• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster : Studi pada Klaster Cor Logam Ceper-Klaten Jawa Tengah D 902005007 BAB X

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peranan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster : Studi pada Klaster Cor Logam Ceper-Klaten Jawa Tengah D 902005007 BAB X"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Penutup

Kesimpulan

Kondisi dan Teknologi Klaster Cor Logam

Kondisi bisnis dan teknologi klaster cor logam, dapat dibagi dalam tiga tahapan yaitu tahap awal pertumbuhan/embrio, tahap tumbuh dan dewasa, tahap penurunan dan transformasi. Tahap awal pertumbuhan/ embrio merupakan tahap pertumbuhan klaster pertama kali sampai dengan awal jaman kemerdekaan. Pada tahapan awal pertumbuhan/ embrio dibagi menjadi 3 (tiga) jaman, yaitu jaman Belanda, jaman Jepang dan jaman awal kemerdekaan.

(2)

berupa kejen (mata bajak), kemudian berkembang sebagai spare part dari mesin pabrik gula dan juga sebagai alat angkut lori untuk mengangkat tebu dan tembakau. Pada jaman Jepang industri cor logam dipergunakan untuk memproduksi senjata berupa peluru dan granat. Selanjutnya pada awal kemerdekaan cor logam dipergunakan untuk pemenuhan kebutuhan sektor industri, seperti peralatan untuk pabrik tekstil.

Pada tahap awal pertumbuhan/embrio, teknologi pengecoran yang digunakan masih sederhana berupa besalen yaitu tobong batu bata yang berbentuk pipa. Sebagai bahan bakarnya adalah arang kayu kesambi. Untuk mencairkan (melebur) besi cor dibutuhkan waktu kurang lebih 7 jam terus menerus.

Pada periode tumbuh dan dewasa kebjakan Pemerintah menekankan pada kebjakan substitusi impor, sehingga mengakibatkan industri cor logam mengalami pertumbuhan yang pesat. Hal tersebut tidak terlepas dari pembinaan pemerintah pusat dan adanya order-order yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pemerintah, baik di bidang irigasi, pertanian, kesehatan maupun perumahan. Kebjakan substitusi impor khususnya di bidang cor logam mengakibatkan besarnya peluang pasar yang menyebabkan banyak perusahaan-perusahaan cor logam di Ceper menjadi sub kontrak perusahaan-perusahaan besar swasta.

Pada jaman tumbuh dan dewasa teknologi yang banyak digunakan adalah dapur tungkik dan dapur kupola dengan bahan bakar arang.

(3)

Dampak dari penurunan daya beli dan tingginya harga pokok penjualan cor logam, menyebabkan beberapa pengusaha melakukan berbagai langkah inovasi, diantaranya : melakukan modernisasi tungku pembakaran dari kupola menjadi induksi dan mengalihkan produksinya pada produk-produk non fero, seperti otomotif, pompa hydran, pompa air. Dengan demikian pada saat terjadinya penurunan usaha, klaster cenderung untuk melakukan transformasi dengan menghasilkan produk baru.

Dengan mahalnya bahan bakar arang, maka para pengusaha memilih dapur induksi yang menggunakan energi listrik untuk teknologi pengecoran logam. Sehingga krisis moneter berdampak pada peningkatan teknologi pengecoran logam, dari dapur kupola beralih pada dapur induksi.

Gambaran tentang perkembangan klaster dan teknologi klaster cor logam dalam tahapan perkembangan klaster dirangkum seperti pada tabel 10.1 :

Tabel 10.1

Karakteristik klaster berdasarkan tahapan pertumbuhan

Karakteristik

Tahap tumbuh & dewasa

Tahap penurunan & transformasi

Pemasaran klaster

Jejaring mata rantai nilai

Tehnologi yang digunakan Tingkat persaingan

Memenuhi kebutuhan pasar disekitar daerah klaten

Terbatas

Besalen dan tungkik

Persaingan rendah

Memenuhi kebutuhan pasar Nasional dan sebagian diekspor Sangat luas

Tungkik dan kupola

Persaingan rendah

Memenuhi kebutuhan pasar Nasional

Cukup luas

Kupola dan Induksi

(4)

Melihat kondisi perkembangan klaster cor logam Ceper Klaten dapat disimpulkan bahwa klaster indusri cor logam tumbuh dari sektor pertanian, hal ini bisa dilihat dari awal perkembangan industri yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan peralatan pertanian. Teknologi berkembang dari teknologi yang sangat sederhana sampai pada teknologi yang modern yaitu induksi. Sedangkan jejaring pada masa tumbuh dan dewasa sangat luar, dan pada masa turun dan transformasi luasan jejaring mengalami penurunan.

