Tant angan Ke Depan
U
nt uk mewuj udkan perbankan Indonesia yang lebihkokoh, perbaikan harus dilakukan di berbagai bidang,
t erut ama unt uk menj awab t ant angan-t ant angan yang
dihadapi perbankan dalam beberapa t ahun belakangan ini. Tant angan- t ant angan t ersebut adalah sebagai
berikut :
1 . Kapasitas pertumbuhan kredit perbankan yang
masih rendah
Unt uk mencapai pert umbuhan ekonomi yang cukup t inggi dalam wakt u lima t ahun ke depan, diperlukan
pert umbuhan kredit perbankan yang cukup besar.
Sement ara it u, kemampuan permodalan perbankan
Indonesia saat ini mengindikasikan bahwa pert umbuhan kredit yang cukup t inggi t ersebut sulit
dicapai j ika perbankan nasional t idak memperbaiki
kondisi permodalannya.
oleh keengganan sebagian bank unt uk menyalurkan
kredit karena kemampuan manaj emen risiko dan core
banki ng ski l l s yang rel at if bel um baik, dan biaya
operasional yang relat if t inggi.
2 . Struktur perbankan yang belum optimal
Belum opt imalnya st rukt ur perbankan di Indonesia
dit andai oleh t erkonsent rasinya st rukt ur perbankan hanya pada 11 bank besar (yang menguasai 75% aset
perbankan Indonesia). Namun demikian bank- bank
kecil dalam hal ini perlu mendapat perhat ian karena
selain j umlahnya relat if banyak, bank - bank kecil
t ersebut j uga memiliki cakupan usaha yang relat if sama dengan bank - bank besar namun dengan
kemampuan operasional, manaj emen risiko, dan
cor por at e gover nance yang relat if lebih t erbat as.
Demikian pula, dibandingkan dengan negara- negara lain, kepemilikan pemerint ah Indonesia dalam
perbankan nampak cukup t inggi, bahkan t ert inggi di
kawasan Asia. Hal ini j uga merupakan persoalan
menimbulkan konf lik kepent ingan yang akan
mengganggu ef isiensi pasar.
3 . Pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap
pelayanan perbankan yang dinilai oleh masyarakat
masih kurang
Kurangnya pemenuhan kebut uhan masyarakat at as
pelayanan perbankan dit andai dengan seringnya t erdengar keluhan dari masyarakat mengenai
kurangnya akses t erhadap kredit dan t ingginya suku
bunga kredit sert a masih banyaknya prakt ek
penyediaan j asa keuangan inf ormal. Pandangan
masyarakat semacam ini cukup beralasan, karena walaupun kredit korporasi dan UKM sudah mulai
t umbuh, t ingkat penet rasi kredit masih relat if
rendah. Selain it u, meningkat nya kompleksit as j asa
dan produk keuangan sebagai akibat dari globalisasi sekt or keuangan j uga memerlukan respons yang
memadai dari berbagai pihak yang t erkait . Hal ini
semakin pent ing mengingat masyarakat pengguna
menunt ut kualit as pelayanan dan akses perbankan
yang semakin t inggi.
4 . Pengawasan bank yang masih perlu ditingkatkan
Pengawasan bank j uga merupakan bidang yang
memerlukan peningkat an dan penyempurnaan. Hal
ini disebabkan karena masih t erdapat nya beberapa
prinsip- prinsip prudensial yang masih belum dit erapkan secara baik, koordinasi pengawasan yang
masih perlu dit ingkatkan, kemampuan SDM
pengawasan yang belum opt imal, dan pelaksanaan
l aw- enf or cement pengawasan yang belum ef ekt if .
Secara keseluruhan, upaya peningkat an kapabilit as pengawasan ini sej alan dengan usaha Bank Indonesia
unt uk menerapkan 25 Basel Cor e Pr incipl es f or
Ef f ect i ve Banki ng Super vi si on, t ermasuk
meningkat kan sarana t eknologi pengawasan. Mengingat pengawasan bank merupakan bidang yang
sangat dinamis dan luas cakupannya, maka
peningkat an kualit as pengawasan merupakan upaya
Bank Indonesia maupun oleh lembaga lainnya sepert i
Ot orit as Jasa Keuangan (OJK) pada saat nya nant i.
5 . Kapabilitas perbankan yang masih lemah
Lemahnya kapabilit as perbankan dit andai dengan
kurangnya cor por at e gover nance dan cor e banking
ski l l s pada sebagian besar perbankan sehingga
diperlukan perbaikan yang cukup mendasar pada dua hal t ersebut . Meskipun kapabilit as beberapa bank
besar sudah cukup kuat , namun kapabilit as
perbankan secara umum masih di bawah
i nt er nat i onal best pr act i ces. Demikian pula
kemampuan bank dalam me- respon meningkat nya risiko operasional masih perlu t erus diperbaiki,
t erut ama penekanannya pada pent ingnya int ernal
cont r ol dan kepat uhan t erhadap prinsip- prinsip
6 . Profitabilitas dan efisiensi operasional bank yang
tidak sust ainable
Tingkat prof it abilit as dan ef isiensi operasional yang
dicapai oleh perbankan pada umumnya bukan
merupakan prof it abilit as dan ef isiensi yang
sust ainabl e. Hal ini disebabkan oleh lemahnya
st rukt ur akt iva produkt if bank- bank. Margin yang diperoleh bank- bank semakin mengecil karena
adanya kecenderungan suku bunga yang menurun.
Fakt or lain dari t idak sust ai nabl e- nya prof it ibilit as
dan ef isiensi adalah karena sebagian pendapat an
perbankan berasal dari akt ivit as t rading yang f lukt uat if sert a rendahnya rasio asset per nasabah
yang membuat biaya operasional perbankan
Indonesia relat if t inggi dibandingkan negara- negara
7 . Perlindungan nasabah yang masih harus
ditingkatkan
Perlindungan t erhadap nasabah merupakan t ant angan
perbankan yang berpengaruh secara langsung t erhadap sebagian besar masyarakat kit a. Oleh
karena it u, menj adi t ant angan yang sangat besar bagi
perbankan dan Bank Indonesia sert a masyarakat luas
unt uk secara bersama- sama mencipt akan st andar-st andar yang j elas dalam membent uk mekanisme
pengaduan nasabah dan t ransparansi inf ormasi
produk perbankan. Di samping it u, edukasi pada
masyarakat mengenai j asa dan produk yang
dit awarkan oleh perbankan perlu segera diupayakan sehingga masyarakat luas dapat lebih memahami
risiko dan keunt ungan yang akan dihadapi dalam
8. Perkembangan Teknologi Informasi
Kemaj uan t eknologi inf ormasi ikut menambah
t ant angan yang dihadapi oleh perbankan.
Perkembangan t eknologi inf ormasi (TI) menyebabkan
makin pesat nya perkembangan j enis dan
kompleksit as produk dan j asa bank sehingga
risiko-risiko yang muncul menj adi lebih besar dan bervariasi. Disamping it u, persaingan indust ri
perbankan yang cenderung bersif at global j uga
menyebabkan persaingan ant ar bank menj adi
semak in ket at sehingga bank - bank nasional harus