0
LAPORAN HASIL VERIFIKASI TERHADAP KELUHAN
DI PT. WIRAKARYA SAKTI
KABUPATEN TEBO
PROPINSI JAMBI
Disusun oleh: Tim Verifikasi
1
1.
Latar Belakang
Asia Pulp and Paper (APP) berkomitmen pada keberlanjutan bisnis yang seimbang dengan konservasi ekosistem dan pemberdayaan masyarakat. APP dan SMF memandang penting tindakan yang tepat dan terstruktur untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya alam yang kita gunakan. Pada bulan Juni 2012, APP meluncurkan Sustainability Roadmap: Visi 2020 dan kami berkomitmen untuk mencapai semua target yang telah kami tetapkan serta terus menunjukkan kepada para pemangku kepentingan bahwa kami
memiliki kapasitas untuk terus memproduksi produk-produk yang bertanggung jawab (responsible product).
Pada bulan Februari 2013, sebagai upaya untuk mencapai target-target dalam SRV 2020,
APP meluncurkan kebijakan konservasi hutan atau Forest Conservation Policy (FCP) yang memperkokoh komitmen kami terhadap pembelian serat kayu secara berkelanjutan. Aspek
penting dari kebijakan tersebut adalah penghentian dengan segera penebangan hutan alam di seluruh rantai pasokan kami. APP menggunakan penilaian Stok Karbon Tinggi (High
Carbon Stock/ HCS) untuk mengidentifikasikan areal-areal di hutan alam, serta penilaian Nilai Konservasi Tinggi (High Conservation Value/ HCV) untuk mengidentifikasikan
areal-areal lain yang dilindungi. Hasil dari penilaian HCS & HCV ini akan menjadi panduan bagi pemasok kayu pulp APP mengenai areal-areal yang dapat mereka kembangkan menjadi HTI
dan areal-areal yang perlu dipertahankan sebagai hutan alam dan HCV.
Pada bulan November 2013, representatif lokal dari Greenpeace di Indonesia menerima surat keluhan terkait Asia Pulp and Paper (APP) dari seorang pemangku kepentingan
bernama Frandody. Surat tersebut ditulis atas nama masyarakat desa Lubuk Mandarsah,
Kabupaten Tebo, Propinsi Jambi, Sumatera, Indonesia. Surat tersebut disampaikan ke APP
oleh Greenpeace pada tanggal 27 November 2013, yang kemudian dimasukkan oleh APP ke dalam Proses Grievance/Keluhannya.
Ringkasan Keluhan dari Pelapor
· Klaim menyatakan bahwa “Perusahan PT. Wira Karya Sakti (WKS) anak perusahaan Sinarmas Forestry masih menggunakan kayu alam dengan cara kerja menjualnya dengan
nama perusahaan lain yaitu PT. LAJ II. Kayu tersebut untuk memenuhi kebutuhan pabrik
yang terletak di Tebing Tinggi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, sedangkan PT. LAJ berada Di kabupaten Tebo. WKS mengubah cara dalam pengangkutan kayu hutan alam
2 · Klaim menyatakan bahwa “WKS masih melakukan pembukaan areal baru bahkan sampai ke daerah riparian1 Sungai Landai Desa Lubuk Mandarsah Kabupaten Tebo. Bahkan sekarang telah ditanami Akasia dan Eucalyptus yang dimana daerah riparian dilarang
untuk ditanami apapun.”
· Klaim menyatakan bahwa “WKS tidak bertekad untuk melakukan penyelesaian konflik sosial yang terjadi di Desa Lubuk Mandarsah Kabupaten Tebo dengan lokasi konflik di Bukit Rinting, dan bahkan melakukan penangkapan Petani yang bernama Karno Sitio
(dari Tebo) yang sampai saat ini telah 18 hari mendekam di penjara.”
· Klaim menyatakan bahwa “Masyarakat menolak tim mediasi yang dilakukan oleh TFT sebagai tim untuk menyelesaikan konflik antara masyarakat dengan Perusahan WKS.
