
3. Suatu sintesa dari konsep yang diambil dari berbagai bidang antara lain ilmu komputer, ilmu sistem, psikologi, ilmu manajemen dan intelegensia buatan
4. Mempunyai kemampuan aditif terhadap perubahan kondisi dan kemampuan berevolusi menuju suatu sistem yang lebih bermanfaat
Eriyatno (1996) melanjutkan bahwa aplikasi sistem penunjang keputusan selanjutnya mampu mengintegrasi berbagai disiplin ilmu melalui pendekatan sistem. Penggunaan sistem penunjang keputusan seyogyanya ditunjang oleh berbagai studi lapangan dan penelitian kasus, guna menelusuri validitas input dan parameter-parameternya.
Sistem penunjang keputusan (SPK) adalah sistem yang berfungsi mentransformasi data dan informasi menjadi alternatif keputusan dan prioritasnya (Marimin 2004). Sistem penunjang keputusan dinyatakan pula sebagai sistem yang diperuntukkan bagi problem-problem keputusan yang bersifat terstruktur. Problem keputusan yang terstruktur adalah prosedur untuk mendapatkan penyelesaian terbaik yang telah diketahui. Problem pengambilan keputusan yang bersifat tidak terstruktur merupakan hasil dari intuisi manusia menjadi dasar dalam pengambilan keputusan. Problem pengambilan keputusan semi terstruktur berbeda dari keduanya, yaitu dengan melibatkan prosedur-prosedur baku dan pendapat atau pertimbangan pribadi (Turban 1990).
Menurut Eriyatno (1996), konsep dari rancang bangun dan pengembangan sistem penunjang keputusan terdiri dari 3 elemen utama, yaitu :
1. Pengoptimalan kriteria dalam merancang bangun sistem, 2. Proses rancang bangun sistem secara total,
3. Proses rancang bangun sistem secara mendetail.
Model konsepsional dari sistem penunjang keputusan merupakan gambaran hubungan abstrak antara tiga komponen penunjang keputusan, yaitu : (a) para pengambil keputusan atau pihak pengguna (user), (b) model, dan (c) data. Hubungan antara komponen-komponen tersebut dapat dilihat di Gambar 1.
Menurut Marimin (2004), SPK terdiri dari tiga komponen, yaitu:
1. Manajemen data, termasuk di dalamnya adalah basis data yang berisi data yang berhubungan dengan sistem yang diolah menggunakan perangkat lunak yang disebut sistem basis data.
4
3. Subsistem dialog, yaitu sub sistem yang menghubungkan pengguna denganperintah-perintah dalam SPK.
Gambar 1. Struktur Dasar Sistem Penunjang Keputusan (Eriyatno, 1996)
Komponen manajemen data memelihara data sistem penunjang keputusan dimana fungsinya adalah untuk menyimpan dan memanipulasi basis data seperti yang diarahkan oleh komponen manajemen model atau manajemen dialog. Komponen ini mengandung elemen yang berfungsi untuk menyimpan data dalam basis data, mengambil data dari basis data, dan mengontrol basis data. Manajemen model berfungsi untuk mengontrol pengeksekusian suatu model dan pengoperasian suatu model dan pengoperasian kombinasi beberapa model jika dibutuhkan. Komponen ini memberikan fasilitas pengolahan model untuk mengkomputasikan pengambilan keputusan dan meliputi semua aktivitas yang tergabung dalam pemodelan sistem penunjang keputusan (Turban 1990).
Komponen dialog berfungsi menerima masukan (input) dari pengguna dan memberikan keluaran (output) kepada pengguna. Komponen ini berfungsi menghubungkan pengguna dengan komponen-komponen SPK lainnya, yaitu komponen manajemen data dan komponen manajemen model. Menurut Lucas (1993), penerapan SPK akan berhasil jika sistem tersebut sederhana dan mudah digunakan, mudah dalam melakukan pengawasan, mudah dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan lingkungan dan mudah melakukan kegiatan komunikasi dengan berbagai entiti.
Karakteristik pokok yang melandasi teknik sistem penunjang keputusan menurut Minch dan Burn (1983), yaitu :
1. Interaksi langsung antara komputer dengan pengambil keputusan 2. Dukungan menyeluruh dari keputusan tahap berganda
3. Suatu sintesa dari konsep yang diambil dari berbagai bidang antara lain ilmu komputer, psikologi, intelegensia buatan (Artificial Inteligence), ilmu sistem, dan ilmu manajemen.
4. Mempunyai kemampuan adaptif terhadap perubahan kondisi dan kemampuan berevolusi menuju sistem yang lebih bermanfaat.
Data
Pengguna
Model
Sistem Manajemen Basis Data (DBMS)
Sistem Manajemen Basis Model (MBMS)
Sistem Pengolahan Problematik
5
2.2
SISTEM AHLI
Kecerdasan buatan adalah sebuah area yang berada dalam ilmu komputasi. Walaupun banyak pengertian, para ahli berpendapat bahwa kecerdasan buatan berkonsep pada dua ide dasar. Pertama, adanya keterlibatan pikiran manusia (mendasari kecerdasan), dan yang kedua representasi dan duplikasi proses tersebut melalui mesin (komputer atau robot). Menurut Turban (2005), kecerdasan buatan adalah tingkah laku atau tindakan yang ada pada mesin, dimana tingkah laku dan tindakan tersebut berdasarkan pikiran manusia. Sedangkan menurut Rich dan Knight (1991), kecerdasan buatan adalah ilmu yang bertujuan untuk membuat komputer melakukan berbagai hal, pada momen tertentu yang lebih baik dari manusia.
Tujuan utama dari kecerdasan buatan adalah membangun mesin yang menyerupai kecerdasan manusia, pada kenyataannya produk kecerdasan buatan saat ini masih jauh dari sukses secara signifikan dari kemampuan tersebut. Walaupun begitu, peningkatan terhadap pengembangan kemampuan kecerdasan makin meningkat, dan mulai dikembangkannya otomatisasi pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan manusia sehingga meningkatnya produktifitas dan kualitas dari kecerdasan buatan.
Menyatakan bahwa kecerdasan buatan memiliki beberapa komponen yaitu, proses simbolik, heuristik, inferensi, dan pembelajaran mesin. Lingkup kecerdasan buatan adalah sistem ahli (Expert System), natural language processing, voice understanding, sensory system, scene recognition, intelligent computer-aided instruction, neural computing, logika fuzzy, dan genetika algoritma (Turban 2005).
Sistem ahli terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian pengembangan dan konsultasi. Bagian pengembangan sistem ahli digunakan oleh penyusunnnya untuk memasukkan pengetahuan dasar ke dalam lingkungan sistem informasi. Sedangkan bagian konsultasi digunakan untuk mendapatkan pengetahuan ahli serta saran, nasehat, ataupun justifikasi (Marimin 2009).
Marimin (2009), menyatakan bahwa pada prinsipnya sistem ahli tersusun dari beberapa komponen yang mencakup:
1. Fasilitas akuisisi pengetahuan
2. Sistem berbasis pengetahuan (knowledge based system) 3. Mesin interfensi (interfence engine)
4. Fasilitas untuk penjelasan dan justifikasi
5. Penghubung antara pengguna sistem ahli (user interface)
Menurut Walters dan Nielsen (1998), akuisisi pengetahuan adalah proses mendapatkan pengetahuan umum dan khusus yang digunakan pakar dengan kemampuan tinggi untuk menyelesaikan masalah dalam sebuah batasan dan ruang lingkup tertentu. Orang-orang yang memiliki keahlian melakukan analisis terhadap masalah, mengumpulkan pengetahuan, dan mengatur pengetahuan tersebut ke dalam komputer untuk menyelesaikan kelas masalah tertentu biasanya disebut teknisi pengetahuan (knowledge engineer).
6
adalah pengetahuan terhadap struktur internal dan kausal dari sebuah sistem dan melibatkan interaksi antar komponen-komponen sistem. Pengetahuan mendalam dapat diterapkan pada tugas dan situasi berbeda.Kemampuan dan personalitas dari seorang teknisi pengetahuan secara langsung mempengarui pakar. Teknisi pengetahuan bertanggung jawab untuk menciptakan kesan yang tepat, komunikasi permasalahan yang positif, dan mengerti keadaan pakar. Metode akuisisi pengetahuan dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori yaitu manual, semi-otomatis, dan otomatis. Menurut Turban (2005), metode manual berdasarkan wawancara dan semacamnya. Teknisi mendapatkan pengetahuan dari pakar atau sumber lain dan menaruhnya di basis pengetahuan.