Keberadaaan Modal Sosial

Kondisi klaster cor logam di Ceper berpengaruh pada dinamika modal sosialnya. Pada tahap awal pertumbuhan/embrio embrio, dimana adat dan budaya masih mempengaruhi dalam berbisnis menyebabkan modal sosial yang terbentuk bersifat alami, lebih banyak dipengaruhi oleh faktor budaya dan keagamaan. Pada tahap tersebut modal sosial yang terbentuk lebih banyak berupa bonding (kekeluargaan), meskipun memasuki awal kemerdekaan mulai membangun bridging bekerjasama dengan pemerintah dan pihak-pihak lainnya tetapi masih dalam skala terbatas.

(5)

Karena adanya krisis moneter yang berdampak pada penurunan industri cor logam di Ceper, menyebabkan modal sosial berangsur-angsur mengalami penurunan pula. Kepercayaan kepada pihak eksternal khususnya pemerintah mulai menurun tajam, seiring dengan tidak adanya program-program pemerintah pusat untuk pengembangan industri cor logam di Ceper. Namun sejak tahun 2010 seiring dengan perubahan permintaan pasar, antara lain pasar menginginkan produk berkualitas, transparansi dalam penentuan harga produk dan permintaan pengiriman barang yang tepat waktu menyebabkan modal sosial yang tadinya menurun dapat meningkat kembali. Kondisi peningkatan modal sosial juga dipengaruhi oleh budaya keagamaan yang kuat dan faktor persaudaraan yang masih kuat dari para pelaku usaha di Ceper.

Keberadaan modal sosial pada masing masing tahapan perkembangan klaster dapat dilihat pada tabel 10.2

Tabel 10.2

Keberadaan Modal Sosial pada Setiap Tahapan Perkembangan Klaster

Karakteristik Klaster

Tahapan pertumbuhan Klaster

Tahap awal pertumbuhan/embrio

Tahap tumbuh & dewasa

Tahap penurunan & transformasi

Dasar kebersamaan Kebersamaan lebih didasari pada nilai nilai sosial

Kebersamaan didasari nilai ekonomi

Kebersamaan didasari nilai ekonomi dan perbaikan sistim

Kondisi etika bisnis Etika bisnis relatip tinggi

Etika bisnis tinggi,menurun dibandingkan tahap awal pertumbuhan/embrio

Etika bisnis rendah, menurun dibandingkan tahap tumbuh

Tipe Modal sosial MS Bonding MS Bonding dan Bridging

(6)

Dari uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkankan bahwa aspek sosial,budaya dan keluarga pengaruhnya masih kuat dalam pembentukan modal sosial sehingga menjadikan peranan modal sosial dalam pengembangan klaster sangat berpengaruh. Demikian pula peranan pemerintah sangat berpengaruh kuat mempengaruhi keberadaan modal sosial, sehingga peranan modal sosial menjadi sangat berarti dalam pengembangan klaster. Tipe modal sosial pada masa awal pertumbuhan/ embrio adalah bonding, tahap tumbuh dan dewasa tipe modal sosialnya adalah bonding dan bridging serta tahap penurunan dan transformasi juga bonding dan bridging.

Pemanfaatan Modal Sosial bagi Perkembangan Klaster Cor Logam

Pemanfaatan modal sosial dalam klaster cor logam di Ceper, dapat diterangkan dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu : a) pada pembentukan modal sosial, b) penggunaan modal sosial dan c) upaya yang dilakukan untuk meningkatkan modal sosial.