Sikap ini diambil langsung oleh masyarakat Tebo Desa Lubuk Mandarsah karena TFT
dianggap tidak independen dan lambat dalam menyelesaikan konflik.”
2.
Tindakan yang dilakukan oleh APP
Langkah-langkah yang telah diambil berkaitan dengan masuknya laporan grievance/keluhan
tersebut adalah sebagai berikut :
A. Pembentukan Tim Verifikasi yang terdiri dari Asia Pulp and Paper, Sinar Mas Forestry, The Forest Trust, Greenpeace dan pelapor, sebagai berikut:
o APP: Achmad Alimi, Kurniadi Suherman
o SMF: Eko Hasan
o TFT: Berdy Stevens Wohangara, Yadi Kuswandana
o Greeenpeace: Ali Afriandy
o Pelapor: Frandody
o Perwakilan Masyarakat (pada saat verifikasi: M. Yunan dan Andryan)
B. Tim verifikasi membahas isi laporan grievance tersebut dan langkah-langkah yang
perlu diambil untuk merespon keluhan tersebut.
1
3 C. Mempersiapkan Term of Reference (ToR) Verifikasi Lapangan terkait Grievance.
Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh pelapor, tim verifikasi merumuskan
lingkup verifikasi sesuai isi keluhan sebagai berikut:
1. Apakah WKS menjual kayu hutan alam atas nama LAJ II untuk memenuhi kebutuhan PT. Lontar Papyrus Pulp and Paper Industry (LPPPI) yang terletak di Tebing Tinggi,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
2. Apakah ada pembukaan areal baru yang berdekatan dengan tepi Sungai Landai, Desa
Lubuk Mandarsah. Apakah areal tersebut telah ditanami dengan Akasia dan
Eucalyptus.
3. Status konflik sosial WKS dengan masyarakat Desa Lubuk Mandarsah, Kabupaten
Tebo, dengan lokasi di Bukit Rinting. Apakah proses resolusi konflik di WKS tidak
dilakukan dengan benar sehingga berakibat dengan penangkapan petani bernama
Karno Sitio yang sedang mendekam di penjara selama 18 hari.
4. Masyarakat menolak mediasi oleh TFT dalam proses penyelesaian konflik antara
WKS dengan masyarakat. Apakah TFT dianggap tidak independen dan lambat dalam
menyelesaikan konflik.
3.
Kesimpulan
1. Berdasarkan pengumpulan bukti dan pembahasan terkait laporan “WKS menjual kayu
hutan alam atas nama LAJ II untuk memenuhi kebutuhan pabrik yang terletak di Tebing
Tinggi, Kabupaten Tanjung Jabung Barat,” Tim Verifikasi menyimpulkan:
o WKS tidak menjual atau mengangkut kayu hutan alam ke pabrik APP di Tebing Tinggi
(LPPPI mill).
Melalui verifikasi laporan-laporan bulanan, seperti yang dilaporkan WKS kepada
Departemen Kehutanan, yang memerinci asal muasal dari seluruh kayu yang diterima
oleh pabrik LPPPI pada tahun 2013, ditemukan bahwa pabrik tersebut tidak menerima
kayu hutan alam setelah tanggal 31 Januari 2013. Verifikasi lapangan terhadap sistem penerimaan kayu pada LPPPI mill juga memastikan bahwa sistem tersebut berfungsi
dengan sempurna dan mencatat seluruh material yang memasuki pabrik. Tim verifikasi
juga melakukan pengamatan lapangan di tempat penyimpanan kayu dan mencatat
bahwa tidak ada indikasi bahwa kayu hutan alam telah memasuki tempat penyimpanan
4 2. Berdasarkan pengumpulan bukti dan pembahasan terkait laporan dugaan “WKS melakukan pembukaan lahan di tepi Sungai Landai,” Tim Verifikasi menyimpulkan:
o Setelah dipastikan dengan pelapor, lokasi yang dimaksud ternyata adalah Sungai
Mangupeh dan jalan air Talang Pisang, bukan Sungai Landai, seperti yang dinyatakan dalam keluhan awal.