2.3
KUALITAS
Menurut Gaspersz (1998), terminologi kualitas dalam konteks pengendalian proses didefinisikan sebagai konsistensi peningkatan atau perbaikan dan penurunan variasi karakteristik dari suatu produk barang atau jasa yang dihasilkan, agar memenuhi kebutuhan yang dispesifikasikan, guna meningkatkan kepuasan pelanggan internal maupun eksternal. Sedangkan pengendalian kualitas merupakan aktivitas teknik dan manajemen, dengan mengukur karakteristik kualitas output barang atau jasa, kemudian membandingkan hasil pengukuran itu dengan spesifikasi output yang diinginkan pelanggan, serta mengambil tindakan perbaikan yang tepat apabila ditemukan perbedaan antara performansi aktual dan standar. Pada dasarnya performansi kualitas dapat ditentukan dan diukur berdasarkan karakteristik kualitas yang terdiri dari beberapa sifat atau dimensi berikut ini:
1. Fisik: panjang, berat, diameter, tegangan, kekentalan, dan lain-lain.
2. Sensor (berkaitan dengan panca indera): rasa, penampilan, warna, bentuk, dan lain-lain.
3. Orientasi waktu: pemeliharaan (maintainability), kehandalan (reliability), pelayanan (serviceability), ketepatan waktu penyerahan produk, dan lain-lain.
4. Orientasi biaya: berkaitan dengan dimensi biaya yang menggambarkan harga atau ongkos dari suatu produk yang harus dibayarkan oleh konsumen.
Suatu pengukuran performansi kualitas yang akan dilakukan sebaiknya juga mempertimbangkan persyaratan-persyaratan kondisional dalam mendukung pengukuran kualitas itu. Atribut mendefinisikan karakteristik dari produk yang tidak dapat diukur menggunakan skala rasio, seperti kebersihan, warna, penampilan, kemulusan dan lainnya. Sedangkan variabel merupakan karakteristik produk yang dapat diukur menggunakan skala rasio yang memiliki titik nol dalam skala pengukurannya, seperti diamater, berat, panjang, tinggi, lebar, volume, dan lain-lain.
Atribut-atribut dan variabel-variabel yang merupakan basis pengendalian kualitas dalam pengukurannya akan berbeda untuk setiap industri, namun pada umumnya yang dipertimbangkan dalam pengukuran performasi kualitas adalah sebagai berikut:
1. Kualitas produk, yang mencakup performansi, bentuk dan pengembangannya pelayanan (kemudahan atau ongkos perbaikan), kehandalan, estetik desain dan kemasan, kesesuaian dengan keinginan pelanggan, daya tahan atau masa pakai dari produk, dan lain-lain.
7
3. Interaksi karyawan dan pelanggan, mencakup ketepatan waktu memberikantanggapan terhadap keluhan-keluhan pelanggan, penampilan karyawan serta kesopanan dalam menyelesaikan keluhan-keluhan pelanggan.
2.4
BIODIESEL
Biodiesel adalah bahan bakar motor diesel yang terbuat dari sembarang sumber daya hayati. Dalam pengertian populer dewasa ini, yang dimaksud biodiesel adalah bahan bakar motor diesel yang terdiri dari metil-ester asam-asam lemak. Biodiesel digunakan untuk mencampur
petrodiesel (solar atau ADO12 automotive diesel oil). Biodiesel dapat berupa minyak kasar atau
monoalkil ester asam lemaknya, umumnya merupakan metil ester (Allen 1999). Biodiesel umumnya dibuat melalui proses metanolisis atau etanolisis minyak-lemak (minyak-nabati) dan lemak hewan menggunakan reaksi transesterifikasi atau esterifikasi dengan katalis basa atau asam. Produk samping proses ini adalah gliserol yang juga mempunyai pangsa pasar besar (Soerawijaya 2004).
Biodiesel dapat dibuat dari minyak tanaman, lemak binatang ataupun dari ganggang. Indonesia sebagai negara tropis kaya akan bahan baku penghasil biodiesel. Tanaman-tanaman penghasil minyak di Indonesia beserta kandungan minyak disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Tumbuh-tumbuhan yang mengandung minyak
Tanaman Kandungan Minyak per hektar per tahun
Kilogram Liter
Jagung 145 171
Jambu mete 148 176
Kapas 273 325
Ganja 305 363
Kedelai 375 446
Kopi 386 459
Biji labu 449 534
Ketumbar 450 536
Wijen 585 696
Beras 696 828
Coklat 863 1026
Kacang tanah 890 1059
Jarak kepyar 1188 1413
Jarak Pagar 1590 1892
Apokat 2217 2638
Kelapa 2260 2689
Kelapa sawit 5000 5950
Sumber : Effendi (2004)
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa tanaman jarak, kelapa dan kelapa sawit mengandung minyak yang tinggi yaitu diatas 1.600 liter tiap hektarnya. Ketiga tanaman tersebut sangat potensial untuk dikembangkan dan digunakan sebagai bahan baku biodiesel disamping memiliki kandungan minyak yang tinggi juga tersedia dalam jumlah yang cukup melimpah seperti minyak sawit dan minyak kelapa.
8
awal minyak. Minyak dengan kandungan asam lemak bebas tinggi dapat lebih efisien dikonversi esternya melalui beberapa tahap reaksi yang melibatkan katalis asam untuk mengesterifikasi asam lemak bebas yang dilanjutkan dengan transesterifikasi berkatalis basa yang mengkonversikan sisatrigliserida (Canaki dan van Gerpen 2001). Namun jika minyak mengandung asam lemak bebas yang rendah, transesterifikasi dapat dilakukan dengan satu tahap saja.
Minyak yang mengandung asam lemak bebas (ALB) yang cukup tinggi seperti minyak jarak sebaiknya menggunakan proses dua tahap dengan tujuan untuk menurunkan asam lemak bebasnya terlebih dahulu. Minyak jarak memiliki kandungan ALB sebesar 0,5-10 %. Kelapa sawit dengan mutu prima (SQ, Special Quality) seperti yang dihasilkan Malaysia mengandung asam lemak bebas (FFA, Free Fatty Acid) tidak lebih dari 2% pada saat pengapalan. Kualitas standar minyak kelapa sawit mengandung tidak lebih dari 5% FFA. Setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu akan menghasilkan rendemen minyak 22,1-22,2% (tertinggi) dan kadar asam lemak bebas 1,7-2,1% (terendah).
Penggunaan metanol dalam reaksi transesterifikasi trigliserida lebih umum digunakan karena lebih murah untuk menghasilkan metil ester (biodiesel) dengan bantuan katalis, dan katalis yang biasa digunakan diantaranya adalah NaOH atau KOH. Proses reaksi transesterifikasi trigliserida atau minyak-lemak dengan jenis pelarut metanol atau etanol yang menghasilkan ester etil/metil asam-asam lemak atau biodiesel dan gliserin.
Gambar 2. Reaksi Transesterifikasi Trigliserida
Reaksi transesterifikasi dipengaruhi oleh faktor internal (bahan baku) dan faktor eksternal. Faktor internal adalah kondisi minyak itu sendiri adalah kandungan air, kandungan asam lemak bebas, dan kandungan zat terlarut maupun tidak terlarut yang dapat mempengaruhi reaksi. Faktor eksternal (proses) adalah kondisi yang bukan berasal dari minyak dan dapat mempengaruhi reaksi. Faktor eksternal diantaranya adalah suhu reaksi, waktu reaksi, kecepatan pengadukan, jenis dan konsentrasi katalis, dan jumlah rasio molar metanol terhadap minyak.
Reaksi transesterifikasi berlangsung sekitar 0,5-1 jam pada suhu 60 oC sehingga terbentuk dua lapisan. Lapisan atas adalah metil ester (biodiesel) dan lapisan bawah adalah gliserin (gliserol) sebagai hasil samping yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan sabun dan produk kosmetik untuk moistourising.
