• Tidak ada hasil yang ditemukan

fullpapers jpkk9930e1656efull

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "fullpapers jpkk9930e1656efull"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Korespondensi:

Yatni Amylia, e-mail: amyamylia102@gmail.com

Endang Surjaningrum, e-mail: endang.surjaningrum@psikologi.unair.ac.id

Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286

Tingkat Kecemasan pada Penderita Leukemia

Yatni Amylia

Endang Surjaningrum

Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Abstract.

The purpose of this study was to empirical examine there is signiicant correlation between per -ceived social support and anxiety among leukemia. Anxiety is a feeling of uneasiness whose felt

someone causes fear or worry about any threat or danger is coming. Restless is an expression of unpleasant emotions experienced by someone with a diferent level. Perceived social support

is positive or negative assessment of the presence social support which organized as emotional support, informative support, esteem support, and instrumental support. Participants were 56

patients with leukemia who were outpatient at RSU Dr. Soetomo Surabaya. The sampling tech

-nique used was purposive sampling. Data collection devices are questionnaire perceived social support scale and anxiety scale developed by researcher. The reliability of the perceived social support scale is 0,911 and the reliability of anxiety scale is 0,868. Data analysis was performed using the statistical technique of non-parametric correlation Speraman’s rho, with SPSS 16.0 for windows. Result showed that correlation signiicant between perceived social support and anxiety was p = 0,100 and correlation coeicient ρ = -0,342. It showed that there is a signiicant negative correlation between perceived social support and anxiety among leukemias, which is

positive or higher perceived social support that the lower levels of anxiety, conversely.

Key word: Perceived Social Support; Anxiety; Leukemia.

Abstrak.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris ada atau tidaknya hubungan antara per -sepsi dukungan sosial dengan tingkat kecemasan pada penderita leukemia. Kecemasan yang dimaksud adalah perasaan gelisah yang dirasakan oleh seseorang karena takut atau khawatir

terhadap adanya ancaman atau bahaya yang datang. Gelisah merupakan ungkapan emosi yang tidak menyenangkan dialami oleh seseorang dengan tingkat yang berbeda-beda. Persepsi du

-kungan sosial adalah penilaian positif atau negatif akan hadirnya du-kungan sosial yang berupa

dukungan emosional, dukungan informatif, dukungan penghargaan, dan dukungan

(2)

PENDAHULUAN

Leukemia merupakan salah satu jenis pe-nyakit kanker yaitu kanker darah yang tergolong dalam penyakit kronis. Leukemia salah satu jenis kanker yang banyak diderita oleh anak-anak den-gan prevalensi 2,8 dari 100.000. Pada tahun 2000, terdapat sekitar 256.000 anak dan dewasa di se-luruh dunia menderita penyakit sejenis leukemia, dan 209.000 orang diantaranya meninggal karena penyakit tersebut, hampir 90% dari semua pen-derita yang terdiagnosa adalah dewasa. Pada ta-hun 2006 jumlah penderita leukemia rawat inap di Rumah Sakit di Indonesia sebanyak 2.513 orang (Lumban, 2010).

Individu yang menderita penyakit kronis seperti leukemia, secara langsung maupun tidak langsung juga mengalami gangguan pada kon-disi psikologisnya, disebut dengan psikoisiologis yang berarti bahwa psike atau pikiran memiliki efek terhadap tubuh begitupula sebaliknya (Davi-son, 2006). Taylor (1988) ketika individu didiag-nosis penyakit kronis, ia akan mengalami keadaan krisis yang ditandai dengan ketidakseimbangan kondisi isik, sosial, maupun psikologis, yang mengakibatkan pasien sering mengalami per-asaan yang disorganisasi, cemas, takut, dan emosi lainnya. Terdapat tiga bentuk respon emosional yang mungkin muncul, yaitu penolakan (denial), kecemasan (anxiety), dan depresi (depression).