o Sungai Mangupeh
Berdasarkan verifikasi tata ruang hasil Delmik tahun 2006 dan RKU 2009-2018, lokasi
yang dilaporkan ini tidak teridentifikasi sebagai sempadan sungai sehingga telah ditanami tanaman pokok HTI jenis akasia (jenis tanaman pokok HTI). Hal ini terjadi
karena pada saat membuat Mikro-Deliniasi dan RKU 2009-2018, peta satelit dan peta
rupa bumi yang digunakan untuk menentukan tata ruang tidak menunjukkan adanya
sungai di area yang dilaporkan. Oleh karena itu kedua area yang dilaporkan tidak
teridentifikasi sebagai DAS yang harus dikonservasi. Pembukaan areal baru yang dimaksud pelapor ternyata kegiatan pemanenan kayu HTI jenis akasia, bukan hutan
alam.
WKS sudah memiliki program untuk melakukan rehabilitasi dengan spesies asli secara
bertahap. “Proposal Rehabilitasi Sempadan Sungai Mangupeh“ telah diajukan WKS sejak bulan September 2012 kepada Dinas Kehutanan Kabupaten untuk dimasukkan
dalam target RKT 2013 dan akan dilanjutkan penyelesaiannya dalam RKT 2014. WKS
menyatakan bersedia agar program rehabilitasi tersebut bisa dikerjasamakan dengan
masyarakat sekitar.
o Talang Pisang
Menurut masyarakat jalan air tersebut sudah ada sebelum WKS memulai operasi,
sementara WKS menyatakan bahwa jalan air tersebut merupakan parit buatan yang
dibangun oleh perusahaan. Karenanya, terdapat perbedaan persepsi antara masyarakat
dan WKS mengenai sejarah Talang Pisang.
Tim verifikasi tidak berhasil mendapatkan bukti-bukti yang cukup untuk menunjukkan
bahwa jalan air tersebut adalah buatan manusia. Karena terbatasnya bukti yang ada
pada saat penulisan laporan ini, jalan air tidak dapat disimpulkan sebagai buatan
manusia. Verifikasi lapangan mencatat adanya jalan air di lokasi yang dipertanyakan tersebut dan beberapa sumbatan pada jalan air yang disebabkan limbah pemanenan
5 3. Berdasarkan pengumpulan bukti dan pembahasan terkait laporan “WKS tidak bertekad untuk melakukan penyelesaian konflik sosial khususnya di Desa Lubuk Mandarsah, dan
bahkan melakukan penangkapan Petani yang bernama Karno Sitio yang sampai saat ini telah
18 hari mendekam di penjara”, Tim Verifikasi menyimpulkan:
o Dalam proses resolusi konflik dengan WKS, masyarakat desa Lubuk Mandarsah telah
bergabung dan menunjuk Persatuan Petani Jambi (PPJ) sebagai perwakilannya.
Proses resolusi dengan PPJ dinilai masih berlangsung.
o Petani yang dimaksud oleh pelapor bernama Kariono Sutio, berasal dari Pekanbaru
bukan asli dari Lubuk Mandarsah (Lihat surat pernyataan, Lampiran 3)
o Kariono melakukan perambahan hutan di areal konservasi dalam konsesi WKS sejak
Januari 2013 untuk menanam sawit. WKS dan pihak kepolisian telah beberapa kali
melakukan pendekatan dan pengarahan pada Kariono Sutio agar tidak melakukan
perambahan dan pembakaran lahan di dalam area konservasi. Pendekatan dan
pengarahan tersebut dilakukan dari Januari 2013 – Agustus 2013. Tindakan penahanan diambil oleh pihak kepolisian karena proses pendekatan secara damai
yang telah dilakukan beberapa kali tidak berhasil sehingga untuk mencegah
berlanjutnya perambahan dan pembakaran lahan di areal konservasi maka pihak
kepolisian harus menahan Kariono Sutio.
o Dalam proses penyelesaian konflik dan kesepakatan dengan PPJ, WKS telah
melakukan pencabutan berkas laporan dengan kepolisian dan menandatangani perjanjian damai dengan Kariono Sutio. Oleh karena perjanjian tersebut, Kariono
sudah tidak di penjara sejak tanggal 29 November 2013.
