SKRIPSI
Oleh :
SITI AMINAH
NIM. D07212061
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
ABSTRAK
Siti Aminah. 2016. Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas III Ibnu Mas’ud MI
Nurul Yaqin Surabaya Melalui Model Kooperatif tipe Send A Problem.
Kata Kunci : Keterampilan Membaca Pemahaman, Model Kooperatif tipe
Send A Problem, Bahasa Indonesia
Penelitian ini dilatar belakangi oleh keterampilan membaca pemahaman siswa yang rendah pada pelajaran bahasa Indonesia. Keterampilan membaca pemahaman yang rendah memberikan dampak sulitnya mencapai tujuan pembelajaran bagi pelaku pendidikan. Hal ini dikarenakan siswa kurang memahami kosakata menjadi kalimat bermakna, selain itu siswa mengalami kesulitan membuat petanyaan dengan memandu bacaan. Untuk meningkatkan hasil keterampilan membaca siswa, diambil tindakan pembelajaran melalui model
Kooperatif tipe Send A Problem yang dilakukan dalam 2 siklus.
Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah: (1) Bagaimana tingkat keterampilan membaca pemahaman sebelum diterapkan model Kooperatif tipe
Send A problem pada siswa kelas III Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin?. 2) bagaimana
penerapan model Kooperatif tipe Send A Problem dalam rangka meningkatkan keterampilan membaca pemahaman mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas III Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin Surabaya?. 3) Bagaimana peningkatan keterampilan membaca pemahaman mata pelajaran bahasa Indonesia melalui model Kooperatif tipe Send A Problem pada siswa kelas III Ibnu Mas’ud Kelas III
MI Nurul Yaqin Surabaya?
Penelitian merupakan ini dilakukan dengan Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model Kurt Lewwin yang dalam satu siklus terdiri dari empat komponen, meliputi: Perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Tekni pengumpulan data yang digunakan yakni: Wawancara, observasi, dan penilaian non tes.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
MOTTO ... iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iv
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI ... v
NOTA PEMBIMBING ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
ABSTRAK ... ix
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
DAFTAR TABEL ... xviii
DAFTAR GAMBAR ... xix
DAFTAR RUMUS ... xx
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tindakan yang Dipilih ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Lingkup Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Keterampilan Membaca ... 10
1. Pengertian Membaca ... 11
2. Tujuan Membaca ... 12
3. Aspek-Aspek Membaca ... 13
4. Tahap-Tahap Membaca ... 14
5. Ragam Membaca ... 16
B. Keterampilan Membaca Pemahaman ... 19
1. Pengertian Membaca Pemahaman ... 19
2. Proses Membaca Pemahaman ... 20
3. Tingkatan Dalam Membaca Pemahaman ... 21
4. Aspek-Aspek Membaca Pemahaman ... 22
5. Penilaian Membaca Pemahaman ... 22
6. Indikator Dalam Peningkatan Membaca Pemahaman ... 23
C. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia... 25
1. Pengertian Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ... 25
2. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ... 26
D. Materi Mengajukan dan Menjawab Pertanyaan ... 28
1. Pengertian Kalimat Tanya ... 28
2. Macam-Macam Kalimat Tanya... 29
E. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Send A problem ... 30
2. Kekurangan dan kelebihan Model Kooperatif tipe Send A Problem
……. ... 32
BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Tindakan Kelas ... 34
B. Setting dan Subjek Penelitian ... 37
C. Variabel yang Diteliti ... 38
D. Rencana Tindakan ... 38
E. Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 44
F. Indikator Kinerja ... 51
G. Tim Peneliti dan Tugasnya ... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Madrasah ... 53
B. Hasil Penelitian ... 54
1. Hasil Pra Siklus ... 55
2. Hasil Siklus I ... 57
3. Hasil Siklus II ... 63
C. Pembahasan ... 69
BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 74
B. Saran ... 76
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...
RIWAYAT HIDUP ...
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa adalah alat komunikasi untuk mengekpresikan perasaan dan
pikiran. Pembelajaran bahasa Indonesia di SD/MI meliputi empat
keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak, keterampilan
berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keempat aspek
keterampilan atau kemampuan berbahasa tersebut saling berkaitan.
Pengajaran bahasa Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting
dalam kurikulum sekolah. Hal itu disebabkan karena bahasa Indonesia
memiliki peran penting yang menjadi media utama dalam penyampaian di
berbagai bidang pelajaran yang lainnya. Bahasa Indonesia selain sebagai
bahasa resmi nasional yang diakui secara internasional menjadi bahasa
Indonesia sebagai bahasa pengantar umum dalam proses pembelajaran
sekolah.1
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya
masyarakat yang gemar membaca. Proses belajar yang efektif antara lain
dilakukan melalui membaca. Masyarakat yang gemar membaca memperoleh
pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan
kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada
masa-masamendatang.
1
Pengertian dari membaca sendiri adalah proses pengelolahan bacaan
secara kritis, kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang
bersifat menyeluruh tentang bacaan itu dan penilaian terhadap keadaan, nilai,
fungsi dan dampak bacaan itu. Ada dua aspek keterampilan membaca yaitu
keterampilan yang bersifat mekanis dan bersifat pemahaman. Keterampilan
mekanis meliputi: pengenalan bentuk huruf, pengenalan unsur-unsur linguistik
dan pengenalan hubungan pola ejaan dan bunyi. Keterampilan yang bersifat
pemahaman meliputi: memahami pengertian sederhana, memahami makna,
penilaian dan kecepatan membaca yang fleksibel.2
Membaca pemahaman merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam
rangka memperoleh ilmu pengetahuan, informasi, serta memperoleh hiburan.
Kegiatan membaca adalah suatu proses interaksi antara pembaca dengan penulis
melalui karyanya sehingga, kemampuan memahami teks atau buku merupakan
kemampuan mutlak. Banyak informasi direkam dan dikomunikasikan melalui
media tulis. Oleh karena itu, membaca memahami merupakan bekal dan kunci
keberhasilan peserta didik dalam menjalani proses pendididikan. Sebagian besar
pemerolehan ilmu dilakukan peserta didik melalui aktifitas membaca. Ilmu yang
dipelajari peserta didik tidak hanya didapat dari proses belajar mengajar di
sekolah, tetapi juga melalui kegiatan membaca dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu, kemampuan membaca dan kemampuan memahami bacaan menjadi
bagian penting dalam penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
2
Membaca merupakan proses berfikir, untuk dapat memahami bacaan,
pembaca terlebih dahulu harus memahami kata-kata dan kalimat yang
dihadapinya. Kemudian pembaca membuat simpulan yang terdapat dalam
bacaan. Untuk itu pembaca harus mampu berfikir secara sistematis, logis dan
kreatif. Sehingga pembaca dapat menilai bacaan. Kegiatan menuntut
kemampuan berfikir kritis3.
Peningkatan kemampuan berfikir memalui membaca seharusnya
dimulai sejak dini. Guru dapat membimbing siswanya dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan siswa bisa meningkatakan
kemampuan berfikirnya yang dapat merangsang siswa berfikir seperti
pertanyaan mengapa dan bagaimana. Aspek afektif merupakan proses
membaca yang berkenaan dengan kegiatan memusatkan perhatian,
membangkitkan kegemaran membaca. Guru memegang peran penting dalam
membimbing para siswa agar mampu menguasai kegiatan-kegiatan dalam
membaca. Guru bisa melatih siswa terbiasa memusatkan perhatiannya dengan
memberikan bacaan yang memnjadi minat mereka. Tanpa perhatian yang
penuh ketika membaca, siswa sulit mendapatakan sesuatu dari
bacaan.motivasi dan kesenangan membaca sangat membantu siswa untuk
memusatkan perhatian pada bacaan.