Pembentukan modal sosial, dilakukan melalui lembaga formal dan non formal. Lembaga formal dalam bentuk : koperasi, sub kontrak dan kemitraan plasma inti. Sedangkan pembentukan modal sosial pada lembaga non formal dalam bentuk kekeluargaan dan kegiatan sosial seperti walimahan, selamatan, tahlilan, salawatan dan yasinan.

(7)

Para pelaku usaha dalam membangun jaringan dilakukan melalui 3 (tiga) cara, yaitu melalui jaringan lembaga formal seperti koperasi, jaringan lembaga non formal dalam bentuk kekeluargaan dan kegiatan sosial serta jaringan mandiri, seperti apa yang telah dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar, dengan cara mendapatkan pembeli maupun penyedia bahan baku sendiri tanpa melibatkan keluarga maupun lewat koperasi.

Sedangkan modal sosial kepercayaan dipergunakan pelaku usaha untuk mempertahankan jaringan usaha yang telah terbangun. Dari jaringan usaha tersebut, diharapkan para pelaku usaha mendapatkan manfaat berupa order, bantuan peralatan, bantuan pelatihan, keringanan harga bahan baku, kemudahan mendapatkan kredit dan lain sebagainya.

Norma baik berupa aturan formal maupun kebiasaan, akan ditaati oleh pengusaha sepanjang memberikan manfaat bagi dirinya, sedangkan aturan yang merugikan bagi usahanya cenderung tidak akan ditaati. Modal sosial berupa kepedulian terhadap sesama dipergunakan oleh pelaku usaha, dengan tujuan akan mendapatkan keuntungan dikemudian hari apabila membantu usaha orang lain. Disamping kepedulian terhadap sesama juga lahir karena kuatnya budaya dan sistem kekeluargaan. Modal sosial berupa keterlibatan terhadap organisasi baik formal maupun non formal akan mendatangkan manfaat bagi para pengusaha, baik berupa order, pembinaan maupun kerjasama yang lain. Proses pembentukan dan pemanfaatan modal sosial dapat digambarkan pada lampiran 2.

(8)

terhadap norma dan kepedulian terhadap sesama serta keterlibatan dalam organisasi dimanfaatkan dalam menjalankan usahanya

Upaya Peningkatan Modal Sosial

Meskipun modal sosial bermanfaat bagi pelaku usaha dalam menjalankan bisnisnya tetapi modal sosial mempunyai kelemahan berupa kecenderungan ditinggalkan oleh pelaku usaha apabila dirasakan bahwa kerja sama yang dibangun dalam klaster sudah tidak bermanfaat bagi usahanya. Pelaku usaha cenderung meninggalkan komitmen yang sudah dibangun bersama tersebut dan akan bekerja sendiri serta membangun modal sosial baru dengan lingkungan usaha yang baru yang bermanfaat bagi usahanya. Oleh karena itu, agar modal sosial tetap meningkat diperlukan upaya-upaya dalam bentuk menjaga transparansi lembaga formal sebagai wadah modal sosial, menjaga harmonisasi antara bisnis dengan hubungan sosial dan fasilitasi dari pemerintah baik berupa perkuatan kelembagaan, pasar dan kualitas produk serta peraturan yang mendukung klaster.

(9)

Tabel 10.3

Upaya peningkatan modal sosial yang dilakukan klaster pada setiap tahap perkembangan klaster

Karakteristik

Tahap tumbuh & dewasa

Tahap penurunan & trasformasi

Transparansi kelembagaan formal

Belum transparansi Transparan Lebih transparan

Harmonisasi hubungan antar pengusaha

Sangat

harmonis,karena aspek sosial sangat kuat

Harmonis karena dukungan aspek sosial dan ekonomi

Pada mulanya tidak harmonis,namun akhir akhir ini keharmonisan mulai timbul kembali karena aspek kekerabatan budaya.

desentralisasi, manfaat kurang dirasakan

Tidak banyak dirasakan manfaat

(10)

Kondisi-kondisi Yang Mempengaruhi Modal Sosial

Untuk melancarkan bisnisnya, maka para pelaku usaha membangun modal sosial di masyarakat. Modal sosial yang tinggi di masyarakat berdampak pada kelancaran bisnisnya tetapi modal sosial yang rendah dapat menghambat kelancaran bisnis. Kondisi-kondisi yang mempengaruhi modal sosial di masyarakat bisa tinggi maupun rendah, tergantung:

1) Kondisi eksternal yang terdiri dari kondisi makro dan mikro.

a. Kondisi makro, seperti kondisi politik, pertumbuhan ekonomi, perubahan teknologi, dan dukungan pemerintah, akan berdampak pada tinggi rendahnya modal sosial di masyarakat.

b. Kondisi mikro berupa tuntutan permintaan pasar yang transparan menyebabkan modal sosial tinggi sedangkan permintaan pasar yang tidak transparan akan menghambat tumbuhnya modal sosial di masyarakat.