Peningkatan penggunan biodiesel akan memberikan lebih banyak keuntungan dibandingkan dengan penggunaan minyak nabati secara langsung sebagai bahan bakar. Biodiesel dari metil ester minyak nabati tidak mengandung senyawa organik volatil. Kandungan sulfur dari minyak nabati mendekati angka nol. Tidak adanya sulfur berarti penurunan hujan asam oleh emisi
R
1C
O
OCH
2R
2C
O
OCH
R
3C
O
OCH
2+ 3 CH
3OH
HOCH
2HOCH
HOCH
23 R
C
O
OCH
3+
trigliserida metanol gliserin metil ester
9
sulfat. Penurunan sulfur dalam campuran juga akan mengurangi tingkat korosif asam sulfat yang terkumpul pada mesin dalam satu rentang waktu tertentu. Berkurangnya sulfur dan aromatik yang karsinogenik (seperti benzena, toluena, dan xilena) dalam biodiesel juga berarti pembakaran campuran bahan bakar dengan gas akan mengurangi dampak pada kesehatan manusia dan lingkungan. Angka setana biodiesel yang tinggi (berkisar dari 49) adalah ukuran keuntungan lain untuk meningkatkan efisiensi pembakaran. Produksi global dari biodiesel ditunjukkan pada Tabel 2.Tabel 2. Produksi Global dari Biodiesel di Seluruh Dunia
Negara Jumlah tanaman
Jumlah kapasitas tahunan
Asal minyak Austria 11 56.200-60.000 Minyak goreng bekas
Belgia 3 241.000 -
Cekoslowakia 17 42.500-45.000 -
Hongaria 17 18.880 -
Irlandia 1 5000 Minyak goreng bekas
Italia 9 779.000 Minyak biji bunga matahari
Nikaragua 1 - Minyak jarak pagar
Slovakia 10 50.500-51.500 -
Spanyol 1 500 -
Swedia 3 75.000 -
Switzerland 1 2000 -
Inggris 1 - -
Amerika 4 190.000 Minyak goreng bekas
Yugoslavia 2 5.000 -
Sumber :Srivasta, A. (1998)
Beberapa negara telah menetapkan standar mutu biodiesel. Penetapan standar biodiesel antara satu negara dengan negara lain sedikit berbeda. Standar ini disesuaikan dengan bahan baku, iklim dan kondisi masing-masing negara. Menurut Fajar (2001), standar kualitas biodiesel yang diinginkan adalah spesifikasi biodiesel yang mengacu standar nasional, seperti Pertamina atau standar internasional (Eropa, Amerika atau Jepang) dengan mengacu pada American Society for Testing and Material (ASTM).
10
Tabel 3. Standar Nasional Indonesia (SNI 04-7182-2006)Parameter dan satuannya Batas nilai Metode Uji
Massa jenis pada 40 oC, kg/m3 850 – 890 ASTM D 1298 Viskos. kinem. pd 40 oC, mm2/s (cSt) 2,3 – 6,0 ASTM D 445
Angka setana min. 51 ASTM D 613
Titik nyala (mangkok tertutup), oC min. 100 ASTM D 93
Titik kabut, oC maks. 18 ASTM D 2500
Korosi bilah tembaga (3 jam, 50 oC) maks. no. 3 ASTM D 130 Residu karbon (%-b),
- dalam contoh asli
- dalam 10 % ampas distilasi
maks. 0,05 (maks. 0,3)
ASTM D 4530
Air dan sedimen, %-vol. maks. 0,05 ASTM D 2709 Temperatur distilasi 90 %, oC maks. 360 ASTM D 1160
Abu tersulfatkan, %-b maks. 0,02 ASTM D 874
Belerang, ppm-b (mg/kg) maks. 100 ASTM D 5453
Fosfor, ppm-b (mg/kg) maks. 10 FBI-A05-03
Angka asam, mg-KOH/g maks. 0,8 FBI-A01-03
Gliserol bebas, %-b maks. 0,02 FBI-A02-03
Gliserol total, %-b maks. 0,24 FBI-A02-03
Kadar ester alkil, %-b min. 96,5 FBI-A03-03
Angka iodium, %-b (g-I2/100 g) maks. 115 FBI-A04-03
Uji Halphen negatif FBI-A06-03
Sumber : Badan Standarisasi Nasional, 2006
Karakteristik yang dimiliki biodiesel ada kekurangan dan kelebihannya. Kekurangannya adalah nilai kalori lebih rendah dan viskositas atau kekentalan lebih tinggi dari pada solar. Sedangkan keuntungannya yaitu nilai bilangan setana yang tinggi berkisar 50-60, atom karbon per molekul dan flash point lebih tinggi dari pada solar. Keuntungan lainnya adalah biodiesel mengandung banyak oksigen (solar tidak memiliki oksigen) sehingga akan terjadi pembakaran sempurna di mesin diesel, akibatnya akan diperoleh hasil buangan yang bersih, tidak berbahaya,
low smoke number, dan biodegradable. Secara lebih rinci standar mutu biodiesel dengan petrodiesel dapat dilihat pada Tabel 4.
11
Tabel 4. Standar Syarat Mutu Minyak Diesel IndonesiaParameter dan satuannya
Jenis Minyak Diesel Mesin Putaran
Tinggi
Mesin Industri
Mesin Putaran Rendah dan
Sedang
Bilangan setana ≥ 40.0 ≥ 40.0 ≥ 30.0
Temperatur didih oC 288 288 – 338 -
Kekentalan pada 38oC, mm2/s 1.4 – 2.5 2.0 – 4.3 5.8 – 26.4
Titik nyala oC ≥ 38.0 ≥ 52.0 ≥ 38.0
Kadar Belerang, % berat ≤ 0.50 ≤ 0.50 ≤ 2.00
Kadar air dan sedimen, % volume ≤ 0.05 ≤ 0.05 ≤ 0.50
Kadar abu, % berat ≤ 0.01 ≤ 0.01 ≤ 0.10
Rams bottom residu karbon dalam
10% residu destilasi, % massa ≤ 0.15 ≤ 0.35 - Sumber: American Society for Testing and Material dalam Haryanto, 2000.
2.5
TEKNIK PENDUKUNG
2.5.1
Teknik Heuristik
Teknik heuristik adalah suatu cara mendekati suatu permasalahan yang kompleks ke dalam komponen-komponen yang lebih sederhana untuk mendapatkan hubungan-hubungan dalam permasalahan yang dikaji atau dengan kata lain yaitu berupa bentuk pemecahan masalah dengan menggunakan kecerdasan manusia dan ditulis dengan program komputer.
Eriyatno (1996) berpendapat bahwa teknik heuristik merupakan pengembangan dari operasi aritmatika dan matematika logika. Ciri-ciri teknik heuristik secara umum yaitu:
1. Adanya operasi aljabar, yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
2. Adanya suatu perhitungan bertahap.
3. Mempunyai tahapan yang terbatas sehingga dapat dibuat algoritma komputernya.
Lebih lanjut lagi Eriyatno (1996) menyebutkan bahwa karakteristik teknik heuristik adalah:
a. Meringkas ruang lingkup keputusan sehingga proses pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cepat.
b. Banyak masalah yang kompleks, walaupun esensi permasalahan dapat diformulasikan secara sistematis.
c. Perencanaan kebijakan strategis manajemen demikian sulit dihitung dan sangat rumit sehingga tidak dapat ditangkap dengan model matematik.
12
2.5.2
Rule Based Expert System
Rule-based Expert Sistem adalah suatu program komputer yang dapat menganalisis informasi tertentu pada memori dengan menggunakan kumpulan rule atau aturan pada basis pengetahuan dan menggunakan inference engine sebagai pencarian informasi dengan tujuan memperoleh informasi baru. Sebuah Rule based Expert System terdiri dari empat modul utama, yaitu: Knowledge Base, Working Memory, Inference Engine, User Interface.
Gambar 3. Diagram Rule-based Expert Sistem
2.5.3
Pohon Keputusan (Decision tree)
Decision tree merupakan salah satu metode klasifikasi pada Text Mining. Klasifikasi adalah proses menemukan kumpulan pola atau fungsi-fungsi yang mendeskripsikan dan memisahkan kelas data satu dengan lainnya, untuk dapat digunakan untuk memprediksi data yang belum memiliki kelas data tertentu (Jianwei Han 2001).
Decision tree adalah sebuah struktur pohon, dimana setiap node pohon
merepresentasikan atribut yang telah diuji, setiap cabang merupakan suatu pembagian hasil uji, dan node daun (leaf) merepresentasikan kelompok kelas tertentu. Level node teratas dari sebuah decision tree adalah node akar (root) yang biasanya berupa atribut yang paling memiliki pengaruh terbesar pada suatu kelas tertentu. Pada umumnya decision tree melakukan strategi pencarian secara top-down untuk solusinya. Pada proses mengklasifikasi data yang tidak diketahui, nilai atribut akan diuji dengan cara melacak jalur dari node akar (root) sampai node akhir (daun) dan kemudian akan diprediksi kelas yang dimiliki oleh suatu data baru tertentu.
13
2.5.4
Personal Homepage Hypertext Preprocessor (PHP)
Personal Homepage Hypertext Preprocessor (PHP) adalah bahsa skrip yang dapat ditanamkan atau disisipkan ke dalam HTML. PHP banyak dipakai untuk memprogram situs web dinamis. PHP dapat digunakan untuk membangun sebuah CMS (Aditya 2011). Versi pertama PHP dibuat oleh Ramus Lerdorf sekitar tahun 1995. Sekitar tahun 2000 akhir, munculah PHP 4 yang stabil. Pada prinsipnya, PHP berbeda dengan bahasa lain seperti CGI / Perl, atau bahasa scripting lain seperti JavaScript. Pada JavaScript, perintah dieksekusi dan bekerja pada komputer client.