Membaca hendaknya memiliki tujuan, karena seseorang yang
membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan
dengan orang yang tidak memiliki tujuan. Tujuan yang diharapkan dari
3
kegiatan membaca pemahaman adalah agar siswa mampu mengungkapkan ide
atau gagasan, pendapat dan pengetahuan secara tertulis serta dapat dijadikan
suatu hobi yang positif. Serta siswa diharapkan dapat meningkatkan
keterampilan membaca pemahaman yang lebih baik lagi. Dalam kaitannya,
Salah satu faktor yang mempengaruhi pemahaman membaca siswa yakni
perkembangan kosakata dan pembelajaran, membuat pertanyaan untuk
memadukan membaca.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa
Indonesia menunjukkan bahwa kemampuan membaca pemahaman siswa masih
rendah dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain yakni
berbicara, menulis maupun menyimak. Terutama rendahnya keterampilan
membaca pemahaman pada materi mengajukan dan menjawab pertanyaan yang
terjadi di kelas III Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin Surabaya. Hal ini disebabkan
karena kurang memahami kosakata menjadi kalimat bermakna, masih kesulitan
membuat pertanyaan dengan memandu bacaan. Selain itu, faktor pada diri
siswa yakni kurang percaya diri, siswa kurang aktif dalam pembelajaran serta
siswa mudah bosan terhadap buku yang mereka baca.4
Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian siswa kelas III Ibnu
Mas’ud MI Nurul Yaqin. Bahwa dari jumlah 32 siswa kelas III, 27 siswa
nilainya masih di bawah KKM, sedangkan hanya 5 siswa yang nilainya
memenuhi KKM dengan criteria ketuntasan minimal yaitu 75 pada mata
pelajaran bahasa Indonesia.
4
Siti Syukrillah, Guru bahasa Indonesia kelasIII Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin Surabaya,
Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti, masalah mendasar yang
membuat hasil pembelajaran bahasa Indonesia rendah karena pendekatan yang
digunakan guru dalam pembelajaran yakni pendekatan konvesional. Kurang
variasi dalam pembelajaran membuat siswa kurang aktif dalam proses
pembelajaran.
Sebagai upaya, untuk menunjang ketercapainya keterampilan membaca
pemahaman yang lebih baik lagi, maka peran guru sangat diperlukan dalam
proses pembelajaran. Ada beberapa strategi maupun model pembelajaran
membaca, yang dapat diterapkan. Peneliti memilih menggunakan model
KooperatiftipeSend A Problem.Hal ini dikarenakan sendorong siswa menjadi
lebih aktif dan pemahaman siswa terhadap suatu bacaan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang membangkitkan rasa ingin tahu serta memotivasi
siswa terhadap suatu bacaan. Model Kooperatif tipe Send A Problem
membantu peserta didik berfikir krisis dan bertindak kreatif.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
adakah peningkatan penerapan model Kooperatif tipe Send A Problem
terhadap keterampilan membaca pemahaman siswa kelas III Ibnu Mas’ud.
Dengan demikian penelitian ini berjudul “Peningkatan Keterampilan
Membaca Pemahaman pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas III
Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin Surabaya Melalui Model Kooperatif tipe
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat keterampilan membaca pemahaman sebelum
diterapkan model Kooperatif tipe Send A Problem pada siswa kelas III
Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin Surabaya?
2. Bagaimana penerapan model Kooperatif tipe Send A Problem dalam
rangka meningkatkan keterampilan membaca pemahaman mata pelajaran
bahasa Indonesia siswa kelas IIIIbnu Mas’udMI Nurul Yaqin Surabaya?
3. Bagaimana peningkatan keterampilan membaca pemahaman mata
pelajaran bahasa Indonesia melalui modelKooperatiftipeSend A Problem
pada siswa kelas IIIIbnu Mas’udMI Nurul Yaqin Surabaya?
C. Tindakan yang Dpilih
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan,
tindakan yang dipilih untuk pemecahan masalah yang dihadapi dalam
peningkatan keterampilan membaca pemahaman kelas III Ibnu Mas’ud MI
Nurul Yaqin Surabaya di atas adalah dengan menggunakan model
pembelajaranKooperatiftipeSend A Problem.
Melalui model Kooperatiftipe Send A Problem, memberi kesempatan
kepada siswa untuk melatih keaktifan dan sikap percaya diri siswa dalam
mengajukan dan menjawab pertanyaan. Disamping itu, melatih siswa untuk
memahami kata-kata dalam mengembangkan kosa kata menjadi kalimat tanya
keterampilan membaca pemahaman siswa dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia dapat meningkat
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui tingkat keterampilan membaca pemahaman sebelum
diterapkan model Kooperatif tipe Send A Problem pada siswa kelas III
Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin Surabaya
2. Mengetahui penerapan model Kooperatif tipe Send A Problem dalam
rangka meningkatkan keterampilan membaca pemahaman mata pelajaran
bahasa Indonesia siswa kelas IIIIbnu Mas’udMI Nurul Yaqin Surabaya
3. Mengetahui peningkatan keterampilan membaca pemahaman mata
pelajaran bahasa Indonesia melalui modelKooperatiftipeSend A Problem
pada siswa kelas IIIIbnu Mas’ud MI Nurul Yaqin.
E. Lingkup Penelitian
Agar pembahasan ini lebih terarah dan tidak menimbulkan meluasnya
pembahasan, maka perlu dibatasi masalah-masalah yang dibahas. Adapun
ruang lingkup pembahasannya sebagai berikut:
1. Ruang lingkup kajian dari segi bidang studi hanya difokuskan pada mata
pelajaran bahasa Indonesia kelas III Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin
Surabaya semester genap tahun ajaran 2015-2016, dengan Kompetensi
Standar Kompetensi Kompetensi dasar
7. Memahami teks dengan
membaca intensif (150-200 kata)
dan membaca puisi
7.1 Menjawab dan atau mengajukan
pertanyaan tentang isi teks ajak
panjang (150-200 kata) yang
dibaca secara intensif.
2. Subyek penelitian ini hanya terbatas pada siswa kelas III Ibnu Mas’ud
semester genap tahun ajaran 2015-2016 di MI Nurul Yaqin Surabaya.
3. Materi mengajukan dan menjawab pertanyaan dengan memahami teks
bacaan cerita rakyat.
4. Menggunakan model pembelajaran Kooperatiftipe Send A Problemuntuk
meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas III Ibnu
Mas’ud MI Nurul Yaqin Surabaya.
F. Manfaat Penelitan
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat bagi siswa:
Siswa dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman
dengan baik, serta siswa menjadi termotivasi dalam mengikuti proses
belajardan dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran melalui model
KooperatiftipeSend A Problem.
Guru mendapatkan pengalaman dan keterampilan dalam
mengembangkat perangkat pembelajaran dengan beberapa pendekatan.
Salah satunya dengan model Kooperatif tipe Send A Problem untuk
meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa.
3. Manfaat bagi sekolah:
Sebagai bahan rujukan bagi sekolah untuk mengadakan bimbingan
dan pelatihan bagi guru-guru agar menggunakan model Kooperatif tipe
Send A Problem.untuk diterapkan pada mata pelajaran lain.
4. Manfaat bagi masyarakat:
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap kualitas satuan pendidikan.
5. Manfaat bagi peneliti:
Peneliti memperoleh tambahan ilmu dan pengalaman baru dari
BAB II
KAJIAN TEORI
A.Keterampilan Membaca
Menurut kamus besar Indonesia, keterampilan berasal dari kata terampil
yang artinya cakap dalam menyelesaikan tugas; mampu dan cetakan.