2) Kondisi internal, seperti struktur sosial.

(11)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keberadaan/dinamika modal sosial mempunyai hubungan dengan kondisi eksternal dan internal yang akhirnya dapat mempengaruhi bentuk jaringan sosial, yaitu bonding atau bridging.

Implikasi Teoritis

Teori Peranan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster

Untuk mengetahui peranan modal sosial pelaku usaha cor logam di Ceper, berupa jaringan usaha, kepercayaan, norma, kepedulian dan keterlibatan dalam organisasi, dilakukan analisis dengan memfokuskan pada 2 (dua) aspek, yaitu pertumbuhan ekonomi dan permintaan pasar. Pertumbuhan ekonomi menjadi tolok ukur keberhasilan suatu klaster, sedangkan pasar merupakan faktor penting bagi pelaku usaha untuk mendapatkan order.

Perananmodal sosial pada klaster cor logam di Ceper sejalan dengan dinamika pertumbuhan ekonomi klaster. Pada saat awal pembentukan klaster, para pelaku usaha sedang mencari bentuk untuk memajukan ekonomi usahanya, karena masih baru dan belum berpengalaman khususnya dalam menjalin kerja sama eksternal maka dilakukan secara bersama-sama. Kondisi ini menyebabkan modal sosial diantara pelaku usaha cukup baik. Namun modal sosial yang terbentuk sifatnya masih merupakan modal sosial bonding yang hanya melibatkan keluarga dan teman-teman dekat.

(12)

dukungan sistem kelembagaan yang baik, maka pelaku usaha berusaha bekerjasama untuk melayani pasar dan secara terus menerus membangun jejaring. Kondisi tersebut berdampak pada peningkatan modal sosial sampai pada tataran modal sosial yang tinggi dan bentuk modal sosialnya berubah ke arah bridging.

Pada saat pertumbuhan ekonomi turun, yang berdampak pada penurunan pangsa pasar dan akhirnya klaster mengalami penurunan, oleh para pengusaha disikapi dengan melakukan diversiikasi produk dari cor logam ke arah komponen otomotif dan pompa.Kondisi ini menyebabkan klaster memasuki tahapan transformasi. Pada tahapan transformasi ini modal sosial klaster mengalami penurunan, karena para pelaku membentuk komunitas baru, walaupun bentuk modal sosial masih berupa bridging.

Seiring dengan tuntutan pasar akan kualitas produk, harga yang transparan dan delivery yang tepat serta on line system perbankan menyebabkan pelaku usaha termotivasi untuk membangun modal sosial. Baik secara internal (dengan karyawan dan sub kontraknya) maupun eskternal dengan pelaku usaha yang lain. Sistem pasar yang baik menyebabkan pelaku usaha yang merasa tidak mampu akan menyerahkan kepada pelaku usaha yang dipandang mampu. Hal tersebut menyebabkan modal sosial menjadi meningkat. Kondisi ini akan berkebalikan pada saat sistem pasar tidak baik seperti pada awal krisis moneter yang menyebabkan persaingan tinggi dan berdampak modal sosial yang kurang baik.

(13)

daya dan mempertahankan status kekuasaan, hal ini sesuai dengan teori modal sosial oleh Bourdieu. Namun pada saat tahapan pertumbuhan dimana tipe modal sosial bridging dan manejemen koperasi lebih transparan, modal sosial tidak dimanfaatkan untuk penguasaan terhadap sumber daya atau untuk mempertahankan kekuasaan, tetapi digunakan untuk pemenuhan kebutuhan anggota Koperasi, sehingga kondisi ini bertolak belakang dari teori modal sosial Bourdieu.

