• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS III IBNU MAS’UD MI NURUL YAQIN SURABAYA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE SEND A PROBLEM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS III IBNU MAS’UD MI NURUL YAQIN SURABAYA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE SEND A PROBLEM."

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

SITI AMINAH

NIM. D07212061

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Siti Aminah. 2016. Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas III Ibnu Mas’ud MI

Nurul Yaqin Surabaya Melalui Model Kooperatif tipe Send A Problem.

Kata Kunci : Keterampilan Membaca Pemahaman, Model Kooperatif tipe

Send A Problem, Bahasa Indonesia

Penelitian ini dilatar belakangi oleh keterampilan membaca pemahaman siswa yang rendah pada pelajaran bahasa Indonesia. Keterampilan membaca pemahaman yang rendah memberikan dampak sulitnya mencapai tujuan pembelajaran bagi pelaku pendidikan. Hal ini dikarenakan siswa kurang memahami kosakata menjadi kalimat bermakna, selain itu siswa mengalami kesulitan membuat petanyaan dengan memandu bacaan. Untuk meningkatkan hasil keterampilan membaca siswa, diambil tindakan pembelajaran melalui model

Kooperatif tipe Send A Problem yang dilakukan dalam 2 siklus.

Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah: (1) Bagaimana tingkat keterampilan membaca pemahaman sebelum diterapkan model Kooperatif tipe

Send A problem pada siswa kelas III Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin?. 2) bagaimana

penerapan model Kooperatif tipe Send A Problem dalam rangka meningkatkan keterampilan membaca pemahaman mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas III Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin Surabaya?. 3) Bagaimana peningkatan keterampilan membaca pemahaman mata pelajaran bahasa Indonesia melalui model Kooperatif tipe Send A Problem pada siswa kelas III Ibnu Mas’ud Kelas III

MI Nurul Yaqin Surabaya?

Penelitian merupakan ini dilakukan dengan Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model Kurt Lewwin yang dalam satu siklus terdiri dari empat komponen, meliputi: Perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Tekni pengumpulan data yang digunakan yakni: Wawancara, observasi, dan penilaian non tes.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

MOTTO ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iv

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI ... v

NOTA PEMBIMBING ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR RUMUS ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tindakan yang Dipilih ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Lingkup Penelitian ... 7

(8)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Keterampilan Membaca ... 10

1. Pengertian Membaca ... 11

2. Tujuan Membaca ... 12

3. Aspek-Aspek Membaca ... 13

4. Tahap-Tahap Membaca ... 14

5. Ragam Membaca ... 16

B. Keterampilan Membaca Pemahaman ... 19

1. Pengertian Membaca Pemahaman ... 19

2. Proses Membaca Pemahaman ... 20

3. Tingkatan Dalam Membaca Pemahaman ... 21

4. Aspek-Aspek Membaca Pemahaman ... 22

5. Penilaian Membaca Pemahaman ... 22

6. Indikator Dalam Peningkatan Membaca Pemahaman ... 23

C. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia... 25

1. Pengertian Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ... 25

2. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ... 26

D. Materi Mengajukan dan Menjawab Pertanyaan ... 28

1. Pengertian Kalimat Tanya ... 28

2. Macam-Macam Kalimat Tanya... 29

E. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Send A problem ... 30

(9)

2. Kekurangan dan kelebihan Model Kooperatif tipe Send A Problem

……. ... 32

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Tindakan Kelas ... 34

B. Setting dan Subjek Penelitian ... 37

C. Variabel yang Diteliti ... 38

D. Rencana Tindakan ... 38

E. Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 44

F. Indikator Kinerja ... 51

G. Tim Peneliti dan Tugasnya ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Madrasah ... 53

B. Hasil Penelitian ... 54

1. Hasil Pra Siklus ... 55

2. Hasil Siklus I ... 57

3. Hasil Siklus II ... 63

C. Pembahasan ... 69

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 74

B. Saran ... 76

(10)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...

RIWAYAT HIDUP ...

(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa adalah alat komunikasi untuk mengekpresikan perasaan dan

pikiran. Pembelajaran bahasa Indonesia di SD/MI meliputi empat

keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak, keterampilan

berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keempat aspek

keterampilan atau kemampuan berbahasa tersebut saling berkaitan.

Pengajaran bahasa Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting

dalam kurikulum sekolah. Hal itu disebabkan karena bahasa Indonesia

memiliki peran penting yang menjadi media utama dalam penyampaian di

berbagai bidang pelajaran yang lainnya. Bahasa Indonesia selain sebagai

bahasa resmi nasional yang diakui secara internasional menjadi bahasa

Indonesia sebagai bahasa pengantar umum dalam proses pembelajaran

sekolah.1

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya

masyarakat yang gemar membaca. Proses belajar yang efektif antara lain

dilakukan melalui membaca. Masyarakat yang gemar membaca memperoleh

pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan

kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada

masa-masamendatang.

1

(12)

Pengertian dari membaca sendiri adalah proses pengelolahan bacaan

secara kritis, kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang

bersifat menyeluruh tentang bacaan itu dan penilaian terhadap keadaan, nilai,

fungsi dan dampak bacaan itu. Ada dua aspek keterampilan membaca yaitu

keterampilan yang bersifat mekanis dan bersifat pemahaman. Keterampilan

mekanis meliputi: pengenalan bentuk huruf, pengenalan unsur-unsur linguistik

dan pengenalan hubungan pola ejaan dan bunyi. Keterampilan yang bersifat

pemahaman meliputi: memahami pengertian sederhana, memahami makna,

penilaian dan kecepatan membaca yang fleksibel.2

Membaca pemahaman merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam

rangka memperoleh ilmu pengetahuan, informasi, serta memperoleh hiburan.

Kegiatan membaca adalah suatu proses interaksi antara pembaca dengan penulis

melalui karyanya sehingga, kemampuan memahami teks atau buku merupakan

kemampuan mutlak. Banyak informasi direkam dan dikomunikasikan melalui

media tulis. Oleh karena itu, membaca memahami merupakan bekal dan kunci

keberhasilan peserta didik dalam menjalani proses pendididikan. Sebagian besar

pemerolehan ilmu dilakukan peserta didik melalui aktifitas membaca. Ilmu yang

dipelajari peserta didik tidak hanya didapat dari proses belajar mengajar di

sekolah, tetapi juga melalui kegiatan membaca dalam kehidupan sehari-hari. Oleh

karena itu, kemampuan membaca dan kemampuan memahami bacaan menjadi

bagian penting dalam penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

2

(13)

Membaca merupakan proses berfikir, untuk dapat memahami bacaan,

pembaca terlebih dahulu harus memahami kata-kata dan kalimat yang

dihadapinya. Kemudian pembaca membuat simpulan yang terdapat dalam

bacaan. Untuk itu pembaca harus mampu berfikir secara sistematis, logis dan

kreatif. Sehingga pembaca dapat menilai bacaan. Kegiatan menuntut

kemampuan berfikir kritis3.

Peningkatan kemampuan berfikir memalui membaca seharusnya

dimulai sejak dini. Guru dapat membimbing siswanya dengan memberikan

pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan siswa bisa meningkatakan

kemampuan berfikirnya yang dapat merangsang siswa berfikir seperti

pertanyaan mengapa dan bagaimana. Aspek afektif merupakan proses

membaca yang berkenaan dengan kegiatan memusatkan perhatian,

membangkitkan kegemaran membaca. Guru memegang peran penting dalam

membimbing para siswa agar mampu menguasai kegiatan-kegiatan dalam

membaca. Guru bisa melatih siswa terbiasa memusatkan perhatiannya dengan

memberikan bacaan yang memnjadi minat mereka. Tanpa perhatian yang

penuh ketika membaca, siswa sulit mendapatakan sesuatu dari

bacaan.motivasi dan kesenangan membaca sangat membantu siswa untuk

memusatkan perhatian pada bacaan.