Keterampilan sendiri diartikan sebagai suatu kecakapan untuk menyelesaikan
tugas.1
Keterampilan ialah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf
dan otot-otot (neuromunscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olahraga, dan sebagainya. Meskipun sifatnya motorik,
keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang
tinggi. Dengan demikian, siswa yang melakukan gerakan motorik dengan
kesadaran yang rendah dapat dianggap kurang atau tidak terampil.2
Menurut Reber dalam Muhibbin, keterampilan adalah kemampuan
menentukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus
dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Keterampilan bukan
hanya meliputi gerakan motorik melainkan juga pengejewantahan fungsi-fungsi
mental yang bersifat kognitif. Konotasinya pun luas sehingga sampai pada
mempengaruhi dan mendayagunakan orang lain secara tepat juga dianggap
sebagai seorang yang terampil.3 Jadi dapat disimpulkan bahwa keterampilan
1
Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), 1688 2
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008), 119
3
adalah kecakapan dalam menyelesaikan tugas yang tersusun secara teratur yang
dapat mengubah kemampuan peserta didik ke tingkatan yang lebih tinggi untuk
mencapai hasil tertentu.
1. Pengertian Membaca
Menurut Tarigan membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak
disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.
Membaca adalah suatu usaha untuk menelusuri makna yang ada dalam
tulisan.4
Dalman mengemukakan bahwa membaca adalah proses perubahan
bentuk lambang/tanda/tulisan menjadi wujud bunyi yang bermakna. Kegiatan
membaca ini sangat ditentukan oleh kegiatan fisik dan mental yang menuntut
seseorang untuk menginterprestasikan simbol-simbol tulisan dengan aktif dan
kritis agar pembaca menemukan makna tulisan dan memperoleh informasi.
Rahim mengemukakan bahwa keterampilan membaca pada
hakikatnya adalah suatu yang rumit melibatkan banyak hal, tidak hanya
sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berfikir,
membaca mencangkup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal,
interprestasi, membaca krisis, dan pemahaman kreatif. 5
Dari pertanyaan tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca adalah
proses berfikir yang termasuk di dalamnya memahami, menuliskan kembali,
4
Tarigan, Membaca sebagai suatu Keterampilan…, 11. 5
memceritakan menafsirkan arti dari lambang-lambang tertulis dengan
melibatkan penglihatan, gerak mata, pembicaraan batin dan ingatan.
Membaca tergantung pada kondisi fisik dan mental pembaca, agar dapat
memaknai tulisan dan memperoleh informasi secara optimal.
2. Tujuan Membaca
Tarigan mengemukakan bahwa tujuan membaca adalah memperoleh
perincian-perincian atau fakta-fakta, memperoleh ide-ide utama, mengetahui
urutan atau susunan organisasi cerita, membaca untuk menyimpulkan,
mengelompokkan atau mengklasifikasi, menilai dan mengevaluasi , serta
memperbandingkan atau mempertentangkan. Dari uraian tersebut peneliti
menyimpulkan bahwa tujuan membaca yang paling utama adalah
memperoleh informasi. Setalah informasi diperoleh pembaca akan melakukan
tindak lanjut yang dapat berupa kegiatan menyimpulkan, menilai,
membandingkan, membuat pertanyaan atau menjawab pertanyaan dari isi
bacaan tersebut6
Menurut Dalman, terdapat banyak tujuan membaca. Dalam hal ini,
tujuan tersebut bergantung pada kepentingan dan bahan bacaan yang dihadapi
setiap orang. Pada dasarnya, tujuan seseorang membaca itu tidak lain untuk
mendapatkan informasi yang dibutuhkannya dan untuk dan untuk kesenangan
semata.tujuan membaca yang jelas akan dapat meningkatkan pemahaman
seseorang terhadap bacaan. Tujuan membaca erat hubungannya dengan
keterampilan membaca seseorang. Oleh sebab itu, seorang pembaca yang
6
mempunyai tujuan yang jelas akan mudah memahami isi bacaan, karena ia
akan berfokus terhadap tujuan yang ingin dicapai.7
3. Aspek-Aspek Membaca
Menurut Tarigan secara garis besar terdapat dua aspek penting dalam
membaca, yaitu:
a. Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (lower order) aspek ini mencangkup:
1) Pengenalan bentuk huruf;
2) Pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata frase, pola klausa, kalimat dan lain-lain);
3) Pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi
(kemampuan menyuarakanbahan tertulis atau “to bark at
print”) ;
4) Kecepatan membaca ke taraf lambat.
b. Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order). Aspek ini mencangkup:
1) Memahami pengertian sederhana (leksikal, grametikal,
retorikal);
7
2) Memahami signifikan atau makna (maksud dan tujuan
pengarang, relevansi/keadaan kebudayaan, dan reaksi
pembaca);
3) Evaluasi atau penilaian (isi,bentuk);
4) Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan
dengan keadaan.8
4. Tahap-Tahap Membaca
Dalam kegiatan membaca terdapat tiga tahap yakni tahap prabaca,
saat baca, pasca baca. Tahapannya adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan prabaca
Guru yang efektif harus mampu mengarahkan siswa kepada
topik pelajaran yang akan dipelajari siswa. Menurut Burns
menyatakan, kegiatan prabaca adalah kegiatan pengajaran yang
dilaksanakan sebelum siswa melakukan kegiatan membaca. Untuk
menjadi pembaca yang sukses, siswa harus memiliki
konsep-konsep tentang tujuan bahan cetakan dan tentang hubungan bahasa
bicara dan bahasa tulis. Siswa juga membutuhkan kosakata dan
pola kalimat yang umumnya tidak ditemukan dalam bahasa lisan
dan dengan gaya menulis yang berbeda. Gruber mengemukakan
beberapa teknik yang bisa dilakukan guru untuk mengaktifkan
skema siswa melalui kegiatan prabaca. Kegiatan yang dimaksud
ialah membuat prediksi seperti yang dikemukakan berikut ini:
8
1) Guru membaca judul bacaan dengan nyaring kemudian
memperkenalkan para pelaku dengan menceritakan
nama-nama mereka dan beberapa pelaku, para tokoh, akhirnya guru
menyuruh siswa memprediksi kelanjutan cerita
2) Kegiatan memprediksi untuk menceritakan minat siswa pada
bacaan dengan menggunakan teknik prediksi kegiatan prabaca
yang dilakukan ialah membaca nyaring beberapa halaman dari
sebuah buku. Kegiatan ini, membangkitkan rasa ingin tahu dan
minat kepada buku tersebut.
3) Kegiatan lain yang mencangkup dalam kegiatan prabaca ialah
menggunakan berbagai stimulus untuk mempertahankan
perhatian siswa pada pelajaran. Pada kegiatan ini guru harus
berusaha menggunakan berbagai cara dengan menggunakan
media suara yang bervariasi dan gerak-gerak.
b. Kegiatan saat baca
Setelah kegiatan membaca, kegiatan berikutnya ialah
kegiatan saat baca (during reading). Rubin menjelaskan bahwa secara literal (harfiah), metakognisi ialah kegiatan berfikir kritis,
yang merujuk pada pengetahuan siswa tentang proses kognitif
mereka sendiri. Apabila diaplikasikan pada membaca, pembaca
merupakan pembelajaran yang aktif dan konsumen informasi.