4. Berdasarkan pengumpulan bukti dan pembahasan terkait laporan “Masyarakat Lubuk
Mandarsah yang menolak tim mediasi yang dilakukan oleh TFT… TFT tidak independen dan
lambat…” Tim Verifikasi menyimpulkan:
o Dalam proses penyelesaian konflik yang ada dan masih berjalan di WKS, TFT adalah
fasilitator bukan mediator.
o Dalam penyelesaian konflik dengan WKS, masyarakat Lubuk Mandarsah tergabung
dalam Persatuan Petani Jambi (PPJ). Representatif dari PPJ menyatakan bahwa
anggotanya akan mengikuti proses resolusi konflik yang sudah ada, proses ini mungkin akan memakan waktu.
6 1. WKS perlu merehabilitasi jalan air Talang Pisang dan areal di sekitarnya.
2. Tim Kerja Tindak Lanjut Hasil Verifikasi Klaim Masyarakat di areal IUPHHK-HTI PT
Wirakarya Sakti — yang terdiri dari unsur Dinas Kehutanan Provinsi dan Kabupaten, TFT,
PPJ dan PT WKS — sebagaimana ditetapkan dalam Surat Keputusan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jambi tanggal 18 September 2013, perlu segera melakukan
komunikasi dengan masyarakat Lubuk Mandarsah untuk menyepakati langkah
selanjutnya dalam upaya penyelesaian konflik antara masyarakat Lubuk Mandarsah
7
Lampiran 1. Hasil Pengumpulan Bukti dan Pembahasan
A. Pelaksanaan Verifikasi Lapangan Tahap I, tanggal 3 Desember 2013, verifikasi lapangan
dilakukan di PT. Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry (LPPPI). Objek yang diverifikasi:
· Dokumen: Realisasi Penerimaan Bahan Baku Industri (RPBBI) LPPPI
· Sistem penerimaan kayu di LPPPI
· Observasi lapangan di Log Yard LPPPI
· Penjelasan dari pihak LPPPI disampaikan oleh:
o Bp. Edyson
o Bp. Suyono Marjuki
o Bp. Agus Dharma (Bagian Tata Usaha Kayu WKS)
· Pihak LPPPI menjelaskan:
o Realisasi penerimaan kayu berdasarkan dokumen RPBBI tahun 2013.
o Realisasi RPBBI harus dilaporkan setiap bulan kepada Kementerian Kehutanan.
· Tim verifikasi lapangan melakukan pengecekan dokumen realisasi RPBBI 2013: o Tidak ada penerimaan kayu alam (MHW) di pabrik sejak Januari 2013.
o Kayu HTI yang diterima berasal dari:
Ø PT. Wirakarya Sakti
8
o Tidak ada penerimaan kayu alam (MHW) dari LAJ di pabrik
· Pihak LPPI menjelaskan sistem penerimaan kayu secara umum:
o Alur proses penerimaan kayu, yaitu:
Pos TUK > Timbangan > Pos QC > Log Yard/Chipper
o Panjang kayu yang masuk ke mill ± 2 m disusun membujur.
· Pihak LPPPI dan tim verifikasi menuju Pos TUK dan Jembatan timbang untuk melihat system penerimaan kayu:
o Syarat truk angkutan kayu masuk ke pabrik:
Ø Truk harus memiliki Gate Pass (dokumen ijin masuk lokasi). Informasi yang ada di gate pass: Nomor Kendaraan, Nama Kontraktor Angkutan, Kode
Kontraktor Angkutan, Masa Berlaku untuk area/lokasi HTI-Pabrik-Log Yard-TSD. Gate pass truk harus selalu dibawa oleh sopir truk untuk ijin masuk
lokasi HTI dan pabrik.