Pada saat kondisi dimana terjadi transparansi sistem, seperti penentuan harga,pengiriman dan spesiikasi produk serta sistem pelayanan publik yang baik seperti on line sistem, maka modal sosial mengalami kenaikan. Hal ini sesuai dengan teori Modal Sosial Putman tentang asosiasi aktivitas (warga, kelompok) sebagai dasar integrasi sosial dan kemakmuran

Teori Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Klaster

(14)

Pada awal pembentukan klaster dan tahapan pertumbuhan klaster, modal sosial berperan sebagai pendorong tumbuhnya kebersamaan diantara anggota dalam rangka mencapai tujuan bersama. Pada saat transisi dari tahapan klaster tumbuh ke tahapan penurunan dan transformasi, modal sosial tidak dapat berperan lagi dalam peningkatan kebersamaan anggota, karena beberapa pelaku usaha yang melakukan diversiikasi (tahapan transformasi) merasa tidak membutuhkan modal sosial di dalam klaster sebelumnya.

Dalam melakukan bisnis, para individu pelaku usaha menggunakan modal sosial berupa jaringan, kepercayaan, komitmen terhadap norma, kepedulian dan keterlibatan dalam organisasi untuk mendapatkan order dan fasilitas usaha lainnya. Modal sosial dibangun oleh pelaku usaha cor logam di Ceper, digunakan untuk kepentingan individu dalam usaha melancarkan usahanya. Pada saat kepentingan individu usahanya tidak tercapai maka pelaku usaha mempunyai kecenderungan untuk meninggalkan jaringan usaha yang sudah dibangunnya. Namun, karena adat dan budaya di Ceper yang masih menjunjung tinggi norma-norma agama, kejujuran, dan kekeluargaan menyebabkan individu-individu pengusaha yang meninggalkan jaringan usaha tersebut, pada akhirnya kembali lagi bergabung.

(15)

Kepentingan sosial tersebut dimanfaatkan untuk membangun kepercayaan kepada lembaga yang menjadi wadah modal sosial, misalnya Koperasi Batur Jaya berkaitan dengan akses informasi dan kemudahan fasilitas dari Pemerintah.

Jika menyimak teori pilihan rasional dari Coleman, bahwa apabila secara rasional kepentingan individu tidak terakomodasi dalam suatu kelompok, maka akan menyebabkan individu keluar dari kelompok. Kondisi pada tahapan penurunan pada mulanya dapat dibenarkan, namun dalam perkembangannya yang terjadi pada klaster Cor logam Klaten, karena sistem sosial dimana kekerabatan, budaya dan adat -istiadat serta peranan agama yang kuat, maka walaupun kepentingannya tidak terpenuhi di dalam Koperasi, tetapi mereka tetap mendukung dan berperan serta terhadap keberadaan Koperasi, karena para pengusaha yang sebagian besar masih mempunyai hubungan kekerabatan menghendaki adanya hubungan yang harmonis antar sesama pelaku usaha.

Dari uraian tentang teori peranan dan pemanfaatan modal sosial dalam perkembangan klaster tersebut, merupakan pelengkap dari teori modal sosial yang diperkenalkan sebelumnya seperti halnya pendapat Bourdieu yang mengatakan bahwa modal sosial digunakan untuk membentuk suatu kelas sosial tertentu dalam rangka untuk mempertahankan suatu status quo. Namun dalam kenyataannya bahwa modal sosial yang dikelola secara transparan dan mempunyai manfaat terhadap para pengrajin melalui suatu kelembagaan justru dapat lebih memupuk modal sosial secara keseluruhan tanpa adanya suatu kelas.

(16)

dalam kenyataan apabila sistem sosial yaitu kekrabatan, budaya dan adat istiadat serta peranan agama yang kuat walaupun kepentingan tidak terpenuhi di dalam suatu institusi/kelompok pada akhirnya tetap mendukung dan berperan serta terhadap keberadaan institusi/kelompok tersebut,karena para pengusaha yang sebagian besar masih mempunyai hubungan kekerabatan menghendaki adanya hubungan yang harmonis antar sesama pelaku usaha.