Membaca hendaknya memiliki tujuan, karena seseorang yang

membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan

dengan orang yang tidak memiliki tujuan. Tujuan yang diharapkan dari

3

(14)

kegiatan membaca pemahaman adalah agar siswa mampu mengungkapkan ide

atau gagasan, pendapat dan pengetahuan secara tertulis serta dapat dijadikan

suatu hobi yang positif. Serta siswa diharapkan dapat meningkatkan

keterampilan membaca pemahaman yang lebih baik lagi. Dalam kaitannya,

Salah satu faktor yang mempengaruhi pemahaman membaca siswa yakni

perkembangan kosakata dan pembelajaran, membuat pertanyaan untuk

memadukan membaca.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa

Indonesia menunjukkan bahwa kemampuan membaca pemahaman siswa masih

rendah dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain yakni

berbicara, menulis maupun menyimak. Terutama rendahnya keterampilan

membaca pemahaman pada materi mengajukan dan menjawab pertanyaan yang

terjadi di kelas III Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin Surabaya. Hal ini disebabkan

karena kurang memahami kosakata menjadi kalimat bermakna, masih kesulitan

membuat pertanyaan dengan memandu bacaan. Selain itu, faktor pada diri

siswa yakni kurang percaya diri, siswa kurang aktif dalam pembelajaran serta

siswa mudah bosan terhadap buku yang mereka baca.4

Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian siswa kelas III Ibnu

Mas’ud MI Nurul Yaqin. Bahwa dari jumlah 32 siswa kelas III, 27 siswa

nilainya masih di bawah KKM, sedangkan hanya 5 siswa yang nilainya

memenuhi KKM dengan criteria ketuntasan minimal yaitu 75 pada mata

pelajaran bahasa Indonesia.

4

Siti Syukrillah, Guru bahasa Indonesia kelasIII Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin Surabaya,

(15)

Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti, masalah mendasar yang

membuat hasil pembelajaran bahasa Indonesia rendah karena pendekatan yang

digunakan guru dalam pembelajaran yakni pendekatan konvesional. Kurang

variasi dalam pembelajaran membuat siswa kurang aktif dalam proses

pembelajaran.

Sebagai upaya, untuk menunjang ketercapainya keterampilan membaca

pemahaman yang lebih baik lagi, maka peran guru sangat diperlukan dalam

proses pembelajaran. Ada beberapa strategi maupun model pembelajaran

membaca, yang dapat diterapkan. Peneliti memilih menggunakan model

KooperatiftipeSend A Problem.Hal ini dikarenakan sendorong siswa menjadi

lebih aktif dan pemahaman siswa terhadap suatu bacaan dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan yang membangkitkan rasa ingin tahu serta memotivasi

siswa terhadap suatu bacaan. Model Kooperatif tipe Send A Problem

membantu peserta didik berfikir krisis dan bertindak kreatif.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

adakah peningkatan penerapan model Kooperatif tipe Send A Problem

terhadap keterampilan membaca pemahaman siswa kelas III Ibnu Mas’ud.

Dengan demikian penelitian ini berjudul Peningkatan Keterampilan

Membaca Pemahaman pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas III

Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin Surabaya Melalui Model Kooperatif tipe

(16)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat keterampilan membaca pemahaman sebelum

diterapkan model Kooperatif tipe Send A Problem pada siswa kelas III

Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin Surabaya?

2. Bagaimana penerapan model Kooperatif tipe Send A Problem dalam

rangka meningkatkan keterampilan membaca pemahaman mata pelajaran

bahasa Indonesia siswa kelas IIIIbnu Mas’udMI Nurul Yaqin Surabaya?

3. Bagaimana peningkatan keterampilan membaca pemahaman mata

pelajaran bahasa Indonesia melalui modelKooperatiftipeSend A Problem

pada siswa kelas IIIIbnu Mas’udMI Nurul Yaqin Surabaya?

C. Tindakan yang Dpilih

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan,

tindakan yang dipilih untuk pemecahan masalah yang dihadapi dalam

peningkatan keterampilan membaca pemahaman kelas III Ibnu Mas’ud MI

Nurul Yaqin Surabaya di atas adalah dengan menggunakan model

pembelajaranKooperatiftipeSend A Problem.

Melalui model Kooperatiftipe Send A Problem, memberi kesempatan

kepada siswa untuk melatih keaktifan dan sikap percaya diri siswa dalam

mengajukan dan menjawab pertanyaan. Disamping itu, melatih siswa untuk

memahami kata-kata dalam mengembangkan kosa kata menjadi kalimat tanya

(17)

keterampilan membaca pemahaman siswa dalam mata pelajaran bahasa

Indonesia dapat meningkat

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan

dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui tingkat keterampilan membaca pemahaman sebelum

diterapkan model Kooperatif tipe Send A Problem pada siswa kelas III

Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin Surabaya

2. Mengetahui penerapan model Kooperatif tipe Send A Problem dalam

rangka meningkatkan keterampilan membaca pemahaman mata pelajaran

bahasa Indonesia siswa kelas IIIIbnu Mas’udMI Nurul Yaqin Surabaya

3. Mengetahui peningkatan keterampilan membaca pemahaman mata

pelajaran bahasa Indonesia melalui modelKooperatiftipeSend A Problem

pada siswa kelas IIIIbnu Mas’ud MI Nurul Yaqin.

E. Lingkup Penelitian

Agar pembahasan ini lebih terarah dan tidak menimbulkan meluasnya

pembahasan, maka perlu dibatasi masalah-masalah yang dibahas. Adapun

ruang lingkup pembahasannya sebagai berikut:

1. Ruang lingkup kajian dari segi bidang studi hanya difokuskan pada mata

pelajaran bahasa Indonesia kelas III Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin

Surabaya semester genap tahun ajaran 2015-2016, dengan Kompetensi

(18)

Standar Kompetensi Kompetensi dasar

7. Memahami teks dengan

membaca intensif (150-200 kata)

dan membaca puisi

7.1 Menjawab dan atau mengajukan

pertanyaan tentang isi teks ajak

panjang (150-200 kata) yang

dibaca secara intensif.

2. Subyek penelitian ini hanya terbatas pada siswa kelas III Ibnu Mas’ud

semester genap tahun ajaran 2015-2016 di MI Nurul Yaqin Surabaya.

3. Materi mengajukan dan menjawab pertanyaan dengan memahami teks

bacaan cerita rakyat.

4. Menggunakan model pembelajaran Kooperatiftipe Send A Problemuntuk

meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas III Ibnu

Mas’ud MI Nurul Yaqin Surabaya.

F. Manfaat Penelitan

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan

dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat bagi siswa:

Siswa dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman

dengan baik, serta siswa menjadi termotivasi dalam mengikuti proses

belajardan dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran melalui model

KooperatiftipeSend A Problem.

(19)

Guru mendapatkan pengalaman dan keterampilan dalam

mengembangkat perangkat pembelajaran dengan beberapa pendekatan.

Salah satunya dengan model Kooperatif tipe Send A Problem untuk

meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa.

3. Manfaat bagi sekolah:

Sebagai bahan rujukan bagi sekolah untuk mengadakan bimbingan

dan pelatihan bagi guru-guru agar menggunakan model Kooperatif tipe

Send A Problem.untuk diterapkan pada mata pelajaran lain.

4. Manfaat bagi masyarakat:

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

kepercayaan masyarakat terhadap kualitas satuan pendidikan.

5. Manfaat bagi peneliti:

Peneliti memperoleh tambahan ilmu dan pengalaman baru dari

(20)

BAB II

KAJIAN TEORI

A.Keterampilan Membaca

Menurut kamus besar Indonesia, keterampilan berasal dari kata terampil

yang artinya cakap dalam menyelesaikan tugas; mampu dan cetakan.

