Oleh
Erwin Setyo Kriswanto erwin_sk@uny.ac.id
PENDIDIKAN OLAHRAGA
Tunadaksa adalah suatu keadaan rusak atau terganggu
sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot, dan sendi dalam fungsinya yang normal. Kondisi ini disebabkan oleh penyakit, kecelakaan, atau dapat juga disebabkan oleh pembawaan sejak lahir.
Tunadaksa adalah suatu keadaan cacat tubuh, cacat anggota
badan atau cacat ortopedik sehingga penyandang cacat ini terlihat kelainan bentuk tubuh, anggota atau otot, berkurangnya kemampuan fungsi tulang otot sendi maupun saraf-sarafnya.
Menurut Koening (dalam Soemantri, 2006)
Kerusakan yang dibawa sejak lahir atau kerusakan
yang merupakan keturunan.
Kerusakan pada waktu kelahiran
Infeksi
Kondisi traumatik
Menurut Mangunsong (1998), tunadaksa dibagi
menurut
tingkat kerusakan,yaitu :
A. Kerusakan yang dibawa sejak lahir atau kerusakan yang merupakan keturunan
1. Club foot ( kaki seperti tongkat) 2. Club hand (tangan seperti tongkat)
3. Polydactylism (jari yang lebih dari lima pada masing-masing tangan atau kaki)
4. Syndactylism (jari-jari tang berselaput atau menermpel satu dengan yang lainnya)
5. Torticolis (gangguan pada leher sehingga kepala terkulai dimuka)
7. Cretinism (kerdil/katai)
8. Mycrocephalus (kepala yang kecil, tidal normal) 9. Hydrocephalus (kepala besar berisi cairan)
10. Clefpalats (langit-langit mulut yang berlubang) 11. Herelip (ganguan pada bibir dan mulut)
12. Congenital hip dislocation (kelumpuhan pada bagian
paha)
13. Congenital amputation (bayi yang dilahirkan tanpa
anggota tertentu)
14. Frederich ataxia (gangguan sumsum tulang belakang) 15. Coxa valga (gangguan pad sendi paha)
16. Sypillis (kerusakan tulang dan sendi akibat penyakit
B. Kerusakan pada waktu kelahiran
1.Erb’s palsy (kerusakan syaraf lengan)
2.Fraglitas osium (tulang yang rapuh, mudah patah)
B. Infeksi
1.Tuberculosis tulang (menyerang sendi paha hingga
menjadi kaku)
2.Osteomyelitis (radang didalam dan disekeliling tulang
belakang akibat bakteri)
3.Poliomyletis (kelumpuhan akibat infeksi virus)
4.Pott’s disease (tuberculosis sumsum tulang belakang) 5.Still’s disease ( radang pada tulang)
C. Kondisi traumatic atau kerusakan traumatic
1. Amputasi
2. Kecelakaan akibat luka bakar 3. Patah tulang
D. Tumor
1. Oxoxtosis ( tumor tulang )
E. Kondisi-kondisi lainnya
1.
flatfeet (telapak kaki rata)
2.
kyphosis ( bagian belakang sumsum
tulang belakang yang cekung)
3.
Lordosis ( bagian muka sumsum tulang
belakang yang cekung)
4.
Perthe’s disease (sendi paha rusak)
5.
Ricket (tulang lunak karena nutrisi)
6.
Scilosis (tulang belakang berputar, bahu
1.
Kelainan pada sistem serebral (Cerebral
System)
Klasifikasi Cerebral Palsy
a. Derajat Kecacatan
b. Tipograpi/banyaknya anggota badan yang cacat
1) Monoplegia, hanya satu anggota gerak yang lumpuh
misalnya kaki kiri, sedangkan kaki kanan dan keduanya tangannya normal.
2) Hemiplegia, lumpuh anggota gerak atas dan bawah pada
sisi yang sama, misalnya tangan dan kaki kanan , atau tangan kiri dan kaki kiri.
3) Paraplegia, lumpuh pada kedua tungkai kakinya.
4) Diplegia, kedua tangan kanan dan kiri atau kedua kaki
kanan dan kiri(paraple-gia)
5) Triplegia, tiga anggota gerak mengalami kelumpuhan,
misalnya tangan kanan dan kedua kakinya lumpuh, atau tangan kiri dan kedua kakinya lumpuh.