Ø Truk harus memiliki nomor pintu yang sesuai dengan Gate Pass. Informasi pada nomor pintu: Nomor Kendaraan, Kode Kontraktor, dan lainnya. Nomor
kendaraan harus sesuai dengan nomor kendaraan yang ada di nomor pintu.
Ø Surat Pengantar yang diterbitkan oleh TUK di lokasi muat yang berisi informasi:
Ø Tanggal, Nomor Seri Surat Pengantar, Nomor Polisi (Nomor Kendaraan), Kode Kontraktor, Lokasi Muat (Blok Tebangan), Nomor FAKB, Jenis Kayu, Tujuan
9
Ø Dokumen angkutan kayu yang sesuai dengan aturan kehutanan, yaitu Faktur Angkutan Kayu Bulat (FAKB) atau SKAU. Dokumen FAKB diantaranya berisi
informasi:
Ø Nomor Dokumen FAKB, tanggal/periode (masa berlaku dokumen), Nama Pengirim, Nama Penerima, Lokasi Muat, Lokasi Bongkar, Jenis Kayu, Volume, Pejabat Penerbit dan Penerima Kayu Bulat. Dokumen angkutan kayu ini
hanya berlaku untuk satu kali pengangkutan.
o Pengecekan dan pencatatan kayu yang masuk ke pabrik:
Ø Pengecekan gate pass.
Ø Pengecekan dokumen angkutan kayu (surat pengantar, FAKB) dan kesesuaian nomor pintu dan nomor kendaraan di Pos TUK dan Timbangan.
Ø Pencatatan data dan informasi penerimaan kayu ke dalam sistem database pabrik. Setiap kayu yang diterima tercatat dalam sistem.
· Tim verifikasi melihat photo yang dikirimkan oleh masyarakat dalam laporan keluhan yang terkait dengan kayu LAJ. Informasi dari foto yang diperoleh hanya identitas di pintu truk dengan tulisan PT. LAJ dan PT. BJT tanpa informasi lainnya.
· Tim verifikasi melakukan observasi lapangan di lokasi Log Yard:
o Kayu hutan alam ditempatkan terpisah dengan kayu HTI
o Tidak ditemukan kayu hutan alam yang masih segar. Panjang kayu ± 2 m.
B. Pelaksanaan Verifikasi Lapangan Tahap I, tanggal 5 Desember 2013, verifikasi lapangan dilakukan di PT. Wirakarya Sakti, Distrik VIII. Objek yang diverifikasi areal kerja PT.
Wirakarya Sakti (WKS), Distrik VIII yang diduga terjadi pembukaan lahan baru di daerah
sempadan Sungai Landai.
Koordinat lokasi diambil bersama-sama dengan masyarakat di lokasi yang mereka
10 · Penjelasan dari pihak WKS terkait disampaikan oleh :
o Bp. Kurniawan Gotama
o Bp. Slamet Irianto
o Bp. Rominov Daniyeus
o Bp. Kris Budi Wahono
· Lokasi I
Titik Koordinat : X : 0241612; Y : 9850157 Kondisi Obyek :
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, nama sungai untuk lokasi pertama
telah dipastikan adalah Sungai Mangupeh bukan Sungai Landai. Hal ini merupakan bukaan lahan dimana akasia yang baru ditanam sampai ke bibir sungai (hal ini sudah
dijelaskan oleh pihak WKS dibawah.)