PHP dirancang untuk dapat bekerja sama dengan data base server dan dibuat sedemikian rupa sehingga pembuatan dokumen HTML yang dapat mengakses database menjadi mudah. Tujuan dari bahasa scripting ini adalah untuk membuat aplikasi yang dibangun oleh PHP akan memberikan hasil pada web browser, tetapi prosesnya secara keseluruhan dijalankan oleh web server.
Pada prinsipnya, browser akan bekerja apabila ada permintaan dari client
menggunakan kode-kode PHP untuk mengirim permintaan ke server. Ketika menggunakan PHP sebagai server-side embedded script language, maka server akan melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Membaca permintaan dari client. 2. Mencari halaman di server.
3. Melakukan instruksi yang diberikan oleh PHP untuk melakuakn modifikasi halaman.
4. Mengirim kembali halaman tersebut kepada client melalui internet atau intranet. Rancangan dan konsep PHP sangat sederhana, cukup membuat sebuah HTML biasa dengan menambahkan kode-kode program yang diapit tanda <?..?>. Kelebihan PHP diantaranya bersifat open source (dapat diperoleh secara gratis), mudah dipelajari, mudah digunakan bersama kode HTML, dapat dijalankan oleh seluruh browser, dapat meningkatkan kecepatan dari script, mempunyai fleksibilitas yang tinggi, dan selalu mengikuti perkembangan teknologi.
2.6
PENELITIAN TERDAHULU
Agustian (2005), melakukan penelitian mengenai biodiesel dengan judul Sifat Fisiko Kimia Biodiesel Jarak Pagar (Jatropha curcas) suatu Sumber Energi Terbarukan. Dalam penelitiannya, minyak jarak pagar dikonversi menjadi biodiesel dengan menganalisis sifat-sifat fisik, kimia, dan bahan bakarnya dengan mengacu pada standar ASTM 121.
Indrajaya (2005), melakukan penelitian mengenai biodiesel dengan judul Optimasi Sintesis Biodiesel dari Minyak Jarak Pagar (Jatropha curcas) melalui Proses Esterifikasi-Transesterifikasi. Penelitian tersebut dilakukan untuk menentukan kondisi optimum pada konversi minyak jarak pagar menjadi metil ester asam lemaknya (metil ester) sehingga menghasilkan biodiesel dengan kualitas yang sesuai dengan standar perdagangan. Berdasarkan pengamatan pada penelitian tersebut, kondisi optimum reaksi esterifikasi dicapai pada penambahan methanol 10%, jumlah katalis sebanyak 1% dan waktu reaksi selama 120 menit, sedangkan kondisi optimum reaksi transesterifikasi dicapai pada penambahan methanol 10% dan waktu reaksi 30 menit.
14
sebagai pendukung untuk pengambilan keputusan investasi industri yang ditujukan bagi pengambil keputusan strategis seperti investor atau pimpinan puncak perusahaan untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan pendirian industri.Elviyanti (2007), melakukan penelitian mengenai penentuan kualitas biodiesel dengan judul Desain Sistem Penentuan Kualitas Biodiesel Berbasis Minyak Nabati. Penelitian ini menghasilkan rancangan prototype dan pengambilan keputusan yang dibangun dengan menggunakan metode jaringan saraf tiruan (JST) dan sistem pakar untuk proses penalaran dan pengambilan keputusan dalam sistem penilaian kualitas biodiesel. Strategi Peningkatan kualitas biodiesel dibuat berdasarkan output sistem yang ditentukan dengan Analitical HierarchyProcess
(AHP).
Ambarita (2007), melakukan penelitian mengenai proses pengolahan biodiesel dengan judul Desain Proses Dua Tahap Esterifikasi-Transesterifikasi (estrans) pada Pembuatan Metil Ester (biodiesel) dari Minyak Jarak Pagar (Jatropha curcas. L). Dalam penelitian ini dijelaskan berbagai informasi mengenai pengaruh jenis katalis heterogen pada proses esterifikasi minyak jarak pagar terhadap penurunan bilangan asam, konsentrasi methanol pada metil ester hasil proses esterifikasi, konsentrasi katalis natrium hidroksida yang optimal pada metil ester hasil proses transesterifikasi , dan informasi mengenai karakterisik metil ester untuk biodiesel yang dihasilkan pada kondisi optimal proses produksinya.
Hendrawan (2008), melakukan penelitian mengenai sistem penunjang keputusan dengan judul Sistem Penunjang Keputusan Perumusan Strategi Pengembangan Agroindustri Biodiesel. Penelitian ini menghasilkan output berupa pemodelan sistem yang bertujuan untuk membantu para investor atau pelaku industri biodiesel mendapat gambaran dan informasi yang akurat tentang prospek pengolahan biodiesel serta menentukan strategi yang tepat untuk pengembangan agroindustri biodiesel.
Tabel 5. Resume Penelitian terdahulu
No.
Nama Pengarang dan Tahun
Terbit
Sitasi yang Terkait
SPK Rule base Karakteristik Bahan Baku
Pengolahan Biodiesel
Standar Mutu Biodiesel
1. Agustian, 2005 √ √
2. Indrajaya, 2005 √ √
3. Pura, 2007 √ √ √ √
4. Elviyanti, 2007 √ √ √ √ √
5. Ambarita, 2007 √
15
III.
METODOLOGI
3.1
KERANGKA PEMIKIRAN
Kelangkaan bahan bakar minyak yang sering terjadi akhir-akhir ini sudah seharusnya menjadi faktor pendorong bagi kita untuk mencari alternatif yang terbarukan (renewable). Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan mengolah beberapa komoditi pertanian seperti biji jarak pagar, kulit kelapa sawit, minyak jelantah serta kelapa menjadi bahan bakar nabati berupa biodiesel. Industri pengolahan biodiesel memiliki prospek yang baik, namun dalam perkembangannya untuk mencapai mutu sesuai standar memiliki kendala yang akan menghambat. Beberapa hal yang menghambat perkembangan industri pengolahan biodiesel ini dalam memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan adalah karakteristik bahan baku yang digunakan dan proses pengolahannya. Salah satu cara untuk menanggulanginya diperlukan suatu SPK yang dapat memberikan pertimbangan-pertimbangan yang akurat mengenai aspek-aspek terkait seperti, pengetahuan mengenai biodiesel itu sendiri, karakteristik bahan baku yang digunakan, proses pengolahan yang digunakan, uji mutu yang dilakukan, dan standar mutu yang ditetapkan.
Aspek pengetahuan mengenai biodiesel ini berkaitan dengan karakteristik bahan baku yang dapat digunakan untuk membuat biodiesel. Setelah mengetahui karakteristik bahan bakunya maka dapat pula diketahui proses pengolahan yang dapat dilakukan. Untuk membantu dalam pengujian mutu biodiesel maka prosedur kerja pengujian dan bahan-bahan yang digunakan perlu diinformasikan. Di dalam melakukan analisis kelayakan mutu ini yang menjadi perhatian utama adalah bahan baku yang digunakan, proses pengolahannya, dan mutu yang dihasilkan.
Dalam kegiatan perencanaan ini penggunaan perangkat lunak akan memberikan banyak kemudahan dalam pengambilan keputusan secara tepat, cepat, dan efisien sehingga dapat menghemat waktu dan biaya. Pengembangan suatu rekayasa SPK akan mampu membantu para pengambil keputusan (pengolah) dalam hal proses pengambilan keputusan.
16
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Sistem Penunjang Keputusan Mutu Biodiesel Berbasis WebMulai
Studi Pustaka
Analisis dan Penentuan Proses Pengolahan Biodiesel
Pemodelan Sistem
Implementasi Model
Verifikasi Model
Evaluasi Model Sesuai
Sesuai
Selesai
Program Komputer
Ya Tidak
Tidak
Kesimpulan dan Saran
Analisis dan Penentuan Ketidaksesuaian Mutu Biodiesel
Penentuan Perhitungan Kebutuhan Bahan Tambahan dalam Proses Pengolahan
Decision tree & Rule Based Expert Sistem
Perhitungan Aritmatika dan Rule Based Expert
Rule Based Expert System
Penentuan Mutu Produk Biodiesel
17
3.2
PENDEKATAN SISTEM
Pada dasarnya pendekatan sistem adalah penerapan sistem ilmiah dan menajemen (Marimin 2004). Dengan cara ini, hendak diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dan keberhasilan suatu organisasi atau sistem. Metode ilmiah dapat menghindarkan manajemen mengambil kesimpulan yang sederhana dan searah oleh suatu faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dan sistem dalam memberikan dasar untuk memahami penyebab ganda dari suatu masalah dalam kerangka sistem.