Kecemasan merupakan salah satu respon emosional yang sering muncul saat individu didi-agnosis menderita penyakit kronis (Lubis, 2009). Kecemasan akan meningkat tidak hanya kan oleh penyakit itu sendiri, tetapi juga disebab-kan oleh pemeriksaan dan penanganannya. Pen-anganan pada penyakit leukemia dapat dilakukan dengan cara kemoterapi, radiasi, transplantasi

sumsum tulang, tranfusi sel darah merah atau mengkonsumsi obat-obatan. Dampak dari pen-anganan penyakit kanker, yaitu kerusakan pada beberapa bagian tubuh akibat dari proses radiasi atau obat-obatan yang digunakan untuk mem-bunuh sel kanker dapat menyebabkan penderita menjadi merasa tertekan atau stres (Burish, 1987).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Maeland & Havick, 1987; Marks dkk, 1986 (dalam Taylor, 1991) menyatakan bahwa kecemasan yang dialami penderita penyakit kronis dapat ditu-runkan dengan adanya dukungan sosial. Dukun-gan sosial diperlukan dalam menurunkan stres yang dapat memicu kecemasan yang dialami pasien. Pasien yang menerima dukungan sosial yang tinggi menunjukkan prognosa dan penye-suaian yang lebih baik (Bootzin, dkk, 1983). Na-mun, penerimaan dukungan sosial tergantung pada interpretasi pasien terhadap dukungan sos-ial tersebut. Interpretasi dukungan sossos-ial terjadi karena adanya proses persepsi.

Pasien yang mempersepsi dukungan so-sial yang diperoleh dari lingkungan secara positif akan menganggap peristiwa yang dialami menjadi sesuatu hal yang tidak terlalu mendatangkan stres dan merasa aman serta nyaman karena merasa di-perhatikan, dicintai dan dirinya dapat diterima di lingkungan dengan baik. Sehingga, pasien dapat bertahan terhadap konsekuensi penyakitnya, me-ningkatkan harga diri, serta mempunyai perasaan dan pemikiran yang positif terhadap dirinya send-iri. Namun, jika dukungan sosial yang diperoleh dari lingkungan diinterpretasi sebagai hal yang biasa saja tanpa ada respon yang positif, maka du-kungan tersebut menjadi tidak efektif dan pasien merasa tidak nyaman karena tidak dapat memba-las dukungan yang diberikan atau percaya bahwa kontrol pribadinya dibatasi oleh dukungan sosial

non-parametrikSperaman’s rho, dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows. Berdasar -kan hasil analisis data penelitian diperoleh nilai korelasi antara persepsi dukungan sosial

den-gan kecemasan sebesar p = 0,100 dan nilai koeisien korelasi ρ = -0,342. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signiikan antara persepsi dukungan sosial

dengan tingkat kecemasan pada penderita leukemia, yang mana semakin positif/ tinggi

per-sepsi dukungan sosial maka tingkat kecemasan akan semakin rendah, begitupula sebaliknya.

(3)

yang diberikan. Sehingga pasien merasa dukun-gan tersebut seperti sebuah tuntutan yang diberi-kan kepadanya.

Leukemia, Tingkat Kecemasan, dan Persepsi Dukungan Sosial

Telah dijelaskan sebelumnya, leukemia merupakan salah satu penyakit kronis. Leukemia merupakan penyakit kanker darah yang meny-erang sel-sel darah putih yang diproduksi sum-sum tulang (bone marrow). Penyakit leukemia dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu: 1) Acute Lym-phoblastic Leukemia (ALL) sering terjadi pada anak-anak sekitar 75%, 2) Chronic Lymphocytic Leukemia (CLL) sangat umum pada usia dewa-sa, 3) Acute Myeloblastic Leukemia (AML) lebih banyak diderita oleh orang dewasa dibanding-kan anak-anak, 4) Chronic Myelocytic Leukemia (CML) umumnya terjadi pada usia dewasa yang memiliki 3 fase penyakit : fase kronis, fase aksel-erasi, dan fase Crisies Blastic (Bozzone, 2009).