Kegiatan pascabaca digunakan untuk membantu siswa memadukan
informasi baru yang dibacanya ke dalam schemata yang telah
dimilikinya sehingga diperoleh tingkat pemahaman yang lebih
tinggi. Strategi yang dapat digunakan pada tahap pascabaca adalah
belajar memberikan pertanyaan, menceritakan kembali dan prestasi
visual.9
5. Ragam Membaca
Menurut Aminuddin ragam membaca secara keseluruhan
berjumlah 7 jenis ragam membaca. Ketujuh jenis ragam membaca
tersebut yaitu:
a. Membaca dalam hati
Membaca dalam hati adalah membaca tidak bersuara, tanpa
gerakan bibir, tanpa gerakan kepala, tanpa berbisik, memahami
bacaan secara diam atau dalam hati. Membaca dalam hati
merupakan kegiatan membaca yang berusaha memahami
keseluruhan fisik bacaan secara mendalam sambil menghubungkan
isi bacaan itu dengan pengalaman maupun pengetahuan yang
demilikian tanpa diikuti gerak lisan maupun suara.
b. Membaca cepat
Membaca cepat adalah membaca yang dilaksanakan dalam waktu
yang relatif singkat dan cepat untuk memahami isi bacaan secara
garis besar. Membaca pemahaman dapat menggunakan jenis
9
membaca cepat untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai isi
teks melalui membaca pemahaman dalam waktu terbatas.
c. Membaca teknik
Membaca teknik hampir sama dengan membaca keras.
Pembelajaran membaca teknik meliputi pembelajaran membaca
dan pembelajaran membacakan. Membaca teknik lebih formal,
mementingan kebenaran pembaca serta ketepatan intonasi dan jeda.
Dengan mengacu pada pelafalan yang standar, kegiatan membaca
teknik langsung memasuki kegiatan pembaca berita, pengumuman,
ceramah, berpidato dan sebagaiya.
d. Membaca bahasa
Membaca bahasa adalah membaca yang mengutamakan bahasa
bacaan. Membaca bahasa mementingkan segi bahasa bacaan.
Membaca bahasa yaitu kegiatan membaca yang bertujuan
memperkaya kosa kata, mengembangkan kemampuan, menyusun
kalimat, perolehan gaya bahasa yang keseluruhannya dapat
dimanfaatkan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa
pembacaannya.
e. Membaca estetis
Membaca estetis sering juga disebut membaca indah, membaca
emotif, dan membaca sastra. Membaca estetis adalah kegiatan
membaca yang dilatar belakangi tujuan menikmati serta
sastra. Sementara untuk menikmati dan menghayati, terlebih
dahulu pembaca harus mampu memahami isi serta suasana
pengaturan dalam teks yang dibacanya.
f. Membaca kritis
Membaca kritis membaca sastra dapat juga meningkatkan menjadi
kegiatan membaca kritis, yakni bisa lewat teks sastra yang dibaca
pembaca bukan hanya bertujuan memahami, menikmati dan
menghayati, melaikan juga bertujuan member penilaian. Pengertian
membaca kritis itu sendiri adalah kegiatan membaca dengan
menggunakan fikiran dan perasaan secara kritis untuk menemukan
dan mengembangkan suatu konsep dengan jalan membandingkan
isi teks sastra yang di baca dengan pengetahuan, pengalaman serta
realitas lain yang diketahui pembaca untuk memberi identifikasi,
perbandingan, penyimpulan dan penilaian.
g. Membaca kreatif
Membaca kreatif adalah kegiatan membaca yang tidak hanya
sekedar menangkap makna tersurat, makna antar baris, tetapi juga
mampu secara kreatif menerapkan hasil membacanya untuk
kehidupan sehari-hari. Membaca kreatif merupakan kegiatan
membaca untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang bersifat
aplikatif.10
B. Keterampilan Membaca Pemahaman
1. Pengertian membaca pemahaman
Menurut Tarigan membaca pemahaman adalah sejenis membaca
yang bertujuan untuk memahami standar-standar atau norma kesastraan,
resensi kritis, drama tulis, dan pola-pola fiksi. Membaca pemahaman ini
tergantung pada jenis bacaan yang dipilih oleh pembaca.11
Dalman mengemukakan bahwa membaca pemahaman merupakan
keterampilan membaca yang berada pada urutan yang lebih tinggi. Dalam
membaca pemahaman pembaca dituntut mampu memahami isi bacaan
setelah membaca teks, si pembaca dapat menyampaikan hasil pemahaman
pembacanya dengan rangkuman bahasanya sendiri.12
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca
pemahaman adalah membaca teks bacaan dan memahami isi bacaan
tentang apa yang disebutkan di dalam teks tersebut. Membaca pemahaman
merupakan suatu kegiatan membaca yang bertujuan untuk memahami
wacana secara tepat.
10
Aminuddin, Pengantar Apresiasi Karya Sastra, (Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan, 2009), 17
11
Tarigan, Membaca sebagai suatu Keterampilan…, 58 12
2. Proses membaca pemahaman
Menurut Dalman proses membaca pemahaman dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Membaca sebagai suatu proses psikologis, artinya kesiapan dan
kemampuan membaca seseorang itu dipengaruhi serta berkaiatan erat
dengan faktor-faktor yang bersifat psikis, seperti motivasi, minat,
latarbelakang sosial ekonomi serta tingkat perkembangan dirinya,
seperti intelegensi dan usia mental.
b. Membaca sebagai suatu proses sensoris, artinya proses membaca
seseorang dimulai dari melihat, atau meraba, proses ini melalui indra
penglihatan, mata, maupun telinga sebagai indar pendengar.
c. Membaca sebagai suatu proses perceptual artinya proses ini
mengandung stimulus sosial makna dan interpretasi berdasarkan
pengalaman tentang stimulus serta respon yang menghubungkan makna
dengan stimulus dan lambang.
Proses membaca pemahaman dapat diawali dengan memberikan
motivasi terhadap siswa dan memahami latarbelakang sosial ekonomi serta
tingkat perkembangan siswa. Proses membaca dapat dimulai dari melihat
atau meraba melalui indra penghlihat dan pendengaran. Selain itu, proses
membaca pemahaman harus mengandung stimulus sosial berdasarkan
3. Tingkatan Dalam Membaca Pemahaman
Menurut Dalman pada dasarnya pemahaman dalam membaca dapat
dikelompokkan menjadi empat tingkatan, yaitu:
a. Pemahaman literal artinya siswa hanya memahami makna apa adanya,
sesuai simbol-simbol yang ada dalam bacaan.
b. Pemahaman interpretatif. Pada tingkat ini siwa sudah mampu
menangkapa pesan secara tersirat. Artinya, disamping pesan-pesan
secara tersurat seperti pada tingkat pemahaman literal, siswa juga dapat
memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan.
c. Pemahaman kritis. Pada tingkat ini, siswa tidak hanya mampu
menangkap makna tersirat dan tersurat. Dalam hal ini, siswa juga
mampu menganalisis dan sekaligus membuat sintesis dari informasi
yang diperolehnya melalui bacaan. Disamping itu, siswa juga mampu
melakukan evaluasi atau penilaian secara akurat. Artinya siswa
mengetahui persis akan kebenaran atau kesalahanisi wacana
berdasarkan pengetahuan dan data-data yang di milikinya tentang
informasi yang ada dalam bacaan siswa. Siswa pada tingkat ini sudah
mampu membuat kritik terhadap suatu bacaan atau sebuah buku.
d. Pemahaman kreatif. Pada tingkat ini, siswa harus memiliki pemahaman
yang lebih tinggi dari tingkat pemahaman sebelumnya. Setelah selesai
membaca, siswa akan mencoba bereksperimen membuat sesuatu yang
membuat arasemen musik yang menurutnya dapat digunakan untuk
meningkatkan kreatavitas dalam bersastra.
4. Aspek-aspek Membaca Pemahaman
Menurut Dalman mengemukakan seorang pembaca perlu
mengetahui aspek-aspek membaca pemahaman. beberapa aspek membaca
pemahaman adalah:
a. Memahami pengertian sederhana (leksikal gramatikal)
b. Memahami signifikansi/makna (maksud dan tujuan pengarang)
c. Evaluasi/penilaian (isi, bentuk)
d. Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan
keadaan.