Pendekatan sistem merupakan suatu metodologi pemecahan masalah yang diawali dengan identifikasi serangkaian kebutuhan dan menghasilkan sistem operasi yang efektif. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu analisis kebutuhan, formulasi masalah, serta identifikasi sistem. Tahapan analisis sistem dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Metodologi Pemecahan Masalah dengan Pendekatan Sistem (Manetsch dan Park, 1977)
Pendekatan sistem merupakan suatu metodologi pemecahan masalah yang memandang komponen-komponen yang terlibat dalam suatu masalah sebagai suatu komponen yang membangun sistem dari masalah tersebut. Pendekatan sistem terdiri dari analisis kebutuhan, formulasi permasalahan dan identifikasi sistem. Identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah
Mulai
Analisis Kebutuhan
Formulasi Permasalahan
Pemodelan Sistem Identifikasi sistem
Memuaskan
Implementasi Verifikasi & Validasi
Memuaskan
Selesai Ya Tidak
18
yang harus dipecahkan untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Identifikasi sistem bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap sistem dan dikaji dalam bentuk diagram inputoutput (Marimin et al. 2009)3.2.1
Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan merupakan permulaan pengkajian dari suatu sistem. Analisis ini dinyatakan dalam kebutuhan-kebutuhan yang ada, kemudian dilakukan tahapan pengembangan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang telah dideskripsikan. Analisis kebutuhan selalu menyangkut interaksi antara respon yang timbul dari seseorang pengambil keputusan terhadap jalannya sistem. Analisis ini dapat meliputi hasil survey, pendapat ahli, observasi lapang, dan sebagainya (Marimin 2004).
Komponen-komponen yang terdapat dalam sistem mempunyai kebutuhan yang berbeda sesuai dengan fungsi dan tujuannya. Dalam melakukan analisis kebutuhan ini, terlebih dahulu dinyatakan kebutuhan-kebutuhan yang ada, kemudian dilakukan tahap pengembangan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang dideskripsikan. Identifikasi ini menyangkut interaksi antara respon yang timbul dari seorang pengambil keputusan terhadap jalannya sistem. Identifikasi ini dapat meliputi hasil survey, pendapat seorang ahli, diskusi, observasi lapang, dan lain-lain.
Analisis kebutuhan dari SPK Mutu Biodiesel Berbasis Web meliputi aktor dan kebutuhannya sebagai berikut :
a.Industri biodiesel
- Bahan baku yang dapat dijadikan biodiesel - Proses pengolahan yang dapat dilakukan
- Alternatif perlakuan terhadap proses maupun produk - Kebutuhan bahan tambahan
b.Lembaga penelitian
- Karakteristik bahan baku biodiesel - Standar mutu yang diperoleh dari produk
- Penyebab dan pengaruh terjadinya kagagalan produk c.Masyarakat
- Kualitas produk yang baik
3.2.2
Formulasi Permasalahan
Pembuatan SPK mutu biodiesel berbasis web ini memerlukan analisis mendalam terutama berhubungan dengan karakteristik bahan baku yang menentukan proses pengolahan paling tepat. Analisis tersebut bertujuan untuk mengurangi atau menghindari resiko kesalahan dan memutuskan sesuai atau tidaknya biodiesel yang dihasilkan dengan standar yang telah ditetapkan. Hasil analisis dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pengolah biodiesel untuk mengetahui keberhasilan terhadap produk biodiesel tersebut.
Permasalahan utama yang akan dihadapi dalam penentuan proses pengolahan dan standar mutu produk adalah sebagai berikut :
a. Karakteristik bahan baku yang digunakan untuk biodiesel beragam. b. Proses pengolahan biodiesel yang beragam.
c. Kebutuhan bahan tambahan.
19
Pemecahan masalah yang digunakan :a. Mengumpulkan informasi mengenai jenis dan karakteristik bahan baku yang dapat digunakan untuk pembuatan biodiesel.
b. Mencari informasi mengenai berbagai macam proses pengolahan yang mudah dilakukan dan bahan-bahan tambahan yang dibutuhkan.
c. Mencari informasi mengenai standar mutu yang berlaku untuk biodiesel. d. Berdiskusi dengan pakar (ahli) megenai biodiesel
3.2.3
Identifikasi Sistem
Identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang harus dipecahkan untuk mencukupi kebutuhan yang dijabarkan dalam bentuk diagram lingkar sebab-akibat dan diagram
input-output. Diagram lingkar sebab-akibat menunjukkan hubungan dua variabel yang masing-masing diukur dalam satu skala sumbu dari satu pasang sumbu. Diagram sebab-akibat tersebut disajikan pada Gambar 7.
Gambar 7. Diagram Lingkar Sebab-Akibat Sistem Penunjang Keputusan Mutu Biodesel Berbasis Web
Diagram Input-output menggambarkan skema identifikasi yang berdasarkan pada masukan dan keluaran dari model yang dikembangkan. Input terdiri dari input lingkungan dan
input yang berasal dari sistem, sedangkan output terdiri dari output yang dikehendaki dengan
output yang tidak dikehendaki, disajikan pada Gambar 8 diagram input-output untuk permasalahan yang dikaji.
Informasi akurat akan dibutuhkan dalam penyusunan sistem ini. Komponen-komponen input sangatlah penting karena akurasi informasi untuk tercapainya output yang dikehendaki harus dioptimalkan.
Karakteristik Bahan Baku
Proses Pengolahan
Kebutuhan Masyaraka
t Mutu
Biodiesel
Distributo r Biodiesel
Harga Biodiesel
Industri Kecil Biodiesel
+
+
+
-
+
+
+
+
20
Gambar 8. Diagram input-output sistem penunjang keputusan mutu biodiesel berbasis web3.3
TATA LAKSANA
3.3.1
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang dapat berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Data primer merupakan data yang didapat dari hasil wawancara langsung dengan orang yang ahli di bidang mutu biodiesel. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka, data dari Surfactant and Bioenergy Research Center (SBRC), dan pihak-pihak yang terkait.
Model Penunjang
Keputusan Mutu
Biodiesel Berbasis
Web
Manajemen Pengendalian
Mutu Biodiesel
1. Badan Standarisasi Nasional (BSN) 2. Kondisi Sosial 3. Kebutuhan Bahan Bakar
Input
Lingkungan
1. Penentuan Proses Pengolahan 2. Penentuan Kebutuhan Bahan
Tambahan
3. Kesesuaian mutu Biodiesel yang dihasilkan dengan SNI
4. Saran Terhadap Faktor penyebab biodiesel tidak sesuai spesifikasi
Output
Dikehendaki
1. Jenis Bahan Baku yang digunakan
2. Nilai dari Setiap Parameter 3. Perbedaan Prosedur Uji 4. Pemasukan Jumlah Bahan Baku
Input
Tak Terkendali
1. Nilai Karakteristik Bahan Baku 2. Nilai Jumlah Bahan Baku untuk Skala
Industri Kecil
3. Nilai setiap Parameter Mutu
Input
Terkendali
1. Kegagalan Penentuan Proses 2. Kesalahan Perhitungan Untuk
Bahan Tambahan
3. Kegagalan Penentuan Standar Biodiesel
4. Tidak Sesuainya Informasi yang diberikan
21
3.3.2
Metode Pengumpulan Data
a. Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan bagian dari studi untuk melakukan pengumpulan dan analisa terhadap data sekunder dari pihak-pihak yang terkait seperti staf SBRC, majalah, buku-buku acuan, laporan-laporan hasil penelitian, jurnal, dan literatur lainnya mengenai biodiesel.
b. Observasi Lapang
Observasi dilakukan untuk mengidentifikasi serta mempelajari proses pengolahan dan cara pengujian biodiesel dari Surfactant and Bioenergy Research Center
(SBRC). c. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan orang yang ahli dibidang biodiesel yaitu
- Dr. Ir. Tatang H. Soerawidjaja (Staf Pengajar Program Studi Teknik Kimia ITB)
- Prof. Dr. Ir. Ani Suryani, DEA (Staf Pengajar Departemen TIN, FATETA-IPB)
- Sri Widarwati, S.TP, M.Si (staf SBRC (Surfactant Bioenergy Research Center))
Wawancara dilakukan dalam penentuan kriteria bahan baku untuk proses pengolahan dan alternatif proses untuk biodiesel yang tidak memenuhi standar.