Pasien yang didiagnosis menderita leuke-mia akan mengalami gangguan psikologis seperti kecemasan. Kecemasan adalah pengalaman sub-jektif mengenai ketegangan mental yang mengge-lisahkan sebagai reaksi umum dan ketidakmam-puan menghadapi masalah atau tidak adanya rasa aman (Taylor, 1995). Tingkat kecemasan yang dirasakan setiap pasien berbeda-beda. Hal ini tergantung cara pasien dalam merespon kecema-san. Menurut Menurut Stuart & Sundeen (1998) respon dari manifestasi cemas meliputi respon isiologis dan psikologis. Respon isiologis meru-pakan mekanisme adaptif dalam memelihara kes-eimbangan tubuh. Mekanisme tersebut mengakibatkan peningkatan fungsi sitem organ vital. Sedangkan respon psikologis merupakan respon yang berkaitan dengan kondisi psikologis pasien dan dapat diamati melalui proses kognitif, tingkah laku dan afektif pasien. Kecemasan, san-gat umum terjadi pada pasien leukemia karena adanya rasa tidak nyaman atau rasa gelisah karena rasa sakit atau penyakit yang dialami (Henderson, 1990).

Dukungan sosial merupakan cara yang efektif untuk mengurangi kecemasan yang di-rasakan pasien leukemia. Menurut Rook, 1985 (dalam Smet, 1994) dukungan sosial berfungsi sebagai pertalian sosial yang menggambarkan kualitas dari hubungan interpersonal yang akan melindungi individu dari konsekuensi stres.

Du-kungan sosial berperan dalam meningkatkan kes-ehatan, kesejahteraan, peningkatan produktivitas dan pengaruh positif lainnya. Dukungan sosial yang diberikan oleh keluarga, teman, ataupun lingkungan baik dalam bentuk dukungan emo-sional, penghargaan, instrumental, dan informa-tif, dapat memberikan rasa aman, tenang dan me-ningkatkan harga diri pasien.

Namun, efektiitas peran dukungan sos-ial tersebut tergantung persepsi pasien terhadap dukungan sosial yang diterima. Persepsi tersebut akan mempengaruhi interpretasi pasien terhadap dukungan sosial dan akan berdampak pada kon-disi isik maupun psikologis pasien. Jika pasien mempersepsi dukungan sosial secara positif maka dukungan sosial tersebut akan dirasakan sebagai hal yang bermanfaat bagi diri pasien. Sebaliknya, jika pasien mempersepsi dukungan sosial sebagai hal yang biasa saja tanpa ada respon positif, maka dukungan sosial menjadi tidak bermanfaat bagi pasien.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti be-rasumsi bahwa dengan mempersepsikan dukun-gan sosial secara positif, maka pasien akan lebih mudah beradaptasi dengan penyakitnya, sehing-ga akan berdampak pada kondisi isik maupun psikologis pasien yaitu berkurangnya kecemasan dan pasien dapat mengelola penyakitnya dengan baik. Untuk itu peneliti ingin mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara persepsi dukun-gan sosial dendukun-gan tingkat kecemasan yang diala-mi pasien leukediala-mia.

METODE PENELITIAN

Tipe penelitian ini adalah penelitian penjelasan (explanatory research) yang menguji hubungan antara variabel bebas (persepsi dukun-gan sosial) dan variabel terikat (tingkat kecema-san). Metode penelitian yang digunakan adalah survey yang mengambil sampel dari suatu popu-lasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data.

(4)

dengan rentang usia 50-59 (N = 14). Tidak banyak penderita leukemia yang dapat bertahan lebih dari 5 tahun yaitu lama diagnosa 5.5–7 tahun (N = 3) dan ≥ 7 tahun (N = 4). Rata-rata Pendidikan tera-khir yang dominan adalah SMA (N = 22). Adapun pekerjaannya sebagai wiraswasta dan ibu rumah tangga (N = 19).

Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan memilih sekelompok subyek yang dijadikan sampel berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu.

Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua skala kon-struk psikologis, yaitu skala persepsi dukungan sosial dan skala kecemasan. Kedua skala konstruk psikologis tersebut dibuat sendiri oleh peneliti dengan alasan alat ukur disesuaikan dengan kon-disi subyek penelitian. Skala tersebut berisi aitem-aitem dalam bentuk skala likert yang dibedakan menjadi aitem yang mendukung atribut yang diu-kur (item favourable) dan aitem yang tidak men-dukung atribut yang diukur (item unfavourable). Setiap aitem memiliki empat interval skala respon diantaranya “sangat tidak sesuai”, “tidak sesuai”, “sesuai”, atau “sangat sesuai” dengan rentang pe-nilaian 1-4 untuk jawaban “sangat tidak sesuai” – “sangat sesuai” sesuai dengan tipe

favourable-unfavourable.

Skala persepsi dukungan sosial disusun berdasarkan teori Saraino, 1990 (dalam Smet, 1994) yang terdiri dari empat dimensi, yaitu kungan emosional, dukungan penghargaan, du-kungan instrumental, dan dudu-kungan informatif. Skala persepsi dukungan sosial terdiri dari 27

aitem setelah melalui uji validitas aitem. Reliabili-tas pada skala ini tergolong baik yaitu α = 0,911.

Skala kecemasan pada penelitian ini dis-usun berdasarkan teori Stuart & Sundeen (1998) yang terdiri dari dua dimensi antara lain respon isiologi dan respon psikologis. Jumlah aitem pada skala kecemasan sebanyak 24 aitem setelah me-lalui uji validitas aitem. Reliabilitas skala kecema-san tergolong baik yaitu α = 0,868.

Karakteristik demograis juga disajikan dalan kuesioner penelitian, diantaranya: jenis kelamin, usia, lama diagnosa, pekerjaan, pendi-dikan terakhir, dan tipe leukemia ( AML, CLL, dan CML).

Analisis data statistik pada penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for windows untuk melakukan uji korelasional teknik statistik non-parametrik Spearman’s Rho.

HASIL PENELITIAN

Hasil uji korelasi menggunakan teknik

Spearman’s Rho dengan sampel N = 56 diketahui nilai p = 0,010 atau p < 0,05 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signiikan antara persepsi dukungan sosial dengan tingkat kecemasan yang dialami penderita leukemia. Selain itu, diketahui juga koeisien korelasi bernilai negatif ρ = -0,342, yang menunjukkan terdapat hubungan yang nega-tif antara kedua variabel tersebut, yaitu semakin tinggi persepsi dukungan sosial penderita leuke-mia, maka tingkat kecemasannya akan semakin rendah (Tabel 1).

Tabel 1. Hasil Uji Korelasi Spearman’s Rho

Skala Kecemasan

Spearman’s rho Skala Persepsi Dukun-gan Sosial

Correlation Coefficient - 0,342

Sig. (2-tailed) 0,010

N 56

(5)

PEMBAHASAN

Hasil analisis uji korelasional menunjuk-kan bahwa terdapat hubungan yang signiimenunjuk-kan antara persepsi dukungan sosial dengan tingkat kecemasan pada penderita leukemia di RSU Dr.Soetomo Surabaya. Hubungan negatif antara kedua variabel tersebut membuktikan asumsi yang sebelumnya dibuat oleh peneliti bahwa den-gan mempersepsikan dukunden-gan sosial secara posi-tif, maka penderita leukemia dapat beradaptasi dengan penyakitnya. Sehingga, akan berpengaruh pada kondisi isik maupun psikologis pasien ter-kait berkurangnya kecemasan yang dirasakan oleh penderita leukemia dan dapat mengelola penya-kitnya dengan baik.