Keterampilan sendiri diartikan sebagai suatu kecakapan untuk menyelesaikan

tugas.1

Keterampilan ialah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf

dan otot-otot (neuromunscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olahraga, dan sebagainya. Meskipun sifatnya motorik,

keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang

tinggi. Dengan demikian, siswa yang melakukan gerakan motorik dengan

kesadaran yang rendah dapat dianggap kurang atau tidak terampil.2

Menurut Reber dalam Muhibbin, keterampilan adalah kemampuan

menentukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus

dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Keterampilan bukan

hanya meliputi gerakan motorik melainkan juga pengejewantahan fungsi-fungsi

mental yang bersifat kognitif. Konotasinya pun luas sehingga sampai pada

mempengaruhi dan mendayagunakan orang lain secara tepat juga dianggap

sebagai seorang yang terampil.3 Jadi dapat disimpulkan bahwa keterampilan

1

Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), 1688 2

Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008), 119

3

(21)

adalah kecakapan dalam menyelesaikan tugas yang tersusun secara teratur yang

dapat mengubah kemampuan peserta didik ke tingkatan yang lebih tinggi untuk

mencapai hasil tertentu.

1. Pengertian Membaca

Menurut Tarigan membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta

dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak

disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.

Membaca adalah suatu usaha untuk menelusuri makna yang ada dalam

tulisan.4

Dalman mengemukakan bahwa membaca adalah proses perubahan

bentuk lambang/tanda/tulisan menjadi wujud bunyi yang bermakna. Kegiatan

membaca ini sangat ditentukan oleh kegiatan fisik dan mental yang menuntut

seseorang untuk menginterprestasikan simbol-simbol tulisan dengan aktif dan

kritis agar pembaca menemukan makna tulisan dan memperoleh informasi.

Rahim mengemukakan bahwa keterampilan membaca pada

hakikatnya adalah suatu yang rumit melibatkan banyak hal, tidak hanya

sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berfikir,

membaca mencangkup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal,

interprestasi, membaca krisis, dan pemahaman kreatif. 5

Dari pertanyaan tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca adalah

proses berfikir yang termasuk di dalamnya memahami, menuliskan kembali,

4

Tarigan, Membaca sebagai suatu Keterampilan…, 11. 5

(22)

memceritakan menafsirkan arti dari lambang-lambang tertulis dengan

melibatkan penglihatan, gerak mata, pembicaraan batin dan ingatan.

Membaca tergantung pada kondisi fisik dan mental pembaca, agar dapat

memaknai tulisan dan memperoleh informasi secara optimal.

2. Tujuan Membaca

Tarigan mengemukakan bahwa tujuan membaca adalah memperoleh

perincian-perincian atau fakta-fakta, memperoleh ide-ide utama, mengetahui

urutan atau susunan organisasi cerita, membaca untuk menyimpulkan,

mengelompokkan atau mengklasifikasi, menilai dan mengevaluasi , serta

memperbandingkan atau mempertentangkan. Dari uraian tersebut peneliti

menyimpulkan bahwa tujuan membaca yang paling utama adalah

memperoleh informasi. Setalah informasi diperoleh pembaca akan melakukan

tindak lanjut yang dapat berupa kegiatan menyimpulkan, menilai,

membandingkan, membuat pertanyaan atau menjawab pertanyaan dari isi

bacaan tersebut6

Menurut Dalman, terdapat banyak tujuan membaca. Dalam hal ini,

tujuan tersebut bergantung pada kepentingan dan bahan bacaan yang dihadapi

setiap orang. Pada dasarnya, tujuan seseorang membaca itu tidak lain untuk

mendapatkan informasi yang dibutuhkannya dan untuk dan untuk kesenangan

semata.tujuan membaca yang jelas akan dapat meningkatkan pemahaman

seseorang terhadap bacaan. Tujuan membaca erat hubungannya dengan

keterampilan membaca seseorang. Oleh sebab itu, seorang pembaca yang

6

(23)

mempunyai tujuan yang jelas akan mudah memahami isi bacaan, karena ia

akan berfokus terhadap tujuan yang ingin dicapai.7

3. Aspek-Aspek Membaca

Menurut Tarigan secara garis besar terdapat dua aspek penting dalam

membaca, yaitu:

a. Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (lower order) aspek ini mencangkup:

1) Pengenalan bentuk huruf;

2) Pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata frase, pola klausa, kalimat dan lain-lain);

3) Pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi

(kemampuan menyuarakanbahan tertulis atau “to bark at

print”) ;

4) Kecepatan membaca ke taraf lambat.

b. Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order). Aspek ini mencangkup:

1) Memahami pengertian sederhana (leksikal, grametikal,

retorikal);

7

(24)

2) Memahami signifikan atau makna (maksud dan tujuan

pengarang, relevansi/keadaan kebudayaan, dan reaksi

pembaca);

3) Evaluasi atau penilaian (isi,bentuk);

4) Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan

dengan keadaan.8

4. Tahap-Tahap Membaca

Dalam kegiatan membaca terdapat tiga tahap yakni tahap prabaca,

saat baca, pasca baca. Tahapannya adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan prabaca

Guru yang efektif harus mampu mengarahkan siswa kepada

topik pelajaran yang akan dipelajari siswa. Menurut Burns

menyatakan, kegiatan prabaca adalah kegiatan pengajaran yang

dilaksanakan sebelum siswa melakukan kegiatan membaca. Untuk

menjadi pembaca yang sukses, siswa harus memiliki

konsep-konsep tentang tujuan bahan cetakan dan tentang hubungan bahasa

bicara dan bahasa tulis. Siswa juga membutuhkan kosakata dan

pola kalimat yang umumnya tidak ditemukan dalam bahasa lisan

dan dengan gaya menulis yang berbeda. Gruber mengemukakan

beberapa teknik yang bisa dilakukan guru untuk mengaktifkan

skema siswa melalui kegiatan prabaca. Kegiatan yang dimaksud

ialah membuat prediksi seperti yang dikemukakan berikut ini:

8

(25)

1) Guru membaca judul bacaan dengan nyaring kemudian

memperkenalkan para pelaku dengan menceritakan

nama-nama mereka dan beberapa pelaku, para tokoh, akhirnya guru

menyuruh siswa memprediksi kelanjutan cerita

2) Kegiatan memprediksi untuk menceritakan minat siswa pada

bacaan dengan menggunakan teknik prediksi kegiatan prabaca

yang dilakukan ialah membaca nyaring beberapa halaman dari

sebuah buku. Kegiatan ini, membangkitkan rasa ingin tahu dan

minat kepada buku tersebut.

3) Kegiatan lain yang mencangkup dalam kegiatan prabaca ialah

menggunakan berbagai stimulus untuk mempertahankan

perhatian siswa pada pelajaran. Pada kegiatan ini guru harus

berusaha menggunakan berbagai cara dengan menggunakan

media suara yang bervariasi dan gerak-gerak.

b. Kegiatan saat baca

Setelah kegiatan membaca, kegiatan berikutnya ialah

kegiatan saat baca (during reading). Rubin menjelaskan bahwa secara literal (harfiah), metakognisi ialah kegiatan berfikir kritis,

yang merujuk pada pengetahuan siswa tentang proses kognitif

mereka sendiri. Apabila diaplikasikan pada membaca, pembaca

merupakan pembelajaran yang aktif dan konsumen informasi.

(26)

Kegiatan pascabaca digunakan untuk membantu siswa memadukan

informasi baru yang dibacanya ke dalam schemata yang telah

dimilikinya sehingga diperoleh tingkat pemahaman yang lebih

tinggi. Strategi yang dapat digunakan pada tahap pascabaca adalah

belajar memberikan pertanyaan, menceritakan kembali dan prestasi

visual.9

5. Ragam Membaca

Menurut Aminuddin ragam membaca secara keseluruhan

berjumlah 7 jenis ragam membaca. Ketujuh jenis ragam membaca

tersebut yaitu:

a. Membaca dalam hati

Membaca dalam hati adalah membaca tidak bersuara, tanpa

gerakan bibir, tanpa gerakan kepala, tanpa berbisik, memahami

bacaan secara diam atau dalam hati. Membaca dalam hati

merupakan kegiatan membaca yang berusaha memahami

keseluruhan fisik bacaan secara mendalam sambil menghubungkan

isi bacaan itu dengan pengalaman maupun pengetahuan yang

demilikian tanpa diikuti gerak lisan maupun suara.

b. Membaca cepat

Membaca cepat adalah membaca yang dilaksanakan dalam waktu

yang relatif singkat dan cepat untuk memahami isi bacaan secara

garis besar. Membaca pemahaman dapat menggunakan jenis

9

(27)

membaca cepat untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai isi

teks melalui membaca pemahaman dalam waktu terbatas.

c. Membaca teknik

Membaca teknik hampir sama dengan membaca keras.