3.3.3
Metode pengolahan data
Metode pengolahan data dilakukan setelah data terkumpul pada tahap pengumpulan data. Metode pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan metode decision tree dan
rule base.
a. Penentuan Proses Pengolahan
Analisis penentuan proses pengolahan sangat berkaitan erat dengan karakteristik bahan baku. Untuk menentukan proses pengolahan paling tepat maka setiap sifat-sifat bahan baku dibuat kemungkinan-kemungkinan dengan menggunakan
decision tree yaitu dengan mengurutkan karateristik bahan baku dari atribut yang memiliki pengaruh paling besar, setelah mendapatkan hasil dari decision tree
kemudian dibuat rule atau aturan agar dapat diimplementasikan ke dalam sistem. Saran proses yang akan muncul nantinya merupakan hasil dari nilai karakteristik yang dimasukkan oleh pengguna. Untuk decision tree dapat dilihat pada Gambar 9 dan rule untuk model ini secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 3. Berikut adalah beberapa contoh rule untuk model penentuan proses pengolahan :
- if (bilangan iod <= 115) and (kadar fosfor <= 10) and (ffa <= 2.5) and (k.a dan sedimen <= 0.05) and (viskositas <= 60) and (densitas <= 0.95) then proses satu tahap.
- if (bilangan iod <= 115) and (kadar fosfor <= 10) and (ffa > 2.5) and (k.a dan sedimen <= 0.05) and (viskositas <= 60) and (densitas <= 0.95) then proses dua tahap.
22
- if (bilangan iod <= 115) and (kadar fosfor > 10) and (ffa <= 2.5) and (k.a dan sedimen <= 0.05) and (viskositas <= 60) and (densitas <= 0.95) thendegumming proses satu tahap.
Densita s < 0.95 Densita s > 0.95 Densita s < 0.95 Densita s > 0.95 Viskosi tas < 60 Viskosi tas > 60 K.A dan Sedime n < 0.05
FFA <2.5 Kadar Fosfor < 10 Densita s < 0.95 Densita s > 0.95 Densita s < 0.95 Densita s > 0.95 Viskosi tas < 60 Viskosi tas > 60 K.A dan Sedime n > 0.05
Densita s < 0.95 Densita s > 0.95 Densita s < 0.95 Densita s > 0.95 Viskosi tas < 60 Viskosi tas > 60 K.A dan Sedime n < 0.05
FFA >2.5 Densita s < 0.95 Densita s > 0.95 Densita s < 0.95 Densita s > 0.95 Viskosi tas < 60 Viskosi tas > 60 K.A dan Sedime n > 0.05
Densita s < 0.95 Densita s > 0.95 Densita s < 0.95 Densita s > 0.95 Viskosi tas < 60 Viskosi tas > 60 K.A dan Sedime n < 0.05
FFA <2.5 Kadar Fosfor > 10 Densita s < 0.95 Densita s > 0.95 Densita s < 0.95 Densita s > 0.95 Viskosi tas < 60 Viskosi tas > 60 K.A dan Sedime n > 0.05
Densita s < 0.95 Densita s > 0.95 Densita s < 0.95 Densita s > 0.95 Viskosi tas < 60 Viskosi tas > 60 K.A dan Sedime n < 0.05
FFA >2.5 Densita s < 0.95 Densita s > 0.95 Densita s < 0.95 Densita s > 0.95 Viskosi tas < 60 Viskosi tas > 60 K.A dan Sedime n > 0.05 Bilang
an Iod < 115
Proses Satu Tahap
Proses Satu Tahap
Proses Satu Tahap
Proses Satu Tahap
Proses Satu Tahap Proses Satu Tahap
Proses Satu Tahap
Proses Satu Tahap
Proses Dua Tahap
Proses Dua Tahap
Proses Dua Tahap
Proses Dua Tahap
Proses Dua Tahap
Proses Dua Tahap
Proses Dua Tahap
Proses Dua Tahap
Degumming dengan Proses Satu Tahap
Degumming dengan Proses Satu Tahap
Degumming dengan Proses Satu Tahap
Degumming dengan Proses Satu Tahap
Degumming dengan Proses Satu Tahap
Degumming dengan Proses Satu Tahap
Degumming dengan Proses Satu Tahap
Degumming dengan Proses Satu Tahap
Degumming dengan Proses Dua Tahap
Degumming dengan Proses Dua Tahap
Degumming dengan Proses Dua Tahap
Degumming dengan Proses Dua Tahap
Degumming dengan Proses Dua Tahap
Degumming dengan Proses Dua Tahap
Degumming dengan Proses Dua Tahap
Degumming dengan Proses Dua Tahap
23
b. Perhitungan Bahan TambahanPerhitungan kebutuhan bahan tambahan dalam proses pengolahan biodiesel berkaitan dengan jumlah minyak yang dimiliki oleh user dan jenis proses pengolahan yang terpilih. Untuk mendapatkan nilai yang dibutuhkan digunakan perhitungan aritmatika. Selain perhitungan aritmatika dibutuhkan juga rule dalam menentukannya karena perhitungan untuk setiap proses pengolahan berbeda. Rule
untuk perhitungan bahan tambahan adalah sebagai berikut :
- if (proses satu tahap) then (methanol 10-20 % v/v) and (katalis basa 0.5-1%b/v).
- if (proses dua tahap) then (alkohol/methanol 225% dari ffa bahan baku) and (katalis asam 5% dari ffa bahan baku).
- if (degumming dengan proses bahan baku) then (asam fosfat 20% sebanyak 0.4% (v/v)) and (penambahan air 3% v/v) and (methanol 10-20 % v/v) and (katalis basa 0.5-1%b/v).
- if (degumming dengan proses dua tahap) then (asam fosfat 20% sebanyak 0.4% (v/v)) and (penambahan air 3% v/v) and (alkohol/methanol 225% dari ffa bahan baku) and (katalis asam 5% dari ffa bahan baku).
c. Penentuan Mutu Produk Biodiesel
Untuk menentukan mutu produk biodiesel apakah sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI), maka digunakan teknik rule base. Jika tidak sesuai dengan standar maka nilai yang dimasukkan oleh pengguna tersebut akan diberi alternatif
re-process. Rule untuk model ini selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3. berikut adalah contoh rule tersebut :
- if (massa jenis >890) and (massa jenis <= 850) then (tidak sesuai dengan standar)
- if (massa jenis <= 890) and (massa jenis > 850) then (sesuai dengan standar) - if (angka setana <= 51) then (tidak sesuai dengan standar)
- if (angka setana > 51) then (sesuai dengan standar)
- if (kadar ester alkil <= 96.5) then (tidak sesuai dengan standar) - if (kadar ester alkil > 96.5) then (sesuai dengan standar)
d. Analisis Penyebab Ketidaksesuaian Mutu dengan SNI pada Biodiesel
Analisis ini menggunakan rule base yaitu membuat aturan-aturan dari setiap parameter yang ada di dalam SNI kemudian memberikan penyebab terjadinya, alternatif yang dapat dilakukan, dan pengaruhnya terhadap mesin. Rule untuk model ini secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 3. Berikut adalah beberapa contoh rule untuk model ini :
- if (massa jenis >890) then (nilai densitas akan mempengaruhi nilai pembakaran (heating value) dan konsumsi bahan bakar) and (masih berbentuk minyak (tidak terkonversi dengan baik dalam biodiesel)) and (dilakukan re-transesterifikasi (re-process) dengan jumlah methanol dan katalis basa setengah dari jumlah awal).
24
3.3.4
Pengembangan Sistem
Setelah permasalahan dan informasi teridentifikasi dirancang kemudian dilanjutkan dengan tahap persiapan meliputi pengumpulan data melalui studi pustaka, observasi, dan diskusi serta tahap pengolahan dan analisis data. Sementara, tahap pengembangan dilakukan dengan mengembangkan sistem manajemen basis data dan sistem manajemen basis model yang dihubungkan dengan sistem pengolahan terpusat dan sistem manajemen basis dialog yang mempermudah komunikasi antara pengguna dan komputer.
a. Analisis Sistem
Tahapan analisis sistem, bertujuan untuk menetapkan berbagai dasar sistem dan keperluan serta menjadi landasan untuk merancang dan mengimplementasikan sistem. Pada tahap analisis sistem juga dilakukan penentuan ruang lingkup yang bertujuan untuk menentukan batasan-batasan, asumsi-asumsi dan ruang lingkup permasalahan yang akan diimplementasikan ke dalam sistem penunjang keputusan.
b. Desain Sistem
Tahap desain sistem bertujuan untuk merancang dan mendesain sistem sesuai dengan hasil analisis sistem. Tahap desain sistem didasarkan atas sistem yang dikaji meliputi tahap perancangan sistem basis model, sistem pengolahan data, sistem basis pengetahuan, sistem pengolah terpusat dan sistem dialognya.
c. Pengembangan dan Implementasi Sistem
Tahap selanjutnya adalah tahap pengembangan implementasi yang meliputi kegiatan tranformasi desain ke dalam sistem dan pembuatan perangkat lunak yang meliputi analisis program, perancangan program dan pengkodean program. Tahap implementasi sistem mencakup kegiatan pembuatan perangkat lunak dan apabila program telah selesai, maka selanjutnya dilakukan proses pelacakan kesalahan (debugging) dan pengujian program. Akhirnya, pada tahap ini akan diperoleh pemodelan Sistem Penunjang Keputusan Mutu Biodiesel Berbasis Web. Pengembangan sistem ini menggunakan XAMPP 2.5 (Apache 2007) dan pengembangan basis datanya menggunakan My SQL (Oracle 2010).
d. Verifikasi dan Validasi
25
VI.
