• Tidak ada hasil yang ditemukan

fullpapers jpkk51cd6bdad2full

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "fullpapers jpkk51cd6bdad2full"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Korespondensi:

Yovi Hendiarto, e-mail: yovihendi@gmail.com Hamidah, e-mail: hamidah@psikologi.unair.ac.id

Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286

Penderita Jantung Koroner

Yovi Hendiarto

Hamidah

Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Abstract.

This research aims to determine whether there is a relationship between self-eicacy and health behavior in coronary heart disease patients. The study was conducted on 51middle adulthood aged 40-65 years with coronary heart disease who are conducting outpatient treatment at Surabaya Hajj General Hospital. The sampling technique used in this study is purposive sam

-pling. Data collection tool using a questionnaire compiled by the author, a self-eicacy scale and the health behavior scale. Reliability of self-eicacy scale is 0.842, and reliability of health behaviors scale is 0.876. Data analysis was performed using the Spearman rho statistical cor

-relation with SPSS 16.0 for windows Based the analysis of the research data obtained by the correlation between self-eicacy with health behavior of 0,748 with signiicance level of 0,000 (p < 0,05). This indicates that there is a signiicant correlation between self-eicacy with health behavior in coronary heart disease patients. The results of this study indicate that there is a positive relationship between self-eicacy with health behaviors in patients with coronary heart disease.

Key word: Self-Eicacy; Health Behavior; Middle Adulthood; Coronary Heart Disease

Abstrak.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara self-eicacy dengan perilaku sehat pada penderita jantung koroner. Penelitian dilakukan pada 51 dewasa madya usia 40-65 tahun dengan penyakit jantung koroner yang sedang melakukan pengobatan rawat jalan di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner yang disusun sendiri oleh penulis, berupa skala eicacy dan skala perilaku sehat. Reliabilitas skala self-eicay adalah 0,842, dan reliabilitas skala perilaku sehat adalah 0,876. Analisis data dilakukan dengan teknik statistik korelasi Spearman rho dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai korelasi antara self-eicay dengan perilaku sehat sebesar 0,748 dengan taraf signiikansi sebesar 0,000 (p < 0,05). Hasil penelitian ini menun

-jukkan bahwa adanya hubungan yang positif antara self-eicacy dengan perilaku sehat pada penderita jantung koroner.

(2)

PENDAHULUAN

Berdasarkan laporan dari World Health

Organization (WHO) pada tahun 2005, dari 58 juta kematian di dunia, 17,5 juta (30%) diantaran-ya disebabkan oleh pendiantaran-yakit jantung dan pembu-luh darah, terutama oleh serangan jantung seban-yak 7,6 juta jiwa dan stroke 5,7 juta jiwa. Kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah di dunia diperkirakan pada tahun 2015 akan menin-gkat menjadi 20 juta jiwa (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2009).

Masa dewasa madya adalah masa ter-jadinya peningkatan penyakit kronis terma-suk penyakit jantung koroner (Santrock, 2011). Tingkat kolesterol dalam darah meningkat se-lama bertahun-tahun dan di usia dewasa madya mulai menumpuk pada dinding arteri yang dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular (Betensky, Contrada, & Leventhal, 2009, dalam Santrock, 2011). Kematian akibat penyakit jantung koroner di Indonesia sendiri banyak di dominasi pada orang usia 45 sampai 65 tahun. Berdasar-kan Rikesdas tahun 2007, bahwa jumlah kema-tian pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan akibat penyakit jantung koroner per 1000 penduduk Indonesia sebesar 8,7%, sedang-kan di pedesaan mencapai 8,8%. Sementara itu pada usia 55-64 tahun angka kematian diderah perkotaan sebesar 5,8% sedangkan di daerah pedesaan sebesar 5,7% (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2009).