Di sekolah pembelajaran membaca pemahaman perlu difokuskan pada
aspek kemampuan memahami isi teks. Dalam hal ini peran guru sangat
besar pengaruhnya terhadap kemampuan siswa dalam memahami isi teks.13
5. Penilaian membaca pemahaman
Dalam penilaian pembelajaran membaca, Nurgiantoro menjelaskan
bahwa teks kompetensi membaca adalah keterampilan menangkap dan
memahami atau sekaligus menanggapi informasi yang di sampaikan pihak
lain lewat sarana tulisan. Untuk menilai tugas membaca teks bacaan secara
tertulis dapat menggunakan rubrik penilaian yang mencakup 5 poin yaitu,
13
pemahaman isi teks, memahami detail isi teks, ketepatan diksi, ketepatan
struktur kalimat dan ejaan dari tata tulis.14.
Pada penilaian keterampilan membaca, peneliti hanya menilai 4 poin
atau aspek saja yaitu, pemahaman isi teks, ketepatan diksi, ketepatan struktur
kalimat dan keruntuhan pengungkapan isi cerita dengan menerapkan model
pembelajaran Kooperatif tipe Send A Problem pada pembelajaran membaca pemahaman menggunakan penilaian sebagai berikut :
No. Nama
Aspek 1 : Ketepatan memahami detai isi teks
Aspek 2 : Ketepatan diksi
Aspek3 : Ketepatan struktur kalimat
Aspek4 : Keruntuhan pengungkapan isi cerita
6. Indikator Dalam Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman
Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan
beberapa aktivitas, baik berupa kegiatan fisik maupun kegiatan mental. Dalam
membaca pemahaman terdapat beberapa indikasi yang perlu diperhatikan guna
14
menentukan ketercapaian tujuan pembelajaran yang nantinya dapat disimpulkan
menjadi indikator yang diharapkan bisa meningkatkan keterampilan membaca
pemahaman siswa kelas III Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin Surabaya. Beberapa
indikasi membaca pemahaman yang harus tercapai adalah sebagai berikut:
a. Melakukan, pembaca memberikan respons secara fisik terhadap perintah
membaca
b. Memilih, pembaca memilih alternative bukti pemahaman, baik secara
lisan maupun tulisan
c. Mengalihkan, pembaca mampu menyampaikan secara lisan apa yang
telah dibacanya
d. Menjawab, pembaca mampu menjawab pertanyaan tentang isi bacaan
e. Mempertimbangkan, pembaca mampu menggarisbawahi atau mencatat
pesan-pesan penting yang terkandung dalam bacaan
f. Memperluas, pembaca mampu memperluas bacaan atau minimalnya
mampu menyusun bagian akhir cerita
g. Menduplikasi, pembaca mampu membuat wacana serupa, dengan wacana
yang dibacanya
h. Modeling, pembaca mampu memainperankan cerita yang dibacanya
i. Mengubah, pembaca mampu mengubah wacana ke dalam bentuk wacana
lain yang mengindikasikan adanya pemrosesan informasi.15
j. Mengajukan, pembaca mampu mengajukan pertanyaan dari wacana yang
dibacanya.
15
Dari indikasi di atas, penulis menyimpulkan indikator keterampilan
membaca, yakni:
a. Siswa dapat mengajukan pertanyaan berdasarkan isi teks bacaan
b. Siswa dapat menjawab pertanyaan berdasarkan isi teks bacaan
c. Siswa dapat menceritakan kembali berdasarkan isi teks
Dari indikator di atas merupakan titik tolak sebagai acuan pembahasan
peneliti, agar tidak mengalami perluasan dalam bahasan.
C. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
1. Pengertian Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan penunjang keberhasilan
dalam mempelajari semua mata pelajaran. Pembelajaran bahasa diharapkan
membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain,
mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang
menggunakan bahasa tersebut.16
Mata pelajaran bahasa Indonesia SD, merupakan mata pelajaran
strategis karena dengan bahasalah guru dapat menyalurkan ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, dan informasi kepada siswa atau sebaliknya sehingga siswa
dapat menerimanya dengan baik. Oleh karena itu, guru sebagai pengemban
tugas operasional pendidikan/ pembelajaran di sekolah dituntut agar dapat
mengkaji, dan mengembangkan kurikulum dengan benar.
16
Pada mata pelajaran bahasa Indonesia, ada empat aspek pembelajaran
yang harus dikembangkan di SD. Empat aspek pembelajaran itu disebut
dengan empat keterampilan berbahasa, yang meliputi keterampilan berbicara,
keterampilan mendengarkan, keterampilan membaca, dan keterampilan
menulis.17 Namun dalam penelitian ini yang diteliti hanyalah keterampilan
membaca pemahaman.
2. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia
berfungsi yakni sebagai lambang kebanggaan kebangsaan, lambang identitas
nasional, alat pemersatu, serta alat komunikasi antardaerah dan
antarkebudayaan.
Tujuan mata pelajaran bahasa Indonesia adalah agar siswa memiliki
kemampuan diantaranya:
a. Berkomunikasi secara efektif dan efisiensi sesuai dengan etika
yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.
b. Menghargai dan bangga dalam menggunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara
c. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat
dan kreatif untuk berbagai tujuan.
d. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual serta kematangan emosional dan sosial.
17
e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas
wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah
budaya intelektual manusia Indonesia.
Pembelajaran bahasa Indonesia saat ini telah mencakup seluruh aspek
kebahasaan, maka siswa dituntut mampu berkomunikasi secara efektif, selalu
menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi formal, memahami
bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat, serta mampu
membanggakan bahasa Indonesia sebagai budaya Indonesia. Dengan begitu, siswa
mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan disertai rasa bangga terhadap
budayanya sendiri.
Fungsi pembelajaran bahasa Indonesia adalah merupakan salah satu alat
penting untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, antara lain:
a. Menanamkan, memupuk, dan mengembangkan perasaan satu nusa,
satu bangsa, dan satu bahasa.
b. Memupuk dan mengembangkan kecakapan berbahasa Indonesia
lisan dan tulisan.
c. Memupuk dan mengembangkan kecakapan berpikir dinamis,
d. Memupuk dan mengembangkan keterampilan untuk memahami,
mengungkapkan, dan menikmati keindahan bahasa Indonesia
secara lisan maupun tulisan.
D. Materi Mengajukan dan Menjawab Pertanyaan
1. Pengertian kalimat Tanya
Kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relative berdiri
sendiri, mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri atas kausa. Kalimat
tanya (Introgatif) adalah kalimat yang mengandung suatu pertanyaan serta
dibentuk untuk memancing response yang berupa jawaban. Dalam ragam
tulis biasanya diberi tanda Tanya (?). kalimat tanya kita gunakan ketika
ingin mengetahui berapa, orang, waktu, tempat, cara, dan lainnya.
Kata Tanya Contoh pertanyaan Yang ditanyakan
Ada lima cara yang dapat digunakan untuk membentuk kalimat
tanya, (1) dengan menambahkan kata apa (kah), (2) dengan membalik
urutan kata, (3) dengan menggunakan kata bukan, belum, atau tidak, (4)
dengan mengubah intonasi kalimat, (5) dengan memakai kalimat Tanya.
Selain itu, terdapat dua aspek yang harus diperhatikan penanya
dalam kegiatan tersebut:
a. Kesatuan
b. Kesesuaian pertanyaan dengan jenis informas data yang
diinginkan.
Kesatuan Kesesuaian pertanyaan
Santun Tidak santun Sesuai Tidak sesuai
Maaf, nama
ibu siapa?
Nama ibu
siapa sih?
Pekerjaan orang
tua kakak apa?
Boleh tidak saya
mampir ke rumah
orang tua kakak?
Kesatuan seperti ini sangat perlu dijaga untuk memelhara
kenyamanan, keharmonsan dan keterbukaan hubungan antara penanya
dengan penjawab.