Demikian juga Schmitz (1997) yang melakukan penelitian modal sosial pada klaster sepatu di Brazil dengan melihat sejarah perkembangan klaster. Penelitian Schmitz belum membagi klaster sepatu dalam beberapa tahapan. Juga belum meneliti pemanfaatan dari modal sosial tersebut. Penelitian ini menyampaikan teori tentang kondisi modal sosial pada 3 tahapan perkembangan klaster yang berbeda, yaitu awal pembentukan, tumbuh, penurunan dan transformasi. Di samping itu, juga menyampaikan teori tentang pemanfaatan modal sosial dalam mengembangkan klaster.

Implikasi Kebijakan

(17)

saat menggunakan induksi 4)pengembangan modal sosial di dalam klaster masih terbatas,hanya pada para anggota koperasi, 5) peranan pemerintah dalam pengembangan klaster cor logam Ceper yang mayoritas adalah klaster UMKM sangat berpengaruh dalam peningkatan modal sosial, 6) Otonomi daerah yang belum mempunyai manfaat terhadap pengembangan klaster , 7) daya saing cor logam yang masih terbatas karena harga bahan baku yang mahal dan, 8) adanya perbaikan sistem dalam penentuan harga,pengiriman dan spesiikasi yang transparan serta adanya sistem on line dari Bank indonesia, yang mengakibatkan kerja sama antar pelaku usaha semakin baik, maka temuan dalam penelitian tersebut dapat digunakan bagi para praktikal pengembangan klaster dengan mengembangkan model kelembagaan klaster dan model kebijakan pemerintah seperti tersebut di bawah ini :

1. Model kelembagaan klaster.

(18)

klaster.Dengan adanya Forum rembuk klaster, diharapkan klaster di samping untuk meningkatkan kebersamaan/usaha kolektif juga untuk mewujudkan adanya kemandirian dari klaster. Model kelembagaan klaster termaksud digambarkan pada bagan dalam gambar 10.1

Gambar 10.1.

Struktur Organisasi Klaster

Dalam struktur Forum rembuk klaster mempunyai dua unit usaha yaitu unit pengembangan usaha dan koperasi.Ketua forum rembuk dibantu dengan menejer klaster lebih banyak untuk membangun modal sosial, pengembangan SDM dan pengembangan R & D. sedangkan koperasi lebih pada operasional bisnis yaitu dalam penyediaan bahan baku dan

(19)

para pengusaha baik pengusaha kecil, menengah dan besar di dalam klaster, satuan kerja perangkat daerah terkait di kabupaten, Politeknik manufaktur. Dengan demikian klaster cor logam diharapkan lebih kuat keberadaan modal sosialnya dan lebih fokus dalam pengembangan usaha didalam klaster. Agar perkuatan kelembagaan klaster lebih baik maka perlu adanya BDS (Business Development Services) pendamping, khususnya untuk pendampingan realisasi rencana pengembangan usaha klaster, pengembangan inovasi produk dan pendanaan. 2. Model Kebjaksanaan Pemerintah.

Dalam sejarah perkembangan klaster cor logam Ceper,bahwa kebjakan pemerintah sangat mendorong pengembangan klaster, khususnya dalam peningkatan modal sosial.Hal ini tidak lepas dari keberadaan klaster yang sebagian besar merupakan UMKM.Berkenaan dengan hal tersebut diperlukan adanya pembelaan Pemerintah terhadap UMKM melalui Klaster melalui berbagai kebjakan pemerintah di berbagai aras dan sektor, diantaranya :

a. Pemerintah Daerah Kabupaten

(20)

Peningkatan SDM dari SKPD pembina klaster untuk lebih profesional dan mempunyai spesialisasi di bidang pembinaan industri, hal ini penting karena dalam era otonomi daerah para pembina hanya mempunyai pengetahuan yang umum (generalis) karena rotasi karyawan antar SKPD tanpa melihat latar belakang kemampuan.