Penyakit jantung koroner yang ada di negara berkembang secara historis lebih sering terjadi pada kelompok sosial ekonomi yang lebih terdidik dan lebih tinggi (WHO, dalam Mackay, & Mensah, 2010). Tantangan yang dihadapi pada saat ini adalah penyakit jantung tidak lagi menge-nal kelompok status sosial ekonomi masyarakat. Penderita jantung koroner pada sekarang ini juga banyak yang berasal dari kalangan sosial ekonomi menengah kebawah yang tergolong dari masyara-kat miskin, tidak mampu, dan kurang mampu yang kemungkinan diakibatkan oleh perilaku yang tidak sehat (Kementrian Kesehatan Repub-lik Indonesia, 2009).

Berdasarkan Glantz, dkk (2007) pend-erita jantung koroner harus merubah perilaku mereka menjadi perilaku yang lebih sehat agar dapat mengurangi penderitaan yang mereka ra-sakan, mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk

berobat dan juga dapat mengurangi resiko kema-tian. Berdasarkan Schroder, & Schwarzer (2004) perilaku sehat harus diterapkan pada kehidupan para penderita jantung koroner agar dapat mem-perbaiki kondisi pada jantung mereka, mengu-rangi meningkatnya resiko penyakit yang menjadi lebih parah dan keberhasilan jangka panjang dari operasi jantung yang kemungkinan dilakukan.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, penderita jantung koroner seharusnya merubah perilakunya menjadi perilaku yang lebih sehat agar kondisi kesehatan mereka menjadi lebih baik, akan tetapi berdasarkan Schroder, & Schwarzer (2004) bahwa banyak penderita jantung koroner, yang juga mempunyai informasi atau telah men-getahui bahwa adanya pengaruh dari pola hidup terhadap kesehatan mereka, namun mereka tetap saja melanjutkan dengan gaya hidup tidak sehat sampai mereka memiliki bukti yang jelas bahwa hidup yang mereka jalani tersebut benar-benar beresiko dan banyak dari mereka menunjukkan bahwa mereka mengalami kesulitan mengontrol pola makan yang tidak sehat dan kurangnya

akti-vitas isik.

Penelitian yang dilakukan oleh Ghiles, & Ashaye (2003) menemukan hal yang seupa, bah-wa penderita jantung koroner memiliki perilaku tidak jauh berbeda dengan orang yang tidak me-miliki penyakit jantung koroner, meskipun mer-eka mempunyai sakit jantung akan tetapi hanya sedikit sekali mereka yang dengan penyakit jan-tung koroner ini melakukan atau merubah gaya hidupnya kearah perilaku hidup yang lebih se-hat, artinya meskipun memiliki penyakit jantung koroner mereka tidak lebih melakukan perilaku hidup sehat daripada orang yang tidak memiliki penyakit jantung koroner.

Berdasarkan Saraino & Smith (2011) hal

yang paling terpenting yang harus dimiliki oleh individu untuk dapat melaksanakan perilaku se-hat adalah self-eicacy. Seorang individu memer-lukan cukup self-eicacy untuk melaksanakan perubahan dalam hidupnya, tanpa self-eicacy, motivasi mereka untuk berubah akan

terham-bat. Bandura (1998) mendeinisikan self-eicacy

(3)

dan hasil yang mereka harapkan dari usaha yang telah mereka lakukan (Bandura, 1998). Semakin kuat self-eicacy dirasakan dan ditanamkan, se-makin besar orang-orang untuk mendapatkan dan mempertahankan upaya yang diperlukan un-tuk mengadopsi, mempertahankan dan mening-katkan perilaku kesehatan (Bandura, 1998).

Penelitian membuktikan bahwa adanya hubungan self-eicacy dengan perilaku sehat seseorang. Berdasarkan penelitian yang dilaku-kan oleh Schwarzer & Renner (2000), Strachan & Brawley (2009), Ayyote dkk (2010), menyimpul-kan bahwa adanya hubungan antara self-eicacy dengan perilaku sehat. Mereka menyatakan bah-wa individu yang mempunyai self-eicacy yang tinggi cenderung mempunyai perilaku yang lebih sehat, dan sebaliknya individu yang mempunyai

self-eicacy yang rendah lebih cenderung mem-punyai perilaku yang tidak sehat.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan tipe peneli-tian kuantitatif yang bersifat eksplanatif (

Ekspla-natory research). Explanatory research ini bertu-juan untuk, menguji prinsip atau prediksi suatu teori, menguraikan dan memperkaya penjelasan suatu teori, memperluas teori untuk isu atau topik baru, mendukung atau menolak penjelasan atau prediksi, menghubungkan isu dan topik dengan prinsip umum, menentukan beberapa penjelasan yang terbaik (Neuman, 2007).