2. Macam-macam kalimat tanya
Kalimat ini biasanya digunakan untuk tujuan klarifikasi atau
meminta kepastian. Contoh: “Jadi, netul para petani di sini mengalami
gagal panen?”.
b. Kalimat Tanya yang tidak memerlukan jawaban (pertanyaan
retoris) contoh: “Petani mana yang tidak macam-ingin untung dari
usahanya?”.
c. Kalimat Tanya yang memilki tujuan selain bertanya.
Kalimat ini berisi suruhan, permintaan, ajakan, rayuan, sindiran,
sanggahan. Contoh: “kamu mau kan bekerja di kebun saya?”. (ajakan)
d. Kalimat sapaan
Salah satu kalimat Tanya berupa sapaan adalah kalimat yang
digunakan untuk menyapa atau menegur seseorang. Kalimat sapaan
ditandai dengan kata sapaan. Contoh: “Bagaimana keadaan bapak
sekarang?”. Kata bapak, ibu, kakak merupakan kata sapaan.18
E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Send A Problem
1. Pengertian model Kooperatif Send A Problem
Send A Problem merupakan salah satu dari model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang
melibatkan sejumlah kelompok kecil siswa yang bekerja sama dan belajar
bersama dengan saling membantu secara interaktif untuk mencapai tujuan
18
pembelajaran yang dirumuskan. Pembelajaran kooperatif meningkatkan
rasa saling memiliki dan saling menghargai, meningkatkan jalinan
komunikasi, meningkatkan rasa Saling menerima dan pemberian dukungan.
Model pembelajaran Kooperatif tipe Send A Problem merupakan model yang mengajak siswa untuk belajar menyelidki suatu konsep,
mereview konsep. Kegiatan inti siswa adalah mencari, mendefinisikan
masalah, mendesain hingga mampu mengkomunikasikan dan berinteraksi
dengan kelompok lain. Selama fase mencari masalah, siswa melakukan
identifikasi, pemilihan dan memperjelas masalah selanjutnya siswa diajak
untuk mendesain rencana pemecahan dan merespon masalah yang ditemui,
hingga akhirnya mereka mampu memformulasikan data atau jawaban yang
diperoleh menjadi sebuah informasi dan mengkonsumsikan data tersebut
kepada orang lain.
Dengan adanya model Kooperatif tipe Send A Problem, diharapkan siswa dapat berfikir secara mandiri dan berfikir dalam kelompok secara
krisis dan bertindak kreatif secara menyeluruh membuat pertanyaan untuk
temannya. Siswa-siswa pun diharapkan merasa bertanggung jawab dan
memiliki rasa sosial yang tinggi ini karena setiap kelompok akan merasa
bersaing dengan kelompok lainnya. Maka, siswa yang kurang
pemahamannya pun akan diarahkan oleh teman-teman satu kelompoknya
untuk memahami isi bacaan cerita rakyat dengan membuat kalimat tanya.
a. Siswa dibagi dalam kelompok berpasang-pasang 2 orang (1 bangku)
b. Tiap siswa dalam satu tim menuliskan suatu pertanyaan dalam suatu
kartu (lembar kerja). Kartu di halaman depan berisi pertanyaan, dan di
halaman belakang berisi jawaban. (diisi tim lain)
c. Seluruh kartu soal dikumpulkan dan diserahkan kepada tim yang lain.
d. Tim yang lain menerima dan menanggapi. Siswa pertama pada tim
penerima membaca pertanyaan dari tim pengirim. Jika tim penerima
tidak setuju dengan jawaban tim pengirim, maka tim penerima
menuliskan jawaban alternatifnya pada halaman jawaban
e. Proses dalam kelompok penerima diulang. Sekarang siswa kedua dari
tim penerima membaca pertanyaan dari tim pengirim dan dibahas lagi,
demikian sampai siswa ketiga keempat.
f. Jika tim kedua sudah mencapai consensus jawabanyya, seluruh kartu
soal dikirim ketim yang baru lagi.
g. Hal semacam ini diulang dalam tim lain (tim ketiga dan seterusnya)
sampai akhirnya kartu soal itu kembali ke tim pengirim asalnya.
h. Tiim pengirim melakukan verifikasi, membandingkan jawaban,
melakukan refleksi terhadap jawaban dari pertanyaan yang mereka buat
sendiri.19
2. Kekurangan dan kelebihan model Kooperatif tipe Send A Probem
Metode Send A Probem memiliki beberapa kelebihan, yaitu:
a. Membantu siswa untuk memahami skema dasar
19
b. Siswa dapat bekerja sama dengan teman sekelompokknya untuk
menyelesaikan sebuah masalah
c. Membantu siswa untuk lebih cermat dan teliti dalam menyelesaikan
sebuah masalah
d. Semua siswa aktif dan terlibat aktif dalam pembelajaran
Sedang kan kekurangannya, yaitu:
a. Memerlukan waktu yang lama untuk siswa dalam mengerjakan soal
b. Hanya untuk mata pelajaran tertentu20
20
BAB III
PROSEDUR PTK
A.Metode Penelitian Tindakan Kelas
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Penelitian Tindakan
Kelas. Karena penelitian ini dilakukan untuk memecahkan masalah
pemebelajaran di kelas. Kata Penelitian tindakan kelas berasal dari bahasa
Inggris Classroom Action Research (CAR). Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, karena menggambarkan bagaimana suatu strategi
pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil belajaran yang diinginkan dapat
tercapai. Dengan demikian penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan
(action research) yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas yang pada
hakikatnya merupakan rangkaian “riset-tindakan-riset-tindakan..dst” yang
dilakukan secara siklik dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah
itu terpecahkan. Sedangkan kelas adalah sekelompok siswa/mahasiswa yang
dalam waktu yang sama dan tempat yang sama menerima pelajaran yang sama
dari seorang guru/dosen yang sama.1 Dari pengertian tersebut maka penelitian
tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan oleh guru di dalam
kelas dalam rangka memecahkan masalah sampai masalah itu dapat
dipecahkan.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kolaboratif
dengan guru mata pelajaran dan di dalam proses belajar mengajar di kelas
yang bertindak sebagai pengajar adalah guru mata pelajaran sedangkan
1
peneliti bertindak sebagai pengamat, penanggung jawab penuh penelitian
tindakan kelas adalah peneliti. Penelitian ini bersifat kualitatif. Penelitian
kualitatif sendiri merupakan suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan
investigasi karena peneliti mengumpulkan data dengan cara tatap muka
langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di lokasi penelitian yang tidak
diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan, akan tetapi tidak
menutup kemungkinan data yang dikumpulkan dari penelitian kualitatif
dianalisis melalui suatu perhitungan.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan
membaca pemahaman pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas III
Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin Surabaya melalui model Kooperatif tipe Send A
problem dimana peneliti secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Dalam pelaksanaanya penelitian tindakan kelas ini, menggunakan
model Kurt Lewin yang menyatakan bahwa satu siklus terdiri dari empat
langkah yaitu:
1. Planning (perencanaan), penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil penjajagan refleksi awal. Secara rinci perencanaan mencakup tindakan
yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau merubah
perilaku dan sikap yang diinginkan sebagai solusi dari
permasalahan-permasalah. Perlu disadari perencanaan ini bersifat fleksibel dalam arti
2. Acting (pelaksanaan tindakan), pelaksanaan menyangkut apa yang dilakukan peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan
yang dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan. Jenis tindakan
yang dilakukan dalan penelitian tindakan kelas hendaknya selalu didasari
pada pertimbangan teoritik dan emperik agar hasil yang diperoleh berupa
peningkatan kenerja dan hasil program yang optimal.