Penderita leukemia ketika pertama kali didiagnosa, timbul rasa kecewa, shock, dan rasa tidak percaya. Perasaan tersebut merupakan salah satu bentuk penolakan (denial) yang dirasakan penderita leukemia. Kondisi inilah yang menye-babkan penderita merasa tertekan atau stres dan muncul rasa cemas.

Kecemasan yang dirasakan oleh masing-masing penderita leukemia sangatlah beragam. Kecemasan pada penderita leukemia dengan tipe AML (acute myeloblastic leukemia) memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi jika diband-ingkan tingkat kecemasan CML (chronic myelo-cytic leukemia) dan CLL (chronic lymphomyelo-cytic leu-kemia). Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh gejala dan pengobatan yang berbeda pada penderita leu-kemia akut dan leuleu-kemia kronis. Pada penderita leukemia akut pengobatan yang dilakukan adalah dengan kemoterapi melalui intravena ataupun melakukan transplantasi stem cell yang tentunya disertai adanya rasa sakit atau nyeri saat pengo-batan berlangsung. Sedangkan, pada penderita leukemia kronis cukup melakukan kemoterapi melalui oral kemoterapi, karena penderita leuke-mia kronis berada pada fase “watch and wait” yang artinya menunggu dan waspada (Mughal, 2006). Proses pengobatan kemoterapi secara psikologis membuat pasien merasa tertekan (stress) yang mengakibatkan kecemasan meningkat, yang ke-mudian diperparah dengan efek samping yang seperti mual dan muntah, rambut yang rontok, kulit yang menghitam, infeksi akibat pengobatan dan mempengaruhi kesuburan (fertility). Sehing-ga, beberapa pasien sering merasa gelisah, bin-gung, dan khawatir dengan keadaan dirinya,

bah-kan menyebabbah-kan pasien mengalami insomnia dan menarik diri dari lingkungan umum.

Namun, kecemasan yang dirasakan oleh penderita leukemia akan semakin berkurang den-gan kemampuan mempersepsi dukunden-gan sosial secara positif. Persepsi dukungan sosial yang posi-tif membuat kondisi pasien menjadi lebih baik dan pasien dapat beradaptasi dengan kondisi yang dialaminya. Menurut Haluska dkk., 2002 (dalam Corey, 2008) persepsi dukungan sosial merupak-an salah satu faktor terpenting dmerupak-an efektif dalam membantu pasien untuk melakukan coping dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada hidupnya. Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Saygili dan Bozo, (2011) menyatakan bahwa rendahnya tingkat ge-jala psikologis yang ditimbulkan dari adanya suatu stressor, terjadi karena persepsi dukungan sosial yang positif.

Pada sampel penelitian ini, persepsi ter-hadap bentuk dukungan emosional paling domi-nan daripada bentuk dukungan yang lainnya. Du-kungan emosional membuat penderita leukemia merasa nyaman, berharga dan disayangi. Dengan adanya dukungan tersebut, permasalahan yang di-hadapi oleh individu tidak dianggap sebagai suatu stressor. Sehingga, kecemasan dapat diatasi. Hal ini terjadi, karena individu tidak merasa sendiri dalam menghadapi permasalahannya, ada orang disekelilingnya yang peduli dengan dirinya.

Dari penelitian ini diketahui bahwa tingkat kecemasan yang dialami penderita leu-kemia memiliki kekuatan hubungan yang se-dang dengan persepsi dukungan sosial. Kekuatan hubungan yang sedang tersebut dikarenakan tidak hanya persepsi dukungan sosial yang mempenga-ruhi tingkat kecemasan penderita leukemia tetapi ada faktor lain yang memiliki kaitan erat dengan kecemasan penderita leukemia, seperti penyakit leukemia itu sendiri dan proses pengobatan yang dijalani penderita leukemia, serta efek dari pengo-batan tersebut.

SIMPULAN

(6)

terse-but tergolong sedang. Hal ini membuktikan bah-wa persepsi yang positif terhadap dukungan sosial yang diterima penderita leukemia cukup efektif dalam mengurangi kecemasan yang dialaminya.