PEMODELAN SISTEM
4.1
KONFIGURASI SISTEM
Sistem Penunjang Keputusan Mutu Biodiesel Berbasis Web dirancang sebagai alat bantu yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan standar mutu biodiesel yang diproduksi oleh industri kecil yang dapat diakses melalui web. Sistem Penunjang Keputusan Mutu Biodiesel ini dirancang menjadi suatu halaman situs yang diberi nama QBioDSS. Sistem Penunjang Keputusan ini terdiri dari empat model, yaitu :
1. Model Penentuan Proses Pengolahan Biodiesel
2. Model Perhitungan Kebutuhan Bahan Tambahan untuk Proses Pengolahan Biodiesel 3. Model Penentuan Mutu Produk Biodiesel
4. Model Analisis Penyebab Ketidaksesuaian Mutu dengan SNI pada Biodiesel
Konfigurasi model QBioDSS terdiri dari Sistem Manajemen Basis Data, Sistem Manajemen Basis Pengetahuan, Sistem Manajemen Basis Model yang dihubungkan dengan Sistem Pengolahan Terpusat. Kemudian dengan adanya Sistem Manajemen Dialog akan memudahkan komunikasi antara pengguna (user) dengan komputer yang bersifat interaktif melalui antar muka pengguna (user interface) yang bersifat user friendly.
Sistem Pengolahan Terpusat merupakan bagian sistem yang bertujuan mengorganisasikan dan mengendalikan seluruh komponen sistem, serta memungkinkan sistem berinteraksi secara dua arah dengan sistem lainnya. Sistem pengolahan terpusat QBioDSS divisualisasikan dalam bentuk menu utama yang terdiri dari Basis Data Statis, Basis Data Dinamis, Basis Pengetahuan dan Basis Model. Sistem Manajemen Dialog merupakan bagian dari sistem yang memungkinkan pengguna dengan mudah berinteraksi dengan sistem. Sistem Manajemen Dialog dalam Sistem Penunjang Keputusan Mutu Biodiesel Berbasis Web menyediakan fasilitas interaktif antara model dengan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Sistem Manajemen Basis Data merupakan bagian yang memberikan fasilitas pengolahan data, yaitu mengendalikan dan memanipulasi data yang tersimpan. Proses tersebut diantaranya input data, ubah data, dan hapus data. Sistem Manajemen Basis Model merupakan bagian yang memberikan fasilitas pengelolaan model untuk perhitungan dalam proses pengambilan keputusan. Sistem Manajemen Basis Pengetahuan merupakan bagian yang memberikan fasilitas pengetahuan baik dari pakar maupun pustaka. Konfigurasi SPK dalam sistem QBioDSS dapat dilihat pada Gambar 10.
26
Gambar 10. Konfigurasi Sistem Penunjang Keputusan Mutu Biodiesel4.2
KEBUTUHAN FUNGSIONAL (FUNCTIONAL REQUIREMENTS)
Sistem penunjang keputusan ini memiliki lima aspek dasar informasi yang selanjutnya akan menjadi output yang dihasilkan. Lima aspek penting dalam Sistem Penunjang Keputusan Mutu Biodiesel adalah penentuan proses pengolahan biodiesel, penentuan jumlah kebutuhan bahan tambahan, penentuan kesesuaian standar mutu biodiesel, saran terhadap ketidaksesuaian mutu dengan SNI, dan update (admin).
SISTEM MANAJEMEN DIALOG
SISTEM PENGOLAHAN TERPUSAT PENGGUNA
FASILITAS PENJELASAN
MEKANISME INFERENSI
SISTEM MANAJEMEN BASIS PENGETAHUAN
(SISTEM AHLI)
ANALISA KARAKTERISTIK MUTU BAHAN BAKU
BIODIESEL
ANALISA FAKTOR PENYEBAB TIDAK SESUAI SPESIFIKASI
SISTEM MANAJEMEN BASIS DATA
DATA PROFIL BIODIESEL
DATA PROFIL BAHAN BAKU
DATA PROSES PRODUKSI BIODIESEL
DATA MUTU BIODIESEL DAN MINYAK BAKAR LAIN DATA PERALATAN PRODUKSI
BIODIESEL DATA PROSEDUR ANALISIS
MUTU DATA FAKTOR PENYEBAB TIDAK LOLOS SPESIFIKASI
SISTEM MANAJEMEN BASIS MODEL
SUB MODEL PENENTUAN PROSES PENGOLAHAN BIODIESEL
SUB MODEL PERHITUNGAN BAHAN TAMBAHAN DALAM PROSES
PENGOLAHAN SUB MODEL ANALISIS PENYEBAB KETIDAK SESUAIAN MUTU DENGAN
SNI PADA BIODIESEL SUB MODEL PENENTUAN MUTU
27
Penentuan proses pengolahan biodiesel merupakan hasil pohon keputusan berdasarkan data karakteristik bahan baku yang dimiliki. Alternatif proses yang disediakan terdiri dari empat proses yaitu proses satu tahap, proses dua tahap, proses degumming dengan satu tahap, prosesdegumming dengan dua tahap. Penentuan jumlah kebutuhan bahan tambahan merupakan hasil perhitungan kebutuhan bahan tambahan pada proses pengolahan terpilih sesuai dengan jumlah bahan baku yang dimiliki. Penentuan kesesuaian standar merupakan hasil dari nilai-nilai parameter standar mutu biodiesel yang dimasukkan oleh pengguna yang berupa informasi apakah biodiesel yang diolah sesuai dengan SNI atau tidak. Jika tidak sesuai dengan mutu maka akan ada saran terhadap produk biodiesel tersebut untuk di re-process atau diberi tambahan aditif. Update
merupakan suatu fungsi yang hanya bisa diakses oleh admin. Pada fungsi ini, admin mengakses dengan cara memasukkan password yang telah dibuat sebelumnya. Pada fungsi update perubahan pada basis data dapat dilakukan. Pada fungsi ini dapat dilakukan penambahan, delete, dan edit baik pada field basis data maupun pada basis data tersebut.
Dalam pembuatan sistem penunjang keputusan mutu biodiesel, dibutuhkan analisis kebutuhan fungsional yang terdiri atas lima perangkat yaitu hardware, software, brainware, netware, dan organoware. Perangkat yang pertama yaitu hardware, dalam hardware untuk menentukan sistem penunjang keputusan digunakan komputer (dengan jenis apapun selama mendukung pengoperasian software) dengan spesifikasi minimum Pentium III dan RAM 128 MB (untuk user dan admin), Hard Disk 80 GB, printer multifungsi yang dapat digunakan untuk scan, print, dan fotocopy, keyboard dan mouse standar. User memiliki kepentingan untuk mendapatkan
output yang diinginkan dengan memasukkan data yang diminta sistem dan diketahui oleh user. Kebutuhan untuk brainware digunakan user dan admin, masing-masing memiliki keperluan dan fungsi yang berbeda terhadap sistem ini. Pada brainware ini data akan dimasukkan ke dalam program yaitu software PHP yang kemudian akan diolah oleh programmer. Untuk organoware
yang dibutuhkan di dalamnya yaitu pohon keputusan (decision tree). Perangkat selanjutnya yaitu
Netware. Dalam Netware yang dibutuhkan di dalamnya yaitu wireless dan Local Area Network
(LAN)
Perangkat selanjutnya adalah software. Software- software yang digunakan untuk sistem ini terdiri dari freeware dan open source (PHP (XAMPP), notepad ++, web browser seperti Mozilla firefox, internet explorer, dan google chrome). Selain itu, digunakan juga licence software seperti Sybase power designer, Microsoft visio, Windows 7dan Microsoft Office.
Microsoft visio digunakan untuk memasukkan data yang akan digunakan untuk membuat DFD, pohon keputusan, ER-Diagram (CDM) dan PDM. Windows 7 merupakan sistem operasi yang umum digunakan sebagai wadah untuk software yang digunakan. XAMPP merupakan software
yang digunakan untuk membuat program dengan memasukkan input data dalam sistem penunjang mutu biodiesel. Microsoft Office digunakan untuk menyimpan sumber data dan data yang sudah diproses. Analisis kebutuhan fungsional dapat dilihat pada Tabel 4.