Pembelajaran membaca teknik meliputi pembelajaran membaca

dan pembelajaran membacakan. Membaca teknik lebih formal,

mementingan kebenaran pembaca serta ketepatan intonasi dan jeda.

Dengan mengacu pada pelafalan yang standar, kegiatan membaca

teknik langsung memasuki kegiatan pembaca berita, pengumuman,

ceramah, berpidato dan sebagaiya.

d. Membaca bahasa

Membaca bahasa adalah membaca yang mengutamakan bahasa

bacaan. Membaca bahasa mementingkan segi bahasa bacaan.

Membaca bahasa yaitu kegiatan membaca yang bertujuan

memperkaya kosa kata, mengembangkan kemampuan, menyusun

kalimat, perolehan gaya bahasa yang keseluruhannya dapat

dimanfaatkan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa

pembacaannya.

e. Membaca estetis

Membaca estetis sering juga disebut membaca indah, membaca

emotif, dan membaca sastra. Membaca estetis adalah kegiatan

membaca yang dilatar belakangi tujuan menikmati serta

(28)

sastra. Sementara untuk menikmati dan menghayati, terlebih

dahulu pembaca harus mampu memahami isi serta suasana

pengaturan dalam teks yang dibacanya.

f. Membaca kritis

Membaca kritis membaca sastra dapat juga meningkatkan menjadi

kegiatan membaca kritis, yakni bisa lewat teks sastra yang dibaca

pembaca bukan hanya bertujuan memahami, menikmati dan

menghayati, melaikan juga bertujuan member penilaian. Pengertian

membaca kritis itu sendiri adalah kegiatan membaca dengan

menggunakan fikiran dan perasaan secara kritis untuk menemukan

dan mengembangkan suatu konsep dengan jalan membandingkan

isi teks sastra yang di baca dengan pengetahuan, pengalaman serta

realitas lain yang diketahui pembaca untuk memberi identifikasi,

perbandingan, penyimpulan dan penilaian.

g. Membaca kreatif

Membaca kreatif adalah kegiatan membaca yang tidak hanya

sekedar menangkap makna tersurat, makna antar baris, tetapi juga

mampu secara kreatif menerapkan hasil membacanya untuk

kehidupan sehari-hari. Membaca kreatif merupakan kegiatan

(29)

membaca untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang bersifat

aplikatif.10

B. Keterampilan Membaca Pemahaman

1. Pengertian membaca pemahaman

Menurut Tarigan membaca pemahaman adalah sejenis membaca

yang bertujuan untuk memahami standar-standar atau norma kesastraan,

resensi kritis, drama tulis, dan pola-pola fiksi. Membaca pemahaman ini

tergantung pada jenis bacaan yang dipilih oleh pembaca.11

Dalman mengemukakan bahwa membaca pemahaman merupakan

keterampilan membaca yang berada pada urutan yang lebih tinggi. Dalam

membaca pemahaman pembaca dituntut mampu memahami isi bacaan

setelah membaca teks, si pembaca dapat menyampaikan hasil pemahaman

pembacanya dengan rangkuman bahasanya sendiri.12

Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca

pemahaman adalah membaca teks bacaan dan memahami isi bacaan

tentang apa yang disebutkan di dalam teks tersebut. Membaca pemahaman

merupakan suatu kegiatan membaca yang bertujuan untuk memahami

wacana secara tepat.

10

Aminuddin, Pengantar Apresiasi Karya Sastra, (Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan, 2009), 17

11

Tarigan, Membaca sebagai suatu Keterampilan…, 58 12

(30)

2. Proses membaca pemahaman

Menurut Dalman proses membaca pemahaman dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Membaca sebagai suatu proses psikologis, artinya kesiapan dan

kemampuan membaca seseorang itu dipengaruhi serta berkaiatan erat

dengan faktor-faktor yang bersifat psikis, seperti motivasi, minat,

latarbelakang sosial ekonomi serta tingkat perkembangan dirinya,

seperti intelegensi dan usia mental.

b. Membaca sebagai suatu proses sensoris, artinya proses membaca

seseorang dimulai dari melihat, atau meraba, proses ini melalui indra

penglihatan, mata, maupun telinga sebagai indar pendengar.

c. Membaca sebagai suatu proses perceptual artinya proses ini

mengandung stimulus sosial makna dan interpretasi berdasarkan

pengalaman tentang stimulus serta respon yang menghubungkan makna

dengan stimulus dan lambang.

Proses membaca pemahaman dapat diawali dengan memberikan

motivasi terhadap siswa dan memahami latarbelakang sosial ekonomi serta

tingkat perkembangan siswa. Proses membaca dapat dimulai dari melihat

atau meraba melalui indra penghlihat dan pendengaran. Selain itu, proses

membaca pemahaman harus mengandung stimulus sosial berdasarkan

(31)

3. Tingkatan Dalam Membaca Pemahaman

Menurut Dalman pada dasarnya pemahaman dalam membaca dapat

dikelompokkan menjadi empat tingkatan, yaitu:

a. Pemahaman literal artinya siswa hanya memahami makna apa adanya,

sesuai simbol-simbol yang ada dalam bacaan.

b. Pemahaman interpretatif. Pada tingkat ini siwa sudah mampu

menangkapa pesan secara tersirat. Artinya, disamping pesan-pesan

secara tersurat seperti pada tingkat pemahaman literal, siswa juga dapat

memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan.

c. Pemahaman kritis. Pada tingkat ini, siswa tidak hanya mampu

menangkap makna tersirat dan tersurat. Dalam hal ini, siswa juga

mampu menganalisis dan sekaligus membuat sintesis dari informasi

yang diperolehnya melalui bacaan. Disamping itu, siswa juga mampu

melakukan evaluasi atau penilaian secara akurat. Artinya siswa

mengetahui persis akan kebenaran atau kesalahanisi wacana

berdasarkan pengetahuan dan data-data yang di milikinya tentang

informasi yang ada dalam bacaan siswa. Siswa pada tingkat ini sudah

mampu membuat kritik terhadap suatu bacaan atau sebuah buku.

d. Pemahaman kreatif. Pada tingkat ini, siswa harus memiliki pemahaman

yang lebih tinggi dari tingkat pemahaman sebelumnya. Setelah selesai

membaca, siswa akan mencoba bereksperimen membuat sesuatu yang

(32)

membuat arasemen musik yang menurutnya dapat digunakan untuk

meningkatkan kreatavitas dalam bersastra.

4. Aspek-aspek Membaca Pemahaman

Menurut Dalman mengemukakan seorang pembaca perlu

mengetahui aspek-aspek membaca pemahaman. beberapa aspek membaca

pemahaman adalah:

a. Memahami pengertian sederhana (leksikal gramatikal)

b. Memahami signifikansi/makna (maksud dan tujuan pengarang)

c. Evaluasi/penilaian (isi, bentuk)

d. Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan

keadaan.

Di sekolah pembelajaran membaca pemahaman perlu difokuskan pada

aspek kemampuan memahami isi teks. Dalam hal ini peran guru sangat

besar pengaruhnya terhadap kemampuan siswa dalam memahami isi teks.13

5. Penilaian membaca pemahaman

Dalam penilaian pembelajaran membaca, Nurgiantoro menjelaskan

bahwa teks kompetensi membaca adalah keterampilan menangkap dan

memahami atau sekaligus menanggapi informasi yang di sampaikan pihak

lain lewat sarana tulisan. Untuk menilai tugas membaca teks bacaan secara

tertulis dapat menggunakan rubrik penilaian yang mencakup 5 poin yaitu,

13

(33)

pemahaman isi teks, memahami detail isi teks, ketepatan diksi, ketepatan

struktur kalimat dan ejaan dari tata tulis.14.