Arah Utara, Depan : Sungai Mangupeh, Kanan : tanaman sawit, Kiri : Areal
ditanami akasia
Arah Timur, tanaman sawit dan Sungai Mangupeh
11
tidak teridentifikasi adanya sungai dalam tata ruang PT WKS. Lokasi tersebut telah
diperuntukan sebagai tanaman pokok, bukan areal konservasi.
o Tahun 2009, kondisi lapangan sudah menjadi lahan terbuka sebelum WKS masuk
untuk melakukan kegiatan. Untuk mencegah erosi, WKS mempercepat penutupan
lahan dengan melakukan penanaman dengan jenis HTI di lahan terbuka tersebut.
o Ada Kebijakan WKS untuk melakukan rehabilitasi secara bertahap, dan sudah
mengajukan “Proposal Rehabilitasi Sempadan Sungai Mangupeh“ sejak bulan
September 2012 untuk dimasukan dalam target RKT 2013 dan akan dilanjutkan penyelesaiannya di RKT 2014. WKS sudah disiapkan bibitnya Jelutung, Jabon,
Nangka, Durian, Kapur dan Pinang. Tujuan pemilihan jenis tersebut karena jenis
pioneer, dapat dimanfaatkan sebagai Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), dan baik
untuk konsevasi tanah dan untuk pakan satwa. WKS menyatakan bahwa program rehabilitasi tersebut bisa dikerjasamakan dengan masyarakat sekitar dan WKS.
o Sejak teridentifikasi adanya sungai di lokasi tersebut, WKS akan mengajukan revisi
tata ruang, sejalan hasil penilaian High Conservation Value (HCV) / Nilai
Konservasi Tinggi (NKT),
Catatan: Terkait dengan tanaman masyarakat (pada lokasi I dimana terdapat tanaman sawit) yang berada di sempadan sungai, WKS menyatakan harus ada
komitmen bersama dengan masyarakat untuk kembali menjadikannya sebagai
kawasan konservasi. WKS bersedia membicarakan lebih lanjut rencana tersebut
dengan masyarakat.
· Lokasi II
Titik Koordinat : X : 0241838; Y : 9848742
Kondisi Obyek :
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, nama sungai untuk lokasi kedua telah
dipastikan adalah Sungai Mangupeh, bukan Sungai Landai. Dimana terdapat bukaan atau
12 Arah Utara, tunggul akasia, latar belakang
belukar
Arah Timur, areal terbuka, bekas tanaman
akasia
Arah Selatan, Kanan : latar belakang belukar, Kiri : areal terbuka bekas
tebangan akasia
Arah Barat, depan sungai dan latar belakang belukar
· Penjelasan pihak WKS: Penjelasan sama dengan Lokasi I, karena masih sempadan Sungai Mangupeh.
· Lokasi III
Titik Koordinat : X : 0243573; Y : 9850213
Kondisi Objek :
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, nama sungai untuk lokasi ketiga telah
diklarifikasi adalah Sungai Talang Pisang.
Arah Utara, depan : aliran air, Kanan dan
kiri : areal terbuka bekas tebang akasia
Arah Timur, depan : jalan, Kanan : padi
13 Kiri : areal terbuka bekas tebangan akasia
Arah Selatan Depan : aliran air, Kanan : areal terbuka bekas tebangan akasia, Kiri :
padi dan areal terbuka bekas tebangan
akasia
Arah Barat, areal terbuka bekas tebangan akasia
· Penjelasan pihak WKS :
Pada lokasi tersebut merupakan parit yang dibuat WKS untuk mengalirkan air ke
Sungai Landai (sungai terdekat) di musim hujan yang letak posisinya ada di celah bukit.
Catatan :
Ø Menurut masyarakat lokasi tersebut adalah Sungai Talang Pisang.
Ø WKS menyatakan lokasi tersebut adalah parit buatan.
Satu dokumen pekerjaan pembangunan parit diserahkan oleh WKS. Dokumen
tersebut tidak memuat rincian yang cukup untuk melakukan identifikasi lokasi (titik koordinat) yang diverifikasi sewaktu kunjungan lapangan. Karenanya, tidak terdapat
informasi yang cukup pada saat penulisan laporan ini untuk menyimpulkan bahwa
jalan air tersebut merupakan buatan manusia.