b. Pemerintah Provinsi

Klaster cor logam Ceper merupakan salah satu klaster unggulan di Jawa Tengah maka Pemerintah Provinsi harus memfasilitasi antara lain melalui SKPD secara terintegrasi untuk pengembangan klaster, seperti halnya Dinas Perindag untuk pengembangan industri dan promosi perdagangan, Dinas Koperasi dan UMKM dalam pembinaan permodalan melalui koperasi, Badan Lingkungan Hidup untuk perbaikan lingkungan, Badan Penanaman Modal untuk melakukan kemitraan antara pengusaha besar dan pengusaha di dalam klaster cor logam klaster, Badan Litbang lebih pada fasilitasi inovasi teknologi, Badan Pemberdayaan Masyarakat untuk peningkatan modal sosial melalui pemberdayaan masyarakat UMKM

c. Pemerintah Pusat

(21)

baik di dalam negeri maupun luar negeri baik melalui kemitraan dengan BUMN maupun fasilitasi promosi.

Pihak-pihak terkait Pemerintah pusat dalam pengembangan klaster industri cor logam Ceper diantaranya Kementrian Perindustrian, dalam pembinaan tehnologi produksi dan kemudahan bahan baku, Kementrian Perdagangan dalam memfasiltasi pemasaran produk.Kementrian Koperasi dan UKM dalam memfasilitasi pendanaan dan fasiltasi pembiayaan BDS pendamping,Kementrian Riset dan Teknologi serta BPPT dalam rangka pengembangan inovasi produk dan teknologi.

Dengan melihat model pengembangan klaster cor logam, yang mempunyai skala ekonomi yang cukup besar,adanya usaha kolektif untuk lebih maju,dan memudahkan dalam pembinaan,maka seharusnya ada langkah langkah terobosan dari Pemerintah pusat diantaranya :1)Perlu adanya Gerakan pengembangan klaster UMKM yang dimotori oleh Presiden, sehingga keterpaduan pembinaan antar kementrian akan lebih mudah dan tidak ego sektoral, 2)Perlu adanya Keputusan Presiden bahwa Gubernur dan Kepala Daerah Kabupaten/ kota untuk mengembangkan model klaster baik di sektor industri, Pertanian dan Pariwisata, 3)Pemerintah pusat perlu membuat guidance

(22)

dan akhirnya klaster yang mempunyai peuang pasar Provinsi merupakan fokus pembinaan dari Pemerintah Kabupaten/Kota. Tentunya pembagian model seperti ini tidak diterapkan secara kaku, namun azas prioritas masih tetap dilaksanakan

Saran Penelitian Lebih Lanjut

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, ada peranan modal sosial dalam perkembangan klaster dan pemanfaatan modal sosial, sehingga dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tentang bagaimana: a) usaha peningkatan modal sosial dalam perkembangan klaster yang berisi tentang kebjakan pemerintah yang mendorong peningkatan modal sosial, antara lain penelitian kebjakan dalam menyikapi globalisasi dalam mendukung peningkatan modal sosial di dalam perkembangan klaster, model kelembagaan pemerintah daerah dalam era otonomi daerah untuk mendukung peningkatan modal sosial di dalam perkembangan klaster, model stimulan pemerintah yang efektif bagi peningkatan modal sosial di dalam perkembangan klaster. b) model kelembagaan dalam membangun modal sosial dalam perkembangan klaster.

Gambar

Tabel 10.2Keberadaan Modal Sosial pada Setiap Tahapan Perkembangan Klaster
Tabel 10.3
Gambar 10.1. Gambar 10.1.

Referensi

Dokumen terkait

Empat Juta Ernpat Ratus Tiga pduh Sembilan Ribu

[r]

[r]

[r]

Belajar Gerak : berhub dg keadaan yg berkaitan : berhub dg keadaan yg berkaitan dg pengemb dlm bljr/ perub internal dlm grk dr?. dg pengemb dlm bljr/ perub internal dlm

Sehubungan dengan hasil evaluasi dokumen kualifikasi saudara, perihal Pengadaan Belanja Barang Cetakan , maka dengan ini kami mengundang saudara untuk hadir dalam

(1) Dumatul Jandal adalah negeri diantara Syam dan Madinah, suatu ketika Rasul SAW berangkat ke sana dengan 1000 tentara untuk memerangi orang Arab yang telah menindas orang-orang

Pada waktu sibuk, call center Telkom 147 hampir mencapai batas daya sambungannya,. sehingga orang tidak