Pada penilaian keterampilan membaca, peneliti hanya menilai 4 poin

atau aspek saja yaitu, pemahaman isi teks, ketepatan diksi, ketepatan struktur

kalimat dan keruntuhan pengungkapan isi cerita dengan menerapkan model

pembelajaran Kooperatif tipe Send A Problem pada pembelajaran membaca pemahaman menggunakan penilaian sebagai berikut :

No. Nama

Aspek 1 : Ketepatan memahami detai isi teks

Aspek 2 : Ketepatan diksi

Aspek3 : Ketepatan struktur kalimat

Aspek4 : Keruntuhan pengungkapan isi cerita

6. Indikator Dalam Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman

Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan

beberapa aktivitas, baik berupa kegiatan fisik maupun kegiatan mental. Dalam

membaca pemahaman terdapat beberapa indikasi yang perlu diperhatikan guna

14

(34)

menentukan ketercapaian tujuan pembelajaran yang nantinya dapat disimpulkan

menjadi indikator yang diharapkan bisa meningkatkan keterampilan membaca

pemahaman siswa kelas III Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin Surabaya. Beberapa

indikasi membaca pemahaman yang harus tercapai adalah sebagai berikut:

a. Melakukan, pembaca memberikan respons secara fisik terhadap perintah

membaca

b. Memilih, pembaca memilih alternative bukti pemahaman, baik secara

lisan maupun tulisan

c. Mengalihkan, pembaca mampu menyampaikan secara lisan apa yang

telah dibacanya

d. Menjawab, pembaca mampu menjawab pertanyaan tentang isi bacaan

e. Mempertimbangkan, pembaca mampu menggarisbawahi atau mencatat

pesan-pesan penting yang terkandung dalam bacaan

f. Memperluas, pembaca mampu memperluas bacaan atau minimalnya

mampu menyusun bagian akhir cerita

g. Menduplikasi, pembaca mampu membuat wacana serupa, dengan wacana

yang dibacanya

h. Modeling, pembaca mampu memainperankan cerita yang dibacanya

i. Mengubah, pembaca mampu mengubah wacana ke dalam bentuk wacana

lain yang mengindikasikan adanya pemrosesan informasi.15

j. Mengajukan, pembaca mampu mengajukan pertanyaan dari wacana yang

dibacanya.

15

(35)

Dari indikasi di atas, penulis menyimpulkan indikator keterampilan

membaca, yakni:

a. Siswa dapat mengajukan pertanyaan berdasarkan isi teks bacaan

b. Siswa dapat menjawab pertanyaan berdasarkan isi teks bacaan

c. Siswa dapat menceritakan kembali berdasarkan isi teks

Dari indikator di atas merupakan titik tolak sebagai acuan pembahasan

peneliti, agar tidak mengalami perluasan dalam bahasan.

C. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

1. Pengertian Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan penunjang keberhasilan

dalam mempelajari semua mata pelajaran. Pembelajaran bahasa diharapkan

membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain,

mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang

menggunakan bahasa tersebut.16

Mata pelajaran bahasa Indonesia SD, merupakan mata pelajaran

strategis karena dengan bahasalah guru dapat menyalurkan ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, dan informasi kepada siswa atau sebaliknya sehingga siswa

dapat menerimanya dengan baik. Oleh karena itu, guru sebagai pengemban

tugas operasional pendidikan/ pembelajaran di sekolah dituntut agar dapat

mengkaji, dan mengembangkan kurikulum dengan benar.

16

(36)

Pada mata pelajaran bahasa Indonesia, ada empat aspek pembelajaran

yang harus dikembangkan di SD. Empat aspek pembelajaran itu disebut

dengan empat keterampilan berbahasa, yang meliputi keterampilan berbicara,

keterampilan mendengarkan, keterampilan membaca, dan keterampilan

menulis.17 Namun dalam penelitian ini yang diteliti hanyalah keterampilan

membaca pemahaman.

2. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia

berfungsi yakni sebagai lambang kebanggaan kebangsaan, lambang identitas

nasional, alat pemersatu, serta alat komunikasi antardaerah dan

antarkebudayaan.

Tujuan mata pelajaran bahasa Indonesia adalah agar siswa memiliki

kemampuan diantaranya:

a. Berkomunikasi secara efektif dan efisiensi sesuai dengan etika

yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.

b. Menghargai dan bangga dalam menggunakan bahasa Indonesia

sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara

c. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat

dan kreatif untuk berbagai tujuan.

d. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan

intelektual serta kematangan emosional dan sosial.

17

(37)

e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas

wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah

budaya intelektual manusia Indonesia.

Pembelajaran bahasa Indonesia saat ini telah mencakup seluruh aspek

kebahasaan, maka siswa dituntut mampu berkomunikasi secara efektif, selalu

menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi formal, memahami

bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat, serta mampu

membanggakan bahasa Indonesia sebagai budaya Indonesia. Dengan begitu, siswa

mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan disertai rasa bangga terhadap

budayanya sendiri.

Fungsi pembelajaran bahasa Indonesia adalah merupakan salah satu alat

penting untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, antara lain:

a. Menanamkan, memupuk, dan mengembangkan perasaan satu nusa,

satu bangsa, dan satu bahasa.

b. Memupuk dan mengembangkan kecakapan berbahasa Indonesia

lisan dan tulisan.

c. Memupuk dan mengembangkan kecakapan berpikir dinamis,

(38)

d. Memupuk dan mengembangkan keterampilan untuk memahami,

mengungkapkan, dan menikmati keindahan bahasa Indonesia

secara lisan maupun tulisan.

D. Materi Mengajukan dan Menjawab Pertanyaan

1. Pengertian kalimat Tanya

Kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relative berdiri

sendiri, mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri atas kausa. Kalimat

tanya (Introgatif) adalah kalimat yang mengandung suatu pertanyaan serta

dibentuk untuk memancing response yang berupa jawaban. Dalam ragam

tulis biasanya diberi tanda Tanya (?). kalimat tanya kita gunakan ketika

ingin mengetahui berapa, orang, waktu, tempat, cara, dan lainnya.

Kata Tanya Contoh pertanyaan Yang ditanyakan

(39)

Ada lima cara yang dapat digunakan untuk membentuk kalimat

tanya, (1) dengan menambahkan kata apa (kah), (2) dengan membalik

urutan kata, (3) dengan menggunakan kata bukan, belum, atau tidak, (4)

dengan mengubah intonasi kalimat, (5) dengan memakai kalimat Tanya.

Selain itu, terdapat dua aspek yang harus diperhatikan penanya

dalam kegiatan tersebut:

a. Kesatuan

b. Kesesuaian pertanyaan dengan jenis informas data yang

diinginkan.

Kesatuan Kesesuaian pertanyaan

Santun Tidak santun Sesuai Tidak sesuai

Maaf, nama

ibu siapa?

Nama ibu

siapa sih?

Pekerjaan orang

tua kakak apa?

Boleh tidak saya

mampir ke rumah

orang tua kakak?

Kesatuan seperti ini sangat perlu dijaga untuk memelhara

kenyamanan, keharmonsan dan keterbukaan hubungan antara penanya

dengan penjawab.

2. Macam-macam kalimat tanya

(40)

Kalimat ini biasanya digunakan untuk tujuan klarifikasi atau

meminta kepastian. Contoh: “Jadi, netul para petani di sini mengalami

gagal panen?”.

b. Kalimat Tanya yang tidak memerlukan jawaban (pertanyaan

retoris) contoh: “Petani mana yang tidak macam-ingin untung dari

usahanya?”.

c. Kalimat Tanya yang memilki tujuan selain bertanya.