· Lokasi IV
Titik Koordinat : X : 0243811; Y : 9850150
Kondisi Objek :
14 Arah Utara, latar belakang belukar, ada
tanaman sawit
Arah Timur, areal terbuka bekas tebangan
akasia
Arah Selatan, depan : aliran air, kanan dan kiri : areal terbuka bekas tebangan akasia
Arah Barat, latar belakang : belukar dan areal terbuka bekas tebangan akasia
· Penjelasan pihak WKS: Penjelasan sama dengan Lokasi III
C. Pelaksanaan Verifikasi tahap II dilakukan tanggal 13 Desember 2013, di hotel Novita,
Jambi terkait, verifikasi kronologi penangkapan Petani yang bernama Karno Sitio.
Verifikasi dilakukan Focus Group Discustion (FGD) dihadiri oleh pihak The Forest Trust, Greenpeace, Sinar Mas Forestry, PT. Wirakarya Sakti, Persatuan Petani Jambi, Pelapor
dan wakil masyarakat.
· Penjelasan dari pihak WKS terkait disampaikan oleh : o Bp. Kurniawan Gotama
o Bp. Slamet Irianto
o Bp. Setiadi
o Bp. Rominov Daniyeus
15 o Kariono Sitio mendirikan bangunan pondok kerja di dalam areal, jalan 800 km 34
Distrik VIII PT. WKS, Tim perusahaan (Arif Lubis) memperingatkan dan
memberikan pengertian bahwa lokasi tersebut merupakan kawasan konservasi
hutan.
· Februari 2013
o Tim Perusahaan didampingi oleh petugas kepolisian kembali mendatangi lokasi
perambahan untuk memberikan surat teguran / pelarangan perambahan di areal
konservasi dan diterima langsung oleh Kariono Sitio akan tetapi dikoyak oleh yang
bersangkutan.
o Kariono Sitio tidak peduli dengan sosialisasi yang disampaikan oleh tim dan tetap
melakukan perambahan dengan mendirikan pondok, membakar lahan dan
menanam sawit.
· Maret 2013
o Pada saat Tim perusahaan, Polhut Jambi, dan Polsek Tengah Ilir melakukan patroli
bersama ke areal PT WKS Distrik VIII, Kariono Sitio sedang melakukan kegiatan di
lokasi yang dirambah sehingga diamankan dan dibawa ke Polsek Tengah Ilir
o Kejadian penangkapan pelaku perambahan areal konservasi tersebut pada saat itu
langsung diproses di Polsek Tengah Ilir Kab. Tebo, dengan membuat laporan polisi
No. LP/B/III/2013/Jambi/Res Tebo/Sektor Tengah Ilir. (Lampiran 2)
o Kapolsek Tengah Ilir melakukan pembinaan terhadap Sdr. Kariono Sitio yang
melakukan perambahan areal konservasi dan akhirnya tersangka membuat
pernyataan di atas materai 6000, yang disaksikan oleh pihak kepolisian dan
kehutanan. (Lampiran 3)
· April 2013
o Kariono Sitio tidak konsekuen dengan pernyataannya dan terus melakukan
perambahan, pembakaran, penanaman sawit, pisang, serta tanaman musiman
lainnya serta melanjutkan pendirian pondok
o Tim perusahaan bersama personil Polsek Tengah Ilir memperingatkan
kembali akan tetapi Kariono tidak mengindahkan. Kariono tetap pada prinsipnya
mempertahankan dan mengerjakan lahan tersebut.
· Agustus 2013
o Merasa pembinaannya tidak berhasil, Polsek Tengah Ilir melimpahkan berkas
perkara kasus perambahan tersebut ke Polres Tebo.
16
o Pemanggilan pertama dari Polres Tebo kepada tersangka pelaku
perambahan.
o Kariono Sitio memberikan keterangan kepada Polres Tebo bahwa lahan
diperoleh dengan cara membeli dari Tambah, sedangkan Tambah mendapatkan
lahan dari Sdr. Jais. Penyidik Polres memperingatkan kembali agar Kariono Sitio meninggalkan lokasi yang dirambah.