Pada Sistem Penunjang Keputusan Mutu Biodiesel digunakan metode decision tree
28
Tabel 6. Analisis Kebutuhan FungsionalHardware Software Brainware Organoware Netware
komputer (dengan jenis apapun selama mendukung pengoperasian software)
Sybase Manager Spaces
Decision tree Wireless
Minimum 128 MB Windows 7 Entry Data DFD Local Area
Network (LAN)
HD 80 GB XAMPP
(PHP)
Programmer ER-Diagram (CDM) Printer multifungsi untuk
scan, print, dan fotokopi
Microsoft Office
Rule Base Keyboard dan mouse
standar
PDM
4.3
KEBUTUHAN PROSES (PROCESS REQUIREMENT)
Pemodelan QBioDSS dilakukan dengan pendekatan berarah fungsi yang terdiri atas pembuatan diagram aliran data atau data flow diagram (DFD). DFD memperlihatkan hubungan fungsional dari nilai yang dihitung oleh sistem termasuk nilai input, nilai output, serta tempat penyimpanan internal. Diagram aliran data adalah gambaran grafis yang memperlihatkan aliran data dari sumbernya dalam objek kemudian melewati suatu proses yang mentransformasinya ke tujuan lain. Diagram aliran data terdiri atas empat unsur, yaitu proses, aliran data, entitas, dan
data store (Nugroho 2002). Proses adalah sesuatu yang melakukan transformasi terhadap data. Setiap proses harus memiliki sedikitnya satu masukkan (input) dan satu keluaran (output) aliran data. Sebuah aliran data juga digunakan untuk menunjukan pembuatan, pembacaan, penghapusan, serta pemutakhiran data pada sebuah berkas atau basis data (Whitten 2004). Aliran data berguna untuk menghubungkan keluaran dari suatu objek atau proses yang terjadi pada suatu masukkan. Entitas adalah objek aktif yang mengendalikan aliran data dengan memproduksi atau mengkonsumsi data. Data store adalah objek pasif dalam diagram aliran data yang menyimpan data untuk penggunaan lebih lanjut. DFD dapat dibuat dalam program aplikasi (software) salah satunya dengan Microsoft Visio.
29
User Admin
Data Update
Ubah Password Sistem Penunjang
Keputusan Mutu Biodiesel (QBioDSS) Nilai Karakteristik Bahan Baku
Proses Pengoalahan Sesuai Karakteristik Bahan Baku Nilai Parameter Mutu Biodiesel
Penentuan Mutu produk Biodiesel Jumlah Bahan Baku
Kebutuhan Proses
Saran terhadap Ketidaksesuaian Bahan dan Produk
Gambar 11. Diagram alir data level 0
Pengguna Penentuan Proses Pengolahan Input Nilai Lihat alternatif
db nilai karakteristik bahan baku dan proses pengolahan Ambil data Ubah informasi proses pengolahan Administrator Isi data Ubah informasi Pengguna Perhitungan Bahan Tambahan Input Nilai Hasil operasi aritmatika
db nilai bahan tambahan Operasi aritmatika Ubah informasi bahan tambahan pada proses Isi data Ubah informasi Pengguna Penentuan Mutu Produk Biodiesel Input Nilai
db alternatif proses dan standar mutu minyak bakar
lain Ambil data Ubah informasi Isi data Ubah informasi
db SNI biodiesel
Isi data Ambil data Ambil data Sesuai standar atau alternatif standar mutu mimyak lain /
[image:30.595.100.516.102.762.2]re-process Ubah Password db admin Ubah password Isi password
30
4.4
ENTITY RELATIONSHIP DIAGRAM (ERD)
Model Entity Relationship adalah suatu penyajian data dengan menggunakan Entity Relationship. Ada dua model data, yaitu : Entity Relationship Diagram (ERD) dan model relasional. Keduanya menyediakan cara untuk mendeskripsikan perancangan basis data pada peringkat logika. ER-Diagram untuk sistem penunjang keputusan mutu biodiesel dapat dilihat pada Gambar 13.
• Model ERD atau Conceptual Data Model (CDM) : model yang dibuat berdasarkan anggapan bahwa dunia nyata terdiri dari koleksi obyek-obyek dasar yang dinamakan entitas (entity) serta hubungan (relationship) antara entitas-entitas itu.
• Model Relasional atau Physical Data Model (PDM) : model yang menggunakan sejumlah tabel untuk menggambarkan data serta hubungan antara data-data tersebut. Setiap tabel mempunyai sejumlah kolom di mana setiap kolom memiliki nama yang unik.
Entity adalah obyek yang dapat dibedakan dalam dunia nyata. Sedangkan entity set
adalah kumpulan dari entity yang sejenis yang dapat berupa obyek secara fisik (contoh : rumah, kendaraan, dan peralatan) dan obyek secara konsep (contoh: pekerjaan, perusahaan, dan rencana). ERD untuk memodelkan struktur data dan hubungan antar data, untuk menggambarkannya digunakan beberapa notasi dan simbol. Pada dasarnya ada tiga simbol yang digunakan, yaitu :
• Entitas
Entitas merupakan objek yang mewakili sesuatu yang nyata dan dapat dibedakan dari sesuatu yang lain. Simbol dari entitasini biasanya digambarkan dengan persegi panjang.
• Atribut
Setiap entitas pasti mempunyai elemen yang disebut atribut yang berfungsi untuk mendeskripsikan karakteristik dari entitas tersebut. Isi dari atribut mempunyai sesuatu yang dapat mengidentifikasi isi elemen satu dengan yang lain. Gambar atributdiwakili oleh simbol elips.
• Hubungan / Relasi
Relationship merupakan hubungan yang terjadi antar satu entitas atau lebih yang dinotasikan dengan diamond. Hubungan antara sejumlah entitas yang berasal dari himpunan entitas yang berbeda. Relasi yang terjadi diantara dua himpunan entitas (misalnya A dan B) dalam satu basis data yaitu :
- Satu ke satu (One to one)
Hubungan relasi satu ke satu yaitu setiap entitas pada himpunan entitas A berhubungan paling banyak dengan satu entitas pada himpunan entitas B. - Satu ke banyak (One to many)
Setiap entitas pada himpunan entitas A dapat berhubungan dengan banyak entitas pada himpunan entitas B, tetapi setiap entitas pada entitas B dapat berhubungan dengan satu entitas pada himpunan entitas A.
- Banyak ke banyak (Many to many)
31
Gambar 13. ER-Diagram (CDM) untuk Sistem Penunjang Keputusan Mutu Biodiesel Keterangan :: tabel entitas dengan atributnya
:setiap satu objek A berelasi dengan banyak objek
: setiap banyak objek A berelasi dengan banyak objek B
4.5
PHYSICAL DATA MODEL ( PDM)
Physical data model merupakan konsumsi computer specialist yang mencakup detil penyimpanan data di komputer. Pada konsep ini data direpresentasikan dalam bentuk record format, record ordering dan acces path. Dimana acces path adalah suatu struktur pencarian sehingga pencarian record dalam basis data diharapakan bisa efisien. Model Relasional atau
Physical Data Model (PDM) adalah model yang menggunakan sejumlah tabel untuk
menggambarkan data serta hubungan antara data-data tersebut. Setiap tabel mempunyai sejumlah kolom di mana setiap kolom memiliki nama yang unik.
Pada Physical Data Model (PDM) Sistem Penunjang Keputusan Mutu Biodiesel ini, terlihat alur hubungan antara entitas–entitas yang ada. Hubungan-hubungan tersebut dapat menunjukkan model penentuan keputusan proses untuk mutu biodiesel. PDM untuk sistem ini dapat dilihat pada Gambar 14.
A
B
32
Gambar 14. PDM untuk Sistem Penunjang Keputusan Mutu Biodiesel4.6
GLOBAL DESIGN
4.6.1
Crud Tabel
CRUD merupakan singkatan dari create, read, update, dan delete. CRUD didapat dari data input DFD level ke-1 pada Sistem Penunjang Keputusan Mutu Biodiesel ini. Pengisian tabel CRUD disesuaikan dengan kenyataan dan kebutuhan dalam tujuan yang akan dicapai yaitu membentuk sistem penunjang keputusan mutu biodiesel. Kolom tabel diceklist apabila input tersebut dapat dibuat, dibaca, diperbaharui, atau dihapus. CRUD dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. CRUD untuk SPK mutu biodiesel
No. Item Data C
(create)
R (read)
U (update)
D (delete)
1 Karakteristik Bahan Baku √ √ √ √
2 Jenis Bahan Baku N/A √ √ √
3 Penentuan Proses √ √ √ √
4 Jenis Proses N/A √ √ √
5 Standar Nasional Indonesia N/A √ N/A N/A
6 Standar Mutu Negara Lain N/A √ N/A N/A
7 Analisis Mutu Biodiesel √ √ √ √
8 Prosedur Analisis Mutu N/A √ √ √
33
4.6.2
Normalisasi Data
Normalisasi adalah suatu teknik untuk meng-organisasi data ke dalam tabel-tabel untuk memenuhi