6) Quadriplegia, kelumpuhan seluruh anggota geraknya.
c. Fisiologi kelainan geraknya.
1)Spastik : Tipe ini ditandai dengan adanya gejala
kekejangan atau kekakuan pada sebagian ataupun seluruh otot. Kekakuan itu timbul sewaktu akan
digerakkan sesuai dengan kehendak. Dalam keadaan ketergantungan emosional kekakuan atau kekejangan itu makin bertambah, sebaliknya dalam keadaan
tenang, gejala itu menjadi berkurang. Pada umumnya anak CP jenis spastik ini memiliki tingkat kecerdasan yang tidak terlalu rendah. Diantara mereka ada yang normal bahkan ada yang diatas normal.
2)Athetoid : Pada tipe ini tidak terdapat kekejangan atau
kekakuan. Otot-ototnya dapat digerakkan dengan mudah. Ciri khas tipe ini terdapat pada sistem
3) Ataxia : Ciri khas tipe ini adalah seakan-akan
kehilangan keseimbangan,. Kekakuan memang tidak tampak tetapi mengalami kekakuan pada waktu
berdiri atau berjalan. Gangguan utama pada tipe ini terletak pada sistem koordinasi dan pusat
keseimbangan pada otak. Akibatnya, anak tuna tipe ini mengalami gangguan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya pada saat makan mulut terkatup terlebih dahulu sebelum sendok berisi makanan sampai ujung mulut.
4) Tremor : Gejala yang tampak jelas pada tipe ini
adalah senantiasa dijumpai adanya gerakan-gerakan kecil dan terus-menerus berlangsung sehingga
5)
Rigid : Pada tipe ini didapat kekakuan otot,
tetapi tidak seperti pada tipe spastik,
gerakannya tampak tidak ada keluwesan,
gerakan mekanik lebih tampak.
6)
Tipe Campuran : Pada tipe ini seorang anak
menunjukan dua jenis ataupun lebih gejala tuna
CP sehingga akibatnya lebih berat bila
2. kelainan pada sistem otot dan rangka (Musculus Skeletal System)
a)Poliomylitis.
Penderita polio adalah mengalami kelumpuhan otot sehingga otot akan mengecil dan tenaganya melemah, peradangan akibat virus polio yang menyerang
sumsum tulang belakang pada anak usia 2 (dua) tahun sampai 6 (enam) tahun.
b)Muscle Dystrophy.
Anak mengalami kelumpuhan pada fungsi otot.
Kelumpuhan pada penderita muscle dystrophy sifatnya progressif, semakin hari semakin parah. Kondisi
Faktor yang timbul sebelum kelahiran 1) Faktor keturunan
2) Trauma dan infeksi pada waktu kehamilan
3) Usia ibu yang sudah lanjut pada waktu melahirkan anak 4) Pendarahan pada waktu kehamilan
5) Keguguran yang dialami ibu
Faktor yang timbul saat kelahiran
1) Penggunaan alat-alat pembantu kelahiran (seperti tabung, vacuum) yang tidak
lancar
2) Penggunaan obat bius pada waktu kelahiran
Faktor yang timbul sesudah kelahiran 1) Infeksi
1.
Pengembangan intelektual dan akademik,
2.Membantu perkembangan fisik,
3.
Meningkatkan perkembangan emosi dan
penerimaan diri anak,
4.
Mematangkan aspek sosial,
5.
Mematangkan moral dan spiritual,
6.Meningkatkan ekspresi diri,
Pendidikan jasmani khusus untuk anak
tunadaksa, harus dapat dipilih sesuai dengan
kondisi fisik anak tunadaksa. Pemilihan
tersebut bersifat individual, meskipun tidak
menutup kemungkinan penyelenggaraan
secara klasikal, selama kondisinya dapat
disamakan.
Program pembelajaran permainan tradisional
untuk tunadaksa tergantung dari hasil tes
kemampuan geraknya, keinginan untuk
Model pembelajaran pendidikan jasmani khusus untuk
anak tunadaksa harus mendasarkan pada :
1.
pengurangan beban ketunaannya,
2.
menjadwalkan kegiatannya pada pagi hari,
3.ruangan sumber belajar yang menopang
kebutuhannya,
4.
saat istirahat yang dibutuhkan,
5.
modifikasi berbagai macam jenis permainan,
6.tutorial oleh rekannya atau partnernya,
7.
konseling,