Subyek dalam penelitian ini adalah 51 orang dewasa madya yang menderita jantung ko-roner yang sedang melakukan rawat jalan di RSU Haji Surabaya. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability sam -pling, dengan teknik penentual sampel yang di-gunakan adalah purposive sampling (Winarsunu, 2006).

Teknik pengumpulan data pada pene-litian ini menggunakan skala psikologis dengan dua alat ukur skala yaitu skala self-eicacy dan skala perilaku sehat. uji validitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan professional judge -ment danuji reliabitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Alpha Cronbach, yang di-hitung dengan menggunakan bantuan SPSS 16.0

for Windows dan didapat reliabilitas skala

self-eicacy sebesar 0,842 dan reliabitas skala perilaku sehat sebesar 0,873. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa kedua alat ukur ini reliabel.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil uji asumsi sebelum-nya yaitu uji normalitas didapatkan hasil bahwa bentuk distribusi datanya tidak normal. Sehingga uji korelasi yang dilakukan adalah statistik non-parametrik. Teknik uji korelasi yang digunakan adalah spearman rho. Berdasarkan tabel uji ko-relasi menggunakan spearman rho Sig (2-tailed),

taraf signiikansinya sebesar 0,748 atau lebih besar

dari 0,05 dengan demikian Ha diterima. Artinya,

ada hubungan yang signiikan antara self-eicacy

dengan perilaku sehat pada penderita jantung ko-roner.

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk menge-tahui apakah ada hubungan antara self-eicacy dengan perilaku sehat pada penderita jantung koroner. Hasil analisis korelasi dengan teknik

sperman-rho menunjukkan adanya hubungan

yang signiikan antara variabel self-eicacy den-gan perilaku sehat. Hal ini diketahui dari nilai

signiikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari probabilitas 0,05 (p < 0,05) serta nilai koeisien

korelasi antara kedua variabel yaitu 0.748 yang artinya memiliki tingkat korelasi besar menurut Cohen (1998 dalam Pallant 2007). Hal ini mendu-kung terbuktinya hipotesis kerja (Ha) yaitu “ada

hubungan yang signiikan antara self-eicacy dan perilaku sehat pada penderita jantung koroner “.

Nilai positif pada skor koeisien korelasi

antara 2 variabel menunjukkan bahwa jika

self-eicacy seseorang tinggi maka tingkat perilaku sehat juga akan tinggi, hal ini sesuai dengan pene-litian yang dilakukan oleh Schwarzer & Renner (2000), Strachan & Brawley (2009), Ayyote dkk (2010), bahwa adanya hubungan antara self-ei

-cacy dengan perilaku sehat. Mereka menyatakan bahwa individu yang mempunyai self-eicacy yang tinggi cenderung mempunyai perilaku se-hat, dan sebaliknya individu yang mempunyai

(4)

upaya yang diperlukan untuk mengadopsi, mem-pertahankan dan meningkatkan perilaku sehat. Penelitan ini membuktikan bahwa jika penderita jantung koroner mempunyai self-eicacy yang tinggi maka penderita jantung koroner mempun-yai perilaku yang sehat.

Berdasarkan proses kognitif, self-eicacy mampu untuk mengatur kognitif manusia (Ban-dura, 2002). Kognitif adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku sehat. Individu yang ingin merubah perilaku mereka menjadi perilaku sehat harus mempunyai daya kognitif untuk membuat rencana-rencana dalam

melak-sanakan perilaku sehat (Saraino & Smith, 2011).