· 28 Oktober 2013
o Kariono Sitio tidak bersedia meninggalkan lokasi sehingga Polres Tebo
melakukan pemanggilan kedua terhadap tersangka.
o Kariono Sitio datang ke polres dengan membawa barang bukti alat yang
dipakai untuk mengerjakan membuka.
o Kariono Sitio Bin M. Sitio ditahan.
· 01 Nopember 2013
o Sosialisasi hasil kesepakatan untuk menghentikan ganguan operasional
terhadap operasional perusahaan, antara PT Wirakarya Sakti dengan PPJ 5
Kabupaten kepada masyarakat anggota PPJ Kabupaten Tebo di lokasi sengketa
dimana anggota PPJ Tebo melakukan pendudukan dan menanam padi dan karet.
Sosialisasi ditolak oleh masyarakat.
· 12 Nopember 2013
o Rapat pembahasan penyelesaian konflik sosial PT Wirakarya Sakti dengan PPJ
5 Kabupaten di Rumah Makan Dapur Valentin di Jambi. Dalam rapat disampaikan oleh perwakilan masyarakat PPJ Kabupaten Tebo kepada perusahaan agar
mencabut laporannya terkait dengan kasus Kariono Sitio.
o Sebagai ganti atas pencabutan laporan, perusahaan meminta agar
masyarakat PPJ Kabupaten Tebo tidak mengganggu kegiatan operasional
perusahaan.
17 o Pertemuan antara perusahaan, Bapak Muhajir, pengurus PPJ yang membantu
dalam hal advokasi dengan perwakilan masyarakat PPJ Tebo di Base Camp Distrik
VIII.
o Perwakilan masyarakat menyanggupi untuk menyampaikan kepada
masyarakat agar tidak mengganggu kegiatan perusahaan baik pemanenan maupun penanaman.
o Perusahaan bersama-sama perwakilan masyarakat dan advokasi PPJ Muhajir
menghadap Polres Tebo untuk keperluan pembebasan Kariono Sitio.
o Hasil koordinasi dengan Polres Tebo bahwa berkas perkara sudah
dilimpahkan ke Kejaksaan Kabupaten sehingga perlu koordinasi dengan kejaksaan.
· 29 Nopember 2013
o Penandatanganan perjanjian damai antara perusahaan dengan Kariono Sitio
dan keluarganya. (Lampiran 4)
o Kariono Sitio dan keluargannya membuat pernyataan bersedia meninggalkan
lokasi perambahan.
o PT. Wirakarya Sakti mencabut laporan polisi terhadap kasus perambahan
Kariono Sitio.
D. Verifikasi terkait penolakan tim mediasi yang dilakukan oleh TFT
Penjelasan Berdy (TFT), TFT tidak pernah melakukan proses mediasi untuk kasus lahan
khususnya di Kabupaten Tebo. TFT melakukan proses fasilitasi untuk 5 Kabupaten yang
tergabung dalam PPJ tidak hanya kabupaten Tebo untuk bisa berkomunikasi dengan WKS. Dan proses ini masih berjalan.
Masyarakat desa Lubuk Mandarsah, Kabupaten Tebo, telah bergabung dengan PPJ
Kabupaten Tebo dalam proses penyelesaian konflik lahan mereka dengan WKS. Dengan
itu mereka telah menunjuk PPJ untuk mewakili mereka dalam proses negosiasi dan penyelesaian konflik lahan mereka.
Penjelasan Enrizal (PPJ), proses penyelesaian konflik ini membutuhkan waktu. Untuk
konflik lahan 5 kabupaten (termasuk Tebo) yang tergabung dalam PPJ harus sesuai
proses bila tidak ada kesesuaian atau ketidakpuasan harus menyelesaikan dengan jalur