3. Observing (observasi), kegiatan observasi dalam penelitian tindakan kelas dapat disejajarkan dengan kegiatan pengumpulan data dalam penelitian
formal. Dalam kegiatan ini peneliti mengamati hasil atau dampak dari
tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Istilah
observasi digunakan karena data yang dikumpulkan memalui teknik
observasi.
4. Reflecting (refleksi). Pada dasarnya kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis sintesis, interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh saat
kegiatan tindakan. Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat dan
mempertimbangkan hasil-hasil atau dampak dari tindakan.2
Secara keseluruhan, empat tahapan dalam PTK tersebut membentuk
suatu siklus PTK yang digambarkan dalam bentuk spiral. Seperti gambar
berikut ini:3
2
Ekawarna, Penelitian Tindakan Kelas,… , 21. 3
Gambar 3.1 Model PTK Kurt Lewin
B.Setting dan Subyek Penelitian
1. Setting Penelitian
a. Tempat penelitian : MI Nurul Yaqin Surabaya
Peneliti memilih MI Nurul Yaqin Surabaya dikarenakan disana terdapat
masalah dalam keterampilan membaca pemahaman pada siswa kelas III
Ibnu Mas’ud
b. Waktu penelitian : Semester genap tahun ajaran 2015 – 2016.
Identifikasi Masalah
SIKLUS
I
SIKLUS II
Perencanaan ulang Observasi (observing)
Refleksi (reflecting)
Perencanaan (planning)
Tindakan (acting)
2. Subyek penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III Ibnu Mas’ud MI
Nurul Yaqin Surabaya tahun ajaran 2015 – 2016 dengan jumlah 32 siswa
dalam satu kelas, yang terdiri dari 16 laki-laki dan 16 perempuan.
C.Variabel yang Diteliti
Variabel-variabel penelitian yang dijadikan titik fokus untuk menjawab
permasalahan yang dihadapi yaitu :
1. Variabel input : Siswa kelas III Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin Surabaya
2. Variabel proses : Penerapan model Kooperatif tipe Send A Problem
3. Variabel output :Peningkatan keterampilan membaca pemahaman
D.Rencana Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model penelitian dari Kurt
Lewin. Model penelitian tindakan kelas menurut Lewin terdiri dari empat
komponen, yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) aksi atau tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting).4 Model Kurt Lewin dipilih oleh peneliti karena apabila pada awal pelaksanaan terdapat
kekurangan, maka peneliti bisa mengulang kembali sekaligus memperbaiki
pada siklus-siklus selanjutnya sampai tujuan pembelajaran tersebut tercapai.
4
Jika pada siklus pertama dan kedua belum berhasil, maka peneliti melanjutkan
ke siklus berikutnya.
Beberapa prosedur yang peneliti lakukan di kelas III Ibnu Mas’ud MI
Nurul Yaqin Surabaya sebagai berikut:
Pra Siklus
Prasiklus dilakukan untuk bisa mendapatkan data dari hasil penguasaan
materi peserta didik, yang dijadikan tolak ukur perbandingan penguasaan materi
dan sesudah adanya penelitian tindakan kelas. Pada tahap ini, peneliti mengambil
nilai ulangan harian siswa yang merujuk pada keterampilan membaca pemahaman
siswa, yang kemudian dijadikan acuan untuk membuat perencanaan tindakan pada
siklus I.
Siklus I
1. Tahap Perencanaan Tindakan (Planning)
Pada tahap perencanaan ini, kegiatan yang harus dilakukan peneliti adalah:
a. Meminta ijin kepala sekolah serta guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia
b. Menentukan waktu untuk pelaksanaan siklus I
c. Menyusun dan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
d. Mempersiapkan instrumen untuk mengamati dan merekam data
mengenai proses dan hasil tindakan.
e. Peneliti menentukan kriteria keberhasilan, yakni:
1) Rata-rata skor dari siswa minimal 75
3) Skor aktivitas guru dan siswa sekurang-kurangnya 755
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan yang telah
dirumuskan pada RPP dalam situasi yang aktual. Meliputi kegiatan awal,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Langkah-langkah pembelajaran dalam
tahap pelaksanaan tindakan sebagai berikut:
a. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan
menanyakan kabar
b. Guru memberikan motivasi agar siswa selalu rajin belajar
c. Guru menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran
d. Guru memberikan apersepsi mengenai materi pelajaran
e. Guru menyampaikan judul bacaan yang akan dibaca “Asal-Usul Kota
Surabaya
f. Guru menjelaskan materi pembelajaran berupa unsur-unsur dalam
mengajukan pertanyaan yakni 5W+1H ( apa, siapa. kapan,dimana,
mengapa dan bagaimana)
g. Guru membagi siswa berpasang-pasang (1 bangku)
h. Guru memberi waktu 15 menit kepada siswa yang berpasang-pasang
untuk membaca dan memahami bacaan
i. Guru memberi lembar kerja kelompok dan memberi perintah untuk
mengajukan pertanyaan dalam bacaan tersebut
5
j. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, setelah itu, berdiskusi
berpasang-pasang mengerjakan lembar kerja secara tertulis tersebut
k. Setelah selesai, siswa berpasang-pasang saling mengirim lembar kerja
tersebut kepada pasangan lain, kemudian siswa yang berpasang-pasang
menjawab pertanyaan yang mereka terima
l. Setelah selesai terjawab, salah satu pasangan membacakan pertanyaan,
dan semua siswa menjawab bersama-sama
m. Guru dan siswa bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari
n. Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan dari pembelajaran
o. Guru melakukan refleksi, menutup pelajaran dengan hamdalah dan
mengucapkan salam.
3. Tahap Observasi (Observing)
Pada tahap pengamatan ini, terdapat tiga data yang dibutuhkan peneliti,
yakni:
a. Hasil tes siswa yang diperoleh dengan cara melakukan evaluasi
menggunakan non tes berupa kinerja dan produk yang diselesaikan
siswa setelah akhir tindakan
b. Data aktivitas guru selama pembelajaran yang diperoleh dari hasil
pengamatan peneliti menggunakan lembar aktivitas guru
c. Data aktivitas siswa selama pembelajaran yang diperoleh dari hasil
pengamatan peneliti menggunakan lembar observasi siswa
4. Tahap Refleksi
a. Mencatat hasil observasi: mencatat kendala yang telah terjadi selama
penerapan model Kooperatif tipe Send A Problem
b. Mengevaluasi hasil observasi: mengevaluasi kendala yang telah
terjadi selama penerapan model Kooperatif tipe Send A Problem
c. Mencatat kelemahan dan kelebihan yang telah terjadi selama
penerapan model Kooperatif tipe Send A Problem untuk dijadikan bahan rancangan siklus berikutnya
d. Evaluasi tindakan pada siklus I
Siklus II
1. Perencanaan (Planning)
a. Membuat rencana pelaksanaan (RPP) berdasarkan refleksi pada siklus
I dan penetapan alternative pemecahan masalah
b. Pengembangan program tindakan dari siklus I
2. Tindakan (Acting)
Melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan
model Kooperatif tipe Send A Problem sesuai RPP hasil refleksi siklus I. langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Guru membuka pelajaran dengan salam dan menanyakan kabar siswa
b. Guru memberikan Ice Breaking berupa tepuk “inginkah kau jadi anak
yang pintar”
c. Guru menyampaikan tujuan dan mamfaat pembelajaran
d. Guru menyampaikan bacaan yang akan dibaca siswa “Legenda Batu
e. Guru menjelaskan materi pembelajaran berupa unsur-unsur dalam
mengajukan pertanyaan yakni 5W+1H ( apa, siapa. kapan,dimana,
mengapa dan bagaimana), siswa mendengarkan penjelasan guru.