Berdasarkan korelasi antar variabel dapat disarankan pada penderita leukemia untuk men-cari dukungan sosial yang tepat agar dukungan tersebut dapat diterima dan dipersepsi secara posi-tif. Bagi pihak Rumah Sakit dengan menyediakan peran non-konvensional (terapis kanker, konselor atau psikolog, dan survivor) bagi penderita

leuke-mia dapat membantu dalam mengurangi dampak psikologis yang dialami pasien. Selain itu, bentuk perhatian yang diberikan dokter, perawat ataupun petugas kesehatan lainnya diyakini mampu men-gurangi atau menurunkan kecemasan pasien. Un-tuk melengkapi kekurangan pada penelitian ini, disarankan untuk peneliti selanjutnya yang me-miliki kesamaan topik, sebaiknya menggali lebih mendalam mengenai penyebab atau faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan yang dirasakan penderita leukemia tipe AML

PUSTAKA ACUAN

Bootzin, R.R., Loftus, E.F., & Zajonc, R.B. (1983). Psychology today an introduction 5th edition. New

York: Random Hoose. Inc.

Bozzone, D. M. (2009). Leukemia. New York: Chelsea House Publishers.

Burish. T.G., Carey, M.P., Krozey, M.G. & Greco, F.A. (1987). Conditioned side efects induced by cancer chemotherapy: Prevention through behavioral treatment. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 55, 42-48.

Corey, A.L., Haase, J.E., Azzouz, F., & Monahan, P.O. (2008). Social support and symptom distress in adolescents/ young adults with cancer. Journal of Pediatric Oncology Nursing, 25 (5), 275-284. Davison, G. C., & Neale, J. M., (2006). Psikologi abnormal. Jakarta: PT. Raja Graindo Persada.

Henderson, E. S. (1990). Leukemia. US America: Saunders Company. Lubis, N. L. (2009). Depresi: Tinjauan psikologis. Jakarta: Kencana.

Lumban, M. (2010). Laporan kasus leukemia [on-line]. Diakses pada tanggal 25 Maret 2012 dari http:// ml.scribd.com/doc/39053172/Laporan-kasus-leukemia

Mughal, T.I., Goldman, J.M., & Mughal, S.T. (2006). Understanding leukemias, lymphomas and myelo mas. London and New York: Taylor & Francis.

Smet, B. (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta: PT. Grasindo.

Stuart, G.W., & Sundeen, J.S. (1998). Keperawatan jiwa (terjemahan), alih bahasa: Achir Yani edisi III. Jakarta: EGC.

Taylor. S.E., & Dakof. (1988). Social Support and The Cancer Patient. In S.Spacapan & S. Oskamps, New burry park. CA. Sage. The Social Psychology of Health. 95-116.

Taylor, S.E. (1991). Health psychology 2nd edition. US America: McGraw-Hill, Inc.

Gambar

Tabel 1. Hasil Uji Korelasi Spearman’s Rho

Referensi

Dokumen terkait

Numerical analyses of two actual slopes located in the residual soils of the two main geological formations in Singapore were carried out using the actual slope geometry,

Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah dimainkannya hari ini, mainan apa yang paling disukai2. Bercerita pendek yang berisi

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar IPA yang diupayakan melalui model pembelajaran TGT siswa kelas IV SD Negeri Mangunsari 07 Kota Salatiga

Tanggung jawab sosial dalam perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap

Kesimpulan adalah Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan, pengalaman, dan perilaku dengan penanganan pertama kejadian kejang demam pada anak usia 6 bulan

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

Saat ini kerap terjadi pelanggaran privasi di media sosial berbasis ojek online, timbulnya pelanggaran privasi pada ojek online ini karena aplikasi

SDIT AL uswah Surabaya is one unified Islamic elementary school that has problems ranging from frequent mistake inputting data, loss of data that has been collected, the data is not