Kuatnya self-eicacy yang dirasakan akan mem-buat seseorang menetapkan tujuan yang terbaik dan akan berusaha untuk tetap berkomitmen pada tujuan tersebut. Self-eicacy mempengaruhi indi-vidu dalam berpikir untuk membuat rencana yang teratur dan strategis untuk mencapai tujuan mer-eka, dan berusaha untuk mengejar segala tantan-gan-tantangan (Bandura, 2002). Berdasarkan teori dari Bandura (2002) tersebut jika dikaitkan den-gan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penderita jantung koroner yang mempunyai

self-eicacy tinggi mampu untuk berkomitmen untuk mencapai tujuan mereka dan mampu untuk mem-buat rencana yang strategis untuk dapat melaksa-nana perilaku sehat.

Berdasarkan proses motivasi, self-eicacy adalah kunci utama dalam mengatur motivasi manusia yang akan mempengaruhi setiap fase perubahan dalam diri mereka Bandura (1998). Se-makin kuat self-eicacy dirasakan dan ditanam-kan, semakin besar individu termotivasi untuk merubah dan mempertahankan upaya yang diper-lukan untuk mengadopsi, mempertahankan dan meningkatkan perilaku sehat. B e r d a s a r k a n hasil penelitian ini penderita jantung koroner yang mempunyai self-eicacy yang tinggi mem-punyai motivasi untuk merubah perilaku mereka menjadi perilaku yang lebih sehat, mampu untuk mempertahankan upaya-upaya untuk melak-sanakan dan meningkatkan perilaku sehat mer-eka. Penderita jantung koroner yang mempunyai

self-eicacy yang tinggi mampu untuk mengontrol perilaku perilaku sehat mereka, dan mampu un-tuk mengembalikan kontrol perilaku sehat mere-ka setelah terjadinya kemunduran dalam perilaku sehat mereka.

Berdasarkan proses afektif, self-eica

-cy dapat mempengaruhi kemampuan manusia dalam mengatasi atau mengontrol stressor yang dapat berpengaruh pada tingkat kecemasan pada dirinya. Individu yang percaya akan kemampuan mereka dalam mengatasi stressor tidak akan mempengaruhi pola pikir mereka. Invidu yang tidak percaya akan kemampuannya dalam men-gatasi stressor dapat mengakibatkan munculnya

kecemasan. Berdasarkan Saraino & Smith (2011)

orang yang sakit dan mengkonsumsi obat-obatan tertentu akan mempengaruhi kondisi emosi se-seorang yang berpengaruh pada perilaku sehat. Kondisi sakit seperti jantung koroner dapat men-gakibatkan seorang individu mengalami stress. Berdasarkan hasil dari penelitian ini para pend-erita jantung koroner yang mempunyai self-ei

-cacy yang tinggi mampu untuk mengatasi stress yang dapat berpengaruh terhadap perilaku sehat mereka dan mereka mampu untuk mengatasi se-gala hambatan-hambatan dalam melaksanakan perilaku sehat. Mereka mempunyai keberanian untuk bertindak mengatasi hambatan dalam melaksanakan perilaku sehat.

Berdasarkan proses seleksi, self-eicacy dapat membentuk kehidupan seseorang dengan mempengaruhi aktivitas dan lingkungan yang mereka pilih. Perilaku dibentuk dari pemilihan sebuah lingkungan yang mana tumbuh sebuah potensi dan gaya hidup tertentu. Individu yang mempunyai self-eicacy yang tinggi mampu un-tuk menenun-tukan pilihan yang mereka pilih unun-tuk menentukan kehidupan mereka (Bandura, 2002). Berdasarkan hasil penelitian ini penderita jan-tung koroner yang mempunyai self-eicacy tinggi mampu melakukan seleksi-seleksi dari lingkun-gan mereka denlingkun-gan mentukan perilaku mereka yang dapat meningkatkan perilaku sehat mereka.

SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan yang didapat dari penelitian

ini adalah terdapat hubungan yang signiikan an -tara self-eicacy dan perilaku sehat pada penderita jantung koroner. Hubungan ini nilainya positif yang artinya semakin tinggi self-eicacy pada pen-derita jantung koroner maka semakin tinggi pula tingkat perilaku sehat.

(5)

mengkonsum-si makanan sehat, membatasai mengkonsummengkonsum-si makanan yang berkolestrol, mengandung banyak garam dan gula, segera melakukan tindakan ketika merasakan rasa sakit di dalam tubuhnya, menjaga aktivitas mereka dan mematuhi saran-saran yang diberikan oleh dokter, sehingga dapat mengurangi

biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan, men-gurangi resiko serangan jantung, dan juga kema-tian. Penderita jantung koroner diharapkan untuk dapat meningkatkan relasi dan komunikasi den-gan sesama penderita jantung koroner agar dapat saling berbagi ilmu dan pengalaman kehidupan antar sesama penderita jantung koroner.

PUSTAKA ACUAN

Ashaye, M. O., & Giles, H. W. (2003). Are heart disease patients more likely to have healthy lifestyle behaviors? Results from the 2000 Behavioral Risk Factor Surveillance Survey. Europan Journal

of Cardiovaskular Risk, 10, 207-212.

Ayyote, J. B., Margrett, J. A., & Patrick, J. H. (2010). Physical Activity in Middle-aged and Young-old Bandura, A. (1998). Health promotion from the perspective of social cognitive theory. Psychology and

Health, 13, 623-649.

Bandura, A. (2002). Self-eicacyIn Changing Society. Cambridge: Cambridge University Press. Glanz, K., Rimer, B. K., & Viswanath, K. (2008). Health Behavior and Health Education: Theory Re

search and Practice. Jossey-Bass: San Fransisco.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2009). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Pedoman Pengendalian Jantung dan Pembuluh Darah

Mackay, J., & Mensah, J. A. (2004). The Atlas of Heart Disease and Stroke. World Health Organization. Neuman, W. L. (2007). Social research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches. Boston: Al

lyn and Bacon.

Pallant, J. (2007). SPSS: Survival manual (3th ed.). Sydney: Allen & Unwin.

Santrock, J. W. (2011). Life-Span Development (13th editon). New York : McGraw-Hil.

Saraino, E.P., & Smith, T. W. (2011). Health Psychology: Biopsycossocial Interaction. John Willey and Sons.

Schwarzer, R., & Renner, B. (2000). Social-Cognitive Predictors of Health Behavior: Action Self-Eicacy and Coping Self-Eicacy. Health Psychology, 19, 487-495.

Schroder, K. E. E., & Swharzer, R. (2004). Habitual self-control and the management of health behavior

among heart patients. Social Science & Medicine, 60, 859–875.

Strachan, M. S., & Brawley, R. L. (2009). Healthy-eater identiy and self-eicacy predict healthy eating

behavior. Journal of Health Psychology, 14, 684-695.

Referensi

Dokumen terkait

Saat ini kerap terjadi pelanggaran privasi di media sosial berbasis ojek online, timbulnya pelanggaran privasi pada ojek online ini karena aplikasi

(5) Penjabat Kepala Desa Persiapan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berasal dari unsur Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Daerah untuk masa jabatan paling lama 1

sehingga informasi secara tahunan perusahaan dapat diketahui, tidak mengalami delisting selama periode penelitian, menyajikan lapor- an keuangannya dalam satuan mata uang

Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia

7 Masyarakat Desa Jambu yang mempunyai balita mengikuti kegiatan kelas ibu balita ini dengan baik,lancar dan berpartisipasi aktif.Ibu balita membawa buku Kesehatan Ibu

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan anemia gizi, body image dan perilaku kontrol berat badan dengan kejadian kurang gizi pada remaja putri di

[r]

Teori lain yang mengatakan bahwa alat peraga dalam pengajaran dapat bermanfaat sebagai berikut: Meletakkan dasar-dasar yang kuat untuk berpikir sehingga mengurangi