Kalimat ini berisi suruhan, permintaan, ajakan, rayuan, sindiran,

sanggahan. Contoh: “kamu mau kan bekerja di kebun saya?”. (ajakan)

d. Kalimat sapaan

Salah satu kalimat Tanya berupa sapaan adalah kalimat yang

digunakan untuk menyapa atau menegur seseorang. Kalimat sapaan

ditandai dengan kata sapaan. Contoh: “Bagaimana keadaan bapak

sekarang?”. Kata bapak, ibu, kakak merupakan kata sapaan.18

E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Send A Problem

1. Pengertian model Kooperatif Send A Problem

Send A Problem merupakan salah satu dari model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang

melibatkan sejumlah kelompok kecil siswa yang bekerja sama dan belajar

bersama dengan saling membantu secara interaktif untuk mencapai tujuan

18

(41)

pembelajaran yang dirumuskan. Pembelajaran kooperatif meningkatkan

rasa saling memiliki dan saling menghargai, meningkatkan jalinan

komunikasi, meningkatkan rasa Saling menerima dan pemberian dukungan.

Model pembelajaran Kooperatif tipe Send A Problem merupakan model yang mengajak siswa untuk belajar menyelidki suatu konsep,

mereview konsep. Kegiatan inti siswa adalah mencari, mendefinisikan

masalah, mendesain hingga mampu mengkomunikasikan dan berinteraksi

dengan kelompok lain. Selama fase mencari masalah, siswa melakukan

identifikasi, pemilihan dan memperjelas masalah selanjutnya siswa diajak

untuk mendesain rencana pemecahan dan merespon masalah yang ditemui,

hingga akhirnya mereka mampu memformulasikan data atau jawaban yang

diperoleh menjadi sebuah informasi dan mengkonsumsikan data tersebut

kepada orang lain.

Dengan adanya model Kooperatif tipe Send A Problem, diharapkan siswa dapat berfikir secara mandiri dan berfikir dalam kelompok secara

krisis dan bertindak kreatif secara menyeluruh membuat pertanyaan untuk

temannya. Siswa-siswa pun diharapkan merasa bertanggung jawab dan

memiliki rasa sosial yang tinggi ini karena setiap kelompok akan merasa

bersaing dengan kelompok lainnya. Maka, siswa yang kurang

pemahamannya pun akan diarahkan oleh teman-teman satu kelompoknya

untuk memahami isi bacaan cerita rakyat dengan membuat kalimat tanya.

(42)

a. Siswa dibagi dalam kelompok berpasang-pasang 2 orang (1 bangku)

b. Tiap siswa dalam satu tim menuliskan suatu pertanyaan dalam suatu

kartu (lembar kerja). Kartu di halaman depan berisi pertanyaan, dan di

halaman belakang berisi jawaban. (diisi tim lain)

c. Seluruh kartu soal dikumpulkan dan diserahkan kepada tim yang lain.

d. Tim yang lain menerima dan menanggapi. Siswa pertama pada tim

penerima membaca pertanyaan dari tim pengirim. Jika tim penerima

tidak setuju dengan jawaban tim pengirim, maka tim penerima

menuliskan jawaban alternatifnya pada halaman jawaban

e. Proses dalam kelompok penerima diulang. Sekarang siswa kedua dari

tim penerima membaca pertanyaan dari tim pengirim dan dibahas lagi,

demikian sampai siswa ketiga keempat.

f. Jika tim kedua sudah mencapai consensus jawabanyya, seluruh kartu

soal dikirim ketim yang baru lagi.

g. Hal semacam ini diulang dalam tim lain (tim ketiga dan seterusnya)

sampai akhirnya kartu soal itu kembali ke tim pengirim asalnya.

h. Tiim pengirim melakukan verifikasi, membandingkan jawaban,

melakukan refleksi terhadap jawaban dari pertanyaan yang mereka buat

sendiri.19

2. Kekurangan dan kelebihan model Kooperatif tipe Send A Probem

Metode Send A Probem memiliki beberapa kelebihan, yaitu:

a. Membantu siswa untuk memahami skema dasar

19

(43)

b. Siswa dapat bekerja sama dengan teman sekelompokknya untuk

menyelesaikan sebuah masalah

c. Membantu siswa untuk lebih cermat dan teliti dalam menyelesaikan

sebuah masalah

d. Semua siswa aktif dan terlibat aktif dalam pembelajaran

Sedang kan kekurangannya, yaitu:

a. Memerlukan waktu yang lama untuk siswa dalam mengerjakan soal

b. Hanya untuk mata pelajaran tertentu20

20

(44)

BAB III

PROSEDUR PTK

A.Metode Penelitian Tindakan Kelas

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Penelitian Tindakan

Kelas. Karena penelitian ini dilakukan untuk memecahkan masalah

pemebelajaran di kelas. Kata Penelitian tindakan kelas berasal dari bahasa

Inggris Classroom Action Research (CAR). Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, karena menggambarkan bagaimana suatu strategi

pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil belajaran yang diinginkan dapat

tercapai. Dengan demikian penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan

(action research) yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas yang pada

hakikatnya merupakan rangkaian “riset-tindakan-riset-tindakan..dst” yang

dilakukan secara siklik dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah

itu terpecahkan. Sedangkan kelas adalah sekelompok siswa/mahasiswa yang

dalam waktu yang sama dan tempat yang sama menerima pelajaran yang sama

dari seorang guru/dosen yang sama.1 Dari pengertian tersebut maka penelitian

tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan oleh guru di dalam

kelas dalam rangka memecahkan masalah sampai masalah itu dapat

dipecahkan.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kolaboratif

dengan guru mata pelajaran dan di dalam proses belajar mengajar di kelas

yang bertindak sebagai pengajar adalah guru mata pelajaran sedangkan

1

(45)

peneliti bertindak sebagai pengamat, penanggung jawab penuh penelitian

tindakan kelas adalah peneliti. Penelitian ini bersifat kualitatif. Penelitian

kualitatif sendiri merupakan suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan

investigasi karena peneliti mengumpulkan data dengan cara tatap muka

langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di lokasi penelitian yang tidak

diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan, akan tetapi tidak

menutup kemungkinan data yang dikumpulkan dari penelitian kualitatif

dianalisis melalui suatu perhitungan.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan

membaca pemahaman pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas III

Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin Surabaya melalui model Kooperatif tipe Send A

problem dimana peneliti secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

Dalam pelaksanaanya penelitian tindakan kelas ini, menggunakan

model Kurt Lewin yang menyatakan bahwa satu siklus terdiri dari empat

langkah yaitu:

1. Planning (perencanaan), penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil penjajagan refleksi awal. Secara rinci perencanaan mencakup tindakan

yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau merubah

perilaku dan sikap yang diinginkan sebagai solusi dari

permasalahan-permasalah. Perlu disadari perencanaan ini bersifat fleksibel dalam arti

(46)

2. Acting (pelaksanaan tindakan), pelaksanaan menyangkut apa yang dilakukan peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan

yang dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan. Jenis tindakan

yang dilakukan dalan penelitian tindakan kelas hendaknya selalu didasari

pada pertimbangan teoritik dan emperik agar hasil yang diperoleh berupa

peningkatan kenerja dan hasil program yang optimal.

3. Observing (observasi), kegiatan observasi dalam penelitian tindakan kelas dapat disejajarkan dengan kegiatan pengumpulan data dalam penelitian

formal. Dalam kegiatan ini peneliti mengamati hasil atau dampak dari

tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Istilah

observasi digunakan karena data yang dikumpulkan memalui teknik

observasi.

4. Reflecting (refleksi). Pada dasarnya kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis sintesis, interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh saat

kegiatan tindakan. Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat dan

mempertimbangkan hasil-hasil atau dampak dari tindakan.2

Secara keseluruhan, empat tahapan dalam PTK tersebut membentuk

suatu siklus PTK yang digambarkan dalam bentuk spiral. Seperti gambar

berikut ini:3

2

Ekawarna, Penelitian Tindakan Kelas,… , 21. 3

(47)

Gambar 3.1 Model PTK Kurt Lewin

B.Setting dan Subyek Penelitian

1. Setting Penelitian

a. Tempat penelitian : MI Nurul Yaqin Surabaya

Peneliti memilih MI Nurul Yaqin Surabaya dikarenakan disana terdapat

masalah dalam keterampilan membaca pemahaman pada siswa kelas III

Ibnu Mas’ud

b. Waktu penelitian : Semester genap tahun ajaran 2015 – 2016.