f. Guru membagi siswa berpasang-pasang (1 bangku)
g. Guru memberi waktu 15 menit kepada siswa yang berpasang-pasang
untuk membaca dan memahami bacaan
h. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, setelah itu, berdiskusi
berpasang-pasang
i. Setelah selesai, siswa berpasang-pasang mengajukan pertanyan
kepada pasangan lain. Sampai seterusnya hingga semua pasangan
berkesempatan untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan.
j. Setelah selesai, guru memberikan tugas evaluasi menceritakan
kembali dengan bahasa sendiri
k. Guru dan siswa bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari
l. Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan dari
pembelajaran
m. Guru melakukan refleksi, menutup pelajaran dengan hamdalah dan
mengucapkan salam
3. Pengamatan (Observing)
Dalam tahap pengamatan ini, terdapat tiga data yang dibutuhkan dalam
penelitian untuk mengetahui kriteria keberhasilan sudah tercapai apa belum.
a. Hasil tes siswa yang diperoleh dengan cara melakukan evaluasi
menggunakan non tes berupa kinerja dan performance yang dikembangkan pada tahap rencana dan diselesaikan siswa setelah
akhir tindakan
b. Data aktivitas guru yang diperoleh dari hasil pengamatan peneliti
menggunakan lembar observasi aktivitas guru
c. Data aktivitas siswa selama pembelajaran yang diperoleh dari hasil
pengamatan peneliti mengguanakan lembar observasi siswa.
4. Refleksi (Reflecting)
Melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus I dan siklus II serta
diskusi dengan guru untuk mengevaluasi dan membuat kesimpulan atas
pelaksanaan pemelajaran bahasa Indonesia melalui model Kooperatif tipe
Send A Problem dalam meningkatkan penguasaan keterampilan membaca pemahaman setelah melaksanakan kegiatan mulai dari siklus I sampai
siklus II
E.Data dan Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Data adalah semua keterangan seseorang yang dijadikan responden
maupun yang berasal dari dokumen-dokumen baik dalam bentuk statistik
atau dalam bentuk lainnya guna keperluan penelitian yang dimaksud.6
Dalam penelitian ini, data yang diperlukan ada dua macam, yaitu :
a. Data Kualitatif
6
Data kualitatif merupakan data yang berhubungan dengan
kategorisasi, karakteristik berwujud pertanyaan atau berupa kata-kata.
Adapun yang termasuk dalam data kualitatif pada penelitian ini,
meliputi:
1) Materi yang disampaikan dalam Penelitian Tindakan Kelas
2) Metode pembelajaran yang dipakai dalam penelitian Tindakan Kelas
3) Aktivitas guru dan siswa
b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif merupakan data yang berwujud angka-angka.
Adapun yang termasuk dalam data kuantatif pada penelitian ini,
meliputi:
1) Data jumlah siswa kelas III
2) Data persentase ketuntasan siswa
3) Data nilai siswa
4) Data persertase aktivitas guru dan siswa
2. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, tes dan
dokumentasi. Dengan pengertian ini peneliti benar-benar diharapkan
mampu berinteraksi dengan subyek penelitian yakni peserta didik kelas III
Ibnu Mas’ud MI Nurul yaqin Surabaya Cara pengumpulan data yang
dikumpulkan dan penelitian tindakan kelas ini antara lain:
Wawancara adalah pertemuan tanya jawab peneliti dengan
informan untuk tanya jawab.7 Peneliti mengadakan wawancara dengan
guru kelas III MI Nurul Yaqin yang bernama Ibu Syukrillah. Teknik
wawancara ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang jumlah
siswa kelas III dan nilai siswa tentang bagaimana keterampilan
membaca pemahaman siswa sebelum kegiatan PTK dilakukan.
b. Observasi (Pengamatan)
Observasi adalah pengamatan; pengawasan; peninjauan;
penyelidikan; riset.8 Observasi adalah suatu proses pengamatan dan
pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan rasional mengenai
berbagai fenomena baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam
situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.9 Pengamatan penelitian
ini dilakukan secara langsung pada saat pembelajaran aktif dengan
model pembelajaran Kooperatif tipe Send A Problem dalam keterampilan membaca pemahaman. Dalam pengamatan ini digunakan
dua lembar pengamatan, yaitu lembar pengamatan aktivitas guru dan
siswa yang digunakan untuk merekam aktivitas guru dan siswa dalam
pembelajaran dengan model pembelajaran Kooperatif tipe Send A Problem
c. Non Tes
Non tes adalah salah satu teknik dalam penilaian. Tekni non tes
ini digunakan untuk mengukur ranah afektif dan psikomotor. Pada
7
Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia.., 1811. 8
Pius A Partanto, M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 2001), 533 9
penelitian ini, teknik non tes digunakan untuk mengukur keterampilan
membaca pemahaman. Penilaian yang digunakan berupa penilaian
kinerja dan produk hasil kerja dengan menceritakan kembali isi cerita
tersebut (Product Assessement).
d. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan
penyimpanan informasi dibidang pengetahuan.10
Dokumentasi pada penelitian ini adalah absensi, data nilai, dan
gambar gambar yang dibutuhkan selama proses pembelajaran
berlangsung. Dokumentasi yang dimaksud pada penelitian ini adalah:
1) Tes hasil belajar siswa
2) Daftar hadir siswa
3) Perangkat pembelajaran yaitu RPP
4) Gambar/dokumentasi proses pembelajaran
3. Instrumen Pengumpulan Data
a. Wawancara
Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data yang
dilakukan dengan teknik wawancara adalah berbagai pertanyaan
sebagai berikut:
Wawancara guru sebelum tindakan. (Terlampir)
Wawancara guru setelah tindakan. (Terlampir)
10
b. Lembar Observasi
1) Instrumen observasi aktivitas guru. (Terlampir)
2) Instrument observasi aktivitas siswa. (Terlampir)
c. Evaluasi atau Tes
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yang
dilakukan dengan non tes berupa kinerja dan produk. (Terlampir)
d. Dokumentasi
Dalam penelitian ini, ada beberapa dokumen penting yang
dijadikan peneliti sebagai sumber data, diantaranya adalah profil
madrasah, data tentang keadaan tenaga pendidik MI Nurul Yaqin yang
berjumlah 22 orang. Data tentang keadaan siswa MI Nurul yaqin yang
berjumlah 376 orang. (Terlampir)
4. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan cara yang digunakan dalam pengelahan
data yang berhubungan erat dengan perumusan masalah yang telah
diajukan sehingga dapat digunakan untuk menarik kesimpulan. Dalam
pelaksanaan penelitian tindakan kelas, ada dua jenis data yang
dikumpulkan oleh peneliti, yaitu:11
11
a. Data kualitatif, yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat
yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa. Digunakan untuk
menganalisis data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi.
b. Data kuantitatif (nilai tes hasil belajar), seperti mencari nilai rata-rata
dan persentase keberhasilan belajar. Untuk menganalisis tingkat
keberhasilan atau persentase ketuntasan belajar siswa setelah proses
belajara mengajar berlangsung pada tiap siklusnya, dilakukan dengan
caramemberikan evaluasi berupa penilaian non tes pada setiap akhir
siklus. Analisis dihitung dengan menggunakan statistik sederhana
berkut:
1) Penilaian tes penguasaan materi
Penilaian ini diperoleh dari hasil non tes penguasaan keterampilan
membaca pemahaman. dan dinyatakan dengan rumus:
Nilai Perolehan Akhir = �� �� � �ℎ� � 100
Setelah nilai siswa diketahui, peneliti menjumlahkan nilai yang
diperoleh siswa selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa tersebut
sehingga diperoleh nilai rata-rata. Untuk menghitung nilai rata-rata
kelas dihitung dengan menggunakan rumus:12
M
=
�Keterangan: M = Nilai rata-rata
∑ x = Jumlah Semua nilai
12