Identifikasi Masalah

SIKLUS

I

SIKLUS II

Perencanaan ulang Observasi (observing)

Refleksi (reflecting)

Perencanaan (planning)

Tindakan (acting)

(48)

2. Subyek penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III Ibnu Mas’ud MI

Nurul Yaqin Surabaya tahun ajaran 2015 – 2016 dengan jumlah 32 siswa

dalam satu kelas, yang terdiri dari 16 laki-laki dan 16 perempuan.

C.Variabel yang Diteliti

Variabel-variabel penelitian yang dijadikan titik fokus untuk menjawab

permasalahan yang dihadapi yaitu :

1. Variabel input : Siswa kelas III Ibnu Mas’ud MI Nurul Yaqin Surabaya

2. Variabel proses : Penerapan model Kooperatif tipe Send A Problem

3. Variabel output :Peningkatan keterampilan membaca pemahaman

D.Rencana Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model penelitian dari Kurt

Lewin. Model penelitian tindakan kelas menurut Lewin terdiri dari empat

komponen, yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) aksi atau tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting).4 Model Kurt Lewin dipilih oleh peneliti karena apabila pada awal pelaksanaan terdapat

kekurangan, maka peneliti bisa mengulang kembali sekaligus memperbaiki

pada siklus-siklus selanjutnya sampai tujuan pembelajaran tersebut tercapai.

4

(49)

Jika pada siklus pertama dan kedua belum berhasil, maka peneliti melanjutkan

ke siklus berikutnya.

Beberapa prosedur yang peneliti lakukan di kelas III Ibnu Mas’ud MI

Nurul Yaqin Surabaya sebagai berikut:

Pra Siklus

Prasiklus dilakukan untuk bisa mendapatkan data dari hasil penguasaan

materi peserta didik, yang dijadikan tolak ukur perbandingan penguasaan materi

dan sesudah adanya penelitian tindakan kelas. Pada tahap ini, peneliti mengambil

nilai ulangan harian siswa yang merujuk pada keterampilan membaca pemahaman

siswa, yang kemudian dijadikan acuan untuk membuat perencanaan tindakan pada

siklus I.

Siklus I

1. Tahap Perencanaan Tindakan (Planning)

Pada tahap perencanaan ini, kegiatan yang harus dilakukan peneliti adalah:

a. Meminta ijin kepala sekolah serta guru mata pelajaran Bahasa

Indonesia

b. Menentukan waktu untuk pelaksanaan siklus I

c. Menyusun dan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran

d. Mempersiapkan instrumen untuk mengamati dan merekam data

mengenai proses dan hasil tindakan.

e. Peneliti menentukan kriteria keberhasilan, yakni:

1) Rata-rata skor dari siswa minimal 75

(50)

3) Skor aktivitas guru dan siswa sekurang-kurangnya 755

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan yang telah

dirumuskan pada RPP dalam situasi yang aktual. Meliputi kegiatan awal,

kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Langkah-langkah pembelajaran dalam

tahap pelaksanaan tindakan sebagai berikut:

a. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan

menanyakan kabar

b. Guru memberikan motivasi agar siswa selalu rajin belajar

c. Guru menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran

d. Guru memberikan apersepsi mengenai materi pelajaran

e. Guru menyampaikan judul bacaan yang akan dibaca “Asal-Usul Kota

Surabaya

f. Guru menjelaskan materi pembelajaran berupa unsur-unsur dalam

mengajukan pertanyaan yakni 5W+1H ( apa, siapa. kapan,dimana,

mengapa dan bagaimana)

g. Guru membagi siswa berpasang-pasang (1 bangku)

h. Guru memberi waktu 15 menit kepada siswa yang berpasang-pasang

untuk membaca dan memahami bacaan

i. Guru memberi lembar kerja kelompok dan memberi perintah untuk

mengajukan pertanyaan dalam bacaan tersebut

5

(51)

j. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, setelah itu, berdiskusi

berpasang-pasang mengerjakan lembar kerja secara tertulis tersebut

k. Setelah selesai, siswa berpasang-pasang saling mengirim lembar kerja

tersebut kepada pasangan lain, kemudian siswa yang berpasang-pasang

menjawab pertanyaan yang mereka terima

l. Setelah selesai terjawab, salah satu pasangan membacakan pertanyaan,

dan semua siswa menjawab bersama-sama

m. Guru dan siswa bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari

n. Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan dari pembelajaran

o. Guru melakukan refleksi, menutup pelajaran dengan hamdalah dan

mengucapkan salam.

3. Tahap Observasi (Observing)

Pada tahap pengamatan ini, terdapat tiga data yang dibutuhkan peneliti,

yakni:

a. Hasil tes siswa yang diperoleh dengan cara melakukan evaluasi

menggunakan non tes berupa kinerja dan produk yang diselesaikan

siswa setelah akhir tindakan

b. Data aktivitas guru selama pembelajaran yang diperoleh dari hasil

pengamatan peneliti menggunakan lembar aktivitas guru

c. Data aktivitas siswa selama pembelajaran yang diperoleh dari hasil

pengamatan peneliti menggunakan lembar observasi siswa

4. Tahap Refleksi

(52)

a. Mencatat hasil observasi: mencatat kendala yang telah terjadi selama

penerapan model Kooperatif tipe Send A Problem

b. Mengevaluasi hasil observasi: mengevaluasi kendala yang telah

terjadi selama penerapan model Kooperatif tipe Send A Problem

c. Mencatat kelemahan dan kelebihan yang telah terjadi selama

penerapan model Kooperatif tipe Send A Problem untuk dijadikan bahan rancangan siklus berikutnya

d. Evaluasi tindakan pada siklus I

Siklus II

1. Perencanaan (Planning)

a. Membuat rencana pelaksanaan (RPP) berdasarkan refleksi pada siklus

I dan penetapan alternative pemecahan masalah

b. Pengembangan program tindakan dari siklus I

2. Tindakan (Acting)

Melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan

model Kooperatif tipe Send A Problem sesuai RPP hasil refleksi siklus I. langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Guru membuka pelajaran dengan salam dan menanyakan kabar siswa

b. Guru memberikan Ice Breaking berupa tepuk “inginkah kau jadi anak

yang pintar”

c. Guru menyampaikan tujuan dan mamfaat pembelajaran

d. Guru menyampaikan bacaan yang akan dibaca siswa “Legenda Batu

(53)

e. Guru menjelaskan materi pembelajaran berupa unsur-unsur dalam

mengajukan pertanyaan yakni 5W+1H ( apa, siapa. kapan,dimana,

mengapa dan bagaimana), siswa mendengarkan penjelasan guru.

f. Guru membagi siswa berpasang-pasang (1 bangku)

g. Guru memberi waktu 15 menit kepada siswa yang berpasang-pasang

untuk membaca dan memahami bacaan

h. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, setelah itu, berdiskusi

berpasang-pasang

i. Setelah selesai, siswa berpasang-pasang mengajukan pertanyan

kepada pasangan lain. Sampai seterusnya hingga semua pasangan

berkesempatan untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan.

j. Setelah selesai, guru memberikan tugas evaluasi menceritakan

kembali dengan bahasa sendiri

k. Guru dan siswa bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari

l. Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan dari

pembelajaran

m. Guru melakukan refleksi, menutup pelajaran dengan hamdalah dan

mengucapkan salam

3. Pengamatan (Observing)

Dalam tahap pengamatan ini, terdapat tiga data yang dibutuhkan dalam

penelitian untuk mengetahui kriteria keberhasilan sudah tercapai apa belum.

(54)

a. Hasil tes siswa yang diperoleh dengan cara melakukan evaluasi

menggunakan non tes berupa kinerja dan performance yang dikembangkan pada tahap rencana dan diselesaikan siswa setelah

akhir tindakan

b. Data aktivitas guru yang diperoleh dari hasil pengamatan peneliti

menggunakan lembar observasi aktivitas guru

c. Data aktivitas siswa selama pembelajaran yang diperoleh dari hasil

pengamatan peneliti mengguanakan lembar observasi siswa.

4. Refleksi (Reflecting)

Melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus I dan siklus II serta

diskusi dengan guru untuk mengevaluasi dan membuat kesimpulan atas

pelaksanaan pemelajaran bahasa Indonesia melalui model Kooperatif tipe

Send A Problem dalam meningkatkan penguasaan keterampilan membaca pemahaman setelah melaksanakan kegiatan mulai dari siklus I sampai

siklus II

E.Data dan Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Data adalah semua keterangan seseorang yang dijadikan responden

maupun yang berasal dari dokumen-dokumen baik dalam bentuk statistik

atau dalam bentuk lainnya guna keperluan penelitian yang dimaksud.6

Dalam penelitian ini, data yang diperlukan ada dua macam, yaitu :

a. Data Kualitatif

6

(55)

Data kualitatif merupakan data yang berhubungan dengan

kategorisasi, karakteristik berwujud pertanyaan atau berupa kata-kata.

Adapun yang termasuk dalam data kualitatif pada penelitian ini,

meliputi:

1) Materi yang disampaikan dalam Penelitian Tindakan Kelas

2) Metode pembelajaran yang dipakai dalam penelitian Tindakan Kelas

3) Aktivitas guru dan siswa

b. Data Kuantitatif

Data kuantitatif merupakan data yang berwujud angka-angka.

Adapun yang termasuk dalam data kuantatif pada penelitian ini,

meliputi:

1) Data jumlah siswa kelas III

2) Data persentase ketuntasan siswa

3) Data nilai siswa

4) Data persertase aktivitas guru dan siswa

2. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, tes dan

dokumentasi. Dengan pengertian ini peneliti benar-benar diharapkan

mampu berinteraksi dengan subyek penelitian yakni peserta didik kelas III

Ibnu Mas’ud MI Nurul yaqin Surabaya Cara pengumpulan data yang

dikumpulkan dan penelitian tindakan kelas ini antara lain:

(56)

Wawancara adalah pertemuan tanya jawab peneliti dengan

informan untuk tanya jawab.7 Peneliti mengadakan wawancara dengan

guru kelas III MI Nurul Yaqin yang bernama Ibu Syukrillah. Teknik

wawancara ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang jumlah

siswa kelas III dan nilai siswa tentang bagaimana keterampilan

membaca pemahaman siswa sebelum kegiatan PTK dilakukan.

b. Observasi (Pengamatan)

Observasi adalah pengamatan; pengawasan; peninjauan;

penyelidikan; riset.8 Observasi adalah suatu proses pengamatan dan

pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan rasional mengenai

berbagai fenomena baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam

situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.9 Pengamatan penelitian

ini dilakukan secara langsung pada saat pembelajaran aktif dengan

model pembelajaran Kooperatif tipe Send A Problem dalam keterampilan membaca pemahaman. Dalam pengamatan ini digunakan

dua lembar pengamatan, yaitu lembar pengamatan aktivitas guru dan

siswa yang digunakan untuk merekam aktivitas guru dan siswa dalam

pembelajaran dengan model pembelajaran Kooperatif tipe Send A Problem

c. Non Tes

Non tes adalah salah satu teknik dalam penilaian. Tekni non tes

ini digunakan untuk mengukur ranah afektif dan psikomotor. Pada

7

Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia.., 1811. 8

Pius A Partanto, M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 2001), 533 9

(57)

penelitian ini, teknik non tes digunakan untuk mengukur keterampilan

membaca pemahaman. Penilaian yang digunakan berupa penilaian

kinerja dan produk hasil kerja dengan menceritakan kembali isi cerita

tersebut (Product Assessement).

d. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan

penyimpanan informasi dibidang pengetahuan.10

Dokumentasi pada penelitian ini adalah absensi, data nilai, dan

gambar gambar yang dibutuhkan selama proses pembelajaran

berlangsung. Dokumentasi yang dimaksud pada penelitian ini adalah:

1) Tes hasil belajar siswa

2) Daftar hadir siswa

3) Perangkat pembelajaran yaitu RPP

4) Gambar/dokumentasi proses pembelajaran

3. Instrumen Pengumpulan Data

a. Wawancara

Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data yang

dilakukan dengan teknik wawancara adalah berbagai pertanyaan

sebagai berikut:

 Wawancara guru sebelum tindakan. (Terlampir)

 Wawancara guru setelah tindakan. (Terlampir)

10

(58)

b. Lembar Observasi

1) Instrumen observasi aktivitas guru. (Terlampir)

2) Instrument observasi aktivitas siswa. (Terlampir)

c. Evaluasi atau Tes

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yang

dilakukan dengan non tes berupa kinerja dan produk. (Terlampir)

d. Dokumentasi

Dalam penelitian ini, ada beberapa dokumen penting yang

dijadikan peneliti sebagai sumber data, diantaranya adalah profil

madrasah, data tentang keadaan tenaga pendidik MI Nurul Yaqin yang

berjumlah 22 orang. Data tentang keadaan siswa MI Nurul yaqin yang

berjumlah 376 orang. (Terlampir)

4. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan cara yang digunakan dalam pengelahan

data yang berhubungan erat dengan perumusan masalah yang telah

diajukan sehingga dapat digunakan untuk menarik kesimpulan. Dalam

pelaksanaan penelitian tindakan kelas, ada dua jenis data yang

dikumpulkan oleh peneliti, yaitu:11

11

(59)

a. Data kualitatif, yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat

yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa. Digunakan untuk

menganalisis data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi.

b. Data kuantitatif (nilai tes hasil belajar), seperti mencari nilai rata-rata

dan persentase keberhasilan belajar. Untuk menganalisis tingkat

keberhasilan atau persentase ketuntasan belajar siswa setelah proses

belajara mengajar berlangsung pada tiap siklusnya, dilakukan dengan

caramemberikan evaluasi berupa penilaian non tes pada setiap akhir

siklus. Analisis dihitung dengan menggunakan statistik sederhana

berkut:

1) Penilaian tes penguasaan materi

Penilaian ini diperoleh dari hasil non tes penguasaan keterampilan

membaca pemahaman. dan dinyatakan dengan rumus:

Nilai Perolehan Akhir = �� � �ℎ� � 100

Setelah nilai siswa diketahui, peneliti menjumlahkan nilai yang

diperoleh siswa selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa tersebut

sehingga diperoleh nilai rata-rata. Untuk menghitung nilai rata-rata

kelas dihitung dengan menggunakan rumus:12

M

=

Keterangan: M = Nilai rata-rata

∑ x = Jumlah Semua nilai

12

Gambar

Gambar 3.1 Model PTK Kurt Lewin
gambar gambar yang dibutuhkan selama proses pembelajaran
Tabel 3.1 kriteria Persentase aktivitas guru dan siswa

Referensi

Dokumen terkait

[r]

PE2V1ERINTAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN DINAS PU.CIPTA KARYA DAN PENGAIRAN..

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar fluor air sumur dengan fluorosis gigi pada anak di Dusun 1 Desa Sitiris-Tiris Kecamatan Andam Dewi, Tapanuli

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan uraian dan analisis pada tahun 2005 menunjukan hubungan yang positif dan memberikan pengaruh yang signifikan antara perubahan IHSG

Abstrak : Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keterampilan Blocking dalam permainan bola voli melalui metode bola gantung siswa kelas V SD Negeri 5

10 Ibid : Philipus M. Hadjon, Tatiek Sri Djatmiati, G.H.. pemeriksaan/audit investigatif) tidak ada, sedangkan berdasarkan kewenangan non atributif sebanyak 42 (empat puluh

Ada suatu kesulitan yang dihadapi oleh penulis pada touching switch ini , kesulitan tersebut adalah bila touhing switch ini dihubungkan dengan komputer untuk mempermudakan

In order to pursue the idea of bringing the region closer to the people, the summit also signed the ASEAN Declaration on the Role of the Civil.. Service as a Catalyst for